Anda di halaman 1dari 5

Nama : Azqia Wardatulummah

Prodi : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)


Semester : 2 (dua)
Quiz Bahasa Indonesia

1. Fungsi keterampilan proses dalam mata pelajaran Bahasa dan sastra


Indonesia.
- Keterampilan proses berfungsi sebagai alat menemukan dan mengembangkan
konsep.
- Siswa mampu memahami konsep tentang ilmu bahasa dan sastra Indonesia.
- Pendekatan keterampilan proses memang lebih memfokuskan kegiatan belajar
mengajar pada proses pemerolehan hasil belajar atau pencapaian tujuan
pembelajaran itu sendiri. Kegiatan keterampilan proses :
a. Kemampuan Mengamati
Mengamati merupakan salah satu keterampilan yang sangat penting untuk
memperoleh pengetahuan, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam
pengembangan ilmu pengetahuan. Kegiatan ini tidak sama dengan kegiatan
melihat. Pengamatan dilaksanakan dengan memanfaatkan seluruh panca
indra yang mungkin bisa digunakan untuk memperhatikan hal yang
diamati. Kemudian, mencatat apa yang diamati, memilah-milah bagiannya
berdasarkan kriteria tertentu berdasarkan tujuan pengamatan, serta
mengolah hasil pengamatan dan menuliskan hasilnya.
b. Kemampuan Menghitung
Kemampuan menghitung Dalam pengertian yang luas merupakan salah satu
kemampuan yang penting dalam kehidupan sehari-hari. Dapat dikatakan
bahwa dalam semua aktivitas kehidupan semua manusia memerlukan
kemampuan ini
c. Kemampuan Mengukur
Dalam pengertian yang luas, kemampuan mengukur sangat diperlukan
dalam kehidupan sehari-hari. Dasar dari kegiatan pengukuran ini adalah
perbandingan. Dalam pengajaran apresiasi sastra, misalnya, kegiatan
pengukuran ini dapat berupa telaah terhadap suatu karya sastra dengan
menggunakan kriteria nilai-nilai estetika, moral, dan nilai pendidikan.
d. Kemampuan Mengklasifikasi
Kemampuan mengklasifikasi merupakan kemampuan mengelompokkan
atau menggolongkan suatu yang berupa benda, akta, informasi, dan
gagasan. Pengelompokan ini didasarkan pada karakteristik atau ciri-ciri
yang sama dengan tujuan tertentu, baik dalam kehidupan sehari-hari
maupun dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Dalam pembelajaran
bahasa Indonesia, kemampuan ini, misalnya berupa kemampuan
membedakan antara opini dan fakta dalam suatu wacana dan
mengelompokkan karya sastra berdasarkan ciri strukturnya.
e. Kemampuan Menemukan Hubungan
Kemampuan ini merupakan kemampuan penting yang perlu dikuasai oleh
siswa. Yang termasuk dalam kemampuan ini adalah fakta, informasi,
gagasan, pendapat, ruang, dan waktu. Semuanya merupakan variabel untuk
menentukan hubungan antara sikap atau tindakan tertentu yang sesuai.
Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, kemampuan ini diwujudkan dalam
kemampuan siswa menemukan hubungan antara fakta yang terdapat dalam
bacaan untuk membangun pemahaman kritis dan kreatif terhadap bacaan.
f. Kemampuan Membuat Prediksi
Prediksi yang dimaksudkan di sini bukanlah sembarangan perkiraan.
Mainkan perkiraan yang mempunyai dasar atau penalaran. Kemampuan
membuat prediksi atau perkiraan yang didasari penalaran, baik dalam
kehidupan sehari-hari maupun dalam mengembangkan ilmu pengetahuan.
Dalam teori penelitian, kemampuan membuat prediksi ini disebut juga
kemampuan menyusun hipotesis.
g. Kemampuan Melaksanakan Penelitian
Penelitian, merupakan kegiatan Para ilmuwan dalam kehidupan ilmiah.
Namun, dalam kehidupan sehari-hari kita juga perlu mengadakan
penelitian. Artinya, kita mengadakan pengkajian terhadap sesuatu untuk
memecahkan masalah yang kita hadapi. Dalam pembelajaran bahasa
Indonesia, siswa dilatih untuk mengadakan pengamatan atau observasi serta
melaporkan hasil pengamatan itu.
h. Kemampuan Mengumpulkan dan Menganalisis Data
Kemampuan ini merupakan bagian dari kemampuan mengadakan
penelitian. Dalam kemampuan ini, siswa perlu menguasai Bagaimana cara
cara mengumpulkan data, baik dalam penelitian kuantitatif maupun
kualitatif. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, anak-anak dilatih untuk
mengumpulkan data dalam pengamatan lapangan, kemudian menganalisis
data tersebut dan membuat kesimpulan.
i. Kemampuan Mengkomunikasikan Hasil
Kemampuan ini merupakan salah satu kemampuan yang juga harus
dikuasai siswa. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, misalnya siswa
dilatih untuk menyusun laporan hasil pengamatannya, kemudian
mempresentasikannya di depan kelas dalam sebuah kegiatan diskusi. Selain
itu, siswa juga dilatih untuk menyusun laporan singkat tentang apa yang
mereka teliti untuk dipublikasikan melalui majalah sekolah atau majalah
dinding.
2. Membina dan mengarahkan fitrah anak sesuai dengan konteks Teori dan
pendekatan pembelajaran Bahasa.
- Pengajar harus memahami fitrah manusia sebagai potensi dasar siswa, karena
setiap siswa mempunyai kekurangan dan kelebihan sesuai dengan bakat yang
mereka miliki masing-masing.
- Pendidik dilarang keras untuk melakukan pembelajaran dengan cara kekerasan
di Sekolah, sebab Sekolah adalah tempat siswa menuntut ilmu dan
mengembangkan potensi yang mereka punya.
- Dengan melakukan pendekatan :
a. Pendekatan Tujuan
Pendekatan tujuan ini dilandasi oleh pemikiran, bahwa dalam setiap
kegiatan belajar mengajar yang harus dipikirkan dan ditetapkan lebih
dahulu adalah tujuan yang hendak dicapai. Dengan memperhatikan tujuan
yang telah ditetapkan itu dapat ditentukan metode mana yang akan
digunakan dan teknik pengajaran yang bagaimana yang diterapkan agar
tujuan pembelajaran tersebut dapat dicapai. Jadi, proses belajar mengajar
ditentukan oleh tujuan yang telah ditetapkan, untuk mencapai tujuan itu
sendiri. Misalnya untuk pokok bahasan menulis, tujuan pembelajaran yang
telah ditetapkan ialah “Siswa mampu membuat karangan/cerita berdasarkan
pengalaman atau informasi dari bacaan”. Dengan berdasar pada pendekatan
tujuan, maka yang penting ialah tercapainya tujuan yakni siswa memiliki
kemampuan mengarang. Penerapan pendekatan tujuan ini sering dikaitkan
dengan “cara belajar tuntas”. Dengan “cara belajar tuntas”, berarti suatu
kegiatan belajar mengajar dianggap berhasil, apabila sedikit-dikitnya 85%
dari jumlah siswa yang mengikuti pelajaranitu menguasai minimal 75%
dari bahan ajar yang diberikan oleh guru. Penentuan keberhasilan itu
didasarkan hasil tes sumatif. Jika sekurang-kurangnya 85% dari jumlah
siswa dapat mengerjakan atau dapat menjawab dengan betul minimal 75%
dari soal yang diberikan guru maka pembelajaran dapat dianggap berhasil.
b. Pendekatan Struktural
Pendekatan Struktural merupakan salah satu pendekatan dalam
pembelajaran bahasa yang dilandasi oleh asumsi yang menganggap bahasa
sebagai kaidah. Atas dasar anggapan tersebut timbul pemikiran bahwa
pembelajaran bahasa harus mengutamakan penguasaan kaidah-kaidah
bahasa atau tata bahasa. Oleh sebab itu, pembelajaran bahasa perlu dititik
beratkan pada pengetahuan tentang struktur bahasa yang tercakup dalam
fonologi, mofologi, dan sintaksis. Dalam hal ini pengetahuan tentang pola-
pola kalimat, pola kata, dan suku kata menjadi sangat penting. Dengan
struktural, siswa akan menjadi cermat dalam menyusun kalimat, karena
mereka memahami kaidah-kaidahnya.
c. Pendekatan Keterampilan
Proses Pendekatan keterampilan adalah suatu pengelolaan kegiatan belajar
mengajar yang berfokus pada pelibatan siswa secara aktif dan kreatif dalam
proses pemerolehan hasil belajar. Jadi dapat diartikan bahwa pendekatan
ketrampilan proses dalam pembelajaran bahasa adalah pendekatan yang
memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk terlibat secara
aktif dan kreatif dalam proses pemerolehan bahasa. Keterampilan proses
meliputi keterampilan intelektual, keterampilan sosial, dan keterampilan
fisik. Keterampilan proses berfungsi sebagai alat menemukan dan
mengembangkan konsep. Konsep yang telah ditemukan atau dikembangkan
berfungsi pula sebagai penunjang keterampilan proses. Interaksi antara
pengembangan keterampilan proses dengan pengembangan konsep dalam
proses belajar mengajar menghasilkan sikap dan nilai dalam diri siswa.
Tanda-tandanya terlihat pada diri siswa seperti teliti, kreatif, kritis, objektif,
tenggang rasa, bertanggung jawab, jujur, terbuka, dapat bekerja sama, rajin,
dan sebagainya. Keterampilan proses dibangun sejumlah keterampilan-
keterampilan. Karena itu pencapainnya atau pengembangannya dilaksanakan
dalam setiap proses belajar mengajar dalam semua mata pelajaran. Setiap
mata pelajaran mempunyai karakteristik sendiri. Karena itu dalam
penjabaran keterampilan proses dapat berbeda pada setiap mata pelajaran.
d. Pendekatan Whole Language
Whole language adalah satu pendekatan pengajaran bahasa yang
menyajikan pengajaran bahasa secara utuh, tidak terpisah-pisah (Edelsky,
1991; Froese,1990; Goodman,1986; Weaver,1992). Whole language adalah
cara untuk menyatukan pandangan tentang bahasa, tentang pembelajaran,
dan tentang orang-orang yang terlibat dalam pembelajaran. Jadi dapat
disimpulkan bahwa pengertian dari whole language adalah suatu pendekatan
pembelajaran bahasa yang didasari oleh paham constructivism.Whole
language dimulai dengan menumbuhkan lingkungan dimana bahasa
diajarkan secara utuh dan keterampilan bahasa (menyimak, berbicara,
membaca, dan menulis) diajarkan secara terpadu.
e. Pendekatan CBSA
Pengertian pendekatan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif ) dapat diartikan
sebagai anutan pembelajaran yang mengarah kepada pengotimalisasian
pelibatan intelektual-emosianal siswa dalam proses pembelajaran, dengan
pelibatan fisik siswa apabila diperlukan. Pelibatan intelektual-emosional/
fisik siswa optimalisasi dalam pembelajran , diarahkan untuk membelajarkan
siswa bagaimana belajar memperoleh dan memproses pemerolehan
belajarnya tentang pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai. Keaktifan
dalam pendekatan CBSA menunjuk kepada keaktifan mental, baik
intelektual maupun emosional, meskipun untuk merealisasikan dalam
banyak hal dipersyaratkan atau dibutuhkan keterlibatan langsung dalam
berbagai bentuk keaktifan fisik.
f. Pendekatan Komunikatif
Pendekatan komunikatif adalah suatu pendekatan yang bertujuan untuk
membuat kompetensi komunikatif sebagai tujuan pembelajaran bahasa, juga
mengembangkan prosedur-prosedur bagi pembelajaran empat keterampilan
berbahasa (menyimak, membaca, berbicara, dan menulis), mengakui dan
menghargai saling ketergantungan bahasa. Pendekatan komunikatif
merupakan pendekatan yang berlandaskan pada pemikiran bahwa
kemampuan menggunakan bahasa dalam berkomunikasi merupakan tujuan
yang harus dicapai dalam pembelajaran bahasa. Jadi pembelajaran yang
komunikatif adalah pembelajaran bahasa yang memungkinkan peserta didik
memiliki kesempatan yang memadai untuk mengembangkan kebahasaan dan
menunjukkan dalam kegiatan berbahasa baik kegiatan produktif maupun
reseptif sesuai dengan situasi nyata, bukan situasi buatan yang terlepas dari
konteks.
g. Pendekatan Kontekstual
Pendekatan konstektual merupakan suatu konsep belajar dimana guru
menghadirkan situasi dunia nyata kedalam kelas dan mendorong siswa
membuat membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan
masyarakat. Hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi anak untuk
memecahkan persoalan, berpikir kritis dan melaksanakan observasi serta
menarik kesimpulan dalam kehidupan jangka panjangnya. Dalam konteks
itu, siswa perlu mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, dalam status
apa mereka dan bagaimana mencapainya.

Anda mungkin juga menyukai