Anda di halaman 1dari 172

BAB I

HAKIKAT PEMBELAJARAN IPA

Standar kompetensi : Memahami hakikat IPA dari segi ilmu,


produk, proses dan sikap ilmiah
dalam pembelajaran sekolah dasar
Kompetensi Dasar : 1. Mendeskripsikan hakikat IPA dari
segi produk, proses dan sikap ilmiah
2. Menjelaskan ruang lingkup
pembelajaran IPA SD

PETA KONSEP

Kata Kunci : Pembelajaran, Ilmu, Proses, Produk, Keterampilan.

A. Hakikat Pembelajaran IPA


Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) diterjemahkan dari bahasa Inggris
‘natural science’, secara singkat disebut Science. IPA secara harfiah dapat
diartikan sebagai ilmu pengetahuan alam atau yang mempelajari
peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam. Hal ini mengandung makna
bahwa IPA bukan hanya kumpulan pengetahuan, tetapi merupakan proses

1
pencarian yang sistematis dan berisi berbagai strategi dimana
menghasilkan kumpulan pengetahuan yang dinamis.
Ilmu Pengetahuan Alam mempunyai objek dan permasalahan jelas
yaitu berobjek benda-benda alam dan mengungkapkan gejala-gejala alam
yang disusun secara sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan
pengamatan yang dilakukan oleh manusia. IPA merupakan ilmu yang
berhubungan dengan gejala-gejala alam dan kebendaan yang sistematis
yang tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari
hasil observasi dan eksperimen.
IPA juga dipandang sebagai cerminan dari hubungan antara produk
pengetahuan, metode ilmiah serta nilai sikap yang terkandung dalam
proses pencarianya. IPA adalah proses kegiatan yang dilakukan para
saintis dalam memperoleh pengetahuan dan sikap terhadap proses
kegiatan tersebut. Hal ini sejalan dengan hakikat Ilmu Pengetahuan Alam
yang bukan hanya kumpulan pengetahuan fakta untuk dihafal, tetapi ada
proses aktif menemukan menggunakan pikiran dan sikap dalam
mempelajarinya.
Dalam hal ini, IPA sejatinya merupakan proses penemuan
pengetahuan dan sikap ilmiah sehingga bukan hanya kumpulan
pengetahuan yang merupakan produk dari kegiatan ilmiah. Berdasarkan
pengertian diatas dapat diketahui bahwa Ilmu Pengetahuan Alam adalah
kumpulan pengetahuan berupa teori-teori mengenai peristiwa-peristiwa
yang terjadi di alam dan telah diuji kebenarannya, melalui proses metode
ilmiah dari pengamatan, studi, dan pengalaman disertai sikap ilmiah di
dalamnya

1. IPA Sebagai Ilmu


Krisis dalam pendidikan IPA terletak pada tekanan-tekanan untuk
menegakkan pengakuan- pengakuan (legitimasi) akan pendidikan IPA
sebagai disiplin ilmu dan untuk mengajukan bukti akan kegunaan dan
berharganya penelitian- penelitian yang dihasilkannnya. Sebagian dari
legitimasi itu terletak pada deskripsi yang lebih cepat mengenai
pengetahuan, keterampilan, dan sikap untuk pendidikan IPA. Deskripsi
semacam itu bukan hanya harus memberi arti pada penelitian dan hal- hal
yang bersifat praktis, melainkan juga menjalin hubungan dengan ilmu
yang lain. IPA sebagai ilmu secara umum sekurang- kurangnya mencakup
3 aspek yaitu aspek aktivitas, metoda dan pengetahuannya. Ketiga aspek
tersebut merupakan kesatuan logis yang mesti ada secara berurutan.
Artinya keberadaan dan perkembangan ilmu harus diusahakan dengan
aktivitas manusia aktivitas harus dilaksanakan dengan menggunakan
metode tertentu dan akhirnya aktivitas metodis tersebut akan
menghasilkan pengetahuan yang sistematis. IPA sebagai aktivitas manusia
mengandung tiga dimensi, yaitu:
a) Rasional, Merupakan proses pemikiran yang berpegang pada
kaidah- kaidah logika.

1
b) Kognitif, Merupakan proses mengetahui dan memperoleh
pengetahuan
c) Teleologis, Artinya untuk mencapai kebenaran, memberikan
penjelasan / pencerahan dan melakukan penerapan dengan melalui
peramalan dan pengendalian.
IPA sebagai suatu metode dapat berbentuk :
a) Pola Prosedural, yang meliputi Pengamatan, Pengukuran, Deduksi,
Induksi, Analisis, Sintesis, dll.
b) Tata langkah, yaitu urutan proses yang diawali dengan penentuan
masalah, perumusan hipotesis, pengumpulan data, penarikan
kesimpulan dan pengujian hasil.
Dalam perkembangan tata langkah ini dikenal dengan metode ilmiah
IPA sebagai pengetahuan yang sistematis terkait dengan obyek material
atau bidang permasalahan yang dikaji. Obyek material IPA dapat
dibedakan atas: Benda fisik/mati, Makhluk hidup, Peristiwa sosial, Ide
abstrak.

2. IPA Sebagai Produk


Ilmu Pengetahuan Alam adalah pengetahuan tentang alam dan
gajala- gejalanya. Ilmu Pengetahuan Alam juga merupakan pengetahuan
manusia yang luas didapatkan dengan cara observasi dan eksperimen
yang sistematik, serta dijelaskan dengan bantuan aturan-aturan, hukum-
hukum, prinsip-prinsip, teori-teori, dan hipotesa-hipotesa. Ada pula yang
mendefinisikan demikian : “IPA adalah apa yang dilakukan oleh para ahli
IPA”. Ilmu Pengetahuan Alam sebagai disiplin disebut juga sebagai produk
IPA, ini merupakan kumpulan hasil kegiatan empirik dan kegiatan analitik
yang dilakukan oleh para ilmuwan selama berabad-abad.
Bentuk Ilmu Pengetahuan Alam sebagai produk adalah fakta-fakta,
konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan teori-teori IPA. Jika ditelaah lebih
lanjut maka fakta-fakta merupakan hasil dari kegiatan empiric dalam IPA
sedangkan konsep-konsep, prisip-prinsip, dan teori-teori dalam IPA
merupakan hasil dari kegiatan analitik.
IPA sebagai produk berisi prinsip-prinsip, hukum-hukum, dan teori
yang dapat menjelaskan dan memahami alam dari berbagai fenomena
yang terjadi di dalamnya. Oleh sebab itu dikatakan pula bahwa IPA
merupakan satu sistem yang dikembangkan oleh manusia untuk
mengetahui diri dan lingkungannya.
IPA sebagai produk keilmuan akan mencakup konsep-konsep.
hukum- hukum, dan teori-teori yang dikembangkan sebagai penemuan
rasa ingin tahu manusia , dan juga untuk keperluan praktis manusia. IPA
sebagai disiplin ilmu disebut produk IPA karena isinya merupakan
kumpulan hasil kegiatan empirik yang berupa fakta dan kegiatan analitik
yang berupa konsep, prinsip, hukum , dan teori.

2.1. Fakta IPA

1
Fakta merupakan produk IPA yang paling dasar.Fakta diperoleh
dari hasil observasi secara intensif dan kontinu atau terus menerus, secara
verbal fakta adalah pernyataan tentang benda yang benar-benar ada atau
peristiwa yang sungguh terjadi. Fakta adalah pernyataan-pernyataan
tentang benda-benda yang benar-benar ada, atau peristiwa-peristiwa
yang benar-benar terjadi dan sudah dikonfirmasi secara obyektif.
Fakta sebagai ungkapan tentang sifat-sifat suatu benda, tempat,
atau waktu adanya atau terjadinya suatu benda atau kejadian.
Fakta juga merupakan bentuk informasi yang spesifik yang harus diingat
oleh siswa.Termasuk di dalamnya , waktu kejadian, nama orang atau
peristiwa yang harus diingat. Contoh produk IPA yang merupakan fakta
adalah:
a) Gula rasanya manis
b) Air membeku pada suhu 0
c) Atom hydrogen memiliki satu electron.
d) Merkurius adalah planet terdekat dengan matahari
e) Ular termasuk golongan reptilian
f) Logam tenggelam dalam air
g) Bentuk bulan yang terliahat dari bumi berubah-ubah
h) Katak berkembang biak dengan cara bertelur

2.2. Konsep IPA


Konsep dalam IPA dinyatakan sebagai abstraksi tentang benda atau
peristiwa alam. Konsep juga diartikan sebagai suatu definisi atau
penjelasan. Konsep juga merupakan suatu ide yang mempersatukan
fakta-fakta IPA yang saling berhubungan. Konsep adalah kosakata khusus
yang dipelajari siswa. Siswa diharapkan dapat menjelaskan konsep yang
dipelajari, mengenal ilustrasi konsep, kesamaan suatu konsep dan
mengtahui bahwa penggunaan konsep itu benar atau salah. Suatu konsep
dianggap telah dipelajari jika seseorang dapat memberikan tanggapan
terhadap pertanyaan atau rangsangan yang bervariasi atau kategori yang
sama. Abstraksi atau konsepsi tentang masing- masing konsep tersebut
adalah:
a) Hewan bedarah dingin adalah hewan yang menyesuaikan suhu
tubuhnya dengan suhu lingkungannya.
b) Gas adalah zat yang bentuk dan volumenya dapat berubah-ubah.
c) Satelit adalah benda angkasa yang bergerak mengelilingi planet.
d) Air adalah zat yang molekulnya tersusun atas 2 atom hydrogen dan
1 atom oksigen
Contoh produk IPA yang merupakan konsep adalah hewan
berdarah dingin, gas, satelit, air, semua zat tersusun atas partikel-
partikel ; benda-benda hidup dipengaruhi oleh lingkungan ; materi akan
berubah tingkat wujudnya bila menyerap atau melepaskan energi.

2.3. Prinsip IPA

1
Prinsip IPA adalah generalisasi tentang hubungan diantara konsep-
konsep IPA.. Prinsip merupakan kumpulan sejumlah besar fakta atau
menjelaskan saling keterhubungan sejumlah fakta. Prinsip IPA bersifat
analitik sebab merupakan generalisasi induktif yang ditarik dari beberapa
contoh. Menurut para ilmuan prinsip merupakan deskripsi yang paling
tepat tentang objek atau kejadian. Prinsip dapat berubah bila observasi
baru dilakukan, sebab prinsip bersifat tentative. Contoh produk IPA yang
merupakan prinsip ialah udara yang dipanaskan memuai, adalah prinsip
yang menghubungkan konsep-konsep udara, panas, dan pemuaian.
Prinsip ini menyatakan jika udara dipanaskan maka akan memuai. Contoh
lainnya yaitu semakin besar kuat cahaya, hasil fotosintesis semakin
banyak. Selain itu larutan yang bersifat asam bila yang dicampur dengan
larutan yang bersifat basa akan membentuk garam yang bersifat netral.

2.4. Hukum IPA


Hukum adalah prinsip yang bersifat spesifik. Hukum IPA adalah
prinsip-prinsip yang sudah diterima kebenarannnya yang meskipun
sifatnya tentative tetapi mempunyai daya uji yang kuat sehingga dapat
bertahan dalam waktu yang relative lama. Kekhasan hukum dapat
ditunjukkan dari :
a. Bersifat lebih kekal karena telah berkali-kali mengalami pengujian.
b. Pengkhususannya dalam menunjukkan hubungan antar variable..
Contohnya Hukum Ohm menunjukkan hubungan antara hambatan dengan
kuat harus dan tegangan listrik, yaitu “ besarnya hambatan sebanding
dengan besarnya tegangan listrik tetapi berbanding terbalik dengan kuat
arusnya”.Hukum tersebut secara matematis dibahaskan dalam bentuk
persamaan :
Hukum Avogadro : menjelaskan tentang hubungan antara jumlah
molekul dengan volume suatu gas yaitu: “pada suhu dan tekanan yang
sama, semua gas yang volumenya sama mengandung jumlah molekul
yang sama banyak”. Maksudnya bila dua volum gas hydrogen bereaksi
dengan satu volume gas oksigen membentuk dua volume uap air, yang
dapat dinyatakan dalam persamaan reaksi:
2H2 + O2 <= > 2H2O

2.5. Teori IPA


Teori adalah generalisasi tentang berbagai prisip yang dapat
menjelaskan dan meramalkan fenomena alam.teori juga dapat berubah
jika ada bukti-bukti baru yang berlawanan dengan teori tersebut. Contoh
produk IPA yang merupakan teori adalah :
a) Teori Meteorologi memprediksi kapan akan mulai musim penghujan
atau menjelaskan mengapa terjadi gelombang tsunami.
b) Teori Atom menjelaskan bagaimana kekekalan massa baik sebelum
reaksi maupun sesudah reaksi kimia terjadi.

1
c) Teori Geosentrik alam semesta yang menonjol lima ratus tahun
yang lalu sekarang hanya merupakan bagian dari segala dan tidak
berklaku lagi.
Untuk mendapatkan produk IPA seperti tersebut diatas para ilmuan
melakukan kegiatan yang dikenal dengan proses IPA. Oleh karena itu IPA
sebagai suatu produk tidak bisa lepas dari IPA sebagai suatu proses.

3. IPA Sebagai Proses


Pengkajian IPA dari segi proses disebut juga keterampilan proses
IPA (IPA science process skills) atau disingkat saja denga proses IPA.
Proses IPA adalah sejumlah keterampilan untuk mengkaji fenomena alam
dengan cara-cara tertentu untuk memperoleh ilmu dan pengembangan
ilmu itu selanjutnya. Dengan keterampilan proses siswa dapat
mempelajari IPA sesuai dengan apa yang para ahli IPA lakukan, yakni
melalui pengamatan, klasifikasi, inferensi, merumuskan hipotesis, dan
melakukan eksperimen.
Beberapa ahli memberi kontribusi dalam pengertian dan penerapan
proses IPA. Disarankan agar proses IPA difokuskan pada alat atau cara
untuk menemukan produk IPA. Seorang guru tidaklah lagi berfikir bahwa
IPA adalah “ kata benda- badan pengetahuan atau fakta yang harus
dihafal-tetapi sebagai” tata kerja”- aktif, berbuat, menyelidiki. Pada tingkat
ini bagaimana siswa mendapatkan informasi IPA jauh lebih baik daripada
berapa banyak materi IPA yang diketahui.
Memang pada prakteknya apa yang dikenal sebagai IPA tidak dapat
dipisahkan dari metoda-metoda penelitian. Memahami IPA lebih dari
hanya mengetahui fakta-fakta dalam IPA, memahami IPA berarti juga
memahami proses IPA, yaitu memahami bagaimana mengumpulkan fakta-
fakta dan memahami bagaimana menghubungkan fakta-fakta untuk
menginterpretasikannya. Para ilmuan mempergunakan berbagai prosedur
empiric dan prosedur analitik dalam usaha mereka untuk memahami alam
semesta ini. Prosedur-prosedur tersebut disebut proses ilmiah atau proses
IPA.
Proses IPA adalah perubahan dalam dimensi afektif dan psikomotor
yakni sejauh mana siswa mengalami kemajuan dalam proses IPA yang
antara lain meliputi kemampuan observasi, klasifikasi, kuantifikasi,
inferensi, komunikasi dan proses lainnya.
Seorang ilmuan menggunakan cara khusus untuk memecahkan masalah
yang dihadipinya. Cara memecahkan masalah itu sering diberi nama
“Metode Ilmiah” seorang ilmuan umumnya bekerja secara ilmiah, yaitu
menggunakan metoda ilmiah. Berikut adalah langkah-langkah metoda
ilmiah, yaitu :
a) Menyadari adanya masalah dan keinginan untuk memecahkan.
Masalah perlu dirumuskan dengan jelas, dan dibatasi ruang
lingkupnya agar pemecahannya lebih terfokus.

1
b) Mengumpulkan data yang ada hubungannya dengan masalah. data
yang terkumpul diolah/dianalisis atau disintesis untuk merumuskan
hipotesis.
c) Merumuskan hipotesis berdasarkanalasan atau pengetahuan yang
merupakan jawaban sementara terhadap suatu masalah. Hipotesis
bersifat tentative dan dapat diuji apakah benar atau diterima atau
salah atau ditolak.
d) Menguji hipotesis, dapat ditempuh dengan cara melakukan
eksperimen atau melakukan observasi tergantung dengan cara
melakukan eksperimen.
e) Menarik kesimpulan, kesimpulan dibuat berdasar data atau informasi
yang dikumpulkan dalam eksperimen atau observasi. Data atau
informasi yang dimaksud adalah data atau informasi dalam rangka
pengujian hipotesis.
Hasil belajar IPA dari segi proses dapat dibedakan dari produk dengan
melihat proses yang dilakukan siswa dalam belajara. konsep air membeku
pada 0 dan mendidih pada 100 , misalnya dapat saja diketahu siswa
denga membaca buku atau diberitahukan oleh guru. akan tetapi,kesan
pengetahuan yang diperolehnya akan sangat berbeda jika melihat sendiri
dengantermometer pada suhu berapa air yang membeku dan yang
mendidih.

4. IPA Sebagai Ketrampilan


Keterampilan proses IPA atau keterampilan IPA sering disebut juga
keterampilan belajar seumur hidup, sebab keterampilan dapat juga dipakai
untuk kehidupan sehari-hari dan untuk bidang studi yang lain. Untuk
melakukan proses IPA dibutuhkan berbagi macam keterampilan antara
lain keterampilan:
1. Mengobservasi
IPA selalu memulai dengan observasi.Observasi merupakan
langkah pertama yang penting bagi seorang ilmuan untuk memulai
menggunakan metoda ilmiah.”Observasi” atau”pengamatan”,
apakah sama artinya dengan melihat? observasi lebih daripada
sekedar melihat dengan mata. mengobservasi atau mengamati
adalah keterampilan untuk mendapatkan data atau informasi
dengan menggunakan indera.Dapat dilakukan dengan cara melihat,
meraba, mengcap, membau, dan mendengar. tetapi serinng pula
ilmuan harus mengamati sesuatu yang tidak dapat dilihat,
didengar, diraba, dan dirasa. Untuk itu ia sering menggunakan alat,
sering pula inderanya tidak cukup untuk dipercaya dan hasilnya
yang kurang memuaskan sebagai contoh dengan mengobservasi
dapat diperoleh informasi tentang warma, bentuk, dan gerakannya.
2. Mengklasifikasi atau Menggolongkan
Merupakan keterampilan untuk melihat persamaan dan
perbedaan suatu obyek sehingga dengan dasar tersebut obyek
dapat dikelompokkan atau dipisahkan dari yang lain. contohnya

1
pengkelompokkan makhluk hidup yang memiliki persamaan yaitu
kelompok hewan yang bersayap dan bekaki enam meliputi
balalang, kupu-kupu dan nyamuk.
3. Menyimpulkan
Menyimpulkan merupakan kemampuan untuk menyatakan hasil
penilaian atau suatu obyek atau kejadian atau fenomena.Penilaian
tersebut ditentukan atau dasar fakta dan konsep atau prinsip-
prinsip yang telah diketahui. Contoh proses menyimpulkan adalah
bila dari kegiatan pengamatan terhadap perubahan kertas yang
ditetesi dengan berbagai macam larutan.
4. Mengiferensi
Merupakan kemampuan untuk membuat ramalan tentang
kejadian yang akan datang berdasarkan hasil observasi yang
pernah dilakukan, konsep atau prinsip yang telah diketahui. Oleh
karena itu keterampilan menginferensi disebut juga dengan istilah
memprediksi. Contoh proses menginferensi adalah bila dari hasil
observasi sebelumnya telah disimpulkan bahwa larutan yang
bersifat asam akan merubah warna kertas lakmus menjadi merah
atau orange, larutan yang bersifat basa akan merubah warna
kertas lakmus menjadi biru dan cairan yang bersifat netral tidak
merubah warna kertas lakmus.
5. Mengukur
Mengukur adalah keterampilan untuk menentukan kuantitas alat
ukuran suatu obyek dengan membandingkan atau menggunakan
alat ukur yang sesuai.Misalnya untuk mengukur suhu digunakan
thermometer, untuk mengukur panjang digunakan mistar, dan
untuk mengukur pH digunakan pH meter.
6. Menggunakan hubungan antar ruang dan waktu
Meliputi keterampilan untuk menjelaskan posisi suatu benda
terhadap benda yang lain, menjelaskan posisi benda terhadap
waktu dan membuat dugaan keadaan yang akan datang
berdasarkan apa yang telah diketahui saat ini. Contoh : dari hasil
pengamatan dan pengukuran tinggi dan arah bayangan benda
yang terbentuk karena sinar matahari pada pukul 07.00, 08.00,
09.00, dan 10.00 dapat menggunakannya untuk memprediksi atau
untuk memnentukan dimana arah atau tinngi bayangan benda
tersebut pada pukul 14.00 atau 15.00.
7. Mengkomunikasikan
Mengkomunikasikan adalah menyampaikan perolehan atau hasil
belajar atau penemuannya pada orang lain. Penyampaiannya dapat
secara lisan atau tertulis.Perwujudannya bisa dalam bentuk
gambar, grafik, diagram, atau skema dan cerita atu uraian yang
mudah dipahami.
8. Merancang penelitian

1
Merupakan keterampilanproses yang terintegrasi dan
dibutuhkan pula keterampilan merumuskan hipotesis, menetukan
atau mengidentifikasi variable dan merumuskan devinisi
operasional.
9. Melakukan Eksperimen
Adalah keterampilan proses terintegrasi, bahkan merupakan
puncak atau muara dari keterampilan proses yang lain.Dalam
melakukan eksperimen juga diperlukan keterampilan menafsirkan,
menganalisis, dan mensintesis data.
Dalam melakukan proses IPA agar menghasilkan produk yang
dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya perlu dilandasi dengan sikap
yang ilmiah.Beberapa kreteria yang termasuk sikap ilmiah utama dalam
berproses IPA ialah:
1. Obyektif terhadap fakta artinya mengungkapkan apa adanya,
misalnya rasa senang atau tidak senang terhadap obyek.
Obyektifitas dalam proses IPA agar produk yang dihasilkan
dapat diuji kebenarannya oleh orang lain.
2. Terbuka, artinya bersedia menerima atau mempertimbangkan
pendapat atau hasil penemuan orang lain yang secara keilmuan
benar, sekalipun pendapat atau penemuan itu bertentangan
denga penemuannya sendri.
3. Teliti, artinya cermat dalam melakukan observasi atau
pengukuran.
4. Krisis atau gelisah terhadap permasalahan yang ada sehingga
timbul keingintahuan terhadap masalah tersebut dan terdorong
untuk menyelidikinya.
Sembilan aspek sikap ilmiah yang dapat dikembangkan pada anak
usia Sekolah Dasar yaitu:
1. Sikap ingin tahu (curiousity), dalam hal ini suatu sikap yang
selalu ingin mendapatkan jawaban yang benar dari objek yang
diamatinya.
2. Sikap ingin mendapatkan sesuatu yang baru (originality), sikap
ini bertitik tumpu dari kesadaran bahwa jawaban yang telah
diperoleh dari rasa ingin tahu tidak bersifat mutlak, namun
hanya bersifat sementara.
3. Sikap kerja sama (cooperation), dalam hal ini kerja sama
adalah sikap untuk memperoleh pengetahuan yang lebih
banyak secara bersama-sama atau berkelompok.
4. Sikap tidak putus asa (perseverance), sikap ini perlu
ditanamkan kepada siswa Sekolah Dasar agar tidak mudah
putus asa jika mengalami kegagalan dalam menggali ilmu.
5. Sikap teruka untuk menerima (open-mindedness)
6. Sikap mawas diri (self critism), seorang ilmuwan sangat
menjunjung tinggi kebenaran. Objektivitas tidak hanya
ditunjukkan diluar dirinya tetapi juga terhadap dirinya sendiri.
sikap tersebut haruslah dikembangkan sejak dini khususnya

1
pada siswa Sekolah Dasar agar memiliki sikap jujur tehadap
dirinya sendiri, menjunjung tinggi kebenaran, dan berani
mengoreksi dirinya sendiri.

B. Ruang Lingkup Ilmu Pengetahuan Alam di SD


Ruang lingkup bahan kajian IPA di SD secara umum meliputi dua
aspek yaitu kerja ilmiah dan pemahaman konsep.
1. Kerja Ilmiah, menurut Effendi dan Maliha (2007) pendidikan IPA
menekankan pada pemberian belajar langsung. Dalam
pembelajaran IPA siswa dapat mengembangkan sejumlah
keterampilan proses dan sikap ilmiah dalam memperoleh
pengetahuan pengetahuan tentang dirinya dan alam sekitar.
Lingkup kerja ilmiah meliputi kegiatan penyelidikan, berkomunikasi
ilmiah, pengembangan kreativitas, pemecahan masalah, sikap, dan
nilai ilmiah. Kerja ilmiah dalam kurikulum sekolah dasar terdiri dari:
a. Penyelidikan/Penelitian
Siswa menggali pengetahuan yang berkaitan dengan alam
dan produk teknologi melalui refleksi dan analisis untuk
merencanakan, mengumpulkan, mengolah dan menafsirkan
data, mengkomunikasikan kesimpulan, serta menilai rencana
prosedur dan hasilnya.
b. Berkomunikasi Ilmiah
Siswa mengkomunikasikan pengetahuan ilmiah hasil temuan
dan kajiannyakepada berbagai kelompok sasaran untuk berbagai
tujuan.
c. Pengembangan Kreatifitas dan Pemecahan Masalah
Siswa mampu berkreatifitas dan memecahkan masalah serta
membuatkeputusan dengan menggunakan metode ilmiah.
d. Sikap dan Nilai Ilmiah
Siswa mengembangkan sikap ingin tahu, tidak percaya
tahayul, jujur dalam menyajikan data faktual, terbuka pada
pikiran dan gagasan baru, kreatif dalam menghasilkan karya
ilmiah, peduli terhadap makhluk hidup dan lingkungan,tekun dan
teliti.
Dengan demikian, dalam pelaksanaan pembelajaran IPA
kedua aspek tersebut saling berhubungan. Aspek kerja ilmiah
diperlukan untuk memperoleh pemahaman atau penemuan konsep
IPA.
2. Pemahaman konsep
Konsep-konsep (materi) yang diajarkan dan harus dipahami siswa
dalam pembelajaran IPA di Sekolah Dasar antara lain:

1
Gambar 1. Ruang Lingkup Materi IPA SD Kelas Tinggi

GLOSARIUM

Hakikat : intisari/dasar
Produk : barang atau jasa yang dibuat dan ditambah gunanya
atau nilainya
Harfiah : menurut huruf, kata demi kata, berdasarkan arti
leksikal
Sistematis : teratur menurut system
Metode : cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan
suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan
yang dikehendaki
Ilmiah : bersifat ilmu, memenuhi syarat pengetahuan
Ilmu : pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun
secara bersistem menurut metode tertentu,yang
dapat digunakan untuk menerangkan gejala tertentu
di bidang (pengetahuan) itu
Teori : pendapat yang didasarkan pada penelitian dan
penemuan, didukung oleh data dan argumentasi
Prinsip : asas;dasar
Hukum : peraturan yang secara resmi dianggap mengikat
Fenomena : hal-hal yang dapat disaksikan dengan panca indra
dan dapat diterangkan serta dinilai secara ilmiah
Fakta : keadaan atau peristiwa yang merupakan kenyataan
Konsep : ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa
konkret
Observasi : peninjauan secara cermat
EVALUASI

1. Coba jelaskan pengertian IPA secara harfiah!

1
2. Jelaskan perbedaan IPA sebagai produk dan IPA sebagai ilmu!
3. Apa yang dimaksud dengan fakta IPA?
4. Apa yang dimaksud dengan konsep IPA?
5. Apa yang dimaksud dengan Prinsip IPA?
6. Coba berikan tiga contoh tentang konsep IPA
7. Coba berikan 10 contoh produk IPA yang merupakan fakta
8. Mengapa IPA disebut sebgai proses?
9. Untuk melakukan proses IPA, dibutuhkan berbagi macam
keterampilan. Coba sebutkan dan jelaskan keterampilan IPA
tersebut.
10. Coba sebutkan Sembilan aspek sikap ilmiah yang dapat
dikembangkan pada anak usia Sekolah Dasar

BAB II
TEORI BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN IPA SD

Standar kompetensi : Memahami Teori Belajar Dalam


Pembelajaran IPA SD
Kompetensi Dasar : 1. Mendeskripsikan Teori-teori Belajar
Dalam Pembelajaran
2. Menjelaskan Teori-teori Belajar
Dalam Pembelajaran IPA SD

PETA KONSEP

TEORI BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN

SUATU TEORI BERISI CARA


TEORI APLIKASI PROSES BELAJAR TEORI
GURU DENGAN SISWA
DENGAN SERANGKAIAN
METODE BAIK DI DALAM DAN
DI LUAR KELAS

PIAGET AUSUBEL VYGOTSKY BRUNER GAGNE


Belajar
Belajar adalah
adalah Belajar
Belajar adalah
adalah Belajar
Belajar yaitu
yaitu Belajar
Belajar merupakan
merupakan Belajar
Belajar itu
itu
suatu
suatu proses
proses suatu
suatu proses
proses suatu
suatu proses
proses kegiatan
kegiatan perolehan
perolehan merupakan
merupakan suatu
suatu
yang informasi yang
yang aktif,
aktif, yang
yang dikaitkan
dikaitkan dimana
dimana seorang
seorang informasi
disebut
yang
sebagai
proses
proses yang
yang dapat
dapat
konstruktif, disebut sebagai dilakukan
dilakukan
konstruktif, dengan
dengan siswa
siswa belajar
belajar belajar
belajar penemuan
penemuan manusia,
berorientasi
berorientasi informasi
informasi baru
baru setahap
setahap demi
demi yang merupakan manusia, belajar
belajar
yang merupakan menyangkut
pada
pada tujuan, pada menyangkut
tujuan, pada konsep-
konsep- setahap
setahap akan
akan berusaha
berusaha sendiri
sendiri
interaksi
interaksi antara
antara
semuannya konsep untuk mencari
semuannya konsep relevan
relevan memperoleh
memperoleh untuk
pemecahan
mencari
pembelajar
pembelajar
bergantung yang pemecahan masalah
masalah
bergantung yang terdapat
terdapat keahlian
keahlian dalam
dalam serta
serta pengetahuan
pengetahuan (orang
(orang yang
yang
pada
pada aktifitas
aktifitas pada
pada struktur
struktur interaksinya
interaksinya yang
yang belajar)
belajar) dan
dan
mental
mental peserta
didik.
peserta kognitif
kognitif
seseorang.
dengan
dengan orang
orang menyertainyamengh
menyertainyamengh
asilkan
asilkan pengetahuan
1
lingkungannya
lingkungannya
lain. .
didik. seseorang. lain pengetahuan
yang
yang benar-benar
benar-benar
bermakna.
bermakna.
Kata Kunci : teori, perkembangan, konsep, pembelajaran, tahap

A. Pengertian Teori Belajar


Teori adalah seperangkat azas yang tersusun tentang
kejadian-kejadian tertentu dalam dunia nyata. Teori juga merupakan
seperangkat proposisi yang didalamnya memuat tentang ide, konsep,
prosedur dan prinsip yang terdiri dari satu atau lebih variable yang saling
berhubungan satu sama lainnya dan dapat dipelajari, dianalisis dan diuji
serta dibuktikan kebenarannya.
Belajar merupakan suatu proses usaha sadar yang dilakukan oleh
individu untuk suatu perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak
memiliki sikap menjadi bersikap benar, dari tidak terampil menjadi
terampil melakukan sesuatu. Belajar tidak hanya sekedar memetakan
pengetahuan atau informasi yang disampaikan. Namun bagaimana
melibatkan individu secara aktif membuat atau pun merevisi hasil
belajar yang diterimanya menjadi suatu pengalamaan yang
bermanfaat bagi pribadinya. Teori belajar adalah suatu teori yang
di dalamnya terdapat tata cara pengaplikasian kegiatan belajar
mengajar antara guru dan siswa, perancanganmetode pembelajaran yang
akan dilaksanakan di kelas maupun di luar kelas.

B. Teori Belajar Piaget


Menurut teori belajar Piaget, belajar adalah suatu proses yang aktif,
konstruktif, berorientasi pada tujuan, semuannya bergantung pada
aktifitas mental peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan
untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh
interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan dari guru
sesuai dengan perkembangan peserta didik. Sedangkan mengajar adalah
memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi
dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal
dari lingkungan.
Teori Piaget menguraikan perkembangan kognitif dari bayi
sampai dewasa. Dalam pandangan Piaget, struktur kognitif merupakan
kelompok ingatan yang tersusun dan saling berhubungan, aksi dan
strategi yang dipakai oleh anak-anak untuk memahami dunia sekitarnya.
Piaget berpendapat bahwa anak membangun sendiri pengetahuannya dari
pengalamannya sendiri dengan lingkungan. Dalam pandangan Piaget,

1
pengetahuan datang dari tindakan, perkembangan kognitif sebagian
besar bergantung kepada seberapa jauh anak anak aktif memanipulasi
dan aktif berinteraksi dengan lingkungannya. Ada empat tahapan
perkembangan mental dan kognitif anak menurut Piaget yaitu:
1. Tahap Sensori Motor (0 – 2 tahun)
Salah satu ciri khusus anak pada usia ini adalah penguasaan,
yang Piaget sebut sebagai konsep objek, suatu pengertian bahwa
benda atau objek itu ada dan merupakan kekhasan dari benda
tersebut, dan akan tetap ada walaupun benda tersebut tidak
tampak atau tidak dapat di pegang/ diraba oleh anak.
2. Tahap Pre-operasional (2-7 tahun)
Dilihat dari segi perkembangan bahasa, tahapan ini
merupakan tahapan yang amat menakjubkan. Dimulai dari anak
yang baru bisa mengatakan satu dua patah kata sehingga menjadi
anak yang dapat menyusun suatu kalimat. Anak tidak akan
memiliki kemampuan berfikir yang operasional (pemikiran logis)
sampai anak mencapai usia tujuh tahun dan kadang- kadang di
sebut dengan tahapan intuisi (tanpa penalaran).
3. Konkret Operasional (7 – 11 atau 12
tahun)
Dapat melakukan konservasi logika tentang kelas dan hubungan
pengetahuan tentang angka berpikir terkait dengan yang nyata.
4. Formal Operasional (11 tahun sampai
dewasa)
Pemikiran yang sudah lengkap pemikiran yang proporsional
kemampuan untuk mengatasi hipotesis perkembangan idealisme
yang kuat. Selanjutnya dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini.

Tabel 1. Tahapan Perkembangan Kognitif Piaget


TAHAP PERKIRAAN USIA CIRI KHUSUS
Kecerdasan motorik (gerak) dunia (benda) yang
Sensori Motor 0 – 2 tahun ada adalah yang tampak tidak ada bahasa pada
tahap awal.
Berpikir secara egosentris alasan-alasan
didominasi oleh persepsi lebih banyak intuisi
Pre-Ooperasional 2 – 7 tahun
daripada pemikiran logis belum cepat melakukan
konsentrasi.
Dapat melakukan konservasi logika tentang
Konkret
7 – 11 atau 12 tahun kelas dan hubungan pengetahuan tentang angka
Operasional
berpikir terkait dengan yang nyata.
Pemikiran yang sudah lengkap pemikiran yang
Formal
11 tahun sampai dewasa proporsional kemampuan untuk mengatasi
Operasional
hipotesis perkembangan idealisme yang kuat.

1. Penerapan Teori Piaget Dalam Pembelajaran IPA Di SD

1
Berdasarkan teori belajar Piaget, ada sedikitnya tiga hal yang perlu
diperhatikan oleh guru dalam merancang pembelajaran di kelas, terutama
dalam pembelajaran IPA. Ketiga hal tersebut adalah :
a) Seluruh anak melewati tahapan yang sama secara berurutan ;
b) Anak mempunyai tanggapan yang berbeda terhadap suatu benda
atau kejadian ;
c) Apabila hanya kegiatan fisik yang diberikan kepada anak, tidaklah
cukup untuk menjamin perkembangan intelektual anak.

2. Cara Pembelajaran IPA Di SD Berdasarkan Teori Piaget


a) Mulailah dari hal-hal yang konkretyaitu kegiatan aktif
mempergunakan pancaindra dengan benda nyata atau konkret.
b) Penata awal, yaitu suatu informasi umum mengenai apa yang akan
diajarkan, agar murid mempunyai kerangkakerja untuk
mengasimilasikan informasi baru ke dalam struktur kognitifnya.
c) Pergunakanlah kegiatan yang bervariasi karena murid
mempunyaiitingkat perkembangan kognitif yang berbeda dan gaya
belajar yang berlainan
d) Guru harus selalu memperhatikan pada setiap siswa apa yang
mereka lakukan, apakah mereka melaksanakan dengan benar,
apakah mereka tidak mendapatkan kesulitan.
e) Guru memberikan kesempatan kepada anak untuk menemukan
sendiri jawabanya, sedangkan guru harus selalu siap dengan
alternatif jawaban bila sewaktu-waktu dibutuhkan
f) Pada akhir pembelajaran, guru mengulas kembali bagaimana siswa
dapat menemukan jawaban yang diinginkan.

C. Teori Belajar Ausubel


Menurut teori belajar Ausubel belajar adalah belajar bermakna.
Belajar bermakna adalah suatu proses yang dikaitkan dengan informasi
baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat pada struktur kognitif
seseorang. Sedangkan mengajar adalah mengembangkan potensi kognitif
siswa melalui proses belajar bermakna. Mereka yang berada pada tingkat
pendidikan dasar, akan lebih bermanfaat jika siswa diajak beraktivitas,
dilibatkan langsung dalam kegiatan pembelajaran. Sedangkan pada
tingkat pendidikan yang lebih tinggi, akan lebih efektif jika menggunakan
penjelasan, peta konsep, demonstrasi, diagram dan ilustrasi.

1. Penerapan Teori Ausubel Dalam Pengajaran IPA


Dalam penerapannya di IPA SD, Ausubel membuat peta hirarki
konsep-konsep dimana konsep- konsep yang bersifat umum berada di
puncak hirarki dan semakin ke bawah konsep-konsep diurutkan lebih
khusus. Hal tersebut didasarkan pada prinsip-prinsip yang dikemukakan
oleh Ausubel yaitu :
a) Pengatur awal

1
Pengatur awal dapat digunakan untuk membantu mengaitkan
konsep yang lama dengan konsep yang baru yang lebih tinggi
maknanya.
b) Prinsip Diferensiasi Progresif
Dalam diferensiasi progresif, konsep-konsep yang diajarkan dimulai
dengan konsep-konsep yang umum menuju konsep-konsep yang
lebih khusus.
c) Prinsip Rekonsiliasi integratif
Dalam rekonsiliasi integratif, konsep-konsep atau gagasan-gagasan
perlu diintegrasikan dan disesuaikan dengan konsep-konsep yang
telah dipelajari sebelumnya
Ada empat ciri peta konsep Ausubel, yakni:
a) Pemetaan konsep merupakan suatu cara untuk memperlihatkan
konsep-konsep dan organisasi dalam suatu bidang studi. Ini berlaku
bukan hanya untuk bidang studi Ipa
b) Suatu peta konsep merupakan suaatu gambaran/diagram dua
dimensi daari suaatu disiplin atau suatu bagian dari suatu disiplin.
c) Dari setiap konsep, konsep yang paling umum (inklusif) terdapat
pada puncak konsep, makin kebawah konsep-konsep menjadi lebih
khusus sampai pada pemberian contoh-contoh.
d) Suatu peta konsep memmuat hierarki konsep-konsep. Makin tinggi
suatu hierarki yang ditunjukkan maka makin tinggi nilai peta
konsep itu.

D. Teori Belajar Vygotsky


Menurut teori Vigotsky belajar adalah suatu proses dimana seorang
siswa belajar setahap demi setahap akan memperoleh keahlian dalam
interaksinya dengan orang lain. Pembelajaran terjadi apabila anak-anak
bekerja atau menangani tugas-tugas yang belum dipelajarinya namun
tugas-tugas tersebut masih dalam jangkuan kemampuannya.
Proses pembelajaran terjadi dua tahap yaitu :
1. Terjadi saat anak beajar secara berkolaborasi dengan orang lain
2. Dilakukan secara individual yang didalamnya terjadi proses
internalisasi
Sedangkan mengajar adalah membimbing siswa untuk mengembangkan
ide-ide baru dan berkolaborasi dengan orang lain sehingga fungsi guru
sebagai pembantu dan mediator pembelajaran siswa.
2. Penerapan Dalam Pembelajaran IPA SD
a) Pembelajaran kooperatif antar siswa tertata dengan baik
b) Pendekatannya dalam pembelajaran menerapkan scfolding yaitu
pemberian sejumlah besar bantuan pada siswa pada awal bantuan
pembelajaran sehingga siswa semakin lama semakin bertanggung
jawab terhadap pembelajarannya sendiri. Kemudian secara
perlahan bantuan tersebut dikurangi dengan memberikan
kesempatan kepada anak untuk mengambil alih tanggung jawab
setelah ia mampu mengerjakan sendiri.

1
c) Prinsip-prinsip dalam pembelajaran IPA SD adalah prinsip
pemahaman kita tentang dunia di sekitar kita dimulai melalui
pengalaman
d) Dikehendaki setting kelas berbentuk pembelajaran kooperatif antar
siswa, sehingga siswa dapat berinteraksi disekitar tugas-tugas dan
saling memunculkan strategi pemecahan yang efektif

E. Teori Belajar Bruner


Menurut teori Bruner belajar adalah kegiatan perolehan informasi
yang disebut sebagai belajar penemuan yang merupakan berusaha sendiri
untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang
menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna.
Bruner mengungkapkan bahwa dalam proses belajar, anak sebaiknya
diberikan kesempatan untuk memanipulasi objek atau benda-benda (aat
peraga). Melalui alat peraga itu, anak akan langsung melihat bagaimana
keteraturan dan pola srtuktur dari benda yang diperhatikannya tersebut.
Keteraturan yang didapat anak melaui pengamatan/keterlibatan secara
langsung tersebut kemudian oleh anak dihubungkan dengan keterangan
instuitif yang melekat padanya.
Ada tiga tahap pembelajaran dikemukakan oleh Bruner, yaitu :
1. Tahap Enaktif : Anak secara langsung terlibat dalam memanipulasi
(mengotak-atik objek)
2. Tahap Ikonik : Kegiatan yang dilakukan anakberhubungan dengan
mental yang merupakan gambaran dari objek-objek yang
memanipulasinya.
3. Tahap Simbolik :Anak memanipulasi simbol-simbol atau lambang
objek tertentu. Anak tidak lagi terkait objek namun sudah mampu
menggunakan notasi tanpa tergantung objek riilnya. Anak yang
memulai untuk secara simbolik memproses informasi.
Menurut Bruner, dalam prosses belajar siswa menempuh tiga
tahap, yaitu:
1. Tahap informasi (tahap penerimaan materi) : Dalam tahap ini,
seorang siswa yang sedang belajar memperoleh sejumlah
keterangan mengenai materi yang sedang dipelajari.
2. Tahap transformasi (tahap pengubahan materi) : Dalam tahap ini,
informasi yang telah diperoleh itu dianalisis, diubah atau
ditransformasikan menjadi bentuk yang abstrakatau konseptual.
3. Tahap evaluasi :Dalam tahap evaluasi, seorang siswa menilai
sendiri sampai sejauh mana informasi yang telah ditransformasikan
tadi dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala atau masalah
yang dihadapi.
Sedangkan mengajar adalah mendorong siswa untuk mencari dan
menemukan sendiri dengan menggunakan teknik pendekatan
pemecahan masalah sesui model belajar penemuan.

1
1. Penerapan Model Belajar Bruner Dalam Pembelajaran IPA Di
SD
Dalam penerapannya dalam proses pembelajaran di kelas, Bruner
mengembangkan model pembelajaran penemuan. Model ini pada
prinsipnya memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh
informasi sendiri dengan bantuan guru dan biasanya menggunakan
barang yang nyata.Peranan guru dalam pembelajaran ini bukanlah
sebagai seorang pemberi informasi melainkan seorang penuntun untuk
mendapatkan informasi.
2. Cara Pembelajaran IPA Di SD Berdasarkan Model Bruner
Langkah-langkah penerapan dalam pembelajaran
a) Sajikan contoh dan non contoh dari konsep-konsep yang anda
ajarkan.
Contoh :
1) Misalnya dalam mengajarkan mamalia contohnya : manusia,
ikan paus, kucing, atau lumba-lumba.
2) Sedangkan non contohnya adalah ayam, ikan, katak atau
buaya dan lain-lain.
b) Bantu si belajar untuk melihat adanya hubungan antara konsep-
konsep.
1) Contoh :
2) Beri pertanyaan kepada si belajar seperti berikut ini “apakah
ada sebutan lain untuk “hewan yg menyusui”? (mamalia)
“hewan mamalia hidup di?” (hewan mamalia bisa hidupdi
darat maupun di air) adakah sebutan lainnya untuk hewan
menyusui tersebut?
c) Beri satu pertanyaan dan biarkan siswa untuk berusaha mencari
jawabannya sendiri.
Contoh :
d) Bagaimana terjadinya embun?
e) Apakah ada perbedaan antar hewan karnivora, omnivora, dan
herbivora?
f) Ajak dan beri semangat belajar untuk memberikan pendapat
berdasarkan intuisinya.
Contoh :
g) Beri belajar tentang pernafasan manusia, dan menyebutkan organ-
organ manusia yang digunakan untuk bernafas.
h) Jangan berkomentar terlebih dahulu atas jawaban siswa, kemudian
gunakan pertanyaan yang dapat memandu si belajar untuk berfikir
dan mencari jawaban yang sebenarnya dan lain-lain.

F. Teori Belajar Gagne


Menurut teori Gagne belajar merupakan suatu proses yang
dapat dilakukan manusia, menyangkut interaksi antara pembelajar
(orang yang belajar) dan lingkungannya, belajar telah berlangsung
bila terjadi perubahan tingkah laku yang bertahap cukup lama

1
selama kehidupan orang itu. Menurut Gagne, ada 4 buah fase
dalam proses belajar, yaitu:
1. Fase penerimaan (apprehending phase)
Pada fase ini, rangsang diterima oleh seseorang yang belajar.
Ini ada beberapa langkah. Pertama timbulnya perhatian,
kemudian penerimaan, dan terakhir adalah pencatatan (dicatat
dalam jiwa tentang apa yang sudah diterimanya).
2. Fase penguasaan (Acquisition phase)
Pada tahap ini akan dapat dilihat apakah seseorang telah
belajar atau belum. Orang yang telah belajar akan dapat
dibuktikannya dengan memperlihatkan adanya perubahan pada
kemampuan atau sikapnya.
3. Fase pengendapan (Storage phase)
Sesuatu yang telah dimiliki akan disimpan agar tidak cepat
hilang sehingga dapat digunakan bila diperlukan. Fase ini
berhubungan dengan ingatan dan kenangan.
4. Fase pengungkapan kembali (Retrieval phase)
Apa yang telah dipelajari, dimiliki, dan disimpan (dalam
ingatan) dengan maksud untuk digunakan (memecahkan
masalah) bila diperlukan. Jika kita akan menggunakan apa yang
disimpan, maka kita harus mengeluarkannya dari tempat
penyimpanan tersebut, dan inilah yang disebut dengan
pengungkapan kembali. Fase ini meliputi penyadaran akan apa
yang telah dipelajari dan dimiliki, serta mengungkapkannya
dengan kata-kata (verbal) apa yang telah dimiliki tidak
berubah-ubah.
Menurut Gagne, fase pertama dan kedua merupakan
stimulus, dimana terjadinya proses belajar,sedangkan pada
fase ketiga dan keempat merupakan hasil belajar. Mengajar
adalah membimbing siswa untuk berinteraksi dengan
lingkungan sehingga didapati proses belajar yang
mengahasilkan perubahan tingkah laku yang melalui fase
penerimaan, penguasaan, pengendapan, dan pengungkapn
kembali.

1. Penerapan Teori Gagne Dalam Mengajarkan IPA Di SD


a) Mengaktifkan motivasi (activating motivation)
b) Memberi tahu pelajar tentang tujuan-tujuan belajar
(instructional information)
c) Mengarahkan perhatian (directing motivation)
d) Merangsang ingatan (stimulating recall)
e) Menyediakan bimbingan belajar (providing learning guidance)
f) Meningkatkan retensi (enhancing retention)
g) Membantu transfer belajar (helping transfer of learning)
h) Mengeluarkan perbuatan (eliciting performance) dan memberi
umpan balik (providing feedback)

1
GLOSARIUM

Belajar : berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu,


berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan yang
disebabkan oleh pengalaman
Respon : tanggapan; reaksi; jawaban
Stimulus : rangsangan yang diberikan untuk mencapai tujuan.
Teori : pendapat yang didasarkan pada penelitian dan
penemuan, didukung oleh data dan argumentasi
Eksperimen : percobaan yang bersistem dan berencana (untuk
membuktikan kebenaran suatu teori dan sebagainya
Konstruktif : bersifat membina, memperbaiki, membangun, dan
sebagainya
Kognitif : berdasar kepada pengetahuan faktual
Intuisi : daya atau kemampuan mengetahui atau mema-hami
sesuatu tanpa dipikirkan atau dipelajari; bisikan hati;
Konsep : ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa
konkret
EVALUASI
1. Piaget membagi perkembangan mental anak menjadi empat tahapan.
Tahapan dimana anak sudah sanggup melaksanakan konservasi logika
wacana kelas dikenal sebagai ...
2. Pembelajaran IPA dengan bahasan udara yang bergerak memiliki tekanan
yang lebih rendah daripada udara membisu didiberikan alat peraga dua bola
pimpong, benang, dan kayu. Melalui atau bersama ini memakai pendekatan
teori piaget, pembelajaran tersebut sempurna diberikan pada anak pada
tahap...
3. Taksonomi hasil berguru berdasarkan Gagne diantaranya diperolehnya
keterampilan intelektual siswa. misal keterampilan intelektual siswa sanggup
diketahui melalui ...
4. Dalam pembelajaran IPA di SD dengan topik bahasan udara bergerak
memiliki tekanan, memulai pembelajaran dengan memdiberi pertanyaan
wacana udara dan fungsinya untuk mengetahui pemahaman pertama siswa.
Menurut Ausubel, yang dilakukan guru tersebut memakai prinsip ...
5. Pendekatan pembelaran IPA yang memerlukan obyek konkrit eksplorasi,
mendapat fakta untuk memahami sesuatu disebut dengan pendekatan ....
6. Keterampilan intelektual sanggup dijelaskan sebagai keterampilan
diskriminasi konsep konkret, konsep terdefinisim, dan hukum keterampilan
diskriminasi suatu konsep sanggup dicontohkan sebagai ...
7. Siswa bisa mengelompokkan objek-objek atau menginformasikan
berdasarkan karakteristik yang dimilikinya dengan mengacu pada metode
tertentu. keterampilan yang dimiliki siswa tersebut tergolong keterampilan …
8. Bruner mengembangkan pembelajaran yang dikenal dengan model
pembelajaran penemuan. misal model pembelajaran inovasi bagi siswa SD
diantaranya sanggup diterangkan melalui ...

1
9. Berilah contoh keterkaitan Pandangan Piaget dengan pandangan Bruner …
10. Salah satu Taksonomi hasil berguru berdasarkan Gagne diantaranya ialah ...

BAB III
KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN ANAK USIA SD

Standar Kompetensi : Memahami Karakteristik


Perkembangan Anak Usia SD
Kompetensi Dasar : 1. Mendeskripsikan Karakteristik
Perkembangan Anak Usia SD
2. Menjelaskan Hubungan
Perkembangan Anak dengan
Pembelajaran di SD

PETA KONSEP

1
KATA KUNCI : Karakteristik, Perkembangan, Hubungan, Sekolah Dasar

A. Perkembangan Fisik Motorik


Seiring dengan pertumbuhan fisik yang beranjak matang,maka
perkembangan monotorik anak,fperkembangan anak usia dasar ditandai
dengan gerak atau aktifitas motoric yang lincah oleh karena itu usia ini
merupakan massa yang ideal untuk belajat ketrampilan yang berkaitan
dengan motoric baik halus maupun kasar. Selanjutnya dapat dilihat pada
tabel 2 berikut ini:
Tabel 2. Contoh Perkembangan motorik anak
Motorik Halus Motorik Kasar
Menggambar Bela diri
Menulis Berenang

Perkembangan fisik yang normal merupakan salah satu factor


penentu kelancaran proses belajar baik dalam bidang pengetahuan
maupun ktrampilan,oleh karena itu perkembangan motorik sangat
enunjang keberhasilan peserta didik. Upaya-upaya sekolah untuk
memfasilitasi perkembangan motoric secara fungsional tersebut
diantaranya sebagai tersebut:
1. Sekolah merancang pelajaran krampilan yang ber,manfaat bagi
perkembangan atau kehidupan anak
2. Sekolah memberikan pelajaran senam atau olah raga kepada
sisiwa.

1
3. Sekolah perlu merekrut guru-guru yang memiliki keahlian dalam
bidang-bidang tersebut.
4. Sekolah menyediakan sarana untuk kelangsungan pelajaran
tersebut.

B. Perkembangan Intelektual
Intelektual menurut para ahli diantaranya menurut Wechler (1958)
merumuskan intelektual sebagai "keseluruhan ke-mampuan individu untuk
berpikir dan bertindak secara terarah serta kemampuan mengolah dan
menguasai lingkungan secara efektif. Intelektual bukanlah suatu yang
bersifat kebendaan, melainkan suatu fiksi ilmiah untuk mendiskripsikan
perilaku individu yang berkaitan dengan kemampuan intelektual
Pada usia sekolah dasar anak sudah dapat mereaksi rangsangan
intelektual atau melaksanakan tugas-tugas belajar yang menuntut
kemamapuan intelektual atau kemampuan kognitif. Menurut Piaget masa
ini berada pada tahap operasi konkret yang ditandai dengan:
1. kemampuan mengklasifikasikan benda-benda dengan ciri yang
sama.
2. Menyusun atau mengasosiasikan angka-angka atau bilangan.
3. Memecahkan yang sederhana.
Kemampuan intelektual pada masa ini sudah cukup untuk menjadi
dasar diberikanya berbagai kecakapan yng dapat mengembangkan pola
piker atau daya nalarnya. Untuk mengembangkan daya nalarnya, daya
cipta,kreatifitas anak maka anak perlu diberi peluang-peluang untuk
bertanya berpendapat atau menilai tentang berbagai hal tentang pelajaran
atau peristiwa yang terjadi di lingkungan.
Upaya lain yang dapat dilakukan sekolah dalam mengembangkan
kreatifitas anak adalah dengan menyelenggarakan kegiatan-kegiatan
seperti lomba mengarang,menggambar dan menyanyi.

C. Perkembangan Bahasa
Bahasa merupakan sarana berkomunikasi dengan orang lain, di
mana pikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk lisan, tulisan, atau
isyarat. Melalui bahasa, setiap manusia dapat mengenal dirinya,
sesamanya, alam sekitar, ilmu pengetahuan, dan nilai-nilai moral atau
agama. Usia sekolah dasar merupakan masa berkembang pesatnya
kemampuan mengenal dan menguasai perbendaharaan kata (vocabulary).
Pada awal masa ini, anak sudah menguasai sekitar 2.500 kata, dan pada
masa akhir (kira-kira usia 11-12) anak telah dapat menguasai sekitar
5.000 kata.
Di sekolah, perkembangan bahasa anak ini diperkuat dengan
diberikannya mata pelajaran bahasa, baik bahasa indonesia, bahasa ibu,
maupun bahsa inggris. Dengan diberikannya pelajaran bahasa di sekolah,
para siswa diharapkan dapat menguasai dan menggunakannya sebagai
alat untuk : (1) berkomunikasi secara baik dengan orang lain, (2)

1
mengekspresikan pikiran, perasaan, sikap, atau pendapatnya, (3)
memahami isi dari setiap bahan bacaan yang dibacanya.
Untuk mengembangkan kemampuan berbahasa atau keterampilan
berkomunikasi anak melalui tulisan, sebaiknya anak dilatih untuk
membuat karangan atu tulisan tentang berbagai hal, seperti tentang
kehidupan keluarga, dan cita-cita.
Bahasa merupakan alat komunikasi dalam pergaulan sosial karena dengan
komunikasi bisa menghasilkan pembelajaran yang efektif untuk
mendapatkan pendidikan yang optimal. Apabila guru dan siswa saling
komunikasi dengan baik dan anak mengerti apa yang dikatakan oleh
seorang guru, tentunya dapat menghasilkan pembelajaran yang optimal.
Fungsi dan tujuan berbicara antara lain: (a) sebagai pemuas kebutuhan,
(b) sebagai alat untuk menarik orang lain, (c) sebagai alat untuk membina
hubungan sosial, (d) sebagai alat untuk mengevaluasi diri sendiri, (e)
untuk dapat mempengaruhi pikiran dan perasaan orang lain, (f) untuk
mempengaruhi perilaku orang lain.

D. Perkembangan Emosi
Pada usia sekolah, anak mulai menyadari bahwa pengungkapan
emosi secara kasar tidaklah diterima. Oleh karena itu, dia mulai belajar
untuk mengendalikan dan mengontrol emosinya. Kemampuan mengontrol
emosi diperolehnya melalui peniruan dan latihan (pembiasaan).
Dalam proses peniruan, kemampuan orang tua atau guru dalam
mengendalikan emosinya sangatlah berpengaruh. Apabila anak
dikembangkan dalam lingkungan keluarga yang emosionalnya stabil, maka
perkembangan emosi anak juga akan cenderung stabil, namun apabila
kebiasaan orang tua dalam mengekspresikan emosinya kurang stabil,
maka perkembangan emosi anak juga cenderung kurang stabil.
Selanjutnya dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini:
Tabel 3. Karakteristik emosi anak
Karakteristik Emosi Stabil Karakteristik Emosi tidak stabil
Menunjukkan wajah ceria Menunjukkan wajah murung
Dapat berkosentrasi dalam belajar Mudah tersinggung
Bersikap respect (menghargai) terhadap diri Suka marah-marah
sendiri dan orang lain

Emosi merupakan faktor dominan yang memengaruhi tingkah laku


individu. Emosi positif akan mempengaruhi individu untuk
mengosentrasikan dirinya terhadap aktifitas belajar, seperti
memperhatikan penjelasan guru, membaca buku, aktif berdiskusi dll.
Sebaliknya, apabila yang menyertai proses belajar itu emosi yang negatif,
maka proses belajar tersebut akan mengalami hambatan, dalam arti
individu tidak dapat memusatkan perhatiannya untuk belajar, sehingga
kemungkinan besar dia akan mengalami kegagalan dalam belajarnya.

1
Oleh karena itu, seharusnya guru mempunyai kepedulian untuk
menciptakan suasana proses belajar mengajar yang menyenangkan atau
kondusif bagi terciptanya proses belajar siawa yang efektif.

Upaya yang dapat ditempuh guriu dalam menciptakan susana


belajar mengajar yang kondusif itu adalah sebagai berikut:
1. Menciptakan susana kelas yang bebas dari ketegangan, seperti
guru bersikap ramah, tidak judes, atau galak
2. Memperlakukan siswa sebagai indidu yang mempunyai harga diri
3. Memberikan nilai secara adil dan objektif
4. Menciptakan kondisi kelas yang tertib, bersih, dan sehat.

D. Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial adalah pencapaian kematangan kematangan
dalam hubungan atau interaksi sosial. Perkembangan sosial juga bisa
diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri dengan norma-
norma kelompok, tradisi, dan moral agama.Perkembangan sosial pada
anak usia SD/MI ditandai dengan adanya perluasan hubungan, disamping
dengan para anggota keluarga, juga dengan teman sebaya (peer group),
sehingga ruang gerak hubungan sosialnya bertambah luas.
Pada usia ini, anak mulai memliki kesanggupan menyesuaikan diri
dari sikap berpusat kepada diri sendiri (ogosentris) kepada sikap bekerja
sama (kooperatif) atau sosiosentris (mau memperhatikan kepentingan
orang lain. Anak mulai berminat terhadap kegiatan- kegiatan teman
sebaya, dan bertambah kuat keinginannya untuk diterima menjadi
anggota kelompok dan merasa tidak senang apabila tidak diterima oleh
kelompoknya
Dalam proses belajar di sekolah, kematangan perkembangan sosial
ini dapat dimanfaatkan atau dimaknai dengan memberikan tugas-tugas
kelompok, baik yang membutuhkan tenaga fisik (seperti membersihkan
kelas dan halaman sekolah_, maupun tugas yang membutuhkan pikiran.
Tugas-tugas kelompok ini haruslah memberikan kesempatan
kepada setiiap peserta didik atau siswa untuk menunjukkan prestasinya.
Dengan bekerja kelompok, siswa dapat belajar tentang bagaimana cara ia
bersosialisasi, bekerja sama, saling menghormati, bertenggang rasa dan
bertanggung jawab.

E. Perkembangan Kesadaran Beragama


Pada masa ini kesadaran beragama anak ditandai dengan ciri-ciri
sebagai berikut:
1. Sikap keagamaan anak masih bersifat reseptif namun sudah disertai
dengan pengertian.
2. Panangan dan paham ketuhanan diperolehnya secara rasional
berdasarkan kaidah-kaidah logika yang berpedoman kepada indikator-
indikator alam semesta sebagai manifestasi dari keagungan-Nya.

1
3. Penghayatan secara rohaniyah semakin mendalam, pelaksanaan
kegiatan ritual diterimanya sebagai keharusan moral.
Dalam mengenalkan Tuhan kepada anak, sebaiknya ditonjolkan
sifat-sifat pengasih dan penyayangnya, bukan menonjolkan sifat-sifat
Tuhan yanng menghukum, mengazab, atau memberikan siksaan dengan
neraka. Sampai kira-kira berusia 10 tahun, ingatan anak masih
bersifat mekanis, sehingga kesadaran beragamanya hanyaa merupakan
hasil sosialisasi orang-orang di sekitanya. Oleh karena itu, pengamalan
ibadahnya masih bersifat peniruan, belum dilandasi kesadarannya.
Pada usia 10 tahun ke atas, semakin bertambah kesadarannya
akan fungsi agama baginya, yaitu sebagai penggerak moral dan sosial. Dia
mulai mengerti bahwa agama bukan kepercayaan pribadi atau keluarga,
melainkan kepercayaan masyarakat luas. Berdasarkan ini , maka shalat
berjama’ah atau shalat Idul Fitri/Adha dan ibadah sosial lainnya sangat
menarik baginya.
Periode sekolah dasar merupakan masa pembentukan nilai-nilai
agama yang paling mendasar. Kualitas keagamaan anak di usia dewasa
sangat dipengaruhi pula oleh proses pembentukan atau pendidikan yang
diterimanya waktu kecil. Maka dari itu, pendidikan agama pada usia SD/MI
sangatlah penting dan layak menjadi perhatian yang lebih oleh semua
pihak.
Menurut Zakiah Darajat (1968: 58) mengemukakan bahwa
pendidikan agama di sekolah dasar merupakan dasar bagi pembinaan
sikap positif terhadap agama dan pembentukan kepribadian dan akhlak
anak. Apabila berhasil, maka pengembangan sikap keagamaan pada masa
remaja akan mudah, karena anak telah mempunyai pegangan atau bekal
dalam menghadapi berbagai goncangan yang biasa terjadi pada masa
remaja.

F. Hubungan antara Aspek Perkembangan Siswa dengan


Pembelajaran

1. Hubungan perkembangan intelektual dengan pembelajaran


Kemampuan intelektual pada masa ini sudah cukup untuk menjadi
dasar diberikannya berbagai kecakapan yang dapat mengembangkan pola
pikir atau daya nalarnya. Kepada siswa sudah dapat diberikan dasar-dasar
keilmuan seperti membaca, menulis, dan berhitung.
Dalam rangka mengembangkan kemampuan-keemampuan siswa, pihak
sekolah dalam hal ini guru-guru seyogianya memberikan kesempatan
pada siswanya untuk mengemukakan pertanyaan, memberikan komentar
atau pendapatnya tentang materi pelajaran yang dibacanya atau yang
telah dijelaskan oleh guru.
Untuk mengembangkan kemampuan intelektual atau keterampilan berpikir
siswa, baik sekali apabila guru merujuk pada pendapat Jones et.al yaitu
tentang “core thinking skills” antara lain sebagai berikut:

1
a. Mengasah ketajaman pancca indra untuk menerima masukan
informasi dari luar
b. Mengarahkan persepsi dan perhatian untuk menjaring informasi
c. Mengevaluasi, melakukan penilaian
d. Mengabstraksi, restrukturisasi, membuat ringkasan
e. Menyimpulkan, menduga, elaborasi. Berkaitan engan produk
hafalan, diupayakan agar anak dapat melakukan penyimpulan
f. Mengidentifikasi ciri penting
g. Mengurutkan, membedakan, mengelompokkan
h. Mengingat, dengan strategi antara lain pengulangan, memberi
makna, membuat catatan, melakukan asosiasi pengalaman sehari-
hari.

2. Hubungan Perkembangan Bahasa dengan Pembelajaran


Pembelajaran bahasa disekolah sengaja untuk menambah
perbendaharaan kata-katanya, mengejar dan menyusun struktur kalimat,
peribahasa, kesusastraan, dan keterampilan mengarang. Dengan dibekali
pelajaran bahasa ini, diharapkan peserta didik dapat menguasai dan
mempergunakannya untuk :
a. Berkomunikasi dengan orang lain
b. Menyatakan isi hatinya (perasaannya)
c. Memahami keterangan (informasi yang diterima)
d. Berpikir (menyatakan pendapat atau gagasannya)
e. Mengembangkan kepribadiannya, seperti menyatakan sikap dan
keyakinan.

3. Hubungan Perkembangan Sosisal dengan Pembelajaran


Berkat diperolehnya perkembangan sosial, anak dapat
menyesuaikan diri dengan kelompok teman sebayanya atau dengan
lingkungan masyarakat sekitanya. Dalam proses belajar di sekolah,
kematangan perkembangan sosial ini dapat dimaknai dengan memberikan
tugas-tugas kelompok, baik yang membutuhkan tenaga fisik, maupun
yang membutuhkan fikiran.

4. Hubungan Perkembangan Emosi dengan pembelajaran


Emosi merupakan faktor dominan yang memengaruhi tingkah laku
individu, dalam hal ini termasuk pula perilaku belajar.
Emosi positif akan memmengaruhi individu untuk mengonsentrasikan
dirinya terhadap aktivitas belajar seperti memerhatikan penjelasan guru,
membaca buku-buku, aktif dalam berdiskusi dan lain sebagainya.
Mengingat hal tersebut, sebaiknya guru mempunyai kepedulian untuk
menciptakan situasi belajar yang menyenangkan, atau kondusif bagi
terciptanya proses belajar-mengajar yang efektif sserta mempunyai
kepedulian untuk membantu memecahkan masalah yang dialami peserta
didik.

1
5. Hubungan Perkembangan Keagamaan dengan Pembelajaran
Disamping pemberian materi agama kepada anak, guru juga harus
membiasakan latihan keagamaan yang menyangkut ibadah dan akhlak.
Disamping pemberian materi ibadah, perlu juga dibiasakan melaksanakan
ibadah sosial, yaitu menyangkut akhlak terhadap sesama manusia. Yang
ketiga perlu pula diajarkan tentang hukum-hukum agama contohnya halal-
haramnya sesuatu dan wajib-sunnah yang menyangkut ibadah.

6. Hubungan Perkembangan Fisik (motorik)dengan Pembelajaran


Perkembangan motorik sangat berpengaruh terhadap proses
belajar-mengajar. Perkembangan fisik yang normal adalah salah satu
faktor penentu kelancaranproses belajar, baik dalam bidang pengetahuan,
maupun keterampilan.
Pada masa usia dasar, kematangan perkembangan motorik ini pada
umumnya telah dicapai, oleh karena itu mereka sudah siap menerima
pelajaran keterampilan. Untuk memfasilitasi perkembangan motorik atau
keterampilan ini, maka sekolah perlu menyiapkan guru khusus di bidang
keterampilan.
GLOSARIUM
Intelektual :Cerdas, berakal dan berpikiran jernih berdasarkan ilmu
pengetahuan
Efektif :Dapat membawa hasil; berhasil guna (tentang usaha,
tindakan)
Kognitif :Berdasar kepada pengetahuan faktual yang empiris
Kreatifitas :Kemampuan untuk mencipta; daya cipta
Moral :Ajaran tentang baik buruk yang diterima umum mengenai
perbuatan, sikap, kewajiban, dan sebagainya
Bahasa ibu :Bahasa pertama yang dikuasai manusia sejak lahir
melalui interaksi dengan sesama anggota masyarakat
bahasanya seperti keluarga dan masyarakat
lingkungannya
Emosi :Luapan perasaan yang berkembang dan surut dalam
waktu singkat
Dominan :Berpengaruh kuat; tampak menonjol dan menutupi atau
mengalahkan yang lainnya
Kondusif :Suatu situasi atau kondisi yang mendukung terlaksana
suatu kegiatan
Objekif :Mengenai keadaan yang sebenarnya tanpa dipengaruhi
pendapat atau pandangan pribadi
Imteraksi sosial :Hubungan sosial yang dinamis antara orang
perseorangan dan orang perseorangan, antara
perseorangan dan kelompok, dan antara kelompok dan
kelompok

1
Reseptif :Terbuka dan tanggap terhadap pendapat, saran dam
anjuran orang lain
Rasional :Menurut pikiran dan perttimbangan yang logis
Restrukturisasi :Penataan kembali (supaya struktur atau tatanannya baik)
Asosiasi :Pembentukan hubungan antara gagasan, ingatan atau
kegiatan panca indera

EVALUASI
1. Sebutkan karakteristik anak sekolah dasar yangperlu diketahui
guru!
2. Jelaskan kegiatan pembelajaran yang membantu perkembanagn
motorik anak sekolah dasar!
3. Tahap perkembangan intelektual menurut piaget terdiri dari 4
tahap. Sebutkan!
4. Pada tahap mankah Anak mulai memandang dunia secara objektif
dan mulai berfikir rasional?
5. Bagi anak sekolah dasar perkembangan bahasa meliputi beberapa
tahap yaitu?
6. Mengapa peserta didik perlu di dorong dalam perkembangan
bahasanya?
7. Mengapa sangat penting untuk mengoptimalkan perkembangan
kesadaran beragama pada anak SD?
8. Siapa yang berperan penting dalam mengoptimalkan karakteristik
anak SD?
9. Bagaimana menumbuhkan minat baca pada anak sekolah dasar
agar perkembangan bahasanya berkembang dengan baik?
10. Mengapa perkembangan agama harus dipupuk sejak dini?

BAB IV
MODEL, METODE DAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPA SD

1
Standar kompetensi : Memahami Model, Metode dan
Pendekatan Pembelajaran IPA di SD
Kompetensi Dasar : 1. Mendeskripsikan Model, Metode dan
Pendekatan Pembelajaran IPA
2. Menjelaskan kelebihan dan
kekurangan setiap masing-masing
Model, Metode dan Pendekatan
pembelajaran IPA SD

PETA KONSEP
MODEL, METODE DAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPA DI SD

Merupakan suatu pola belajar yang ditetapkanoleh guru


Dari awal pembelajaransampaiakhirpembelajaran.

Macam-macam model pembelajaran

DISCOVERY INQUIRY BERBASIS BERBASIS SAIINTIFIK


MASALAH PROJEK

KATA KUNCI
1. Metode pembelajaran IPA
2. Pembelajaran dengan penemuan dan eksperimen
3. Penggunaan metode pembelajaran IPA
4. Kelemahan dan kelebihan metode pembelajaran IPA
5. Penerapan metode pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

A. Metode Discovery
1. Pengertian Metode Discovery
Discovery diartikan sebagai penemuan. Dalam hal ini, discovery
learnig merupakan model pembelajaran yang ditujukan kepada peserta
didik untuk menemukan pengetahuan secara mandiri dari permasalahan-
permasalahan yang diajukan oleh pengajar sehingga pada klimaksnya
peserta didik memiliki rasa percaya diri akan temuannya (hasil
berpikirnya).
Menurut Sund,”discovery adalah proses mental dimana siswa
mamu mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip”. Proses mental

1
tersebut ialah mengamati. Mencerna, mengerti, menggolong-golongkan,
membuat dugaan, menjelaskan mengukur, membuat kesimpulan dan
sebagainya (Roestiyah N.K,2008:20). Model pembelajaran discovery
learning diterapkan agar siswa dapat menemukan konsep-konsep dan
pengetahuan baru serta peserta didk mengetahui bagaimana ilmuwan
dahulu menemukan hukum-hukum baru, teori-teori baru, dan konsep-
konsep baru.
Menurut Jerome Bruner model belajar yang dikenal dengan nama
belajar penemuan (discovery learninag) yaitu, siswa berperan lebih aktif
dan berusaha sendiri memecahkan masalah dan memperoleh
pengetahuan tertentu. Model pembelajaran ini mengubh teacher oriental
menjadi student oriental, sehingga peserta didik secara mandiri dalam
memperoleh pengetahuan. Namun, Guru tidak melepaskan kewajibannya
sebagai ppembimbing dan mengarah kegiatan belajar sesuai dengan
tujuan.
Menurut Wounter van joolingen, Discovery learning adalah model
pembelajaran dimana peserta didik membangun pengetahuan mereka
sendiri dengan melakukan percobaan dan menyimpulkan sendiri dari hasil
percobaan.
Penemuan (discovery) merupakan suatu model pembelajaran yang
dikembangkan berdasarkan pandangan konstruktivisme. Model ini
menekankan pentinhnya pemahaman struktur atau ie-ide penting
terhadap suatu disiplin ilmu, melalui keterlibatan siswa secara aktif dalam
proses pembelajaran.
Menurut Wilcox (Slavin, 1997) dalam pembelajaran dengan
penemuan siswa didorong untuk sebagian besar melalui keterlibatan aktif
mereka sendiri dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, dan guru
mendorong siswa untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan
yang memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip untuk diri
mereka sendiri.

2. Keunggulan Model Discovery Learning


Menurut Roestiyah (2008:21), keunggulan Discovery Learning
diantaranya adalah sebagai berikut:
a) Memperbanyak kesiapan siswa; serta penguasaan keterampilan
dalam proses kognitif atau pengenalan siswa.
b) Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat sangat
pribadi/individual sehingga dapat kokoh/mendalam tertinggal
dalam jiwa siswa tersebut.
c) Dapat membangkitkan kegairahan belajar siswa.
d) Teknik ini mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk
berkembang dan maju sesuai dengan kemampuan masing-
masing.
e) Mampu mengarahkan kemampuan siswa belajar, sehingga lebih
memiliki motivasi yang kuat untuk belajar lebih giat.

1
f) Membantu siswa untuk memperkuat dan menambah
kepercayaan diri sendiri dengan proses penemuan sendiri.
g) Strategi itu berpusat kepada siswa tidak kepada guru. Guru
hanya sebagai teman belajar saja, membantu bila diperlukan.

3. Kelemahan Model Discovery Learning


Menurut Roestiyah (2008:21), kelemahan Discovery Learning
adalah sebagai berikut:
a) Siswa harus ada kesiapan dan kematangan mental untuk cara
belajar ini. Siswa harus berani dan berkeinginan untuk
mengetahui keadaan sekitarnya dengan baik.
b) Bila kelas terlalu besar, penggunaan teknik ini akan kurang
berhasil.
c) Hanya bagi guru dan siswa yang sudah biasa dengan
perencanaan dan pengajaran tradisional.

4. Langkah-langkah Pembelajaran discovery learning


Pada model pembelajaran discovery tahap-tahap pelaksanaan
proses pembelajaran adalah sebagai berikut:
a) Tahap Persiapan Pembelajaran
1) Menentukan tujuan pembelajaran.
2) Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal,
minat, gaya belajar, dan sebagainya).
3) Memilih materi pelajaran.
4) Menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswa secara
induktif (dari contoh-contoh generalisasi).
5) Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-
contoh, ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk dipelajari
siswa.
6) Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke
kompleks, dari yang konkret ke abstrak, atau dari tahap
enaktif, ikonik sampai ke simbolik.
7) Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa.
b) Tahap Pelaksanaan Pembelajaran
1) Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan)
Pertama-tama pada tahap ini pelajar dihadapkan pada
sesuatu yang menimbulkan kebingungannya, kemudian
dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul
keinginan untuk menyelidiki sendiri. Disamping itu guru
dapat memulai kegiatan PBM dengan mengajukan
pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar
lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah.
Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyadiakan
kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan
membantu siswa dalam mengeksplorasi bahan.
2) Problem Statement (pernyataan/identifikasi masalah)

1
Setelah dilakukan stimulasi langkah selanjutnya adalah
guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah
yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah
satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis
(jawaban sementara atas pertanyaan masalah).
3) Data Collection (pengumpulan data)
Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi
kesempatan kepada para siswa untuk mengumpulkan
informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk
membuktikan benar atau tudaknya hipotesis. Pada tahap ini
berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan
benar tidaknya hipotesis, dengan demikian anak didik diberi
kesempatan untuk mengumpulkan (collection) berbagai
informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati
objek, wawancara dengan nara sumber, melakukan uji coba
sendiri dan sebagainya.
4) Data Processing (pengolahan data)
Pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan
informasi yang telah diperoleh para siswa baik melalui
wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan.
Semua informasi hasil bacaan, wawancara, observasi, dan
sebagainya, semua diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi,
bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta
ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu.
5) Verification (pembuktian)
Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara
cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis
yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif, dihubungkan
dengan hasil data processing. Verification menurut Bruner,
bertujuan agar proses belajar akan berjalan dengan baik dan
kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau
pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam
kehidupannya.
6) Generalization (mearik kesimpulan atau generalisasi)
Tahap generalisasi/menarik kesimpulan adalah proses
menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prrinsip
umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang
sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi. Berdasarkan
hasil verifikasi maka dirimuskan prinsip-prinsip yang
mendasari generalisasi.

B. Metode Inquiry
1. Pengertian Metode Inquiry

1
Pembelajaran Inquiry merupakan kegiatan pembelajaran yang
melibatkan seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki
sesuatu (benda, manusia atau peristiwa) secara sistematis, kritis, logis
analitis sehingga siswa dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan
penuh percaya diri.
Pembelajaran inquiry menekankan kepada proses mencari dan
menemukan materi pelajaran yang tidaj diberikan secara langsung.Peran
siswa dalam pembekalan yaitu mencari dan menemukan sendiri mata
pelajaran sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan pembimbing
siswa untuk belajar.Pembelajaran inquiry menekankan [ada proses
berpikir kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban
dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri
biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa.
Pembelajaran ini sering juga dinamakan pembelajaran heuristic, yang
berasal dari bahasa Yunani, yaitu heuriskein yang berarti “saya
menemukan”.
Pembelajaran inquiry menekankan kepada aktivitas siswa secara
maksimal untuk mencari dan menemukan. Artinya, pada pembelajaran
inquiry menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dalam proses
pembelajaran, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima materi
pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan
untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri.
Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari
dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan,
sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief).
Dengan demikian, pada pembelajaran inquiry menempatkan guru bukan
sebagai satu-satunya sumber belajar, tetapi lebih diposisikan sebagai
fasilitator dan motivatorbelajar siswa. Aktivitas pembelajaran biasanya
dilakukan melalui proses tanya jawab antara guru dan siswa. Karena itu
kemampuan guru dalam menggunakan teknik bertanya merupakan syarat
utama dalam melakukan inquiry. Guru dalam mengembangkan sikap
inquiry di kelas mempunyai peranan sebagai konselor, konsultan, teman
yang kritis dan fasilitator. Ia harus dapat membimbing dan merefleksikan
pengalaman kelompok, serta memberi kemudahan bagi kerja kelompok.
Tujuan dari pembelajaran inquiry adalah mengembangkan
kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis, atau
mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses
mental. Dengan demikian, dalam pembelajaran inquiry siswa tidak hanya
dituntut untuk menguasai materi pelajaran, akan tetapi bagaimana
mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya. Manusia yang
hanya menguasai pelajaran belum tentu dapat mengembangkan
kemampuan berpikir secara optimal. Sebaliknya, siswa akan dapat
mengembangkan kemampuan berpikirnya manakala ia bisa menguasai
materi pelajaran.
Pembelajaran inquiry mengacu pada prinsip-prinsip berikut ini :

1
1) Berorientasi pada Pengembangan Intelektual. Tujuan utama
dari pembelajaran inquiry adalah pengembangan
kemampuan berpikir. Dengan demikian, pembelajaran ini
selain berorientasi kepada hasil belajar juga berorientasi
pada proses belajar.
2) Prinsip Interaksi. Proses pembelajaran pada dasarnya adalah
proses interaksi, baik interaksi antara siswa maupun interaksi
siswa dengan guru, bahkan interaksi antara siswa dengan
lingkungan. Pembelajaran sebagai proses interaksi berarti
menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, tetapi
sebagai pengatur lingkungan atau pengatur interaksi itu
sendiri.
3) Prinsip Bertanya. Peran guru yang harus dilakukan dalam
menggunakan pembelajaran ini adalah guru sebagai
penanya. Sebab, kemampuan siswa untuk menjawab setiap
pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan sebagian dari
proses berpikir. Dalam hal ini, kemampuan guru untuk
bertanya dalam setiap langkah inquiry sangat diperlukan. Di
samping itu, pada pembelajaran ini juga perlu
dikembangkan sikap kritis siswa dengan selalu bertanya dan
mempertanyakan berbagai fenomena yang sedang
dipelajarinya.
4) Prinsip Belajar untuk Berpikir. Belajar bukan hanya
mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah proses
berpikir (learning how to think), yakni proses
mengembangkan potensi seluruh otak. Pembelajaran berpikir
adalah pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal.
5) Prinsip Keterbukaan. Pembelajaran yang bermakna adalah
pembelajaran yang menyediakan berbagai kemungkinan
sebagai hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya.
Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan
kesempatan kepada siswa mengembangkan hipotesis dan
secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang
diajukannya.

2. Kelebihan Metode Inquiry


Adapun kelebihan metode ini adalah sebagai berikut:
a) Memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai
dengan gaya belajar mereka.
b) Dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar
modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan
tingkah laku berkat adanya pengalaman.
c) Menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif,
dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran
melalui strategi ini dianggap lebih bermakna.

1
d) Mendorong siswa untuk berfikir dan bekerja atas inisiatifnya
sendiri, bersifat jujur, obyektif, dan terbuka.
e) Menghindarkan guru dari cara belajar tradisional, yaitu guru
yang menguasai kelas.
f) Dapat melatih siswa untuk belajar sendiri dengan positif
sehigga dapat mengembangkan pendidikan demokrasi.
g) Dalam diskusi inquiry guru dapat mengetahui kedalaman
pengetahuan dan pemahaman siswa mengenai konsep yang
sedang dibahas.

3. Kelemahan Metode Inquiry


Adapun kelemahan metode ini adalah sebagai berikut:
a) Sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.
b) Strategi ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh
karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar.
c) Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya,
memerlukan waktu yang panjang.
d) Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh
kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka
startegi ini akan sulit diimplementasikan.
e) Kalau dilakukan secara kelompok maka kemungkinan ada
anggota yang kurang aktif.
f) Pembelajaran akan kurang efektif jika guru tidak menguasai
kelas.

4. Langkah-langkah Pembelajaran Metode Inquiry


Proses pembelajaran inquiry dilakukan melalui tahap sebagai
berikut:
a) Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana
atau iklim pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini
guru mengkondisikan agar siswa siap melaksanakan proses
pembelajaran. Guru merangsang dan mengajak siswa untuk
berpikir memecahkan masalah. Langkah orientasi merupakan
langkah yang sangat penting.
b) Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa
pada suatu
c) persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang
disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk
berpikir memecahkan teka-teki itu. Dikatakan teka-teki
dalam rumusan masalah yang ingin dikaji disebabkan
masalah itu tentu ada jawabannya, dan siswa didorong
untuk mencari jawaban yang tepat.
d) Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu
permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai jawaban
sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Perkiraan
sebagai hipotesis bukan sembarang perkiraan, tetapi harus

1
memiliki landasan berpikir yang kokoh, sehingga hipotesis
yang dimunculkan itu bersifat rasional dan logis. Kemampuan
berpikir logis itu sendiri akan sangat dipengaruhi oleh
kedalaman wawasan yang dimiliki serta keluasan
pengalaman.
e) Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi
yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan.
Dalam strategi pembelajaran inquiry, mengumpulkan data
merupakan proses mental yang sangat penting dalam
pengembangan intelektual. Proses pengumpulan data bukan
hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan
tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan
menggunakan potensi berpikirnya.
f) Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang
dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang
diperoleh berdasarkan pengumpulan data.
g) Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan
temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian
hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya
guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang
relevan.

C. Metode Pembelajaran Berbasis Masalah


1. Pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) atau
disingkat menjadi PBL dikembangkan pertama kali oleh Prof. Howard
Barrows dikenal sebagai founding farther metode belajar PBL, sejak tahun
1970-an saat di fakultas kedokteran McMaster University Canada. Beliau
mengembangkan dan secara berkisinambungan menyebarluaskan metode
PBL. Meskipun PBL aslinya dari pendidikan kedokteran, penerapannya
telah berkembang ke berbagai bentuk bidang pendidikan. Model
pembelajaran ini menyajikan suatu masalah yang nyata bagi siswa
sebagai awal pembelajaran kemudian diselesaikan melalui penyelidikan
dan diterapkan dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah.
Pengajaran berdasarkan masalah ini telah dikenal sejak zaman
John Dewey. Menurut Dewey (dalam Trianto, 2009:91) belajar
berdasarkan masalah adalah interaksi antara stimulus dan respon,
merupakan hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan.
Lingkungan memberikan masukan kepada peserta didik berupa bantuan
dan masalah, sedangkan sistem saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan
itu secara efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai,
dianalisis, serta dicari pemecahannya dengan baik.
Pembelajaran Berbasis Masalah yang berasal dari bahasa Inggris
Problem-based Learning adalah suatu pendekatan pembelajaran yang
dimulai dengan menyelesaikan suatu masalah, tetapi untuk menyelesaikan
masalah itu peserta didik memerlukan pengetahuan baru untuk dapat

1
menyelesaikannya. Pendekatan pembelajaran berbasis masalah ( problem-
based learning / PBL) adalah konsep pembelajaran yang membantu guru
menciptakan lingkungan pembelajaran yang dimulai dengan masalah yang
penting dan relevan bersangkut-paut bagi peserta didik, dan
memungkinkan peserta didik memperoleh pengalaman belajar yang lebih
realistik (nyata).
Pembelajaran Berbasis Masalah melibatkan peserta didik dalam
proses pembelajaran yang aktif, kolaboratif, berpusat kepada peserta
didik, yang mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dan
kemampuan belajar mandiri yang diperlukan untuk menghadapi tantangan
dalam kehidupan dan karier, dalam lingkungan yang bertambah kompleks
sekarang ini. Pembelajaran Berbasis Masalah dapat pula dimulai dengan
melakukan kerja kelompok antar peserta didik. peserta didik menyelidiki
sendiri, menemukan permasalahan, kemudian menyelesaikan masalahnya
di bawah petunjuk fasilitator (guru).
Untuk mencapai hasil pembelajaran secara optimal, pembelajaran
dengan pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah perlu dirancang
dengan baik mulai dari penyiapan masalah yang yang sesuai dengan
kurikulum yang akan dikembangkan di kelas, memunculkan masalah dari
peserta didik, peralatan yang mungkin diperlukan, dan penilaian yang
digunakan. Pengajar yang menerapkan pendekatan ini harus
mengembangkan diri melalui pengalaman mengelola di kelasnya, melalui
pendidikan pelatihan atau pendidikan formal yang berkelanjutan.
Oleh karena itu, pengajaran berdasarkan masalah merupakan
pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses berfikir tingkat tinggi.
Pembelajaran ini membantu peserta didik untuk memproses informasi
yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka
sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk
mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks.

2. Kelebihan Pembelajaran Berbasis Masalah


Sebagai suatu model pembelajaran, model pembelajaran berbasis
masalah memiliki beberapa keunggulan, diantaranya :
a) Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk
lebih memahami isi pelajaran.
b) Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan peserta didik
serta memberikan kepuasan untuk menentukan pengetahuan baru
bagi peserta didik.
c) Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran
peserta didik.
d) Pemecahan masalah dapat membantu peserta didik bagaimana
mentrasfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam
kehidupan nyata.
e) Pemecahan masalah dapat membantu peserta didik untuk
mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggungjawab
dalam pembelajaran yang mereka lakukan.

1
f) Melalui pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan
disukai peserta didik.
g) Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan peserta
didik untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan
mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru.
h) Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada peserta
didik untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki
dalam dunia nyata.
i) Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat peserta didik
untuk secara terus menerus belajar.

3. Kekurangan Pembelajaran Berbasis Masalah


Disamping kelebihannya, model ini juga mempunyai kelemahan, yaitu :
a) Manakala peserta didik tidak memiliki minat atau tidak mempunyai
kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan,
maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba.
b) Keberhasilan strategi pembelajaran melalui problem solving
membutuhkan cukup waktu untuk persiapan.
c) Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan
masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar
apa yang mereka ingin pelajari.

3. Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah


Berikut ini adalah langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah
sebagai berikut:
a) Merumuskan masalah. Guru membimbing peserta didik untuk
menentukan masalah yang akan dipecahkan dalam proses
pembelajaran, walaupun sebenarnya guru telah menetapkan
masalah tersebut.
b) Menganalisis masalah. Langkah peserta didik meninjau masalah
secara kritis dari berbagai sudut pandang.
c) Merumuskan hipotesis. Langkah peserta didik merumuskan
berbagai kemungkinan pemecahan sesuai dengan pengetahuan
yang dimiliki.
d) Mengumpulkan data. Langkah peserta didik mencari dan
menggambarkan berbagai informasi yang diperlukan untuk
memecahkan masalah.
e) Pengujian hipotesis. Langkah peserta didik dalam merumuskan dan
mengambil kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan
hipotesis yang diajukan
f) Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah. Langkah peserta
didik menggambarkan rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai
rumusan hasil pengujian hipotesis dan rumusan kesimpulan.

D. Metode Pembelajaran Berbasis Projek


1. Pengertian Pembelajaran Berbasis Projek

1
Pembelajaran berbasis proyek /project based learning (PjBL)
merupakan tradisi lama pada sekolah umum di Amerika Serikat dimulai
pada abad ke-19 dengan hasil kerjasama Francis W. Parker dan John
Dewey.
Metode pembelajaran secara umum berdasarkan ide proyek
berdasarkan rencana pembelajaran yang dipadukan dengan pertanian dan
industri dan pada tahap awal digunakan pada sekolah dasar kemudian ke
level sekolah menengah dan Universitas, Untuk memahami pembelajaran
jenis ini, berikut dipaparkan terlebih dulu pembelajaran berbasis proyek
difokuskan pada dunia nyata (real-world) ,berpusat pada siswa ,saling
berkolaborasi antara team, dan pembelajaran berbasis proyek PBL diakui
kembali oleh para pendidik bahwa pembelajaran berbasis proyek sebagai
metode pembelajaran abad ke-21 bagi peserta didik.(Robert M. Capraro
2009 dalam Project-Based-Learning).
Project Based Learning merupakan sebuah model pembelajaran
yang sudah banyak dikembangkan di negara-negara maju seperti Amerika
Serikat. Jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, Project Based
Learning bermakna sebagai pembelajaran berbasis proyek. Definisi
secara lebih komperehensif tentang Project Based Learning menurut
The George Lucas Educational Foundation (2005) adalah sebagai
berikut:
Merupakan pendekatan pembelajaran yang menghendaki adanya standar
isi dan standar kompetensi dalam kurikulumnya. Melalui Project Based
Learning, proses inquiry dimulai dengan memunculkan pertanyaan
penuntun (a guiding question) dan membimbing peserta didik dalam
sebuah proyek kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai subjek
(materi) dalam kurikulum. Pada saat pertanyaan terjawab, secara
langsung peserta didik dapat melihat berbagai elemen mayor sekaligus
berbagai prinsip dalam sebuah displin yang sedang dikajinya (The George
Lucas Educational Foundation: 2005);
Adalah model pembelajaran yang menuntut pengajar dan atau peserta
didik mengembangkan pertanyaan penuntun (a guiding question).
Mengingat bahwa masing-masing peserta didik memiliki gaya belajar
yang berbeda, maka Project Based Learning memberikan
kesempatan kepada para peserta didik untuk menggali konten (materi)
dengan menggunakan berbagai cara yang bermakna bagi dirinya, dan
melakukan eksperimen secara kolaboratif. Hal ini memungkinkan
setiap peserta didik pada akhirnya mampu menjawab pertanyaan
penuntun (The George Lucas Educational Foundation: 2005).
Merupakan pendekatan pembelajaran yang menuntut peserta didik
membuat “jembatan” yang menghubungkan antar berbagai subjek materi.
Melalui jalan ini, peserta didik dapat melihat pengetahuan secara holistik.
Lebih daripada itu, Project Based Learning merupakan investigasi
mendalam tentang sebuah topik dunia nyata, hal ini akan berharga bagi
atensi dan usaha peserta didik.
Project Based Learning adalah pendekatan pembelajaran yang

1
memiliki karakteristik sebagai berikut:
a) Peserta didik membuat keputusan tentang sebuah kerangka kerja.
b) Adanya permasalahan atau tantangan yang diajukan kepada
peserta didik, peserta didik mendesain proses untuk menentukan
solusi atas permasalahan atau tantangan yang diajukan.
c) Peserta didik secara kolaboratif bertanggungjawab untuk
mengakses dan mengelola informasi untuk memecahkan
permasalahan.
d) Proses evaluasi dijalankan secara berkelanjutan.
e) Peserta didik secara berkala melakukan refleksi atas aktivitas yang
sudah dijalankan..

2. Kelebihan Metode Pembelajaran Berbasis Proyek


Tidak satupun metode yang sempurna sehingga dapat dipakai untuk
semua pembelajaran. Namun, ada beberapa kelebihan dari setiap metode.
Adapun kelebihan dari penggunaan pembelajaran berbasis proyek
menurut Kamdi (Muliawati, 2010:13) adalah sebagai berikut:
a) Meningkatkan motivasi. Laporan-laporan tertulis tentang proyek
banyak yang mengatakan bahwa siswa tekun sampai lewat batas
waktu, berusaha keras dalam mencapai proyek.
b) Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah. Penelitian pada
pengembangan keterampilan kognitif tingkat tinggi siswa
menekankan perlunya bagi siswa untuk terlibat di dalam tugas-
tugas pemecahan masalah dan perlunya untuk pembelajaran
khusus pada bagaimana menemukan dan memecahkan masalah.
Banyak sumber yang mendeskripsikan lingkungan belajar berbasis
proyek membuat siswa menjadi lebih aktif dan berhasil
memecahkan problem-problem yang kompleks.
c) Meningkatkan kolaborasi. Pentingnya kerja kelompok dalam proyek
memerlukan siswa mengembangkan dan mempraktikan
keterampilan komunikasi. Kelompok kerja kooperatif, evaluasi
siswa, pertukaran informasi adalah aspek-aspek kolaboratif dari
sebuah proyek. Teori-teori kognitif yang baru dan konstruktivistik
menegaskan bahwa belajar adalah fenomena sosial , dan bahwa
siswa akan belajar lebih di dalam lingkungan kolaboratif
d) Meningkatkan keterampilan mengelola sumber. Bagian dari menjadi
siswa yang independen adalah bertanggungjawab untuk
menyelesaikan tugas yang kompleks. Pembelajaran berbasis proyek
yang diimplementasikan secara baik memberikan kepada siswa
pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasi proyek, dan
membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti
perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.

3. Kekurangan Metode Pembelajaran Berbasis Proyek


Adapun kekurangan dari pembelajaran berbasis proyek menurut
Anita (2007: 27) adalah sebagai berikut:

1
a) Tiap mata pelajaran mempunyai kesulitan tersendiri, yang tidak
dapat selalu dipenuhi di dalam proyek.
b) Sukar untuk memilih proyek yang tepat.
c) Menyiapkan tugas bukan suatu hal yang mudah.
d) Sulitnya mencari sumber-sumber referensi yang sesuai.

4. Langkah-langkah Metode Pembelajaran Berbasis Proyek


Berbeda dengan proses pembelajaran yang dilakukan secara
tradisional, pembelajaran berbasis proyek mendorong siswa untuk
mengeluarkan ide untuk menyelesaikan masalah yang kompleks yang
diambil dari kehidupan nyata, sehingga tahap-tahap pembelajaran antara
keduanya tidak sama. Langkah-langkah pembelajaran berbasis proyek
dilaksanakan dalam 3 tahap (Anita, 2007:25), yaitu:
1) Tahapan perencanaan proyek
Adapun langkah-langkah perencanaan tersebut adalah sebagai
berikut:
a. Merumuskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
b. Menentukan topik yang akan dibahas.
c. Mengelompokkan siswa dalam kelompok-kelompok kecil berjumlah
5 orang dengan tingkat kemampuan beragam.
d. Merancang dan menyusun LKS.
e. Merancang kebutuhan sumber belajar.
f. Menetapkan rancangan penilaian.
2) Tahap pelaksanaan
Siswa dalam masing-masing kelompok melaksanakan proyek dengan
melakukan investigasi atau berpikir dengan kemampuannya berdasarkan
pada pengalaman yang dimiliki. Kemudian diadakan diskusi kelompok.
Sementara guru membimbing siswa yang mengalami kesulitan dengan
bertindak sebagai fasilitator.
3) Tahap penilaian
Pada tahap ini, guru melakukan evaluasi terhadap hasil kerja masing-
masing kelompok. Berdasarkan penilaian tersebut, guru dapat membuat
kesimpulan apakah kegiatan tersebut perlu diperbaiki atau tidak, dan
bagianmana yang perlu diperbaiki.

E. Pendekatan Saintifik
1. Pengertian Pendekatan Saintifik
Pembelajaran kurikulum 2013 adalah pembelajaran dengan
memperkuat proses pembelajaran dan penilaian autentik untuk mencapai
kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan. Penguatan proses
pembelajaran dilakukan melalui pendekatan scientific, yaitu pembelajaran
yang mendorong siswa lebih mampu dalam mengamati, menanya,
mencoba / mengumpulkan data, mengasosiasi / menalar, dan
mengomunikasikan.
Pembelajaran scientific merupakan pembelajaran yang mengadopsi
langkah-langkah saintis dalam membangun pengetahuan melalui metode

1
ilmiah. Model pembelajaran yang diperlukan adalah yang memungkinkan
terbudayakannya kecapakan berpikir sains, terkembangkannya “sense of
inquiry” dan kemampuan berpikir kreatif siswa (Alfred De Vito, 1989).
Model pembelajaran yang dibutuhkan adalah mampu menghasilkan
kemampuan untuk belajar (Joice & Weil, 1996), bukan saja diperolehnya
sejumlah pengetahuan, keterampilan, dan sikap, tetapi yang lebih penting
adalah bagaimana pengetahuan, keterampilan, dan sikap itu diperoleh
peserta didik (Zamroni, 2000 & Semiawan, 1998).
Pembelajaran scientific tidak hanya memandang hasil belajar
sebagai muara akhir, namun proses pembelajaran dipandang sangat
penting. Oleh karena itu pembelajaran scientific menekankan pada
keterampilan proses. Model pembelajaran berbasis peningkatan
keterampilan proses sains adalah model pembelajaran yang
mengintegrasikan keterampilan proses sains ke dalam sistem penyajian
materi secara terpadu (Beyer, 1991). Model ini menekankan pada proses
pencarian pengetahuan daripada transfer pengetahuan, peserta didik
dipandang sebagai subjek belajar yang perlu dilibatkan secara aktif dalam
proses pembelajaran, guru hanyalah seorang fasilitator yang membimbing
dan mengkoordinasikan kegiatan belajar. Dalam model ini peserta didik
diajak untuk melakukan proses pencarian pengetahuan berkenaan dengan
materi pelajaran melalui berbagai aktivitas proses sains sebagaimana
dilakukan oleh para ilmuwan (scientist) dalam melakukan penyelidikan
ilmiah (Nur, 1998), dengan demikian peserta didik diarahkan untuk
menemukan sendiri berbagai fakta, membangun konsep, dan nilai-nilai
baru yang diperlukan untuk kehidupannya. Fokus proses pembelajaran
diarahkan pada pengembangan keterampilan siswa dalam memproseskan
pengetahuan, menemukan, dan mengembangkan sendiri fakta, konsep,
dan nilai-nilai yang diperlukan (Semiawan, 1992).
Pendekatan scientific atau ilmiah merupakan suatu cara atau
mekanisme pembelajaran untuk memfasilitasi siswa agar mendapatkan
pengetahuan atau keterampilan dengan prosedur yang didasarkan pada
suatu metode ilmiah (Kemdikbud, 2013).
Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang
dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah. Proses
pembelajaran harus menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan
keterampilan. Dalam proses pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah,
ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar
peserta didik tahu tentang ‘mengapa’. Ranah keterampilan menggamit
transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang
‘bagaimana’. Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau
materi ajar agar peserta didik tahu tentang ‘apa’. Hasil akhirnya adalah
peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi
manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan
pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari peserta didik yang
meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

1
Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern
dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan
ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran semua mata pelajaran
meliputi menggali informasi melalui pengamatan, bertanya, percobaan,
kemudian mengolah data atau informasi, menyajikan data atau informasi,
dilanjutkan dengan menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan, dan
mencipta.
Tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik didasarkan pada
keunggulan pendekatan tersebut. Bebrapa tujuan pembelajaran dengan
pendekatan saintifik sebagai berikut:
a. Untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya
kemampuan berfikir tingkat tinggi siswa.
b. Untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan
suatu masalah secara sistematik.
c. Terciptanya kondisi pembelajaran di mana siswa merasa bahwa
belajar itu merupakan suatu kebutuhan.
d. Diperolehnya hasil belajar yang tinggi.
e. Untuk melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-ide,
khususnya dalam menulis artikel ilmiah.
f. Untuk mengembangkan karakter siswa.
Proses pembelajaran yang mengimplementasikan pendekatan
scientific akan menyentuh tiga ranah, yaitu: sikap ( afektif), pengetahuan
(kognitif), dan keterampilan (psikomotor). Dengan proses pembelajaran
yang demikian maka diharapkan hasil belajar melahirkan peserta didik
yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap,
keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi (Hosman, 2014). Selain
itu, pembelajaran dengan metode saintifik memiliki karakteristik sebagai
berikut (Hosman, 2014):
a. Berpusat pada siswa.
b. Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengontruksi
konsep, hukum atau prinsip.
c. Melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam
merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan
berfikir tingkat tinggi siswa.
d. Dapat mengembangkan karakter siswa.

2. Kelebihan Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik


Pendekatan scientific memiliki beberapa kelebihan dan juga
kelemahan yaitu sebagai berikut:
a. Proses pembelajaran lebih terpusat pada siswa sehingga
memungkinkan siswa aktif dan kreaktif dalam pembelajaran.
b. Langkah-langkah pembelajarannya sistematis sehingga
memudahkan guru untuk memanajemen pelaksanaan
pembelajaran.
c. Memberi peluang guru untuk lebih kreatif, dan mengajak siswa
untuk aktif dengan berbagai sumber belajar

1
d. Langkah-langkah pembelajaran melibatkan keterampilan proses
sains dalam mengonstruksi konsep, hukum atau prinsip.
e. Proses pembelajarannya melibatkan proses-proses kognitif yang
potensial dalam merangsang perkembangan intelek, khususnya
keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa.
f. Dapat mengembangkan karakter siswa
g. Penilaiannya mencakup semua aspek

3. Kekurangan Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik


Berikut ini kekurangan dari pendekatan saintifik :
a. Dibutuhkan kreativitas tinggi dari guru untuk menciptakan
lingkungan belajar dengan menggunakan pendekatan scientific
sehingga apabila guru tidak mau kreatif, maka pembelajaran tidak
dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan pembelajaran.
b. Guru jarang menjelaskan materi pelajaran, karena guru banyak
yang beranggapan bahwa dengan kurikulum terbaru ini guru tidak
perlu menjelaskan materinya.

4. Langkah-Langkah Pembelajaran Dengan Pendekatan Saintifik


Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang
dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah (saintifik).
Langkah-langkah pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam proses
pembelajaran meliputi menggali informasi melalui pengamatan,
bertanya, percobaan, kemudian mengolah data atau informasi,
menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis,
menalar, kemudian menyimpulkan, dan mencipta (PPPPTK-SB
Yogyakarta, 2013).
Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi tertentu, sangat mungkin
pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara
prosedural. Pada kondisi seperti ini, tentu saja proses pembelajaran
harus tetap menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah dan menghindari
nilai-nilai atau sifat-sifat nonilmiah. Adapun tahapan dari pendekatan
scientific dalam pembelajaran yakni mengamati (observing), menanya
(questioning), mengasosiasi (associating), mencoba (experimenting), dan
mengkomunikasikan (networking) (Hosman, 2014).
a. Mengamati (observing)
Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses
pembelajaran (meaningfull learning). Metode ini memiliki
keunggulan tertentu, seperti menyajikan media obyek secara nyata,
peserta didik senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya.
Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu
peserta didik. Sehingga proses pembelajaran memiliki
kebermaknaan yang tinggi. Kegiatan mengamati dalam
pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud
Nomor 81a, hendaklah guru membuka secara luas dan
bervariasi kesempatan peserta didik untuk melakukan pengamatan

1
melalui kegiatan: melihat, menyimak, mendengar, dan membaca.
Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan pengamatan,
melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca,
mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek.
Adapun kompetensi yang diharapkan adalah melatih kesungguhan,
ketelitian, dan mencari informasi.
b. Menanya (questioning)
Guru perlu membimbing peserta didik untuk dapat
mengajukan pertanyaan, pertanyaan tentang yang hasil pengamatan
objek yang konkrit sampai kepada yang abstrak berkenaan dengan
fakta, konsep, prosedur, atau pun hal lain yang lebih abstrak.
Pertanyaan yang bersifat faktual sampai kepada pertanyaan yang
bersifat hipotetik. Dari situasi di mana peserta didik dilatih
menggunakan pertanyaan dari guru, masih memerlukan bantuan
guru untuk mengajukan pertanyaan sampai ke tingkat di mana
peserta didik mampu mengajukan pertanyaan secara mandiri. Dari
kegiatan kedua dihasilkan sejumlah pertanyaan. Melalui kegiatan
bertanya dikembangkan rasa ingin tahu peserta didik (Hosman,
2014).
Kegiatan “menanya” dalam kegiatan pembelajaran
sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun
2013, adalah mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak
dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk
mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati
(dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang
bersifat hipotetik). Kompetensi yang diharapkan dalam menanya
adalah mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan
merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang
perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat.
Kegiatan “mengumpulkan informasi” merupakan tindak
lanjut dari bertanya. Kegiatan ini dilakukan dengan menggali dan
mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara.
Untuk itu peserta didik dapat membaca buku yang lebih banyak,
memperhatikan fenomena atau objek yang lebih teliti, atau bahkan
melakukan eksperimen. Dari kegiatan tersebut terkumpul sejumlah
informasi. Dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, aktivitas
mengumpulkan informasi dilakukan melalui eksperimen, membaca
sumber lain selain buku teks, mengamati objek/kejadian, aktivitas
wawancara dengan nara sumber dan sebagainya. Kompetensi yang
diharapkan adalah mengembangkan sikap teliti, jujur,sopan,
menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi,
menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai
cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar
sepanjang hayat.
c. Mengasosiasi (associating)

1
Kegiatan “mengasosiasi/mengolah informasi/menalar” dalam
kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud
Nomor 81a Tahun 2013, adalah memproses informasi yang sudah
dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan
mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati
dan kegiatan mengumpulkan informasi. Pengolahan informasi yang
dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman
sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari
berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai
kepada yang bertentangan. Kegiatan ini dilakukan untuk
menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainya,
menemukan pola dari keterkaitan informasi tersebut. Kompetensi
yang diharapkan adalah mengembangkan sikap jujur, teliti,
disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur
dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan.
Aktivitas ini juga diistilahkan sebagai kegiatan menalar, yaitu
proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang
dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan.
Aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada Kurikulum 2013
dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori belajar
asosiasi atau pembelajaran asosiatif. Istilah asosiasi dalam
pembelajaran merujuk pada kemamuan mengelompokkan beragam ide
dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian memasukannya
menjadi penggalan memori (PPPPTK-SB Yogyakarta, 2013).
d. Mencoba (experimentin)
Mencoba (experimenting) dimaksudkan untuk mengembangkan
berbagai ranah tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan, dan
pengetahuan. Aktivitas pembelajaran yang nyata untuk ini adalah: (1)
menentukan tema atau topik sesuai dengan kompetensi dasar menurut
tuntutan kurikulum; (2) mempelajari cara-cara penggunaan alat dan
bahan yang tersedia dan harus disediakan; (3) mempelajari dasar
teoritis yang relevan dan hasilhasil eksperimen sebelumnya; (4)
melakukan dan mengamati percobaan; (5) mencatat fenomena yang
terjadi, menganalisis, dan menyajikan data; (6) menarik simpulan
atas hasil percobaan; dan (7) membuat laporan dan mengkomunikasikan
hasil percobaan. Agar pelaksanaan percobaan dapat berjalan lancar
maka: (1) Guru hendaknya merumuskan tujuan eksperimen yang akan
dilaksanakan murid (2) Guru bersama murid mempersiapkan
perlengkapan yang dipergunakan (3) Perlu memperhitungkan tempat
dan waktu (4) Guru menyediakan kertas kerja untuk pengarahan
kegiatan murid (5) Guru membicarakan masalah yanga akan yang akan
dijadikan eksperimen (6) Membagi kertas kerja kepada murid (7) Murid
melaksanakan eksperimen dengan bimbingan guru, dan (8) Guru
mengumpulkan hasil kerja murid dan mengevaluasinya, bila dianggap
perlu didiskusikan secara klasikal. Kegiatan pembelajaran dengan
pendekatan eksperimen atau mencoba dilakukan melalui tiga tahap,

1
yaitu, persiapan, pelaksanaan, dan tindak lanjut. Ketiga tahapan
eksperimen atau mencoba dimaksud dijelaskan berikut ini (PPPPTK-SB
Yogyakarta, 2013).
1) Persiapan
a) Menentapkan tujuan eksperimen
b) Mempersiapkan alat atau bahan
c) Mempersiapkan tempat eksperimen sesuai dengan jumlah
peserta didikserta alat atau bahan yang tersedia. Di sini guru
perlu menimbang apakah peserta didik akan melaksanakan
eksperimen atau mencoba secara serentak atau dibagi menjadi
beberapa kelompok secara paralel atau bergiliran.
d) Memertimbangkan masalah keamanan dan kesehatan agar
dapat memperkecil atau menghindari risiko yang mungkin timbul
e) Memberikan penjelasan mengenai apa yang harus diperhatikan
dan tahapatahapan yang harus dilakukan peserta didik, termasuk
hal-hal yang dilarang atau membahayakan
2) Pelaksanaan
a) Selama proses eksperimen atau mencoba, guru ikut
membimbing dan mengamati proses percobaan. Di sini guru
harus memberikan dorongan dan bantuan terhadap kesulitan-
kesulitan yang dihadapi oleh peserta didik agar kegiatan itu
berhasil dengan baik.
b) Selama proses eksperimen atau mencoba, guru hendaknya
memperhatikan situasi secara keseluruhan, termasuk membantu
mengatasi dan memecahkan masalah-masalah yang akan
menghambat kegiatan pembelajaran.
3). Tindak lanjut
a) Peserta didik mengumpulkan laporan hasil eksperimen kepada guru
b) Guru memeriksa hasil eksperimen peserta didik
c) Guru memberikan umpan balik kepada peserta didik atas hasil
eksperimen.
d) Guru dan peserta didik mendiskusikan masalah-masalah yang
ditemukan selama eksperimen.
e) Guru dan peserta didik memeriksa dan menyimpan kembali
segala bahan dan alat yang digunakan.

e. Mengkomunikasikan (networking)
Pada pendekatan scientific guru diharapkan memberi
kesempatan kepada peserta didik untuk mengkomunikasikan apa
yang telah mereka pelajari. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui
menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan
mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil
tersebut disampikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil
belajar peserta didik atau kelompok peserta didik tersebut.
Kegiatan “mengkomunikasikan” dalam kegiatan pembelajaran
sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun

1
2013, adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan
berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya.
Adapun kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah
mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir
sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas,
dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar.
Kegiatan pembelajaran meliputi tiga kegiatan pokok, yaitu kegiatan
pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup: 1) Kegiatan
pendahuluan, bertujuan untuk menciptakan suasana awal pembelajaran
yang efektif yang memungkinkan siswa dapat mengikuti proses
pembelajaran dengan baik. Sebagai contoh ketika memulai pembelajaran,
guru menyapa anak dengan nada bersemangat dan gembira
(mengucapkan salam), mengecek kehadiran para siswa dan menanyakan
ketidakhadiran siswa apabila ada yang tidak hadir. Dalam metode saintifik
tujuan utama kegiatan pendahuluan adalah memantapkan pemahaman
siswa terhadap konsep-konsep yang telah dikuasai yang berkaitan dengan
materi pelajaran baru yang akan dipelajari oleh siswa. Dalam kegiatan ini
guru harus mengupayakan agar siswa yang belum paham suatu konsep
dapat memahami konsep tersebut, sedangkan siswa yang mengalami
kesalahan konsep, kesalahan tersebut dapat dihilangkan. 2) kegiatan inti,
merupakan kegiatan utama dalam proses pembelajaran atau dalam proses
penguasaan pengalaman belajar (learning experience) siswa. Kegiatan inti
dalam pembelajaran adalah suatu proses pembentukan pengalaman dan
kemampuan siswa secara terprogram yang dilaksanakan dalam durasi
waktu tertentu. Kegiatan inti dalam metode saintifik ditujukan untuk
terkonstruksinya konsep, hukum atau prinsip oleh siswa dengan bantuan
dari guru melalaui langkah-langkah kegiatan yang diberikan di muka, 3)
kegiatan penutup, ditujukan untuk dua hal pokok. Pertama, validasi
terhadap konsep, hukum atau prinsip yang telah dikonstruk oleh siswa.
Kedua, pengayaan materi pelajaran yang dikuasai siswa.

GLOSARIUM
1. Strategi : pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan
dengan pelaksanaan gagasan, perencanaan dan ekssekusi sebuah
aktivitas dalam kurun waktu tertentu.
2. Stimulus : hal hal yang merangsang terjadinya kegiatan
belajar, seperti pikiran, perasaan dan lain lain yang di tangkap
melalui alat indra.
3. Hipotesis : jawaban sementara terhadap masalah yang bersifat
praduga karena masih harus di buktikan kebenarannya.
4. Literatur : bahan atau sumber ilmiah yang bisa digunakan
untuk membuat suatu karya tulis atau pun kegiatan ilmiah lainnya.
5. Tabulasi : proses menempatkan data dalam bentuk tabel
dengan cara membuat tabel yang berisikan data sesuai dengan
kebutuhan analisis.

1
6. Mereflesikan : menyatakan suatu tindakan, keberadaan,
pengalaman, atau pengertian dinamis lainnya.
7. Realistis : kondisi dimana seseorang merasa sudah tidak harus
berpegang terhadap prinsip dasar.
8. Kolaboratif : situasi dimana terdapat dua atau lebih orang belajar
atau berusaha untuk belajar sesuatu secara bersama sama.
9. Komprehensif : segala sesuatu yang bersifat luas dan lengkap,
meliputi seluruh aspek, atau meliputi ruang lingkup yang luas.
10. Holistik : berpikir secara menyeluruh dengan
mempertimbangkan segala aspek yang mungkin mempengaruhi
tingkah laku manusia atau suatu kejadian.
11. Eksperimen : suatu set tindakan dan pengalaman, yang dilakukan
untuk mengecek atau menyalahkan hipotesis atau mengenali
hubungan sebab akibat antara gejala.
12. Mengasosiasi : mengolah informasi yang sudah dikumpulkan
baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen
maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan
mengumpulkan informasi.
13. Pedagogi : ilmu atau seni dalam menjadi seorang guru.
14. Generalisasi : proses penalaran yang membentuk
kesimpulan secara umum melalui suatu kejadian, hal, dan
sebagainya.
15. Asosiasi : proses interaksi yang mendasari terbentuknya
lembaga lembaga sosial.

SOAL EVALUASI
1. Apa yang dimaksud dengan metode pembelajaran ?
2. Sebutkan 5 metode pembelajaran IPA di sekolah dasar !
3. Jelaskan kelemahan dan kelebihan metode discovery !
4. Apa yang dimaksud dengan problem statement ?
5. Apa yang dimaksud dengan metode inquiry ?
6. Apa saja prinsip – prinsip pembelajaran inquiry ?
7. Jelaskan langkah – langkah pembelajaran metode inquiry ?
8. Jelaskan metode pembelajaran berbasis masalah dan berbasis
projek!
9. Apa saja tujuan pembelajaran dengan pendekatan santifik ?
10. Jelaskan yang disebut dengan mengasosiasi dalam pendekatan
saintifik ?

1
BAB V

LITERASI IPA

Standar kompetensi : Memahami Literasi IPA


Kompetensi Dasar : 1. Mendeskripsikan Literasi IPA
2. Menjelaskan Komponen, Aspek-
aspek, Pembelajaran dan
Karakteristik Literasi IPA

PETA KONSEP

1
KATA KUNCI : Literasi, IPA, Komponen, aspek-aspek, Model
Pembelajaran, dan Karaketristik Literasi IPA

A. Pengertian Literasi Sains


Literasi sains terbentuk dari 2 kata, yaitu literasi dan sains. Secara
harfiah literasi berasal dari kata Literacy yang berarti melek huruf/gerakan
pemberantasan buta huruf (Echols & Shadily, 1990). Sedangkan istilah
sains berasal dari bahasa inggris Science yang berarti ilmu pengetahuan
dan juga diartikan dengandan juga diartikandalam bahasa latin yaitu
scientia yang diartikan pengetahuan. Pudjiadi (1987) mengatakan bahwa:
“sains merupakan sekelompok pengetahuan tentang obyek dan fenomena
alam yang diperoleh dari pemikiran dan penelitian para ilmuwan yang
dilakukan dengan keterampilan bereksperimen menggunakan metode
ilmiah”.
Literasi sains menurut PISA (Programme for International Student
Assessment) diartikan sebagai “ the capacity to use scientific knowledge ,
to identify questions and to draw evidence-based conclusions in order to
understand and help make decisions about the natural world and the
changes made to it through human activity”.
Menurut Widyawatiningtyas Literasi dapat diartikan sebagai
kemampuan untuk membaca dan menulis, atau kemampuan
berkomunikasi melalui tulisan dan kata-kata. Literasi sains (scientific
literasi), dapat diartikan sebagai pemahaman atas sains dan aplikasinya
bagi kebutuhan masyarakat.
Menurut Suhendra Yusuf (2003)Literasi sains penting untuk
dikuasai oleh siswa dalam kaitannya dengan bagaimana siswa dapat
memahami lingkungan hidup, kesehatan, ekonomi, dan masalah-masalah
lain yang dihadapi oleh masyarakat moderen yang sangat bergantung
pada teknologi dan kemajuan serta perkembangan ilmu pengetahuan.
Antara sains dan teknologi saling melengkapi satu dengan yang lainnya.
Penemuan dalam sains memungkinkan pengembangan teknologi, dan
teknologi menyediakan instrument yang baru lagi yang memungkinkan
mengadakan observasi dan eksperimentasi dalam sains.
Dengan demikian hendaknya perubahan pendidikan sains harus
merefleksikan atau mengarahkan kepada hubungan antara sains dan
teknologi dengan masalah yang dihadapi manusia dalam kehidupan
sehari-hari.

1
Unsur pokok yang terdapat pada literasi sains menurut Harlen
(2004: 64) diantara nya adalah yang paling pokok dalam pengembangan
literasi sains siswa meliputi pengetahuan tentang sains, proses sains,
pengembangan sikap ilmiah, dan pemahaman peserta didik terhadap sains
sehingga peserta didik bukan hanya sekedar tahu konsep sains melainkan
juga dapat menerapkan kemampuan sains dalam memecahkan berbagai
permasalahan dan dapat mengambil keputusan berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan sains. Berdasarkan beberapa pengertian
literasi sains tersebut peserta didik diharapkan dapat menerapkan
pengetahuan yang didapat disekolah untuk diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari sehingga peserta didik dapat memiliki kepekaan dan
kepedulian terhadap lingkungan sekitarnya.
Menurut Poedjiadi (Toharudin, et.al, 2011: 2) seseorang memiliki
literasi sains dan teknologi ditandai dengan memiliki kemampuan untuk
menyelesaikan masalah dengan menggunakan konsep-konsep sains yang
diperoleh dalam pendidikan sesuai dengan jenjangnya, mengenal produk
teknologi yang ada di sekitarnya beserta dampaknya, mampu
menggunakan produk teknologi dan memeliharanya, kreatif dalam
membuat hasil teknologi yang disederhanakan sehingga peserta didik
mampu mengambil keputusan berdasarkan nilai dan budaya masyarakat.
Berdasarkan pernyataan - pernyataan tersebut dengan kata lain
dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan literasi sains diharapkan peserta
didik mampu memenuhi berbagai tuntuntan zaman yaitu menjadi problem
solver dengan pribadi yang kompetitif, inovatif, kreatif, kolaboratif, serta
berkarakter. Hal tersebut dikarenakan penguasaan kemampuan literasi
sains dapat mendukung pengembangan dan penggunaan kompetensi
abad ke- 21.

B. Komponen dan Aspek-aspek dalam Literasi IPA


Proses sains merujuk pada proses mental yang terlibat ketika
menjawab suatu pertanyaan atau memecahkan masalah, seperti
mengidentifikasi dan menginterpretasi bukti serta menerangkan
kesimpulan. (Rustaman et al., 2004). PISA (2000) menetapkan lima
komponen proses sains dalam penilaian literasi sains, yaitu:
1. Mengenal pertanyaan ilmiah, yaitu pertanyaan yang dapat diselidiki
secara ilmiah, seperti mengidentifikasi pertanyaan yang dapat dijawab
oleh sains.
2. Mengidentifikasi bukti yang diperlukan dalam penyelidikan ilmiah.
Proses ini melibatkan identifikasi atau pengajuan bukti yang
diperlukan untuk menjawab pertanyaan dalam suatu penyelidikan
sains, atau prosedur yang diperlukan untuk memperoleh bukti itu.
3. Menarik dan mengevaluasi kesimpulan. Proses ini m9elibatkan
kemampuan menghubungkan kesimpulan dengan bukti yang
mendasari atau seharusnya mendasari kesimpulan itu.
4. Mengkomunikasikan kesimpulan yang valid, yakni mengungkapkan
secara tepat kesimpulan yang dapat ditarik dari bukti yang tersedia.

1
5. Mendemonstrasikan pemahaman terhadap konsep-konsep sains, yakni
kemampuan menggunakan konsep-konsep dalam situasi yang
berbeda dari apa yang telah dipelajarinya.
Dari hasil akhir proses sains ini, siswa diharapkan dapat
menggunakan konsep-konsep sains dalam konteks yang berbeda dari
yang telah dipelajarinya. PISA memandang pendidikan sains untuk
mempersiapkan warganegara masa depan, yang mampu berpartisipasi
dalam masyarakat yang akan semakin terpengaruh oleh kemajuan sains
dan teknologi, perlu mengembangkan kemampuan anak untuk memahami
hakekat sains, prosedur sains, serta kekuatan dan keterbatasan sains.
Termasuk di dalamnya kemampuan untuk menggunakan pengetahuan
sains, kemampuan untuk memperoleh pemahaman sains dan kemampuan
untuk menginterpretasikan dan mematuhi fakta. Alasan ini yang
menyebabkan PISA tahun 2003 menetapkan 3 komponen proses sains
berikut ini dalam penilaian literasi sains.
1. Mendiskripsikan, menjelaskan, memprediksi gejala sains.
2. Memahami penyelidikan sains
3. Menginterpretasikan bukti dan kesimpulan sains.

C. Pembelajaran Literasi IPA


Pembelajaran merupakanbagian terpenting dalam penentuan
ketercapaian penguasaan literasi sains, Permendiknas RI No. 41 (2007: 6)
menjelaskan bahwa proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan
dasar dan menengah harus interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, dan memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian
sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis
siswa. Penjelasan tersebut dimaksudkan supaya pembelajaran menjadi
aktivitas yang bermakna dimana setiap siswa dapat mengembangkan
seluruh potensi yang dimilikinya.
Pembelajaran yang menitik beratkan kepada pencapaian literasi
sains adalah pembelajaran yang sesuai dengan hakitat pembelajaran sains
yang mana pembelajaran tidak hanya sekedar menekankan pada hafalan
pengetauan saja melainkan berorientasi pada proses dan ketercapaian
sikap ilmiah. Oleh karena itu, pembelajaran sebaiknya dilaksanakan secara
inkuiri ilmiah (Scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan
berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya
sebagai aspek penting kecakapan hidup.
Pemberian pengalaman langsung dengan cara inkuiri kritis ini,
diharapkan dapat membantu peserta didik untuk memperoleh
pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Sedangkan,
keaktifan atau proses kerja inkuiri dalam mengikuti proses pembelajaran
diperlukan agar pengetahuan yang diperoleh peserta didik dapat lebih
bertahan lama.

1
Proses kerja inkuiri ini dilakukan dalam kerja kolaboratif sehingga
siswa akan mampu berkolaborasi sekaligus akan terampil berkomunikasi.
Selain itu kebermaknan pembelajaran sains juga dapat dicapai dengan
cara mengaitkan konsep yang dipelajari peserta didik dengan kehidupan
sehari-hari hal ini dikarenakan keberhasilan pembelajaran dalam
mewujudkan visinya ditunjukkan apabila peserta didik memahami apa
yang dipelajari serta dapat mengaplikasikannya dalam menyelesaikan
berbagai permasalahan pada kehidupan sehari-hari. Millar dan Osbome
(Harlen, 2004: 63) literasi sains dapat ditingkatkan dengan
memperhatikan pembelajaran sebagai berikut :
1. sustain and develop the curiosity of young people about the natural
world around them, and build up their confidence in their ability to
enquire into its behaviour. It should seek to foster a sense of
wonder, enthusiasm and interest in science so that young people
feel confident and competent to engage with scientific and
technical matters.
2. help young people acquire a broad, general understanding of the
important ideas and explanatory frameworks of science, and of the
procedures of scientific enquiry, which have had a major impact on
our material environment and on our culture in general.
Berdasarkan penjelasan di atas alternatif pembelajaran yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan kemampuan literasi sains peserta didik
adalah dengan menerapkan pembelajaran sains yang mengedepankan
pada pengembangan sikap, gagasan, dan keterampilan proses sains yang
menekankan pada kegiatan inkuiri ilmiah, dengan pembelajaran seperti itu
maka akan meningkatkan antusiasme, minat, dan kekaguman siswa akan
sains.
Terdapat beberapa alternatif model pembelajaran yang cukup efektif
dalam membangun literasi sains untuk siswa sekolah dasar pada konteks
pendidikan abad 21. Model pembelajaran tersebut salah satunya adalah
Problem Basic Learning ( PBL). Dengan model ini siswa diajak agar
mampu melatih kemampuan siswa dalam memecahkan masalah sehingga
dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan berpikir terarah dalam
memecahkan masalah, mengambil keputusan dan melakukan analisis
sebelum bertindak.
Mengingat begitu pesatnya perkembangan sains dan teknologi di
era modern, dapat berdampak pada munculnya berbagai permasalahan
global sehingga dalam pembelajaran peserta didik senantiasa harus dilatih
memecahkan berbagai permasalahan. Selain itu pula berbagai metode dan
model yang digunakan dalam pendidikan IPA yaitu diantaranya Virtual Lab
Berbasis STEM, Problem Based Learning, Pembelajaran Berbasis Proyek,
dan pembelajaran saintik dapat meningkatkan literasi sains. Melalui
kegiatan keilmiahan tersebut akan memberikan kesempatan lebih banyak
kepada siswa untuk mencari dan menemukan sendiri fakta, konsep dan
prinsip melalui pengalaman secara langsung untuk memecahkan masalah

1
dalam kehidupan serta membentuk sikap positif sehingga proses
pembelajaran menjadi lebih optimal.

D. Karakteristik Literasi IPA


a) Kemampuan Dasar yang Diukur
Kemampuan yang diukur dalam PISA adalah kemampuan
pengetahuan dan keterampilan dalam tiga domain kognitif, yaitu
membaca, matematika, dan ilmu pengetahuan alam. Untuk
memperoleh data yang dimaksud, disusun dua kategori bentuk
soal, yaitu bentuk soal pilihan ganda yang memungkinkan siswa
memilih salah satu jawaban yang paling benar dari beberapa
alternatif jawaban yang diberikan (sebanyak 44.7% dari
keseluruhan soal) dan bentuk soal uraian (constructed response)
yang menuntut siswa untuk dapat menjawab dalam bentuk tulisan
atau uraian (sisanya atau 55.3%).
Kemampuan yang diukur itu berjenjang dari tingkat kesulitan
yang paling rendah kepada tingkat yang lebih sulit. Soal-soal yang
harus dijawab pada bentuk pilihan ganda dimulai dari memilih salah
satu jawaban alternatif yang sederhana, seperti menjawab
ya/tidak, sampai kepada jawaban alternatif yang agak kompleks,
seperti merespons beberapa pilihan yang disajikan.
Pada soal-soal yang memerlukan jawaban uraian, siswa diminta untuk
menjawab dengan jawaban yang singkat dalam bentuk kata atau frase,
kemudian jawaban agak panjang dalam bentuk uraian yang dibatasi
jumlah kalimatnya, dan jawaban dalam bentuk uraian yang terbuka.
a) Sampel dan Variabel
Sebanyak 290 sekolah di Indonesia telah dijadikan sampel
untuk studi ini, dengan jumlah siswa dalam sampel ini sebanyak
7.355 siswa dari keseluruhan siswa yang berusia 15 tahun dan
berada dalam sistem pendidikan. Sekolah tersebut dipilih
berdasarkan status sekolah dan jenis sekolah, yang mencakup SLTP
(38%), MTs (27.6%), SMU (15.9%), MA (8.5%), dan SMK (9.7%).
Data yang dikumpulkan dalam PISA ini terdiri atas tiga
kategori data, yaitu literasi siswa, latar belakang siswa, dan latar
belakang sekolah. Aspek literasi adalah aspek utama dari data yang
diku mpulkan yang terdiri atas pengetahuan dan keterampilan
dalam membaca, matematika, dan ilmu pengetahuan alam.
b) Desain Tes Literasi Membaca
Soal-soal PISA yang didesain untuk mengukur literasi
membaca dapat dibagi menjadi tiga aspek utama, yaitu aspek
struktur dan jenis wacana, aspek proses membaca, dan aspek
konteks pemanfaatan pengetahuan dan keterampilan membaca.
c) Struktur dan Jenis Wacana
Struktur dan jenis wacana di dalam PISA dibagi menjadi dua
jenis yaitu struktur wacana berkelanjutan ( continuous texts) dan
wacana tak-berkelanjutan (non-continuous texts). Seperti telah

1
dijelaskan di atas, wacana berkelanjutan adalah jenis wacana yang
terdiri atas rangkaian kalimat yang diatur dalam paragraf dalam
bentuk deskripsi, narasi, eksposisi, argumentasi atau injungsi;
sementara wacana tak-berkelanjutan adalah wacana yang
dirancang dalam format matrik, termasuk di dalamnya
pengumuman, grafik, gambar, peta, skema, tabel, dan aneka
bentuk penyampaian informasi.
Sementara jenis soal PISA juga mengukur tiga proses
membaca, yaitu kemampuan mencari dan menemukan informasi,
kemampuan mengembangkan makna dan menafsirkan isi bacaan,
dan kemampuan melakukan refleksi dan evaluasi terhadap isi
bacaan dalam kaitannya dengan pengalaman sehari-hari,
pengetahuan yang sudah didapat sebelumnya, dan pengembangan
gagasan dari informasi yang diperolehnya

GLOSARIUM
 Aspek : tanda; pemunculan gagasan, masalah, situasi, dan
sebagainya sebagai pertimbangan yang dilihat dari sudut pandang
tertentu.
 Desain : kerangka bentuk; rancangan.
 IPA : Ilmu Pengetahuan Alam.
 Karakteristik : mempunyai sifat khas sesuai dengan perwatakan
tertentu.
 Komponen : bagian dari keseluruhan; unsur.
 Literasi : Kemampuan menulis dan membaca.
 Mendemotransikan: mempertunjukkan; mempertontonkan;
memperagakan.
 Menginterpretasikan : Menafsirkan.
 Model pembelajaran : Seluruh rangkaian penyajian materi ajar yang
meliputi segala aspek sebelum, sedang, dan sesudah pembelajaran
yang dilakukan guru serta segala fasilitas yang terkait yang
digunakan secara langsung atau tudak langsung dalam proses
belajar mengajar.
 Pembelajaran Inkuiri : Pembelajaran penemuan; siswa dituntut
untuk menemukan serta mencari jawaban atas suatu permasalahan
yang tentunya dilakukan secara sistematis, logis, dan kritis dan
dianalisis dengan perhitungan yang matang.
 Pembelajaran Saintifik : Proses pembelajaran yang dirancang
sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruk
konsep, hukum, dan prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati,
merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis,
mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisa data,
menarik kesimpulan, dan mengkomunikasikan konsep, hukum, atau
prinsip yang ditemukan.
 Populasi : sekumpulan data yang mempunyai karakteristik yang
sama dan menjadi objek inferensi.

1
 Problem Basic Learning (PBL) : Pembelajaran berbasis proyek;
Metode pengajaran yang bercirikan adanya permasalahan nyata
sebagai konteks untuk para peserta didik belajar berfikir kritis dan
keterampilam memecahka masalah, dan memperoleh pengetahuan.
 Problem solver ; pemecahan masalah terdiri atas berbagai metode
yang dikerjakan secara berurutan untuk menemukan solusi dari
suatu permasalahan.
 Proses : tuntutan perubahan (peristiwa) dalam perkembangan
sesuatu; rangkaian tindakan, pembuatan, atau pengolahan yang
menghasilkan produk.
 Sains : Ilmu pengetahuan pada umumnya; pengetahuan sistematis
tentang alam dan dunia fisik; pengetahuan sistematis yang
diperoleh dari suatu observasi, penelitian, dan uji coba yang
mengarah pada penentuan sifat dasar atau prinsip sesuatu yang
sedang diselidiki, dipelajari, dan sebagainya.
 Sampel : merupakan bagian dari populasi yang dipelajari dalam
suatu penelitian dan hasilnya akan dianggap menjadi gambaran
bagi populasi itu sendiri.
 Struktur : cara sesuatu disusun atau dibangun; ketentuan unsur-
unsur dari suatu benda.
 Variabel : merupakan objek penelitian, atau apa yang menjadi
focus di dalam suatu penelitian.

EVALUASI
1. Jelaskan menurut pemahaman anda apa yang dimaksud dengan
literasi sains?
2. Jelaskan tujuan mengapa literasi sains diperlukan dalam
pembelajaran.
3. Antara sains dan teknologi saling melengkapi satu dengan yang
lainnya. Dengan demikian coba jelaskan hubungan antara sains dan
teknologi serta kaitkan dengan masalah yang dihadapi manusia
dalam kehidupan sehari-hari.
4. Dalam literasi sains terdapat unsur pokok yang melengkapinya,
coba sebutkan serta jelaskan unsur pokok dalam literasi sains
tersebut.
5. Jelaskan mengapa literasi sains diharapkan dapat membantu
peserta didik untuk mampu memenuhi berbagi tuntutan zaman
yaitu problem solver? Serta berikan contohnya.

1
6. Terdapat komponen serta aspek-aspek dalam literasi IPA, coba
jelaskan dan berikan contohnya sesuai dengan kehidupan sehari-
hari.
7. Bagaimana cara anda sebagai calon pendidik untuk menerapkan
literasi sains kepada siswa sekolah dasar, sedangkan kita ketahui
sekarang minat membaca pada peserta didik sangat minim.
Menurut anda bagaimana mengatasi hal tersebut?
8. Menurut anda model pembelajaran apakah yang cukup efektif
dalam membangun literasi sains untuk siswa sekolah dasar pada
konteks pendidikan abad 21? Coba jelaskan dan berikan contohnya.
9. Jelaskan apa saja karakteristik literasi IPA serta berikan contohnya.
10. Menurut anda apakah literasi IPA cocok diterapkan kepada siswa
sekolah dasar kelas tinggi? Coba jelaskan dan berikan contohnya.

BAB VI
HOTS (HIGHER ORDER THINKING SKILL)

Standar kompetensi : Memahami Ketrampilan Berpikir


Tingkat Tinggi (Higher Order Thinking
Skills/HOTS)
Kompetensi Dasar : 1. Mendeskripsikan Ketrampilan
Berpikir Tingkat Tinggi (Higher
Order Thinking Skills/HOTS)
2. Menjelaskan Karakteristik HOTS
dan Taksonomi Bloom
3. Mengembangkan soal
menggunakan HOTS
PETA KONSEP

1
Kata Kunci : HOTS, Taksonomi Bloom

A. Pengertian HOTS (Higher Order Thingking Skill)


Higher Order of Thinking Skill (HOTS) adalah kemampuan berpikir
kritis, logis, reflektif, metakognitif, dan berpikir kreatif yang merupakan
kemampuan berpikir tingkat tinggi. Kurikulum 2013 juga menuntut materi
pembelajarannya sampai metakognitif yang mensyaratkan peserta didik
mampu untuk memprediksi, mendesain, dan memperkirakan. Sejalan
dengan itu ranah dari HOTS yaituanalisis yang merupakan kemampuan
berpikir dalam menspesifikasi aspek-aspek/elemen dari sebuah konteks
tertentu; evaluasimerupakan kemampuan berpikir dalam mengambil
keputusan berdasarkan fakta/informasi; dan mengkreasi merupakan
kemampuan berpikir dalam membangun gagasan/ide-ide. Kemampuan-
kemampuan ini merupakan kemampuan berpikir level atas pada
taksonomi Bloom yang terbaru hasil revisi oleh Anderson dan Krathwohl
seperti pada gambar di bawah ini.
Latar belakang digalakkannya pengembangan butir soal HOTS ini
adalah rendahnya kemampuan peserta didik Indonesia dalam survey yang
dilaksanakan oleh benchmarking internasional seperti PISA dan TIMSS.
Belajar berpikir kritis tidak langsung seperti belajar tentang materi, tetapi
belajar bagaimana cara berpikir kritis dalam penggunaanya untuk
memecahkan masalah saling berkaitan satu sama lain. Keterampilan
berpikir peserta didik dapat dilatihkan melalui kegiatan dimana peserta
didik diberikan suatu masalah dalam hal ini masalah berbentuk soal yang
bervariasi (Prayugo 2012).
“Higher Order Thinking Skill” (HOTS) atau keterampilan berpikir
tingkat tinggi dibagi menjadi empat kelompok, yaitu pemecahan masalah,
membuat keputusan, berpikir kritis dan berpikir kreatif (Presseisen dalam
Costa, 1985). Dalam pembentukan sistem konseptual IPA proses berpikir
tingkat tinggi yang biasa digunakan adalah berpikir kritis. Keterampilan
berpikir kritis sangat diperlukan pada zaman perkembangan IPTEK
sekarang ini, sebab saat ini selain hasil-hasil IPTEK yang dapat dinikmati,
ternyata timbul beberapa dampak yang membuat masalah bagi manusia
dan lingkungannya. Para peneliti pendidikan menjelaskan bahwa belajar
berpikir kritis tidak langsung seperti belajar tentang materi, tetapi belajar

1
bagaimana cara mengkaitkan berpikir kritis secara efektif dalam dirinya
( Beyer dalam Costa ,1985). Maksudnya masing-masing keterampilan
berpikir kritis dalam penggunaanya untuk memecahkan masalah saling
berkaitan satu sama lain. Indikator keterampilan berpikir kritis dibagi
menjadi lima kelompok (Ennis dalam Costa, 1985) yaitu ; memberikan
penjelasan sederhana, membangun keterampilan dasar, menyimpulkan,
membuat penjelasan lebih lanjut serta mengatur strategi dan taktik.
Keterampilan pada kelima kelompok berpikir kritis ini dirinci lagi sebagai
berikut:
1) Memberikan penjelasan sederhana terdiri dari
keterampilanmemfokuskan pertanyaan, menganalisis argumen,
bertanya dan menjawab pertanyaan.
2) Membangun keteranpilan dasar terdiri dari menyesuaikan dengan
sumber, mengamati dan melaporkan hasil observasi.
3) Menyimpulkan terdiri dari keterampilan mempertimbangkan
kesimpulan, melakukan generalisasi dan melakukan evaluasi.
4) Membuat penjelasan lanjut contohnya mengartikan istilah dan
membuat definisi.
5) Mengatur strategi dan taktik contohnya menentukan suatu tindakan
dan berinteraksi dengan orang lain dan berkomunikasi.
Keterampilan berpikir kritis peserta didik antara lain dapat dilatih
melalui pemberian masalah dalam bentuk soal yang bervariasi. Ada
berbagai konsep dan contoh keterampilan berpikir yang dikembangkan
oleh para ahli pendidikan. Keterampilan berpikir yang dikembangkan dan
bentuk pertanyaannya menurut Linn dan Gronlund adalah seperti tertera
pada Tabel 4 berikut ini.
Tabel 4. Keterampilan Berfikir dan Bentuk Pertanyaan
N Keterampilan Bentuk Pertanyaan
o Berfikir
1.Membandingkan Apa persamaan dan perbedaan antara ... dan ...
Bandingkan dua cara berikut tentang ...
2.Hubungan sebab- Apa penyebab utama ...
akibat Apa akibat ...
3.Memberi alasan Manakah pilihan berikut yang kamu pilih, mengapa?
(justifiying) Jelaskan mengapa kamu setuju/tidak setuju dengan
pertanyaan tentang ...
4.Meringkas Tuliskan pernyataan penting yang termasuk ...
Ringkaslah dengan tepat isi ...
5.Menyimpulkan Susunlah beberapa kesimpulan yang berasal dari data ...
Tulislah sebuah pernyataan yang dapat menjelaskan
peristiwa berikut
6.Berpendapat Berdasarkan ..., apa yang akan terjadi bila...
(inferring) Apa reaksi A terhadap ...
7.Mengelompokkan Kelompokkan hal berikut berdasarkan ...

1
Apakah hal berikut mememiliki ...
8.Menciptakan Tuliskan beberapa cara sesuai dengan ide anda
tentang ...
Lengkapilah cerita ... tentang apa yang akan terjadi
bila ...
9.Menerapkan Selesaikan hal berikut dengan menggunakan kaidah ...
Tuliskan ... dengan menggunakan pedoman ...
1 Analisis Manakah penulisan yang salah pada paragraf ...
0. Daftar dan beri alasan singkat tentang ciri utama ...
1 Sintesis Tuliskan satu rencana untuk pembuktian ...
1. Tuliskan sebuah laporan ...
1 Evaluasi Apakah kelebihan dan kelemahan ...
2. Berdasarkan kriteria ..., tuliskan evaluasi tentang ...

B. Karakteristik HOTS (Higher Order Thingking Skill)


Karakteristik berikut berpikir orde tinggi menurut Lauren Resnick :
1. Nonalgorithmic artinya, jalan tindakan tidak sepenuhnya
ditentukan di muka.
2. Kompleks total jalur tidak “terlihat” (mental berbicara) dari setiap
sudut pandang tunggal.
3. Beberapa solusi, masing-masing dengan biaya dan manfaat,
bukan solusi yang unik.
4. Bernuansa penilaian dan interpretasi
5. Beberapa kriteria, yang kadang-kadang bertentangan dengan
satu sama lain.
6. Ketidakpastian Tidak semua yang dikenakan pada tugas yang di
tangan dikenal.
7. Swa-regulasi dari proses berpikir. Kita tidak mengenali pemikiran
orde tinggi dalam diri seseorang ketika orang lain menyebut
bermain di setiap langkah.
8. Memaksakan makna atau menemukan struktur dalam gangguan
jelas.

C. HOTS (Higher Order Thingking Skill) dalam Taksonomi Bloom


Penilaian hasil belajar sudah biasa dilakukan oleh guru. Instrumen
penilaian yang dibuat harus memenuhi ranah kognitif, afektif dan
psikomotor. Selama ini kita sudah mengenal ranah taksonomi Bloom
terutama dalam ranah kognitif, biasanya dalam penulisan ranah ini ditulis
dalam singkatan C1 untuk tahap kognitif pengetahuan sampai dengan C6
untuk tahap kognitif evaluasi. Ranah-ranah pada taksonomi Bloom mulai
tahun 2001 sebenarnya sudah ada perubahan, tetapi pada penerapannya
di lapangan masih menggunakan ranah-ranah kognitif Taksonomi Bloom
yang lama.

1
Perbedaan taksonomi Bloom yang baru ( Anderson, LW. &
Krathwohl, D.R. ) dengan yang lama tertera pada Tabel 5.
Tabel 5.Taksonomi Bloom Lama dan Taksonomi Bloom Revisi
Taksonomi Bloom Taksonomi Bloom
Lama Revisi
Pengetahuan Mengingat
Pemahaman Memahami
Penerapan Menerapkan
Analisis Menganalisis
Sintesis Mengevaluasi
Evaluasi Mencipta

Perbedaan taksonomi lama dengan yang baru terletak pada ranah


sintesis, dimana pada taksonomi yang direvisi ranah sintesis tidak ada lagi,
tetapi sebenarnya digabungkan dengan analisis. Tambahannya adalah
mencipta yang berasal dari Create. Urutan evaluasi posisinya menjadi
yang kelima sedangkan mencipta urutan keenam, sehingga ranah
tertinggi adalah mencipta atau mengkreasikan. Perbedaan yang kedua
adalah pada proses kognitif paling rendah yaitu pengetahuan atau
knowledge diubah menjadi mengingat yang berasal dari remember. Ada
peningkatan dalam proses kognitif contohnya peserta didik tidak dituntut
untuk mengetahui suatu konsep saja tetapi harus sampai mengingat
konsep yang dipelajarinya.
Level berpikir yang sesuai HOTS dilihat dari ranah kognitif
taksonomi Bloom yang lama berada pada level analisis, sintesis dan
evaluasi, berarti jika dilihat pada taksonomi yang baru level ini sampai
dengan mengkreasikan.
Untuk menguji keterampilan berpikir peserta didik, soal-soal untuk
menilai hasil belajar IPA dirancang sedemikian rupa sehingga peserta didik
menjawab soal melalui proses berpikir yang sesuai dengan kata kerja
operasional dalam taksonomi Bloom, baik pada soal kognitif, afektif
maupun psikomotorik. Di dalam pembelajaran IPA dinyatakan bahwa IPA
bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-
fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan
suatu proses penemuan (BSNP, 2006), berarti peserta didik harus selalu
diajak untuk belajar IPA menggunakan proses berpikir untuk menemukan
konsep-konsep IPA.
Pada standar kompetensi mata pelajaran IPA dinyatakan pula
bahwa Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat
membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih
mendalam tentang alam sekitar. Berdasarkan hal itu, maka sebaiknya
soal-soal IPA selain untuk menguji daya ingat dan pemahaman dan
penerapan harus juga dapat menguji peserta didik sampai tingkat HOTS
atau menguji proses analisis, sintesis dan evaluasi. Soal-soal ini dapat

1
dirancang dengan melihat kata kerja operasional yang sesuai dengan
masing-masing ranah kognitif. Misalnya untuk menguji ranah analisis
peserta didik pada pembelajaran IPA, guru dapat membuat soal dengan
menggunakan kata kerja operasional yang termasuk ranah analisis seperti
menganalisis, menditeksi, mengukur dan menominasikan. Ranah evaluasi
contohnya membandingkan, menilai, memprediksi, dan menafsirkan.
Selanjutnya dapat dilihat pada tabel 6 berikut ini:

1
Tabel 6. Kata Kerja Ranah Kognitif

Sumber: Kemdikbud, 2019


D. Soal HOTS (Higher Order Thingking Skill)
Higher Order of Thinking Skill (HOTS) atau ketrampilan berfikir
tingkat tinggi dibagi menjadi empat kelompok yaitu pemecahan masalah,
membuat keputusan, berfikir kritis dan berfikir kreatif. Untuk
melaksanakan penilaian, guru memerlukan instrumen penilaian dalam
bentuk soal-soal, baik untuk menguji aspek pengetahuan, sikap, maupun
keterampilan. Instrumen penilaian yang digunakan guru untuk menguji
hasil belajar peserta didik pada aspek pengetahuan biasanya diambil dari
berbagai buku atau kumpulan soal-soal ujian. Soal dapat berupa uraian
atau pilihan ganda.
Kenyataan di lapangan, soal-soal cenderung lebih banyak menguji
aspek ingatan. Banyak buku yang menyajikan materi dengan mengajak
peserta didik belajar aktif, sajian konsep sangat sistematis, tetapi sering
diakhiri soal evaluasi yang kurang melatih keterampilan berpikir tingkat
tinggi peserta didik. Melatih peserta didik untuk terampil ini dapat
dilakukan guru dengan cara melatihkan soal-soal
yang sifatnya mengajak peserta didik berpikir dalam level analisis,
evaluasi dan mengkreasi.
Untuk menguji keterampilan berpikir peserta didik, soal-soal untuk
menilai hasil belajar dirancang sedemikian rupa sehingga peserta didik
menjawab soal melalui proses berpikir yang sesuai dengan kata kerja
operasional dalam taksonomi Bloom, baik pada soal pengetahuan, sikap
maupun keterampilan. Di dalam pembelajaran dinyatakan bahwa
kemampuan peserta didik bukan hanya untuk menguasai sekumpulan
pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip
saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan, berarti peserta didik
harus selalu diajak untuk belajar dengan menggunakan proses berpikir
untuk menemukan konsep-konsep tersebut.

E. Pengembangan Soal HOTS (Higher Order Thingking Skill)


Pengembangan soal HOTS memerlukan berbagai kriteria baik dari
segi bentuk soalnya maupun konten materi subyeknya. Teknik penulisan
soal-soal HOTS baik yang berbentuk pilihan ganda atau uraian secara
umum sama dengan penulisan soal tingkat rendah, tetapi ada beberapa
ciri yang membedakannya.
Ada beberapa cara yang dapat dijadikan pedoman oleh para penulis
soal untuk menulis butir soal yang menuntut berpikir tingkat tinggi, yakni
materi yang akan ditanyakan diukur dengan perilaku sesuai dengan ranah
kognitif Bloom pada level analisis, sintesis dan evaluasi, setiap pertanyaan
diberikan dasar pertanyaan (stimulus) dan soal mengukur kemampuan
berpikir kritis.
Agar butir soal yang ditulis dapat menuntut berpikir tingkat tinggi,
maka setiap butir soal selalu diberikan dasar pertanyaan (stimulus) yang
berbentuk sumber/bahan bacaan seperti: teks bacaan, paragrap, teks
drama, penggalan novel/cerita/dongeng, puisi, kasus, gambar, grafik,
foto, rumus, tabel, daftar kata/symbol, contoh, peta, film, atau suara yang
direkam. Pada contoh pengembangan soal di dalam modul ini hanya di
bahas soal HOTS berdasarkan Bloom. Untuk pengetahuan tambahan
dalam penulisan soal HOTS, Anda dapat pula mempelajari kemampuan
berpikir kritis yang dapat dijadikan dasar dalam menulis butir soal.
Beberapa keterampilan berpikir kritis dan contoh indikator soalnya adalah
sebagai berikut.
1) Menfokuskan pada pertanyaan
Contoh indikator soal: Disajikan sebuah masalah/problem, aturan,
kartun, atau eksperimen dan hasilnya, peserta didik dapat
menentukan masalah utama, kriteria yang digunakan untuk
mengevaluasi kualitas, kebenaran argumen atau kesimpulan.
2) Menganalisis argumen
Contoh indikator soal: Disajikan deskripsi sebuah situasi atau
satu/dua argumentasi, peserta didik dapat: (1) menyimpulkan
argumentasi secara cepat, (2) memberikan alasan yang mendukung
argumen yang disajikan, (3) memberikan alasan tidak mendukung
argumen yang disajikan.
3) Mempertimbangkan yang dapat dipercaya
Contoh indikator soal: Disajikan sebuah teks argumentasi, iklan, atau
eksperimen dan interpretasinya, peserta didik menentukan bagian
yang dapat dipertimbangan untuk dapat dipercaya (atau tidak dapat
dipercaya), serta memberikan alasannya.
4) Mempertimbangkan laporan observasi
Contoh indikator soal: Disajikan deskripsi konteks, laporan observasi,
atau laporan observer, peserta didik dapat mempercayai atau tidak
terhadap laporan itu dan memberikan alasannya.
5) Membandingkan kesimpulan
Contoh indikator soal: Disajikan sebuah pernyataan yang
diasumsikan kepada peserta didik adalah benar dan pilihannya terdiri
dari: (1) satu kesimpulan yang benar dan logis, (2) dua atau lebih
kesimpulan yang benar dan logis, peserta didik dapat
membandingkan kesimpulan yang sesuai dengan pernyataan yang
disajikan atau kesimpulan yang harus diikuti.
6) Menentukan kesimpulan
Contoh indikator soal: Disajikan sebuah pernyataan yang
diasumsikan kepada peserta didik adalah benar dan satu
kemungkinan kesimpulan, peserta didik dapat menentukan
kesimpulan yang ada itu benar atau tidak, dan memberikan
alasannya.
7) Mempertimbangkan kemampuan induksi
Contoh indikator soal: Disajikan sebuah pernyataan, informasi/data,
dan beberapa kemungkinan kesimpulan, peserta didik dapat
menentukan sebuah kesimpulan yang tepat dan memberikan
alasannya.
8) Menilai
Contoh indikator soal: Disajikan deskripsi sebuah situasi, pernyataan
masalah, dan kemungkinan penyelesaian masalahnya, peserta didik
dapat menentukan solusi yang positif dan negatif, atau solusi mana
yang paling tepat untuk memecahkan masalah yang disajikan, dan
dapat memberikan alasannya.
9) Mendefinisikan Konsep
Contoh indikator soal: Disajikan pernyataan situasi dan
argumentasi/naskah, peserta didik dapat mendefinisikan konsep
yang dinyatakan.
10) Mendefinisikan asumsi
Contoh indikator soal: Disajikan sebuah argumentasi, beberapa
pilihan yang implisit di dalam asumsi, peserta didik dapat
menentukan sebuah pilihan yang tepat sesuai dengan asumsi.
11) Mendeskripsikan
Contoh indikator soal: Disajikan sebuah teks persuasif, percakapan,
iklan, segmen dari video klip, peserta didik dapat mendeskripsikan
pernyataan yang dihilangkan.
Keterampilan-keterampilan di dalam HOTS di dalam taksonomi
Bloom termasuk tiga level tertinggi yaitu analisis, sintesis dan
evaluasi. Untuk peserta didik tingkat menengah tidak semua
keterampilan dapat dilatihkan melalui pemecahan soal-soal tetapi
kita dapat memilih yang sesuai dengan tingkat berpikir peserta didik
dan mengkreasikan menjadi soal yang mendorong peserta didik
berpikir.

GLOSARIUM

Generalisasi - Perihal membentuk gagasan atau simpulan umum dari


suatu kejadian, hal, dan sebagainya.
Implisit – termasuk (terkandung) di dalamnya (meskipun tidak
dinyatakan secara jelas atau terang-terangan). Tersimpul didalamnya;
terkandung halus; tersirat.
Induksi – Metode pemikiran yang bertolak dari kaidah (hal-hal atau
peristiwa khusus untuk menentukan hukum (kaidah) yang umum;
penarikan kesimpulan berdasarkan keadaan yang khusus untuk
diperlukan secara umum; penentuan kaidah umum berdasarkan kaidah
khusus.
Kompleks – mengandung beberapa unsur yang pelik, rumit, sulit, dan
saling berhubungan.
Konteks – Bagian suatu uraian atau kelimat yang dapat mendukung
atau menambah kejelasan makna.
Regulasi – Pengaturan
Refleksi – Gerakan badan diluar kemauan
Sintesis – Paduan (campuran) berbagai pengertian atau hal sehingga
merupakan kesatuan yang selaras.
Spesifikasi – Perincian / pernyataan tentang hal-hal yang khusus.
Taksonomi – Klasifikasi bidang ilmu; kaidah dan prinsip yang meliputi
pengklasifikasian objek.

SOAL ATAU EVALUASI


1. Apakah ranah Higher Order Thinking Skill (HOTS) itu?
2. Jelaskan pengelompokan Higher Order Thinking Skill (HOTS)!
3. Jelaskan karakterisitik Higher Order Thinking Skill (HOTS)!
4. Bagaimanakah latar belakang butir soal Higher Order Thinking Skill
(HOTS)?
5. Bagaimana pengembangan soal Higher Order Thingking Skill
(HOTS)?
6. Bagaimana agar butir soal yang ditulis dapat menuntut berpikir
tingkat tinggi?
7. Apa sajakah dasar pertanyaan (stimulus) yang berbentuk sumber
atau bahan bacaan agar butir soal yang ditulis dapat menuntut
berfikir tingkat tinggi?
8. Selain setiap pertanyaan diberikan dasar pertanyaan (stimulus) apa
cara lain yang dapat dijadikan pedoman oleh para penulis soal
untuk menulis butir soal yang menuntut berpikir tingkat tinggi?
9. Apa maksud dari pernyataan bahwa HOTS menuntut peserta didik
melalui suatu proses penemuan?
10. Bagaimana kenyataan di lapangan mengenai soal-soal yang
diberikan guru kepada siswa?
BAB VII

KURIKULUM IPA SD

Standar kompetensi : Memahami Kurikulum IPA SD


Kompetensi Dasar : 1. Mengidentifikasi Kurikulum IPA SD
Kelas Tinggi
2. Menganalisis Kurikulum IPA SD
Kelas Tinggi

Kata Kunci : Kurikulum, silabus, indentifikasi, analisis, kompetensi dasar,


kompetensi inti, pembelajaran IPA
A. Kompetensi IPA SD
Saat ini kita berada pada abad 21 yang ditandai dengan
perkembangan teknologi yang pesat, sehingga sains dan teknologi
merupakan salah satu landasan penting dalam pembangunan bangsa.
Pembelajaran IPA diharapkan dapat menghantarkan peserta didik
memenuhi kemampuan abad 21. Berikut kemampuan yang diperlukan
pada abad 21, yaitu: 1) keterampilan belajar dan berinovasi yang meliputi
berpikir kritis dan mampu menyelesaikan masalah, kreatif dan inovatif,
serta mampu berkomunikasi dan berkolaborasi; 2) terampil untuk
menggunakan media, teknologi, informasi dan komunikasi (TIK); 3)
kemampuan untuk menjalani kehidupan dan karir, meliputi kemampuan
beradaptasi, luwes, berinisiatif, mampu mengembangkan diri, memiliki
kemampuan sosial dan budaya, produktif, dapat dipercaya, memiliki jiwa
kepemimpinan, dan tanggungjawab.
Pendidikan IPA merupakan salah satu aspek pendidikan yang
menggunakan sains sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan
umumnya yakni tujuan pendidikan nasional dan tujuan pendidikan sains
khususnya, yaitu untuk meningkatkan pengertian terhadap dunia alamiah.
Untuk itu, literasi sains menjadi penting untuk dikuasai oleh peserta didik
dalam kaitannya dengan bagaimana peserta didik dapat memahami dan
membuat keputusan berkenaan dengan lingkungan hidup, kesehatan,
ekonomi, dan masalah-masalah lain yang dihadapi oleh masyarakat
modern yang sangat bergantung pada teknologi dan kemajuan serta
perkembangan ilmu pengetahuan.
Literasi sains menurut National Science Education Standards (1995)
adalah suatu ilmu pengetahuan dan pemahaman mengenai konsep dan
proses sains yang akan memungkinkan seseorang untuk membuat suatu
keputusan dengan pengetahuan yang dimilikinya, serta turut terlibat
dalam hal kenegaraan, budaya, dan pertumbuhan ekonomi, termasuk di
dalamnya kemampuan spesifik yang dimilikinya. Literasi sains dapat
diartikan sebagai pemahaman atas sains dan aplikasinya bagi kebutuhan
masyarakat.

Gambar 2. Dimensi Kompetensi

Memperhatikan konteks global dan kemajemukan masyarakat


Indonesia, misi dan orientasi kurikulum 2013 diterjemahkan dalam praktik
pendidikan dengan tujuan khusus agar peserta didik memiliki kompetensi
yang diperlukan bagi kehidupan masyarakat di masa kini dan di masa
mendatang, sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 1. Kompetensi yang
dimaksud meliputi, yaitu: (1) menumbuhkan sikap religius dan etika sosial
yang tinggi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara;
(2) menguasai pengetahuan; (3) memiliki keterampilan atau kemampuan
menerapkan pengetahuan dalam rangka melakukan penyelidikan ilmiah,
pemecahan masalah, dan pembuatan karya kreatif yang berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari.
IPA atau sains adalah upaya sistematis untuk menciptakan,
membangun, dan mengorganisasikan pengetahuan tentang gejala alam.
Upaya ini berawal dari sifat dasar manusia yang penuh dengan rasa ingin
tahu. Rasa ingin tahu ini kemudian ditindaklanjuti dengan penyelidikan
dalam rangka mencari penjelasan yang paling sederhana namun akurat
dan konsisten untuk menjelaskan dan memprediksi gejala-gejala alam.
Penyelidikan ini dilakukan dengan mengintegrasikan kerja ilmiah dan
keselamatan kerja yang meliputi kegiatan mengamati, merumuskan
masalah, merumuskan hipotesis, merancang percobaan, mengumpulkan
data, menganalisis, akhirnya menyimpulkan dan memberikan
rekomendasi, serta melaporkan hasil percobaan secara lisan maupun
tulisan.
Hasil dari penyelidikan ini umumnya membawa ke pertanyaan
lanjutan yang lebih rinci, lebih rumit, dan memerlukan upaya yang lebih
keras untuk menyelidikinya. Kegiatan penyelidikan ini memerlukan
teknologi yang sesuai, yang umumnya berupa teknologi terkini yang ada.
Di lain pihak, dari kegiatan penyelidikan pada akhirnya dihasilkan
teknologi yang lebih baru. Dengan demikian, IPA sangat layak sebagai
wahana untuk penumbuhan dan penguatan sikap, pengetahuan, dan
keterampilan secara terus-menerus pada diri peserta didik pada berbagai
jenjang pendidikan. Melalui pembelajaran IPA yang meliputi kerja ilmiah,
makhluk hidup dan proses kehidupan, zat dan sifatnya, energi dan
perubahannya, bumi dan antariksa, serta keterkaitan antara sains,
lingkungan, teknologi, dan masyarakat, peserta didik dapat
mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilannya.
Silabus ini disusun dengan format dan penyajian/penulisan yang
sederhana sehingga mudah dipahami dan dilaksanakan oleh guru.
Penyederhanaan format dimaksudkan agar penyajiannya lebih efisien,
tidak terlalu banyak halaman namun lingkup dan substansinya tidak
berkurang, serta tetap mempertimbangkan tata urutan ( sequence) materi
dan kompetensinya. Penyusunan silabus ini dilakukan dengan prinsip
keselarasan antara ide, desain, dan pelaksanaan kurikulum; mudah
diajarkan oleh guru (teachable); mudah dipelajari oleh peserta didik
(learnable); terukur pencapaiannya (measurable); bermakna
(meaningfull); dan bermanfaat untuk dipelajari (worth to learn) sebagai
bekal untuk kehidupan dan kelanjutan pendidikan peserta didik.
Silabus ini bersifat fleksibel, kontekstual, dan memberikan
kesempatan kepada guru untuk mengembangkan dan melaksanakan
pembelajaran, serta mengakomodasi keungulan-keunggulan lokal. Atas
dasar prinsip tersebut, komponen silabus mencakup kompetensi dasar,
materi pembelajaran, dan kegiatan pembelajaran. Uraian pembelajaran
yang terdapat dalam silabus merupakan alternatif kegiatan yang
dirancang berbasis aktivitas. Pembelajaran tersebut merupakan alternatif
dan inspiratif sehingga guru dapat mengembangkan berbagai model yang
sesuai dengan karakteristik masing-masing mata pelajaran. Dalam
melaksanakan silabus ini guru diharapkan kreatif dalam pengembangan
materi, pengelolaan proses pembelajaran, penggunaan metode dan model
pembelajaran, yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi masyarakat
serta tingkat perkembangan kemampuan peserta didik.
Pembelajaran di SD/MI dari Kelas I sampai dengan Kelas VI
dilaksanakan sebagai pembelajaran tematik terpadu. Silabus Tematik
Terpadu SD/MI telah disusun terpisah dengan dokumen ini sebagai acuan
dalam menyusun perencanaan pembelajaran dan pelaksanaan di sekolah.
Namun demikian, bagi guru yang ingin menyusun sendiri pembelajaran
tematik terpadu, dapat menggunakan dokumen Silabus Mata Pelajaran
IPA SD ini dan silabus mata pelajaran lainnya di SD sebagai acuan.
(Kemdikbud, 2016)

B. Kompetensi Setelah Mempelajari IPA di Pendidikan Dasar dan


Pendidikan Menengah
Mata pelajaran IPA dibelajarkan sejak SD/MI hingga SMA/MA. Pada
jenjang SD/MI Kelas I, II, dan III (kelas rendah) muatan sains
diintegrasikan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, sedangkan di Kelas
IV, V, dan VI (kelas tinggi) IPA menjadi mata pelajaran yang berdiri
sendiri tetapi pembelajarannya menerapkan pembelajaran tematik
terpadu. Mata pelajaran IPA di SMP/MTs menerapkan pembelajaran sains
terpadu. Di tingkat SMA/MA IPA disajikan sebagai mata pelajaran yang
spesifik yang terbagi dalam mata pelajaran Fisika, Kimia, dan Biologi.
Setelah mengikuti pembelajaran IPA sejak Sekolah Dasar, lulusan
pendidikan dasar dan menengah akan memperoleh kecakapan untuk:

1) menjalani kehidupan dengan sikap positif dengan daya pikir kritis,


kreatif, inovatif, dan kolaboratif, disertai kejujuran dan keterbukaan,
berdasarkan potensi proses dan produk sains;
2) memahami fenomena alam di sekitarnya, berdasarkan hasil
pembelajaran sains melalui bidang-bidang spesifiknya yaitu Fisika,
Kimia dan Biologi;
3) membedakan produk atau cara yang masuk akal dengan produk atau
cara yang tidak bersesuaian dengan prinsip-prinsip sains;
4) mengambil keputusan di antara berbagai pilihan yang dibedakan oleh
hal-hal yang bersifat ilmiah;
5) menyelesaikan masalah yang dihadapi lulusan dalam kehidupannya,
terutama memilih di antara cara-cara yang telah dikenal manusia
berdasarkan pertimbangan ilmiah;
6) mengenali dan menghargai peran sains dalam memecahkan
permasalahan umat manusia, seperti permasalahan ketersediaan
pangan, kesehatan, pemberantasan penyakit, dan lingkungan hidup.
7) memahami dampak dari perkembangan sains terhadap perkem-bangan
teknologi dan kehidupan manusia di masa lalu, maupun potensi
dampaknya di masa depan bagi dirinya, orang lain, dan lingkungannya.

Kompetensi kerja ilmiah (penyelidikan) untuk setiap jenjang


ditunjukkan dalam Gambar 3. (Kemdikbud, 2016)
Gambar 3. Penjenjangan Kerja Ilmiah pada Satuan Pendidikan

C. Kompetensi Setelah Mempelajari IPA di SD/MI


Kompetensi yang diharapkan dimiliki peserta didik setelah
mengikuti pembelajaran IPA di Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah, untuk
kelas rendah dan kelas tinggi, terlihat pada Tabel 7 berikut ini.
Tabel 7. Kompetensi IPA Kelas Rendah dan Kelas Tinggi di SD/MI
(Kemdikbud, 2016)

SD Kelas I-III (Kelas Rendah) SD Kelas IV-VI (Kelas Tinggi)


1. Menjalani kehidupan dengan sikap 1. Menjalani kehidupan dengan sikap positif
positif dengan daya pikir kritis, dengan daya pikir kritis, kreatif, inovatif,
kreatif, inovatif, dan kolaboratif, dan kolaboratif, disertai kejujuran dan
disertai kejujuran dan keterbukaan keterbukaan, berdasarkan potensi proses
dan produk sains
2. Memahami fenomena alam di 2. Memahami fenomena alam di sekitarnya,
sekitarnya, berdasarkan hasil berdasarkan hasil pembelajaran sains
pembelajaran sains melalui bidang melalui bidang IPA dan lingkungan
IPA di lingkungan sekitarnya sekitarnya

3. Mengenal produk atau cara yang 3. Mengenal produk atau cara yang masuk
masuk akal dengan prinsip-prinsip akal dengan prinsip-prinsip sains
sains

4. Mengambil keputusan di antara 4. Mengambil keputusan di antara berbagai


berbagai pilihan berdasarkan pilihan berdasarkan pengamatan dan
pengamatan pertimbangan ilmiah

5. Menyelesaikan masalah yang 5. Menyelesaikan masalah yang dihadapi


dihadapi dalam kehidupannya dalam kehidupannya dengan memilih di
dengan memilih di antara cara-cara antara cara-cara yang telah dikenal
yang telah dikenal manusia manusia berdasarkan pengetahuan yang
telah dimilikinya
6. Mengenal peran sains dalam 6. Mengenal peran sains dalam
memecahkan permasalahan dirinya memecahkan permasalahan sehari-hari
di lingkungan sekitarnya
7. Mengenal perkembangan teknologi 7. Mengenal perkembangan teknologi dan
dan perubahan lingkungan perubahan lingkungan sebagai dampak
perkembangan sains

D. Kerangka Pengembangan Kurikulum Ilmu Pengetahuan Alam


Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah
Pengembangan kurikulum IPA SD/MI dilakukan dalam rangka
mencapai dimensi kompetensi pengetahuan, kerja ilmiah, serta sikap
ilmiah sebagai perilaku sehari-hari dalam berinteraksi dengan masyarakat,
lingkungan dan pemanfaatan teknologi, seperti yang tergambar pada
Gambar 4. berikut.

Gambar 4. Kerangka Pengembangan IPA

Gambar 3. menunjukkan bahwa peserta didik mampu menerapkan


kompetensi IPA yang dipelajari di sekolah menjadi perilaku dalam
kehidupan masyarakat dan memanfaatkan masyarakat dan lingkungan
sebagai sumber belajar. Kerangka pengembangan Kompetensi Dasar (KD)
IPA mengacu pada Kompetensi Inti (KI) sebagai unsur pengorganisasi KD
secara vertikal dan horizontal. Organisasi vertikal KD berupa keterkaitan
KD antar kelas harus memenuhi prinsip belajar, yaitu terjadi suatu
akumulasi yang ber-kesinambungan antar kompetensi yang dipelajari
peserta didik. Organisasi horizontal berupa keterkaitan antara KD suatu
mata pelajaran dengan KD mata pelajaran lain dalam satu kelas yang
sama sehingga terjadi proses saling memperkuat. Pengembangan
kompetensi dasar berdasarkan pada prinsip akumulatif, saling
memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antar-mata
pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal).
Semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran dikembangkan untuk
mencapai KI.
Kompetensi Inti terdiri atas 4 (empat) aspek, yaitu: KI-1 (sikap
spiritual), KI-2 (sikap sosial), KI-3 pengetahuan, dan KI-4 (keterampilan).
KD Sikap Spiritual dan KD Sikap Sosial pada Mata Pelajaran IPA tidak
dirumuskan, tetapi hasil pembelajaran tidak langsung ( indirect teaching)
dari pengetahuan dan keterampilan, sehingga perlu direncanakan
pengembangannya. KI-3 pengetahuan dan KI-4 keterampilan dirinci lebih
lanjut dalam KD mata pelajaran. Pengembangan KD tidak dibatasi oleh
rumusan Kompetensi Inti (KI), tetapi disesuaikan dengan karakteristik
mata pelajaran, kompetensi, lingkup materi, psikopedagogi. Namun
demikian, perumusan KD harus mengacu ke Kompetensi Inti. Kompetensi
Inti SD/MI kelas IV, V, dan VI disajikan pada Tabel 8 berikut:
Tabel 8. Peta Kompetensi Inti SD/MI
Kelas IV Kelas V Kelas VI

KI-1: Menerima, KI-1: Menerima, KI-1: Menerima, menjalankan,


menjalankan, dan menjalankan, dan dan menghargai ajaran agama
menghargai ajaran agama menghargai ajaran agama yang dianutnya
yang dianutnya yang dianutnya

KI-2: Menunjukkan perilaku KI-2: Menunjukkan perilaku KI-2: Menunjukkan perilaku


jujur, disiplin, tanggung jujur, disiplin, tanggung jujur, disiplin, tanggung jawab,
jawab, santun, peduli, dan jawab, santun, peduli, dan santun, peduli, dan percaya diri
percaya diri dalam percaya diri dalam dalam berinteraksi dengan
berinteraksi dengan berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan
keluarga, teman, guru, dan keluarga, teman, guru, dan tetangganya serta cinta tanah
tetangganya tetangganya serta cinta air
tanah air

KI 4: Menyajikan KI 4: Menyajikan KI 4 Menyajikan pengetahuan


pengetahuan faktual dalam pengetahuan faktual dalam faktual dan konseptual dalam
bahasa yang jelas, sistematis bahasa yang jelas, bahasa yang jelas, sistematis,
dan logis, dalam karya yang sistematis dan logis, dalam logis dan kritis, dalam karya
estetis, dalam gerakan yang karya yang estetis, dalam yang estetis, dalam gerakan
mencerminkan anak sehat, gerakan yang yang mencerminkan anak
dan dalam tindakan yang mencerminkan anak sehat, sehat, dan dalam tindakan yang
mencerminkan perilaku anak dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak
beriman dan berakhlak mulia mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia
beriman dan berakhlak
mulia

Kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial, dicapai melalui


pembelajaran tidak langsung (indirect teaching) yaitu keteladanan,
pembiasaan, dan budaya sekolah, dengan memperhatikan karakteristik
mata pelajaran serta kebutuhan dan kondisi peserta didik. Penumbuhan
dan pengembangan kompetensi sikap dilakukan sepanjang proses
pembelajaran berlangsung, dan dapat digunakan sebagai pertimbangan
guru dalam mengembangkan karakter peserta didik lebih lanjut. Ruang
lingkup materi IPA untuk setiap jenjang pendidikan ditunjukkan pada
Tabel 9.
Tabel 9. Ruang Lingkup Materi IPA

Ruang Ruang lingkup materi IPA pada Jenjang


Lingkup
SD/MI I-III SD/MI IV-VI
Kerja Ilmiah Mengajukan pertanyaan, Mengajukan pertanyaan,
dan memprediksi , melakukan memprediksi , melakukan
Keselamat-an pengamatan, mengumpulka percobaan, mengumpulka
Kerja n data, menarik kesimpulan, n dan mengolah data,
dan mengomunikasi-kan menarik kesimpulan, dan
hasil percobaan. mengomunikasikan hasil
percobaan.
Makhluk dan Bagian tubuh manusia dan Gejala alam, lingkungan,
Sistem perawatannya tumbuhan, hewan, dan
Kehidupan Makhluk hidup di sekitarnya manusia secara makro
(ciri, bagian, cara
pemeliharaan)
Energi dan Sumber dan Bentuk Energi Gaya dan Gerak
Perubahanny Sumber Energi
a Bunyi
Cahaya
Sumber Daya Alam
Suhu, Kalor, dan
Perpindahan Kalor
Rangkaian Listrik
Sederhana dan Sifat
Magnet
Materi dan Ciri benda Perubahan Wujud
Perubahanny Wujud benda Penggolongan Materi
a
Bumi dan Siang dan Malam Tata Surya
Alam Perubahan Cuaca dan Bumi, Bulan, dan
Semesta Musim Matahari
GLOSARIUM

Kreatif : memiliki daya cipta kemampuan untuk menciptakan


Inovatif : memperkenalkan sesuatu yang baru
Berkolaborasi : kerjasama untuk membuat sesuatu
Luwes : pantas dan menarik
Produktif : bersifat atau mampu menghasilkan
Hipotesis : sesuatu yang dianggap benar untuk alasan
pengutaraan pendapat meskipun kebenarannya masih
harus di buktikan
Substansi : unsur, zat
Fleksibel : lentur, mudah dan capat menyesuaikan
Kontekstual : berhubungan dengan konteks
Psikopedagogi : bagian psikologi yang menjadikan gejala kejiwaan
sebagai objeknya

SOAL/ EVALUASI
1. Pada kurikulum keberapa pembelajaran IPA di SD ada?
2. Jelaskan bagaimana pembelajaran IPA pada setiap kurikulum yang
ada?
3. Bagaimana cara agar peserta didik mampu memenuhi kemampuan
pembelajaran IPA di SD pada abad ke 21?
4. Apa yang di tuntut dalam kurikulum IPA di SD?
5. Jelaskan pengembangan IPA di SD?
6. Apa manfaat peserta didik setelah mempelajari IPA?
7. Apakah terdapat perubahan pada buku pegangan siswa di setiap
perubahan kurikulum?
8. Apakah siswa dapat menikmati sistem pembelajaran di kurikulum
2013?
9. Kompetensi apa yang didapat oleh peserta didik setelah
mempelajari IPA di SD?
10. Apakah ada perbedaan ruang lingkup materi IPA di SD pada
kurikulum sekarang dengan kurikulum sebelumnya?
BAB VIII
SILABUS IPA SD

Standar kompetensi : Memahami Silabus IPA SD


Kompetensi Dasar : 1. Mengidentifikasi Silabus IPA SD
Kelas Tinggi
2. Menganalisis Silabus IPA SD Kelas
Tinggi
PETA KONSEP

Kata kunci : Silabus, Kompetensi Dasar, Materi Pokok, Kegiatan


Pembelajaran, Jenis Penilaian, Alokasi Waktu, Sumber dan Bahan Ajar

A. Silabus Kelas IV SD/MI (Alokasi waktu: 3 jam


pelajaran/minggu)
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan atau
kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar
kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok pembelajaran,, kegiatan
pembelajaran, indikator, penilian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat
belajar. Silabus merupakan penjabarab standar kompetensi dasar ke
dalam materi pokok pembelajaran dan indikator pencapaian kompetensi
untuk penilaian (BSNP, 2006).
Langkah-langkah pengembangan silabus meliputi:
1. Mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
2. Megidentifikasi Materi Pokok Pembelajaran
3. Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran
4. Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi
5. Penentuan Jenis Penilaian
6. Menentukan Alokasi Waktu
7. Menetukan Sumbar Belajar
Kompetensi Sikap Spiritual dan Kompetensi Sikap Sosial, dicapai
melalui pembelajaran tidak langsung (indirect teaching) pada
pembelajaran Kompetensi Pengetahuan dan Kompetensi Keterampilan
melalui keteladanan, pembiasaan, dan budaya sekolah dengan
memperhatikan karakteristik mata pelajaran, serta kebutuhan dan kondisi
peserta didik.
Penumbuhan dan pengembangan kompetensi sikap dilakukan
sepanjang proses pembelajaran berlangsung, dan dapat digunakan
sebagai pertimbangan guru dalam mengembangkan karakter peserta didik
lebih lanjut. Pembelajaran untuk Kompetensi Pengetahuan dan
Kompetensi Keterampilan pada tabel 10 berikut ini.
Tabel.10. Silabus Kelas IV SD/MI
Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran

3.1 Menganalisis Hubungan antara  Mengamati dan


hubungan antara bentuk dan fungsi mengidentifikasi bagian hewan
bentuk dan fungsi bagian tubuh hewan dan tumbuhan di sekitar.
bagian tubuh pada dan tumbuhan  Menghubungkan hasil
hewan dan tumbuhan pengamatan dan identifikasi
4.1Menyajikan laporan dengan fungsi bagian-bagian
hasil pengamatan  Bagian tubuh hewan dan tumbuhan.
tentang bentuk dan hewan dan  Menyajikan laporan hasil
fungsi bagian tubuh tumbuhan serta pengamatan tentang bentuk
hewan dan tumbuhan fungsinya dan fungsi bagian tubuh
hewan dan tumbuhan.

 Hubungan antara
bentuk bagian
tubuh hewan dan
tumbuhan serta
fungsinya

3.2 Memahami siklus Siklus hidup  Mengamati dan


hidup beberapa jenis makhluk hidup mengidentifikasi proses siklus
makhluk hidup yang dan upaya hidup pada beberapa hewan
ada di lingkungan pelestariannya. yang mengalami metamorfosis
sekitar dan upaya di sekitar.
pelestariannya  Mendiskusikan hubungan
 Pengertian siklus proses metamorfosis hewan
hidup dengan fungsinya di alam serta
4.2 Membuat skema  Metamorfosis upaya pelestariannya.
siklus hidup beberapa sempurna  Menampilkan hasil karya
jenis mahluk hidup  Metamorfosis skema siklus hidup beberapa
yang ada di tidak sempurna hewan yang ada di lingkungan
lingkungan sekitarnya, sekitar serta slogan pelestarian
dan slogan upaya  Upaya pelestarian hewan dan tumbuhan di
pelestariannya beberapa dinding kelas atau sekolah.
makhluk hidup di
lingkungan
sekitar.

3.3 Memahami Gaya dan  Mengamati gambar/ video/


macam-macam gaya, manfaatnya kejadian nyata yang ada di
antara lain gaya otot, sekitarnya atau melakukan
gaya listrik, gaya demonstrasi tentang fenomena
magnet, gaya  Pengertian gaya gaya. Contoh: mendorong
gravitasi, dan gaya  Macam-macam kursi, mengerek bendera,
gesekan gaya mainan magnet, menjatuhkan
 Manfaat gaya bola, mainan mobil bergerak di
4.3 Mendemonstra- atas permukaan kasar dan
sikan manfaat gaya licin, dan lain-lain.
dalam kehidupan  Melakukan percobaan dan
sehari-hari, misalnya melaporkannya tentang
gaya otot, gaya listrik, fenomena gaya otot, gaya
gaya magnet, gaya pegas, gaya listrik, gaya
gravitasi, dan gaya magnet, gaya gravitasi dan
gesekan gaya gesekan.
 Menyimpulkan bahwa gaya
terjadi antara dua benda.
 Menggolongkan macam-
macam gaya ke dalam gaya
sentuh dan gaya tak sentuh.
 Mendemonstrasikan manfaat
gaya otot, gaya pegas, gaya
listrik, gaya magnet, gaya
gravitasi, dan gaya gesekan
dalam kehidupan sehari-hari.

3. 4 Memahami Gaya dan Gerak  Mengamati gerak benda akibat


hubungan antara dorongan/tarikan, dilempar,
gaya dan gerak pengaruh magnet, dan lainnya,
 Pengertian gerak seperti yang sudah dilakukan
4.4Menyajikan hasil  Pengaruh gaya pada materi sebelumnya.
percobaan tentang terhadap gerak  Melakukan percobaan dan
hubungan antara benda. melaporkannya untuk
gaya dan gerak menunjukkan perubahan gerak
akibat gaya.

3.5 Memahami Sumber Energi  Mengamati dan membedakan


berbagai sumber dan Perubahan berbagai sumber energi yang
energi, perubahan berasal dari minyak bumi dan
bentuk energi, dan Bentuk Energi bukan minyak bumi (sumber
sumber energi energi alternatif).
alternatif (angin,  Melakukan percobaan tentang
air, matahari,  Macam-macam berbagai perubahan bentuk
panas bumi, bahan sumber energi. energi.
bakar organik, dan  Berbagai  Mendiskusikan pentingnya
nuklir) dalam perubahan bentuk energi dan sumber energi
kehidupan sehari- energi. dalam kehidupan manusia
hari  Macam-macam serta berbagai sumber energi
sumber energi alternatif yang ada dan banyak
4.5 Menyajikan alternatif. digunakan di lingkungan
laporan hasil  Pemanfaatan setempat.
pengamatan dan sumber energi  Melaporkan hasil pengamatan
penelusuran dalam kehidupan dan penelusuran informasi
informasi tentang sehari-hari. tentang perubahan bentuk
berbagai energi.
perubahan bentuk
energi

3.6 Menerapkan Bunyi dan Pendengaran  Melakukan percobaan untuk


sifat-sifat bunyi dan menghasilkan bunyi yang
keterkaitannya berasal dari sumber yang
dengan indera  Syarat terjadinya berbeda (benda/alat musik)
pendengaran bunyi. yang tersedia di lingkungan
 Sifat-sifat bunyi. sekitar.
4.6 Menyajikan  Telinga sebagai  Mengamati gambar bagian-
laporan hasil indera pendengar bagian telinga yang berperan
pengamatan dan cara dalam mendengar.
dan/atau merawatnya.  Menyimpulkan syarat-syarat
percobaan tentang terjadinya bunyi.
sifat-sifat bunyi.  Melakukan percobaan
perambatan bunyi dalam
medium berbeda (benda
padat, cair, dan gas),
pemantulan dan penyerapan
bunyi, tinggi-rendah bunyi, dan
keras-lemah bunyi.
 Menyimpulkan sifat-sifat bunyi.
 Mendiskusikan bagaimana
menjaga kesehatan indera
pendengaran manusia.
 Melaporkan secara lisan dan
tulisan hasil pengamatan dan/
atau percobaan tentang sifat-
sifat bunyi.

3.7 Menerapkan Cahaya dan Penglihatan  Mengamati fenomena alam


sifat-sifat cahaya yang ada di sekitar, misalnya:
dan keterkaitannya pelangi, benda di dalam air
dengan indera terlihat lebih dangkal dari
penglihatan  Sifat-sifat cahaya. posisinya, gambar dengan
 Mata sebagai menggunakan suryakanta atau
4.7 Menyajikan indera lainnya.
laporan hasil penglihatan serta  Melakukan percobaan cahaya
pengamatan cara merawatnya. merambat lurus, pemantulan
dan/atau  Pemanfaatan cahaya, pembiasan cahaya,
percobaan yang sifat-sifat cahaya. penguraian cahaya.
memanfaatkan  Menyimpulkan sifat-sifat
sifat-sifat cahaya cahaya.
 Mengamati bagian-bagian
mata dan hubungannya
dengan penglihatan.
 Mendiskusikan bagaimana
menjaga kesehatan indera
penglihatan manusia.
 Melakukan percobaan yang
memanfaatkan sifat-sifat
cahaya, misalnya: membuat
kamera lubang jarum,
periskop, cakram warna, dan
sebagainya.
 Melaporkan secara lisan dan
tulisan hasil pengamatan
dan/atau percobaan yang
memanfaatkan sifat-sifat
cahaya.

3.8 Memahami Keseimbangan  Mengamati sumber daya alam


pentingnya upaya dan Pelestarian dan pemanfaatannya di
keseimbangan dan Sumber Daya lingkungan sekitar.
pelestarian sumber Alam  Menyimpulkan pentingnya
daya alam di menjaga keseimbangan dan
lingkungannya pelestarian sumber daya alam
4.8 Melakukan  Pengertian di lingkungannya.
kegiatan upaya sumber daya  Melaporkan/memaparkan
pelestarian sumber alam. secara lisan dan tulisan
daya alam bersama  Macam-macam kegiatan upaya pelestarian
orang-orang di sumber daya SDA yang sudah dilakukan
lingkungannya alam. bersama orang-orang di
lingkungan sekitarnya.
 Upaya
keseimbangan
dan pelestarian
sumber daya
alam di
lingkungannya.
B. Silabus Kelas V SD/MI (Alokasi Waktu : 3 jam
pelajaran/minggu)
Kompetensi Sikap Spiritual dan Kompetensi Sikap Sosial, dicapai
melalui pembelajaran tidak langsung (indirect teaching) pada
pembelajaran Kompetensi Pengetahuan dan Kompetensi Keterampilan
melalui keteladanan, pembiasaan, dan budaya sekolah dengan
memperhatikan karakteristik mata pelajaran, serta kebutuhan dan kondisi
peserta didik. Penumbuhan dan pengembangan kompetensi sikap
dilakukan sepanjang proses pembelajaran berlangsung, dan dapat
digunakan sebagai pertimbangan guru dalam mengembangkan karakter
peserta didik lebih lanjut. Pembelajaran untuk Kompetensi Pengetahuan
dan Kompetensi Keterampilan pada tabel 11 berikut ini.
Tabel.11. Silabus Kelas V SD/MI
Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran
3.1 Memahami alat Alat Gerak Manusia dan  Mengamati rangka pada tubuh
gerak dan fungsinya Hewan diri sendiri dan gambar/model/
pada hewan dan rangka asli beberapa jenis
manusia serta cara hewan.
memelihara  Rangka manusia.
kesehatan alat gerak  Rangka hewan.  Mendiskusikan fungsi rangka
manusia  Fungsi rangka. pada manusia dan hewan.
 Cara merawat
4.1 Membuat model rangka.  Mencari informasi dari berbagai
sederhana alat sumber tentang jenis penyakit
gerak manusia atau yang berhubungan dengan
hewan gangguan pada rangka.

 Mendiskusikan pentingnya
menjaga kesehatan rangka.
 Menampilkan hasil proyek
model sederhana alat gerak
manusia atau hewan di kelas.

3.2 Memahami Organ Pernapasan dan


organ pernapasan fungsinya  Mengamati gambar/poster/
dan fungsinya pada video tentang fenomena yang
hewan dan manusia, berhubungan dengan organ
serta cara  Organ pernapasan pada manusia.
memelihara pernapasan pada Misalnya: gambar paru-paru
kesehatan organ manusia yang rusak akibat merokok.
pernapasan manusia  Organ  Mencari informasi organ
4.2 Membuat model pernapasan pada pernapasan manusia dan
sederhana organ hewan fungsinya dari berbagai
pernapasan manusia sumber.
 Cara memelihara  Melakukan percobaan tentang
Organ pernapasan di depan
pernapasan pada kaca/cermin bahwa pernapasan
manusia menghasilkan uap air,
memegang perut pada bagian
tulang rusuk dan
memperagakan bernapas
sambil merasakan adanya
tarikan dari tulang rusuk.
 Mendiskusikan organ
pernapasan manusia dan
fungsinya serta beberapa
kelompok hewan yang memiliki
organ pernapasan yang unik
atau berbeda dengan manusia.

 Mendiskusikan penyebab
gangguan kesehatan pada alat
pernapasan.

 Mendemonstrasikan model
sederhana organ pernapasan
manusia dan fungsinya.

3.3 Memahami Organ Pencernaan Pada  Mengamati langsung/gambar/


organ pencernaan manusia dan hewan menonton video bagaimana
dan fungsinya pada hewan makan dengan cara
hewan dan manusia unik, contoh: sapi memamah
serta cara  Organ biak.
memelihara pencernaan pada  Mendiskusikan organ
kesehatan organ manusia pencernaan pada manusia dan
pencernaan manusia  Organ hewan dan fungsinya.
4.3 Menyajikan pencernaan pada  Melakukan percobaan yang
karya (misalnya hewan berkaitan dengan organ
poster, model, atau  Cara menjaga pencernaan manusia dan
bermain peran) kesehatan organ fungsinya.
tentang konsep pencernaan
organ dan fungsi  Mencari informasi tentang jenis
pencernaan pada penyakit yang berhubungan
hewan atau manusia pada organ pencernaan dan
cara menjaga kesehatannya.
 Mendiskusikan keunikan organ
pencernaan pada beberapa
hewan dan fungsinya.
 Menampilkan karya tentang
konsep organ dan fungsi
pencernaan, misalnya dalam
bentuk poster, model, atau
bermain peran.

3.4 Memahami Organ Peredaran Darah  Mengamati atau


organ peredaran pada Manusia dan mendiskusikan fenomena/
darah dan fungsinya Hewan istilah di sekitar yang
pada hewan dan berhubungan dengan organ
manusia serta cara  Organ peredaran peredaran darah. Contoh:
memelihara darah pada istilah berdarah biru yang
kesehatan organ manusia biasanya menjadi sebutan
peredaran darah  Organ peredaran para bangsawan.
manusia darah pada
hewan
4.4 Menyajikan  Cara menjaga  Mencari informasi tentang
karya tentang organ kesehatan organ organ peredaran darah pada
peredaran darah peredaran darah manusia dan fungsinya dari
pada manusia berbagai sumber.

 Menyimpulkan bahwa organ


peredaran darah dan
fungsinya pada manusia dan
hewan.

 Mendiskusikan tentang jenis


penyakit pada organ
peredaran darah dan cara
menjaga kesehatannya.

 Menampilkan karya dalam


bentuk produk/ poster/
gambar/ bermain peran
tentang peredaran darah
manusia.

3.5 Menganalisis Ekosistem dan Jaring-  Mengamati secara langsung/


hubungan antar jaring Makanan gambar hewan dan tumbuhan
komponen yang ada dalam suatu
ekosistem dan ekosistem, contoh: kebun,
jaring-jaring  Tingkat rawa, sungai, atau hutan.
makanan di organisasi
lingkungan sekitar
4.5 Membuat karya kehidupan  Mencari informasi tentang
tentang konsep  Pengelompokan tingkat organisasi kehidupan
jaring-jaring hewan mulai dari individu sampai
makanan dalam berdasarkan biosfer.
suatu ekosistem jenis
makanannya.  Mengelompokkan jenis hewan
 Rantai makanan berdasarkan jenis makanannya
 Jaring makanan dan mendeskripsikan rantai
makanan pada ekosistem di
lingkungan sekitar.

 Membuat skema jaring


makanan dari sejumlah rantai
makanan hasil pengamatan di
lingkungan sekitar.

 Mendiskusikan dampak yang


akan terjadi apabila jaring
makanan terganggu atau
tidak seimbang.
 Menampilkan karya dalam
bentuk bermain peran/
poster/ lagu tentang konsep
jaring makanan dalam suatu
ekosistem.

3.6 Menerapkan Kalor dan  Mendemonstrasikan kegiatan


konsep perpindahan Perpindahannya untuk membedakan suhu dan
kalor dalam kalor.
kehidupan sehari-  Mendiskusikan perubahan suhu
hari  Suhu dan kalor benda dengan konsep kalor
4.6 Melaporkan hasil  Perpindahan dilepaskan dan kalor diterima
pengamatan tentang kalor oleh benda.
perpindahan kalor  Melakukan percobaan
perpindahan kalor secara
konduksi, konveksi, dan radiasi.
 Mendiskusikan hasil percobaan
perpindahan kalor.
 Melakukan percobaan untuk
membandingkan daya hantaran
kalor dari beberapa benda
(seperti yang terbuat dari
plastik, kayu, besi, dan
aluminium) dan menyimpulkan
bahwa struktur benda
mempengaruhi sifat hantaran
kalor.

 Mendiskusikan pentingnya
perpindahan kalor dan
kaitannya dengan keamanan
dan keselamatan kerja dalam
kehidupan sehari-hari.
 Melaporkan secara lisan dan
tulisan hasil pengamatan
tentang perpindahan kalor.

3.7 Memahami Pengaruh kalor  Mengamati fenomena atau


pengaruh kalor terhadap suhu dan melakukan demonstrasi yang
terhadap wujud benda menunjukkan pengaruh kalor
perubahan suhu dan terhadap perubahan suhu dan
wujud benda dalam wujud benda.
kehidupan sehari-  Pengaruh kalor
hari terhadap suhu  Melakukan percobaan untuk
4.7 Melaporkan hasil  Pengaruh kalor mengidentifikasi faktor-faktor
percobaan pengaruh terhadap wujud yang memengaruhi perubahan
kalor pada benda benda suhu dan wujud benda akibat
(tetap) kalor.
 Mendiskusikan penyelesaian
masalah sehari-hari dengan
menggunakan kalor, contoh
mendinginkan air panas
dengan memberikan air dingin
atau es.
 Melaporkan hasil percobaan
pengaruh kalor terhadap
perubahan suhu dan wujud
benda.

3.8 Memahami Siklus air dan  Mengamati siklus air melalui


siklus air dan dampaknya gambar atau video.
dampaknya pada
peristiwa di bumi  Melakukan percobaan
serta kelangsungan  Siklus air tahap-tahap dalam siklus
makhluk hidup  Dampak siklus air seperti evaporasi,
air pada kondensasi, dan
4.8 Membuat karya peristiwa di bumi presipitasi.
tentang skema serta
siklus air kelangsungan  Mendiskusikan siklus air
berdasarkan makhluk hidup dan dampaknya bagi
informasi dari peristiwa di bumi serta
berbagai sumber kelangsungan makhluk
hidup.

 Mempresentasikan karya
tentang skema siklus air di
hadapan kelas.

3.9 Memahami Penggolongan Materi  Mengamati benda/gambar/


penggolongan video berupa zat tunggal dan
materi dalam campuran.
kehidupan  Sifat-sifat zat  Melakukan percobaan serta
sehari-hari tunggal membandingkan zat tunggal
berdasarkan  Sifat-sifat dan campuran yang
komponen campuran tercampur sempurna atau
penyusunnya  Penggolongan tidak tercampur sempurna,
(zat tunggal dan materi misalnya membuat minuman
campuran) berdasarkan teh dan jamu kunyit asam.
komponen  Mendiskusikan perbedaan
4.9 Melakukan penyusunnya. campuran dan zat tunggal
pengamatan sifat- berdasarkan hasil
sifat campuran dan pengamatan.
komponen  Melakukan pengamatan dan
penyusunnya dalam mengelompokkan materi ke
kehidupan sehari- dalam campuran atau zat
hari tunggal di lingkungan sekitar.

D. Silabus Kelas VI SD/MI (Alokasi Waktu : 3 jam


pelajaran/minggu)
Kompetensi Sikap Spiritual dan Kompetensi Sikap Sosial, dicapai
melalui pembelajaran tidak langsung (indirect teaching) pada
pembelajaran Kompetensi Pengetahuan dan Kompetensi Keterampilan
melalui keteladanan, pembiasaan, dan budaya sekolah dengan
memperhatikan karakteristik mata pelajaran, serta kebutuhan dan kondisi
peserta didik. Penumbuhan dan pengembangan kompetensi sikap
dilakukan sepanjang proses pembelajaran berlangsung, dan dapat
digunakan sebagai pertimbangan guru dalam mengembangkan karakter
peserta didik lebih lanjut. Pembelajaran untuk Kompetensi Pengetahuan
dan Kompetensi Keterampilan pada tabel 12 berikut ini.
Tabel 12. Silabus Kelas VI SD/MI
Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran
3.1 Memahami cara Perkembangbiakan  Mengamati perkembangan
perkembang- Hewan dan Tumbuhan dan pertumbuhan hewan
biakan secara langsung/ gambar/
tumbuhan dan video serta beberapa jenis
hewan  Perkembangbiak buah lokal yang ada
an hewan disekitarnya.
4.1 Menyajikan  Perkembangbiak  Mencari informasi tentang
karya an tumbuhan tentang cara
perkembangbia perkembangbiakan hewan
kan tumbuhan (ovIPAr, vivIPAr, ovovivIPAr)
dan tumbuhan (seksual dan
aseksual) lalu
mengelompokkan hewan dan
tumbuhan berdasarkan cara
perkembangbiakannya yang
ada di sekitar sekolah/rumah.
 Melakukan percobaan
menanam biji kacang hijau/
kacang tanah/padi/jagung
dan mengamati pola
pertumbuhannya atau
pembiakkan tanaman
menggunakan cara aseksual
(stek, cangkok, dan
sebagainya).
 Menampilkan laporan hasil
penanaman biji kacang hijau/
kacang tanah/padi/jagung
atau pembiakan tanaman
menggunakan cara selain biji.

3. 2 Memahami ciri Ciri-ciri pubertas serta  Mengamati perubahan yang


pubertas pada laki- kesehatan reproduksi dialami diri sendiri atau
laki dan perempuan teman lainnya, misalnya
dan hubungannya suara berubah pada laki-laki,
dengan kesehatan  Pengertian ada yang sudah mulai
reproduksi pubertas menstruasi pada perempuan
 Ciri pubertas serta perbedaan antara tubuh
pada orang dewasa (Bapak/Ibu)
4.2 Menyajikan karya perempuan dengan tubuh anak.
tentang ciri-ciri
pubertas dan cara
menyikapinya

 Ciri pubertas  Mengidentifikasi perbedaan


pada laki-laki antara orang dewasa dan
 Hubungan anak dari gambar yang
pubertas tersedia baik dari tubuh laki-
dengan laki dan perempuan.
kesehatan  Menghubungkan antara ciri-
reproduksi ciri pubertas yang ada
dengan cara menjaga
kesehatan reproduksi.
 Mendiskusikan perilaku yang
harus dijaga untuk masa
depan yang baik
3.3 Memahami cara Penyesuaian Diri  Mengamati berbagai bentuk
makhluk hidup Makhluk Hidup dengan atau ciri-ciri khusus makhluk
menyesuaikan diri lingkungannya hidup, Carilah hewan khas
dengan lingkungan yang ada di
4.3 Menyajikan karya lingkungan/daerah setempat.
tentang cara makhluk  Penyesuaian diri
hidup menyesuaikan pada makhluk  Menghubungkan ciri khas
diri dengan hidup yang ada pada makhluk
lingkungannya,  Adaptasi hidup dengan
sebagai hasil morfologi kemampuannya untuk
penelusuran berbagai  Adaptasi fisiologi beradaptasi dengan keadaan
sumber  Adaptasi tingkah lingkungannya.
laku  Mendiskusikan penerapan
teknologi yang
memanfaatkan contoh
adaptasi pada hewan atau
tumbuhan
 Menyajikan hasil karya
berbagai cara makhluk hidup
menyesuaikan diri dengan
lingkungan melalui
penelusuran berbagai
seumber. Hasil karya dapat
berupa poster atau bermain
3.4 Menganalisis Rangkaian Listrik  Mengamati benda sederhana
komponen-komponen di sekitar yang menggunakan
listrik dan fungsinya dan tanpa batterai atau yang
dalam rangkaian  Komponen listrik menggunakan listrik, contoh:
listrik sederhana dan fungsinya senter/ kalkulator/ mobil
4.4 Membuat  Rangkaian listrik mainan.
rangkaian listrik sederhana  Mengamati komponen-
sederhana secara seri  Rangkaian listrik komponen listrik yang ada
dan paralel seri dan paralel dalam rangkaian listrik.
 Menggambar, memberi
nama, dan menyebutkan
fungsi masing-masing
komponen pada rangkaian
listrik.
 Membuat rangkaian listrik
yang disusun secara paralel
dan seri.

 Menyimpulkan ciri-ciri atau


sifat rangkaian parallel dan
seri.
 Mendemonstrasikan cara
kerja rangkaian listrik seri
dan parallel yang telah
dibuat.

3.5 Menerapkan sifat- Magnet  Mengamati berbagai macam


sifat magnet dalam peralatan yang menggunakan
kehidupan sehari-hari  Sifat magnet magnet dalam komponen
4.5 Membuat laporan  Penerapan sifat- penyusunnya,
hasil percobaan sifat magnet  Melakukan
tentang sifat-sifat dalam pengamatan/percobaan
magnet dan kehidupan untuk membuktikan bahwa
penerapannya dalam sehari-hari magnet dapat menarik
kehidupan sehari-hari benda-benda tertentu.
 Melakukan percobaan untuk
membuktikan kuat medan
magnet.
 Melakukan percobaan
memuat magnet secara
sederhana.
 Mendiskusikan sifat-sifat
magnet yang diperoleh
berdasarkan hasil
pengamatan atau percobaan.
 Mendiskusikan pemanfaatan
magnet dalam kehidupan
sehari-hari.
 Menyajikan hasil
3.6 Memahami cara Produksi, Penyaluran,  Mengamati secara langsung
menghasilkan, dan Penghematan atau melalui video/ gambar/
menyalurkan, dan Energi Listrik miniatur tentang distribusi/
menghemat energi penyaluran listrik mulai dari
listrik pembangkit listrik sampai ke
4.6 Menyajikan karya  Produksi energi pengguna.
tentang berbagai cara listrik  Mendiskusikan cara
melakukan  Penyaluran menghasilkan dan
penghematan energi energi listrik menyalurkan listrik melalui
dan usulan sumber  Penghematan gambar atau video.
alternatif energi listrik energi listrik  Menyimpulkan bagaimana
cara menghasilkan,
menyalurkan, dan
menghemat listrik.

 Memecahkan masalah energi


listrik dengan mengusulkan
alternatif sumber energi
listrik yang bisa dilakukan di
daerah setempat.

 Membuat diagram
penyaluran listrik mulai dari
pembangkit sampai ke
pengguna dengan
komponen-komponennya

 Mempresentasikan cara-cara
menghemat energi listrik dan
usulan energi alternatif untuk
memecahkan masalah energi
listrik.

3.7 Memahami sistem Tata Surya  Mengamati benda-benda


tata surya dan langit secara langsung
karakteristik anggota menggunakan alat-alat yang
tata surya  Sistem tata sesuai atau melalui video
4.7 Membuat surya. tentang tata surya.
model sistem  Anggota tata  Mengidentifikasi anggota
tata surya surya dan Tata Surya dan
karakteristiknya karakteristiknya.

 Membuat dan menyajikan


model tata surya berdasarkan
informasi dari berbagai
sumber.

3.8 Memahami Gerak Rotasi dan  Mengamati gambar /


peristiwa rotasi dan Revolusi Bumi video/teks bacaan tentang
revolusi bumi serta siang malam dan beragam
terjadinya gerhana musim di dunia, gerhana
bulan dan gerhana  Rotasi Bumi matahari dan gerhana bulan
matahari  Revolusi Bumi serta garis bujur, garis
4.8 Membuat  Gerhana Bulan lintang, dan kemiringan pada
model gerhana bulan  Gerhana bola dunia.
dan gerhana matahari Matahari
 Melakukan simulasi rotasi dan
revolusi bumi dengan cara
bermain peran atau
menggunakan alat peraga.
 Mendiskusikan dampak dari
rotasi revolusi bumi dan
kemiringan bumi terhadap
garis edar terhadap
perubahan yang terjadi di
bumi.

 Menyimpulkan apa yang


terjadi pada saat gerhana
bulan dan gerhana matahari.
 Menampilkan model gerhana
bulan dan gerhana matahari
di hadapan guru dan peserta
didik lainnya.

GLOSARIUM

1. Indikator : sesuatu yang dapat memberikan (menjadi)


petunjuk atau keterangan .
2. Materi : bahan; segala sesuatu yang tampak, sesuatu
yang menjadi bahan (untuk diujikan,dipikirkan,dibicarakan).
3. Alokasi : penentuan banyaknya ; penjatahan.
4. Inderect Teaching : Pembelajaran tidak langsung.
5. Siklus : putaran waktku yang di dalamnya terdapat
rangkaian kejadian yang berulang ulang secara tetap dan teratur.
6. Skema : bagan;rangka;kerangka;garis besar;denah.
7. Altenatif : pilihan diantara dua atau beberapa
kemungkinan.
8. Kalor : tenaga panas yang dapat diterima dan
diteruskan oleh suatu benda ke benda lain secara hantaran.
9. Pubertas : masa akil balig; masa remaja
10.Komponen : bagian dari keseluruhan; unsur
11.Reproduksi : pengembangbiakan; tiruan; hasil uang
12.Adaptasi : penyesuaian terhadap lingkungan , pekerjaan
dan pelajaran.
13.Seri : cahaya, semarak, kemuliaan, keindahaan
14.Paralel : sejajar, cak mirip

SOAL/ EVALUASI
1. Seberapa pentingkah peran silabus dalam sebuah pembelajaran?
2. Seberapa efektifkah silabus dalam membantu guru dalam mengajar?
3. Mengapa seorang guru harus mengembangkan silabus?
4. Dalam pengembangan silabus, apakah langkah penting yang harus
dilakukan?
5. Bagaimana silabus pembeklajaran ideal menurut K13?
6. Pada K13 dalam aspek penilaiaan presentasi penilaiaan sikap dan
perilaku adalah 60%, apakah ini berarti bahwa aspek pengetahuan
tidaklah menjadi sasaran utama dalam pembelajara?
7. Dalam menyusun silabus, perumusan Standar Kompetensi didasarkan
pada?
8. Apakah alokasi 3 jam pelajaran setiap minggunya yang terdapat pada
silabus sudah efektif untuk anak kelas sd tingkat tinggi?
9. Apakah dalam penyusunan silabus, taksonomi digunakan? Berikan
alasan dan contoh!
10. Apakah sebuah pembelajaran dapat berjalan tanpa menggunakan
silabus atau RPP?

BAB IX
BAHAN AJAR IPA SD
Standar kompetensi : Memahami Bahan Ajar IPA SD
Kompetensi Dasar : 1. Menjelaskan pengertian, jenis
bahan ajar
2. Mengembangkan Bahan Ajar IPA SD

PETA KONSEP
Pengerti
an

Penyus
unan Jenis

Bahan
Kelebihan
dan Ajar Pengemb
Kekurang angan
an

Karakteris
Fungsi
tik

Kata kunci : Adaptif, alternatif, evaluasi, kompilasi, substansi.

A. Pengertian Bahan Ajar


Bahan ajar merupakan salah satu bagian penting dalam proses
pembelajaran. Sebagaimana Mulyasa (2006: 96) mengemukakan bahwa
bahan ajar merupakan salah satu bagian dari sumber ajar yang dapat
diartikan sesuatu yang mengandung pesan pembelajaran, baik yang
bersifat khusus maupun yang bersifat umum yang dapat dimanfaatkan
untuk kepentingan pembelajaran.
Dick, Carey, dan Carey (2009: 230) menambahkan bahwa
instructional material contain the conten either written, mediated, or
facilitated by an instructor that a student as use to achieve the objective
also include information thet the learners will use to guide the progress.
Berdasarkan ungkapan Dick, Carey, dan Carey dapat diketahui bahwa
bahan ajar berisi konten yang perlu dipelajari oleh siswa baik berbentuk
cetak atau yang difasilitasi oleh pengajar untuk mencapai tujuan tertentu.
Widodo dan Jasmadi dalam Ika Lestari (2013: 1) menyatakan
bahwa bahan ajar adalah seperangkat sarana atau alat pembelajaran
yang berisikan materi pembelajaran, metode, batasan-batasan, dan cara
mengevaluasi yang didesain secara sistematis dan menarik dalam rangka
mencapai tujuan yang diharapkan, yaitu mencapai kompetensi dan
subkompetensi dengan segala kompleksitasnya.
Pengertian ini menggambarkan bahwa bahan ajar hendaknya
dirancang dan ditulis sesuai dengan kaidah pembelajaran, yakni
disesuaikan materi pembelajaran, disusun berdasarkan atas kebutuhan
pembelajaran, terdapat bahan evaluasi, serta bahan ajar tersebut menarik
untuk dipelajari oleh siswa.
Iskandarwassid dan Dadang Sunendar (2011: 171)
mengungkapkan bahwa bahan ajar merupakan seperangkat informasi
yang harus diserap peserta didik melalui pembelajaran yang
menyenangkan. Hal ini menunjukkan bahwa dalam penyusunan bahan
ajar diharapkan siswa benar-benar merasakan manfaat bahan ajar atau
materi itu setelah ia mempelajarinya. Yana Wardhana (2010: 29)
menambahkan bahwa bahan ajar merupakan suatu media untuk
mencapai keinginan atau tujuan yang akan dicapai oleh peserta didik.
Sedangkan menurut Opara dan Oguzor (2011: 66) mengungkapkan
bahwa instructional materials are the audio visual materials
(software/hardware) which can be used as alternative channels of
communication in the teaching-learning process. Bahan ajar merupakan
sumber belajar berupa visual maupun audiovisual yang dapat digunakan
sebagai saluran alternatif pada komunikasi di dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan kajian di atas, istilah bahan ajar adalah suatu bahan/
materi pelajaran yang disusun secara sistematis yang digunakan guru dan
siswa dalam pembelajaran untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

B. Jenis-Jenis Bahan Ajar


Jenis bahan ajar dibedakan atas beberapa kriteria pengelompokan.
Menurut Koesnandar (2008), jenis bahan ajar berdasarkan subjeknya
terdiri dari dua jenis antara lain: (a) bahan ajar yang sengaja dirancang
untuk belajar, seperti buku, handouts, LKS dan modul; (b) bahan ajar
yang tidak dirancang namun dapat dimanfaatkan untuk belajar, misalnya
kliping, koran, film, iklan atau berita. Koesnandar juga menyatakan bahwa
jika ditinjau dari fungsinya, maka bahan ajar yang dirancang terdiri atas
tiga kelompok yaitu bahan presentasi, bahan referensi, dan bahan belajar
mandiri.
Berdasarkan teknologi yang digunakan, Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Atas (2008: 11) mengelompokkan bahan ajar menjadi empat
kategori, yaitu bahan ajar cetak (printed) antara lain handout, buku,
modul, lembar kegiatan siswa, brosur, leaflet, wallchart, foto/gambar, dan
model/maket. Bahan ajar dengar (audio) antara lain kaset, radio, piringan
hitam, dan compact disk audio. Bahan ajar pandang dengar ( audio visual)
seperti video compact disk, dan film. Bahan ajar multimedia interaktif
(interactive teaching material) seperti CAI (Computer Assisted
Instruction), compact disk (CD) multimedia pembelajaran interaktif dan
bahan ajar berbasis web (web based learning material).

C. Pengembangan Bahan Ajar


Pengembangan suatu bahan ajar harus didasarkan pada analisis
kebutuhan siswa. Terdapat sejumlah alasan mengapa perlu dilakukan
pengembangan bahan ajar, seperti yang disebutkan oleh Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Atas (2008: 8-9) sebagai berikut.
1. Ketersediaan bahan sesuai tuntutan kurikulum, artinya bahan
belajar yang dikembangkan harus sesuai dengan kurikulum
2. Karakteristik sasaran, artinya bahan ajar yang dikembangkan dapat
disesuaikan dengan karakteristik siswa sebagai sasaran,
karakteristik tersebut meliputi lingkungan sosial, budaya, geografis
maupun tahapan perkembangan siswa
3. Pengembangan bahan ajar harus dapat menjawab atau
memecahkan masalah atau kesulitan dalam belajar.
Dengan demikian, pengembangan bahan ajar di sekolah perlu
memperhatikan karakteristik siswa dan kebutuhan siswa sesuai kurikulum,
yaitu menuntut adanya partisipasi dan aktivasi siswa lebih banyak dalam
pembelajaran. Pengembangan lembar kegiatan siswa menjadi salah satu
alternatif bahan ajar yang akan bermanfaat bagi siswa menguasai
kompetensi tertentu, karena lembar kegiatan siswa dapat membantu
siswa menambah informasi tentang materi yang dipelajari melalui
kegiatan belajar secara sistematis. Demikianlah pembahasan mengenai
pengertian bahan ajar, jenis bahan ajar dan pengembangan bahan ajar,
semoga bermanfaat.

D. Karakteristik Bahan Ajar


Bahan ajar memiliki beberapa karakteristik, Widodo dan Jasmani dalam
Ika Lestari (2013: 2) mengungkapkan bahwa karakteristik bahan ajar
yaitu;
1. self instructional yaitu bahan ajar dapat membuat siswa mampu
membelajarkan diri sendiri dengan bahan ajar yang dikembangkan.
Oleh karena itu, di dalam bahan ajar harus terdapat tujuan yang
dirumuskan dengan jelas dan memberikan materi pembelajaran
yang dikemas ke dalam unit-unit atau kegiatan yang lebih spesifik.
2. self contained yaitu seluruh materi pelajaran dari satu unit
kompetensi atau subkompetensi yang dipelajari terdapat di dalam
satu bahan ajar secara utuh.
3. Stand Alone (berdiri sendiri) yaitu bahan ajar yang dikembangkan
tidak tergantung pada bahan ajar lain atau tidak harus digunakan
bersama-sama dengan bahan ajar lain.
4. Adaptive yaitu bahan ajar hendaknya memiliki daya adaptif yang
tinggi terhadap perkembangan ilmu dan teknologi.
5. User Friendly yaitu setiap instruksi dan paparan informasi yang
tampil bersifat membantu dan bersahabat dengan pemakainya,
termasuk kemudahan pemakai dalam merespon dan mengakses
sesuai dengan keinginan.
Sejalan dengan Widodo dan Jasmani, M. Atwi Suparman (2012: 284)
menyatakan bahwa bahan ajar memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
1. Self instructional, yang berarti bahan ajar dapat dipelajari sendiri
oleh siswa karena disusun untuk maksud tersebut.
2. Self explanatory power, yaitu bahan ajar mampu menjelaskan
sendiri karena menggunakan bahasa yang sederhana, isinya runtut,
dan tersusun secara sitematik.
3. Self paced learning, yaitu siswa dapat mempelajari bahan ajar
dengan kecepatan yang sesuai dengan dirinya tanpa perlu
menunggu siswa lain yang lebih lambat atau merasa ketinggalan
dari siswa yang lebih cepat.
4. Self contained, yaitu bahan ajar itu lengkap dengan sendirinya
sehingga siswa  tidak perlu tergantung dengan bahan ajar lainnya,
kecuali bila bermaksud untuk memperkaya dan memperdalam
pengetahuannya.
5. Individualized learning materials, yaitu bahan ajar didesain sesuai
dengan kemampuan dan karakteristik siswa yang sedang
mempelajarinya.
6. Flexible and mobile learning materials , yaitu bahan ajar yang dapat
dipelajari siswa kapan saja, di mana saja, dalam keadaan diam atau
bergerak.
7. Communicative and interactive learning materials , yaitu bahan ajar
didesain sesuai dengan prinsip komunikatif yang efektif dan
melibatkan proses interaksi dengan siswa yang sedang
mempelajarinya.
8. Multimedia, computer based materials , yaitu bahan ajar yang
didesain berbasiskan multimedia termasuk pendayagunaan
computer secara optimal bila siswa mempunyai akses terhadapnya.
9. Supported by tutorials, and study group, yaitu bahan ajar masih
mungkin membutuhkan dukungan tutorial dan kelompok belajar.
Kehadiran bahan ajar selain membantu siswa dalam pembelajaran juga
sangat membantu guru. Dengan adanya bahan ajar guru lebih leluasa
mengembangkan materi pelajaran. Berdasarkan kedua pendapat di atas
mengenai karakteristik bahan ajar, peneliti mensintesiskan bahwa bahan
ajar haruslah berisi materi yang memadai, bervariasi, mendalam, mudah
dibaca, serta sesuai minat dan kebutuhan siswa. Selain itu, bahan ajar
haruslah berisi materi yang disusun secara sistematis dan bertahap. Materi
disajikan dengan metode dan sarana yang mampu menstimulasi siswa
untuk tertarik membaca. Terakhir, bahan ajar haruslah berisi alat evaluasi
yang memungkinkan siswa mampu mengetahui kompetensi yang telah
dicapainya.
Secara umum bahan ajar dapat dibedakan ke dalam bahan ajar cetak
dan noncetak. Bahan ajar cetak dapat berupa, handout, buku, modul,
brosur, dan lembar kerja siswa. Sedangkan bahan ajar noncetak meliputi,
bahan ajar audio seperti, kaset, radio, piringan hitam, dan compact disc
audio. Bahan ajar audio visual seperti, CAI (Computer Assisted
Instruction), dan bahan ajar berbasis web (web based learning materials)
(Ika Lestari, 2013: 5). Lebih lanjut Mulyasa (2006: 96) menambahkan
bahwa bentuk bahan ajar atau materi pembelajaran antara lain adalah
bahan cetak (hand out, buku, modul, LKS, brosur, dan leaflet), audio
(radio, kaset, cd audio), visual (foto atau gambar), audio visual (seperti;
video/ film atau VCD) dan multi media (seperti; CD interaktif, computer
based, dan internet).
Bahan ajar yang dimaksud dalam kajian ini lebih ke bahan ajar
cetak berupa buku teks. Hal ini dikarenakan, buku teks sangat erat
kaitannya dengan kurikulum, silabus, standard kompetensi, dan
kompetensi dasar. Rudi Susilana (2007: 14) mengungkapkan bahwa buku
teks adalah buku tentang suatu bidang studi atau ilmu tertentu yang
disusun untuk memudahkan para guru dan siswa dalam upaya mencapai
tujuan pembelajaran.
Buku teks mempunyai peran penting dalam pencapaian tujuan
pendidikan nasional. Hutchinson & Torres dalam Litz, 2012: 5)
mengungkapkan bahwa The textbook is an almost universal element of
[English language] teaching. Millions of copies are sold every year, and
numerous aid projects have been set up to produce them in [various]
countries…No teaching-learning situation, it seems, is complete until it has
its relevant textbook. Buku teks merupakan salah satu unsure yang
dibutuhkan dalam pengajaran. Buku teks dapat juga menjadi wadah untuk
menuliskan ide-ide terkait kebudayaan nasional suatu bangsa.
Sebagaimana yang diungkapkan Pingel (2009: 7) bahwa Textbooks are
one of the most important educational inputs: texts reflect basic ideas
about a national culture, and are often a flashpoint of cultural struggle
and controversy.

E. Fungsi Bahan Ajar


Secara garis besar, bahan ajar memiliki fungsi yang berbeda baik untuk
guru maupun siswa. Adapun fungsi bahan ajar untuk guru yaitu;
1. Untuk mengarahkan semua aktivitas guru dalam proses
pembelajaran sekaligus merupakan subtansi kompetensi yang
seharusnya diajarkan kepada siswa; dan
2. Sebagai alat evaluasi pencapaian hasil pembelajaran.
Dalam bahan ajar akan selalu dilengkapi dengan sebuah evaluasi guna
mengukur penguasaan kompetensi per tujuan pembelajaran. Sedangkan
fungsi bahan ajar bagi siswa yakni, sebagai pedoman dalam proses
pembelajaran dan merupakan subtansi kompetensi yang harus dipelajari.
Adanya bahan ajar siswa akan lebih tahu kompetensi apa saja yang harus
dikuasai selama progam pembelajaran berlangsung. Siswa jadi memiliki
gambaran skenario pembelajaran lewat bahan ajar. Bahan ajar juga
memiliki fungsi sebagai berikut:
1. Menfasilitasi siswa dalam pembelajaran dengan konsep yang
abstrak;
2. Meningkatkan partisipasi siswa dalam belajar;
3. Menghemat energi guru untuk berbicara terlalu banyak;
4. Menggambarkan konsep-konsep yang lebih jelas dan lebih baik
daripada hanya kata-kata guru;
5. Membantu mengatasi keterbatasan ruang kelas dan mudah
diakses;
6. Membantu untuk memperluas pengetahuan siswa;
7. Meningkatkan motivasi siswa.

F. Kelebihan dan Kekurangan Bahan Ajar


Menurut Mulyasa dalam Ika Lestari (2013:8) mengungkapkan
bahwa ada beberapa keunggulan dari bahan ajar. Diantaranya adalah
sebagai berikut. Berfokus pada kemampuan individual siswa, karena pada
hakikatnya siswa memiliki kemampuan untuk bekerja sendiri dan lebih
bertanggung jawab atas tindakan-tindakannya. Adanya control terhadap
hasil belajar mengenai penggunaan standard kompetensi dalam setiap
bahan ajar yang harus dicapai oleh siswa.
    Relevansi kurikulum ditunjukkan dengan adanya tujuan dan cara
penyampaiannya, sehingga siswa dapat mengetahui keterkaitan antara
pembelajaran dan hasil yang akan diperolehnya. Selain keunggulan,
Mulyasa juga menambahkan bahwa ada beberapa keterbatasan dari
penggunaan bahan ajar. Adapun keterbatasan tersebut sebagai berikut.
Penyusunan bahan ajar yang baik membutuhkan keahlian tertentu.
Hal ini dimaksudkan bahwa sukses atau gagalnya bahan ajar tergantung
pada penyusunannya. Sulit menentukan proses penjadwalan dan
kelulusan, serta membutuhkanmanajemen pendidikan yang sangat
berbeda dari pembelajaran konvensional, karena setiap siswa
menyelesaikan bahan ajar dalam waktu yang berbeda-beda,bergantung
pada kecepatan dan kemampuan masing-masing.
    Dukungan pembelajaran berupa sumber belajar, pada umumnya cukup
mahal, karena setiap siswa harus mencarinya sendiri. Penggunaan bahan
ajar mempunyai beberapa keuntungan, antara lain sebagai berikut.
1. Biaya pembelajarannya efisien karena dapat diikuti oleh sejumlah
besar peserta didik.
2. Peserta didik dapat maju menurut kecepatan mereka masing-
masing.
3. Bahan ajar dapat direviu dan direvisi setiap saat dan bertahap,
bagian demi bagian untuk meningkatkan efektifitasnya.
4. Peserta didik mendapat umpan balik secara teratur dalam proses
belajarnya, karena proses umpan balik itu dapat diintegrasikan ke
dalam bahan ajar.
Selain keuntungan, bahan ajar juga memiliki kekurangan, antara lain
sebagai berikut.
1. Biaya pengembangannya tinggi.
2. Waktu pengembangan lama.
3. Membutuhkan tim pendesain yang berketerampilan tinggi dan
mampu bekerja sama secara intensif dalam masa
pengembangannya.
4. Peserta didik dituntut memiliki disiplin belajar yang tinggi.
5. Fasilitator dituntut tekun dan sabar untuk terus menerus memantau
proses belajar, member motivasi dan melayani konsultasi peserta
didik secara individual setiap kali dibutuhkan.

G. Penyusunan Bahan Ajar


Bahan ajar disusun berdasarkan tujuan atau sasaran pembelejaran
yang hendak dicapai. Paulina Panen dan Purwanto (2004: 11)
mengungkapkan bahwa penyusunan bahan ajar secara umum dapat
dilakukan melalui tiga cara, yaitu menulis sendiri, mengemas kembali
informasi atau teks, dan penataan informasi.
Bahan ajar dapat ditulis sendiri oleh guru sesuai dengan kebutuhan
siswa. Selain ditulis sendiri guru dapat berkolaborasi dengan guru lain
untuk menulis bahan ajar secara kelompok, dengan guru-guru bidang
studi sejenis, baik dalam satu sekolah atau tidak. Penulisan juga dapat
dilakukan bersama pakar, yang memiliki keahlian di bidang ilmu tertentu.
Disamping penguasaan bidang ilmu, untuk dapat menulis sendiri bahan
ajar, diperlukan kemampuan menulis sesuai dengn prinsip-prinsip
instruksional.
Penulisan bahan ajar selalu berlandaskan pada kebutuhan siswa, meliputi
kebutuhan pengetahuan, keterampilan, bimbingan, latihan, dan umpan
balik. Untuk itu dalam menulis bahan ajar didasarkan:
1. Analisis materi pada kurikulum,
2. Rencana atau program pengajaran, dan
3. Silabus yang telah disusun.
Materi bahan ajar berupa pokok bahasan dan sub pokok bahasan yang
tercantum dalam program pembelajaran sesuai dengan silabus. Hasil
penyusunan bahan ajar dari karya sendiri, paling ekonomis, walaupun
beban tugasnya berat. Setiap bab berjumlah lebih kurang 15-25 halaman,
untuk pelajaran eksakta 10-20 halaman.
Bahan ajar hasil kemasan informasi atau teks (Text Transformation).
Dalam pengemasan informasi, guru tidak menulis bahan ajar sendiri dari
awal, tetapi memanfaatkan buku-buku teks dan informasi yang sudah ada
di pasaran untuk dikemas kembali sehingga berbentuk bahan ajar yang
memenuhi karakteristik bahan ajar yang baik, dan dapat dipergunakan
oleh guru dan siswa dalam proses instruksional. Informasi yang sudah ada
di pasaran dikumpulkan berdasarkan kebutuhan. Kemudian ditulis
kembali/ulang dengan gaya bahasa yang sesuai untuk menjadi bahan ajar
(diubah), juga diberi tambahan kompetensi atau keterampilan yang akan
dicapai, bimbingan belajar, latihan, tes, serta umpan balik agar mereka
dapat mengukur sendiri kompetensinya yang telah dicapai. Keuntunganya,
cara ini lebih cepat diselesaikan dibanding menulis sendiri. Sebaiknya
memperoleh ijin dari pengarang buku aslinya.
Penataan informasi (Kompilasi), selain menulis sendiri bahan ajar juga
dapat dilakukan melaluikompilasi seluruh materi yang diambil dari buku
teks, jurnal, majalah, artikel, koran, dll. Proses ini disebut pengembangan
bahan ajar melalui penataan informasi (kompilasi). Proses penataan
informasi hampir sama dengan proses pengemasan kembali informasi.
Namun dalam proses penataan informasi tidak ada perubahan yang
dilakukan terhadap bahan ajar yang diambil dari buku atau informasi yang
ada di pasar. Jadi materi dikumpulkan kemudian difoto copy secara
langsung. Sumber materi berasal dari buku teks dan sebagainya tersebut,
dipilah-pilah, kemudian disusun berdasarkan tujuan atau standar
kompetensi atau mengikuti silabus.
Pengembangan bahan ajar bahasa Indonesia berbasis game edukasi
ini, disusun dengan cara text transformation. Peneliti memanfaatkan buku-
buku teks dan informasi yang sudah ada, kemudian peneliti mengemas
kembali sehingga berbentuk bahan ajar yang memenuhi karakteristik
bahan ajar yang baik, dan dapat dipergunakan oleh guru dan siswa dalam
proses instruksional. Selanjutnya, peneliti menulis kembali/ulang dengan
gaya bahasa yang sesuai untuk menjadi bahan ajar (diubah).

GLOSARIUM

1. Adapti Sifat mudah menyesuaikan diri dengan


f keadaan
2. Alternatif Pilihan di antara dua atau beberapa
3. Audiovisual Memilii sifat dapat didengar dan dilihat
4. Bahan Ajar Bahan pelajaran yang disusun secara
sistematis oleh guru dan peserta didik dalam
proses pembelajaran
5. Edukasi Berkaitan dengan pendidikan
6. Eksakta Bidang ilmu tentang hal-hal yang bersifat
konkret yang dapat diketahui dan diselidiki
berdasarkan percobaan serta dapat dibuktikan
dengan pasti
7. Evaluasi Pengumpulan dan pengamatan dari berbagai
macam bukti untuk mengukur dampak dan
efektivitas dari suatu objek, program, atau
proses berkaitan dengan spesifikasi dan
persyaratan pengguna yang telah ditetapkan
sebelumnya
8. Intensif Secara sungguh-sungguh dan terus-menerus
dalam mengerjakan sesuatu hingga
memperoleh hasil yang optimal
9. Kaidah Rumusan asas yang menjadi hokum
10. Kompetensi Kewenangan atau kekuasaan untuk
menentukan atau memutuskan sesuatu

SOAL/ EVALUASI

1. Jelaskan pengertian bahan ajar menurut Widodo dan Jasmadi.


2. Jelaskan jenis bahan ajar berdasarkan subjek yang dibedakan
menurut Koesnandar.
3. Mengapa perlu dilakukan pengembangan bahan ajar seperti yang
disebutkan oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah atas?
4. Sebutkan karakteristik bahan ajar menurut Widodo dan Jamani.
5. Jelaskan fungsi bahan ajar untuk guru.
6. Sebutkan keuntungan dan kekurangan bahan ajar.
7. Bagaimana penulisan bahan ajar berlandaskan pada kebutuhan
siswa?
8. Bagaimana penyusunan bahan ajar itu?
9. Jelaskan penyusunan bahan ajar yang ditulis secara berkelompok
oleh guru.
10. Adakan kesulitan yang dialami guru dalam melakukan penyusunan
bahan ajar ini? Jelaskan.

BAB X
MEDIA DAN ALAT PERAGA IPA SD
Standar kompetensi : Memahami Media dan Alat Peraga IPA
SD
Kompetensi Dasar : 1. Mengidentifikasi Media dan Alat
Peraga IPA SD
2. Menjelaskan Jenis, Fungsi dan
Manfaat Media dan Alat Peraga
IPA SD

PETA KONSEP

Kata kunci : Media pembelajaran, alat peraga, pembelajaran IPA

A. Pengertian Media dan Alat Peraga


1. Media
Media berasal dari bahasa latin yaitu medius yang arti secara harfiah
berarti tengah, perantara, atau pengantar. Secara khususnya, pengertian
media dalam proses pembelajaran dapat diartikan sebagai alat-alat grafis,
fotografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun
kembali informasi yang berupa visual maupun verbal.
Menurut Donald P. Ely & Vernon S. Gerlach, pengertian media terbagi
menjadi dua bagian, yaitu media dalam arti sempit dan media arti luas.
Media dalam arti sempit adalah media yang berwujud grafik, foto, alat
mekanik, dan elektronik yang berguna untuk menangkap, memproses
serta menyampaikan informasi. Media dalam arti luas adalah suatu
kegiatan yang dapat menciptakan kondisi tertentu, sehingga peserta didik
dapat memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang baru.
Media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audio
visual serta peralatannya. Media hendaknya dapat dimanipulasi, dilihat,
didengar, dan dibaca menurut Asosiasi Pendidikan Nasional (National
Education Association).
Belajar adalah proses manusia untuk memperoleh kepandaian atau ilmu,
berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh
pengalaman manusia tersebut. Robert M. Gagne mengemukakan bahwa:
Learning is change in human disposition or capacity, wich persists over a
period time, and which is not simply ascribable to process a groeth
(Belajar adalah perubahan disposisi atau kapasitas manusia, Wich tetap
selama periode waktu, dan yang tidak hanya ascribable untuk memproses
pertumbuhan saja). Beliau yakin bahwa belajar juga dipengaruhi oleh
faktor lainnya yaitu faktor dari luar diri dan faktor dalam diri yang
keduanya saling berinteraksi/berkaitan.
Media pembelajaran adalah alat bantu untuk membantu siswa dalam
memahami suatu konsep saat belajar mengajar. Secara umum media
pembelajaran mempunyai tiga karakteristik atau cirinya. Ciri-ciri media
pembelajaran yaitu: ciri fiksatif, ciri manipulatif, dan ciri distributif. Ciri
Fiksatif adalah media yang menggambarkan memiliki kemampuan untuk
merekam, menyimpan, melestarikan, dan merekonstruksi suatu peristiwa
atau obyek. Ciri manipulatif adalah media yang memiliki kemampuan
untuk mentransformasi suatu obyek atau suatu kejadian atau proses
dalam mengatasi masalah ruang dan waktu atau kemampuan untuk
mentransformasi obyek, kejadian atau proses dalam mengatasi masalah
ruang dan waktu. Ciri distributif adalah media yang dapat
mentransportasikan obyek atau kejadian melalui ruang, dan secara
bersamaan kejadian itu disajikan kepada siswa di berbagai tempat,
dengan stimulus pengalaman yang relatif sama mengenai kejadian
tersebut.

2. Alat Peraga
Alat peraga adalah suatu alat yang dapat diserap oleh mata dan
telinga dengan tujuan membantu guru agar proses belajar mengajar siswa
lebih efektif dan efisien (Sudjana, 2002 :59 ). Alat peraga merupakan
salah satu komponen penentu efektivitas belajar. Alat peraga mengubah
materi ajar yang abstrak menjadi kongkrit dan realistik. Penyediaan
perangkat alat peraga merupakan bagian dari pemenuhan kebutuhan
siswa belajar, sesuai dengan tipe siswa belajar.
Pembelajaran menggunakan alat peraga berarti mengoptimalkan
fungsi seluruh panca indra siswa untuk meningkatkan efektivitas siswa
belajar dengan cara mendengar, melihat, meraba, dan menggunakan
pikirannya secara logis dan realistis. Pelajaran tidak sekedar menerawang
pada wilayah abstrak, melainkan sebagai proses empirik yang konkrit yang
realistik serta menjadi bagian dari hidup yang tidak mudah dilupakan.
Alat peraga dalam mengajar memegang peranan penting sebagai alat
Bantu untuk menciptakan proses belajar mengajar yang efektif. Proses
belajar mengajar ditandai dengan adanya beberapa unsur antara lain
tujuan, bahan, metode dan alat, serta evaluasi. Unsur metode dan alat
merupakan unsur yang tidak bisa dilepaskan dari unsur lainnya yang
berfungsi sebagai cara atau tehnik untuk mengantarkan sebagai bahan
pelajaran agar sampai tujuan. Dalam pencapain tersebut, peranan alat
Bantu atau alat peraga memegang peranan yang penting sebab dengan
adanya alat peraga ini bahan dengan mudah dapat dipahami oleh
siswa.Alat peraga sering disebut audio visual, dari pengertian alat yang
dapat diserap oleh mata dan telinga.Alat tersebut berguna agar pelajaran
yang disampaikan guru lebih mudah dipahami oleh siswa. Dalam proses
belajar mengajar alat peraga dipergunakan dengan tujuan membantu
guru agar proses belajar siswa lebih efektif dan efisien.

B. Jenis-jenis Media dan Alat Peraga Dalam Pembelajaran IPA


1. Media
Secara umum media terbagi menjadi tiga macam yaitu sebagai
berikut :
a. Media auditif adalah media pengajaran yang hanya menggunakan
kemampuan dalam bentuk suara. Media ini sering kita jumpai
dalam kehidupan sehari-hari. Contoh media auditif seperti radio,
tape recorder, piringan audio.
b. Media visual adalah media pengajaran yang hanya menggunakan
gambar diam, seperti film strip (film rangkai), slides (film bingkai),
foto, gambar, lukisan dan cetakan. Ada juga media visual yang
menampilkan gambar atau symbol yang bergerak seperti film bisu
dan film kartun. Media visual terbagi menjadi dua yaitu sebagai
berikut :
1) Media visual diam contohnya foto, ilustrasi, flashcard, gambar
pilihan dan potongan gambar, film bingkai, film rangkai, OHP,
grafik, bagan, diagram, poster, peta, dan lain- lain.
2) Media visual gerak contohnya gambar-gambar proyeksi
bergerak seperti film bisu dan sebagainya.
c. Media audio visual adalah media yang mempunyai dua unsur yaitu
suara dan gambar. Jenis media berikut ini memiliki kemampuan
yang lebih baik dari pada media yang lain karena media ini meliputi
suara dan gambar seperti film bingkai, ada suaranya dan ada pula
gambar yang ditampilkannya. Media audio visual juga terbagi
menjadi dua macam yaitu sebagai berikut :
1) Media audiovisual diam diantaranya TV diam, film rangkai
bersuara, halaman bersuara, buku.
2) Media audio visual gerak diantaranya film TV, TV, film bersuara,
gambar bersuara, dll.
Media yang digunakan dalam pembelajaran IPA di SD biasanya
menggunakan media seperti berikut:
a. Media kongkrit/nyata
Media kongkrit adalah benda apa adanya atau benda asli tanpa
perubahan. Dengan penggunaan benda konkrit siswa dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran IPA karena siswa tidak hanya
belajar produk IPA saja tapi juga memperoleh pengetahuan IPA
melalui keterampilan proses sains.
Contoh media benda kongkrit adalahbenda padat, rangkaian listrik,
benda gas, pesawat sederhana, dll

a b c

d
Gambar 5. (a) benda padat (b) rangkaian listrik (c) benda gas (d)
pesawat sederhana
b. Lingkungan alam
Lingkungan alam sangat cocok untuk dijadikan tempat rekreasi
maupun sebagai tempat untuk mengamati objek yang akan
dipelajari berada atau hidup dalam lingkungan alam tersebut.
Contohnya adalah siswa mengamati bagian-bagian tumbuhan air di
danau.

Gambar 6. Siswa mengamati bagian tumbuhan


c. Kit IPA
Kit IPA adalah alat bantu belajar IPA yang sering ditemui di
laboraturium yang terdapat dalam peti, dan dapat digunakan oleh
guru untuk didemonstrasikan atau dikerjakan oleh siswa-siswa. Jika
siswa akan melakukan pengujian-pengujian maka siswa tersebut
biasanya menggunakan kit IPA untuk mempermudah pengujian
tersebut. Contohnya adalah gelas labu, tabung reaksi, corong,dll

b c
Gambar 7. (a) Gelas labu (b) corong (c) tabung reaksi
d. Charta, slide film, dan film
Adalah alat bantu guru dalam mempelajari pelajaran tentang benda
atau makhluk hidup yang jauh dari lingkungan siswa, sehingga
siswa mudah dalam mempelajari makhluk hidup tersebut. Film
dapat membantu siswa untuk mengetahui ekosistem yang ada
didunia yang letaknya jauh dari lingkungan siswa. Contohnya
adalah film-film binatang diseluruh dunia, tumbuhan, dan
lingkungannya
e. Film Animasi
Adalah alat bantu visualisasi tentang konsep-konsep tersebut guna
mempermudah siswa dalam mempelajarinya. Alat bantu ini jika
yang dipelajari sulit diamati dengan penglihatan dan objek yang
diteliti sangatlah kecil.
Contohnya adalah film animasi tentang peredaran darah, proses
pencernaan makanan, proses pembuatan enegi, proses pembuatan
DNA, dll.
f. Model
Model adalah gambaran yang berupa bentuk asli yang berupa
benda tiga dimensi yang dapat dioperasikan oleh siswa agar
mengetahui cara kerjanya dan mempermudah dalam memahami
pembelajaran. Contohnya adalah model alat pernafasan manusia

Gambar 8. model alat pernapasan manusia


g. Torso
Torso adalah model yang tidak asli berupa potongan tubuh
manusia yang digunakan untuk mempermudah siswa dalam
mempelajari anatomi tubuh manusia. Torso ini terbuat dari bahan
selain logam yang tidak berbahaya bagi siswa dalam
penggunaannya.

Gambar 9. Torso Manusia


h. Globe
Globe adalah bola dunia, globe ini merupakan bentuk bumi yang
diperkecil dan digunakan untuk membantu siswa dalam
mempelajari ilmu pengetahuan bumi dan antariksa (IPBA). Selain
itu globe memiliki manfaat yang lain seperti siswa mengerti posisi
dan kesatuan politik, perbedaan ras dan budaya antar bangsa
benua dan pulau. Selain itu globe untuk merangsang minat siswa
untuk mengetahui tentang penduduk dan pengaruh-pengaruh
geografis terhadap manusia.

Gambar 10. Globe


i. Infokus dan reflector
Peralatan ini sering digunakan guru untuk membesarkan gambar
dari benda transparant atau buku dan menjadi kamera yang dapat
menggambarkan suasana dalam kelas. Selain itu guru dapat
mempertunjukan segala sesuatu yang terdapat dalam layar
komputer atau video disk ke layar lebar.

a. b.
Gambar 11. (a) Infokus (b) reflector
j. Komputer
Komputer adalah alat elektronik yang saling berhubungan,
komputer ini dapat digunakan untuk membantu siswa mencari
informasi dari internet. Selain internet komputer dapat digunakan
siswa untuk mengerjakan tugas termasuk tugas mata pelajaran
IPA. Komputer ini dapat digunakan mencari bahan serta informasi
tentang sains dari seluruh dunia. Komputer juga dapat
mempermudah siswa dalam mempelajari pembelajaran IPA dan lain
sebagainnya.
k. Mikroskop dan kaca pembesar
Mikroskop adalah alat yang digunakan untuk mempermudah
mengamati objek-objek yang sulit diamati oleh mata telanjang.
Mikroskop biasanya untuk melihat sel-sel tumbuhan maupun
hewan. Sedangkan pada kaca pembesar, kaca pembesar tersebut
untuk melihat benda-benda yang kurang jelas jika dilihat dengan
mata telanjang seperti spora.
2. Alat Peraga
Ada beragam jenis alat peraga pembelajaran, dari mulai benda aslinya,
tiruannya, yang sederhana sampai yang canggih, diberikan dalam kelas
atau di luar kelas. Bisa juga berupa bidang dua dimensi (gambar), bidang
tiga dimensi (ruang), animasi / flash (gerak), video (rekaman atau
simulasi).Teknologi telah mengubah harimau yang ganas yang tidak
mungkin di bawa dalam kelas bisa tampik di dalam kelas dalam habitat
kehidupan yang sesungguhnya.
Alat peraga pembelajaran sederhana dapat dibuat dari bahan-bahan
sederhana seperti karton, kardus, styrofoam, dan juga bisa memanfaatkan
software-software komputer yang dapat menciptakan alat peraga. Jika
guru belum memiliki kemampuan untuk menciptakan alat peraga berbasis
TIK maka guru dapat memanfaatkan hasil alat peraga yang telah
diciptakan oleh rekan-rekan sejawat yang lain. Eksplorasilah kemampuan
pencarian informasi melalui internet, maka guru akan mendapatkan
beragam alat peraga pembelajaran berbasis TIK yang bisa dipergunakan
secara cuma-cuma.
Animasi atau lebih akrab disebut dengan film animasi, adalah film yang
merupakan hasil dari pengolahan gambar tangan sehingga menjadi
gambar yang bergerak.Dengan bantuan komputer dan grafika komputer,
pembuatan film animasi menjadi sangat mudah dan cepat (wikipedia,
2009).
Flash adalah alat untuk membuat web site yang interaktif dan web site
yang dianimasikan (mohkaris.blogspot.com, 2009). Animasi flash adalah
gambar bergerak yang dibuat dengan menggunakan alat untuk membuat
web site yang interaktif dan web site yang dianimasikan.
(mohkaris.blogspot.com, 2009).
Simulasi adalah suatu peniruan sesuatu yang nyata, keadaan sekelilingnya
(state of affairs), atau proses.Aksi melakukan simulasi sesuatu secara
umum mewakilkan suatu karakteristik kunci atau kelakuan dari sistem-
sistem fisik atau abstrak (wikipedia, 2009).
Jenis alat peraga dikelompokan menjadi dua, yaitu :
a. Alat peraga dua dan tiga dimensi Bagan, grafik, poster, gambar
mati, peta datar, peta timbul, globe, papan tulis
b. Alat peraga yang diproyeksikan Film, slide dan filmstrip
Adapun beberapa contoh alat peraga yang dapat digunakan dalam
mengajar yaitu:
a. Gambar
Gambar adalah suatu bentuk alat peraga yang nampaknya saling dikenal
dan saling dipakai, karena gambar disenangi oleh anak berbagai unur,
diperoleh dalam keadaan siap pakai, dan tidak mengita waktu persiapan.
b. Peta
Peta bisa menolong mereka mempelajari bentuk dan letak negara-
negara serta kota-kota yang disebut Al-kitab.Salah satu yang harus
diperhatikan, penggunaan peta sebagai alat peraga hanya cocok
bagi anak besar/kelas besar.
c. Papan tulis
Peranan papan tulis tidak kalah pentingnya sebagai sarana
mengajar.Papan tulis dapat dirima dimana-mana sebagai alat
peraga yang efektif.Tidak perlu menjadi seorang seniman untuk
memakai papan tulis. Kalimat yang pendek, beberapa gambaran
orang yang sederhana sekali, sebuah diagram, atau empat persegi
panjang dapat menggambarkan orang, kota atau kejadian.
d. Boks pasir
Anak kelas kecil dan kelas tengah sangat menggemari peragaan
yang menggunakan boks pasir. Boks pasir dapat diciptakan “peta”
bagi mereka khususnya bagi kelas tengah karena pada umur
tersebut mereka sudah mengetahui jarak dari desa ke desa.
(Pepak.sabda.org.and omtions.blogspot.com)
Selain alat peraga yang disebutkan di atas, media mengajar yang paling
dikenal di dalam pelayanan anak sering disebut dengan istilah singkat, alat
peraga berbentuk fleschard, wayang, boneka jari, rumah palestina dan
sebagainya.

C. Fungsi Media dan Alat Peraga dalam Pembelajaran IPA


1. Media
Pelajaran IPA di SD tidak dapat terpisahkan oleh media
pembelajaran, karena banyak materi pembelajaran IPA yang sulit
dijelaskan dengan buku saja. Penggunaan media dalam pelajaran IPA di
SD sangatlah bermanfaat, karena media memiliki fungsi-fungsi tertentu
dalam proses belajar IPA diSD. Fungsi media pembelajaraan IPA di SD
sangatlah banyak yaitu membangkitkan keinginan dan minat baru,
membangkitkan motivasi dan ransangan kegiatan belajar IPA dan bahkan
membawa pengaruh psikologis terhadap siswa. Secara tidak langsung
siswa termotifasi/rangsang untuk belajar lebih mandiri dan mencoba
sendiri percobaan IPA dengan penggunaan media menjadikan
pembelajaran menjadi lebih menarik, terutama pada pelajaran IPA di SD.
Anak-anak SD akan merasa senang jika melihat gurunya melakukan
percobaan dengan menggunakan media tersebut. Penggunaan media
dalam pembelajaran IPA di SD membuat siswa dapat membangkitkan atau
meningkatkan ide-ide/gagasanya untuk mempelajarinya. Penggunaan
media IPA tersebut membuat siswa aktif dan mengikuti pembelajarannya
dengan senang hati.
Dengan penggunaan media pembelajaran secara tidak langsung
meningkatkan kemampuan siswa dalam berfikir, bernalar, psikologis,
sikap, dan mental. Penggunaan media pembelajaran IPA tersebut
bermanfaat bagi guru yaitu guru akan lebih mudah menyampaikan materi
pelajaran yang sulit dimengerti oleh anak, dengan begitu guru dapat
mempersingkat waktu untuk pembelajarannya. Dengan demikian guru
tidak melakukan tambahan jam pelajaran untuk membuat siswa paham
tentang materi yang diajarkan.
Akibat penggunaan media pembelajaran IPA di SD guru dan siswa
menjadi lebih interaktif dalam pembelajaran, dengan interaksi yang aktif
membuat pembelajaran menjadi menyenangkan dan juga secara tidak
langsung dapat meningkatkan kedekatan siswa dengan guru tersebut.
Penggunaan media pembelajaran IPA berpengaruh pada sikap siswa
dalam belajar, nilai-nilai, dan perkembangan psikologi pada peserta didik.
Pembelajaran IPA di SD tanpa menggunakan media akan terasa
membosankan dan minat siswa dalam mempelajari pelajaran tersebut
sangatlah sedikit. Pembelajaran tersebut hanya monotone/guru mengajar
siswa mendengarkan saja. Karena pembelajaran monotone siswa menjadi
tidak aktif dalam mengikuti pelajaran IPA dan kemampuannya siswa
dalam pelajaran tersebut tidak dapat diketahui guru dengan mudah.
Apabila pembelajaran IPA di SD tanpa menggunakan media
pembelajaran berdampak pada minat siswa, motifasi untuk belajar,
prestasi dalam bidang IPA, sikap, dan psikologis akan menurun/buruk.
Akibat dari hal tersebut siswa kurang peduli dengan lingungannya, akibat
lebih lanjut adalah kerusakan lingkungan yaitu mengali sumber daya
tanpa bisa meminimalisir kerusakan yang ditimbulkan pada lingkungan
sekitar.
2. Alat Peraga
Berikut ini beberapa fungsi alat peraga antara lain:
a. Fungsi Alat Peraga terutama untuk membangkitkan minat siswa
dalam mengikuti proses pembelajaran.
b. Fungsi Alat peraga untuk menyajikan materi ke dalam bentuk
yang lebih konkrit, siswa pada tingkat yang lebih rendah akan
lebih memahami dan mengerti apa yang diajarkan.
c. Dengan alat peraga siswa akan menyadari adanya hubungan
antara pembelajaran dengan benda-benda di sekitarnya
d. Penggunaan alat peraga meungkinkan konsep-konsep abstrak
yang disajikan dalam bentuk konkrit
e. Sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar
yang efektif.
f. Untuk mempercepat proses pembelajaran (menangkap pengertian)
Nilai-nilai penggunaan alat peraga dalam proses pembelajaran
diantaranya adalah sebagai berikut : (1) dapat mengurangi
terjadinya verbalisme (2) dapat memperbesar minat dan perhatian
siswa (3) hasil belajar bertambah mantap (4) memberikan
pengalaman yang nyata dan dapat menumbuh kegiatan berusaha
sendiri pada setiap siswa (5) Membantu berkembangnya efisiensi
dan pengalaman belajar yang lebih sempurna.
D. Manfaat Media dan Alat Peraga dalam Pembelajaran IPA
1. Media
Media-media tersebut beraneka ragam bentuk, media tersebut
dalam proses pembelajaran sangat bermanfaat bagi peserta didik
maupun guru-guru. Manfaat yang dapat diperoleh jika
menggunakan media adalah :
a. Penyampaian pelajaran menjadi lebih baku
b. Pengajaran menjadi lebih menarik
c. Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan penerapannya teori
belajar dan prinsip-prinsip psikologis sehingga mudah
diterima/pahami siswa
d. Mempersingkat waktu pembelajaran
e. Kualitas hasil belajar siswa dapat meningkat
f. Pengajaran menjadi fleksibel
g. Membangkitakan ide-ide atau gagasan-gagasan siswa dalam
mempelajarinya
h. Meningkatkan minat siswa dalam belajar
i. Memberikan pengalaman-pengalaman nyata yang merangsang
aktivitas siswa
2. Alat Peraga
Adapun beberapa manfaat penggunaan alat peraga bagi siswa. Di
antaranya adalah:
a. Memusatkan perhatian siswa
b. Menarik minat siswa untuk belajar
c. Mempermudah penguasaan materi pelajaran
d. Merangsang daya fikir dan nalar siswa
e. Meningkatkan daya imajinasi dan kreatifitas siswa
Sedangkan bagi guru, manfaatnya adalah sebagai berikut:
a. Mempermudah penyampaian materi pelajaran yang bersifat
abstrak.
b. Memperluas cakupan materi pelajaran
c. Mempermudah pencapaian tujuan pembelajaran
d. Menciptakan suasana pembelajaran kondusif.

E. Prinsip Pemilihan dan Penggunaan Media


Media pengajaran digunakan dalam rangka upaya peningkatan atau
mempertinggi mutu proses kegiatan belajar-mengajar. Oleh karena
itu harus diperhatikan prinsip-prinsip penggunaanya, antara lain:
1. Penggunaan media pengajaran hendaknya dipandang sebagai
bagian integral dari suatu sistem pengajaran dan bukan hanya
sebagai alat bantu yang berfungsi sebagai tambahan yang
digunakan bila dianggap perlu dan hanya dimanfaatkan sewaktu-
waktu.
2. Media pengajaran hendaknya dipandang sebagai sumber belajar
yang digunakan dalam usaha memecahkan masalah yang dihadapi
dalam proses belajar-mengajar.
3. Guru hendaknya benar-benar menguasai teknik-teknik dari suatu
media pengajaran yang digunakan.
4. Guru seharusnya memperhitungkan untung ruginya pemanfaatan
suatu media pengajaran.
5. Penggunaan media pengajaran harus diorganisir secara sistematis
bukan sembarang mengunakannya.
6. Jika sekiranya suatu pokok bahasan memerlukan lebih dari macam
media, maka guru dapat memanfaatkan multi media yang
menguntungkan dan memperlancar proses belajar-mengajar dan
juga dapat merangsang siswa dalam belajar.
Beberapa syarat umum yang harus dipenuhi dalam pemanfaatan media
pengajaran dalam PBM, yakni:
1. Media pengajaran yang digunakan harus sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan.
2. Media pengajaran tersebut merupakan media yang dapat dilihat
atau didengar.
3. Media pengajaran yang digunakan dapat merespon siswa belajar.
4. Media pengajaran juga harus sesuai denga kondisi individu siswa.
5. Media pengajaran tersebut merupakan perantara (medium) dalam
proses pembelajaran siswa
Untuk menggunakan media pembelajaran seorang guru haruslah
memperhatikan :
1. Memahami media yang akan digunakan dan dengan menyajikan
dan mengumpulkan informasi sebanyak mungkin tentang media
yang akan digunakan.
2. Menyiapkan media dan mencobanya sebelum digunakan di depan
kelas
3. Mengatur fasilitas dan lingkungan yang terkait dengan penggunaan
media, seperti tempat duduk,ventilasi, penerangan, suasana dan
kondisi kelas
4. Menyiapkan siswa, misal dengan menyampaikan garis besar materi
pelajaran, latar belakangnya, keuntunganmempelajarinya, atau
penekanan terhadap hal-hal penting
5. Menyediakan pengalaman belajar bagi siswa.

F. Penerapan Alat Peraga Dalam Pembelajaran


Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) yang dilaksanakan setiap hari,
merupakan kehidupan dari suatu kelas, dimana guru dan peserta didik
saling terkait dalam pelaksanaan kegiatan yang telah direncanakan oleh
guru.Keberhasilan kegiatan tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab
guru, karena guru merupakan pengelola tunggal di dalam kelas. Oleh
karena itu bila peserta didik kurang bisa menunjukan keterampilan dalam
suatu mata pelajaran, maka tuduhan kekurang keberhasilan juga tertuju
kepada guru.
Bila kita cermati pembelajaran yang terjadi di sekolah saat ini, masih
banyak yang dikelola secara klasikal. Artinya semua peserta didik
diperlakukan sama oleh guru. Pembelajaran klasikal merupakan
pembelajaran yang paling disenangi oleh guru karena cara ini mudah
dilaksanakan. Pada pembelajaran klasikal umumnya komunikasi terjadi
searah, yaitu dari guru ke peserta didik, dan hampir tidak terjadi
sebaliknya.Oleh sebab itu penggunaan alat peraganya didominasi oleh
guru.Pada umumnya hanya sebagaian kecil dari peserta didik yang dapat
memanfaatkan alat peraga tersebut.
Untuk meminimalisasi dominasi guru dalam penggunaan alat peraga,
maka perlu direncanakan dan dikembangkan alat peraga untuk kelompok
atau individu. Ada beberapa keuntungan bila alat peraga digunakan untuk
kelompok, antara lain: (1) adanya tutor sebaya dalam kelompok,
akandapat membantu guru dalam menerangkan pemanfaatan alat peraga
kepada temannya, (2) kerjasama yang terjadi dalam penggunaan alat
peraga kelompok akan membuat suasana kelas lebih menyenangkan, (3)
banyaknya anggota kelompok yang relatif kecil akan memudahkan peserta
didik untuk berdiskusi dan bekerjasama dalam pemanfaatan alat.
Dengan bantuan penggunaan alat peraga dalam diharapkan dapat
memberikan permasalahan-permasalahan menjadi lebih menarik bagi
anak yang sedang melakukan kegiatan belajar. Karena penemuan-
penemuan yang diperoleh dari aktivitas anak biasanya bermula dari
munculnya hal-hal yang merupakan tanda tanya, maka permasalahan
yang diselidiki jawabannya itu harus didasarkan pada obyek yang menarik
perhatian anak. Jadi bila memungkinkan hal itu haruslah dinyatakan dalam
bentuk pertanyaan yang mengarah pada bahan diskusi dalam berbagai
cabang penyelidikan, misalnya dari buku, dari guru atau bahkan dari anak
sendiri.Hal itu dapat ditentukan melalui peragaan dari guru dan diskusi
yang melibatkan seluruh kelas atau oleh kelompok kecil/seorang anak
yang bekerja dengan lembar kerja. Dengan menggunakan suatu lembar
kerja, mereka dapat menggunakan bahan-bahan yang dirancang untuk
mengarahkan dalam menjawab pertanyaan yang akan membantu mereka
menemukan suatu jawaban yang dimaksudkan pada arti pertanyaannya.
Oleh karena itu sebaiknya setiap alat peraga dilengkapi dengan kartu-
kartu atau lembar kerja atau petunjuk penggunaan alat untuk menjawab
permasalahan.
GLOSARIUM
Abstrak : tidak berwujud; tidak berbentuk; mujarad; niskala
Anatomi : ilmu yang melukiskan letak dan hubungan bagian-
bagian tubuh manusia, binatang, atau tumbuh-
tumbuhan; ilmu tasrih; ilmu urai
Animasi : film yang berbentuk rangkaian lukisan atau gambar
yang satu dengan lain hanya berbeda sedikit sehingga
ketika diputar tampak di layar menjadi bergerak
Antariksa : bagian alam semesta yang berada di luar atmosfer
bumi
Audio : alat peraga yang bersifat dapat didengar (misa lnya
radio)
Demonstrasi : peragaan atau pertunjukan tentang cara melakukan
atau mengerjakan sesuatu
Diagram : gambaran (buram, sketsa) untuk memperlihatkan
atau menerangkan sesuatu
Dimensi : ukuran (panjang, lebar, tinggi, luas, dan
sebagainya); matra
Distribusi : penyaluran (pembagian, pengiriman) kepada
beberapa orang atau ke beberapa tempat
Efektif : dapat membawa hasil; berhasil guna (tentang
usaha,tindakan)
Efisien : tepat atau sesuai untuk mengerjakan
(menghasilkan) sesuatu (dengan tidak membuang-
buang waktu, tenaga,biaya)
Ekosistem : keanekaragaman suatu komunitas dan
lingkungannya yang berfungsi sebagai suatu satuan
ekologi dalam alam

EVALUASI
1. Jelaskan pengertian dari media!
2. Apa yang dimaksud dengan alat peraga?
3. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis media secara umum!
4. Alat peraga dikelompokkan menjadi dua jenis, sebutkan dan
jelaskan!
5. Sebutkan fungsi dari media pembelajaran IPA di SD?
6. Sebutkan fungsi dari alat peraga!
7. Apa saja manfaat yang diperoleh jika menggunakan media?
8. Sebutkan manfaat penggunaan alat peraga bagi siswa!
9. Apa saja syarat umum yang harus dipenuhi dalam pemanfaatan
media pengajaran dalam PBM?
10. Ada beberapa keutungan bila alat peraga digunakan untuk
kelompok, sebutkan!
BAB XI
LEMBAR KERJA SISWA

Standar kompetensi : Memahami Penyusunan Lembar Kerja


Siswa IPA SD
Kompetensi Dasar : 1. Menjelaskan pengertian, komponen
dan fungsi LKS
2. Menjelaskan model, langkah
penyusunan, penilaian dan
penggunaan LKS IPA SD

PETA KONSEP

Kata kunci : Intrakurikuler, integrasi, discovery, ekspositori, resitasi.

A. Pengertian Lembar Kerja Siswa (LKS)


LKS merupakan bagian dari enam perangkat pembelajaran. Para
guru di negara maju, seperti Amerika Serikat mengembangkan enam
perangkat pembelajaran untuk setiap topik; di mana untuk IPA disebut
science pack. Keenam perangkat pembelajaran tersebut adalah (1) syllabi
(silabi), (2) lesson plan (RPP), (3) hand out (bahan ajar), (4) student
worksheet atau Lembar Kerja Siswa (LKS), (5) media (minimal
powerpoint), dan (6) evaluation sheet (lembar penilaian).
LKS merupakan lembaran di mana siswa mengerjakan sesuatu
terkait dengan apa yang sedang dipelajarinya. Sesuatu yang dipelajari
sangat beragam, seperti melakukan percobaan, mengidentifikasi bagian-
bagian, membuat tabel, melakukan pengamatan, menggunakan
mikroskop atau alat pengamatan lainnya dan menuliskan atau
menggambar hasil pengatamantannya, melakukan pengukuran dan
mencatat data hasil pengukurannya, menganalisis data hasil pengukuran,
dan menarik kesimpulan. Untuk mempermudah siswa melakukan proses-
proses belajar, digunakanlah LKS.
Beberapa definisi LKS muncul terkait dengan kegiatan belajar
tersebut, seperti (1) a sheet of paper used for the preliminary or rough
draft of a problem, design, etc., (2) a piece of paper recording work being
planned or already in progress, (3) a sheet of paper containing exercises
to be completed by a pupil or student (http://www.contentextra.com ).
Menurut definisi di atas, LKS adalah selembar kertas untuk (1) menyusun
skema pemecahan masalah atau membuat desain, (2) mencatat data hasil
pengamatan, dan (3) lembar diskusi/latihan kerja siswa. Ratna Wilis Dahar
(1986) menyatakan bahwa LKS adalah lembar kerja yang berisikan
informasi dan interaksi dari guru kepada siswa agar dapat mengerjakan
sendiri suatu aktifitas belajar, melalui praktek atau penerapan hasil-hasil
belajar untuk mencapai tujuan intruksional.
LKS merupakan lembar kerja bagi siswa baik dalam kegiatan
intrakurikuler maupun kokurikuler untuk mempermudah pemahaman
terhadap materi pelajaran yang didapat (Azhar, 1993 : 78). LKS (lembar
kerja siswa) adalah materi ajar yang dikemas secara integrasi sehingga
memungkinkan siswa mempelajari materi tersebut secara mandiri
(http://pustaka.ut.ac.id). Berdasarkan definisi di atas, LKS di dalam mata
pelajaran yang berbeda akan berbeda pula bentuknya. LKS di dalam mata
pelajaran IPA umumnya berisi panduan kegiatan penyelidikan atau
eksperimen, tabel data, dan persoalan yang perlu didiskusikan siswa dari
data hasil percobaan. LKS untuk mata pelajaran bahasa berisi latihan
terkait dengan kemampuan membaca, menulis, mendengar dan berbicara.
LKS untuk pelajaran matematika bisa berisi persoalan matematika
bergambar, persoalan cerita matematis, atau operasi matematis. LKS
untuk pelajaran seni lukis dapat berisi latihan mewarnai, menggambar,
dan ekspresi seni. Dengan demikian, LKS berbeda-beda bentuknya
antarmatapelajaran yang berbeda.
LKS untuk siswa SD, SMP, dan SMA atau bahkan perguruan tinggi juga
berbeda-beda. LKS untuk SD biasanya sederhana dan bergambar. Hal itu
disesuaikan dengan tingkat perkembangan mental anak yang masih
bersifat operasional konkrit. Untuk siswa sekolah menengah, LKS lebih
abstrak sesuai dengan tingkat perkembangan mental mereka yang
menurut Piaget (1970) sudah mampu berfikir formal.

B. Komponen LKS
Meskipun tidak sama persis, komponen LKS meliputi hal-hal
berikut:
1. Nomor LKS, hal ini dimaksudkan untuk mempermudah guru
mengenal dan menggunakannya. Misalnya untuk kelas 1, KD, 1 dan
kegiatan 1, nomor LKS-nya adalah LKS 1.1.1. Dengan nomor
tersebut guru langsung tahu kelas, KD, dan kegiatannya.
2. Judul Kegiatan, berisi topik kegiatan sesuai dengan KD, seperti
Komponen Ekosistem.
3. Tujuan, adalah tujuan belajar sesuai dengan KD.
4. Alat dan bahan, jika kegiatan belajar memerlukan alat dan bahan,
maka dituliskan alat dan bahan yang diperlukan.
5. Prosedur Kerja, berisi petunjuk kerja untuk siswa yang berfungsi
mempermudah siswa melakukan kegiatan belajar.
6. Tabel Data, berisi tabel di mana siswa dapat mencatat hasil
pengamatan atau pengukuran. Untuk kegiatan yang tidak
memerlukan data, maka bisa diganti dengan kotak kosong di mana
siswa dapat menulis, menggambar, atau berhitung.
7. Bahan diskusi, berisi pertanyaan-pertanyaan yang menuntun siswa
melakukan analisis data dan melakukan konseptualisasi. Untuk
beberapa mata pelajaran, seperti bahasa, bahan diskusi bisa
berupa pertanyaan-pertanyaan yang bersifat refleksi.

C. Fungsi LKS
LKS memiliki beberapa fungsi sebagai berikut:
1. Sebagai panduan siswa di dalam melakukan kegiatan belajar,
seperti melakukan percobaan. LKS berisi alat dan bahan serta
prosedur kerja.
2. Sebagai lembar pengamatan, di mana LKS menyediakan dan
memandu siswa menuliskan data hasil pengamatan. LKS berisi
tabel yang memungkinkan siswa mencatat data hasil pengukuran
atau pengamatan.
3. Sebagai lembar diskusi, di mana LKS berisi sejumlah pertanyaan
yang menuntun siswa melakukan diskusi dalam rangka
konseptualisasi. Melalui diskusi tersebut siswa dilatih membaca dan
memaknakan data untuk memperoleh konsep-konsep yang
dipelajari.
4. Sebagai lembar penemuan (discovery), di mana siswa
mengekspresikan temuannya berupa hal-hal baru yang belum
pernah ia kenal sebelumnya.
5. Sebagai wahan untuk melatih siswa berfikir lebih kritis dalam
kegiatan belajar mengajar.
6. Meningkatkan minat siswa untuk belajar jika kegiatan belajar yang
dipandu melalui LKS lebih sistematis, berwarna serta bergambar
serta menarik perhatian siswa.

D. Model LKS
Menurut Reighluth (1996) ada dua pendekatan pembelajaran yaitu
ekspositori dan eksploratori. Kedua pendekatan ini merupakan dua kutub
yang berlawanan. Pendekatan eksploratori menekankan pentingnya siswa
melakukan eksplorasi dalam rangka inkuiri dan diskoveri. Pendekatan ini
menuntut siswa belajar secara aktif melakukan eksplorasi; mengamati
objek, melakukan pengukuran, memanipulasi objek, melakukan
percobaan, dan sebagainya. Robert Sund (1998) menyebut pendekatan ini
sebagai open discovery. Menurutnya, secara umum ada tiga metode
pembelajaran yaitu (1) mendengar-berbicara, (2) membaca-menulis, dan
(3) mengamati-melakukan. Setiap pendekatan dan metode di atas
memiliki pengaruh terhadap model LKS, sehingga digunakan model LKS
yang berbeda-beda pula.
Rumpun metode mendengar-berbicara mencakup (1) ceramah, (2)
membaca, (3) bertanya, (3) diskusi, (4) analisis film, (5) debat, (6) iur
gagasan. Model LKS jenis ini berisi lebih menekankan pada perintah dan
hasil-hasil resitasi. Misalnya, guru memberi ceramah tentang “Pencemaran
Sampah”, lalu guru menyuruh siswa mendiskusikan persoalan dan
alternatif solusi dari pencemaran sampah tersebut untuk kemudian
dipresentasikan di kelas. Maka, LKS cenderung bersifat tertutup, berisi
perintah mendikusikan persoalan, mencari alternatif solusi, dan presentasi
di kelas.
Rumpun kedua yaitu metode membaca-menulis. Rumpun ini meliputi
(1) buku teks, (2) buku kerja, (3) kapur-papan tulis, (4) bulletin, (5)
laporan, (5) reviu teman, (6) mencatat, (7) membuat jurnal. Misalnya,
guru memberi teks bacaan tentang Sampah yang diambil dari Koran, lalu
guru menyuruh siswa membaca teks, dan mendiskusikan persoalan dan
alternatif solusi dari pencemaran sampah tersebut. Mungkin pula siswa
diminta membuat kliping terkait pencemaran sampah kemudian menulis
resensinya. Maka, LKS bersifat semi terbuka, berisi perintah membaca,
mendikusikan persoalan, dan mencari alternatif solusi yang dilaporkan
secara tertulis.
Rumpun ketiga yaitu mengamati-melakukan, mencakup (1)
demonstrasi, (2) kerja lapangan, (3) kerja lab/ hands on, (4) proyek, (5)
eksplorasi/diskoveri, (6) permainan. Misalnya, pada topic pencemaran
akibat sampah, guru menyuruh anak secara berkelompok mengamati
tempat-tempat yang banyak sampahnya, mengidentifikasi jenis-jenis
sampahnya, mencatat volume dan asalnya, dan mendesain alat pengolah
sampah. LKS jenis ini bersifat lebih terbuka, berisi alat dan bahan,
panduan kerja, serta tabel pengamatan dan pertanyaan pengarah diskusi
siswa. Model-model LKS dapat dilihat pada lampiran.

E. Langkah-langkah Penyusunan LKS


1. Melakukan analisis kurikulum; standar kompetensi, kompetensi
dasar, indikator, dan materi pembelajaran, serta alokasi waktu.
2. Menganalisis silabi dan memilih alternatif kegiatan belajar yang
paling sesuai dengan hasil analisis SK, KD, dan indikator.
3. Menganalisis RPP dan menentukan langkah-langkah kegiatan
belajar (Pembukaan, Inti: eksplorasi, elaborasi, konfirmasi, dan
Penutup).
4. Menyusun LKS sesuai dengan kegiatan eksplorasi dalam RPP.
Misalnya, dalam materi Ekosistem, kegiatan eksplorasinya adalah
siswa mengamati ekosistem sawah atau yang ada di sekitar
sekolah. Maka LKS berisi panduan bagaimana memilih daerah yang
merupakan ekosistem, bagaimana menghitung individu, populasi,
dan komunitas, bagaimana mengukur suhu, kelembaban, dan
faktor abiotik lainnya, dst.

F. Penggunaan LKS
Penggunaan LKS disesuaikan dengan pendekatan/metode
pembelajarannya, dapat di depan atau di belakang kegiatan
pembelajaran. Pada pendekatan eksploratori yang menekankan
pentingnya proses inkuiri, LKS digunakan di awal pembelajaran.
Guru mengemukakan persoalan yang akan dikaji, membagi LKS,
dan siswa melakukan kegiatan belajar sesuai petunjuk kerja dalam
LKS. Hasil belajar/hasil pengamatan dicatat di dalam tabel atau
lembar amatan di dalam LKS. Siswa berdiskusi sesuai pertanyaan-
pertanyaan yang ada dalam LKS dan menuliskan hasilnya di dalam
LKS.
Hasil belajar ini dipresentasikan di kelas dan dibahas bersama seluruh
siswa. Kelompok lain mungkin menemukan hal-hal yang berbeda. Guru
memberi kesempatan siswa melakukan elaborasi dan kemudian memberI
konfirmasi atas hasil belajar kelas tersebut, lalu menutup kegiatan
pembelajaran. Alur pembelajaran seperti ini mengikuti Standar Proses
(Permendiknas nomor 41 tahun 2007) yang terdiri atas (1) Pembukaan,
(2) Kegiatan Inti terdiri atas (a) eksplorasi, (b) elaborasi, dan (c)
konfirmasi, dan (3) Penutup.

G. Penilaian melalui LKS


Penilaian melalui LKS dapat dilakukan melalui beberapa cara.
Pertama, yaitu penilaian kinerja. Ketika siswa praktik atau melakukan
kegiatan belajar sesuai LKS guru melakukan penilaian melalui observasi.
Misalnya, apakah siswa sudah dapat menggunakan alat dan melakukan
pengukuran dengan benar? Apakah siswa mampu bekerjasama dengan
baik pada saat melakukan kegiatan belajar? Kedua, menilai hasil kerja
siswa. Guru dapat mengambil sampel hasil kerja siswa dan melkukan
Tanya-jawab tentang hasil kerjanya tersebut. Ketiga, melalui portofolio.
Hasil kegiatan belajar siswa yang ditulis di dalam LKS dapat dijadikan
portofolio anak.
GLOSARIUM

Intrakurikuler : kegiatan siswa di sekolah atau mahasiswa di


kampus yang sesuai atau sejalan dengan komponen
kurikulum .
Kokurikuler : rangkaian kegiatan kesiswaan yang berlangsung di
sekolah.
Formal : sesuai dengan peraturan yang sah
Konseptualisasi : proses pembentukan konsep dengan bertitik tolak
pada gejala-gejala pengamatan.
Integrasi : pembauran hingga menjadi kesatuan yang utuh dan
bulat.
Discovery : penemuan unsur-unsur kebudayaan yang baru baik
berupa suatu alat baru maupun ide baru.
Ekspositori : uraian ( paparan) yang bertujuan menjelaskan
maksud dan tujuan.
Eksploratori : uraian ( paparan) yang bertujuan menjelaskan
definisi atau penjelasan mengenai konsep atau pola
yang digunakan.
Resitasi : penyajian bahan dimana guru memberikan tugas
tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar.
Elaborasi : penggarapan ( pengerjaan) secara tekun dan
cermat.
Eksplorasi : penjelajahan atau pencarian.
Operasional : pedoman dalam melakukan suatu kegiatan ataupun
pekerjaan penelitian.

EVALUASI
1. Mengapa guru perlu melakukan penilaian melalui observasi?
2. Bagaimana cara melakukan penilaian melalui LKS?
3 Mengapa hasil kegiatan belajar siswa ditulis di dalam LKS dan dijadikan
sebagai portofolio?
5. Jelaskan karakteristik model LKS yang bersifat tertutup, semi terbuka, dan
terbuka?
6. Jelaskan kelemahan dan kelebihan dari LKS?
7. Apa saja kesulitan guru dalam membuat lembar kerja siswa?
8. Kenapa LKS dilaksanakan di belakang dan di depan pembelajaran, tidak
dilaksanakn di pertengahan kegiatan pembelajaran?
9. Mengapa LKS dijadikan sebagai panduan dalam kegiatan belajar?
10. Apa yang membedakan LKS untuk siswa SD, SMP, SMA, serta perguruan
tinggi?
11. Apakah LKS menuntut siswa untuk belajar secara mandiri. Jelaskan!
BAB XII
PENILAIAN DAN EVALUASI IPA SD

Standar kompetensi : Memahami Penilaian dan Evaluasi IPA


SD
Kompetensi Dasar : 1. Mengidentifikasi Media dan Alat
Peraga IPA SD
2. Mengjelaskan Jenis, Fungsi dan
Manfaat Media dan Alat Peraga
IPA SDA.

PETA KONSEP

Kata kunci : Absolut, demonstrasi, efektif, formatif, klarifikasi.

A. Pengertian Penilaian
Penilaian merupakan bagian integral dari proses belajar
mengajar. Penilaian meliputi pengumpulan informasi melalui
berbagai teknik penilaian dan membuat keputusan berdasar hasil
penilaian tersebut. Penilaian memberi informasi pada guru tentang
prestasi siswa terkait dengan tujuan pembelajaran. Dengan
informasi ini, guru membuat keputusan berdasar hasil penilaian
mengenai apa yanh harus dilakukan untuk meningkatkan
metode pembelajaran dan memperkuat proses belajar siswa.
Penilaian mengukur seberapa jauh pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang telah dicapai oleh siswa. Selain
melengkapi proses belajar mengajar, penilaian juga memberi
umpan balik formatif dan sumatif pada guru, siswa, sekolah dan
orang tua siswa.
1. Penilaian memberi umpan balik kepada siswa, yang memungkinka
nmereka untuk menyadari kekuatan dan kelemahan mereka.
Melalui penilaian, siswa dapat memantau kinerja dan kemajuan
mereka. Ia juga menunjukkan arah yang ditempuh untuk
berkembang lebih jauh.
2. Penilaian memberi umpan balik kepada guru, yang
memungkinkan mereka memahami kekuatan dan kelemahan
siswa mereka. Ia juga member informasi mengenai prestasi
belajar siswa juga keefektifan pembelajaran yang dilakukan guru.
3. Penilaian memberi umpan balik kepada sekolah. Informasi
yang diperoleh memudahkan penempatan siswa dalam
kelompok yang sesuai, dan kenaikan kelas siswa. Ia juga
memungkinkan sekolah meninjau kefektifan program instruksional
sekolah
Penilaian memberi umpan balik kepada orang tua siswa,
yang menungkinkan mereka memantau kemajuan dan prestasi
anak mereka melalui informasi yang diperoleh.

B. Aspek Penilaian
Tujuan IPA adalah menguasai pengetahuan IPA,
memahami dan menerapkan konsep IPA, menerapkan
keterampilan proses, dan mengembangkan sikap. Tujuan penilaian
ini sejalan dengan tiga ranah dalam kerangka kurikulum IPA
seperti ditunjukkan di bawah:
1. Penilaian Pengetahuan, pemahaman dan penerapan konsep IPA
2. Penilaian Keterampilan dan Proses
3. Penilaiankarakter dan sikap (sikap ilmiah)

1. Penilaian Pengetahuan, Pemahaman dan Penerapan Konsep


IPA
Penilaian pengetahuan IPA merupakan produk dari
pembelajaran IPA. Penilaian ini bertujuan untuk melihat
penguasaanpeserta didik terhadap fakta, konsep, prinsip, dan
hukum-hukum dalam IPA dan penerapannya dalam
kehidupan. Peserta didik diharapkan dapat menggunakan
pemahamannya tersebut untuk membuat keputusan,
berpartisipasi di masyarakat, dan menanggapi isu-isu lokal dan
global.

2. Penilaian Keterampilan Proses


Penilaian dilakukan tidak hanya terhadap produk,
tetapi juga proses. Penilaian proses IPA dilakukan terhadap
keterampilan proses IPA, meliputi keterampilan dasar IPA dan
keterampilan terpadu tingkat awal. Keterampilan proses IPA
dasar meliputi observasi, inferensi, melakukan pengukuran,
menggunakan bilangan, klasifikasi, komunikasi, dan prediksi. Di
samping itu, peserta didik mulai diperkenalkan dengan
kemampuan melakukan percobaan sederhana dengan dua variabel
atau lebih untuk menguji hipotesis tentang hubungan antar
variabel. Peserta didik juga dilatih mengkomunikasikan hasil
belajarnya melalui berbagai bentuk sepeti debat, diskusi,
presentasi, tulisan, dan bentuk ekspresif lainnya. Dari berbagai
keterampilan proses ilmiah, berikut adalah enam keterampilan
dasar yang perlu dikuasai untuk peserta didik
a. Observasi
Penilaian keterampilan melakukan observasi dinilai pada saat
melakukan observasi dalam rangka memperoleh data hasil
penginderaan terhadap objek dan fenomena alam menggunakan
panca indera. Informasi yang diperoleh menimbulkan rasa ingin
tahu, pertanyaan, interpretasi, dan investigasi.
b. Komunikasi
Keterampilan berkomunikasi secara ilmiah menggunakan
berbagai cara, seperti menggunakan grafik, carta, peta, simbol,
diangram, rumus matematis, dan demonstrasi visual, baik secara
tertulis maupun lisan.
c. Klasifikasi
Keterampilan melakukan klasifikasi diperlukan untuk
mengelompokkan berbagai objek untuk mempermudah
mempelajarinya, berdasarkan persamaan, perbedaan, dan saling
keterkaitan obyek.
d. Pengukuran
Keterampilan melakukan pengukuran menggunakan alat
ukur standar untuk melakukan observasi secara kuantitatif,
membandingkan, dan mengklasifikasikan, serta
mengkomunikasikannya secara efektif. Alat pengukuran meliputi
penggaris, meteran, neraca, gelas ukur, termometer, pH meter,
Higrometer, dan sebagainya.
e. Inferensi
Keterampilan melakukan interpretasi dan menjelaskan
kejadian di sekitar kita. Kemampuan ini dibutuhkan antara lain
untuk menyusun hipotesis. Interpretasi menghubungkan
pengalaman lampau dengan apa yang sedang dilihat.
f. Prediksi
Keterampilan melakukan prediksi ditentukan oleh
observasi yang teliti dan inferensi untuk memprediksi apa yang
akan terjadi untuk menentukan reaksi yang tepat terhadap
lingkungan.
g. Percobaan Sederhana
Keterampilan melakukan percobaan diawali dengan
kemampuan menyusun pertanyaan, mengidentifikasi variabel,
mengemukakan hipotesis, mengidentifikasi variabel kontrol,
membuat desain percobaan, melakukan percobaan,
mengumpulkan data, dan interpretasi data.

3. Penilaian sikap
Penilaian sikap ilmiah meliputi sikap obyektif, terbuka, tidak
menerima begitu saja sesuatu sebagai kebenaran, ingin tahu, ulet ,
tekun, dan pantang menyerah. Selain itu, kemampuan
bekerjasama, bertukar pendapat, mempertahankan pendapat,
menerima saran, dan kemampuan sosial lainnya dapat juga
dilakukan melalui pembelajaran IPA.

C. Bentuk Penilaian IPA


Bentuk-bentuk penilaian untuk mata pelajaran IPA yang
dapat digunakan untuk mengukur ketiga aspek diatas adalah
sebagai berikut :

1. Penilaian Tertulis
Penilaian secara tertulis dilakukan dengan tes tertulis ( paper
and pencil test). Tes tertulis merupakan kumpulan soal-soal
yang diberikan kepada peserta didik dalam bentuk tulisan.
Dalam menjawab soal, peserta didik tidak selalu harus merespon
dalam bentuk jawaban, tetapi juga dapat dilakukan dalam bentuk
lain seperti memberi tanda, mewarnai, menggambar dan
sejenisnya. Tes tertulis meliputi soal bentuk pilihan ganda,
menjodohkan, benar-salah, isian, jawaban singkat dan uraian.
Penyusunan soal tes tertulis memperhatikan kaidah-kaidah
penulisan soal dilihat dari segi materi, konstruksi, maupun
bahasa, dan menuntut penalaran yang tinggi. Hal ini dapat
dilakukan guru dengan cara:
a. Materi yang ditanyakan mengukur perilaku pemahaman,
penerapan, sintesis, analisis, atau evaluasi. Perilaku ingatan
juga diperlukan namun kedudukannya adalah sebagai langkah
awal sebelum peserta didik dapat mengukur perilaku yang
disebutkan di atas• Setiap pertanyaan diberikan dasar
pertanyaan (stimulus), misalnya dalam bentuk ilustrasi/bahan
bacaan seperti kasus, contoh, tabel dan sebagainya.
b. Mengukur kemampuan berpikir kritis.
c. Mengukur keterampilan pemecahan masalah.

2. Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja dilakukan untuk menilai ketercapaian
kompetensi yang menuntut peserta didik menunjukkan
kinerjanya. Penilaian ini dilakukan dengan mengamati kegiatan
peserta didik dalam melakukan sesuatu. Cara penilaian ini dianggap
lebih autentik daripada tes tertulis karena apa yang dinilai lebih
mencerminkan kemampuan peserta didik yang sebenarnya.
Untuk mata pelajaran IPA, penilaian semacam ini dapat dilakukan
melalui kegiatan seperti pengujian/penelitian, melakukan
percobaan-percobaan, dan lain-lain. Dalam penilaian kinerja perlu
dipertimbangkan hal-hal berikut:
a. Identifikasi langkah-langkah kinerja yang diharapkan sesuai
dengan tuntutan kompetensi
b. Kelengkapan dan ketepatan aspek yang akan dinilai dalam kinerja
tersebut.
c. Upayakan kemampuan yang dinilai tidak terlalu banyak agar
dapat diamati.
d. Kemampuan yang dinilai diurutkan berdasarkan urutan yang
diamati.
Penilaian kemampuan kinerja dapat dilakukan dengan
cara yang paling sederhana yaitu menggunakan:
a. daftar cek (checklist). Pada penilaian ini peserta didik mendapat
nilai apabila kriteria penguasaan kemampuan tertentu dapat
diamati oleh penilai. Kelemahan cara ini adalah penilai hanya
bisa memilih dua pilihan absolut yaitu teramati atau tidak
teramati, jika tidak dapat diamati maka peserta didik tidak
memperoleh nilai (tidak ada nilai tengah);
b. skala rentang (rating scale). Pada penilaian ini
memungkinkan penilai memberi nilai tengah terhadap penguasaan
kompetensi tertentu, karena pemberian nilai secara kontinu dimana
pilihan kategori nilai lebih dari dua. Penilaian sebaiknya dilakukan
lebih dari satu penilai untuk menghindari subjektivitas.

3. Penilaian Projek
Penilaian projek merupakan kegiatan penilaian terhadap
suatu tugas yang harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu.
Tugas tersebut berupa suatu kegiatan investigasi sejak dari
perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan
dan penyajian data. Kegiatan ini umumnya dilakukan dalam bentuk
kelompok kecil, tapi tidak menutup kemungkinan menjadi tugas
perorangan.
Penilaian bentuk ini dilakukan sejak perencanaan, proses
selama pengerjaan tugas, sampai hasil akhir projek. Untuk itu guru
perlu menetapkan tahapan yang akan dinilai, seperti penyusunan
desain, pengumpulan data, analisis data, menyiapkan laporan
tertulis. Penilaian projek dapat dilakukan dengan menggunakan
daftar cek ataupun skala rentang.

4. Penilaian Produk
Penilaian produk adalah penilaian terhadap keterampilan
dalam membuat suatu produk dan kualitas produk tersebut.
Penilaian produk tidak hanya diperoleh dari hasil akhir, namun
juga proses pembuatannya. Pengembangan produk meliputi 3
tahap dan dalam setiap tahap perlu diadakan penilaian yaitu:
a. Tahap persiapan meliputi penilaian terhadap kemampuan peserta
didik dalam merencanakan, menggali, mengembangkan
gagasan, dan mendesain produk.
b. Tahap pembuatan (produk) meliputi penilaian terhadap
kemampuan peserta didik dalam menyeleksi, menggunakan bahan,
alat dan teknik.
c. Tahap penilaian meliputi penilaian terhadap kemampuan
peserta didik membuat produk sesuai dengan yang diharapkan.
1) Teknik Penilaian Produk
a) Cara holistik yaitu berdasarkan kesan keseluruhan
produk
b) Cara analitik yaitu berdasarkan aspek-aspek produk,
biasanya dilakukan terhadap semua kriteria yang
terdapat pada semua tahap proses pembuatan produk.
Untuk pelajaran IPA, kadang-kadang antara penilaian
kinerja, projek ataupun produk tidak ada perbedaan yang
nyata. Hal yang membedakan sebenarnya adalah titik berat
pada aspek yang dinilai. Pada penilaian kinerja titik berat
terdapat pada kinerja peserta didik saat melakukan
tugas, jadi saat melaksanakan tugas tersebut guru mengamati
kinerja yang dilakukan peserta didik. Karena itu
tugas/percobaan harus dilakukan di sekolah, agar kinerja
peserta didik benar-benar dapat diamati. Penilaian projek menitik
beratkan pada cara merancang dan membuat laporan
tugas/percobaan, sedangkan penilaian produk menitik beratkan
pada produk/hasil karya yang dihasilkan peserta didik. Bobot yang
diukur pada masing-masing aspek berbeda. Pada penilaian kinerja
aspek pelaksanaan diberi bobot tinggi, aspek penulisan
laporan diberi bobot tinggi pada penilaian projek, sedangkan pada
penilaian produk aspek hasil diberi bobot tinggi.

5. Penilaian Sikap / Karakter


Penilaian sikap dalam mata pelajaran IPA dapat dilakukan
berkaitan dengan berbagai objek sikap antara lain: sikap terhadap
mata pelajaran, guru mata pelajaran, proses pembelajaran, materi
pembelajaran, dan sikap-sikap yang berhubungan nilai-nilai yang
ingin ditanamkan dalam diri peserta didik melalui materi tertentu.
Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan berbagai cara di antaranya
observasi perilaku, pertanyaan langsung, dan penggunaan skala sikap.
Ada beberapa model skala yang dikembangkan oleh pakar psikologi untuk
mengukur sikap di antaranya Skala Diferensiasi Semantik dan Skala Likert.
Petunjuk pengerjaan skala sikap harus selalu disertakan untuk
memudahkan peserta didik mengerjakan, termasuk pernyataan bahwa
tidak ada jawaban benar atau salah dan tidak memberi pengaruh
terhadap nilai mata pelajaran.
Penyusunan butir-butir pernyataan skala Likert harus
memperhatikan:
a. kalimat tidak mengandung banyak interpretasi
b. rumusan pernyataan singkat dan jelas
c. kalimat memiliki satu pikiran yang lengkap
d. penggunaan kalimat yang sederhana
e. penggunaan kata-kata: semua, selalu, tidak pernah dan
sejenisnya dihindari.
f. jumlah pernyataan positif dan negatif relatif seimbang

6. Penilaian Portofolio
Portofolio adalah alat penilaian yang berupa kumpulan
dokumen dan hasil karya beserta catatan perkembangan belajar
peserta didik yang disusun secara sistematis, yang bertujuan untuk
mendukung belajar tuntas. Hasil karya yang dimasukkan ke dalam
bundel portofolio dipilih yang benar-benar dapat menjadi bukti
pencapaian suatu kompetensi. Setiap hasil karya dicatat dalam
jurnal atau sebuah format dan ada catatan guru yang menunjukkan
tingkat perkembangan sesuai dengan aspek yang diamati.
Komponen penilaian portofolio meliputi: Catatan guru, hasil
pekerjaan peserta didik, dan profil perkembangan peserta didik.

D. Analisis dan tindak lanjut penilaian


Pada dasarnya penilaian harus sesuai dengan proses
belajar mengajar. Penilaian berbasis sekolah, baik formatif dan
sumatif, seharusnya digunakan untuk memberi sebuah
gambaran lengkap mengenai kinerja dan kemajuan siswa, dan
kefektifan prose belajar mengajar.
Hasil penilaian dianalisis untuk mengetahui kemajuan belajar
peserta didik, sekaligus untuk mengetahui kelebihan dan
kekurangan belajarnya dan digunakan untuk menentukan bantuan
belajar yang tepat sehingga peserta didik dapat belajar secara
optimal. Peserta didik yang secara cepat menguasai kompetensi
yang dilatihkan berhak mendapat pengayaan. Peserta didik
yang belum mencapai standar kompetensi yang diharapkan
mendapat program perbaikan secara berkesinambungan dengan
baik.
GLOSARIUM

Absolut : Tidak terbatas; mutlak, Sepenuhnya, Tanpa syarat, Tidak


dapat diragukan lagi; nyata, Murni; bebas dari campuran.
Demonstrasi : Peragaan atau pertunjukan tentang cara melakukan atau
mengerjakan sesuatu
Formatif : Morfem terikat, baik yang dipakai untuk membentuk dasar,
misalnya juang dalam berjuang, maupun morfem derivatif dan inflektif.
Grafik : Penyajian informasi dalam bentuk gambar, bukan dalam
bentuk teks.
Ilmiah : Bersifat ilmu; secara ilmu pengetahuan; memenuhi syarat
(kaidah) ilmu pengetahuan.
Ilustrasi : (penjelasan) tambahan berupa contoh, bandingan, dan
sebagainya untuk lebih memperjelas paparan (tulisan dan sebagainya).
Klasifikasi : Penyusunan bersistem dalam kelompok atau golongan
menurut kaidah atau standar yang diterapkan
Kompetensi : Kemampuan menguasai gramatika suatu bahasa secara
abstrak atau batiniah.
Kuantitatif : Berdasarkan jumlah atau banyaknya.
Matematis : Bersangkutan dengan matematika; bersifat matematika.
Sangat pasti dan tepat
Observasi : Peninjauan secara cermat.
Prediksi : Ramalan: prakiraan.
Simbol : Lambang.
Stimulus : Perangsang organism (bagian tubuh atau reseptor lain)
untuk menjadi aktif.
SOAL/ EVALUASI

1. Apa pengertian penilaian?


2. Sebutkan tujuan dari pembelajaran IPA?
3. Apa saja yang termasuk dalam keterampilan proses?
4. Apa saja yang termasuk dalam penilaian sikap ilmiah?
5. Sebutkan bentuk-bentuk penilaian IPA?
6. Hal-hal apa saja yang perlu di pertimbangkan dalam penilaian
kinerja?
7. Apa pengertian penilaian potofolio?
8. Sebutkan bagaimana cara penilaian kinerja?
9. Sebutkan dan jelaskan 3 tahap dalam pengembangan produk?
10. Sebutkan teknik penilaian produk?

BAB XIII
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Standar kompetensi : Memahami Penyusunan RPP IPA SD


Kompetensi Dasar : 1. Mengidentifikasi Komponen RPP
IPA SD
2. Menyusun RPP IPA SD Kelas Tinggi

PETA KONSEP

PENGERTIAN

RPP
PROSEDUR
PENGEMBANGAN MANFAAT

Kata Kunci: Kompetensi, Indikator,


A. Pengertian dan Unsur-unsur Rencana Pembelajaran
Rencana pembelajaran merupakan persiapan mengajar
yang berisi hal- hal yang perlu atau harus dilakukan oleh guru dan
siswa dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran yang antara lain
meliputi: pemilihan materi, metode, media, dan alat evaluasi.
Rencana pembelajaran merupakan realisasi dari pengalaman
belajar siswa yang telah ditetapkan dalam silabus.
Rencana pembelajaran merupakan rencana atau program
yang disusun oleh guru untuk satu atau dua pertemuan, untuk
mencapai target satu kompetensi dasar. Rencana pembelajaran
berisi gambaran tentang kompetensi dasar yang akan dicapai,
indikator, materi pokok, skenario pembelajaran tahap demi tahap
dan penilaiannya. Unsur-unsur yang perlu diperhatikan dalam
penyusunan rencana pembelajaran berdasarkan kompetensi dan
kemampuan dasar yang harus dikuasai siswa, serta materi dan
submateri pembelajaran, pengalaman belajar, yang telah
dikembangkan di dalam silabus dengan menggunakan berbagai
pendekatan dan model pembelajaran yang sesuai dengan
kompetensi yang diharapkan dan materi yang memberikan
kecakapan hidup sesuai dengan permasalahan dalam kehidupan
sehari-hari, digunakan strategi, metode dan media yang relevan,
yang mendekatkan siswa dengan pengalaman langsung. Penilaian
dengan sistem pengujian menyeluruh dan berkelanjutan
didasarkan pada sistem asessmen yang dikembangkan selaras
dengan pengembangan silabus.

B. Manfaat Rencana Pembelajaran


Perencanaan pembelajaran memiliki manfaat diantaranya:
1. guru akan terhindar dari keberhasilan secara tidak
sengaja, karena perencanaan disusun untuk mencapai hasil
yang optimal,
2. dapat menentukan langkah dan strategi yang tepat dalam
pembelajaran;
3. dapat menentukan dan mempersiapkan berbagai alat dan
fasilitas yang diperlukan dalam pembelajaran.
Dengan perkataan lain perencanaan pelaksanaan
pembelajaran bermanfaat sebagai acuan bagi guru untuk
melaksanakan kegiatan pembelajaran agar lebih terarah dan
berjalan efisien dan efektif dalam mencapai tujuan.

C. Prosedur Pengembangan Rencana Pembelajaran


Dasar utama untuk mengembangkan perencanaan pembelajaran
adalah silabus. Berdasarkan silabus yang ada seorang guru kemudian
menentukan strategi atau model pembelajaran meliputi: pemilihan
pendekatan dan metode pembelajaran serta menentukan media yang
digunakan untuk kegiatan pembelajaran.
Rencana Pembelajaran minimal memiliki komponen–komponen sebagai
berikut:
1. Identitas Rencana Pembelajaran
2. Kompetensi dasar
3. Indikator hasil belajar
4. Media Pembelajaran
5. Skenario Pembelajaran
6. Penilaian dan Tindak Lanjut

Berikut adalah langkah-langkah menyusun Rencana Pembelajaran IPA SD:


a. Tulislah Identitas Rencana Pembelajaran
Identitas rencana pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA) berisi: Judul, mata pelajaran, kelas, semester, konsep IPA,
dan alokasi waktu.
b. Menuliskan Kompetensi dasar
Kompetensi Dasar adalah kemampuan minimal yang harus dapat
dilakukan atau ditampilkan siswa yang meliputi: pengetahuan,
keterampilan, dan sikap dan nilai nilai setelah mengikuti pembelajaran.
Kompetensi dapat dikenali melalui sejumlah hasil belajar dan indikatornya
yang dapat diukur dan diamati.

c. Perumusan Indikator hasil belajar


Indikator merupakan sasaran yang akan dicapai setelah proses
pembelajaran dilaksanakan. Indikator hasil belajar dijabarkan dari standar
kompetensi dan kompetensi dasar yang terdapat dalam kurikulum. Dalam
mengembangkan indikator perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik dan
kebutuhan belajar siswa
2) Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik Ilmu
Pengetahuan Alam yakni IPA sebagai proses, IPA sebagai
prosedur dan IPA sebagai produk.
3) Dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur dan atau
dapat diamati
d. Daftarlah Kebutuhan Media Pembelajaran
Media pembelajaran merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari kegiatan pembelajaran. Oleh karenanya dalam
perencanaan pembelajaran harus dicantumkan daftar kebutuhan
media, yang berisi daftar alat, benda, dan media lain yang akan
digunakan disertai dengan keterangan jumlah dan jenisnya
e. Rancangan Skenario Pembelajaran
Skenario pembelajaran berisi langkah tahap demi tahap bagaimana
pembelajaran akan dilaksanakan. Tahapan pembelajaran tertuang dalam
kegiatan awal kegiatan inti dan kegiatan akhir / pemantapan.
f. Penilaian dan Tindak Lanjut
Dalam Penilaian dan tindak lanjut ini dicantumkan contoh
teknik, bentuk dan prosedur penilaian yang akan digunakan untuk
menilai pencapaian belajar siswa serta tindak lanjut hasil penilaian
sebagai berikut:
1. Penilaian Sikap
Teknik Penilaian : Observasi sikap spiritual dan sikap sosial
Bentuk Penilaian : Skala Sikap (Lembar Observasi)
Prosedur Penilaian : Awal, saat, atau akhir pembelajaran
2. Penilaian pengetahuan
Teknik Penilaian : Tes
Bentuk Penilaian : Tertulis
Prosedur Penilaian : Saat pembelajaran.

3 . Penilaian Keterampilan
Teknik Penilaian : Non tes
Bentuk Penilaian : Unjuk kerja (Rubrik)
Prosedur Penilaian : Saat pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA

Ayhip. 2013. Karakteristik HOTS (Higher Ordering Thinking  Skill). Online :


https://mathematicshome.wordpress.com/2013/02/21/karakteristik-
hots-higher-ordering-thinking-skill/ (diases pada tanggal 17 Mei
2016)

Appleton, K. 1993. Using theory to guide practice: Teaching science from


a constructivist perspective. School Science and Mathematics, 93
(1993). 269-274.

Bell, B.F. 2005. “Children’s Science, Contructivism and Learning in


Science”. Tersedia pada: http://www.gsn.org/web/ontructivism
/whatis.htm.

Bryce, T. G. K, ddk. 1990. Techniques for Assessing Process Skills in


Practical Science. Oxford: Heinemann Educational Books.

Darliana. 2011. pendekatan fenomena mengatasi kelemahan


pembelajaran ipa.http://www.p4tkipa.org/. diakses  tanggal 09
September 2019.

DeVries, R. & Kohlberg, L. 1987. Constructivist early childhood education:


Overview and comparison with other program, Washington, DC.:
NAEYC.

Diah harianti. 2007.  Kajian kebijakan Kurikulum mata pelajaran ipa.


Departemen Pendidikan Nasional. Diakses tanggal 09 September
2019.

Doppelt, Y. 2005. “Assessment of Project-Based Learning”. International


Journal of Technology Education, Volume16, Nomor 2 . Tersedia
pada: http://scholar.lib.vt.edu/ejournals
/JTE/v16n2/pdf/doppelt.pdf.

Emiliannur. 2010. literacy  science. http://emiliannur.wordpress.com/.


Diakses tanggal 09 September 2019.

Hewson, P. W. & Hewson, M. G. 1988. An appropriate conception of


teaching science: A view from studies of science learning. Science
Education, 72, 597-614.

Hooper, C. 1990. In Focus: What science is learning about learning


science. The Journal of NIH Research, Vol. 2, No. 4 (1990), 75-89.
Irwandi Yogo Suaka . 2010. Peningkatan Literasi Sains dan Teknologi
dalam Pendidikan dan Implementasinya dalam
KTSP. http://www.blogger.com/. Diakses tanggal 09 September
2019.

Karim S, dkk. 2008. Belajar IPA. Membuka Cakrawala Alam Sekitar


untuk Kelas VIII Sekolah Menengah Pertama/Madrasah
Tsanawiyah, Jakarta: Pusbuk Depdiknas

Sukis &Yani. 2008. Mari belajar lmu alam sekitar 3 Untuk smp/mts kelas
ix . Jakarta. Pusat Perbukuan. Departemen Pendidikan Nasional.

Kemdikbud. 2013. Pengembangan Kurikulum 2013. Paparan Mendikbud


dalam Sosialisasi Kurikulum 2013. Jakarta :Kemdikbud.
Kemdikbud. 2013. Kompetensi Dasar Matematika SMP/MTs. Jakarta
:Kemdikbud.

Kemdikbud. 2013. Pembelajaran Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran


Matematika (Peminatan) Melalui Pendekatan Saintifik . Jakarta:
Kemdikbud.

Kemdikbud. 2013. Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013 .


Jakarta: Kemdikbud.

Kemdikbud. 2013. Pendekatan Scientific (Ilmiah) dalam Pembelajaran .


Jakarta: Pusbangprodik.

Masfrana Wijaya. 2011. Perkembangan


Literasi. http://masprana. Blogspot.com/. Diakses tanggal 09 September
2019

Mimin Haryati. 2010. Model dan Teknik Penilaian Pada Tingkat Satuan
Pendidikan. Jakarta: Gaung Persada Press.

M. Hosman. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam


Pembelajaran Abad 21. Bogor: Ghalia Indonesia.

National Research Council. 1996. National Science Education Standards.


Washington, DC.: National Academy Press.

Paiget, J. 1970. The Science of Education amd the Psychology of the


Child. NY: Grossman.
Roestiyah. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Rizal, Moh. Ahsan Shohifur. 2012. HOTS (High Order Think Skill)
Pengembangan Basis Pemikiran Komponen Pembelajaran. Online :
Artikel Edukasi

Sagala, Syaiful. 2010. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfa


Bheta.

Sahara, C dan Hanafiah N. 2012. Konsep Strategi Pembelajaran.


Bandung: Refika Aditama.

Saputra, Adi. 2015. Pengembangan Butir Soal Hots (Higher Order Of


Thinking Skill). Online :
http://adisaputrabtm.blogspot.co.id/2015/09/pengembangan-butir-
soal-hots-higher.html (diakses pada tanggal 17 Mei 2016)

Suhendra, Y. 2011. Perbandingan gender dalam prestasi literasi siswa


Indonesia.http://abstrak.digilib.upi.edu/Direktori/.  Diakses tanggal
09 September 2019

Sund, R. 1998. Teaching Science through Discovery . New York: Macmillan


Publishing Company.

Suyanto, S. 2006. Pengenalan Sains untuk Anak TK dengan Pendekatan


“Open Inquiry”. Jurnal EduKid, vol 1. No.1. April 2006. Diakses 09
September 2019

Wadsworth, Barry J. 1984. Piaget’s Theory of Cognitive and Affective


Development (3rd edition). New York: Longman Inc.

Wasis & Sugeng . 2008. Ilmu Pengetahuan Alam ,Jilid 2 untuk SMP dan
MTs Kelas VIII.
Jakarta. Pusat Perbukuan. Departemen Pendidikan Nasional
Devi, Kamalia Poppy. 2014. Pengembangan Soal “Higher Order
Thingking Skill” dalam Pembelajaran IPA SMP/MTs . Online : pdf

Wolfinger, D.M. 1994. Science and Mathematics in Early Childhood


Education. New York: Harper Collins College Publisher.

Wounter Van Joolingen.2007. https://telearn.archives-ouverter.fr/hal-


00197349 (diakses pada tanggal 09 September 2019)
LAMPIRAN 1
CONTOH SOAL HOTS DALAM PEMBELAJARAN IPA SD

1. Setelah hujan terjadi terkadang kamu melihat lengkungan cahaya di langit


yang terdiri dari berbagai warna atau yang biasa kita sebut sebagai
pelangi! Entah mengapa ada perasaan takjub ketika kita melihat pelangi.
Perhatikan gambar di bawah ini

Bagaimana proses terbentuknya pelangi?


2. Ketika kamu bermain-main ke sungai kecil yang jernih airnya. Kamu akan
melihat airnya yang dangkal, namun ketika kamu melompat masuk,
ternyata airnya sedikit lebih dalam daripada yang terlihat. Ya, air memang
selalu tampak lebih dangkal daripada yang sesungguhnya.

Mengapa hal ini bisa terjadi?


LAMPIRAN 2
SILABUS IPA SD KELAS TINGGI

Satuan Pendidikan : SDN 060953 Medan Labuhan


Kelas : IV (Empat)
Semester : I (Satu)
Tema : 5. Pahlawanku
Sub Tema : 2. Pahlawan Kebanggaanku
Pembelajaran :1
Alokasi waktu : 2 Jam Pelajaran

Kompetensi Inti
1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.
2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan
percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, dan guru.
3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar,
melihat, membaca) dan bertanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang
dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda
yang dijumpainya di rumah dan di sekolah.
4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis,
dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak
sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman
dan berakhlak mulia.

Kompetensi Dasar

IPA
3.7 Menerapkan sifat-sifat cahaya dan keterkaitannya dengan indera
penglihatan.
4.7 Menyajikan laporan hasil percobaan tentang sifat-sifat cahaya.

Pemetaan
Pembelajaran Mata Materi Penilaian
pelajaran/
KD
Sub tema 2 Sikap: (observasi)
Pembelajaran 1 IPA 3.7 IPA  Jujur
IPA 4.7 Cahaya dan  Tanggung Jawab
1. Melakukan percobaan
Cermin
mengenai sifat-sifat
cahaya dengan Pengetahuan: tes tertulis
menggunakn cermin  Sifat-sifat cahaya
2. Menyampaikan laporan Keterampilan:
percobaan tentang cahaya  Mengomunikasikan hasil
dan cermin
 Mengidentifikasi
 Mengelola informasi
 Menyimpulkan

LAMPIRAN 3 BAHAN AJAR IPA SD KELAS TINGGI

Satuan Pendidikan : SDN 060953 Medan Labuhan


Kelas : IV (Empat)
Semester : I (Satu)
Tema : 5. Pahlawanku
Sub Tema : 2. Pahlawan Kebanggaanku
Pembelajaran :1
Alokasi waktu : 2 Jam Pelajaran

A. Kompetensi Inti

1. Menerima menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang


dianutnya
2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli,
dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman,
guru, dan tetangganya.
3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati
(mendengar, melihat, membaca) dan menanya berdasarkan rasa
ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan
kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah,
sekolah, dan tempat bermain.
4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas,
sistematis, dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan
yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang
mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.

B. Kompetensi Dasar Dan Indikator Pencapaian Kompetensi


Muatan: IPA
Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian
Kompetensi
3.7 Memahami sifat-sifat 3.7.1 Mengidentifikasi sifat-
cahaya dan keterkaitannya sifat cahaya dan keterkaitannya
dengan indera penglihatan dengan indera penglihatan
dalam kehidupan sehari- hari.
4.7 Menyajikan laporan hasil 4.7.1 Melaporkan hasil
pengamatan dan/atau percobaan cahaya dan cermin
percobaan yang memanfaatkan yang memanfaatkan sifat-sifat
sifat-sifat cahaya cahaya dalam bentuk tulisan.
C. Tujuan Pembelajaran
1. Setelah melakukan percobaan tentang cahaya dan cermin, peserta
didik mampu mengidentifikasi sifat-sifat cahaya dan keterkaitannya
dengan indera penglihatan dalam kehidupan sehari- hari. dengan
benar
2. Setelah melakukan percobaan tentang cahaya dan cermin, peserta
didik mampu Melaporkan hasil percobaan cahaya dan cermin yang
memanfaatkan sifat-sifat cahaya dalam bentuk tulisan dengan
benar.

D. Materi
1. Sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan penglihatan.

Ayo Membaca
Cahaya adalah nama yang diberikan manusia pada radiasi yang dapat
dilihat oleh mata manusia. Cahaya merupakan gelombang
eloktromagnetik, yaitu gelombang yang getarannya adalah medan listrik
dan medan magnet. Berdasarkan jenisnya, cahaya dibedakan menjadi
cahaya yang tampak dan cahaya yang tidak tampak. Cahaya tampak
adalah cahaya yang jika mengenai benda maka benda tersebut akan
dapat dilihat oleh manusia, contoh cahaya matahari. Cahaya tak tampak
adalah cahaya yang bila mengenai benda tidak akan tampak lebih terang
atau masih sama sebelum terkena cahaya. Contoh cahaya tak tampak
adalah sinar inframerah dan sinar x. Cahaya tampak dibagi menjadi 2
yaitu monokromatik dan polikromatik. Monokromatik adalah satu cahaya
yang terdiri dari satu warna, contohnya merah. Sedangkan polikromatik
adalah satu cahaya yang terdiri dari beberapa warna, contohnya ungu,
merupakan kombinasi antara merah dan biru. 
Kita memerlukan cahaya untuk dapat melihat. Benda-benda yang
ada di sekitar kita dapat kita lihat apabila ada cahaya yang mengenai
benda tersebut, dan cahaya yang mengenai benda tersebut dipantulkan
oleh benda ke mata. Walaupun benda terkena cahaya, jika pantulannya
terhalang dari mata kita, kita tidak dapat melihat benda tersebut, misalnya
suatu benda yang berada di balik tirai atau tembok.
Sebuah benda dapat dilihat karena adanya cahaya, yang memancar
atau dipantulkan dari benda tersebut, yang sampai ke mata. Berdasarkan
sumbernya cahaya dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

 Cahaya yang berasal dari benda itu sendiri, seperti matahari,


senter, lilin, dan lampu;
 Cahaya yang memancar dari benda akibat memantulnya cahaya
pada permukaan benda tersebut dari sumber cahaya. Misalnya, jika
kamu melihat benda berwarna biru, artinya benda tersebut
memantulkan cahaya berwarna biru. 
Berdasarkan dapat tidaknya memancarkan cahaya, benda dikelompokkan
menjadi benda sumber cahaya dan benda gelap. Benda sumber cahaya
dapat memancarkan cahaya. Contoh benda sumber cahaya yaitu
Matahari, lampu, dan nyala api. Sementara itu, benda gelap tidak dapat
memancarkan cahaya. Contoh benda gelap yaitu batu, kayu, dan kertas.

Cahaya mempunyai sifat-sifat tertentu. Sifat-sifat cahaya banyak


manfaatnya bagi kehidupan. 
1. Cahaya Merambat Lurus

Saat berjalan di kegelapan,


kita memerlukan senter. Cahaya dari lampu senter arah rambatannya
menurut garis lurus. Atau ketika kita melihat cahaya matahari yang
menerobos masuk melalui genting. Kedua hal tersebut membuktikan
bahwa cahaya merambat lurus. Kegiatan yang dapat untuk membuktikan
bahwa cahaya merambat lurus adalah dengan menggunakan karton yang
diberi lubang seperti gambar di samping. Ketika lobang karton disusun
lurus kita dapat melihat cahaya lilin, namun ketika salah satu lobang
digeser kita tidak bisa lagi melihat cahaya tersebut. Sifat cahaya yang
selalu merambat lurus ini dimanfaatkan manusia pada pembuatan lampu
senter dan lampu kendaraan bermotor.
2. Cahaya Dapat Menembus Benda Bening
Amatilah ketika kamu berjalan di bawah cahaya matahari. Ke mana
pun kamu berjalan, selalu diikuti oleh bayanganmu sendiri. Bayang-
bayang tubuhmu akan hilang ketika kamu masuk ke dalam rumah atau
berlindung di balik pohon yang besar. Bayangan terbentuk karena cahaya
tidak dapat menembus suatu benda. Ketika cahaya mengenai tubuhmu,
cahaya tidak dapat menembus tubuhmu sehingga terbentuklah bayangan.
Begitu pula ketika cahaya mengenai rumahmu dan pohon yang besar.
Bayangan adalah daerah gelap yang terbentuk akibat cahaya tidak dapat
menembus suatu benda. Bayangan dibedakan menjadi dua, yakni
bayangan nyata dan bayangan maya. Bayangan maya (semu) adalah
bayangan yang dapat dilihat mata, tapi tidak dapat ditangkap pada layar,
sedangkan bayangan nyata adalah bayangan yang dapat ditangkap layar. 
Berdasarkan dapat atau tidaknya di tembus cahaya, benda-benda
digolongkan menjadi 3:

 Opaque atau benda tidak tembus cahaya, Adalah benda gelap yang


tidak dapat ditembus oleh cahaya sama sekali. Opaque
memantulkan semua cahaya yang mengenainya. Benda semacam
ini contohnya adalah buku, kayu, tembok, dan air keruh.
 Benda Bening, yakni benda-benda yang dapat ditembus cahaya.
Benda bening juga sering disebut benda transparant. Benda
transparant meneruskan semua cahaya yang mengenainya.
Contohnya kaca yang bening dan air jernih
 Benda Transluent Benda transluent adalah benda-benda yang
dapat meneruskan sebagian cahaya yang datang dan menyebarkan
sebagian cahaya yang lainnya. Contohnya kain gorden tipis, dan
beberapa jenis plastik.

3. Cahaya dapat dipantulkan

Pemantulan (refleksi) atau pencerminan adalah proses


terpancarnya kembali cahaya dari permukaan benda yang terkena cahaya.
Contoh peristiwa pemantulan cahaya adalah saat kita bercermin.
Bayangan tubuh kita akan terlihat di cermin, karena cahaya yang
dipantulkan tubuh kita, saat mengenai permukaan cermin, dipantulkan,
atau dipancarkan kembali hingga masuk ke mata kita. Pemantulan pada
cermin, termasuk pemantulan teratur. Pemantulan teratur terjadi pada
benda yang permukaannya rata dan mengkilap/licin. Pada benda
semacam ini, cahaya dipantulkan dengan arah yang sejajar, sehingga
dapat membentuk bayangan benda dengan sangat baik. Pada benda yang
permukaannya tidak rata, cahaya yang datang dipantulkan dengan arah
yang tidak beraturan. Pemantulan semacam ini disebut pemantulan baur,
atau pemantulan difus. 
Cermin merupakan salah satu benda yang memantulkan cahaya.
Berdasarkan bentuk permukaannya ada cermin datar dan cermin
lengkung. Cermin lengkung ada dua macam, yaitu cermin cembung dan
cermin cekung.
a. Cermin Datar
Cermin datar yaitu cermin yang permukaan bidang pantulnya datar dan
tidak melengkung. Cermin datar biasa kamu gunakan untuk bercermin.
Pada saat bercermin, kamu akan melihat bayanganmu di dalam cermin.
Bayangan pada cermin datar mempunyai sifat-sifat berikut.
 Ukuran (besar dan tinggi) bayangan sama dengan ukuran benda.
 Jarak bayangan ke cermin sama dengan jarak benda ke cermin.
 Kenampakan bayangan berlawanan dengan benda. Misalnya
tangan kirimu akan menjadi tangan kanan bayanganmu.
 Bayangan tegak seperti bendanya.
 Bayangan bersifat semu atau maya. Artinya, bayangan dapat dilihat
dalam cermin, tetapi tidak dapat ditangkap oleh layar.

b. Cermin Cembung  (positif)


Cermin cembung yaitu cermin yang permukaan bidang pantulnya
melengkung ke arah luar. Cermin cembung biasa digunakan untuk spion
pada kendaraan bermotor. Bayangan pada cermin cembung bersifat
maya, tegak, dan lebih kecil (diperkecil) daripada benda yang
sesungguhnya.

c. Cermin Cekung  (negatif)


Cermin cekung yaitu cermin yang bidang pantulnya melengkung ke arah
dalam. Cermin cekung biasanya digunakan sebagai reflektor pada lampu
mobil dan lampu senter. Sifat bayangan benda yang dibentuk oleh cermin
cekung sangat bergantung pada letak benda terhadap cermin. Jika benda
dekat dengan cermin cekung, bayangan benda bersifat tegak, lebih besar,
dan semu (maya). Jika benda jauh dari cermin cekung, bayangan benda
bersifat nyata (sejati) dan terbalik.

4. Cahaya Dapat Dibiaskan

Pembiasan adalah pembelokan arah rambat cahaya, saat melewati dua


medium yang berbeda kerapatannya. Pembiasan cahaya dimanfaatkan
manusia dalam pembuatan berbagai alat optik. Apabila cahaya merambat
dari zat yang kurang rapat ke zat yang lebih rapat, cahaya akan dibiaskan
mendekati garis normal. Misalnya cahaya merambat dari udara ke air.
Sebaliknya, apabila cahaya merambat dari zat yang lebih rapat ke zat
yang kurang rapat, cahaya akan dibiaskan menjauhi garis
normal. Misalnya cahaya merambat dari air ke udara. 

Pembiasan cahaya sering kamu jumpai dalam kehidupan sehari-hari.


Misalnya dasar kolam terlihat lebih dangkal daripada kedalaman
sebenarnya. Gejala pembiasan juga dapat dilihat pada pensil yang
dimasukkan ke dalam gelas yang berisi air. Pensil tersebut akan tampak
patah.

5. Cahaya dapat diuraikan


Cahaya putih seperti cahaya matahari termasuk jenis cahaya polikromatik.
Cahaya polikromatik adalah cahaya yang tersusun atas beberapa
komponen warna. Cahaya putih tersusun atas spektrum-spektrum cahaya
yang berwarna merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu.
Spektrum warna yang tidak dapat diuraikan lagi disebut cahaya
monokromatik.  Cahaya putih dapat diuraikan. Saat melewati prisma,
cahaya putih akan mengalami dispersi (penguraian). Contoh peristiwa
dispersi cahaya yang terjadi secara alami adalah peristiwa terbentuknya
pelangi. 

Pelangi terbentuk dari cahaya matahari yang diuraikan oleh titik-titik air
hujan di langit. Cahaya matahari yang kita lihat berwarna putih. Namun,
sebenarnya cahaya matahari tersusun atas banyak cahaya berwarna.
Kita juga dapat mengamati peristiwa dispersi cahaya pada balon air. Kita
dapat menggunakan air sabun untuk membuat balon air. Jika air sabun
ditiup di bawah sinar matahari, kamu akan melihat berbagai macam
warna berkilauan pada permukaan balon air tersebut. 
Sifat-sifat cahaya  dapat dimanfaatkan dalam pembuatan berbagai macam
alat, di antaranya periskop, teleskop, kaleidoskop, dan lup. 
 Periskop

Awak kapal selam yang berada di kedalaman laut dapat mengamati


permukaan laut menggunakan periskop. Periskop menerapkan sifat
cahaya yang berupa pemantulan. Cahaya dari atas permukaan
laut ditangkap oleh suatu cermin, kemudian dipantulkan menuju mata
pengamat di dalam kapal selam.
 Teleskop

Teleskop memiliki prinsip kerja yang hampir sama dengan


periskop. Teleskop memiliki dua lensa yang dapat membiaskan
cahaya. Adanya pembiasan itu membuat objek yang jauh terlihat
sangat dekat. Teleskop pertama dibuat pada tahun 1608 oleh orang
Belanda bernama Hans Lippershey. Setahun kemudian, Galileo Galilei
menyempurnakan teleskop itu. Setelah disempurnakan, teleskop dapat
digunakan untuk mengamati bintang.
 Kaleidoskop

Kaleidoskop adalah mainan yang dibuat menggunakan cermin. Dengan


alat ini, kamu dapat membuat aneka macam pola yang mengagumkan.
Pola-pola ini diperoleh karena bayangan benda-benda dalam kaleidoskop
mengalami pemantulan berkali-kali. Dengan demikian, jumlah benda
terlihat lebih banyak daripada benda aslinya.
 Lup

Lup merupakan alat optik yang sangat sederhana. Alat ini berupa lensa
cembung. Lup berfungsi membantu mata untuk melihat bendabenda kecil
agar tampak besar dan jelas.

Cahaya adalah nama yang diberikan manusia pada radiasi yang dapat
dilihat oleh mata manusia. Cahaya merupakan gelombang
eloktromagnetik, yaitu gelombang yang getarannya adalah medan listrik
dan medan magnet. Berdasarkan jenisnya, cahaya dibedakan menjadi
cahaya yang tampak dan cahaya yang tidak tampak. Cahaya tampak
adalah cahaya yang jika mengenai benda maka benda tersebut akan
dapat dilihat oleh manusia, contoh cahaya matahari. Cahaya tak tampak
adalah cahaya yang bila mengenai benda tidak akan tampak lebih terang
atau masih sama sebelum terkena cahaya. Contoh cahaya tak tampak
adalah sinar inframerah dan sinar x. 

Sifat-sifat cahaya antara lain :


a. merambat lurus 
b. dapat dipantulkan 
c. dapat dibiaskan
d. dapat didispersikan

Sifat-sifat bayangan pada cermin sebagai berikut.


a. Cermin datar: maya, tegak, dan sama besar.
b. Cermin cembung: maya, tegak, dan diperkecil.
c. Cermin cekung:
    1) maya, tegak, dan diperbesar (jika benda dekat dengan cermin
cekung),
    2) nyata, terbalik (jika benda jauh dari cermin cekung).
Alat-alat yang memanfaatkan sifat-sifat cahaya di antaranya periskop,
kaleidoskop, dan lup

Pilihlah jawaban yang tepat. A. Pilihlah jawaban yang tepat.


1.  Peristiwa yang merupakan bukti cahaya merambat lurus yaitu . . . .
a. memantulnya cahaya pada cermin
b. rambatan cahaya matahari yang lurus ketika melewati genting
kaca
c. cahaya menembus benda bening
d. terbentuknya pelangi pada saat hujan
2.  Kita dapat melihat benda di balik kaca jendela, karena . . . .
a. kaca jendela tipis
b. kaca jendela mengilap
c. cahaya dapat melewati kaca
d. benda memancarkan cahaya
3.   Di bawah ini yang termasuk benda tembus cahaya yaitu . . . .
a. kertas 
b. tripleks
c. air jernih
d. kayu
4. Terjadi 2 keadaan berikut: cahaya merambat lurus dan cahaya
mengenai benda gelap. Dari keadaan tersebut akan terjadi....
a. bayang-bayang benda
b. pembelokan cahaya oleh benda
c. pemantulan cahaya
d. penembusan cahaya kepada benda
5.  Di antara jenis benda berikut yang biasa digunakan untuk bercermin
yaitu . . . .
a. cermin cembung
b. cermin cembung
c. cermin cekung
d. cermin datar
LAMPIRAN 4
LEMBAR KERJA SISWA IPA SD KELAS TINGGI

Satuan Pendidikan : SDN 060953 Medan Labuhan


Kelas : IV (Empat)
Semester : I (Satu)
Tema : 5. Pahlawanku
Sub Tema : 2. Pahlawan Kebanggaanku
Pembelajaran :1
Alokasi waktu : 2 Jam Pelajaran

A. Kompetensi Inti

1. Menerima menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang


dianutnya
2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli,
dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman,
guru, dan tetangganya.
3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati
(mendengar, melihat, membaca) dan menanya berdasarkan rasa
ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan
kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah,
sekolah, dan tempat bermain.
4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas,
sistematis, dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan
yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang
mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.

B. Kompetensi Dasar Dan Indikator Pencapaian Kompetensi


Muatan: IPA
Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi
3.7 Memahami sifat-sifat cahaya 3.7.1 Mengidentifikasi sifat-sifat
dan keterkaitannya dengan indera cahaya dan keterkaitannya dengan
penglihatan indera penglihatan dalam kehidupan
sehari- hari.
4.7 Menyajikan laporan hasil 4.7.1 Melaporkan hasil percobaan
pengamatan dan/atau percobaan cahaya dan cermin yang
yang memanfaatkan sifat-sifat memanfaatkan sifat-sifat cahaya
cahaya dalam bentuk tulisan.

C. Tujuan Pembelajaran
1. Setelah melakukan percobaan tentang cahaya dan cermin, peserta
didik mampu mengidentifikasi sifat-sifat cahaya dan keterkaitannya
dengan indera penglihatan dalam kehidupan sehari- hari. dengan
benar
2. Setelah melakukan percobaan tentang cahaya dan cermin, peserta
didik mampu Melaporkan hasil percobaan cahaya dan cermin yang
memanfaatkan sifat-sifat cahaya dalam bentuk tulisan dengan
benar.

D. Materi
Sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan penglihatan.

Ayo Mencoba

Amati gambar di atas. Amati pula gambar skema pantulan sinar


matahari pada cermin datar
Kamu akan mempraktikkan cara berkomunikasi menggunakan cahaya dan
cermin.
Percobaan
Berkomunikasi Menggunakan Cahaya dan Cerimin Langkah-langkah
Percobaan
1. Duduk bersama kelompokmu.
2. Perlihatkan cerminmu kepada kelompokmu.
3. Gunakan cermin untuk memantulkan cahaya matahari.
4. Diskusikan kode yang disepakati untuk berkomunikasi beserta
artinya (misalnya ketika cahaya dipantulkan menggunakan cermin
dan digerakkan melingkar sebanyak tiga kali, itu berarti seluruh
anggota kelompok berkumpul di tengah halaman sekolah).
5. Setelah berdiskusi, anggota kelompok menyebar ke tempat yang
berbeda di sekitar sekolah.
6. Setiap anggota kelompok berdiri di tempat yang terdapat cahaya
matahari.
7. Pantulkan cahaya kepada tempat yang disepakati.
8. Buat laporan tentang sifat cahaya di akhir kegiatan. Buatlah laporan
dari percobaanmu.

Laporan Kegiatan percobaan

Nama Percobaan :

Tujuan Percobaan :

Alat –alat :

Langkah Kerja :
Kesimpulan :

Sampaikan laporanmu kepada guru.

LAMPIRAN 5

PENILAIAN DAN EVALUASI IPA SD KELAS TINGGI

Satuan Pendidikan : SDN 060953 Medan Labuhan


Kelas : IV (Empat)
Semester : I (Satu)
Tema : 5. Pahlawanku
Sub Tema : 2. Pahlawan Kebanggaanku
Pembelajaran :1
Alokasi waktu : 2 Jam Pelajaran

A. Kompetensi Inti

1. Menerima menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang


dianutnya
2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli,
dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman,
guru, dan tetangganya.
3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati
(mendengar, melihat, membaca) dan menanya berdasarkan rasa
ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan
kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah,
sekolah, dan tempat bermain.
4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas,
sistematis, dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan
yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang
mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.

B. Kompetensi Dasar Dan Indikator Pencapaian Kompetensi


Muatan: IPA
Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian
Kompetensi
3.7 Memahami sifat-sifat 3.7.1 Mengidentifikasi sifat-sifat
cahaya dan keterkaitannya cahaya dan keterkaitannya
dengan indera penglihatan dengan indera penglihatan
dalam kehidupan sehari- hari.
4.7 Menyajikan laporan hasil 4.7.1 Melaporkan hasil
pengamatan dan/atau percobaan cahaya dan cermin
percobaan yang memanfaatkan yang memanfaatkan sifat-sifat
sifat-sifat cahaya cahaya dalam bentuk tulisan.

C. Tujuan Pembelajaran
1. Setelah melakukan percobaan tentang cahaya dan cermin, peserta
didik mampu mengidentifikasi sifat-sifat cahaya dan keterkaitannya
dengan indera penglihatan dalam kehidupan sehari- hari. dengan
benar
2. Setelah melakukan percobaan tentang cahaya dan cermin, peserta
didik mampu Melaporkan hasil percobaan cahaya dan cermin yang
memanfaatkan sifat-sifat cahaya dalam bentuk tulisan dengan
benar.

D. Materi
Sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan penglihatan.

E. PENILAIAN
A. Bentuk Instrumen Penilaian
1. Penilaian Sikap
Teknik Penilaian : Observasi sikap spiritual dan sikap sosial
Bentuk Penilaian : Skala Sikap
Prosedur Penilaian : Awal, saat, atau akhir pembelajaran

Pengamatan dan pencatatan sikap siswa selama kegiatan


pembelajaran berlangsung
a. Sikap Spiritual Siswa
Rubrik penilaian sikap spiritual
Sikap Kriteria
Berdoa sebelum
Kriteria 1: Berdoa sebelum dan
dan sesudah
sesudah belajar
melakukan
Kriteria 2:Mengingatkan teman untuk
kegiatan
selalu berdoa
pembelajaran
Kriteria 3: Selalu menerima penugasan
Berperilaku dengan sikap terbuka
bersyukur Kriteria 4:Selalu merasa gembira dalam
segala hal

Lembar Observasi Sikap Spiritual Siswa


Kelas/Sem :
Pelaksanaan pengamatan : Selama pembelajaran
Kriteria Kriteria Kriteria Kriteria
No. Nama Siswa 1 2 3 4
T BT T BT T BT T BT
1
2
3
4
Keterangan:
T : Terlihat
BT : Belum Terlihat
Berilah tanda centang (√) pada kolom yang sesuai

b. Sikap Sosial Siswa


Rubrik penilaian sikap sosial
Kriteria
Sikap
Kriteria 1: Berani tampil di depan kelas
Percaya diri Kriteria 2: Berani mengemukakan
pendapat
Kriteria 3: Mengerjakan tugas dengan
baik
Disiplin Kriteria 4: Mengambil dan
mengembalikan peralatan belajar pada
tempatnya

Lembar Observasi Sikap Sosial Siswa


Kelas/Sem :
Pelaksanaan pengamatan : Selama pembelajaran
Kriteria Kriteria Kriteria Kriteria
No. Nama Siswa 1 2 3 4
T BT T BT T BT T BT
1
2
3
4
Keterangan:
T : Terlihat
BT : Belum Terlihat
Berilah tanda centang (√) pada kolom yang sesuai

2. Penilaian pengetahuan

Teknik Penilaian : Tes


Bentuk Penilaian : tertulis
Prosedur Penilaian : Saat pembelajaran.

c. Menjawab pertanyaan dari bahan ajar pendukung


Bentuk tes : Tes Tertulis

A. Pilihlah jawaban yang tepat.


1.  Peristiwa yang merupakan bukti cahaya merambat lurus yaitu . . . .
a. memantulnya cahaya pada cermin
b. rambatan cahaya matahari yang lurus ketika melewati genting
kaca
c. cahaya menembus benda bening
d. terbentuknya pelangi pada saat hujan
2.  Kita dapat melihat benda di balik kaca jendela, karena . . . .
a. kaca jendela tipis
b. kaca jendela mengilap
c. cahaya dapat melewati kaca
d. benda memancarkan cahaya
3.   Di bawah ini yang termasuk benda tembus cahaya yaitu . . . .
a. kertas 
b. tripleks
c. air jernih
d. kayu
4. Terjadi 2 keadaan berikut: cahaya merambat lurus dan cahaya
mengenai benda gelap. Dari keadaan tersebut akan terjadi....
a. bayang-bayang benda
b. pembelokan cahaya oleh benda
c. pemantulan cahaya
d. penembusan cahaya kepada benda
5.  Di antara jenis benda berikut yang biasa digunakan untuk bercermin
yaitu . . . .
a. cermin cembung
b. cermin cembung
c. cermin cekung
d. lensa datar
Jawaban
1. b. rambatan cahaya matahari yang lurus ketika melewati genting
kaca
2. c. cahaya dapat melewati kaca
3. c. air jernih
4. a. bayang-bayang benda
5. d. cermin datar
Skor Maksimal : 100
Penilaian : Skor yang diperoleh ÷ Skor
maksimal x 100 =
Kriteria penilaian
 Benar 5 diberi nilai 100
 Benar 4 diberi nilai 80
 Benar 3 diberi nilai 60
 Benar 2 diberi nilai 40
 Benar 1 diberi nilai 20

KONVERSI NILAI
PREDIKAT KLASIFIKASI
(SKALA 0-100)
81-100 A SANGAT BAIK
66-80 B BAIK
51-65 C CUKUP
0-50 D KURANG

Rekap Skor Siswa

No Nama Skor Klasifikasi

d. Mengisi laporan hasil percobaan


Bentuk tes : Tes Tertulis

Laporan Kegiatan percobaan

Nama Percobaan :
Tujuan Percobaan :

Alat –alat :

Langkah Kerja :

Kesimpulan :

Kunci Jawaban

Laporan Kegiatan percobaan

Nama Percobaan : Berkomunikasi Menggunakan Cahaya


dan Cermin

Tujuan Percobaan : untuk mengetahui penggunaan cahaya


sebagai alat komunikasi
Alat –alat : cermin, cahaya matahari,

Langkah Kerja :
1. Duduk bersama kelompokmu.
2. Perlihatkan cerminmu kepada kelompokmu.
3. Gunakan cermin untuk memantulkan cahaya
matahari.
4. Diskusikan kode yang disepakati untuk berkomunikasi
beserta artinya (misalnya ketika cahaya dipantulkan
menggunakan cermin dan digerakkan melingkar
sebanyak tiga kali, itu berarti seluruh anggota
kelompok berkumpul di tengah halaman sekolah).
5. Setelah berdiskusi, anggota kelompok menyebar ke
tempat yang berbeda di sekitar sekolah.
6. Setiap anggota kelompok berdiri di tempat yang
terdapat cahaya matahari.
7. Pantulkan cahaya kepada tempat yang disepakati.
8. Buat laporan tentang sifat cahaya di akhir kegiatan.
Buatlah laporan dari percobaanmu.

Kesimpulan :
Kita bisa berkomunikasi dengan menggunakan cahaya
matahari dan cermin, pantulan sinar matahari pada cermin
dapat membuat seseorang dapat mengetahui letak
seseorang

Skor Maksimal : 100


Penilaian : Skor yang diperoleh ÷ Skor
maksimal x 100 =
Kriteria penilaian :
 Benar 5 mendapatkan nilai 100
 Benar 4 mendapatkan nilai 80
 Benar 3 mendapatkan nilai 60
 Benar 2 mendapatkan nilai 40
 Benar 1 mendapatkan nilai 20

KONVERSI
NILAI (SKALA PREDIKAT KLASIFIKASI
0-100)
81-100 A SANGAT BAIK
66-80 B BAIK
51-65 C CUKUP
0-50 D KURANG

Rekap Skor Siswa

No Nama Skor Klasifikasi

2. Penilaian Keterampilan
Teknik Penilaian : Non tes
Bentuk Penilaian : Unjuk kerja
Prosedur Penilaian : Saat pembelajaran.

Perlu
No Baik Sekali Baik Cukup
Kriteria bimbingan
. 4 3 2
1

1. Kelengkapan Siswa mampu Siswa mampu Siswa mampu Siswa


laporan hasil mengisi semua mengisi 3 hal mengisi 2 hal belum
percobaan hal dalam dalam laporan dalam laporan mampu
cahaya dan laporan hasil hasil percobaan hasil mengisi
cermin percobaan chaaya dan percobaan laporan
cahaya dan cermin cahaya dan hasil
cermin cermin percobaan
cahaya dan
cermin

2. Kerapian Tulisan sangat Tulisan rapi Tulisan kurang Tulisan


tulisan rapi rapi tidak rapi

a. Rubrik Unjuk Kerja Melaporkan hasil percobaan


cahaya dan cermin yang memanfaatkan sifat-sifat
cahaya dalam bentuk tulisan.

Lembar observasi/pengamatan
No Nama Kriteria 1 Kriteria 2 Skor
Siswa 4 3 2 1 4 3 2 1
1.
2.
3.

4.

LAMPIRAN 6
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP) KURIKULUM 2013

Satuan Pendidikan : SDN 060953 Medan Labuhan


Kelas : IV (Empat)
Semester : I (Satu)
Tema : 5. Pahlawanku
Sub Tema : 2. Pahlawan Kebanggaanku
Pembelajaran :1
Alokasi waktu : 2 Jam Pelajaran

A. Kompetensi Inti
1. Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang
dianutnya.
2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli,
dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman,
guru, dan tetangganya.
3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati
(mendengar, melihat, membaca) dan menanya berdasarkan rasa
ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan
kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah,
sekolah, dan tempat bermain.
4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas,
sistematis, dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan
yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang
mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.

B. Kompetensi Dasar Dan Indikator Pencapaian Kompetensi


Muatan: IPA
Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian
Kompetensi
3.7 Memahami sifat-sifat 3.7.1 Mengidentifikasi sifat-sifat
cahaya dan keterkaitannya cahaya dan keterkaitannya
dengan indera penglihatan dengan indera penglihatan dalam
kehidupan sehari- hari.
4.7 Menyajikan laporan hasil 4.7.1 Melaporkan hasil
pengamatan dan/atau percobaan cahaya dan cermin
percobaan yang memanfaatkan yang memanfaatkan sifat-sifat
sifat-sifat cahaya cahaya dalam bentuk tulisan.

C. Tujuan Pembelajaran
1. Setelah melakukan percobaan tentang cahaya dan cermin, peserta
didik mampu mengidentifikasi sifat-sifat cahaya dan keterkaitannya
dengan indera penglihatan dalam kehidupan sehari- hari. dengan
benar
2. Setelah melakukan percobaan tentang cahaya dan cermin, peserta
didik mampu Melaporkan hasil percobaan cahaya dan cermin yang
memanfaatkan sifat-sifat cahaya dalam bentuk tulisan dengan
benar.

D. Materi
Sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan penglihatan.

E. Metode Pembelajaran
Pendekatan : Scientific
Strategi : Cooperative Learning
Teknik : Example Non Example
Metode : Penugasan, Tanya Jawab, Diskusi dan Ceramah

F. Sumber dan Media Pembelajaran


1. Sumber :
Angie, dkk. 2017. Buku Guru Tema 5 “Pahlawanku” kelas IV
(Buku Tematik Kurikulum 2013). Jakarta: Kementerian
pendidikan dan Kebudayaan
Angie, dkk. 2017. Buku Siswa Tema 5 “Pahlawanku” kelas IV
(Buku Tematik Kurikulum 2013). Jakarta: Kementerian
pendidikan dan Kebudayaan
Nurhadi. Fitria, Hartitik Rahmawati. 2009. BSE Mengenal
Lingkungan Sekitar Ilmu Pengetahuan Sosial untuk
Kelas IV. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

2. Media :
 Percobaan IPA : setiap kelompok membutuhkan 1 cermin datar

G. Kegiatan Pembelajaran
Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu
Pendahuluan 1. Kelas dimulai dengan dibuka dengan 15 menit
salam, menanyakan kabar dan
mengecek kehadiran peserta didik

2. Kelas dilanjutkan dengan do’a dipimpin


oleh salah seorang peserta didik.

3. Peserta didik diingatkan untuk selalu


mengutamakan sikap disiplin setiap
saat dan menfaatnya bagi tercapainya
cita-cita.

4. Menyanyikan lagu Maju Tak Gentar


. Guru memberikan penguatan tentang
pentingnya menanamkan semangat
Nasionalisme.(karakter)

5. Memberikan apersepsi yakni


menanyakan pembelajaran yang
kemarin dipelajari dengan tujuan agar
peserta didik mengingat pembelajaran
yang telah dilakukan.

6. Melakukan kegiatan literasi dengan


menggunakan video selama 5 menit
dengan tujuan membiasakan kegiatan
mendengar dan mengamati dan
mengajak peserta didik mendiskusikan
pertanyaan-pertanyaan berikut:
(critical thinking)

 Apa yang kalian lihat pada video


tersebut?

 Apa judul videonya?

 Kira-kira video ini menceritakan


tentang apa?

 Bagaimana cerita didalam video tadi?


coba ceritakan kembali apa yang
diceritakan pada video tersebut.

7. Menyebutkan tujuan pembelajaran


yang akan dicapai
Inti Ayo Mencoba 50 menit
1. Guru melanjutkan kegiatan dengan
menginformasikan bahwa peserta
didik akan melakukan percobaan
tentang cahaya dan cermin.
2. Setiap peserta didik diminta untuk
membaca teks pada buku
pelajaran.
3. Peserta didik kemudian menuliskan
tiga pertanyaan tentang
berkomunikasi menggunakan
cermin.
4. Pertanyaan ditukar dengan teman
sebelah dan peserta didik kemudian
menjawab pertanyaan temannya.
5. Setelah selesai peserta didik
mengembalikannya dan memeriksa
jawaban teman.
6. Guru membahasnya sebentar
tentang topik berkomunikasi
dengan cermin. Berikan
kesempatan kepada peserta didik
untuk bertanya.
7. Percobaan dapat dilakukan di luar
kelas. Guru meminta peserta didik
dengan tertib ke luar kelas dan
berkumpul di halaman setelah
mereka membaca prosedur
percobaan dan memahaminya.
8. Peserta didik diberi kesempatan
untuk melakukan percobaan
beberapa kali dan
9. setelah selesai mereka diminta
kembali ke dalam kelas untuk
membuat laporan pada tabel yang
sudah disediakan pada buku
pelajaran. (creativity)
Penutup 10 menit
1. Peserta didik mengemukan kesimpulan
pembelajaran hari ini
2. memberikan penguatan kepada peserta
didik
3. Peserta didik diberikan kesempatan
berbicara /bertanya dan menambahkan
informasi dari peserta didik lainnya.
4. Pemberian tugas
5. Menyanyikan salah satu lagu daerah
”Rasa Sayange” untuk menumbuhkan
nasionalisme, persatuan, dan toleransi.
6. Salam dan do’a penutup di pimpin oleh
salah satu peserta didik.

H. PENILAIAN
A. Bentuk Instrumen Penilaian
1. Penilaian Sikap
Teknik Penilaian : Observasi sikap spiritual dan sikap sosial
Bentuk Penilaian : Skala Sikap
Prosedur Penilaian : Awal, saat, atau akhir pembelajaran

Pengamatan dan pencatatan sikap siswa selama kegiatan


pembelajaran berlangsung
a. Sikap Spiritual Siswa
Rubrik penilaian sikap spiritual
Sikap Kriteria
Berdoa sebelum
Kriteria 1: Berdoa sebelum dan
dan sesudah
sesudah belajar
melakukan
Kriteria 2:Mengingatkan teman untuk
kegiatan
selalu berdoa
pembelajaran
Kriteria 3: Selalu menerima penugasan
Berperilaku dengan sikap terbuka
bersyukur Kriteria 4:Selalu merasa gembira dalam
segala hal

Lembar Observasi Sikap Spiritual Siswa


Kelas/Sem :
Pelaksanaan pengamatan : Selama pembelajaran
Kriteria Kriteria Kriteria Kriteria
No. Nama Siswa 1 2 3 4
T BT T BT T BT T BT
1
2
3
4
Keterangan:
T : Terlihat
BT : Belum Terlihat
Berilah tanda centang (√) pada kolom yang sesuai

b. Sikap Sosial Siswa


Rubrik penilaian sikap sosial
Kriteria
Sikap
Kriteria 1: Berani tampil di depan kelas
Percaya diri Kriteria 2: Berani mengemukakan
pendapat
Kriteria 3: Mengerjakan tugas dengan
baik
Disiplin Kriteria 4: Mengambil dan
mengembalikan peralatan belajar pada
tempatnya

Lembar Observasi Sikap Sosial Siswa


Kelas/Sem :
Pelaksanaan pengamatan : Selama pembelajaran
Kriteria Kriteria Kriteria Kriteria
No. Nama Siswa 1 2 3 4
T BT T BT T BT T BT
1
2
3
4
Keterangan:
T : Terlihat
BT : Belum Terlihat
Berilah tanda centang (√) pada kolom yang sesuai

2. Penilaian pengetahuan

Teknik Penilaian : Tes


Bentuk Penilaian : tertulis
Prosedur Penilaian : Saat pembelajaran.
Menjawab pertanyaan dari bahan ajar pendukung
Bentuk tes : Tes Tertulis
A. Pilihlah jawaban yang tepat.
1.  Peristiwa yang merupakan bukti cahaya merambat lurus yaitu . . . .
a. memantulnya cahaya pada cermin
b. rambatan cahaya matahari yang lurus ketika melewati genting
kaca
c. cahaya menembus benda bening
d. terbentuknya pelangi pada saat hujan
2.  Kita dapat melihat benda di balik kaca jendela, karena . . . .
a. kaca jendela tipis
b. kaca jendela mengilap
c. cahaya dapat melewati kaca
d. benda memancarkan cahaya
3.   Di bawah ini yang termasuk benda tembus cahaya yaitu . . . .
a. kertas 
b. tripleks
c. air jernih
d. kayu
4. Terjadi 2 keadaan berikut: cahaya merambat lurus dan cahaya
mengenai benda gelap
Dari keadaan tersebut akan terjadi....
a. bayang-bayang benda
b. pembelokan cahaya oleh benda
c. pemantulan cahaya
d. penembusan cahaya kepada benda
5.  Di antara jenis benda berikut yang biasa digunakan untuk bercermin
yaitu . . . .
a. cermin cembung
b. cermin cembung
c. cermin cekung
d. lensa datar
Jawaban
6. b. rambatan cahaya matahari yang lurus ketika melewati genting
kaca
7. c. cahaya dapat melewati kaca
8. c. air jernih
9. a. bayang-bayang benda
10. d. cermin datar
Skor Maksimal : 100
Penilaian : Skor yang diperoleh ÷ Skor
maksimal x 100 =
Kriteria penilaian
 Benar 5 diberi nilai 100
 Benar 4 diberi nilai 80
 Benar 3 diberi nilai 60
 Benar 2 diberi nilai 40
 Benar 1 diberi nilai 20

KONVERSI NILAI
PREDIKAT KLASIFIKASI
(SKALA 0-100)
81-100 A SANGAT BAIK
66-80 B BAIK
51-65 C CUKUP
0-50 D KURANG

Rekap Skor Siswa

No Nama Skor Klasifikasi

c. Mengisi laporan hasil percobaan


Bentuk tes : Tes Tertulis

Laporan Kegiatan percobaan

Nama Percobaan :

Tujuan Percobaan :

Alat –alat :
Langkah Kerja :

Kesimpulan :

Kunci Jawaban

Laporan Kegiatan percobaan

Nama Percobaan : Berkomunikasi Menggunakan Cahaya


dan Cermin

Tujuan Percobaan : untuk mengetahui penggunaan cahaya


sebagai alat komunikasi

Alat –alat : cermin, cahaya matahari,

Langkah Kerja :
1. Duduk bersama kelompokmu.
2. Perlihatkan cerminmu kepada kelompokmu.
3. Gunakan cermin untuk memantulkan cahaya
matahari.
4. Diskusikan kode yang disepakati untuk berkomunikasi
beserta artinya (misalnya ketika cahaya dipantulkan
menggunakan cermin dan digerakkan melingkar
sebanyak tiga kali, itu berarti seluruh anggota
kelompok berkumpul di tengah halaman sekolah).
5. Setelah berdiskusi, anggota kelompok menyebar ke
tempat yang berbeda di sekitar sekolah.
6. Setiap anggota kelompok berdiri di tempat yang
terdapat cahaya matahari.
7. Pantulkan cahaya kepada tempat yang disepakati.
8. Buat laporan tentang sifat cahaya di akhir kegiatan.
Buatlah laporan dari percobaanmu.

Kesimpulan :
Kita bisa berkomunikasi dengan menggunakan cahaya
matahari dan cermin, pantulan sinar matahari pada cermin
dapat membuat seseorang dapat mengetahui letak
seseorang

Skor Maksimal : 100


Penilaian : Skor yang diperoleh ÷ Skor
maksimal x 100 =
Kriteria penilaian :
 Benar 5 mendapatkan nilai 100
 Benar 4 mendapatkan nilai 80
 Benar 3 mendapatkan nilai 60
 Benar 2 mendapatkan nilai 40
 Benar 1 mendapatkan nilai 20

KONVERSI
NILAI (SKALA PREDIKAT KLASIFIKASI
0-100)
81-100 A SANGAT BAIK
66-80 B BAIK
51-65 C CUKUP
0-50 D KURANG

Rekap Skor Siswa

No Nama Skor Klasifikasi


3. Penilaian Keterampilan
Teknik Penilaian : Non tes
Bentuk Penilaian : Unjuk kerja
Prosedur Penilaian : Saat pembelajaran.

a. Rubrik Unjuk Kerja Melaporkan hasil percobaan


cahaya dan cermin yang memanfaatkan sifat-sifat
cahaya dalam bentuk tulisan.

Perlu
Baik Sekali Baik Cukup
No. Kriteria bimbingan
4 3 2
1

1. Kelengkapan Siswa mampu Siswa mampu Siswa mampu Siswa belum


laporan hasil mengisi semua hal mengisi 3 hal dalam mengisi 2 hal mampu
percobaan dalam laporan hasil laporan hasil dalam laporan mengisi
cahaya dan percobaan cahaya percobaan chaaya hasil percobaan laporan hasil
cermin dan cermin dan cermin cahaya dan percobaan
cermin cahaya dan
cermin

2. Kerapian tulisan Tulisan sangat rapi Tulisan rapi Tulisan kurang rapi Tulisan tidak
rapi

Lembar observasi/pengamatan
No Nama Kriteria 1 Kriteria 2 Skor
Siswa 4 3 2 1 4 3 2 1
1.
2.
3.

4.

I. Remedial dan Pengayaan


1. Remedial
 Peserta didik yang belum memahami sifat cahaya dapat melakukan
percobaan ulang.
 Mintalah peserta didik untuk memahami langkah-langkah kegiatan
percobaan satu persatu. Lakukan kegiatan setahap demi setahap.
2. Pengayaan
Peserta didik dapat melanjutkan percobaan cermin dan cahaya, serta
membuat kode-kode khusus

Refleksi Guru
Catatan Guru
1. Masalah :……….
2. Ide Baru :………..
3. Momen Spesial :………….

Mengetahui …………………, ...............


Kepala Sekolah, Guru IPA

……………………………… .....................................................
NIP. ………………………… .

Anda mungkin juga menyukai