Anda di halaman 1dari 10

Bagi para guru yang sudah mengenal dan menerapkan Metode Sentra, kata recalling pasti tidak asing

lagi. Saya sendiri belum menemukan satu kosakata Bahasa Indonesia yang sepadan maknanya dalam
konteks pembelajaran. Bila dilihat di kamus, ada beberapa frasa yang dinisbatkan sebagai
terjemahannya, antara lain “mengingat kembali”, “menarik kembali”, dan “menghidupkan”. Tapi,
masing-masing tak cukup mengakomodasi, sehingga kosakata bahasa Inggris itu tetap digunakan.

Recalling adalah kegiatan harian di akhir pembelajaran. Anak-anak dan guru duduk melingkar di karpet,
atau duduk di kursi yang ditata sedemikian rupa agar semua bisa saling menatap. Satu per satu,
“dimoderatori” guru, anak bergiliran menceritakan pengalamannya selama belajar hari itu. Bukan
menghafal materi pelajaran, tapi terbukti bahwa recalling merupakan sentuhan akhir yang efektif
menguatkan memori anak. Lebih dari itu, recalling memang tidak untuk kepentingan kognitif semata,
karena banyak elemen dasar belajar lain yang dibangun dalam kegiatan itu.

Sikap

Recalling adalah bagian dari rangkaian pembangunan sikap anak.Pada saat satu anak berbicara, yang
lain mendengarkan. Demi menjaga ketertiban, biasanya guru memakai aturan “gelas untuk berbicara”:
satu gelas digunakan untuk dipegang anak yang sedang berbicara. Bila ada anak yang berbicara sebelum
gilirannya, guru cukup mengingatkan, misalnya, “Saat ini Syauqi yang sedang memegang gelas.” Dan,
anak pun mudah bersikap tertib kembali.

Sekali waktu pengurutan giliran berbicara dimulai dari sebelah kanan atau kiri guru. Di lain waktu, guru
membuat satu quiz, dan anak yang bisa menjawab mendapat giliran pertama. Selanjutnya anak yang
mendapat giliran pertama menunjuk temannya untuk mendapat giliran berikutnya, dan seterusnya
sampai selesai. Prinsipnya, semua dilakukan berdasarkan kesepakatan yang dibuat bersama.

Dari dua aturan sederhana itu, anak belajar untuk bersikap tertib, belajar menghargai teman, belajar
membuat teman nyaman, belajar antre, belajar menerima keadaan menjadi pembicara terakhir dan
lain-lain. Pada saat yang sama, dengan mendengarkan teman-temannya berbicara, anak juga menjalani
pengayaan rekonstruksi belajar, sehingga apa yang luput dari recalling-nya sendiri, bisa ia dapatkan dari
temannya. Sehingga, selain pengayaan sudut pandang, secara tidak sadar anak sedang menguatkan
prinsip kolaborasi dalam belajar.

Sikap lain yang tumbuh dalam kegiatan recalling adalah kepercayaan diri (self-confidence). Dengan
suasana yang selalu diusahakan untuk membuat nyaman bagi setiap anak, anak memupuk sikap percaya
diri dalam mengekspresikan pikiran dan perasaan. Sekaligus, ini juga menjadi ajang untuk mengasah
keterampilan berbicara secara runtut dan sistematis.

Penguatan memori

Ada tiga faktor yang menguatkan memori dalam kegiatan recalling. Pertama, dengan melakukan
recalling, materi yang diserap anak selama belajar lebih berpeluang menjadi memori yang permanen
karena melibatkan kerja aktif otak dalam kondisi emosi yang antusias. Kedua, seperti disebutkan
sebelumnya, keragaman recalling teman-temannya memungkinkan anak mendapatkan sudut pandang
dan yang lebih utuh dan lebih kaya.

Ketiga, pertanyaan-pertanyaan guru, penegasan maupun pelurusan menjadi stimulus yang esensial
dalam membantu membangun pengetahuan dan konsep anak. Di sinilah pentingnya guru memahami
jenis-jenis pertanyaan (faktual, konvergen, divergen, evaluatif) dan kapan saat yang tepat untuk
menggunakannya.

Ya, tugas guru bukanlah semata-mata menuangkan pengetahuan, melainkan juga, dan yang lebih
penting, menginspirasi anak untuk belajar dan cinta belajar. Recalling menjadi kesempatan istimewa
bagi guru untuk memastikan terserapnya materi belajar sesuai dengan rencana pembelajaran (lesson
plan), sekaligus meluaskan cakrawala imajinasi dan kreativitas anak.
Jadi, sentuhan akhir guru dalam recalling itu begitu personal, intim dan kontekstual, yang tidak mungkin
bisa disediakan oleh lembar kerja siswa (LKS) bikinan pedagang pasar. Entah apa yang dipikirkan para
pejabat pendidikan ketika membuat kebijakan intervensi LKS alien di ranah otoritas guru.

Bagi para guru yang sudah mengenal dan menerapkan Metode Sentra, kata recalling pasti tidak asing
lagi. Saya sendiri belum menemukan satu kosakata Bahasa Indonesia yang sepadan maknanya dalam
konteks pembelajaran. Bila dilihat di kamus, ada beberapa frasa yang dinisbatkan sebagai
terjemahannya, antara lain “mengingat kembali”, “menarik kembali”, dan “menghidupkan”. Tapi,
masing-masing tak cukup mengakomodasi, sehingga kosakata bahasa Inggris itu tetap digunakan.

Recalling adalah kegiatan harian di akhir pembelajaran. Anak-anak dan guru duduk melingkar di karpet,
atau duduk di kursi yang ditata sedemikian rupa agar semua bisa saling menatap. Satu per satu,
“dimoderatori” guru, anak bergiliran menceritakan pengalamannya selama belajar hari itu. Bukan
menghafal materi pelajaran, tapi terbukti bahwa recalling merupakan sentuhan akhir yang efektif
menguatkan memori anak. Lebih dari itu, recalling memang tidak untuk kepentingan kognitif semata,
karena banyak elemen dasar belajar lain yang dibangun dalam kegiatan itu.

Sikap

Recalling adalah bagian dari rangkaian pembangunan sikap anak.Pada saat satu anak berbicara, yang
lain mendengarkan. Demi menjaga ketertiban, biasanya guru memakai aturan “gelas untuk berbicara”:
satu gelas digunakan untuk dipegang anak yang sedang berbicara. Bila ada anak yang berbicara sebelum
gilirannya, guru cukup mengingatkan, misalnya, “Saat ini Syauqi yang sedang memegang gelas.” Dan,
anak pun mudah bersikap tertib kembali.

Sekali waktu pengurutan giliran berbicara dimulai dari sebelah kanan atau kiri guru. Di lain waktu, guru
membuat satu quiz, dan anak yang bisa menjawab mendapat giliran pertama. Selanjutnya anak yang
mendapat giliran pertama menunjuk temannya untuk mendapat giliran berikutnya, dan seterusnya
sampai selesai. Prinsipnya, semua dilakukan berdasarkan kesepakatan yang dibuat bersama.
Dari dua aturan sederhana itu, anak belajar untuk bersikap tertib, belajar menghargai teman, belajar
membuat teman nyaman, belajar antre, belajar menerima keadaan menjadi pembicara terakhir dan
lain-lain. Pada saat yang sama, dengan mendengarkan teman-temannya berbicara, anak juga menjalani
pengayaan rekonstruksi belajar, sehingga apa yang luput dari recalling-nya sendiri, bisa ia dapatkan dari
temannya. Sehingga, selain pengayaan sudut pandang, secara tidak sadar anak sedang menguatkan
prinsip kolaborasi dalam belajar.

Sikap lain yang tumbuh dalam kegiatan recalling adalah kepercayaan diri (self-confidence). Dengan
suasana yang selalu diusahakan untuk membuat nyaman bagi setiap anak, anak memupuk sikap percaya
diri dalam mengekspresikan pikiran dan perasaan. Sekaligus, ini juga menjadi ajang untuk mengasah
keterampilan berbicara secara runtut dan sistematis.

Penguatan memori

Ada tiga faktor yang menguatkan memori dalam kegiatan recalling. Pertama, dengan melakukan
recalling, materi yang diserap anak selama belajar lebih berpeluang menjadi memori yang permanen
karena melibatkan kerja aktif otak dalam kondisi emosi yang antusias. Kedua, seperti disebutkan
sebelumnya, keragaman recalling teman-temannya memungkinkan anak mendapatkan sudut pandang
dan yang lebih utuh dan lebih kaya.

Ketiga, pertanyaan-pertanyaan guru, penegasan maupun pelurusan menjadi stimulus yang esensial
dalam membantu membangun pengetahuan dan konsep anak. Di sinilah pentingnya guru memahami
jenis-jenis pertanyaan (faktual, konvergen, divergen, evaluatif) dan kapan saat yang tepat untuk
menggunakannya.

Ya, tugas guru bukanlah semata-mata menuangkan pengetahuan, melainkan juga, dan yang lebih
penting, menginspirasi anak untuk belajar dan cinta belajar. Recalling menjadi kesempatan istimewa
bagi guru untuk memastikan terserapnya materi belajar sesuai dengan rencana pembelajaran (lesson
plan), sekaligus meluaskan cakrawala imajinasi dan kreativitas anak.
Jadi, sentuhan akhir guru dalam recalling itu begitu personal, intim dan kontekstual, yang tidak mungkin
bisa disediakan oleh lembar kerja siswa (LKS) bikinan pedagang pasar. Entah apa yang dipikirkan para
pejabat pendidikan ketika membuat kebijakan intervensi LKS alien di ranah otoritas guru.

Recalling routines : what we do when…(mengingatkan hal-hal rutin : apa yang kita lakukan ketik a
dilakukan.

What do we do

When are learning a new song ?

When we are having a story ?

When we’re reading a big book ?

When we’re playing follow the leader ?

After cutting out and singing ?

At the end of the lesson ?

Everybody stand up

Come up and sit on the map

Come and stand round the board

Everyone come out here to the front

Clear everything up nicely

Line up-one behind the other

Get our / your bags

Line up in rows beside our/ your tables

Push the front desks/ tables back

Line up quietly by the door.


Membicarakan Aktivitas Rutin (Daily Routine) dalam Bahasa Inggris

How To Talk About Daily Routine In English

Menceritakan mengenai kegiatan sehari-hari (daily routine) bukanlah sesuatu yang sulit, karena kita
sudah memahami isi percakapan dengan baik dan tidak ada yang perlu dibuat-buat. Bercerita mengenai
kegiatan hanya dilakukan dengan menyatakan fakta mengenai apa yang terjadi (kegiatan), urutan
waktu, dan detail tambahan seperti perasaan atau bersama siapa aktivitas dilakukan.

Untuk dapat berbicara mengenai kegiatan sehari-hari dalam bahasa Inggris, yang diperlukan terlebih
dahulu yaitu kosakata kerja mengenai aktivitas yang dilakukan, kata hubung waktu untuk mengurutkan
aktivitas, serta keterangan waktu aktivitas terjadi.

1. Kata kerja untuk menjelaskan aktivitas daily routine yang dilakukan

Kegiatan sehari-hari merupakan kegiatan yang rutin dilakukan (habit) sehingga kata kerja yang
digunakan menggunakan simple present tense.

I / You / We / They + Verb 1

I go to school from Monday until Friday. (Aku pergi ke sekolah dari Senin sampai Jumat.)

We always go home together after school. (Kami selalu pulang sekolah bersama.)
He / She / It + Verb 1 + (s/es)

She likes to read books every day. (Dia suka membaca buku setiap hari.)

My father drinks coffee every morning. (Ayahku meminum kopi setiap pagi.)

2. Kata hubung waktu (time connectors)

Kata hubung waktu digunakan untuk menghubungkan satu kejadian dengan kejadian lain yang
berurutan secara waktu. Kata penghubung waktu dapat menggunakan kata-kata berikut:

1.After (setelah)

I go to sleep after I brush my teeth. (Saya tidur setelah menggosok gigi.)

2.Before (sebelum)

She always eats breakfast before school. (Dia selalu sarapan sebelum pergi ke sekolah.)

3.During (selama)

During holiday, I usually get up at 8 am. (Selama liburan, biasanya aku bangun pukul 8 pagi.)

4.Since (sejak)

Since I was I kid, I always sleep with the lamps off. (Sejak kecil, aku selalu tidur dengan lampu kamar
dimatikan.)
5.Until (sampai)

My younger brother always watches television in the morning until school time. (Adik laki-lakiku selalu
menonton televisi setiap pagi sampai waktunya bersekolah.)

6.Then (kemudian)

I brush my teeth then wash my face. (Aku menggosok gigi lalu mencuci mukaku.)

3. Keterangan waktu

Keterangan waktu yang digunakan saat berbicara mengenai kegiatan sehari-hari biasanya menggunakan
in, at, atau on. Berikut adalah aturan penggunaan ketiga kata tersebut.

1.Penggunaan kata in

Di suatu bagian hari, misalnya in the morning, in the afternoon.

Di suatu bulan tertentu, misalnya in January, in February.

Di suatu tahun, misalnya in 2018, in 2019.

Di suatu musim, misalnya in the winter, in the spring.


Di suatu periode waktu yang lama, misalnya in the twentieth century.

2.Penggunaan kata at

Di suatu jam tertentu, misalnya at one o’clock, at two o’clock.

Di suatu titik dalam satu hari, misalnya at midday, at midnight.

Di suatu waktu perayaan, misalnya at the New Year.

3.Penggunaan kata on

Pada tanggal tertentu, misalnya on 2 October 2018.

Pada suatu hari, misalnya on Sunday, on Monday.

Berikut adalah contoh seorang siswa Sekolah Dasar yang menceritakan kegiatan sehari-harinya:

I go to school every week from Monday to Friday. I usually get up at 5 am, then tidy up my bed. My
mother usually cooks breakfast while I take a bath. After breakfast, I go to school on foot. I spent six
hours at school. Before going home, me and my friends usually eat our lunch box together. I took a nap
for two hours before doing my homework. My mother usually allows me to play with my sisters after I
finished my homework. We usually play hide and seek or read comic books together. At night, we eat
dinner together. After that, I brush my teeth.
Berikut adalah contoh seorang pria yang menceritakan kegiatannya di pagi hari:

I am not a morning person, so I usually wake up at 6 am. I enjoy drinking coffee in the morning because
it makes me refreshed. My wife usually cooks breakfast for me. We eat breakfast together in the dining
room. After that, I brushed my teeth in the bathroom. Before going to work, I usually watch the news for
several minutes.

Berikut adalah contoh seorang guru sekolah dasar yang menceritakan kegiatannya di sekolah:

I work as a teacher at one of elementary school near my house. I go to work an hour before the school
starts. I always feel happy when I see my students come to the school excitedly. I teach English for them.
We usually have fun while learning. We sing some songs and also play a part sometimes. After the
school end, I pack my things then go home by public bus.

Daftar pustaka

https://amp-sederet-com.cdn.ampproject.org/v/s/amp.sederet.com/tutorial/membicarakan-aktivitas-
rutin-daily-routine-dalam-bahasa-inggris/?amp_js_v=a6&amp_gsa=1&usqp=mq331AQFKAGwASA
%3D#aoh=16017142215079&referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&amp_tf=Dari
%20%251%24s&ampshare=https%3A%2F%2Fwww.sederet.com%2Ftutorial%2Fmembicarakan-aktivitas-
rutin-daily-routine-dalam-bahasa-inggris%2F

http://metodesentra.com/2016/05/recalling-sentuhan-akhir-pembelajaran/

Anda mungkin juga menyukai