Anda di halaman 1dari 19

TES BAHASA

OLEH

I NENGAH SUECA 1329011008

PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA
2014
TES BAHASA

bagian dari ilmu bahasa atau linguistik yaitu


ilmu yang mempelajari seluk beluk bahasa

• Tes bahasa merupakan bagian dari keseluruhan


penyelenggaraan pembelajaran bahasa.

• Tes bahasa mempunyai kaitan yang sangat erat dengan


komponen-komponen dalam penyelenggaraan pembelajaran
bahasa, terutama komponen pembelajaran yang mendasarinya
yaitu kegiatan pembelajaran.
Komponen Tes
Bahasa
Komponen Tes
Bahasa

Tes Kompetensi
Bahasa Tes Kesastraan

Tes Kompetensi
Bahasa
Tes Kompetensi
Bahasa

Tes kompetensi kebahasaan secara


garis besar dapat dikelompokan
menjadi tes struktur bahasa dan
kosa kata.

Tes Struktur Garamatikal


• Struktur bahasa pada umumnya dibedakan ke dalam morfologi dan
sintaksis.
• Struktur sintaksis lebih penting daripada morfologi

Tes kosakata
• Tes penguasaan kosakata yang baik harus berkaitan dengan konteks.
• Sesuai dengan konteks: sebagai pertimbangan komunikatif bahasa,
kosakata umumnya memiliki makna tertentu setelah dimasukkan dalam
konteks.
Tes Kompetensi
Tes Kompetensi Berbahasa
Berbahasa

disebut juga tes performansi karena


pada dasarnya tes ini mengukur
kemampuan seseorang dalam
kegiatan berbahasa

Kompetensi berbahasa dibedakan menjadi dua kelompok


yaitu kompetensi memahami (comprehension) dan
kemampuan menggunakan (production), masing-masing
bersifat reseptif dan produktif.
Tes Kompetensi
Aktif Reseptif

• Terdiri dari kemampuan membaca dan menyimak


• Kegiatan membaca merupakan usaha memahami informasi usaha yang
disampaikan melalui lambing tulisan.
• Kegiatan menyimak juga merupakan memahami konteks
ekstralinguistik atau informasi melalui sarana linguitik.

Tes Kompetensi
Aktif Produktif

• Terdiri dari kemampuan menulis dan berbicara


• Kegiatan berbicara merupakan kegiatan menghasilkan bahasa dan
mengomunikasikan ide dan pikiran secara lisan.
• Kegiatan menulis merupakan kegiatan menghasilkan bahasa dan
mengomunikasikan secara tertulis.
Tes Kesastraan

Tes kesastraan harus diprioritaskan pada usaha


mengungkapkan kompetensi mengapresiasi sastra
peserta didik atau kompetensi bersastra, dan secara
langsung berhubungan dengan berbagai karya sastra.

Tes kesastraan terdiri dari tes pengetahuan tentang


sastra dan tes apresiasi sastra. Tes yang bersifat
apresiatif akan menopang tercapainya pengajaran
sastra yang berkadar apresiatif, bukan hanya
teoretis.
Jenis Tes Bahasa

Tes Diskret Asesmen Otentik

Tes Integratif Tes Komunikatif

Tes Pragmatik
Tes Diskret

Tes diskret hanya menekankan


atau menyangkut satu aspek Dasar pemikiran tes diskret
kebahsanaan pada satu waktu. (juga dalam hal pengajaran)
Tiap satu butir soal hanya adalah teori strukturalisme
dimaksudkan untuk mengukur (linguistik) dan behaviorisme
satu aspek kebahasaan, (psikologi).
misalnya fonologi, mrofologi
dan sebagainya.

Tiap bagian terpisah (kebahasaan


dan keterampilan) dapat
diajarkan dan diteskan secara
terpisah.
Tes Integratif
Dalam tes ini, aspek-aspek Tes ini merupakan bentuk tes
kebahasaan tidak dipisahkan, yang mengukur lebih dari
malainkan dalam wujud bahasa satu unsur kebahasaan atau
yang merupakan kesatuan yang satu keterampilan berbahasa
padu. dalam satu waktu.

• Aspek-aspek kebahasaan tidak saling dipisahkan, melainkan dipadukan


sehingga ada keterkaitan antarunsur atau antarketerampilan.
• Dalam tes keterampilan bahasa, bahkan akan lebih baik jika juga
mempertimbangkan aspek konteks.
• Tes ini dapat berbentuk: menyusun kalimat, menafsirkan wacana
singkat yang dibaca atau didengar, memahami bacaan yang dibaca
atau didengar, dan menyusun alinea berdasarkan kalimat-kalimat
yang disediakan.
Tes Pragmatik

Tes pragmatik dapat diarikan


sebagai prosedur atau tugas yang Tes pragmatik merupakan
menuntut peserta didik pendekatan dalam tes
keterampilan berbahasa untuk
menghasilkan urutan-urutan bahasa
mengukur seberapa baik
sesuai dengan pemakain bahasa itu
pembelajar mampu
secara nyata, sekaligus menuntut mempergunakan elemen
peserta didik untuk bahasa sesuai dengan konteks
menghubungkan bahasa tersebut berbahasa yang sesungguhnya.
dengan konteks ekstralinguistik.

Contoh bentuk-bentuk tes kebahasaan bersifat pragmatik


antara lain: dikte, berbicara, pemahaman parafrase, jawaban
pertanyaan, dan tes cloze.
Tes Komunikatif

• Tes komunikatif dilakukan sejalan dengan penggunaan


pendekatan komunikatif dalam pembelajaran bahasa.
• Pendekatan ini menekankan pada pembelajaran bahasa
sesuai dengan fungsi-fungsi bahasa untuk keperluan
berkomunikasi.

Wujud tes komunikatif adalah tes pemahaman dan penggunaan


bahasa dalam konteks yang jelas; jadi ia berupa tes kemampuan
berbahasa (skills).

Misalnya, tes pemahaman terhadap sebuah dialog (menyimak),


maka harus dapat dikenali siapa yang berbicara, bagaimana
situasi, topik pembicaraan, dan lain-lain.
Asesmen Otentik
Hakikat Penilaian Otentik

Asesmen otentik mementingkan penilaian proses dan hasil sekaligus.


Dengan demikian, seluruh tampilan siswa dalam rangkaian kegiatan
pembelajaran dapat dinilai secara objektif, apa adanya, dan tidak
semata-mata hanya berdasarkan hasil akhir (produk) saja.

Jika dilihat dari sudut pandang teori Bloom, sebuah penilaian


haruslah mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.

• Otentik dapat berarti dan sekaligus menjamin: objektif, nyata,


konkret, benar-benar hasil tampilan siswa, serta akurat dan
bermakna.
• Penilaian otentik menekankan kemampuan pembelajar untuk
mendemonstrasikan pengetahuan yang dimiliki secara nyata dan
bermakna.
Penilaian Otentik versus
Penilaian Tradisional
Penilaian tradisional lebih menekankan tagihan penguasaan
pengetahuan, sedangkan penilaian otentik kinerja atau
tampilan yang mencerminkan penguasaan pengetahuan dan
keterampilan.

Karakteristik penilaian tradisional


a. Misi sekolah adalah mengembangkan warga negara yang produktif.
b. Untuk menjadi warga negara produktif, seseorang harus menguasai
disiplin keilmuan dan keterampilan tertentu.
c. Sekolah mesti mengajarkan siswa disiplin keilmuan dan keterampilan
tersebut.
d. Untuk mengukur keberhasilan pembelajaran, guru harus mengetes siswa
untuk mengetahui tingkat penguasaan keilmuan dan keterampilan itu.
e. The curriculum drives assessment; the body of knowledge is determined first.
Mueller (2008)
Penilaian Otentik versus
Penilaian Tradisional

Karakteristik penilaian otentik

a. Misi sekolah adalah mengembangkan warga negara yang produktif.


b. Untuk menjadi warga negara produktif, seseorang harus mampu
menunjukkan penguasaan melakukan sesuatu secara bermakna dalam
dunia nyata.
c. Sekolah mesti mengembangkan siswa untuk dapat mendemonstrasikan
kemampuan/keterampilan melakukan sesuatu.
d. Untuk mengukur keberhasilan pembelajaran, guru harus meminta siswa
melakukan aktivitas tertentu secara bermakna yang mencerminkan
aktivitas di dunia nyata.
e. Assessment drives the curriculum; the teachers first determine the tasks
that student will perform to demonstrate their mastery.

Mueller (2008)
Manfaat Penggunaan Penilaian Otentik

• Pertama, penggunaan penilaian otentik memungkinkan dilakukannya


pengukuran secara langsung terhadap kinerja pembelajar sebagai indikator
capain kompetensi yang dibelajarkan.

• Kedua, penilaian otentik memberi kesempatan pembelajar untuk


mengonstruksikan hasil belajarnya.

• Ketiga, penilaian otentik memungkinkan terintegrasikannya kegiatan


pengajaran, belajar, dan penilaian menjadi satu paket kegiatan yang
terpadu.

• Keempat, penilaian otentik memberi kesempatan pembelajar untuk


menampilkan hasil belajarnya, unjuk kerjanya, dengan cara yang dianggap
paling baik.
Pengembangan
Penilaian Otentik
Menurut Muler
(2008)

Penentuan Penentuan Pembuatan Pembuatan


Standar Tugas Otentik kriteria Rubrik
Jenis Asesmen Otentik

Penilaian Kinerja Menceritakan


Kembali Teks

Wawancara Lisan Portofolio

Pertanyaan Terbuka Proyek


Perlukah Tes Tradisional
Dipertahankan?
“hanya” menuntut aktivitas peserta didik untuk
memilih jawaban, menunjukkan penguasaan
pengetahuan, memanggil kembali atau
rekognisi, soal dan jawaban disusun guru

Perbedaan diantara penilaian tradisional


versus otentik tidak perlu dibesar-besarkan.
Keduanya tetap sama-sama dibutuhkan.

Kedua model penilaian tersebut disarankan sama-sama


dipergunakan untuk mengukur kompetensi yang sesuai,
namun dengan penekanan penilaian otentik. Jadi,
penggunaan keduanya itu bersifat saling melengkapi

Anda mungkin juga menyukai