Anda di halaman 1dari 9

LANGUAGE TESTS

TES KEBAHASAN

Rina Suci Andriani


Mahasiswa Program Pascasarjana Unesa – Surabaya
rinaunipdu@gmail.com

Abstract

The language test intended to measure the students' communicative abilities in this case is
the student communicative test in the target language and not merely in the form of the final
or summative test. In the process, the good one is the test in the process, during the ongoing
process of learning. The purpose of this test is to show and fix the mistakes or errors made by
the students. The language test to measure the student learning outcomes should be
appropriate to the nature of language teaching conducted. The forms and nature of the test is
so bound to the nature of language teaching applied. The Javanese language teaching for
children whose mother‟s mother tongue is Javanese will certainly be different from the
teaching of Bahasa Indonesia as a second language. It is because the children have mastered
the language for communication purposes both representatively and productively. The
Differences of the nature and status of the teaching of the languages require different
language tests for language learners, especially concerning the scope of material and level of
difficulty of the test items.

Keywords: language test, students, teaching and learning process

Abstrak

Tes kebahasaan yang dimaksudkan untuk mengukur kemampuan komunikatif siswa Dalam
hal ini yaitu tes komunikatif siswa dalam bahasa target dan tidak semata-mata hanya berupa
tes akhir atau sumatif saja. Dalam proses tersebut yang baik adalah tes dalam proses,
selama masih berlangsung proses pembelajaran. Tujuan dari tes ini yaitu menunjukkan dan
memperbaiki kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa. Tes kebahasaan yang dimaksudkan
mengukur hasil belajar siswa hendaknya sesuai dengan sifat pengajaran bahasa yang
dilakukan. Wujud dan sifat tes sangat terikat sifat pengajaran bahasa yang dikenakan kepada
siswa di sekolah yang bersangkutan. Pengajaran bahasa Jawa bagi anak-anak yang
berbahasa ibu bahasa jawa tentunya akan berbeda dengan pengajaran bahasa Indonesia
yang merupakan bahasa kedua. Hal itu disebabkan anak-anak telah menguasai bahasa untuk
keperluan komunikasinya baik bersifat representative maupun produktif. Perbedaan sifat dan
kedudukan pengajaran bahasa tersebut menuntut perbedaan tes kebahasaan bagi siswa
pembelajar bahasa khususnya yang menyangkut cakupan bahan dan tingkat kesulitan butir-
butir tes.

Kata Kunci: Tes Kebahasaan, siswa, proses belajar mengajar

21
A. PENDAHULUAN Tujuan dari tesini yaitu menunjukkan dan
Tes kebahasaan dan pengajaran ini memperbaiki kesalahan-kesalahan yang
merupakan kegiatan yang saling berkaitan dilakukan siswa.
.Kegiatan tes sangat diperlukan dalam
pengajaran bahasa karena berdasarkan B. PENELITIAN DENGAN TES
informasi tes itulah dapat dilakukan KEBAHASAAN
penilaian secara objektif, khususnya Kegiatan penelitian merupakan hal
terhadap hasil belajar bahasa siswa. Hal ini yang sangat diperlukan dalam pengajaran
juga dapat dimanfaatkan sebagai masukan dalam pengajaran bahasa dan sastra. Ada
untuk meningkatkan pengajaran bahasa beberapa masalah pengajaran yang dapat
selanjutnya. ditemukan yaitu (a) seberapa tinggi tingkat
Dalam melakukan pengajaran bahasa kemampuan berbahasa siswa tingkat
dan tes kebahasaan tentu masing-masing tertentu , dalam bahasa target tertentu.(b)
mempunyai permasalahan yang cukup adakah pengaruh teknik tertentu
kompleks. Ada banyak faktor yang (lingkungan atau sesuatu yang lain)
memdasarindan perlu dipertimbangkan terhadap prestasi belajar bahasa siswa, (c)
dalam keduanya. Masalah dalam adakah kaitan antara penguasaan
pengajaran bahasa terutama yang berkaitan keterampilan berbahasa dengan
dengan dengan peningkatan keberhasilan kemampuan apresiasi sastra siswa (d) dsb.
belajar siswa dalam bahasa yang dipelajari Agar penelitian yang dilakukan dapat
dan bahasa target, sedangkan masalah tes memberi hasil yang dapat dipercaya, tes
kebahasaan antara lain tentang bagaimana kebahasaan yang dipergunakan sebagai
mengungkapkan hasil belajar yang instrument penelitian hendaknya dapat
mencerminkan kemampuan siswa yang dipertanggung jawabkan,khususnya dari
nmendekati sebenarnya. segi kesahihan dan keterpercayaan.
Dalam hal ini kaitannya tes Tes kebahasaan yang dimaksudkan
merupakan bagian pengajaran bahasa baik mengukur hasil belajar siswa hendaknya
bahasa pertama, bahasa kedua, maupun sesuai dengan sifat pengajaran bahasa
bahasa asing. Tes ini bertujuan mengukur yang dilakukan.Wujud dan sifat tes sangat
seberapa banyak siswa telah menguasai terikat sifat pengajaran bahasa yang
bahasa yang dipelajari. dikenakan kepada siswa disekolah yang
a. Penguasaan yang pertama bersifat bersangkutan.
teoritis yaitu tentang bahasa itu Sifat pengajaran bahasa bahasa
sendiri yang systemini bersifat antara lain dapat ditinjau dari kedudukan
diskrit, dalam mempelajari bahasa bahasa yang diajarkan kepada siswa,
terhadap linguistic akan tetapi apakah ia berupa bahasa ibu atau bahasa
dalam penerapan komunikasi kita pertama, atau bahasa asing. Sifat
b. Penguasaan kedua bersifat pengajaran bahasa pertama tentunya akan
praktis, maksudnya siswa dapat berbeda dengan sifat pengajaran kedua dan
berkomunikasi dengan bahasa bahasa asing, khususnya jika
yang dipelajari. mempertimbangkan lingkungan dan fungsi
Tes kebahasaan yang dimaksudkan untuk pemakaian bahasa tersebut bagi
mengukur kemampuan komunikatif siswa masyarakat tempat siswa bertempat
Dalam hal ini yaitu komunikatif siswa tinggal.
dalam bahasa target, tidak harus (jangan Pengajaran bahasa jawa bagi anak-
semata-mata)hanya berupa tes akhir atau anak yang berbahasa ibu bahasa jawa
sumatif saja, melainkan yang baik adalah tentunya akan berbeda dengan pengajaran
tes dalam proses tersebut melainkan yang bahasa Indonesia yang merupakan bahasa
baik adalah tes dalam proses, selama kedua. Hal itu disebabkan anak-anak telah
masih berlangsung proses pembelajaran. menguasai bahasa untuk keperluan

22
komunikasinya baik bersifatrepresentative ditolak karena tidak secara cermat
maupun produktif. Perbedaan sifat dan menyampaikan maksud tertentu.
kedudukan pengajaran bahasa tersebut 2. Tes kosa kata
menuntut perbedaan tes kebahasaan bagi Kosa kata dalam suatu bahasa
siswa pembelajar bahasa khususnya yang biasanya jumlah banyak sekali.Akan
menyangkut cakupan bahan dan tingkat tetapi, hanya sebagian kosakata yang
kesulitan butir-butir tes. dipergunakan secara aktif dalam kegiatan
berkomunikasi sedangkan yang lain jarang
C. KOMPONEN TES digunakan. Berdasarkan kenyataan itu
KEBAHASAAAN kosakata dibedakan ke dalam kosakata
Komponen tes kebahasaan terdiri aktif dan pasif, yang mencerminkan
kompetensi kebahasaan, keterampilan tingkat kesulitan kosa kata. Untuk dapat
bahasa dan kesusastraan. melakukan kegiatan komunikasi dengan
bahasa , diperlukan penguasaan kosakata
1. Tes Kompetensi Kebahasaan dalam jumlah yang memadai.
Kompetensi kebahasaan seseorang
berkaitan dengan pengetahuan tentang 2. Tes Kemampuan Berbahasa
system bahasa, tentang struktur, kosakata Kegiatan berbahasa merupakan
atau seluruh aspek kebahasaan itu, dan tindak mempergunakan bahasa secara
bagaimana tiap aspek tersebut (Brown, nyata untuk maksud berkomunikasi.
1987:27-28). Dengan kompetensi Kemampuan berbahasa dapat dibedakan
kebahasaan yang dimiliknya itu, seseorang menjadi dua kelompok memahami
akan mampu membedakan antara ―bahasa‖ (comprehension) dan mempergunakan
dan ―bukan bahasa‖.Artinya ia akan (production), masing-masing bersifat
mampu membedakan antara , misalnya reseptif dan produktif. Kemampuan
bunyi yang merupakan bunyi bahasanya reseptif merupakan proses decoding,
yang bermakna dengan bunyi bukan proses usaha memahami apa yang
bahasa, struktur kalimat yang gramatikal dituturkan orang lain. Sebaliknya
dan dapat diterima oleh para penutur asli kemampuan produktif merupakan proses
dengan struktur yang tak gamatikal(bukan encoding, proses usaha
bahasa) atau tidak dapat diterima, dan mengkomunikasikan ide, pikiran, atau
sebagainya. perasaan melalui bentuk-bentuk
Tes yang menyangkut kompetensi kebahasaan.
kebahasaan secara garis besar dapat (1) Tes Kemampuan Reseptif
dikelompokkan menjadi tes struktur dan Kemampuan reseptif terdiri dari dua
kosakata (dengan tanpa mengabaikan macam kemampuan berbahasa,
system fonologi). Struktur dan kosakata kemampuan berbahasa, kemampuan
merupakan dua aspek kebahasaan yang membaca dan menyimak. Dalam hal ini
penting untuk dikuasai karena semua membaca merupakan kegiatan yang
tindak berbahasa pada hakikatnya memahami konteks ekstralinguistik
merupakan‖pengoperasian‖ kedua aspek melalui sarana linguistik.Kegiatan
tersebut. Syarat melakukan kegiatan membaca sarana bahasa disampaikan
berbahasa yaitu penguasaan struktur dan secara tertulis, tetapi dalam menyimak
kosakata. disampaikan secar lisan yang berupa
1. Tes struktur tata bahasa lambang bunyi. Jika dalam kegiatan
Tes ini berkaitan dengan membaca diperlukan pengetahuan tentang
kegramatikalan kegiatan berbahasa. sitem ejaan, dalam menyimak diperlukan
Kegramatikalan kalimat sangat kemampuan mengenai system bunyi
menentukan apakah suatu penuturan dapat bahasa yang bersangkutan. Tes
diterima karena bermakna atau sebaliknya kemampuan reseptif umumnya menuntut

23
siswa untuk memahami secara kritis berbahasa saja, misalnya menyimak,
informasi yang disampaikan dalam suatu membaca, berbicara, atau menulis, tanpa
wacana tertentu. mengaitkan dengan keterampilan yang
(2) Tes Kemampuan Produktif lain.
Kemampuan produktif terdiri dua Sebagai contoh misalnya tes
macam kemampuan berbahasa, keterampilan menyimak yang hanya
kemampuan menulis. Kegiatan berbicara menuntut siswa untuk mengenali
merupakan kegiatan mengahsilkan bahasa perbedaan fonem-fonem tertentu atau
dan mengkomunikasikan ide dan pikiran aspek kebahasaan yang lain, yang
secara lisan. Masalah kelancaran dan didengarkan fakta dengan pakta, kafan
ketetapan bahasa serta kejelasan pikiran dengan kapan..Untuk keterampilan
merupakan hal yang sering diteskan berbicara misalnya siswa hanya diminta
(dinilai) dalam kegiatan berbicara. melafalkan kata-kata atau kalimat tertentu.
Berikut contoh tes dikrit yang menyangkut
3. Tes Kesusastraan aspek fonologi, struktur, struktur dan
Tes terdiri dari aspek kompetensi kosakata.
dan perfomasi, tes kesustraan dapat a. Tes Fonologis yang dimaksudkan untuk
dibedakan menjadi tes pengetahuan mengukur kemampuan menyimak dapat
tentang sastra dan kemampuan apresiasi dilakukan dengan meminta siswa
sastr.Pentingnya pengetahuan sastra mengenali perbedaan bunyi pada kata-
merupakan ―alat bantu‖, maka tes kata yang mirip (Lado, 1964). Contoh:
pengetahuan tentang sastra harus bukan Tulisan S jika kedua kata yang
merupakan prioritas. diperdengarkan berikut sama, D jika
Tes sastra harus diprioritaskan pada berbeda
usaha mengungkap kemampuan (a) Sleep – slip
mengapresiasi sastra siswa dan secara (b) Ship – sheep
langsung berhubungan dengan karya (c) Heat – heat
sastra. Tes yang bersifat apresiatif akan (d) Neat – knit
menopang tercapainya tujuan pengajaran
sastra yang berkadar apresiatif. Dalam bahasa Jepang:
(a) hashiーhoshi
(b) ushiーashi
D. JENIS TATA BAHASA (c) aiーkoi
Berbagai jenis tes kebahasaan
tersebut berkaitan dengan pandangan (d) ooiーookii
terhadap bahasa. Tes kebahasaan yang
pertama bersifat dikrit, integrative, Menurut pandangan komunikasi dan
pragmatik dan komunikatif. pragmatik, pengajaran yang bersifat diskrit
tidak akan mencapai keberhasilan. Tidak
1. Tes Dikrit ada seorangpun yang dapat belajar bahasa
Tes Dikrit adalah tes yang hanya secara mutlak diskrit.
menekankan atau menyangkut satu aspek
kebahasaan pada satu waktu (Oller, 2. Tes Integratif
1979:37). Menurut Oller tes yang bersifat Tes yang bersifat integrative muncul
dikrit tidak hanya menyangkut aspek sebagai reaksi terhadap teori tes
kebahasaan saja, melainkan berbagai diskrit.Jika teori diskrit aspek-aspek
macam keterampilan berbahasa.Jika tes bahasa dan keterampilan berbahasa
secara khusus hanya dimaksudkan dilakukan secar terpisah dalam tes
mengukur salah satu keterampilan integrative aspek dan keterampilan

24
berbahasa itu dicakup secara bersamaan. Soal ini juga dimaksudkan untuk
Tes integrative ditekanakan pada adanya mengukur kemampuan reseptif membaca
dua aspek kebahasaan atau keterampilan dan menyimak. Letak perbedaannya
berbahasa yang diujikan pada saat wacana yang diteskan di sini lebih panjang
bersamaan.Berikut contoh-contoh tes yang dan biasanya terdiri dari beberapa nomor
bersifat integratif baik yang menyangkut soal. Sebaliknya, tes yang sama untuk
aspek-aspek kebahasaan, keterampilan mengukur kemampuan menyimak tidak
berbahasa keduaanya. banyak dilakukan orang dibanding
kemampuan(pemahaman)membaca.
(1) Menyusun kalimat Tes yang diberikan harus benar-
Dalam tes ini, disediakan seperangkat benar menuntut siswa untuk memahami
kalimat (untuk satu soal) yang kata- secara kritis wacana yang dibaca
katanya diacaksehingga kalimat ini tidak (didengar).
memiliki makna gramatikal (4) Menyusun sebuah alinea berdasarkan
Contoh: kalimat-kalimat yang disediakan
(a) Terkejut –sedih ia- itu-mendengar- Untuk menyusun sebuah alinea
sangat-berita-yang diperlukan kemampuan untuk
(b) tsukue-arimasu-wa-hon-naka-ni menghubungkan kalimat yang satu dengan
untuk contoh diatas, siswa diminta ide yang lain.Tes ini menuntut
menyusun sendiri kalimat kemampuan siswa yang menyangkut
jawabannya.Model yang lain, kita beberapa aspek dan keterampilan
dapat menyediakan kalimat-kalimat berbahasa, bahkan juga termasuk unsur
jawaban dan siswa tinggal memilih ekstralinguistik.
yang dianggapnya paling tepat.
Untuk contoh soal diatas , misalnya: 3. Tes Pragmatik
(a) ia itu yang terkejut sangat sedih Tes pragmatik muncul sebagai reaksi
mendengar berita itu tes dikrit yang dipandang banyak
(b) ia yang terkejut sangat sedih kelemahannya. Teori diskrit yang
itumendengar berita memecahkan unsur kebahasaan dan
(c) ia sangat terkejut mendengar kemudian diteskan secara terpisah dan
berita yang sedih itu terisolasi bersifat sangat artifisial. Artinya
(d) ia yang sangat terkejut mendengar belum dapat mencerminkan kemampuan
berita sedih itu siswa mempergunakan bahasa sesuai
Bahasa jepang: dengan fungsi komunikatif. Tes pragmatik,
(a) hon wa tsukue no naka ni arimasu di pihak lain, merupakan suatu pendekatan
(b) hon ni naka no tsukue wa arimasu dalam tes keterampilan (skills).
(c) hon no tsukue wa naka ni arimasu Teori tes pragmatik sejalan dengan
(d) tsukue ni hon naka hon wa arimasu (atau berasal dari) pedekatan komunikatif
(2) Menafsirkan Wacana Singkat yang dalam pengajaran bahasa yang
dibaca atau di dengar menekankan pembentukann kompetensi
Dalam kegiatan ini setelah siswa berbahasa kemampuan berbahasa dalam
membaca tau mendengar sebuah wacana fungsi komunikatif secara wajar. Tes
singkat, kemudian disuruh menafsirkan isi pragmatik dapat diartikan sebagai suatu
wacana tersebut baik dengan cara prosedur atau tugas yang menuntut siswa
menuliskan(atau mengucapkan)dengan untuk mengahasilkan urut-urutan unsur
bahasa sendiri maupun memilih sejumlah bahasa sesuai dengan pemakaian bahasa
alternative yang telah disediakan. itu secara nyata dan sekaligus menuntut
(3) Memahami Bacaan yang dibaca atau siswa untuk menghubungkan unsur-unsur
didengar bahasa tersebut dengan konteks
ekstralinguistik (Oller. 1979:39)

25
Berikut akan diberikan beberapa (d) Zan datang sebelum Pram
contoh tes kebahasaan yang bersifat
pragmatic. Tes-tes yang dicontohkan (4) Jawaban Pertanyaan
sebenarnya bukan merupakan sesuatu yang Tugas ini berupa tes komprehensi
baru buat kita, dalam arti telah banyak dengar (lisan). Sebuah pertanyaan yang
didengar dan (mungkin) dilaksanakan. diajukan melalui sarana pendengaran
(1) Dikte (rangsang yang diperdengarkan), dan
Dalam tes ini siswa dituntut untuk diikuti beberapa alternative jawaban secara
mampu memahami makna dari sesuatu tertulis yang terdapat dalam lembar tugas.
yang didengar dan kemudian Rangsang yang diperdengarkan Jawaban
menuliskannya dengan sekaligus dalam lembar tugas
mengatasi kendala waktu. Menurut Oller -Mahalkah baku pengangan yang
dikte sabagai tes kebahasaan sangat sesuai diwajibkan itu?
dengan kriteria validitas konstruk (a) bersama kawan-kawanmu
karena(a)mencerminkan lanadasan teoritis (b) uangmu pasti mencukupi
kebahasaan(b)berkorelasi secara positif (c) beberapa jam yang lalu
dengan tes kebahasaan lain yang (d) tak seindah bentuknyakan
sejenisdan(c)kesalahan-kesalahan dalam Pertanyaan yang diajukan dapat juga
dikte berkaitan erat dengan kesalahanyang didasarkan pada wacana bentuk dialog
dibuat siswa dalam pemakaian bahasa yang diperdengarkan sebelumnya. Berikut
yang nyata. dicontohkan dalam bahasa Indonesia
Prosedur dikte dapat dibuat secara -Rangsang yang diperdengarkan
bervariasi dengan teknik-teknik yang (1) Suara pertama (laki-laki):
berupa dikte standar, dikte sebagian, dikte - Halo,Tin apa kabar?
dengan gangguan suara, dikte komposisi, - Berapa lama kita tak berjumpa,
dan produksi lisan imitasi. ya?
(2) Berbicara (2) Suara kedua (perempuan)
Tes keterampilan berbicara lebih - Baik! Sebenarnya akau masih
mendapat perhatian karena ia paling senang di rumah tetapi perkuliahan
mencerminkan kemampuan berbahasa hamper mulai
seseorang. Tes keterampilan berbicara (3) Suara ketiga (perempuan)
(ekspresi lisan) yang bersifat pragmatik - Kapankah kedua orang kawan itu
(3) Pemahaman Parafrase berjumpa
Sebuah wacana singkat disajikan Jawaban dalam lembar tugas
kepada siswa, lisan atau tertulis, kemudian (a) pada saat perkuliahan sudah
siswa, lisan atau tertulis, kemudian siswa berlangsung
diminta untuk memilih salah satu dari (b) menjelang perkuliahan akan
beberapa paraphrasealternative yang berlangsung
disediakan yang maknanya paling sesuai (c) menjelang perkuliahan sudah hampi
dengan wacana. selesai
Rangsang yang diperdengarkan (d) pada saat perkuliahan telah berakhir
Jawaban dalam lembar tugas
-pram yang datang pukul 10.00 lebih (5) Teknik Cloze (Cloze Technique, Cloze
dahulu Procedure, Cloze Test)
(a) pram datang paling dahulu Istilah cloze berasal dari persepsi
Lebih dahulu daripada zan, tetapi psikologi gestal yang merupakan proses
terlambat ―menutup‖ sesuatu yang belum lengkap.
(b) zul zul datang sesudah Zan Dalam teknik cloze tempat kosong sengaja
Satu jam daripada zul disediakan dalam satu wacana dengan
(c) Zul datang sebelum Zan menghilangkan kata-kata tertentu. Tugas

26
siswa dalam tes ini adalah mengisikan Agar pembelajaran bahasa dapat
kembali kata-kata itu secara tepat, siswa mencapai target, pembelajaran yang
dituntut menguasai system gramatikal dilakukan haruslah menekankan
bahasa dan harus memahami wacana. pemeberian kesempatan kepada siswa
Dalam mengukur kemampuan berbahasa untuk memperoleh apa yang disebut
siswa penyusunan teknik cloze harus kompetensi komunikatif. Kompetensi
dipilihkan wacana yang ―memaksa‖ siswa komunikatif merupakan kompetensi untuk
untuk memahami wacana itu. memahami dan mempergunakan bahasa
Contoh sebuah teknik cloze: dalam kegiatan komunikasi secara factual
Dalam sebuah Negara ada seorang dan wajar sesuai dengan konteks
permaisuri tua, sedang raja negeri itu pembicaraan.
sudah mangkat, permaisuri itu …….(1)
seorang putri yang amat cantik…..(2). 5. Perlukah Tes Diskrit Dipertahankan
Putri itu telah bertunangan dengan….. (3) Pengalaman telah membuktikan
anak raja jauhdari negerinya…(3) samapi bahwa betapapun baiknya suatu
waktu akan kawin , putri…..(4) bersiaplah (penemuan) teori baru, tetapi kita tidak
hendak berangkat ke negeri….(5) dapat melepaskan sama sekali teori
Kata yang dihilangkan: (1) ―lama‖. Teori yang ada sebelumnya
mempunyai, (2) parasnya, (3) seorang (4) bagaimanapun juga tetap memberikan
setelah (5) itu. andil yang bermanfaat dan ―merangsang
Ada beberapa teknik penilaian yang timbulnya teori yang lebih dikemudian.
dipergunakan dalam teknik cloze, yaitu Dalam dunia pengajaran bahasa
metode kata secara eksak yaitu jika (kedua) dewasa ini diramaikan dengan
pengisian harus seperti teks sedangkan teori baru, apabila teori ini ditekankan
penilaian kelayakan konteks yaitu ada pada kompetensi berbahasa siswa dan
rentangan menggunakan systemskala 1-4 langsung dikaitkan dengan situasi
apabila dalam rentang tersebut bisa komunikatif hal ini mengakibatkan siswa
memenuhi maka dapat dikatakan benar. belum dapat memahami bahasa secara
Pengujian dengan teknik cloze dapat benar.
berupa kegaiatan membaca.
E. TES KEBAHASAAN DAN
4. Tes Komunikatif ANALISIS KESILAPAN
Sejak kurikulum 1994 dilakukan Setiap guru bahasa pasti akan selalu
pentingnya fungsi bahasa yang sebagai menjumpai kesilapan-kesilapan berbahasa
fungsi yang komunikatif. Pengajaran yang dibuat siswa. Adanya kesilapan yang
bahasa disekolah haruslah memberikan dibuat siswa yang sering mencangkup
kesempatan kepada peserta didik untuk berbagai aspek kebahasaan itu khususnya
memperoleh berbagai kemampuan yang terlihat dalam belajar bahasa kedua
berbahasa yang dapat dimanfaatkan untuk atau asing tersebut (Burhan Nurgiyantoro,
kegiatan yang berkomunikasi dalam 2001:11). Secara principal seorang
kehidupan sehari-hari. Kemampuan pembelajar tidak lepas dari kesilapan, hal
berbahas itu meliputi kemampuan tersebut bukan berarti berakibat negative
pemahaman (menyimak dan membaca) bahkan dari kesilapan tersebut kita dapat
dan kemampuan penggunaan (berbicara mengambil manfaat. Jadi dalam kegatan
dan menulis). Fungsi komunikatif bahasa ini apabila siswa dipaksa agar senantiasa
adalah berupa pemahaman (aktif reseptif) berbahasa yang betul maka tidak akan
dan penggunaan (aktif produktif) bahasa, pernah produktif dalam berkomunikasi
sedang tata bahasa adalah semua aspek dengan alat bahasa.
yang terkait dengan system bahasa. Analisis kesilapan menunjuk pada
kegiatan menaganalisis kesilapan bahasa

27
yang dihasilkan siswa, menemukan, tempat tertentu yang umumnya
mengidentifikasi, mendeskripsikan, menunjukkan tingkat kemampuan
menghitung frekuensi dan menentukan kebahasaan siswa.
sumber kesilapan. 2. Tingkat keparahan dan Jenis kesilapan
1. Kekeliruan dan kesilapan Kesilapan terbagi 2 yaitu kesilapan
Kekeliruan (mistakes) dan kesilapan global dan kesilapan local. Kesilapan
(errors) adalah dua kasus yang sering global yaitu kesilapan berbahasa yang
ditemuidalam kegiatan (belajar) berbahasa. menyebabkan pembaca atau pendengar
Kekeliruan berbahasa lebih berhubung menjadi salah paham terhadap informasi
dengan masalah penampilan yang disampaikan. Sebaliknya kesilapan
(performance), sedang kesilapan lebih local adalah penyimpangan yang tidak
disebabkan oleh factor kemampuan begitu mengganggu kelancaran
(competence). (Brown, 1987:170) berkomunikasi.Jika tingkat keparahan dan
Kekeliruan mungkin hanya berupa jenis kesilapan tersebut digabungkan,
salah ucap atau salah tulis, yang kesilapan-kesilapan itu akan menjadi
disebabkan oleh factor-faktor :kesilapanlafal(ejaa) global dan local,
kelelahan,emosi, kerja acak-acakan kesilapan struktur global dan local. Berikut
dsb.Sedangkan Kesilapan disebabkan contoh pengkategorian jenis dan tingkat
kompetensi kebahasaan siswa biasanya kesilapan
bersifat sistematis dan terjadi pada tempat-

Jenis
Morfologi
Leksikon

Sintaksis

kesalahan

Jumlah
Ejaan

Tingkat

ringan
kesalahan
r ingan
ringan

ringan

ringan
berat

berat

berat

berat

berat

1. Nama
2. 1. Tono
3. 2. Tini

Jumlah

penjelasan dan pemberian latihan (d)


memperbaiki pengajaran secara remedial.
F. KESIMPULAN Dengan demikian analisis kesilapan
Kedua macam data kebahasaan lebih ditujukan untuk keperluan umpan
tersebut dapat berupa ulangan- balikpengajaran dan tidak secara langsung
ulanganharian atau tes yang sengaja untuk menilai tingkat keberhasilan belajar
direncakan. Data kebahasaan yang siswa. Pelaksanaan umpan balik
dihasilkan siswa untuk dianalisis haruslah pengajaran pada umumnya berupa
data yang bersifat pragmatic atau mengulangi meremidi hal-hal yang masih
komunikatif. Tujuan analisis kesilapan menyulitkan siswa .Tes kebahasaan tidak
meliputi tujuan praktis dan teoritis. Tujuan cukup diskor dan diranking melainkan
praktis adalah untuk (a) mengidentifikasi harus dianalisis (ingat analisis butir soal).
daerah kesulitan (b) menentukan urutan Berdasarkan hasil analisis itulah akan
sajian (c) menentukan penekanan dalam diketahui butir-butir soal mana(baca:bahan

28
yang mana) yang masih menyulitkan yang
perlu diajarkan kembali.
Dengan melakukan analisis
kesilapan dan atau analisis butir soal, kita
telah menempuh jalan pintas untuk
maksud pengajaran remedial. Jadi jika
seorang siswa mendapatkan nilai
mengarang kurang dari nilai maksimal
bukan berarti siswa tersebut tidak bis
mengarang sama sekali. Ada kemungkinan
ia hanya tidak menguasai semua aspek
kebahasan tertentu. Untuk menentukan
aspek-aspek kebahasaan yang belum
dikuasai siswa, analisis kesilapan yang
mampu memberikan jawaban secara
terpercaya.

DAFTAR PUSTAKA

Bachman, L. F. 1989. The development


and use of criterion-referenced tests
of language ability in language
program evaluation. In R. K.
Johnson (Ed.) 1989. The Second
Language Curriculum. Cambridge:
Cambridge. University. Press.

Brown, H.D. 1987. Principles of


Language Learning and Teaching.
Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall
Lado, Robert. 1964. Language teaching: A
scientific approach. New York:
McGraw-Hill.

Nurgiyantoro, Burhan.2001. Penilaian


dalam pengajaran bahasa dan
sastra Yogyakarta: BPFE.

Oller W. John. 1979. Language Tests at


School, Jr. London Longman

29

Anda mungkin juga menyukai