Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita
terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu
proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi,
menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat
dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan
pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan
(2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered
approach).
2. Metode
Metode pembelajaran bahasa ialah rencana pembelajaran bahasa, yang mencakup
pemilihan, penentuan, dan penyusunan secara sistematis bahan yang akan diajarkan, serta
kemungkinan pengadaan remidi dan bagaimana pengembangannya. Pemilihan, penentuan,
dan penyusunan bahan ajar secara sistematis, dimaksudkan agar bahan ajar tersebut mudah
diserap dan dikuasai oleh siswa. Semuanya itu didasarkan pada pendekatan yang dianut;
dengan kata lain pendekatan merupakan dasar penentu metode yang digunakan.
3. Teknik
Teknik pembelajaran merupakan cara guru menyampaikan bahan ajar yang telah disusun
(dalam metode), berdasarkan pendekatan yang dianut. Teknik yang digunakan oleh guru
bergantung pada kemampuan guru itu mencari akal atau siasat agar proses belajar mengajar
data berjalan lancar dan berhasil dengan baik. Guru perlu mempertimbangkan situasi kelas,
lingkungan, kondisi siswa, sifat-sifat siswa, dan kondisi-kondisi yang lain. Dapat dikatakan
bahwa teknik pembelajaran adalah siasat yang dilakukan oleh guru dalam pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar, untuk memperoleh hasil yang optimal. Teknik pembelajaran
ditentukan berdasarkan metode yang digunakan, dan metode disusun berdasarkan
pendekatan yang dianut. Dengan kata lain pendekatan menjadi dasar penentuan teknik
pembelajaran.
B. PENDEKATAN-PENDEKATAN DALAM
PEMBELAJARAN BAHASA
Di bawah ini akan dibahas beberapa pendekatan yang selayaknya difahami oleh guru-guru
sekolah dasar, baik guru kelas maupun guru bidang studi.
1. Pendekatan Behaviorisme
Kelompok ini berpandangan bahwa proses penguasaan kemampuan berbahasa anak
sebenarnya dikendalikan dari luar sebagai akibat berbagai rangsangan yang diterapkan
lingkungan kepada Si Anak. Bahasa sebagai wujud perilaku manusia merupakan kebiasaan
yang harus dipelajari. Jadi kemampuan berkomunikasi anak melalui bahasa pada dasarnya
sangat ditentukan oleh stimulus-respon dan peniruan-peniruan.
2. Pendekatan Nativisme
Pandangan ini berpendapat bahwa anak sudah dibekali secara alamiah dengan apa yang
disebut LAD (Language Acquisition Device). LAD sudah diprogramkan untuk mengolah butir-
butir tatabahasa yang dianggap sebagai suatu bagian dari otak. LAD membekali anak dengan
kemampuan alamiah untuk dapat berbahasa. Dengan demikian belajar berbahasa pada
hakikatnya hanyalah mengisi detail dalam struktur yang sudah ada secara alamiah.
3. Pendekatan Kognitif
Kemapuan berbahasa anak berasal dan diperoleh sebagai akibat dari kematangan kognitif
anak. Bahasa dalam pandangan kognitif distrukturlisasi dan dikendalikan oleh nalar. Dengan
demikian perkembangan kognisi sangat berpengaruh pada perkembangan bahasa.
5. Pendekatan Tujuan
Pendekatan tujuan ini dilandasi oleh pemikiran, bahwa dalam setiap kegiatan belajar
mengajar yang harus dipikirkan dan ditetapkan lebih dahulu adalah tujuan yang hendak
dicapai. Dengan memperhatikan tujuan yang telah ditetapkan itu dapat ditentukan metode
mana yang akan digunakan dan teknik pengajaran yang bagaimana yang diterapkan agar
tujuan pembelajaran tersebut dapat dicapai. Jadi, proses belajar mengajar ditentukan oleh
tujuan yang telah ditetapkan, untuk mencapai tujuan itu sendiri. Misalnya untuk pokok
bahasan menulis, tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan ialah “Siswa mampu membuat
karangan/cerita berdasarkan pengalaman atau informasi dari bacaan”. Dengan berdasar
pada pendekatan tujuan, maka yang penting ialah tercapainya tujuan yakni siswa memiliki
kemampuan mengarang.
Penerapan pendekatan tujuan ini sering dikaitkan dengan ‘’cara belajar tuntas’’.
Dengan ‘’cara belajar tuntas’’, berarti suatu kegiatan belajar mengajar dianggap berhasil,
apabila sedikit-dikitnya 85% dari jumlah siswa yang mengikuti pelajaran itu menguasai
minimal 75% dari bahan ajar yang diberikan oleh guru. Penetuan keberhasilan itu didasarkan
hasil tes sumatif; jika sekurang-kurangnya 85% dari jumlah siswa dapat mengerjakan atau
dapat menjawab dengan betul minimal 75% dari soal yang diberikan oleh guru maka
pembelajaran dapat dianggap berhasil.
6. Pendekatan Struktural
Pendekatan Struktural merupakan salah satu pendekatan dalam pembelajaran bahasa yang
dilandasi oleh asumsi yang menganggap bahasa sebagai kaidah. Atas dasar anggapan
tersebut timbul pemikiran bahwa pembelajaran bahasa harus mengutamakan penguasaan
kaidah-kaidah bahasa atau tata bahasa. Oleh sebab itu, pembelajaran bahasa perlu dititik
beratkan pada pengetahuan tentang struktur bahasa yang tercakup dalam fonologi,
mofologi, dan sintaksis. Dalam hal ini pengetahuan tentang pola-pola kalimat, pola kata, dan
suku kata menjadi sangat penting. Dengan struktural, siswa akan menjadi cermat dalam
menyusun kalimat, karena mereka memahami kaidah-kaidahnya
Pandangan ini berpendapat bahwa bahasa adalah data yang didengar/ditulis untuk
dianalisis sesuai dengan tatabahasa. Jadi belajar bahasa adalah belajar strukturstruktur
(tatabahasa).
7. Pendekatan Komunikatif
Pendekatan komunikatif adalah suatu pendekatan yang bertujuan untuk membuat
kompetensi komunikatif sebagai tujuan pembelajaran bahasa, juga mengembangkan
prosedur-prosedur bagi pembelajaran empat keterampilan berbahasa (menyimak,
membaca, berbicara, dan menulis), mengakui dan menghargai saling ketergantungan
bahasa.
8. Pendekatan Pragmatik
Pendekatan ini mengutamakan keterampilan berbahasa dengan memperhatikan faktor-
faktor penentu berbahasa, seperti: pemeran serta, tujuan, situasi, konteks juga aspek
pengembangan: emosi, moral, sosial dan intelektual.
9. Pendekatan “Whole Language”
Pengertian dari whole language adalah suatu pendekatan pembelajaran bahasa yang
didasari oleh paham constructivism.Whole language dimulai dengan menumbuhkan
lingkungan dimana bahasa diajarkan secara utuh dan keterampilan bahasa (menyimak,
berbicara, membaca, dan menulis) diajarkan secara terpadu.
c. Penting bagi siswa tahu ‘untuk apa’ ia belajar, dan ‘bagaimana’ ia menggunakan
pengetahuan dan keterampilan itu.
Dapat disimpulkan bahwa CBSA adalah salah satu strategi pembelajaran yang
menuntut aktivitas atau partisipasi peserta didik seoptimal mungkin sehingga mereka
mampu mengubah tingkah lakunya dalam proses internalisasi secara lebih efektif dan
efisien.
Keterampilan proses adalah kemampuan yang dibangun oleh sejumlah keterampilan dalam
proses pembelajaran yang meliputi: a. keterampilan intelektual
b. keterampilan sosial
c. keterampilan fisik
Asumsi lain tentang pendekatan yaitu: Ada beberapa pendekatan yang masih dominan
digunakan dalam pembelajaran bahasa yaitu pendekatan komunikatif, CBSA, integrative dan
komunikatif.
Pendekatan Komunikatif
Komunikatif adalah pembelajaran bahasa yang mengemukakan kemampuan penggunaan
menggunakan bahasa dalam konteks komunikasi (keterampilam wicara dan menulis. Prinsip-
prinsip pengajaran bahasa Indonesia dengan pendekatan komunikatif sebagai berikut:
a. Pragmatic, struktur dan kosa kata tidak disajikan sebagai pokok bahasan yang berdiri
sendiri karena kosa kata, prakmatik dan struktur telah tercakup dalam pengajaran
keempat keterampilan pembelajaran bahasa tersebut.
b. Pembelajaran bahasa untuk melatih kepekaan siswa. Maksudnya siswa tidak hanya
diinformasikan secara lugas atau langsung tetapi harus mampu juga memahami
informasi yang disampaikan.
c. Pembelajaran bahasa selain untuk meningkatkan keterampilan berbahasa juga
menungkatkan untuk bernalar, meningkatkan wawasan, mengembangkan kemampuan
hayati keindahan karya sastra seperti: membaca puisi, menyanyi, bercerita dan bermain
drama.
d. Pembelajaran bahasa juga diarahkan untuk membekali siswa menguasap bahasa lisan
dan tulis, misalya mengungkapkan berbagai informasi yang didapat secara lisan dan
tertulis .
b. Berbicara
c. Membaca
d. Menulis
Misalnya:“Temakesehatan” Keempat aspek tersebut bersumber pada kesatuan tema
kesehatan. Integrative materi juga diikat oleh sebuah tema.
Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia pada dasarnya tergolong ke dalam 3 jenis tujuan,
yaitu tujuan afektif, kognitif, dan psikomotorik. Tujuan afektif berkaitan dengan penanaman
rasa bangga dan menghargai bahasa Indonesia sebagai sarana komunikasi. Tujuan kognitif
berkaitan dengan proses pemahaman bentuk, makna, dan fungsi bahasa Indonesia. Tujuan
psikomotorik berkaitan dengan kemampuan menggunakan bahasa Indonesia untuk berbagai
kepentingan.
Fungsi pembelajaran bahasa Indonesia dapat digolongkan ke dalam 2 jenis, yaitu fungsi
instrumentatif dan fungsi intrinsik. Fungsi instrumentatif adalah fungsi pembelajaran bahasa
Indonesia sebagai sarana komunikasi. Fungsi intrinsik adalah fungsi pembelajaran bahasa
Indonesia sebagai proses pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia.
Manfaat pembelajaran bahasa Indonesia dapat bersifat praktis dan strategis. Adapun yang
menjadi manfaat pembelajaran bahasa Indonesia adalah meningkatkan kemampuan
komunikasi, pembentuk perilaku positif, sarana pengembang ilmu pengetahuan, sarana
memperoleh ilmu pengetahuan, sarana pengembang nilai norma kedewasaan, sarana
ekspresi imajinatif; sarana penghubung dan pemersatu masyarakat Indonesia, dan sarana
transfer kultural.