PETA KONSEP
1
pencarian yang sistematis dan berisi berbagai strategi dimana
menghasilkan kumpulan pengetahuan yang dinamis.
Ilmu Pengetahuan Alam mempunyai objek dan permasalahan jelas
yaitu berobjek benda-benda alam dan mengungkapkan gejala-gejala alam
yang disusun secara sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan
pengamatan yang dilakukan oleh manusia. IPA merupakan ilmu yang
berhubungan dengan gejala-gejala alam dan kebendaan yang sistematis
yang tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari
hasil observasi dan eksperimen.
IPA juga dipandang sebagai cerminan dari hubungan antara produk
pengetahuan, metode ilmiah serta nilai sikap yang terkandung dalam
proses pencarianya. IPA adalah proses kegiatan yang dilakukan para
saintis dalam memperoleh pengetahuan dan sikap terhadap proses
kegiatan tersebut. Hal ini sejalan dengan hakikat Ilmu Pengetahuan Alam
yang bukan hanya kumpulan pengetahuan fakta untuk dihafal, tetapi ada
proses aktif menemukan menggunakan pikiran dan sikap dalam
mempelajarinya.
Dalam hal ini, IPA sejatinya merupakan proses penemuan
pengetahuan dan sikap ilmiah sehingga bukan hanya kumpulan
pengetahuan yang merupakan produk dari kegiatan ilmiah. Berdasarkan
pengertian diatas dapat diketahui bahwa Ilmu Pengetahuan Alam adalah
kumpulan pengetahuan berupa teori-teori mengenai peristiwa-peristiwa
yang terjadi di alam dan telah diuji kebenarannya, melalui proses metode
ilmiah dari pengamatan, studi, dan pengalaman disertai sikap ilmiah di
dalamnya
1
b) Kognitif, Merupakan proses mengetahui dan memperoleh
pengetahuan
c) Teleologis, Artinya untuk mencapai kebenaran, memberikan
penjelasan / pencerahan dan melakukan penerapan dengan melalui
peramalan dan pengendalian.
IPA sebagai suatu metode dapat berbentuk :
a) Pola Prosedural, yang meliputi Pengamatan, Pengukuran, Deduksi,
Induksi, Analisis, Sintesis, dll.
b) Tata langkah, yaitu urutan proses yang diawali dengan penentuan
masalah, perumusan hipotesis, pengumpulan data, penarikan
kesimpulan dan pengujian hasil.
Dalam perkembangan tata langkah ini dikenal dengan metode ilmiah
IPA sebagai pengetahuan yang sistematis terkait dengan obyek material
atau bidang permasalahan yang dikaji. Obyek material IPA dapat
dibedakan atas: Benda fisik/mati, Makhluk hidup, Peristiwa sosial, Ide
abstrak.
1
Fakta merupakan produk IPA yang paling dasar.Fakta diperoleh
dari hasil observasi secara intensif dan kontinu atau terus menerus, secara
verbal fakta adalah pernyataan tentang benda yang benar-benar ada atau
peristiwa yang sungguh terjadi. Fakta adalah pernyataan-pernyataan
tentang benda-benda yang benar-benar ada, atau peristiwa-peristiwa
yang benar-benar terjadi dan sudah dikonfirmasi secara obyektif.
Fakta sebagai ungkapan tentang sifat-sifat suatu benda, tempat,
atau waktu adanya atau terjadinya suatu benda atau kejadian.
Fakta juga merupakan bentuk informasi yang spesifik yang harus diingat
oleh siswa.Termasuk di dalamnya , waktu kejadian, nama orang atau
peristiwa yang harus diingat. Contoh produk IPA yang merupakan fakta
adalah:
a) Gula rasanya manis
b) Air membeku pada suhu 0
c) Atom hydrogen memiliki satu electron.
d) Merkurius adalah planet terdekat dengan matahari
e) Ular termasuk golongan reptilian
f) Logam tenggelam dalam air
g) Bentuk bulan yang terliahat dari bumi berubah-ubah
h) Katak berkembang biak dengan cara bertelur
1
Prinsip IPA adalah generalisasi tentang hubungan diantara konsep-
konsep IPA.. Prinsip merupakan kumpulan sejumlah besar fakta atau
menjelaskan saling keterhubungan sejumlah fakta. Prinsip IPA bersifat
analitik sebab merupakan generalisasi induktif yang ditarik dari beberapa
contoh. Menurut para ilmuan prinsip merupakan deskripsi yang paling
tepat tentang objek atau kejadian. Prinsip dapat berubah bila observasi
baru dilakukan, sebab prinsip bersifat tentative. Contoh produk IPA yang
merupakan prinsip ialah udara yang dipanaskan memuai, adalah prinsip
yang menghubungkan konsep-konsep udara, panas, dan pemuaian.
Prinsip ini menyatakan jika udara dipanaskan maka akan memuai. Contoh
lainnya yaitu semakin besar kuat cahaya, hasil fotosintesis semakin
banyak. Selain itu larutan yang bersifat asam bila yang dicampur dengan
larutan yang bersifat basa akan membentuk garam yang bersifat netral.
1
c) Teori Geosentrik alam semesta yang menonjol lima ratus tahun
yang lalu sekarang hanya merupakan bagian dari segala dan tidak
berklaku lagi.
Untuk mendapatkan produk IPA seperti tersebut diatas para ilmuan
melakukan kegiatan yang dikenal dengan proses IPA. Oleh karena itu IPA
sebagai suatu produk tidak bisa lepas dari IPA sebagai suatu proses.
1
b) Mengumpulkan data yang ada hubungannya dengan masalah. data
yang terkumpul diolah/dianalisis atau disintesis untuk merumuskan
hipotesis.
c) Merumuskan hipotesis berdasarkanalasan atau pengetahuan yang
merupakan jawaban sementara terhadap suatu masalah. Hipotesis
bersifat tentative dan dapat diuji apakah benar atau diterima atau
salah atau ditolak.
d) Menguji hipotesis, dapat ditempuh dengan cara melakukan
eksperimen atau melakukan observasi tergantung dengan cara
melakukan eksperimen.
e) Menarik kesimpulan, kesimpulan dibuat berdasar data atau informasi
yang dikumpulkan dalam eksperimen atau observasi. Data atau
informasi yang dimaksud adalah data atau informasi dalam rangka
pengujian hipotesis.
Hasil belajar IPA dari segi proses dapat dibedakan dari produk dengan
melihat proses yang dilakukan siswa dalam belajara. konsep air membeku
pada 0 dan mendidih pada 100 , misalnya dapat saja diketahu siswa
denga membaca buku atau diberitahukan oleh guru. akan tetapi,kesan
pengetahuan yang diperolehnya akan sangat berbeda jika melihat sendiri
dengantermometer pada suhu berapa air yang membeku dan yang
mendidih.
1
pengkelompokkan makhluk hidup yang memiliki persamaan yaitu
kelompok hewan yang bersayap dan bekaki enam meliputi
balalang, kupu-kupu dan nyamuk.
3. Menyimpulkan
Menyimpulkan merupakan kemampuan untuk menyatakan hasil
penilaian atau suatu obyek atau kejadian atau fenomena.Penilaian
tersebut ditentukan atau dasar fakta dan konsep atau prinsip-
prinsip yang telah diketahui. Contoh proses menyimpulkan adalah
bila dari kegiatan pengamatan terhadap perubahan kertas yang
ditetesi dengan berbagai macam larutan.
4. Mengiferensi
Merupakan kemampuan untuk membuat ramalan tentang
kejadian yang akan datang berdasarkan hasil observasi yang
pernah dilakukan, konsep atau prinsip yang telah diketahui. Oleh
karena itu keterampilan menginferensi disebut juga dengan istilah
memprediksi. Contoh proses menginferensi adalah bila dari hasil
observasi sebelumnya telah disimpulkan bahwa larutan yang
bersifat asam akan merubah warna kertas lakmus menjadi merah
atau orange, larutan yang bersifat basa akan merubah warna
kertas lakmus menjadi biru dan cairan yang bersifat netral tidak
merubah warna kertas lakmus.
5. Mengukur
Mengukur adalah keterampilan untuk menentukan kuantitas alat
ukuran suatu obyek dengan membandingkan atau menggunakan
alat ukur yang sesuai.Misalnya untuk mengukur suhu digunakan
thermometer, untuk mengukur panjang digunakan mistar, dan
untuk mengukur pH digunakan pH meter.
6. Menggunakan hubungan antar ruang dan waktu
Meliputi keterampilan untuk menjelaskan posisi suatu benda
terhadap benda yang lain, menjelaskan posisi benda terhadap
waktu dan membuat dugaan keadaan yang akan datang
berdasarkan apa yang telah diketahui saat ini. Contoh : dari hasil
pengamatan dan pengukuran tinggi dan arah bayangan benda
yang terbentuk karena sinar matahari pada pukul 07.00, 08.00,
09.00, dan 10.00 dapat menggunakannya untuk memprediksi atau
untuk memnentukan dimana arah atau tinngi bayangan benda
tersebut pada pukul 14.00 atau 15.00.
7. Mengkomunikasikan
Mengkomunikasikan adalah menyampaikan perolehan atau hasil
belajar atau penemuannya pada orang lain. Penyampaiannya dapat
secara lisan atau tertulis.Perwujudannya bisa dalam bentuk
gambar, grafik, diagram, atau skema dan cerita atu uraian yang
mudah dipahami.
8. Merancang penelitian
1
Merupakan keterampilanproses yang terintegrasi dan
dibutuhkan pula keterampilan merumuskan hipotesis, menetukan
atau mengidentifikasi variable dan merumuskan devinisi
operasional.
9. Melakukan Eksperimen
Adalah keterampilan proses terintegrasi, bahkan merupakan
puncak atau muara dari keterampilan proses yang lain.Dalam
melakukan eksperimen juga diperlukan keterampilan menafsirkan,
menganalisis, dan mensintesis data.
Dalam melakukan proses IPA agar menghasilkan produk yang
dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya perlu dilandasi dengan sikap
yang ilmiah.Beberapa kreteria yang termasuk sikap ilmiah utama dalam
berproses IPA ialah:
1. Obyektif terhadap fakta artinya mengungkapkan apa adanya,
misalnya rasa senang atau tidak senang terhadap obyek.
Obyektifitas dalam proses IPA agar produk yang dihasilkan
dapat diuji kebenarannya oleh orang lain.
2. Terbuka, artinya bersedia menerima atau mempertimbangkan
pendapat atau hasil penemuan orang lain yang secara keilmuan
benar, sekalipun pendapat atau penemuan itu bertentangan
denga penemuannya sendri.
3. Teliti, artinya cermat dalam melakukan observasi atau
pengukuran.
4. Krisis atau gelisah terhadap permasalahan yang ada sehingga
timbul keingintahuan terhadap masalah tersebut dan terdorong
untuk menyelidikinya.
Sembilan aspek sikap ilmiah yang dapat dikembangkan pada anak
usia Sekolah Dasar yaitu:
1. Sikap ingin tahu (curiousity), dalam hal ini suatu sikap yang
selalu ingin mendapatkan jawaban yang benar dari objek yang
diamatinya.
2. Sikap ingin mendapatkan sesuatu yang baru (originality), sikap
ini bertitik tumpu dari kesadaran bahwa jawaban yang telah
diperoleh dari rasa ingin tahu tidak bersifat mutlak, namun
hanya bersifat sementara.
3. Sikap kerja sama (cooperation), dalam hal ini kerja sama
adalah sikap untuk memperoleh pengetahuan yang lebih
banyak secara bersama-sama atau berkelompok.
4. Sikap tidak putus asa (perseverance), sikap ini perlu
ditanamkan kepada siswa Sekolah Dasar agar tidak mudah
putus asa jika mengalami kegagalan dalam menggali ilmu.
5. Sikap teruka untuk menerima (open-mindedness)
6. Sikap mawas diri (self critism), seorang ilmuwan sangat
menjunjung tinggi kebenaran. Objektivitas tidak hanya
ditunjukkan diluar dirinya tetapi juga terhadap dirinya sendiri.
sikap tersebut haruslah dikembangkan sejak dini khususnya
1
pada siswa Sekolah Dasar agar memiliki sikap jujur tehadap
dirinya sendiri, menjunjung tinggi kebenaran, dan berani
mengoreksi dirinya sendiri.
1
Gambar 1. Ruang Lingkup Materi IPA SD Kelas Tinggi
GLOSARIUM
Hakikat : intisari/dasar
Produk : barang atau jasa yang dibuat dan ditambah gunanya
atau nilainya
Harfiah : menurut huruf, kata demi kata, berdasarkan arti
leksikal
Sistematis : teratur menurut system
Metode : cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan
suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan
yang dikehendaki
Ilmiah : bersifat ilmu, memenuhi syarat pengetahuan
Ilmu : pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun
secara bersistem menurut metode tertentu,yang
dapat digunakan untuk menerangkan gejala tertentu
di bidang (pengetahuan) itu
Teori : pendapat yang didasarkan pada penelitian dan
penemuan, didukung oleh data dan argumentasi
Prinsip : asas;dasar
Hukum : peraturan yang secara resmi dianggap mengikat
Fenomena : hal-hal yang dapat disaksikan dengan panca indra
dan dapat diterangkan serta dinilai secara ilmiah
Fakta : keadaan atau peristiwa yang merupakan kenyataan
Konsep : ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa
konkret
Observasi : peninjauan secara cermat
EVALUASI
1
2. Jelaskan perbedaan IPA sebagai produk dan IPA sebagai ilmu!
3. Apa yang dimaksud dengan fakta IPA?
4. Apa yang dimaksud dengan konsep IPA?
5. Apa yang dimaksud dengan Prinsip IPA?
6. Coba berikan tiga contoh tentang konsep IPA
7. Coba berikan 10 contoh produk IPA yang merupakan fakta
8. Mengapa IPA disebut sebgai proses?
9. Untuk melakukan proses IPA, dibutuhkan berbagi macam
keterampilan. Coba sebutkan dan jelaskan keterampilan IPA
tersebut.
10. Coba sebutkan Sembilan aspek sikap ilmiah yang dapat
dikembangkan pada anak usia Sekolah Dasar
BAB II
TEORI BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN IPA SD
PETA KONSEP
1
pengetahuan datang dari tindakan, perkembangan kognitif sebagian
besar bergantung kepada seberapa jauh anak anak aktif memanipulasi
dan aktif berinteraksi dengan lingkungannya. Ada empat tahapan
perkembangan mental dan kognitif anak menurut Piaget yaitu:
1. Tahap Sensori Motor (0 – 2 tahun)
Salah satu ciri khusus anak pada usia ini adalah penguasaan,
yang Piaget sebut sebagai konsep objek, suatu pengertian bahwa
benda atau objek itu ada dan merupakan kekhasan dari benda
tersebut, dan akan tetap ada walaupun benda tersebut tidak
tampak atau tidak dapat di pegang/ diraba oleh anak.
2. Tahap Pre-operasional (2-7 tahun)
Dilihat dari segi perkembangan bahasa, tahapan ini
merupakan tahapan yang amat menakjubkan. Dimulai dari anak
yang baru bisa mengatakan satu dua patah kata sehingga menjadi
anak yang dapat menyusun suatu kalimat. Anak tidak akan
memiliki kemampuan berfikir yang operasional (pemikiran logis)
sampai anak mencapai usia tujuh tahun dan kadang- kadang di
sebut dengan tahapan intuisi (tanpa penalaran).
3. Konkret Operasional (7 – 11 atau 12
tahun)
Dapat melakukan konservasi logika tentang kelas dan hubungan
pengetahuan tentang angka berpikir terkait dengan yang nyata.
4. Formal Operasional (11 tahun sampai
dewasa)
Pemikiran yang sudah lengkap pemikiran yang proporsional
kemampuan untuk mengatasi hipotesis perkembangan idealisme
yang kuat. Selanjutnya dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini.
1
Berdasarkan teori belajar Piaget, ada sedikitnya tiga hal yang perlu
diperhatikan oleh guru dalam merancang pembelajaran di kelas, terutama
dalam pembelajaran IPA. Ketiga hal tersebut adalah :
a) Seluruh anak melewati tahapan yang sama secara berurutan ;
b) Anak mempunyai tanggapan yang berbeda terhadap suatu benda
atau kejadian ;
c) Apabila hanya kegiatan fisik yang diberikan kepada anak, tidaklah
cukup untuk menjamin perkembangan intelektual anak.
1
Pengatur awal dapat digunakan untuk membantu mengaitkan
konsep yang lama dengan konsep yang baru yang lebih tinggi
maknanya.
b) Prinsip Diferensiasi Progresif
Dalam diferensiasi progresif, konsep-konsep yang diajarkan dimulai
dengan konsep-konsep yang umum menuju konsep-konsep yang
lebih khusus.
c) Prinsip Rekonsiliasi integratif
Dalam rekonsiliasi integratif, konsep-konsep atau gagasan-gagasan
perlu diintegrasikan dan disesuaikan dengan konsep-konsep yang
telah dipelajari sebelumnya
Ada empat ciri peta konsep Ausubel, yakni:
a) Pemetaan konsep merupakan suatu cara untuk memperlihatkan
konsep-konsep dan organisasi dalam suatu bidang studi. Ini berlaku
bukan hanya untuk bidang studi Ipa
b) Suatu peta konsep merupakan suaatu gambaran/diagram dua
dimensi daari suaatu disiplin atau suatu bagian dari suatu disiplin.
c) Dari setiap konsep, konsep yang paling umum (inklusif) terdapat
pada puncak konsep, makin kebawah konsep-konsep menjadi lebih
khusus sampai pada pemberian contoh-contoh.
d) Suatu peta konsep memmuat hierarki konsep-konsep. Makin tinggi
suatu hierarki yang ditunjukkan maka makin tinggi nilai peta
konsep itu.
1
c) Prinsip-prinsip dalam pembelajaran IPA SD adalah prinsip
pemahaman kita tentang dunia di sekitar kita dimulai melalui
pengalaman
d) Dikehendaki setting kelas berbentuk pembelajaran kooperatif antar
siswa, sehingga siswa dapat berinteraksi disekitar tugas-tugas dan
saling memunculkan strategi pemecahan yang efektif
1
1. Penerapan Model Belajar Bruner Dalam Pembelajaran IPA Di
SD
Dalam penerapannya dalam proses pembelajaran di kelas, Bruner
mengembangkan model pembelajaran penemuan. Model ini pada
prinsipnya memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh
informasi sendiri dengan bantuan guru dan biasanya menggunakan
barang yang nyata.Peranan guru dalam pembelajaran ini bukanlah
sebagai seorang pemberi informasi melainkan seorang penuntun untuk
mendapatkan informasi.
2. Cara Pembelajaran IPA Di SD Berdasarkan Model Bruner
Langkah-langkah penerapan dalam pembelajaran
a) Sajikan contoh dan non contoh dari konsep-konsep yang anda
ajarkan.
Contoh :
1) Misalnya dalam mengajarkan mamalia contohnya : manusia,
ikan paus, kucing, atau lumba-lumba.
2) Sedangkan non contohnya adalah ayam, ikan, katak atau
buaya dan lain-lain.
b) Bantu si belajar untuk melihat adanya hubungan antara konsep-
konsep.
1) Contoh :
2) Beri pertanyaan kepada si belajar seperti berikut ini “apakah
ada sebutan lain untuk “hewan yg menyusui”? (mamalia)
“hewan mamalia hidup di?” (hewan mamalia bisa hidupdi
darat maupun di air) adakah sebutan lainnya untuk hewan
menyusui tersebut?
c) Beri satu pertanyaan dan biarkan siswa untuk berusaha mencari
jawabannya sendiri.
Contoh :
d) Bagaimana terjadinya embun?
e) Apakah ada perbedaan antar hewan karnivora, omnivora, dan
herbivora?
f) Ajak dan beri semangat belajar untuk memberikan pendapat
berdasarkan intuisinya.
Contoh :
g) Beri belajar tentang pernafasan manusia, dan menyebutkan organ-
organ manusia yang digunakan untuk bernafas.
h) Jangan berkomentar terlebih dahulu atas jawaban siswa, kemudian
gunakan pertanyaan yang dapat memandu si belajar untuk berfikir
dan mencari jawaban yang sebenarnya dan lain-lain.
1
selama kehidupan orang itu. Menurut Gagne, ada 4 buah fase
dalam proses belajar, yaitu:
1. Fase penerimaan (apprehending phase)
Pada fase ini, rangsang diterima oleh seseorang yang belajar.
Ini ada beberapa langkah. Pertama timbulnya perhatian,
kemudian penerimaan, dan terakhir adalah pencatatan (dicatat
dalam jiwa tentang apa yang sudah diterimanya).
2. Fase penguasaan (Acquisition phase)
Pada tahap ini akan dapat dilihat apakah seseorang telah
belajar atau belum. Orang yang telah belajar akan dapat
dibuktikannya dengan memperlihatkan adanya perubahan pada
kemampuan atau sikapnya.
3. Fase pengendapan (Storage phase)
Sesuatu yang telah dimiliki akan disimpan agar tidak cepat
hilang sehingga dapat digunakan bila diperlukan. Fase ini
berhubungan dengan ingatan dan kenangan.
4. Fase pengungkapan kembali (Retrieval phase)
Apa yang telah dipelajari, dimiliki, dan disimpan (dalam
ingatan) dengan maksud untuk digunakan (memecahkan
masalah) bila diperlukan. Jika kita akan menggunakan apa yang
disimpan, maka kita harus mengeluarkannya dari tempat
penyimpanan tersebut, dan inilah yang disebut dengan
pengungkapan kembali. Fase ini meliputi penyadaran akan apa
yang telah dipelajari dan dimiliki, serta mengungkapkannya
dengan kata-kata (verbal) apa yang telah dimiliki tidak
berubah-ubah.
Menurut Gagne, fase pertama dan kedua merupakan
stimulus, dimana terjadinya proses belajar,sedangkan pada
fase ketiga dan keempat merupakan hasil belajar. Mengajar
adalah membimbing siswa untuk berinteraksi dengan
lingkungan sehingga didapati proses belajar yang
mengahasilkan perubahan tingkah laku yang melalui fase
penerimaan, penguasaan, pengendapan, dan pengungkapn
kembali.
1
GLOSARIUM
1
9. Berilah contoh keterkaitan Pandangan Piaget dengan pandangan Bruner …
10. Salah satu Taksonomi hasil berguru berdasarkan Gagne diantaranya ialah ...
BAB III
KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN ANAK USIA SD
PETA KONSEP
1
KATA KUNCI : Karakteristik, Perkembangan, Hubungan, Sekolah Dasar
1
3. Sekolah perlu merekrut guru-guru yang memiliki keahlian dalam
bidang-bidang tersebut.
4. Sekolah menyediakan sarana untuk kelangsungan pelajaran
tersebut.
B. Perkembangan Intelektual
Intelektual menurut para ahli diantaranya menurut Wechler (1958)
merumuskan intelektual sebagai "keseluruhan ke-mampuan individu untuk
berpikir dan bertindak secara terarah serta kemampuan mengolah dan
menguasai lingkungan secara efektif. Intelektual bukanlah suatu yang
bersifat kebendaan, melainkan suatu fiksi ilmiah untuk mendiskripsikan
perilaku individu yang berkaitan dengan kemampuan intelektual
Pada usia sekolah dasar anak sudah dapat mereaksi rangsangan
intelektual atau melaksanakan tugas-tugas belajar yang menuntut
kemamapuan intelektual atau kemampuan kognitif. Menurut Piaget masa
ini berada pada tahap operasi konkret yang ditandai dengan:
1. kemampuan mengklasifikasikan benda-benda dengan ciri yang
sama.
2. Menyusun atau mengasosiasikan angka-angka atau bilangan.
3. Memecahkan yang sederhana.
Kemampuan intelektual pada masa ini sudah cukup untuk menjadi
dasar diberikanya berbagai kecakapan yng dapat mengembangkan pola
piker atau daya nalarnya. Untuk mengembangkan daya nalarnya, daya
cipta,kreatifitas anak maka anak perlu diberi peluang-peluang untuk
bertanya berpendapat atau menilai tentang berbagai hal tentang pelajaran
atau peristiwa yang terjadi di lingkungan.
Upaya lain yang dapat dilakukan sekolah dalam mengembangkan
kreatifitas anak adalah dengan menyelenggarakan kegiatan-kegiatan
seperti lomba mengarang,menggambar dan menyanyi.
C. Perkembangan Bahasa
Bahasa merupakan sarana berkomunikasi dengan orang lain, di
mana pikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk lisan, tulisan, atau
isyarat. Melalui bahasa, setiap manusia dapat mengenal dirinya,
sesamanya, alam sekitar, ilmu pengetahuan, dan nilai-nilai moral atau
agama. Usia sekolah dasar merupakan masa berkembang pesatnya
kemampuan mengenal dan menguasai perbendaharaan kata (vocabulary).
Pada awal masa ini, anak sudah menguasai sekitar 2.500 kata, dan pada
masa akhir (kira-kira usia 11-12) anak telah dapat menguasai sekitar
5.000 kata.
Di sekolah, perkembangan bahasa anak ini diperkuat dengan
diberikannya mata pelajaran bahasa, baik bahasa indonesia, bahasa ibu,
maupun bahsa inggris. Dengan diberikannya pelajaran bahasa di sekolah,
para siswa diharapkan dapat menguasai dan menggunakannya sebagai
alat untuk : (1) berkomunikasi secara baik dengan orang lain, (2)
1
mengekspresikan pikiran, perasaan, sikap, atau pendapatnya, (3)
memahami isi dari setiap bahan bacaan yang dibacanya.
Untuk mengembangkan kemampuan berbahasa atau keterampilan
berkomunikasi anak melalui tulisan, sebaiknya anak dilatih untuk
membuat karangan atu tulisan tentang berbagai hal, seperti tentang
kehidupan keluarga, dan cita-cita.
Bahasa merupakan alat komunikasi dalam pergaulan sosial karena dengan
komunikasi bisa menghasilkan pembelajaran yang efektif untuk
mendapatkan pendidikan yang optimal. Apabila guru dan siswa saling
komunikasi dengan baik dan anak mengerti apa yang dikatakan oleh
seorang guru, tentunya dapat menghasilkan pembelajaran yang optimal.
Fungsi dan tujuan berbicara antara lain: (a) sebagai pemuas kebutuhan,
(b) sebagai alat untuk menarik orang lain, (c) sebagai alat untuk membina
hubungan sosial, (d) sebagai alat untuk mengevaluasi diri sendiri, (e)
untuk dapat mempengaruhi pikiran dan perasaan orang lain, (f) untuk
mempengaruhi perilaku orang lain.
D. Perkembangan Emosi
Pada usia sekolah, anak mulai menyadari bahwa pengungkapan
emosi secara kasar tidaklah diterima. Oleh karena itu, dia mulai belajar
untuk mengendalikan dan mengontrol emosinya. Kemampuan mengontrol
emosi diperolehnya melalui peniruan dan latihan (pembiasaan).
Dalam proses peniruan, kemampuan orang tua atau guru dalam
mengendalikan emosinya sangatlah berpengaruh. Apabila anak
dikembangkan dalam lingkungan keluarga yang emosionalnya stabil, maka
perkembangan emosi anak juga akan cenderung stabil, namun apabila
kebiasaan orang tua dalam mengekspresikan emosinya kurang stabil,
maka perkembangan emosi anak juga cenderung kurang stabil.
Selanjutnya dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini:
Tabel 3. Karakteristik emosi anak
Karakteristik Emosi Stabil Karakteristik Emosi tidak stabil
Menunjukkan wajah ceria Menunjukkan wajah murung
Dapat berkosentrasi dalam belajar Mudah tersinggung
Bersikap respect (menghargai) terhadap diri Suka marah-marah
sendiri dan orang lain
1
Oleh karena itu, seharusnya guru mempunyai kepedulian untuk
menciptakan suasana proses belajar mengajar yang menyenangkan atau
kondusif bagi terciptanya proses belajar siawa yang efektif.
D. Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial adalah pencapaian kematangan kematangan
dalam hubungan atau interaksi sosial. Perkembangan sosial juga bisa
diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri dengan norma-
norma kelompok, tradisi, dan moral agama.Perkembangan sosial pada
anak usia SD/MI ditandai dengan adanya perluasan hubungan, disamping
dengan para anggota keluarga, juga dengan teman sebaya (peer group),
sehingga ruang gerak hubungan sosialnya bertambah luas.
Pada usia ini, anak mulai memliki kesanggupan menyesuaikan diri
dari sikap berpusat kepada diri sendiri (ogosentris) kepada sikap bekerja
sama (kooperatif) atau sosiosentris (mau memperhatikan kepentingan
orang lain. Anak mulai berminat terhadap kegiatan- kegiatan teman
sebaya, dan bertambah kuat keinginannya untuk diterima menjadi
anggota kelompok dan merasa tidak senang apabila tidak diterima oleh
kelompoknya
Dalam proses belajar di sekolah, kematangan perkembangan sosial
ini dapat dimanfaatkan atau dimaknai dengan memberikan tugas-tugas
kelompok, baik yang membutuhkan tenaga fisik (seperti membersihkan
kelas dan halaman sekolah_, maupun tugas yang membutuhkan pikiran.
Tugas-tugas kelompok ini haruslah memberikan kesempatan
kepada setiiap peserta didik atau siswa untuk menunjukkan prestasinya.
Dengan bekerja kelompok, siswa dapat belajar tentang bagaimana cara ia
bersosialisasi, bekerja sama, saling menghormati, bertenggang rasa dan
bertanggung jawab.
1
3. Penghayatan secara rohaniyah semakin mendalam, pelaksanaan
kegiatan ritual diterimanya sebagai keharusan moral.
Dalam mengenalkan Tuhan kepada anak, sebaiknya ditonjolkan
sifat-sifat pengasih dan penyayangnya, bukan menonjolkan sifat-sifat
Tuhan yanng menghukum, mengazab, atau memberikan siksaan dengan
neraka. Sampai kira-kira berusia 10 tahun, ingatan anak masih
bersifat mekanis, sehingga kesadaran beragamanya hanyaa merupakan
hasil sosialisasi orang-orang di sekitanya. Oleh karena itu, pengamalan
ibadahnya masih bersifat peniruan, belum dilandasi kesadarannya.
Pada usia 10 tahun ke atas, semakin bertambah kesadarannya
akan fungsi agama baginya, yaitu sebagai penggerak moral dan sosial. Dia
mulai mengerti bahwa agama bukan kepercayaan pribadi atau keluarga,
melainkan kepercayaan masyarakat luas. Berdasarkan ini , maka shalat
berjama’ah atau shalat Idul Fitri/Adha dan ibadah sosial lainnya sangat
menarik baginya.
Periode sekolah dasar merupakan masa pembentukan nilai-nilai
agama yang paling mendasar. Kualitas keagamaan anak di usia dewasa
sangat dipengaruhi pula oleh proses pembentukan atau pendidikan yang
diterimanya waktu kecil. Maka dari itu, pendidikan agama pada usia SD/MI
sangatlah penting dan layak menjadi perhatian yang lebih oleh semua
pihak.
Menurut Zakiah Darajat (1968: 58) mengemukakan bahwa
pendidikan agama di sekolah dasar merupakan dasar bagi pembinaan
sikap positif terhadap agama dan pembentukan kepribadian dan akhlak
anak. Apabila berhasil, maka pengembangan sikap keagamaan pada masa
remaja akan mudah, karena anak telah mempunyai pegangan atau bekal
dalam menghadapi berbagai goncangan yang biasa terjadi pada masa
remaja.
1
a. Mengasah ketajaman pancca indra untuk menerima masukan
informasi dari luar
b. Mengarahkan persepsi dan perhatian untuk menjaring informasi
c. Mengevaluasi, melakukan penilaian
d. Mengabstraksi, restrukturisasi, membuat ringkasan
e. Menyimpulkan, menduga, elaborasi. Berkaitan engan produk
hafalan, diupayakan agar anak dapat melakukan penyimpulan
f. Mengidentifikasi ciri penting
g. Mengurutkan, membedakan, mengelompokkan
h. Mengingat, dengan strategi antara lain pengulangan, memberi
makna, membuat catatan, melakukan asosiasi pengalaman sehari-
hari.
1
5. Hubungan Perkembangan Keagamaan dengan Pembelajaran
Disamping pemberian materi agama kepada anak, guru juga harus
membiasakan latihan keagamaan yang menyangkut ibadah dan akhlak.
Disamping pemberian materi ibadah, perlu juga dibiasakan melaksanakan
ibadah sosial, yaitu menyangkut akhlak terhadap sesama manusia. Yang
ketiga perlu pula diajarkan tentang hukum-hukum agama contohnya halal-
haramnya sesuatu dan wajib-sunnah yang menyangkut ibadah.
1
Reseptif :Terbuka dan tanggap terhadap pendapat, saran dam
anjuran orang lain
Rasional :Menurut pikiran dan perttimbangan yang logis
Restrukturisasi :Penataan kembali (supaya struktur atau tatanannya baik)
Asosiasi :Pembentukan hubungan antara gagasan, ingatan atau
kegiatan panca indera
EVALUASI
1. Sebutkan karakteristik anak sekolah dasar yangperlu diketahui
guru!
2. Jelaskan kegiatan pembelajaran yang membantu perkembanagn
motorik anak sekolah dasar!
3. Tahap perkembangan intelektual menurut piaget terdiri dari 4
tahap. Sebutkan!
4. Pada tahap mankah Anak mulai memandang dunia secara objektif
dan mulai berfikir rasional?
5. Bagi anak sekolah dasar perkembangan bahasa meliputi beberapa
tahap yaitu?
6. Mengapa peserta didik perlu di dorong dalam perkembangan
bahasanya?
7. Mengapa sangat penting untuk mengoptimalkan perkembangan
kesadaran beragama pada anak SD?
8. Siapa yang berperan penting dalam mengoptimalkan karakteristik
anak SD?
9. Bagaimana menumbuhkan minat baca pada anak sekolah dasar
agar perkembangan bahasanya berkembang dengan baik?
10. Mengapa perkembangan agama harus dipupuk sejak dini?
BAB IV
MODEL, METODE DAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPA SD
1
Standar kompetensi : Memahami Model, Metode dan
Pendekatan Pembelajaran IPA di SD
Kompetensi Dasar : 1. Mendeskripsikan Model, Metode dan
Pendekatan Pembelajaran IPA
2. Menjelaskan kelebihan dan
kekurangan setiap masing-masing
Model, Metode dan Pendekatan
pembelajaran IPA SD
PETA KONSEP
MODEL, METODE DAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPA DI SD
KATA KUNCI
1. Metode pembelajaran IPA
2. Pembelajaran dengan penemuan dan eksperimen
3. Penggunaan metode pembelajaran IPA
4. Kelemahan dan kelebihan metode pembelajaran IPA
5. Penerapan metode pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
A. Metode Discovery
1. Pengertian Metode Discovery
Discovery diartikan sebagai penemuan. Dalam hal ini, discovery
learnig merupakan model pembelajaran yang ditujukan kepada peserta
didik untuk menemukan pengetahuan secara mandiri dari permasalahan-
permasalahan yang diajukan oleh pengajar sehingga pada klimaksnya
peserta didik memiliki rasa percaya diri akan temuannya (hasil
berpikirnya).
Menurut Sund,”discovery adalah proses mental dimana siswa
mamu mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip”. Proses mental
1
tersebut ialah mengamati. Mencerna, mengerti, menggolong-golongkan,
membuat dugaan, menjelaskan mengukur, membuat kesimpulan dan
sebagainya (Roestiyah N.K,2008:20). Model pembelajaran discovery
learning diterapkan agar siswa dapat menemukan konsep-konsep dan
pengetahuan baru serta peserta didk mengetahui bagaimana ilmuwan
dahulu menemukan hukum-hukum baru, teori-teori baru, dan konsep-
konsep baru.
Menurut Jerome Bruner model belajar yang dikenal dengan nama
belajar penemuan (discovery learninag) yaitu, siswa berperan lebih aktif
dan berusaha sendiri memecahkan masalah dan memperoleh
pengetahuan tertentu. Model pembelajaran ini mengubh teacher oriental
menjadi student oriental, sehingga peserta didik secara mandiri dalam
memperoleh pengetahuan. Namun, Guru tidak melepaskan kewajibannya
sebagai ppembimbing dan mengarah kegiatan belajar sesuai dengan
tujuan.
Menurut Wounter van joolingen, Discovery learning adalah model
pembelajaran dimana peserta didik membangun pengetahuan mereka
sendiri dengan melakukan percobaan dan menyimpulkan sendiri dari hasil
percobaan.
Penemuan (discovery) merupakan suatu model pembelajaran yang
dikembangkan berdasarkan pandangan konstruktivisme. Model ini
menekankan pentinhnya pemahaman struktur atau ie-ide penting
terhadap suatu disiplin ilmu, melalui keterlibatan siswa secara aktif dalam
proses pembelajaran.
Menurut Wilcox (Slavin, 1997) dalam pembelajaran dengan
penemuan siswa didorong untuk sebagian besar melalui keterlibatan aktif
mereka sendiri dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, dan guru
mendorong siswa untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan
yang memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip untuk diri
mereka sendiri.
1
f) Membantu siswa untuk memperkuat dan menambah
kepercayaan diri sendiri dengan proses penemuan sendiri.
g) Strategi itu berpusat kepada siswa tidak kepada guru. Guru
hanya sebagai teman belajar saja, membantu bila diperlukan.
1
Setelah dilakukan stimulasi langkah selanjutnya adalah
guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah
yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah
satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis
(jawaban sementara atas pertanyaan masalah).
3) Data Collection (pengumpulan data)
Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi
kesempatan kepada para siswa untuk mengumpulkan
informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk
membuktikan benar atau tudaknya hipotesis. Pada tahap ini
berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan
benar tidaknya hipotesis, dengan demikian anak didik diberi
kesempatan untuk mengumpulkan (collection) berbagai
informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati
objek, wawancara dengan nara sumber, melakukan uji coba
sendiri dan sebagainya.
4) Data Processing (pengolahan data)
Pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan
informasi yang telah diperoleh para siswa baik melalui
wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan.
Semua informasi hasil bacaan, wawancara, observasi, dan
sebagainya, semua diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi,
bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta
ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu.
5) Verification (pembuktian)
Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara
cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis
yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif, dihubungkan
dengan hasil data processing. Verification menurut Bruner,
bertujuan agar proses belajar akan berjalan dengan baik dan
kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau
pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam
kehidupannya.
6) Generalization (mearik kesimpulan atau generalisasi)
Tahap generalisasi/menarik kesimpulan adalah proses
menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prrinsip
umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang
sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi. Berdasarkan
hasil verifikasi maka dirimuskan prinsip-prinsip yang
mendasari generalisasi.
B. Metode Inquiry
1. Pengertian Metode Inquiry
1
Pembelajaran Inquiry merupakan kegiatan pembelajaran yang
melibatkan seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki
sesuatu (benda, manusia atau peristiwa) secara sistematis, kritis, logis
analitis sehingga siswa dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan
penuh percaya diri.
Pembelajaran inquiry menekankan kepada proses mencari dan
menemukan materi pelajaran yang tidaj diberikan secara langsung.Peran
siswa dalam pembekalan yaitu mencari dan menemukan sendiri mata
pelajaran sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan pembimbing
siswa untuk belajar.Pembelajaran inquiry menekankan [ada proses
berpikir kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban
dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri
biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa.
Pembelajaran ini sering juga dinamakan pembelajaran heuristic, yang
berasal dari bahasa Yunani, yaitu heuriskein yang berarti “saya
menemukan”.
Pembelajaran inquiry menekankan kepada aktivitas siswa secara
maksimal untuk mencari dan menemukan. Artinya, pada pembelajaran
inquiry menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dalam proses
pembelajaran, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima materi
pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan
untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri.
Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari
dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan,
sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief).
Dengan demikian, pada pembelajaran inquiry menempatkan guru bukan
sebagai satu-satunya sumber belajar, tetapi lebih diposisikan sebagai
fasilitator dan motivatorbelajar siswa. Aktivitas pembelajaran biasanya
dilakukan melalui proses tanya jawab antara guru dan siswa. Karena itu
kemampuan guru dalam menggunakan teknik bertanya merupakan syarat
utama dalam melakukan inquiry. Guru dalam mengembangkan sikap
inquiry di kelas mempunyai peranan sebagai konselor, konsultan, teman
yang kritis dan fasilitator. Ia harus dapat membimbing dan merefleksikan
pengalaman kelompok, serta memberi kemudahan bagi kerja kelompok.
Tujuan dari pembelajaran inquiry adalah mengembangkan
kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis, atau
mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses
mental. Dengan demikian, dalam pembelajaran inquiry siswa tidak hanya
dituntut untuk menguasai materi pelajaran, akan tetapi bagaimana
mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya. Manusia yang
hanya menguasai pelajaran belum tentu dapat mengembangkan
kemampuan berpikir secara optimal. Sebaliknya, siswa akan dapat
mengembangkan kemampuan berpikirnya manakala ia bisa menguasai
materi pelajaran.
Pembelajaran inquiry mengacu pada prinsip-prinsip berikut ini :
1
1) Berorientasi pada Pengembangan Intelektual. Tujuan utama
dari pembelajaran inquiry adalah pengembangan
kemampuan berpikir. Dengan demikian, pembelajaran ini
selain berorientasi kepada hasil belajar juga berorientasi
pada proses belajar.
2) Prinsip Interaksi. Proses pembelajaran pada dasarnya adalah
proses interaksi, baik interaksi antara siswa maupun interaksi
siswa dengan guru, bahkan interaksi antara siswa dengan
lingkungan. Pembelajaran sebagai proses interaksi berarti
menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, tetapi
sebagai pengatur lingkungan atau pengatur interaksi itu
sendiri.
3) Prinsip Bertanya. Peran guru yang harus dilakukan dalam
menggunakan pembelajaran ini adalah guru sebagai
penanya. Sebab, kemampuan siswa untuk menjawab setiap
pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan sebagian dari
proses berpikir. Dalam hal ini, kemampuan guru untuk
bertanya dalam setiap langkah inquiry sangat diperlukan. Di
samping itu, pada pembelajaran ini juga perlu
dikembangkan sikap kritis siswa dengan selalu bertanya dan
mempertanyakan berbagai fenomena yang sedang
dipelajarinya.
4) Prinsip Belajar untuk Berpikir. Belajar bukan hanya
mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah proses
berpikir (learning how to think), yakni proses
mengembangkan potensi seluruh otak. Pembelajaran berpikir
adalah pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal.
5) Prinsip Keterbukaan. Pembelajaran yang bermakna adalah
pembelajaran yang menyediakan berbagai kemungkinan
sebagai hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya.
Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan
kesempatan kepada siswa mengembangkan hipotesis dan
secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang
diajukannya.
1
d) Mendorong siswa untuk berfikir dan bekerja atas inisiatifnya
sendiri, bersifat jujur, obyektif, dan terbuka.
e) Menghindarkan guru dari cara belajar tradisional, yaitu guru
yang menguasai kelas.
f) Dapat melatih siswa untuk belajar sendiri dengan positif
sehigga dapat mengembangkan pendidikan demokrasi.
g) Dalam diskusi inquiry guru dapat mengetahui kedalaman
pengetahuan dan pemahaman siswa mengenai konsep yang
sedang dibahas.
1
memiliki landasan berpikir yang kokoh, sehingga hipotesis
yang dimunculkan itu bersifat rasional dan logis. Kemampuan
berpikir logis itu sendiri akan sangat dipengaruhi oleh
kedalaman wawasan yang dimiliki serta keluasan
pengalaman.
e) Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi
yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan.
Dalam strategi pembelajaran inquiry, mengumpulkan data
merupakan proses mental yang sangat penting dalam
pengembangan intelektual. Proses pengumpulan data bukan
hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan
tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan
menggunakan potensi berpikirnya.
f) Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang
dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang
diperoleh berdasarkan pengumpulan data.
g) Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan
temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian
hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya
guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang
relevan.
1
menyelesaikannya. Pendekatan pembelajaran berbasis masalah ( problem-
based learning / PBL) adalah konsep pembelajaran yang membantu guru
menciptakan lingkungan pembelajaran yang dimulai dengan masalah yang
penting dan relevan bersangkut-paut bagi peserta didik, dan
memungkinkan peserta didik memperoleh pengalaman belajar yang lebih
realistik (nyata).
Pembelajaran Berbasis Masalah melibatkan peserta didik dalam
proses pembelajaran yang aktif, kolaboratif, berpusat kepada peserta
didik, yang mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dan
kemampuan belajar mandiri yang diperlukan untuk menghadapi tantangan
dalam kehidupan dan karier, dalam lingkungan yang bertambah kompleks
sekarang ini. Pembelajaran Berbasis Masalah dapat pula dimulai dengan
melakukan kerja kelompok antar peserta didik. peserta didik menyelidiki
sendiri, menemukan permasalahan, kemudian menyelesaikan masalahnya
di bawah petunjuk fasilitator (guru).
Untuk mencapai hasil pembelajaran secara optimal, pembelajaran
dengan pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah perlu dirancang
dengan baik mulai dari penyiapan masalah yang yang sesuai dengan
kurikulum yang akan dikembangkan di kelas, memunculkan masalah dari
peserta didik, peralatan yang mungkin diperlukan, dan penilaian yang
digunakan. Pengajar yang menerapkan pendekatan ini harus
mengembangkan diri melalui pengalaman mengelola di kelasnya, melalui
pendidikan pelatihan atau pendidikan formal yang berkelanjutan.
Oleh karena itu, pengajaran berdasarkan masalah merupakan
pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses berfikir tingkat tinggi.
Pembelajaran ini membantu peserta didik untuk memproses informasi
yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka
sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk
mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks.
1
f) Melalui pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan
disukai peserta didik.
g) Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan peserta
didik untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan
mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru.
h) Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada peserta
didik untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki
dalam dunia nyata.
i) Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat peserta didik
untuk secara terus menerus belajar.
1
Pembelajaran berbasis proyek /project based learning (PjBL)
merupakan tradisi lama pada sekolah umum di Amerika Serikat dimulai
pada abad ke-19 dengan hasil kerjasama Francis W. Parker dan John
Dewey.
Metode pembelajaran secara umum berdasarkan ide proyek
berdasarkan rencana pembelajaran yang dipadukan dengan pertanian dan
industri dan pada tahap awal digunakan pada sekolah dasar kemudian ke
level sekolah menengah dan Universitas, Untuk memahami pembelajaran
jenis ini, berikut dipaparkan terlebih dulu pembelajaran berbasis proyek
difokuskan pada dunia nyata (real-world) ,berpusat pada siswa ,saling
berkolaborasi antara team, dan pembelajaran berbasis proyek PBL diakui
kembali oleh para pendidik bahwa pembelajaran berbasis proyek sebagai
metode pembelajaran abad ke-21 bagi peserta didik.(Robert M. Capraro
2009 dalam Project-Based-Learning).
Project Based Learning merupakan sebuah model pembelajaran
yang sudah banyak dikembangkan di negara-negara maju seperti Amerika
Serikat. Jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, Project Based
Learning bermakna sebagai pembelajaran berbasis proyek. Definisi
secara lebih komperehensif tentang Project Based Learning menurut
The George Lucas Educational Foundation (2005) adalah sebagai
berikut:
Merupakan pendekatan pembelajaran yang menghendaki adanya standar
isi dan standar kompetensi dalam kurikulumnya. Melalui Project Based
Learning, proses inquiry dimulai dengan memunculkan pertanyaan
penuntun (a guiding question) dan membimbing peserta didik dalam
sebuah proyek kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai subjek
(materi) dalam kurikulum. Pada saat pertanyaan terjawab, secara
langsung peserta didik dapat melihat berbagai elemen mayor sekaligus
berbagai prinsip dalam sebuah displin yang sedang dikajinya (The George
Lucas Educational Foundation: 2005);
Adalah model pembelajaran yang menuntut pengajar dan atau peserta
didik mengembangkan pertanyaan penuntun (a guiding question).
Mengingat bahwa masing-masing peserta didik memiliki gaya belajar
yang berbeda, maka Project Based Learning memberikan
kesempatan kepada para peserta didik untuk menggali konten (materi)
dengan menggunakan berbagai cara yang bermakna bagi dirinya, dan
melakukan eksperimen secara kolaboratif. Hal ini memungkinkan
setiap peserta didik pada akhirnya mampu menjawab pertanyaan
penuntun (The George Lucas Educational Foundation: 2005).
Merupakan pendekatan pembelajaran yang menuntut peserta didik
membuat “jembatan” yang menghubungkan antar berbagai subjek materi.
Melalui jalan ini, peserta didik dapat melihat pengetahuan secara holistik.
Lebih daripada itu, Project Based Learning merupakan investigasi
mendalam tentang sebuah topik dunia nyata, hal ini akan berharga bagi
atensi dan usaha peserta didik.
Project Based Learning adalah pendekatan pembelajaran yang
1
memiliki karakteristik sebagai berikut:
a) Peserta didik membuat keputusan tentang sebuah kerangka kerja.
b) Adanya permasalahan atau tantangan yang diajukan kepada
peserta didik, peserta didik mendesain proses untuk menentukan
solusi atas permasalahan atau tantangan yang diajukan.
c) Peserta didik secara kolaboratif bertanggungjawab untuk
mengakses dan mengelola informasi untuk memecahkan
permasalahan.
d) Proses evaluasi dijalankan secara berkelanjutan.
e) Peserta didik secara berkala melakukan refleksi atas aktivitas yang
sudah dijalankan..
1
a) Tiap mata pelajaran mempunyai kesulitan tersendiri, yang tidak
dapat selalu dipenuhi di dalam proyek.
b) Sukar untuk memilih proyek yang tepat.
c) Menyiapkan tugas bukan suatu hal yang mudah.
d) Sulitnya mencari sumber-sumber referensi yang sesuai.
E. Pendekatan Saintifik
1. Pengertian Pendekatan Saintifik
Pembelajaran kurikulum 2013 adalah pembelajaran dengan
memperkuat proses pembelajaran dan penilaian autentik untuk mencapai
kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan. Penguatan proses
pembelajaran dilakukan melalui pendekatan scientific, yaitu pembelajaran
yang mendorong siswa lebih mampu dalam mengamati, menanya,
mencoba / mengumpulkan data, mengasosiasi / menalar, dan
mengomunikasikan.
Pembelajaran scientific merupakan pembelajaran yang mengadopsi
langkah-langkah saintis dalam membangun pengetahuan melalui metode
1
ilmiah. Model pembelajaran yang diperlukan adalah yang memungkinkan
terbudayakannya kecapakan berpikir sains, terkembangkannya “sense of
inquiry” dan kemampuan berpikir kreatif siswa (Alfred De Vito, 1989).
Model pembelajaran yang dibutuhkan adalah mampu menghasilkan
kemampuan untuk belajar (Joice & Weil, 1996), bukan saja diperolehnya
sejumlah pengetahuan, keterampilan, dan sikap, tetapi yang lebih penting
adalah bagaimana pengetahuan, keterampilan, dan sikap itu diperoleh
peserta didik (Zamroni, 2000 & Semiawan, 1998).
Pembelajaran scientific tidak hanya memandang hasil belajar
sebagai muara akhir, namun proses pembelajaran dipandang sangat
penting. Oleh karena itu pembelajaran scientific menekankan pada
keterampilan proses. Model pembelajaran berbasis peningkatan
keterampilan proses sains adalah model pembelajaran yang
mengintegrasikan keterampilan proses sains ke dalam sistem penyajian
materi secara terpadu (Beyer, 1991). Model ini menekankan pada proses
pencarian pengetahuan daripada transfer pengetahuan, peserta didik
dipandang sebagai subjek belajar yang perlu dilibatkan secara aktif dalam
proses pembelajaran, guru hanyalah seorang fasilitator yang membimbing
dan mengkoordinasikan kegiatan belajar. Dalam model ini peserta didik
diajak untuk melakukan proses pencarian pengetahuan berkenaan dengan
materi pelajaran melalui berbagai aktivitas proses sains sebagaimana
dilakukan oleh para ilmuwan (scientist) dalam melakukan penyelidikan
ilmiah (Nur, 1998), dengan demikian peserta didik diarahkan untuk
menemukan sendiri berbagai fakta, membangun konsep, dan nilai-nilai
baru yang diperlukan untuk kehidupannya. Fokus proses pembelajaran
diarahkan pada pengembangan keterampilan siswa dalam memproseskan
pengetahuan, menemukan, dan mengembangkan sendiri fakta, konsep,
dan nilai-nilai yang diperlukan (Semiawan, 1992).
Pendekatan scientific atau ilmiah merupakan suatu cara atau
mekanisme pembelajaran untuk memfasilitasi siswa agar mendapatkan
pengetahuan atau keterampilan dengan prosedur yang didasarkan pada
suatu metode ilmiah (Kemdikbud, 2013).
Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang
dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah. Proses
pembelajaran harus menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan
keterampilan. Dalam proses pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah,
ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar
peserta didik tahu tentang ‘mengapa’. Ranah keterampilan menggamit
transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang
‘bagaimana’. Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau
materi ajar agar peserta didik tahu tentang ‘apa’. Hasil akhirnya adalah
peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi
manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan
pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari peserta didik yang
meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
1
Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern
dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan
ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran semua mata pelajaran
meliputi menggali informasi melalui pengamatan, bertanya, percobaan,
kemudian mengolah data atau informasi, menyajikan data atau informasi,
dilanjutkan dengan menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan, dan
mencipta.
Tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik didasarkan pada
keunggulan pendekatan tersebut. Bebrapa tujuan pembelajaran dengan
pendekatan saintifik sebagai berikut:
a. Untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya
kemampuan berfikir tingkat tinggi siswa.
b. Untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan
suatu masalah secara sistematik.
c. Terciptanya kondisi pembelajaran di mana siswa merasa bahwa
belajar itu merupakan suatu kebutuhan.
d. Diperolehnya hasil belajar yang tinggi.
e. Untuk melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-ide,
khususnya dalam menulis artikel ilmiah.
f. Untuk mengembangkan karakter siswa.
Proses pembelajaran yang mengimplementasikan pendekatan
scientific akan menyentuh tiga ranah, yaitu: sikap ( afektif), pengetahuan
(kognitif), dan keterampilan (psikomotor). Dengan proses pembelajaran
yang demikian maka diharapkan hasil belajar melahirkan peserta didik
yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap,
keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi (Hosman, 2014). Selain
itu, pembelajaran dengan metode saintifik memiliki karakteristik sebagai
berikut (Hosman, 2014):
a. Berpusat pada siswa.
b. Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengontruksi
konsep, hukum atau prinsip.
c. Melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam
merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan
berfikir tingkat tinggi siswa.
d. Dapat mengembangkan karakter siswa.
1
d. Langkah-langkah pembelajaran melibatkan keterampilan proses
sains dalam mengonstruksi konsep, hukum atau prinsip.
e. Proses pembelajarannya melibatkan proses-proses kognitif yang
potensial dalam merangsang perkembangan intelek, khususnya
keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa.
f. Dapat mengembangkan karakter siswa
g. Penilaiannya mencakup semua aspek
1
melalui kegiatan: melihat, menyimak, mendengar, dan membaca.
Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan pengamatan,
melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca,
mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek.
Adapun kompetensi yang diharapkan adalah melatih kesungguhan,
ketelitian, dan mencari informasi.
b. Menanya (questioning)
Guru perlu membimbing peserta didik untuk dapat
mengajukan pertanyaan, pertanyaan tentang yang hasil pengamatan
objek yang konkrit sampai kepada yang abstrak berkenaan dengan
fakta, konsep, prosedur, atau pun hal lain yang lebih abstrak.
Pertanyaan yang bersifat faktual sampai kepada pertanyaan yang
bersifat hipotetik. Dari situasi di mana peserta didik dilatih
menggunakan pertanyaan dari guru, masih memerlukan bantuan
guru untuk mengajukan pertanyaan sampai ke tingkat di mana
peserta didik mampu mengajukan pertanyaan secara mandiri. Dari
kegiatan kedua dihasilkan sejumlah pertanyaan. Melalui kegiatan
bertanya dikembangkan rasa ingin tahu peserta didik (Hosman,
2014).
Kegiatan “menanya” dalam kegiatan pembelajaran
sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun
2013, adalah mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak
dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk
mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati
(dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang
bersifat hipotetik). Kompetensi yang diharapkan dalam menanya
adalah mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan
merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang
perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat.
Kegiatan “mengumpulkan informasi” merupakan tindak
lanjut dari bertanya. Kegiatan ini dilakukan dengan menggali dan
mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara.
Untuk itu peserta didik dapat membaca buku yang lebih banyak,
memperhatikan fenomena atau objek yang lebih teliti, atau bahkan
melakukan eksperimen. Dari kegiatan tersebut terkumpul sejumlah
informasi. Dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, aktivitas
mengumpulkan informasi dilakukan melalui eksperimen, membaca
sumber lain selain buku teks, mengamati objek/kejadian, aktivitas
wawancara dengan nara sumber dan sebagainya. Kompetensi yang
diharapkan adalah mengembangkan sikap teliti, jujur,sopan,
menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi,
menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai
cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar
sepanjang hayat.
c. Mengasosiasi (associating)
1
Kegiatan “mengasosiasi/mengolah informasi/menalar” dalam
kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud
Nomor 81a Tahun 2013, adalah memproses informasi yang sudah
dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan
mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati
dan kegiatan mengumpulkan informasi. Pengolahan informasi yang
dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman
sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari
berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai
kepada yang bertentangan. Kegiatan ini dilakukan untuk
menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainya,
menemukan pola dari keterkaitan informasi tersebut. Kompetensi
yang diharapkan adalah mengembangkan sikap jujur, teliti,
disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur
dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan.
Aktivitas ini juga diistilahkan sebagai kegiatan menalar, yaitu
proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang
dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan.
Aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada Kurikulum 2013
dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori belajar
asosiasi atau pembelajaran asosiatif. Istilah asosiasi dalam
pembelajaran merujuk pada kemamuan mengelompokkan beragam ide
dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian memasukannya
menjadi penggalan memori (PPPPTK-SB Yogyakarta, 2013).
d. Mencoba (experimentin)
Mencoba (experimenting) dimaksudkan untuk mengembangkan
berbagai ranah tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan, dan
pengetahuan. Aktivitas pembelajaran yang nyata untuk ini adalah: (1)
menentukan tema atau topik sesuai dengan kompetensi dasar menurut
tuntutan kurikulum; (2) mempelajari cara-cara penggunaan alat dan
bahan yang tersedia dan harus disediakan; (3) mempelajari dasar
teoritis yang relevan dan hasilhasil eksperimen sebelumnya; (4)
melakukan dan mengamati percobaan; (5) mencatat fenomena yang
terjadi, menganalisis, dan menyajikan data; (6) menarik simpulan
atas hasil percobaan; dan (7) membuat laporan dan mengkomunikasikan
hasil percobaan. Agar pelaksanaan percobaan dapat berjalan lancar
maka: (1) Guru hendaknya merumuskan tujuan eksperimen yang akan
dilaksanakan murid (2) Guru bersama murid mempersiapkan
perlengkapan yang dipergunakan (3) Perlu memperhitungkan tempat
dan waktu (4) Guru menyediakan kertas kerja untuk pengarahan
kegiatan murid (5) Guru membicarakan masalah yanga akan yang akan
dijadikan eksperimen (6) Membagi kertas kerja kepada murid (7) Murid
melaksanakan eksperimen dengan bimbingan guru, dan (8) Guru
mengumpulkan hasil kerja murid dan mengevaluasinya, bila dianggap
perlu didiskusikan secara klasikal. Kegiatan pembelajaran dengan
pendekatan eksperimen atau mencoba dilakukan melalui tiga tahap,
1
yaitu, persiapan, pelaksanaan, dan tindak lanjut. Ketiga tahapan
eksperimen atau mencoba dimaksud dijelaskan berikut ini (PPPPTK-SB
Yogyakarta, 2013).
1) Persiapan
a) Menentapkan tujuan eksperimen
b) Mempersiapkan alat atau bahan
c) Mempersiapkan tempat eksperimen sesuai dengan jumlah
peserta didikserta alat atau bahan yang tersedia. Di sini guru
perlu menimbang apakah peserta didik akan melaksanakan
eksperimen atau mencoba secara serentak atau dibagi menjadi
beberapa kelompok secara paralel atau bergiliran.
d) Memertimbangkan masalah keamanan dan kesehatan agar
dapat memperkecil atau menghindari risiko yang mungkin timbul
e) Memberikan penjelasan mengenai apa yang harus diperhatikan
dan tahapatahapan yang harus dilakukan peserta didik, termasuk
hal-hal yang dilarang atau membahayakan
2) Pelaksanaan
a) Selama proses eksperimen atau mencoba, guru ikut
membimbing dan mengamati proses percobaan. Di sini guru
harus memberikan dorongan dan bantuan terhadap kesulitan-
kesulitan yang dihadapi oleh peserta didik agar kegiatan itu
berhasil dengan baik.
b) Selama proses eksperimen atau mencoba, guru hendaknya
memperhatikan situasi secara keseluruhan, termasuk membantu
mengatasi dan memecahkan masalah-masalah yang akan
menghambat kegiatan pembelajaran.
3). Tindak lanjut
a) Peserta didik mengumpulkan laporan hasil eksperimen kepada guru
b) Guru memeriksa hasil eksperimen peserta didik
c) Guru memberikan umpan balik kepada peserta didik atas hasil
eksperimen.
d) Guru dan peserta didik mendiskusikan masalah-masalah yang
ditemukan selama eksperimen.
e) Guru dan peserta didik memeriksa dan menyimpan kembali
segala bahan dan alat yang digunakan.
e. Mengkomunikasikan (networking)
Pada pendekatan scientific guru diharapkan memberi
kesempatan kepada peserta didik untuk mengkomunikasikan apa
yang telah mereka pelajari. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui
menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan
mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil
tersebut disampikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil
belajar peserta didik atau kelompok peserta didik tersebut.
Kegiatan “mengkomunikasikan” dalam kegiatan pembelajaran
sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun
1
2013, adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan
berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya.
Adapun kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah
mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir
sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas,
dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar.
Kegiatan pembelajaran meliputi tiga kegiatan pokok, yaitu kegiatan
pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup: 1) Kegiatan
pendahuluan, bertujuan untuk menciptakan suasana awal pembelajaran
yang efektif yang memungkinkan siswa dapat mengikuti proses
pembelajaran dengan baik. Sebagai contoh ketika memulai pembelajaran,
guru menyapa anak dengan nada bersemangat dan gembira
(mengucapkan salam), mengecek kehadiran para siswa dan menanyakan
ketidakhadiran siswa apabila ada yang tidak hadir. Dalam metode saintifik
tujuan utama kegiatan pendahuluan adalah memantapkan pemahaman
siswa terhadap konsep-konsep yang telah dikuasai yang berkaitan dengan
materi pelajaran baru yang akan dipelajari oleh siswa. Dalam kegiatan ini
guru harus mengupayakan agar siswa yang belum paham suatu konsep
dapat memahami konsep tersebut, sedangkan siswa yang mengalami
kesalahan konsep, kesalahan tersebut dapat dihilangkan. 2) kegiatan inti,
merupakan kegiatan utama dalam proses pembelajaran atau dalam proses
penguasaan pengalaman belajar (learning experience) siswa. Kegiatan inti
dalam pembelajaran adalah suatu proses pembentukan pengalaman dan
kemampuan siswa secara terprogram yang dilaksanakan dalam durasi
waktu tertentu. Kegiatan inti dalam metode saintifik ditujukan untuk
terkonstruksinya konsep, hukum atau prinsip oleh siswa dengan bantuan
dari guru melalaui langkah-langkah kegiatan yang diberikan di muka, 3)
kegiatan penutup, ditujukan untuk dua hal pokok. Pertama, validasi
terhadap konsep, hukum atau prinsip yang telah dikonstruk oleh siswa.
Kedua, pengayaan materi pelajaran yang dikuasai siswa.
GLOSARIUM
1. Strategi : pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan
dengan pelaksanaan gagasan, perencanaan dan ekssekusi sebuah
aktivitas dalam kurun waktu tertentu.
2. Stimulus : hal hal yang merangsang terjadinya kegiatan
belajar, seperti pikiran, perasaan dan lain lain yang di tangkap
melalui alat indra.
3. Hipotesis : jawaban sementara terhadap masalah yang bersifat
praduga karena masih harus di buktikan kebenarannya.
4. Literatur : bahan atau sumber ilmiah yang bisa digunakan
untuk membuat suatu karya tulis atau pun kegiatan ilmiah lainnya.
5. Tabulasi : proses menempatkan data dalam bentuk tabel
dengan cara membuat tabel yang berisikan data sesuai dengan
kebutuhan analisis.
1
6. Mereflesikan : menyatakan suatu tindakan, keberadaan,
pengalaman, atau pengertian dinamis lainnya.
7. Realistis : kondisi dimana seseorang merasa sudah tidak harus
berpegang terhadap prinsip dasar.
8. Kolaboratif : situasi dimana terdapat dua atau lebih orang belajar
atau berusaha untuk belajar sesuatu secara bersama sama.
9. Komprehensif : segala sesuatu yang bersifat luas dan lengkap,
meliputi seluruh aspek, atau meliputi ruang lingkup yang luas.
10. Holistik : berpikir secara menyeluruh dengan
mempertimbangkan segala aspek yang mungkin mempengaruhi
tingkah laku manusia atau suatu kejadian.
11. Eksperimen : suatu set tindakan dan pengalaman, yang dilakukan
untuk mengecek atau menyalahkan hipotesis atau mengenali
hubungan sebab akibat antara gejala.
12. Mengasosiasi : mengolah informasi yang sudah dikumpulkan
baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen
maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan
mengumpulkan informasi.
13. Pedagogi : ilmu atau seni dalam menjadi seorang guru.
14. Generalisasi : proses penalaran yang membentuk
kesimpulan secara umum melalui suatu kejadian, hal, dan
sebagainya.
15. Asosiasi : proses interaksi yang mendasari terbentuknya
lembaga lembaga sosial.
SOAL EVALUASI
1. Apa yang dimaksud dengan metode pembelajaran ?
2. Sebutkan 5 metode pembelajaran IPA di sekolah dasar !
3. Jelaskan kelemahan dan kelebihan metode discovery !
4. Apa yang dimaksud dengan problem statement ?
5. Apa yang dimaksud dengan metode inquiry ?
6. Apa saja prinsip – prinsip pembelajaran inquiry ?
7. Jelaskan langkah – langkah pembelajaran metode inquiry ?
8. Jelaskan metode pembelajaran berbasis masalah dan berbasis
projek!
9. Apa saja tujuan pembelajaran dengan pendekatan santifik ?
10. Jelaskan yang disebut dengan mengasosiasi dalam pendekatan
saintifik ?
1
BAB V
LITERASI IPA
PETA KONSEP
1
KATA KUNCI : Literasi, IPA, Komponen, aspek-aspek, Model
Pembelajaran, dan Karaketristik Literasi IPA
1
Unsur pokok yang terdapat pada literasi sains menurut Harlen
(2004: 64) diantara nya adalah yang paling pokok dalam pengembangan
literasi sains siswa meliputi pengetahuan tentang sains, proses sains,
pengembangan sikap ilmiah, dan pemahaman peserta didik terhadap sains
sehingga peserta didik bukan hanya sekedar tahu konsep sains melainkan
juga dapat menerapkan kemampuan sains dalam memecahkan berbagai
permasalahan dan dapat mengambil keputusan berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan sains. Berdasarkan beberapa pengertian
literasi sains tersebut peserta didik diharapkan dapat menerapkan
pengetahuan yang didapat disekolah untuk diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari sehingga peserta didik dapat memiliki kepekaan dan
kepedulian terhadap lingkungan sekitarnya.
Menurut Poedjiadi (Toharudin, et.al, 2011: 2) seseorang memiliki
literasi sains dan teknologi ditandai dengan memiliki kemampuan untuk
menyelesaikan masalah dengan menggunakan konsep-konsep sains yang
diperoleh dalam pendidikan sesuai dengan jenjangnya, mengenal produk
teknologi yang ada di sekitarnya beserta dampaknya, mampu
menggunakan produk teknologi dan memeliharanya, kreatif dalam
membuat hasil teknologi yang disederhanakan sehingga peserta didik
mampu mengambil keputusan berdasarkan nilai dan budaya masyarakat.
Berdasarkan pernyataan - pernyataan tersebut dengan kata lain
dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan literasi sains diharapkan peserta
didik mampu memenuhi berbagai tuntuntan zaman yaitu menjadi problem
solver dengan pribadi yang kompetitif, inovatif, kreatif, kolaboratif, serta
berkarakter. Hal tersebut dikarenakan penguasaan kemampuan literasi
sains dapat mendukung pengembangan dan penggunaan kompetensi
abad ke- 21.
1
5. Mendemonstrasikan pemahaman terhadap konsep-konsep sains, yakni
kemampuan menggunakan konsep-konsep dalam situasi yang
berbeda dari apa yang telah dipelajarinya.
Dari hasil akhir proses sains ini, siswa diharapkan dapat
menggunakan konsep-konsep sains dalam konteks yang berbeda dari
yang telah dipelajarinya. PISA memandang pendidikan sains untuk
mempersiapkan warganegara masa depan, yang mampu berpartisipasi
dalam masyarakat yang akan semakin terpengaruh oleh kemajuan sains
dan teknologi, perlu mengembangkan kemampuan anak untuk memahami
hakekat sains, prosedur sains, serta kekuatan dan keterbatasan sains.
Termasuk di dalamnya kemampuan untuk menggunakan pengetahuan
sains, kemampuan untuk memperoleh pemahaman sains dan kemampuan
untuk menginterpretasikan dan mematuhi fakta. Alasan ini yang
menyebabkan PISA tahun 2003 menetapkan 3 komponen proses sains
berikut ini dalam penilaian literasi sains.
1. Mendiskripsikan, menjelaskan, memprediksi gejala sains.
2. Memahami penyelidikan sains
3. Menginterpretasikan bukti dan kesimpulan sains.
1
Proses kerja inkuiri ini dilakukan dalam kerja kolaboratif sehingga
siswa akan mampu berkolaborasi sekaligus akan terampil berkomunikasi.
Selain itu kebermaknan pembelajaran sains juga dapat dicapai dengan
cara mengaitkan konsep yang dipelajari peserta didik dengan kehidupan
sehari-hari hal ini dikarenakan keberhasilan pembelajaran dalam
mewujudkan visinya ditunjukkan apabila peserta didik memahami apa
yang dipelajari serta dapat mengaplikasikannya dalam menyelesaikan
berbagai permasalahan pada kehidupan sehari-hari. Millar dan Osbome
(Harlen, 2004: 63) literasi sains dapat ditingkatkan dengan
memperhatikan pembelajaran sebagai berikut :
1. sustain and develop the curiosity of young people about the natural
world around them, and build up their confidence in their ability to
enquire into its behaviour. It should seek to foster a sense of
wonder, enthusiasm and interest in science so that young people
feel confident and competent to engage with scientific and
technical matters.
2. help young people acquire a broad, general understanding of the
important ideas and explanatory frameworks of science, and of the
procedures of scientific enquiry, which have had a major impact on
our material environment and on our culture in general.
Berdasarkan penjelasan di atas alternatif pembelajaran yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan kemampuan literasi sains peserta didik
adalah dengan menerapkan pembelajaran sains yang mengedepankan
pada pengembangan sikap, gagasan, dan keterampilan proses sains yang
menekankan pada kegiatan inkuiri ilmiah, dengan pembelajaran seperti itu
maka akan meningkatkan antusiasme, minat, dan kekaguman siswa akan
sains.
Terdapat beberapa alternatif model pembelajaran yang cukup efektif
dalam membangun literasi sains untuk siswa sekolah dasar pada konteks
pendidikan abad 21. Model pembelajaran tersebut salah satunya adalah
Problem Basic Learning ( PBL). Dengan model ini siswa diajak agar
mampu melatih kemampuan siswa dalam memecahkan masalah sehingga
dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan berpikir terarah dalam
memecahkan masalah, mengambil keputusan dan melakukan analisis
sebelum bertindak.
Mengingat begitu pesatnya perkembangan sains dan teknologi di
era modern, dapat berdampak pada munculnya berbagai permasalahan
global sehingga dalam pembelajaran peserta didik senantiasa harus dilatih
memecahkan berbagai permasalahan. Selain itu pula berbagai metode dan
model yang digunakan dalam pendidikan IPA yaitu diantaranya Virtual Lab
Berbasis STEM, Problem Based Learning, Pembelajaran Berbasis Proyek,
dan pembelajaran saintik dapat meningkatkan literasi sains. Melalui
kegiatan keilmiahan tersebut akan memberikan kesempatan lebih banyak
kepada siswa untuk mencari dan menemukan sendiri fakta, konsep dan
prinsip melalui pengalaman secara langsung untuk memecahkan masalah
1
dalam kehidupan serta membentuk sikap positif sehingga proses
pembelajaran menjadi lebih optimal.
1
dijelaskan di atas, wacana berkelanjutan adalah jenis wacana yang
terdiri atas rangkaian kalimat yang diatur dalam paragraf dalam
bentuk deskripsi, narasi, eksposisi, argumentasi atau injungsi;
sementara wacana tak-berkelanjutan adalah wacana yang
dirancang dalam format matrik, termasuk di dalamnya
pengumuman, grafik, gambar, peta, skema, tabel, dan aneka
bentuk penyampaian informasi.
Sementara jenis soal PISA juga mengukur tiga proses
membaca, yaitu kemampuan mencari dan menemukan informasi,
kemampuan mengembangkan makna dan menafsirkan isi bacaan,
dan kemampuan melakukan refleksi dan evaluasi terhadap isi
bacaan dalam kaitannya dengan pengalaman sehari-hari,
pengetahuan yang sudah didapat sebelumnya, dan pengembangan
gagasan dari informasi yang diperolehnya
GLOSARIUM
Aspek : tanda; pemunculan gagasan, masalah, situasi, dan
sebagainya sebagai pertimbangan yang dilihat dari sudut pandang
tertentu.
Desain : kerangka bentuk; rancangan.
IPA : Ilmu Pengetahuan Alam.
Karakteristik : mempunyai sifat khas sesuai dengan perwatakan
tertentu.
Komponen : bagian dari keseluruhan; unsur.
Literasi : Kemampuan menulis dan membaca.
Mendemotransikan: mempertunjukkan; mempertontonkan;
memperagakan.
Menginterpretasikan : Menafsirkan.
Model pembelajaran : Seluruh rangkaian penyajian materi ajar yang
meliputi segala aspek sebelum, sedang, dan sesudah pembelajaran
yang dilakukan guru serta segala fasilitas yang terkait yang
digunakan secara langsung atau tudak langsung dalam proses
belajar mengajar.
Pembelajaran Inkuiri : Pembelajaran penemuan; siswa dituntut
untuk menemukan serta mencari jawaban atas suatu permasalahan
yang tentunya dilakukan secara sistematis, logis, dan kritis dan
dianalisis dengan perhitungan yang matang.
Pembelajaran Saintifik : Proses pembelajaran yang dirancang
sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruk
konsep, hukum, dan prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati,
merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis,
mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisa data,
menarik kesimpulan, dan mengkomunikasikan konsep, hukum, atau
prinsip yang ditemukan.
Populasi : sekumpulan data yang mempunyai karakteristik yang
sama dan menjadi objek inferensi.
1
Problem Basic Learning (PBL) : Pembelajaran berbasis proyek;
Metode pengajaran yang bercirikan adanya permasalahan nyata
sebagai konteks untuk para peserta didik belajar berfikir kritis dan
keterampilam memecahka masalah, dan memperoleh pengetahuan.
Problem solver ; pemecahan masalah terdiri atas berbagai metode
yang dikerjakan secara berurutan untuk menemukan solusi dari
suatu permasalahan.
Proses : tuntutan perubahan (peristiwa) dalam perkembangan
sesuatu; rangkaian tindakan, pembuatan, atau pengolahan yang
menghasilkan produk.
Sains : Ilmu pengetahuan pada umumnya; pengetahuan sistematis
tentang alam dan dunia fisik; pengetahuan sistematis yang
diperoleh dari suatu observasi, penelitian, dan uji coba yang
mengarah pada penentuan sifat dasar atau prinsip sesuatu yang
sedang diselidiki, dipelajari, dan sebagainya.
Sampel : merupakan bagian dari populasi yang dipelajari dalam
suatu penelitian dan hasilnya akan dianggap menjadi gambaran
bagi populasi itu sendiri.
Struktur : cara sesuatu disusun atau dibangun; ketentuan unsur-
unsur dari suatu benda.
Variabel : merupakan objek penelitian, atau apa yang menjadi
focus di dalam suatu penelitian.
EVALUASI
1. Jelaskan menurut pemahaman anda apa yang dimaksud dengan
literasi sains?
2. Jelaskan tujuan mengapa literasi sains diperlukan dalam
pembelajaran.
3. Antara sains dan teknologi saling melengkapi satu dengan yang
lainnya. Dengan demikian coba jelaskan hubungan antara sains dan
teknologi serta kaitkan dengan masalah yang dihadapi manusia
dalam kehidupan sehari-hari.
4. Dalam literasi sains terdapat unsur pokok yang melengkapinya,
coba sebutkan serta jelaskan unsur pokok dalam literasi sains
tersebut.
5. Jelaskan mengapa literasi sains diharapkan dapat membantu
peserta didik untuk mampu memenuhi berbagi tuntutan zaman
yaitu problem solver? Serta berikan contohnya.
1
6. Terdapat komponen serta aspek-aspek dalam literasi IPA, coba
jelaskan dan berikan contohnya sesuai dengan kehidupan sehari-
hari.
7. Bagaimana cara anda sebagai calon pendidik untuk menerapkan
literasi sains kepada siswa sekolah dasar, sedangkan kita ketahui
sekarang minat membaca pada peserta didik sangat minim.
Menurut anda bagaimana mengatasi hal tersebut?
8. Menurut anda model pembelajaran apakah yang cukup efektif
dalam membangun literasi sains untuk siswa sekolah dasar pada
konteks pendidikan abad 21? Coba jelaskan dan berikan contohnya.
9. Jelaskan apa saja karakteristik literasi IPA serta berikan contohnya.
10. Menurut anda apakah literasi IPA cocok diterapkan kepada siswa
sekolah dasar kelas tinggi? Coba jelaskan dan berikan contohnya.
BAB VI
HOTS (HIGHER ORDER THINKING SKILL)
1
Kata Kunci : HOTS, Taksonomi Bloom
1
bagaimana cara mengkaitkan berpikir kritis secara efektif dalam dirinya
( Beyer dalam Costa ,1985). Maksudnya masing-masing keterampilan
berpikir kritis dalam penggunaanya untuk memecahkan masalah saling
berkaitan satu sama lain. Indikator keterampilan berpikir kritis dibagi
menjadi lima kelompok (Ennis dalam Costa, 1985) yaitu ; memberikan
penjelasan sederhana, membangun keterampilan dasar, menyimpulkan,
membuat penjelasan lebih lanjut serta mengatur strategi dan taktik.
Keterampilan pada kelima kelompok berpikir kritis ini dirinci lagi sebagai
berikut:
1) Memberikan penjelasan sederhana terdiri dari
keterampilanmemfokuskan pertanyaan, menganalisis argumen,
bertanya dan menjawab pertanyaan.
2) Membangun keteranpilan dasar terdiri dari menyesuaikan dengan
sumber, mengamati dan melaporkan hasil observasi.
3) Menyimpulkan terdiri dari keterampilan mempertimbangkan
kesimpulan, melakukan generalisasi dan melakukan evaluasi.
4) Membuat penjelasan lanjut contohnya mengartikan istilah dan
membuat definisi.
5) Mengatur strategi dan taktik contohnya menentukan suatu tindakan
dan berinteraksi dengan orang lain dan berkomunikasi.
Keterampilan berpikir kritis peserta didik antara lain dapat dilatih
melalui pemberian masalah dalam bentuk soal yang bervariasi. Ada
berbagai konsep dan contoh keterampilan berpikir yang dikembangkan
oleh para ahli pendidikan. Keterampilan berpikir yang dikembangkan dan
bentuk pertanyaannya menurut Linn dan Gronlund adalah seperti tertera
pada Tabel 4 berikut ini.
Tabel 4. Keterampilan Berfikir dan Bentuk Pertanyaan
N Keterampilan Bentuk Pertanyaan
o Berfikir
1.Membandingkan Apa persamaan dan perbedaan antara ... dan ...
Bandingkan dua cara berikut tentang ...
2.Hubungan sebab- Apa penyebab utama ...
akibat Apa akibat ...
3.Memberi alasan Manakah pilihan berikut yang kamu pilih, mengapa?
(justifiying) Jelaskan mengapa kamu setuju/tidak setuju dengan
pertanyaan tentang ...
4.Meringkas Tuliskan pernyataan penting yang termasuk ...
Ringkaslah dengan tepat isi ...
5.Menyimpulkan Susunlah beberapa kesimpulan yang berasal dari data ...
Tulislah sebuah pernyataan yang dapat menjelaskan
peristiwa berikut
6.Berpendapat Berdasarkan ..., apa yang akan terjadi bila...
(inferring) Apa reaksi A terhadap ...
7.Mengelompokkan Kelompokkan hal berikut berdasarkan ...
1
Apakah hal berikut mememiliki ...
8.Menciptakan Tuliskan beberapa cara sesuai dengan ide anda
tentang ...
Lengkapilah cerita ... tentang apa yang akan terjadi
bila ...
9.Menerapkan Selesaikan hal berikut dengan menggunakan kaidah ...
Tuliskan ... dengan menggunakan pedoman ...
1 Analisis Manakah penulisan yang salah pada paragraf ...
0. Daftar dan beri alasan singkat tentang ciri utama ...
1 Sintesis Tuliskan satu rencana untuk pembuktian ...
1. Tuliskan sebuah laporan ...
1 Evaluasi Apakah kelebihan dan kelemahan ...
2. Berdasarkan kriteria ..., tuliskan evaluasi tentang ...
1
Perbedaan taksonomi Bloom yang baru ( Anderson, LW. &
Krathwohl, D.R. ) dengan yang lama tertera pada Tabel 5.
Tabel 5.Taksonomi Bloom Lama dan Taksonomi Bloom Revisi
Taksonomi Bloom Taksonomi Bloom
Lama Revisi
Pengetahuan Mengingat
Pemahaman Memahami
Penerapan Menerapkan
Analisis Menganalisis
Sintesis Mengevaluasi
Evaluasi Mencipta
1
dirancang dengan melihat kata kerja operasional yang sesuai dengan
masing-masing ranah kognitif. Misalnya untuk menguji ranah analisis
peserta didik pada pembelajaran IPA, guru dapat membuat soal dengan
menggunakan kata kerja operasional yang termasuk ranah analisis seperti
menganalisis, menditeksi, mengukur dan menominasikan. Ranah evaluasi
contohnya membandingkan, menilai, memprediksi, dan menafsirkan.
Selanjutnya dapat dilihat pada tabel 6 berikut ini:
1
Tabel 6. Kata Kerja Ranah Kognitif
GLOSARIUM
KURIKULUM IPA SD
3. Mengenal produk atau cara yang 3. Mengenal produk atau cara yang masuk
masuk akal dengan prinsip-prinsip akal dengan prinsip-prinsip sains
sains
SOAL/ EVALUASI
1. Pada kurikulum keberapa pembelajaran IPA di SD ada?
2. Jelaskan bagaimana pembelajaran IPA pada setiap kurikulum yang
ada?
3. Bagaimana cara agar peserta didik mampu memenuhi kemampuan
pembelajaran IPA di SD pada abad ke 21?
4. Apa yang di tuntut dalam kurikulum IPA di SD?
5. Jelaskan pengembangan IPA di SD?
6. Apa manfaat peserta didik setelah mempelajari IPA?
7. Apakah terdapat perubahan pada buku pegangan siswa di setiap
perubahan kurikulum?
8. Apakah siswa dapat menikmati sistem pembelajaran di kurikulum
2013?
9. Kompetensi apa yang didapat oleh peserta didik setelah
mempelajari IPA di SD?
10. Apakah ada perbedaan ruang lingkup materi IPA di SD pada
kurikulum sekarang dengan kurikulum sebelumnya?
BAB VIII
SILABUS IPA SD
Hubungan antara
bentuk bagian
tubuh hewan dan
tumbuhan serta
fungsinya
Mendiskusikan pentingnya
menjaga kesehatan rangka.
Menampilkan hasil proyek
model sederhana alat gerak
manusia atau hewan di kelas.
Mendiskusikan penyebab
gangguan kesehatan pada alat
pernapasan.
Mendemonstrasikan model
sederhana organ pernapasan
manusia dan fungsinya.
Mendiskusikan pentingnya
perpindahan kalor dan
kaitannya dengan keamanan
dan keselamatan kerja dalam
kehidupan sehari-hari.
Melaporkan secara lisan dan
tulisan hasil pengamatan
tentang perpindahan kalor.
Mempresentasikan karya
tentang skema siklus air di
hadapan kelas.
Membuat diagram
penyaluran listrik mulai dari
pembangkit sampai ke
pengguna dengan
komponen-komponennya
Mempresentasikan cara-cara
menghemat energi listrik dan
usulan energi alternatif untuk
memecahkan masalah energi
listrik.
GLOSARIUM
SOAL/ EVALUASI
1. Seberapa pentingkah peran silabus dalam sebuah pembelajaran?
2. Seberapa efektifkah silabus dalam membantu guru dalam mengajar?
3. Mengapa seorang guru harus mengembangkan silabus?
4. Dalam pengembangan silabus, apakah langkah penting yang harus
dilakukan?
5. Bagaimana silabus pembeklajaran ideal menurut K13?
6. Pada K13 dalam aspek penilaiaan presentasi penilaiaan sikap dan
perilaku adalah 60%, apakah ini berarti bahwa aspek pengetahuan
tidaklah menjadi sasaran utama dalam pembelajara?
7. Dalam menyusun silabus, perumusan Standar Kompetensi didasarkan
pada?
8. Apakah alokasi 3 jam pelajaran setiap minggunya yang terdapat pada
silabus sudah efektif untuk anak kelas sd tingkat tinggi?
9. Apakah dalam penyusunan silabus, taksonomi digunakan? Berikan
alasan dan contoh!
10. Apakah sebuah pembelajaran dapat berjalan tanpa menggunakan
silabus atau RPP?
BAB IX
BAHAN AJAR IPA SD
Standar kompetensi : Memahami Bahan Ajar IPA SD
Kompetensi Dasar : 1. Menjelaskan pengertian, jenis
bahan ajar
2. Mengembangkan Bahan Ajar IPA SD
PETA KONSEP
Pengerti
an
Penyus
unan Jenis
Bahan
Kelebihan
dan Ajar Pengemb
Kekurang angan
an
Karakteris
Fungsi
tik
GLOSARIUM
SOAL/ EVALUASI
BAB X
MEDIA DAN ALAT PERAGA IPA SD
Standar kompetensi : Memahami Media dan Alat Peraga IPA
SD
Kompetensi Dasar : 1. Mengidentifikasi Media dan Alat
Peraga IPA SD
2. Menjelaskan Jenis, Fungsi dan
Manfaat Media dan Alat Peraga
IPA SD
PETA KONSEP
2. Alat Peraga
Alat peraga adalah suatu alat yang dapat diserap oleh mata dan
telinga dengan tujuan membantu guru agar proses belajar mengajar siswa
lebih efektif dan efisien (Sudjana, 2002 :59 ). Alat peraga merupakan
salah satu komponen penentu efektivitas belajar. Alat peraga mengubah
materi ajar yang abstrak menjadi kongkrit dan realistik. Penyediaan
perangkat alat peraga merupakan bagian dari pemenuhan kebutuhan
siswa belajar, sesuai dengan tipe siswa belajar.
Pembelajaran menggunakan alat peraga berarti mengoptimalkan
fungsi seluruh panca indra siswa untuk meningkatkan efektivitas siswa
belajar dengan cara mendengar, melihat, meraba, dan menggunakan
pikirannya secara logis dan realistis. Pelajaran tidak sekedar menerawang
pada wilayah abstrak, melainkan sebagai proses empirik yang konkrit yang
realistik serta menjadi bagian dari hidup yang tidak mudah dilupakan.
Alat peraga dalam mengajar memegang peranan penting sebagai alat
Bantu untuk menciptakan proses belajar mengajar yang efektif. Proses
belajar mengajar ditandai dengan adanya beberapa unsur antara lain
tujuan, bahan, metode dan alat, serta evaluasi. Unsur metode dan alat
merupakan unsur yang tidak bisa dilepaskan dari unsur lainnya yang
berfungsi sebagai cara atau tehnik untuk mengantarkan sebagai bahan
pelajaran agar sampai tujuan. Dalam pencapain tersebut, peranan alat
Bantu atau alat peraga memegang peranan yang penting sebab dengan
adanya alat peraga ini bahan dengan mudah dapat dipahami oleh
siswa.Alat peraga sering disebut audio visual, dari pengertian alat yang
dapat diserap oleh mata dan telinga.Alat tersebut berguna agar pelajaran
yang disampaikan guru lebih mudah dipahami oleh siswa. Dalam proses
belajar mengajar alat peraga dipergunakan dengan tujuan membantu
guru agar proses belajar siswa lebih efektif dan efisien.
a b c
d
Gambar 5. (a) benda padat (b) rangkaian listrik (c) benda gas (d)
pesawat sederhana
b. Lingkungan alam
Lingkungan alam sangat cocok untuk dijadikan tempat rekreasi
maupun sebagai tempat untuk mengamati objek yang akan
dipelajari berada atau hidup dalam lingkungan alam tersebut.
Contohnya adalah siswa mengamati bagian-bagian tumbuhan air di
danau.
b c
Gambar 7. (a) Gelas labu (b) corong (c) tabung reaksi
d. Charta, slide film, dan film
Adalah alat bantu guru dalam mempelajari pelajaran tentang benda
atau makhluk hidup yang jauh dari lingkungan siswa, sehingga
siswa mudah dalam mempelajari makhluk hidup tersebut. Film
dapat membantu siswa untuk mengetahui ekosistem yang ada
didunia yang letaknya jauh dari lingkungan siswa. Contohnya
adalah film-film binatang diseluruh dunia, tumbuhan, dan
lingkungannya
e. Film Animasi
Adalah alat bantu visualisasi tentang konsep-konsep tersebut guna
mempermudah siswa dalam mempelajarinya. Alat bantu ini jika
yang dipelajari sulit diamati dengan penglihatan dan objek yang
diteliti sangatlah kecil.
Contohnya adalah film animasi tentang peredaran darah, proses
pencernaan makanan, proses pembuatan enegi, proses pembuatan
DNA, dll.
f. Model
Model adalah gambaran yang berupa bentuk asli yang berupa
benda tiga dimensi yang dapat dioperasikan oleh siswa agar
mengetahui cara kerjanya dan mempermudah dalam memahami
pembelajaran. Contohnya adalah model alat pernafasan manusia
a. b.
Gambar 11. (a) Infokus (b) reflector
j. Komputer
Komputer adalah alat elektronik yang saling berhubungan,
komputer ini dapat digunakan untuk membantu siswa mencari
informasi dari internet. Selain internet komputer dapat digunakan
siswa untuk mengerjakan tugas termasuk tugas mata pelajaran
IPA. Komputer ini dapat digunakan mencari bahan serta informasi
tentang sains dari seluruh dunia. Komputer juga dapat
mempermudah siswa dalam mempelajari pembelajaran IPA dan lain
sebagainnya.
k. Mikroskop dan kaca pembesar
Mikroskop adalah alat yang digunakan untuk mempermudah
mengamati objek-objek yang sulit diamati oleh mata telanjang.
Mikroskop biasanya untuk melihat sel-sel tumbuhan maupun
hewan. Sedangkan pada kaca pembesar, kaca pembesar tersebut
untuk melihat benda-benda yang kurang jelas jika dilihat dengan
mata telanjang seperti spora.
2. Alat Peraga
Ada beragam jenis alat peraga pembelajaran, dari mulai benda aslinya,
tiruannya, yang sederhana sampai yang canggih, diberikan dalam kelas
atau di luar kelas. Bisa juga berupa bidang dua dimensi (gambar), bidang
tiga dimensi (ruang), animasi / flash (gerak), video (rekaman atau
simulasi).Teknologi telah mengubah harimau yang ganas yang tidak
mungkin di bawa dalam kelas bisa tampik di dalam kelas dalam habitat
kehidupan yang sesungguhnya.
Alat peraga pembelajaran sederhana dapat dibuat dari bahan-bahan
sederhana seperti karton, kardus, styrofoam, dan juga bisa memanfaatkan
software-software komputer yang dapat menciptakan alat peraga. Jika
guru belum memiliki kemampuan untuk menciptakan alat peraga berbasis
TIK maka guru dapat memanfaatkan hasil alat peraga yang telah
diciptakan oleh rekan-rekan sejawat yang lain. Eksplorasilah kemampuan
pencarian informasi melalui internet, maka guru akan mendapatkan
beragam alat peraga pembelajaran berbasis TIK yang bisa dipergunakan
secara cuma-cuma.
Animasi atau lebih akrab disebut dengan film animasi, adalah film yang
merupakan hasil dari pengolahan gambar tangan sehingga menjadi
gambar yang bergerak.Dengan bantuan komputer dan grafika komputer,
pembuatan film animasi menjadi sangat mudah dan cepat (wikipedia,
2009).
Flash adalah alat untuk membuat web site yang interaktif dan web site
yang dianimasikan (mohkaris.blogspot.com, 2009). Animasi flash adalah
gambar bergerak yang dibuat dengan menggunakan alat untuk membuat
web site yang interaktif dan web site yang dianimasikan.
(mohkaris.blogspot.com, 2009).
Simulasi adalah suatu peniruan sesuatu yang nyata, keadaan sekelilingnya
(state of affairs), atau proses.Aksi melakukan simulasi sesuatu secara
umum mewakilkan suatu karakteristik kunci atau kelakuan dari sistem-
sistem fisik atau abstrak (wikipedia, 2009).
Jenis alat peraga dikelompokan menjadi dua, yaitu :
a. Alat peraga dua dan tiga dimensi Bagan, grafik, poster, gambar
mati, peta datar, peta timbul, globe, papan tulis
b. Alat peraga yang diproyeksikan Film, slide dan filmstrip
Adapun beberapa contoh alat peraga yang dapat digunakan dalam
mengajar yaitu:
a. Gambar
Gambar adalah suatu bentuk alat peraga yang nampaknya saling dikenal
dan saling dipakai, karena gambar disenangi oleh anak berbagai unur,
diperoleh dalam keadaan siap pakai, dan tidak mengita waktu persiapan.
b. Peta
Peta bisa menolong mereka mempelajari bentuk dan letak negara-
negara serta kota-kota yang disebut Al-kitab.Salah satu yang harus
diperhatikan, penggunaan peta sebagai alat peraga hanya cocok
bagi anak besar/kelas besar.
c. Papan tulis
Peranan papan tulis tidak kalah pentingnya sebagai sarana
mengajar.Papan tulis dapat dirima dimana-mana sebagai alat
peraga yang efektif.Tidak perlu menjadi seorang seniman untuk
memakai papan tulis. Kalimat yang pendek, beberapa gambaran
orang yang sederhana sekali, sebuah diagram, atau empat persegi
panjang dapat menggambarkan orang, kota atau kejadian.
d. Boks pasir
Anak kelas kecil dan kelas tengah sangat menggemari peragaan
yang menggunakan boks pasir. Boks pasir dapat diciptakan “peta”
bagi mereka khususnya bagi kelas tengah karena pada umur
tersebut mereka sudah mengetahui jarak dari desa ke desa.
(Pepak.sabda.org.and omtions.blogspot.com)
Selain alat peraga yang disebutkan di atas, media mengajar yang paling
dikenal di dalam pelayanan anak sering disebut dengan istilah singkat, alat
peraga berbentuk fleschard, wayang, boneka jari, rumah palestina dan
sebagainya.
EVALUASI
1. Jelaskan pengertian dari media!
2. Apa yang dimaksud dengan alat peraga?
3. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis media secara umum!
4. Alat peraga dikelompokkan menjadi dua jenis, sebutkan dan
jelaskan!
5. Sebutkan fungsi dari media pembelajaran IPA di SD?
6. Sebutkan fungsi dari alat peraga!
7. Apa saja manfaat yang diperoleh jika menggunakan media?
8. Sebutkan manfaat penggunaan alat peraga bagi siswa!
9. Apa saja syarat umum yang harus dipenuhi dalam pemanfaatan
media pengajaran dalam PBM?
10. Ada beberapa keutungan bila alat peraga digunakan untuk
kelompok, sebutkan!
BAB XI
LEMBAR KERJA SISWA
PETA KONSEP
B. Komponen LKS
Meskipun tidak sama persis, komponen LKS meliputi hal-hal
berikut:
1. Nomor LKS, hal ini dimaksudkan untuk mempermudah guru
mengenal dan menggunakannya. Misalnya untuk kelas 1, KD, 1 dan
kegiatan 1, nomor LKS-nya adalah LKS 1.1.1. Dengan nomor
tersebut guru langsung tahu kelas, KD, dan kegiatannya.
2. Judul Kegiatan, berisi topik kegiatan sesuai dengan KD, seperti
Komponen Ekosistem.
3. Tujuan, adalah tujuan belajar sesuai dengan KD.
4. Alat dan bahan, jika kegiatan belajar memerlukan alat dan bahan,
maka dituliskan alat dan bahan yang diperlukan.
5. Prosedur Kerja, berisi petunjuk kerja untuk siswa yang berfungsi
mempermudah siswa melakukan kegiatan belajar.
6. Tabel Data, berisi tabel di mana siswa dapat mencatat hasil
pengamatan atau pengukuran. Untuk kegiatan yang tidak
memerlukan data, maka bisa diganti dengan kotak kosong di mana
siswa dapat menulis, menggambar, atau berhitung.
7. Bahan diskusi, berisi pertanyaan-pertanyaan yang menuntun siswa
melakukan analisis data dan melakukan konseptualisasi. Untuk
beberapa mata pelajaran, seperti bahasa, bahan diskusi bisa
berupa pertanyaan-pertanyaan yang bersifat refleksi.
C. Fungsi LKS
LKS memiliki beberapa fungsi sebagai berikut:
1. Sebagai panduan siswa di dalam melakukan kegiatan belajar,
seperti melakukan percobaan. LKS berisi alat dan bahan serta
prosedur kerja.
2. Sebagai lembar pengamatan, di mana LKS menyediakan dan
memandu siswa menuliskan data hasil pengamatan. LKS berisi
tabel yang memungkinkan siswa mencatat data hasil pengukuran
atau pengamatan.
3. Sebagai lembar diskusi, di mana LKS berisi sejumlah pertanyaan
yang menuntun siswa melakukan diskusi dalam rangka
konseptualisasi. Melalui diskusi tersebut siswa dilatih membaca dan
memaknakan data untuk memperoleh konsep-konsep yang
dipelajari.
4. Sebagai lembar penemuan (discovery), di mana siswa
mengekspresikan temuannya berupa hal-hal baru yang belum
pernah ia kenal sebelumnya.
5. Sebagai wahan untuk melatih siswa berfikir lebih kritis dalam
kegiatan belajar mengajar.
6. Meningkatkan minat siswa untuk belajar jika kegiatan belajar yang
dipandu melalui LKS lebih sistematis, berwarna serta bergambar
serta menarik perhatian siswa.
D. Model LKS
Menurut Reighluth (1996) ada dua pendekatan pembelajaran yaitu
ekspositori dan eksploratori. Kedua pendekatan ini merupakan dua kutub
yang berlawanan. Pendekatan eksploratori menekankan pentingnya siswa
melakukan eksplorasi dalam rangka inkuiri dan diskoveri. Pendekatan ini
menuntut siswa belajar secara aktif melakukan eksplorasi; mengamati
objek, melakukan pengukuran, memanipulasi objek, melakukan
percobaan, dan sebagainya. Robert Sund (1998) menyebut pendekatan ini
sebagai open discovery. Menurutnya, secara umum ada tiga metode
pembelajaran yaitu (1) mendengar-berbicara, (2) membaca-menulis, dan
(3) mengamati-melakukan. Setiap pendekatan dan metode di atas
memiliki pengaruh terhadap model LKS, sehingga digunakan model LKS
yang berbeda-beda pula.
Rumpun metode mendengar-berbicara mencakup (1) ceramah, (2)
membaca, (3) bertanya, (3) diskusi, (4) analisis film, (5) debat, (6) iur
gagasan. Model LKS jenis ini berisi lebih menekankan pada perintah dan
hasil-hasil resitasi. Misalnya, guru memberi ceramah tentang “Pencemaran
Sampah”, lalu guru menyuruh siswa mendiskusikan persoalan dan
alternatif solusi dari pencemaran sampah tersebut untuk kemudian
dipresentasikan di kelas. Maka, LKS cenderung bersifat tertutup, berisi
perintah mendikusikan persoalan, mencari alternatif solusi, dan presentasi
di kelas.
Rumpun kedua yaitu metode membaca-menulis. Rumpun ini meliputi
(1) buku teks, (2) buku kerja, (3) kapur-papan tulis, (4) bulletin, (5)
laporan, (5) reviu teman, (6) mencatat, (7) membuat jurnal. Misalnya,
guru memberi teks bacaan tentang Sampah yang diambil dari Koran, lalu
guru menyuruh siswa membaca teks, dan mendiskusikan persoalan dan
alternatif solusi dari pencemaran sampah tersebut. Mungkin pula siswa
diminta membuat kliping terkait pencemaran sampah kemudian menulis
resensinya. Maka, LKS bersifat semi terbuka, berisi perintah membaca,
mendikusikan persoalan, dan mencari alternatif solusi yang dilaporkan
secara tertulis.
Rumpun ketiga yaitu mengamati-melakukan, mencakup (1)
demonstrasi, (2) kerja lapangan, (3) kerja lab/ hands on, (4) proyek, (5)
eksplorasi/diskoveri, (6) permainan. Misalnya, pada topic pencemaran
akibat sampah, guru menyuruh anak secara berkelompok mengamati
tempat-tempat yang banyak sampahnya, mengidentifikasi jenis-jenis
sampahnya, mencatat volume dan asalnya, dan mendesain alat pengolah
sampah. LKS jenis ini bersifat lebih terbuka, berisi alat dan bahan,
panduan kerja, serta tabel pengamatan dan pertanyaan pengarah diskusi
siswa. Model-model LKS dapat dilihat pada lampiran.
F. Penggunaan LKS
Penggunaan LKS disesuaikan dengan pendekatan/metode
pembelajarannya, dapat di depan atau di belakang kegiatan
pembelajaran. Pada pendekatan eksploratori yang menekankan
pentingnya proses inkuiri, LKS digunakan di awal pembelajaran.
Guru mengemukakan persoalan yang akan dikaji, membagi LKS,
dan siswa melakukan kegiatan belajar sesuai petunjuk kerja dalam
LKS. Hasil belajar/hasil pengamatan dicatat di dalam tabel atau
lembar amatan di dalam LKS. Siswa berdiskusi sesuai pertanyaan-
pertanyaan yang ada dalam LKS dan menuliskan hasilnya di dalam
LKS.
Hasil belajar ini dipresentasikan di kelas dan dibahas bersama seluruh
siswa. Kelompok lain mungkin menemukan hal-hal yang berbeda. Guru
memberi kesempatan siswa melakukan elaborasi dan kemudian memberI
konfirmasi atas hasil belajar kelas tersebut, lalu menutup kegiatan
pembelajaran. Alur pembelajaran seperti ini mengikuti Standar Proses
(Permendiknas nomor 41 tahun 2007) yang terdiri atas (1) Pembukaan,
(2) Kegiatan Inti terdiri atas (a) eksplorasi, (b) elaborasi, dan (c)
konfirmasi, dan (3) Penutup.
EVALUASI
1. Mengapa guru perlu melakukan penilaian melalui observasi?
2. Bagaimana cara melakukan penilaian melalui LKS?
3 Mengapa hasil kegiatan belajar siswa ditulis di dalam LKS dan dijadikan
sebagai portofolio?
5. Jelaskan karakteristik model LKS yang bersifat tertutup, semi terbuka, dan
terbuka?
6. Jelaskan kelemahan dan kelebihan dari LKS?
7. Apa saja kesulitan guru dalam membuat lembar kerja siswa?
8. Kenapa LKS dilaksanakan di belakang dan di depan pembelajaran, tidak
dilaksanakn di pertengahan kegiatan pembelajaran?
9. Mengapa LKS dijadikan sebagai panduan dalam kegiatan belajar?
10. Apa yang membedakan LKS untuk siswa SD, SMP, SMA, serta perguruan
tinggi?
11. Apakah LKS menuntut siswa untuk belajar secara mandiri. Jelaskan!
BAB XII
PENILAIAN DAN EVALUASI IPA SD
PETA KONSEP
A. Pengertian Penilaian
Penilaian merupakan bagian integral dari proses belajar
mengajar. Penilaian meliputi pengumpulan informasi melalui
berbagai teknik penilaian dan membuat keputusan berdasar hasil
penilaian tersebut. Penilaian memberi informasi pada guru tentang
prestasi siswa terkait dengan tujuan pembelajaran. Dengan
informasi ini, guru membuat keputusan berdasar hasil penilaian
mengenai apa yanh harus dilakukan untuk meningkatkan
metode pembelajaran dan memperkuat proses belajar siswa.
Penilaian mengukur seberapa jauh pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang telah dicapai oleh siswa. Selain
melengkapi proses belajar mengajar, penilaian juga memberi
umpan balik formatif dan sumatif pada guru, siswa, sekolah dan
orang tua siswa.
1. Penilaian memberi umpan balik kepada siswa, yang memungkinka
nmereka untuk menyadari kekuatan dan kelemahan mereka.
Melalui penilaian, siswa dapat memantau kinerja dan kemajuan
mereka. Ia juga menunjukkan arah yang ditempuh untuk
berkembang lebih jauh.
2. Penilaian memberi umpan balik kepada guru, yang
memungkinkan mereka memahami kekuatan dan kelemahan
siswa mereka. Ia juga member informasi mengenai prestasi
belajar siswa juga keefektifan pembelajaran yang dilakukan guru.
3. Penilaian memberi umpan balik kepada sekolah. Informasi
yang diperoleh memudahkan penempatan siswa dalam
kelompok yang sesuai, dan kenaikan kelas siswa. Ia juga
memungkinkan sekolah meninjau kefektifan program instruksional
sekolah
Penilaian memberi umpan balik kepada orang tua siswa,
yang menungkinkan mereka memantau kemajuan dan prestasi
anak mereka melalui informasi yang diperoleh.
B. Aspek Penilaian
Tujuan IPA adalah menguasai pengetahuan IPA,
memahami dan menerapkan konsep IPA, menerapkan
keterampilan proses, dan mengembangkan sikap. Tujuan penilaian
ini sejalan dengan tiga ranah dalam kerangka kurikulum IPA
seperti ditunjukkan di bawah:
1. Penilaian Pengetahuan, pemahaman dan penerapan konsep IPA
2. Penilaian Keterampilan dan Proses
3. Penilaiankarakter dan sikap (sikap ilmiah)
3. Penilaian sikap
Penilaian sikap ilmiah meliputi sikap obyektif, terbuka, tidak
menerima begitu saja sesuatu sebagai kebenaran, ingin tahu, ulet ,
tekun, dan pantang menyerah. Selain itu, kemampuan
bekerjasama, bertukar pendapat, mempertahankan pendapat,
menerima saran, dan kemampuan sosial lainnya dapat juga
dilakukan melalui pembelajaran IPA.
1. Penilaian Tertulis
Penilaian secara tertulis dilakukan dengan tes tertulis ( paper
and pencil test). Tes tertulis merupakan kumpulan soal-soal
yang diberikan kepada peserta didik dalam bentuk tulisan.
Dalam menjawab soal, peserta didik tidak selalu harus merespon
dalam bentuk jawaban, tetapi juga dapat dilakukan dalam bentuk
lain seperti memberi tanda, mewarnai, menggambar dan
sejenisnya. Tes tertulis meliputi soal bentuk pilihan ganda,
menjodohkan, benar-salah, isian, jawaban singkat dan uraian.
Penyusunan soal tes tertulis memperhatikan kaidah-kaidah
penulisan soal dilihat dari segi materi, konstruksi, maupun
bahasa, dan menuntut penalaran yang tinggi. Hal ini dapat
dilakukan guru dengan cara:
a. Materi yang ditanyakan mengukur perilaku pemahaman,
penerapan, sintesis, analisis, atau evaluasi. Perilaku ingatan
juga diperlukan namun kedudukannya adalah sebagai langkah
awal sebelum peserta didik dapat mengukur perilaku yang
disebutkan di atas• Setiap pertanyaan diberikan dasar
pertanyaan (stimulus), misalnya dalam bentuk ilustrasi/bahan
bacaan seperti kasus, contoh, tabel dan sebagainya.
b. Mengukur kemampuan berpikir kritis.
c. Mengukur keterampilan pemecahan masalah.
2. Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja dilakukan untuk menilai ketercapaian
kompetensi yang menuntut peserta didik menunjukkan
kinerjanya. Penilaian ini dilakukan dengan mengamati kegiatan
peserta didik dalam melakukan sesuatu. Cara penilaian ini dianggap
lebih autentik daripada tes tertulis karena apa yang dinilai lebih
mencerminkan kemampuan peserta didik yang sebenarnya.
Untuk mata pelajaran IPA, penilaian semacam ini dapat dilakukan
melalui kegiatan seperti pengujian/penelitian, melakukan
percobaan-percobaan, dan lain-lain. Dalam penilaian kinerja perlu
dipertimbangkan hal-hal berikut:
a. Identifikasi langkah-langkah kinerja yang diharapkan sesuai
dengan tuntutan kompetensi
b. Kelengkapan dan ketepatan aspek yang akan dinilai dalam kinerja
tersebut.
c. Upayakan kemampuan yang dinilai tidak terlalu banyak agar
dapat diamati.
d. Kemampuan yang dinilai diurutkan berdasarkan urutan yang
diamati.
Penilaian kemampuan kinerja dapat dilakukan dengan
cara yang paling sederhana yaitu menggunakan:
a. daftar cek (checklist). Pada penilaian ini peserta didik mendapat
nilai apabila kriteria penguasaan kemampuan tertentu dapat
diamati oleh penilai. Kelemahan cara ini adalah penilai hanya
bisa memilih dua pilihan absolut yaitu teramati atau tidak
teramati, jika tidak dapat diamati maka peserta didik tidak
memperoleh nilai (tidak ada nilai tengah);
b. skala rentang (rating scale). Pada penilaian ini
memungkinkan penilai memberi nilai tengah terhadap penguasaan
kompetensi tertentu, karena pemberian nilai secara kontinu dimana
pilihan kategori nilai lebih dari dua. Penilaian sebaiknya dilakukan
lebih dari satu penilai untuk menghindari subjektivitas.
3. Penilaian Projek
Penilaian projek merupakan kegiatan penilaian terhadap
suatu tugas yang harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu.
Tugas tersebut berupa suatu kegiatan investigasi sejak dari
perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan
dan penyajian data. Kegiatan ini umumnya dilakukan dalam bentuk
kelompok kecil, tapi tidak menutup kemungkinan menjadi tugas
perorangan.
Penilaian bentuk ini dilakukan sejak perencanaan, proses
selama pengerjaan tugas, sampai hasil akhir projek. Untuk itu guru
perlu menetapkan tahapan yang akan dinilai, seperti penyusunan
desain, pengumpulan data, analisis data, menyiapkan laporan
tertulis. Penilaian projek dapat dilakukan dengan menggunakan
daftar cek ataupun skala rentang.
4. Penilaian Produk
Penilaian produk adalah penilaian terhadap keterampilan
dalam membuat suatu produk dan kualitas produk tersebut.
Penilaian produk tidak hanya diperoleh dari hasil akhir, namun
juga proses pembuatannya. Pengembangan produk meliputi 3
tahap dan dalam setiap tahap perlu diadakan penilaian yaitu:
a. Tahap persiapan meliputi penilaian terhadap kemampuan peserta
didik dalam merencanakan, menggali, mengembangkan
gagasan, dan mendesain produk.
b. Tahap pembuatan (produk) meliputi penilaian terhadap
kemampuan peserta didik dalam menyeleksi, menggunakan bahan,
alat dan teknik.
c. Tahap penilaian meliputi penilaian terhadap kemampuan
peserta didik membuat produk sesuai dengan yang diharapkan.
1) Teknik Penilaian Produk
a) Cara holistik yaitu berdasarkan kesan keseluruhan
produk
b) Cara analitik yaitu berdasarkan aspek-aspek produk,
biasanya dilakukan terhadap semua kriteria yang
terdapat pada semua tahap proses pembuatan produk.
Untuk pelajaran IPA, kadang-kadang antara penilaian
kinerja, projek ataupun produk tidak ada perbedaan yang
nyata. Hal yang membedakan sebenarnya adalah titik berat
pada aspek yang dinilai. Pada penilaian kinerja titik berat
terdapat pada kinerja peserta didik saat melakukan
tugas, jadi saat melaksanakan tugas tersebut guru mengamati
kinerja yang dilakukan peserta didik. Karena itu
tugas/percobaan harus dilakukan di sekolah, agar kinerja
peserta didik benar-benar dapat diamati. Penilaian projek menitik
beratkan pada cara merancang dan membuat laporan
tugas/percobaan, sedangkan penilaian produk menitik beratkan
pada produk/hasil karya yang dihasilkan peserta didik. Bobot yang
diukur pada masing-masing aspek berbeda. Pada penilaian kinerja
aspek pelaksanaan diberi bobot tinggi, aspek penulisan
laporan diberi bobot tinggi pada penilaian projek, sedangkan pada
penilaian produk aspek hasil diberi bobot tinggi.
6. Penilaian Portofolio
Portofolio adalah alat penilaian yang berupa kumpulan
dokumen dan hasil karya beserta catatan perkembangan belajar
peserta didik yang disusun secara sistematis, yang bertujuan untuk
mendukung belajar tuntas. Hasil karya yang dimasukkan ke dalam
bundel portofolio dipilih yang benar-benar dapat menjadi bukti
pencapaian suatu kompetensi. Setiap hasil karya dicatat dalam
jurnal atau sebuah format dan ada catatan guru yang menunjukkan
tingkat perkembangan sesuai dengan aspek yang diamati.
Komponen penilaian portofolio meliputi: Catatan guru, hasil
pekerjaan peserta didik, dan profil perkembangan peserta didik.
BAB XIII
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
PETA KONSEP
PENGERTIAN
RPP
PROSEDUR
PENGEMBANGAN MANFAAT
3 . Penilaian Keterampilan
Teknik Penilaian : Non tes
Bentuk Penilaian : Unjuk kerja (Rubrik)
Prosedur Penilaian : Saat pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Sukis &Yani. 2008. Mari belajar lmu alam sekitar 3 Untuk smp/mts kelas
ix . Jakarta. Pusat Perbukuan. Departemen Pendidikan Nasional.
Mimin Haryati. 2010. Model dan Teknik Penilaian Pada Tingkat Satuan
Pendidikan. Jakarta: Gaung Persada Press.
Wasis & Sugeng . 2008. Ilmu Pengetahuan Alam ,Jilid 2 untuk SMP dan
MTs Kelas VIII.
Jakarta. Pusat Perbukuan. Departemen Pendidikan Nasional
Devi, Kamalia Poppy. 2014. Pengembangan Soal “Higher Order
Thingking Skill” dalam Pembelajaran IPA SMP/MTs . Online : pdf
Kompetensi Inti
1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.
2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan
percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, dan guru.
3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar,
melihat, membaca) dan bertanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang
dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda
yang dijumpainya di rumah dan di sekolah.
4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis,
dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak
sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman
dan berakhlak mulia.
Kompetensi Dasar
IPA
3.7 Menerapkan sifat-sifat cahaya dan keterkaitannya dengan indera
penglihatan.
4.7 Menyajikan laporan hasil percobaan tentang sifat-sifat cahaya.
Pemetaan
Pembelajaran Mata Materi Penilaian
pelajaran/
KD
Sub tema 2 Sikap: (observasi)
Pembelajaran 1 IPA 3.7 IPA Jujur
IPA 4.7 Cahaya dan Tanggung Jawab
1. Melakukan percobaan
Cermin
mengenai sifat-sifat
cahaya dengan Pengetahuan: tes tertulis
menggunakn cermin Sifat-sifat cahaya
2. Menyampaikan laporan Keterampilan:
percobaan tentang cahaya Mengomunikasikan hasil
dan cermin
Mengidentifikasi
Mengelola informasi
Menyimpulkan
A. Kompetensi Inti
D. Materi
1. Sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan penglihatan.
Ayo Membaca
Cahaya adalah nama yang diberikan manusia pada radiasi yang dapat
dilihat oleh mata manusia. Cahaya merupakan gelombang
eloktromagnetik, yaitu gelombang yang getarannya adalah medan listrik
dan medan magnet. Berdasarkan jenisnya, cahaya dibedakan menjadi
cahaya yang tampak dan cahaya yang tidak tampak. Cahaya tampak
adalah cahaya yang jika mengenai benda maka benda tersebut akan
dapat dilihat oleh manusia, contoh cahaya matahari. Cahaya tak tampak
adalah cahaya yang bila mengenai benda tidak akan tampak lebih terang
atau masih sama sebelum terkena cahaya. Contoh cahaya tak tampak
adalah sinar inframerah dan sinar x. Cahaya tampak dibagi menjadi 2
yaitu monokromatik dan polikromatik. Monokromatik adalah satu cahaya
yang terdiri dari satu warna, contohnya merah. Sedangkan polikromatik
adalah satu cahaya yang terdiri dari beberapa warna, contohnya ungu,
merupakan kombinasi antara merah dan biru.
Kita memerlukan cahaya untuk dapat melihat. Benda-benda yang
ada di sekitar kita dapat kita lihat apabila ada cahaya yang mengenai
benda tersebut, dan cahaya yang mengenai benda tersebut dipantulkan
oleh benda ke mata. Walaupun benda terkena cahaya, jika pantulannya
terhalang dari mata kita, kita tidak dapat melihat benda tersebut, misalnya
suatu benda yang berada di balik tirai atau tembok.
Sebuah benda dapat dilihat karena adanya cahaya, yang memancar
atau dipantulkan dari benda tersebut, yang sampai ke mata. Berdasarkan
sumbernya cahaya dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
Pelangi terbentuk dari cahaya matahari yang diuraikan oleh titik-titik air
hujan di langit. Cahaya matahari yang kita lihat berwarna putih. Namun,
sebenarnya cahaya matahari tersusun atas banyak cahaya berwarna.
Kita juga dapat mengamati peristiwa dispersi cahaya pada balon air. Kita
dapat menggunakan air sabun untuk membuat balon air. Jika air sabun
ditiup di bawah sinar matahari, kamu akan melihat berbagai macam
warna berkilauan pada permukaan balon air tersebut.
Sifat-sifat cahaya dapat dimanfaatkan dalam pembuatan berbagai macam
alat, di antaranya periskop, teleskop, kaleidoskop, dan lup.
Periskop
Lup merupakan alat optik yang sangat sederhana. Alat ini berupa lensa
cembung. Lup berfungsi membantu mata untuk melihat bendabenda kecil
agar tampak besar dan jelas.
Cahaya adalah nama yang diberikan manusia pada radiasi yang dapat
dilihat oleh mata manusia. Cahaya merupakan gelombang
eloktromagnetik, yaitu gelombang yang getarannya adalah medan listrik
dan medan magnet. Berdasarkan jenisnya, cahaya dibedakan menjadi
cahaya yang tampak dan cahaya yang tidak tampak. Cahaya tampak
adalah cahaya yang jika mengenai benda maka benda tersebut akan
dapat dilihat oleh manusia, contoh cahaya matahari. Cahaya tak tampak
adalah cahaya yang bila mengenai benda tidak akan tampak lebih terang
atau masih sama sebelum terkena cahaya. Contoh cahaya tak tampak
adalah sinar inframerah dan sinar x.
A. Kompetensi Inti
C. Tujuan Pembelajaran
1. Setelah melakukan percobaan tentang cahaya dan cermin, peserta
didik mampu mengidentifikasi sifat-sifat cahaya dan keterkaitannya
dengan indera penglihatan dalam kehidupan sehari- hari. dengan
benar
2. Setelah melakukan percobaan tentang cahaya dan cermin, peserta
didik mampu Melaporkan hasil percobaan cahaya dan cermin yang
memanfaatkan sifat-sifat cahaya dalam bentuk tulisan dengan
benar.
D. Materi
Sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan penglihatan.
Ayo Mencoba
Nama Percobaan :
Tujuan Percobaan :
Alat –alat :
Langkah Kerja :
Kesimpulan :
LAMPIRAN 5
A. Kompetensi Inti
C. Tujuan Pembelajaran
1. Setelah melakukan percobaan tentang cahaya dan cermin, peserta
didik mampu mengidentifikasi sifat-sifat cahaya dan keterkaitannya
dengan indera penglihatan dalam kehidupan sehari- hari. dengan
benar
2. Setelah melakukan percobaan tentang cahaya dan cermin, peserta
didik mampu Melaporkan hasil percobaan cahaya dan cermin yang
memanfaatkan sifat-sifat cahaya dalam bentuk tulisan dengan
benar.
D. Materi
Sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan penglihatan.
E. PENILAIAN
A. Bentuk Instrumen Penilaian
1. Penilaian Sikap
Teknik Penilaian : Observasi sikap spiritual dan sikap sosial
Bentuk Penilaian : Skala Sikap
Prosedur Penilaian : Awal, saat, atau akhir pembelajaran
2. Penilaian pengetahuan
KONVERSI NILAI
PREDIKAT KLASIFIKASI
(SKALA 0-100)
81-100 A SANGAT BAIK
66-80 B BAIK
51-65 C CUKUP
0-50 D KURANG
Nama Percobaan :
Tujuan Percobaan :
Alat –alat :
Langkah Kerja :
Kesimpulan :
Kunci Jawaban
Langkah Kerja :
1. Duduk bersama kelompokmu.
2. Perlihatkan cerminmu kepada kelompokmu.
3. Gunakan cermin untuk memantulkan cahaya
matahari.
4. Diskusikan kode yang disepakati untuk berkomunikasi
beserta artinya (misalnya ketika cahaya dipantulkan
menggunakan cermin dan digerakkan melingkar
sebanyak tiga kali, itu berarti seluruh anggota
kelompok berkumpul di tengah halaman sekolah).
5. Setelah berdiskusi, anggota kelompok menyebar ke
tempat yang berbeda di sekitar sekolah.
6. Setiap anggota kelompok berdiri di tempat yang
terdapat cahaya matahari.
7. Pantulkan cahaya kepada tempat yang disepakati.
8. Buat laporan tentang sifat cahaya di akhir kegiatan.
Buatlah laporan dari percobaanmu.
Kesimpulan :
Kita bisa berkomunikasi dengan menggunakan cahaya
matahari dan cermin, pantulan sinar matahari pada cermin
dapat membuat seseorang dapat mengetahui letak
seseorang
KONVERSI
NILAI (SKALA PREDIKAT KLASIFIKASI
0-100)
81-100 A SANGAT BAIK
66-80 B BAIK
51-65 C CUKUP
0-50 D KURANG
2. Penilaian Keterampilan
Teknik Penilaian : Non tes
Bentuk Penilaian : Unjuk kerja
Prosedur Penilaian : Saat pembelajaran.
Perlu
No Baik Sekali Baik Cukup
Kriteria bimbingan
. 4 3 2
1
Lembar observasi/pengamatan
No Nama Kriteria 1 Kriteria 2 Skor
Siswa 4 3 2 1 4 3 2 1
1.
2.
3.
4.
LAMPIRAN 6
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP) KURIKULUM 2013
A. Kompetensi Inti
1. Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang
dianutnya.
2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli,
dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman,
guru, dan tetangganya.
3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati
(mendengar, melihat, membaca) dan menanya berdasarkan rasa
ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan
kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah,
sekolah, dan tempat bermain.
4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas,
sistematis, dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan
yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang
mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.
C. Tujuan Pembelajaran
1. Setelah melakukan percobaan tentang cahaya dan cermin, peserta
didik mampu mengidentifikasi sifat-sifat cahaya dan keterkaitannya
dengan indera penglihatan dalam kehidupan sehari- hari. dengan
benar
2. Setelah melakukan percobaan tentang cahaya dan cermin, peserta
didik mampu Melaporkan hasil percobaan cahaya dan cermin yang
memanfaatkan sifat-sifat cahaya dalam bentuk tulisan dengan
benar.
D. Materi
Sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan penglihatan.
E. Metode Pembelajaran
Pendekatan : Scientific
Strategi : Cooperative Learning
Teknik : Example Non Example
Metode : Penugasan, Tanya Jawab, Diskusi dan Ceramah
2. Media :
Percobaan IPA : setiap kelompok membutuhkan 1 cermin datar
G. Kegiatan Pembelajaran
Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu
Pendahuluan 1. Kelas dimulai dengan dibuka dengan 15 menit
salam, menanyakan kabar dan
mengecek kehadiran peserta didik
H. PENILAIAN
A. Bentuk Instrumen Penilaian
1. Penilaian Sikap
Teknik Penilaian : Observasi sikap spiritual dan sikap sosial
Bentuk Penilaian : Skala Sikap
Prosedur Penilaian : Awal, saat, atau akhir pembelajaran
2. Penilaian pengetahuan
KONVERSI NILAI
PREDIKAT KLASIFIKASI
(SKALA 0-100)
81-100 A SANGAT BAIK
66-80 B BAIK
51-65 C CUKUP
0-50 D KURANG
Nama Percobaan :
Tujuan Percobaan :
Alat –alat :
Langkah Kerja :
Kesimpulan :
Kunci Jawaban
Langkah Kerja :
1. Duduk bersama kelompokmu.
2. Perlihatkan cerminmu kepada kelompokmu.
3. Gunakan cermin untuk memantulkan cahaya
matahari.
4. Diskusikan kode yang disepakati untuk berkomunikasi
beserta artinya (misalnya ketika cahaya dipantulkan
menggunakan cermin dan digerakkan melingkar
sebanyak tiga kali, itu berarti seluruh anggota
kelompok berkumpul di tengah halaman sekolah).
5. Setelah berdiskusi, anggota kelompok menyebar ke
tempat yang berbeda di sekitar sekolah.
6. Setiap anggota kelompok berdiri di tempat yang
terdapat cahaya matahari.
7. Pantulkan cahaya kepada tempat yang disepakati.
8. Buat laporan tentang sifat cahaya di akhir kegiatan.
Buatlah laporan dari percobaanmu.
Kesimpulan :
Kita bisa berkomunikasi dengan menggunakan cahaya
matahari dan cermin, pantulan sinar matahari pada cermin
dapat membuat seseorang dapat mengetahui letak
seseorang
KONVERSI
NILAI (SKALA PREDIKAT KLASIFIKASI
0-100)
81-100 A SANGAT BAIK
66-80 B BAIK
51-65 C CUKUP
0-50 D KURANG
Perlu
Baik Sekali Baik Cukup
No. Kriteria bimbingan
4 3 2
1
2. Kerapian tulisan Tulisan sangat rapi Tulisan rapi Tulisan kurang rapi Tulisan tidak
rapi
Lembar observasi/pengamatan
No Nama Kriteria 1 Kriteria 2 Skor
Siswa 4 3 2 1 4 3 2 1
1.
2.
3.
4.
Refleksi Guru
Catatan Guru
1. Masalah :……….
2. Ide Baru :………..
3. Momen Spesial :………….
……………………………… .....................................................
NIP. ………………………… .