Anda di halaman 1dari 20

TES KETERAMPILAN BERBAHASA

(Tes Keterampilan Reseptif Dan Ekspresif)

Disusun untuk memenuhi Tugas Terstruktur


Mata Kuliah Al-Taqwim Al-Tarbawyy Wal-Ikhtibarat Al-Lugawiyyah

Dosen pengampu:
Dr. Acep Hermawan, M.Ag.

Disusun oleh:
Agus Umar Abdul Aziz
2210090006

PROGRAM PASCASARJANA
STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2022
‫ملخص‬

‫تقسيم اختبارات اللغة العربية إلى اختبارين‪ ،‬هما‪ )1 :‬اختبارات العناصر اللغو ية التي تشمل اختبار‬

‫المفردات والقوائد؛ و ‪ )2‬اختبارات المهارات اللغو ية وتشمل مهارة الاستماع‪ ،‬ومهارة الكلام‪ ،‬ومهارة‬

‫القراءة‪ ،‬ومهارة الكتابة‪ .‬وتنقسم اختبارات المهارات اللغو ية إلى فئتين‪ ،‬وهما ال كفاءة النشيطة الاستقبالية‬

‫والتعبير ية‪ .‬ال كفاءة النشيطة الاستقبالية في اللغة هي القدرة على قبول وفهم خطاب شركاء الكلام ‪ ،‬سواء‬

‫من خلال الوسائل الشفو ية أو الكتابية‪ .‬هناك مهارتان‪ ،‬وهما مهارة الاستماع والقراءة‪ .‬في حين أن ال كفاءة‬

‫النشيطة التعبير ية في اللغة هي القدرة على التحدث‪ ،‬شفهيا وكتابيا‪ .‬هناك مهارتان‪ ،‬وهما مهارة الكلام والكتابة‪.‬‬

‫ويمكن تجميع اختبارات اللغة العربية في مجموعة واسعة من أنواع الاختبارات استنادا إلى معايير تجميعها‬

‫المختلفة‪ .‬ومن الضروري في إعداد اختبارات اللغة العربية أن يلاحظ المعلم علامات وتوجيهات من إعداد‬

‫خطوات الاختبار بحيث يتم ضمان أسئلة الاختبار التي يتم ترتيبها الجودة‪.‬‬

‫الكلمات المفتاحية‪ :‬اختبارات المهارات اللغو ية‪ ،‬ال كفاءة النشيطة الاستقبالية‪ ،‬ال كفاءة النشيطة التعبير ية‬
PENDAHULUAN

Penyelenggaraan pembelajaran, termasuk pembelajaran bahasa, sebagai


bagian dari penyelenggaraan pendidikan, merupakan usaha yang persiapan dan
pelaksanaannya meliputi berbagai bagian dan tahapan. Penyelenggaraan
pembelajaran yang utuh secara keseluruhan bahkan meliputi pula penyelenggaraan
tes untuk memperoleh berbagai macam dan bentuk umpan balik tentang
pembelajaran yang telah diselenggarakan.

Dalam praktik penyelenggaraan pembelajaran sehari-hari, tes pada


umumnya pertama-tama dikaitkan dengan usaha untuk memperoleh informasi
tentang peningkatan keterampilan siswa sebagai hasil pembelajaran.

Dalam bidang pendidikan pada umumnya dan bidang pembelajaran pada


khususnya, tes diartikan sebagai alat, prosedur atau rangkaian kegiatan yang
digunakan untuk memperoleh contoh tingkah laku seseorang yang memberikan
gambaran tentang keterampilannya dalam suatu bidang pembelajaran tertentu.
Dalam pembelajaran bahasa, tes semacam itu dikenal sebagai tes bahasa yang
sasaran pokoknya adalah tingkat keterampilan berbahasa.

Keterampilan berbahasa dapat dibedakan menjadi dua kelompok,


keterampilan memahami dan mempergunakan, masing-masing bersifat reseptif dan
ekspresif. Keterampilan reseptif merupakan proses decoding, proses usaha
memahami apa yang dituturkan orang lain. Sebaliknya, keterampilan ekspresif
merupakan proses encoding, proses usaha mengomunikasikan ide, pikiran, atau
perasaan melalui bentuk-bentuk kebahasaan1.

Sejalan akan hal itu, penulis akan memaparkan mengenai tes keterampilan
berbahasa agar pengetes mampu mengetahui keterampilan berbahasa peserta tes,
baik dalam keterampilan reseptif maupun ekspresifnya peserta tes.

1
Nurgiyantoro, Burhan. 2001. Penilaian dalam Pembelajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta:
BPFE-Yogyakarta.

1
PEMBAHASAN

A. TES KETERAMPILAN RESEPTIF


Kemampuan berbahasa yang bersifat aktif reseptif pada hakikatnya
merupakan kemampuan untuk memahami bahasa yang dituturkan oleh pihak
lain. Tes keterampilan reseptif umumnya menuntut siswa untuk memahami
secara kritis informasi yang disampaikan dalam suatu wacana tertentu2.
Keterampilan reseptif terdiri dari dua macam keterampilan berbahasa, yaitu
keterampilan membaca dan menyimak.
1. Tes Keterampilan Menyimak
Secara alami bahasa bersifat lisan dan terwujud dalam kegiatan
berbicara dan memahami pembicaraan itu. Hal itu akan menjadi lebih nyata
terlihat pada masyarakat bahasa yang belum mengenal sistem tulisan. Pada
masyarakat modern pula, dalam kegiatan sehari – harinya menggunakan
bahasa secara lisan lebih banyak dibanding bahasa tulis. Olah karena itu,
tes kemampuan berbahasa secara lisan adalah kemampuan menyimak. Tes
kemampuan menyimak memerlukan persiapan dan sarana yang khusus.
Tarigan menyatakan bahwa menyimak adalah suatu proses kegiatan
menyimak lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman,
apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi
atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan
oleh sang pembicara melalui ujan atau bahasa lisan3.
Tes keterampilan menyimak dimaksudkan untuk mengukur
kemampuan peserta didik menangkap, memahami, dan menanggapi
informasi yang terkandung dalam wacana lisan. Sarana yang dipergunakan
biasanya berupa media rekaman suara4.
Pemilihan wacana sebagai bahan tes menyimak haruslah
mempertimbangkan beberapa faktor, antara lain: tingkat kesulitan wacana,

2
Nurgiantoro, B. 2018. Penilaian otentik dalam pembelajaran bahasa. UGM PRESS.
3
Tarigan, H.G. 1985. Menyimak Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
4
Nurgiantoro, Burhan. 2010. Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi. Yogyakarta:
BPFE-Yogyakarta.

2
3

isi dan cakupan wacana, dan jenis wacana. Tingkat kesulitan wacana terkait
erat dengan kompleksitas/kerumitan kosa kata dan struktur kalimat yang
dipergunakan. Jika kosa kata yang dipergunakan abstrak dan bermakna
ganda, jarang digunakan, struktur kalimat yang rumit, maka tingkat
kesulitan wacana itu termasuk tinggi.
Selain itu, Jika isi dan cakupan wacana tidak sesuai dengan minat,
pengalaman, dan kemampuan peserta didik, hal itu akan menambah tingkat
kesulitan wacana. Wacana yang baik untuk tes keterampilan menyimak
adalah wacana yang tingkat kesulitannya sedang atau sesuai dengan
kemampuan peserta didik.
Jenis tes yang digunakan untuk tes keterampilan menyimak bisa
berbentuk tes obyektif pilihan ganda. Dilihat dari cara kerja peserta tes dan
koreksi jawaban, jenis tes ini lebih praktis, cara penilaian atau pemberian
skornya pun lebih obyektif. Ditambah lagi, jenis tes ini dapat mencakup
macam-macam wacana dan banyak soal, walaupun pembuatan soalnya
lebih sulit dan lebih lama.
Jenis wacana yang diteskan dapat berupa pertanyaan atau
pernyataan singkat, dialog, dan wacana narasi. Sedangkan pilihan
jawabannya disediakan dalam lembar jawaban tersendiri.
Adapun dalam penyusunan soal tes keterampilan menyimak, apabila
sebuah tes menuntut testee menguasai bunyi-bunyi karakter huruf, maka
dapat diberikan tes peniruan dengan mengualang ucap bunyi yang disimak.
Adapun jika tes menuntut testee memahami simakan, maka tes dapat dibagi
dua bagian, yaitu menentukan pilihan jawaban dan menyusun jawaban5.
a. Tes Peniruan Bunyi
Peniruan bunyi adalah mengucapkan ulang huruf-huruf, kata atau
kalimat yang diperdengarkan. Adapun beberapa tahapan tes pada
peniruan bunyi, ialah sebagai berikut:

5
Hermawan, Acep. 2021. Penilaian Pembelajaran Bahasa Arab. Bandung: Rosda Karya
4

1) Pengucapan ulang huruf-huruf terpisah


Contoh:

‫أَ – إ – أ‬

2) Pengucapan ulang kata-kata


Contoh:

ٌ ‫أَ لِي ْم ٌ – عَلِي ْم‬

3) Pengucapan ulang kalimat


Contoh:

‫يغيب عمر وأخته فاطمة عن الدراسة هذا الأسبوع‬

b. Tes Memilih Jawaban


1) Benar-Salah
Tes ini menuntut peserta tes untuk menyatakan benar atau salah
terhadap pernyataan atau informasi yang dikemukakan melalui soal
tes.
Contoh:

!‫ و"خ" إذا كانت خائطة‬،‫عين "ص" بين القوسين إذا كانت العبارات صائبة‬

‫ وألم في عنقه‬،‫) عمر شعر بسعال شديد‬.........(

2) Pilihan Ganda
Menentukan jawaban yang benar dari beberapa alternatif jawaban
yang disediakan mengenai isi wacana yang diperdengarkan
merupakan tes pilihan ganda.
‫‪5‬‬

‫‪Contoh:‬‬

‫اختر الإجابة الصحيحة!‬

‫يغيب عمر عن الدراسة في هذا الأسبوع لأنه‪:‬‬

‫شعر بألم في بطنه ورجليه‬ ‫أ‪.‬‬

‫ب‪ .‬شعر بألم في رجليه ورأسه‬

‫ج‪ .‬شعر بصداع وألم في أسنانه‬

‫شعر بألم في عظمه ورأسه‬ ‫د‪.‬‬


‫‪3) Menjodohkan‬‬
‫‪Bentuk tes menjodohkan adalah memasangkan satu kalimat tak‬‬
‫‪lengkap dengan pelengkapnya yang sudah disediakan.‬‬
‫‪Contoh:‬‬

‫مزج ما في العمود الأيمن (أ) بما في العمود الأيسر (ب)!‬

‫ب‬ ‫أ‬

‫• مع أمها‬ ‫•‬ ‫‪ .1‬شعر عمر بصداع شديد‬

‫• ونصحه بالراحة‬ ‫•‬ ‫‪ .2‬فحص الطبيب أسنانه‬

‫• وألم في أسنانه‬ ‫‪ .3‬ذهبت فاطمة إلى الطبيبة •‬

‫‪4) Mengisi Kekosongan‬‬


‫‪Tes mengisi kekosongan adalah melengkapi kalimat atau paragraf‬‬
‫‪yang di antara unsurnya ada yang dihilangkan.‬‬
‫‪Contoh:‬‬

‫أكمل الفقرة الآتية بكلمة مناسبة!‬

‫يغيب عمر وأخته فاطمة ‪ .............‬هذا الأسبوع‪.‬‬


6

2. Tes Keterampilan Membaca


Membaca merupakan suatu aktivitas di mana terdapat proses
mengartikan, memahami, menafsirkan, dan menerapkan ide-ide dari
lambing suatu kode-kode tertentu. Proses kegiatan membaca berupa
pengodifikasian adalah mencatat dan menyimpan berbagai hasil
pengalaman pengamatan berupa kesan dan tanggapan, informasi, fakta dan
data, konsep atau hukum sampai kepada bentuk ilmu pengetahuan dan
sistem-sistem nilai6.
Tes keterampilan membaca dimaksudkan untuk mengukur
kemampuan peserta didik memahami isi informasi yang terdapat dalam
wacana tertulis. Pemilihan wacana sebagai bahan tes membaca hendaknya
mempertimbangkan berbagai faktor, antara lain: tingkat kesulitan wacana,
isi dan cakupan wacana, panjang-pendek wacana, dan jenis wacana7.
Sebagaimana wacana dalam tes menyimak, tingkat kesulitan wacana
dalam tes membaca ini juga terkait erat dengan tingkat kerumitan kosa kata
dan struktur kalimat yang dipergunakan, serta isi dan cakupan wacana.
Wacana yang baik untuk tes keterampilan membaca adalah wacana yang
tingkat kesulitannya sedang atau sesuai dengan kemampuan peserta didik.
Di samping itu, wacana yang diteskan hendaknya tidak terlalu
panjang. Sebaiknya menggunakan wacana pendek berkisar satu atau dua
paragraph, atau kira-kira 50 sampai 100 kata. Jenis wacana yang
dipergunakan sebagai bahan tes keterampilan membaca dapat berupa
wacana jenis prosa non-fiksi, dialog, tabel, diagram, iklan, dan lain-lain.
Soal yang ditanyakan dalam tes keterampilan membaca ini
umumnya mencakup: mengungkapkan kembali fakta, menemukan tema,
gagasan pokok, gagasan pendukung, makna tersurat dan tersirat, bahkan
juga makna istilah dan ungkapan. Jadi, tes kosa kata dapat pula disisipkan
di sini. Soal tes membaca dapat juga hanya terdiri dari satu atau dua kalimat

6
Alfiansyah. 2009. Defenisi Membaca. http://www.sastraedukasi.com/defenisi.membaca-
ekstensif.html.
7
Nurgiantoro, Burhan. 2010. Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi. Yogyakarta:
BPFE-Yogyakarta.
7

atau pernyataan, kemudian disediakan pilihan jawaban yang sesuai dengan


pernyataan dalam soal.
Jenis tes yang digunakan untuk tes keterampilan menyimak bisa
berbentuk tes obyektif pilihan ganda. Dilihat dari cara kerja peserta tes dan
koreksi jawaban, jenis tes ini lebih praktis, cara penilaian atau pemberian
skornya pun lebih obyektif. Ditambah lagi, jenis tes ini dapat mencakup
macam-macam wacana dan banyak soal, walaupun pembuatan soalnya
lebih sulit dan lebih lama.
Adapun bentuk penyusunan soal tes keterampilan membaca secara
umum sama dengan bentuk soal pada tes keterampilan menyimak. Apabila
sebuah tes menuntut testee mengujarkan huruf, kata dan kalimat, maka
bentuk soal pengucapan dapat digunakan. Adapun jika tes menuntut testee
memahami bacaan, maka tes dapat dibagi dua bagian, yaitu menentukan
pilihan jawaban yang telah disediakan dan menyusun jawaban sendiri8.
a. Tes Pengucapan
Perbedaan aspek dalam menirukan bunyi-bunyi huruf, yaitu antara
bunyinhuruf dan tulisan. Adapun beberapa tahapan tes pada peniruan
bunyi, ialah sebagai berikut:
1) Pengucapan ulang huruf-huruf terpisah
Contoh:

‫أَ – إ – أ‬

2) Pengucapan ulang kata-kata


Contoh:

ٌ ‫أَ لِي ْم ٌ – عَلِي ْم‬

8
Hermawan, Acep. 2021. Penilaian Pembelajaran Bahasa Arab. Bandung: Rosda Karya
8

3) Pengucapan ulang kalimat


Contoh:

‫يغيب عمر وأخته فاطمة عن الدراسة هذا الأسبوع‬

b. Tes Memilih Jawaban


1) Benar-Salah
Tes ini menuntut peserta tes untuk menyatakan benar atau salah
terhadap pernyataan atau informasi yang dikemukakan melalui soal
tes.
Contoh:

!‫ و"خ" إذا كانت خائطة‬،‫عين "ص" بين القوسين إذا كانت العبارات صائبة‬

‫ وألم في عنقه‬،‫) عمر شعر بسعال شديد‬.........(

2) Pilihan Ganda
Menentukan jawaban yang benar dari beberapa alternatif jawaban
yang disediakan mengenai isi wacana yang diperdengarkan
merupakan tes pilihan ganda.
Contoh:

!‫اختر الإجابة الصحيحة‬

:‫يغيب عمر عن الدراسة في هذا الأسبوع لأنه‬

‫شعر بألم في بطنه ورجليه‬ .‫أ‬

‫ شعر بألم في رجليه ورأسه‬.‫ب‬

‫ شعر بصداع وألم في أسنانه‬.‫ج‬

‫شعر بألم في عظمه ورأسه‬ .‫د‬


9

3) Menjodohkan
Bentuk tes menjodohkan adalah memasangkan satu kalimat tak
lengkap dengan pelengkapnya yang sudah disediakan.
Contoh:

!)‫مزج ما في العمود الأيمن (أ) بما في العمود الأيسر (ب‬

‫ب‬ ‫أ‬

‫• مع أمها‬ • ‫ شعر عمر بصداع شديد‬.1

‫• ونصحه بالراحة‬ • ‫ فحص الطبيب أسنانه‬.2

‫• وألم في أسنانه‬ • ‫ ذهبت فاطمة إلى الطبيبة‬.3

4) Mengisi Kekosongan
Tes mengisi kekosongan adalah melengkapi kalimat atau paragraf
yang di antara unsurnya ada yang dihilangkan.
Contoh:

!‫أكمل الفقرة الآتية بكلمة مناسبة‬

‫ هذا الأسبوع‬............. ‫يغيب عمر وأخته فاطمة‬

B. TES KETERAMPILAN EKSPRESIF


Keterampilan ekspresif terdiri dari dua macam keterampilan berbahasa,
yaitu keterampilan berbicara dan keterampilan menulis. Masalah kelancaran
dan ketepatan bahasa serta kejelasan pikiran merupakan hal yang sering
diteskan dalam kegiatan berbicara. Tes keterampilan menulis pun akan berkisar
pada ketepatan bahasa yang dipergunakan dan kejelasan pikiran yang
dikemukakan9.

9
Nurgiantoro, B. 2018. Penilaian otentik dalam pembelajaran bahasa. UGM PRESS.
10

1. Tes Keterampilan Berbicara


Sunendar dan Iskandarwassid mengungkapkan bahwa keterampilan
berbicara pada hakikatnya merupakan keterampilan memproduksi arus
sistem bunyi artikulasi yang bertujuan untuk menyampaikan kehendak,
kebutuhan perasaan, dan keinginan kepada orang lain10.
Sesuai dengan hakikat dan sifat kegiatan berbicara sebagai
penggunaan kemampuan bahasa yang aktif – produktif, tes kemampuan
berbicara ini paling tepat dilaksanakan bukan tes objektif melainkan
sebagai tes subjektif. Seperti dimaklumi dalam penyelenggaraan tes
subjektif bukan kunci jawaban dengan daftar jawaban yang diperlukan,
melainkan dengan rambu – rambu penskoran (scoring guide)11.
Tes kemampuan berbicara merupakan salah satu aspek yang sangat
penting dalam tes berbahasa (Heaton,1989). Sebagai kemampuan
berbahasa yang aktif – produktif, kemampuan berbicara menuntut
penguasaan terhadap beberapa aspek dan kaedah penggunaan bahasa.
Kemampuan berbicara meliputi:
a. Pelafalan (yang mencakup ciri – ciri segmental –vokal dan konsonan,
sertapola tekanan dan intonasi)
b. Tata bahasa
c. Kosa kata
d. Kelancaran
e. Pemahaman (kemampuan merespon terhadap satu ujaran secara
baik)12.

Di antara tes kemampuan berbicara dapat berupa tes berbicara


berdasarkan gambar, wawancara, dialog, menceritakan peristiwa atau
pengalaman, dan pidato.

10
Sunendar, & Iskandarwassid. 2008. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: Rosdakarya.
11
Djiwandono, S. 2011. Tes Bahasa (Pegangan Bagi Pengajar Bahasa). Jakarta: PT Indeks.
12
Fauzan, A. bin I. Al. 2011. Al Arabiyyah Bayna Yadaika Jilid 1. Jakarta: PT. Future Media Gate.
11

Berdasarkan tingkat kemampuan peserta didik, Abu Hamid membagi


tes keterampilan berbicara menjadi tiga macam13:
a. Tes berbicara terikat
Jenis tes ini sesuai untuk pembelajar tingkat pemula. Contoh tes jenis
ini adalah tes berbicara berdasarkan gambar.
b. Tes berbicara terbimbing
Jenis tes ini sesuai untuk pembelajar tingkat intermidate. Jenis tes ini
memberikan kebebasan lebih dari jenis tes pertama, namun belum
bebas sepenuhnya, masih menggunakan bimbingan atau arahan.
Misalnya tes berbicara dalam situasi tertentu:

‫ماذا تقول إذا ذكر لك صدیقك أنه سیزورك ھذا المساء ول كنك مشغول؟‬

c. Tes berbicara bebas


Jenis tes ini sesuai untuk pembelajar tingkat lanjut/advance. Peserta tes
diberi kebebasan penuh untuk mengungkapkan pikiran, gagasan, opini,
dan perasaannya tentang sebuah tema atau persoalan tertentu. Misal:

‫ھل توافق على جعل الدراسة بالنظام الفصلي أو بنظام الساعات؟ ولماذا؟‬

Melihat posisi keterampilan berbicara dalam kegiatan berbahasa, tes


keterampilan berbicara perlu dimulai dari tahap pengenalan yang sifatnya
prakomunikatif, disusul oleh berbicara pragmatik dan komunikatif, sampai
pada tahap ideal berupa kegiatan berbicara otentik14.
a. Berbicara Prakomunikatif
Tes prakomunikatif dalam tes keterampilan berbicara merupakan tahap
awal yang belum pada kegiatan berbahasa dengan sesungguhnya.
Tindakan berbicara pada tahap ini masih pengenalan, misalnya hanya

13
Hamid, M. Abdul. dkk. 2008. Pembelajaran Bahasa Arab. Malang: UIN Malang Press.
14
Hermawan, Acep. 2021. Penilaian Pembelajaran Bahasa Arab. Bandung: Rosda Karya
12

berupa kegiatan pelafalan, membaca dialog, hafalan dialog dan


menggunakan pola dialog.
Dalam tes berbicara prakomunikatif, terdapat:
1) Tes pelafalan
Tes ini adalah mengucapkan bunyi-bunyi kalimat yang sudah ada.
Contoh:

‫ هذا كتاب التاريخ‬،‫هل هذا كتاب اللغة؟ لا‬

2) Tes berbicara terpimpin


Dalam tes ini menggunkaan bahasa secara lisan, namun masih
terikat oleh pola-pola yang disajikan.
Contoh:

‫ هل صديقنا مريض؟‬: ‫أ‬

‫ أظن ذلك‬،‫ نعم‬: ‫ج‬

b. Berbicara Komunikatif
Menurut Wieman dalam Tu’aimah & al-Naqah (2006:49),
keterampilan berbicara komunikatif adalah keterampilan seseorang
dalam menyampaikan pesan pada mitra bicara melalui perilaku
kebahasaan sesuai tuntutan dan konteks tertentu15.
Pada tahap awal komunikatif, berbicara senantiasa memperhatikan
pola-pola pembicaraan sesuai dengan kebutuhan berbahasa, namun
belum di bawa ke wilayah sesungguhnya, meskipun Tindakan
berbahasa yang dilakukan mencerminkan kenyataan dilapangan. Oleh
karena itu, tahap ini sudah berkaitan dengan produktivitas berbahasa.

15
Tu'aimah & Al-Naqah. 1986-1985. Al-Marja' fi Ta'lim al-Lughah al-'Arabiyyah lil Natiqin bi
Lughat 'Ukhra. Makkah al-Mukarramah: Jamia'ah Umm al-Qura.
13

Tes berbicara komunikatif, meliputi:


1) Tes Berbicara Pragmatik
Pada tes ini, testee dituntut untuk menghubungkan aspek linguistik
dengan ekstralinguistik sebagai panduan peristiwa berbahasa.
Contoh:

‫لماذا تريد أن تتعلم اللغة العربية؟‬

‫لأن اللغة العربية لغة القرآن ال كريم والحديث الشر يف‬

2) Tes Berbicara Otentik


Tes berbicara otentik, ranahnya sudah menyentuh penghayatan
tentang isi pesan yang dibicarakan. Aspek-aspek yang diukur dalam
hal ini harus menunjukkan fakta unjuk kerja berbahasa atau
produktivitas berbahasa yang sudah mencapai improvisasi,
misalnya keterampilan berpendapat, keterampilan memecahkan
masalah dan keterampilan berpidato secara spontan.

2. Tes Keterampilan Menulis


Menulis bisa diartikan dengan komunikasi yaitu sarana sebagai
penyalur hasil pemikiran, gagasan, ide, pengetahuan dan pesan yang akan
disampaikan penulis16. Menulis berarti mengemukakan pemikiran dan
perasaan sendiri kepada orang lain17.
Keterampilan menulis adalah membuat huruf (angka dsb) dengan
pena (pensil, kapur, dsb)18. Keterampilan menulis bahasa Arab merupakan
keterampilan yang dianggap sulit dalam pembelajaran, dan keterampilan

16
Kunandar. 2011. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi
Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
17
Al Farisi, M Zaka. 2011. Pedoman Penerjemahan Arab Indonesia. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
18
Alwi, Hasan. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
14

ini juga membutuhkan waktu yang sangat lama untuk menempuh


keterampilan tersebut19.
Dalam mengukur kemampuan menulis, ada beberapa aspek yang
tercakup di dalamnya, antara lain:
a. Al-Kitabah al-Syakliyah, yaitu teknis penulisan huruf-huruf hijaiyah
dan tanda baca sesuai dengan kaidah penulisan.
b. Al-Mufradat, yaitu pemilihan dan penggunaan kosa kata dalam konteks
kalimat yang sesuai.
c. Al-Shiyagh al-Sharfiyah wa al-Tarakib al-Nahwiyah, yaitu penggunaan
bentuk kata dan struktur kalimat yang tepat.
d. Al-Mustawa al-Lughawiy, yaitu pemilihan dan penggunaan gaya
bahasa formal atau informal sesuai dengan konteks dan situasi
komunikasi.
e. Al-Mafahim al-Tsaqafiyah wa al-Hadhariyah, yaitu penggunaan
bahasa sesuai dengan konteks budaya penutur bahasa target atau bahasa
yang dipelajari20.

Bahasa tulisan memiliki kompleksitas lebih rumit daripada bahasa lisan


sebab bahasa tulisan itu divisualkan melalui symbol-simbol yang dapat
dilihat dengan mata dalam waktu yyang relative lama dan dapat diulang-
baca selama tulisan itu masih ada. Oleh karena itu, akurasinya relative lebih
tinggi daripada bahasa-bahasa lisan. Adapun penyusunan soal tes
keterampilan menulis itu berlangsung dari prakomunikatif hingga
komunikatif21.
a. Menulis Prakomunikatif
Menulis prakomunikatif adalah menulis pada tataran visualisasi huruf
hingga kalimat dan atau menulis berdasarkan stimulasi. Dalam istilah
lain, dua jenis prakomunikatif ini adalah:

19
Taufik. 2011. Pembelajaran Bahasa Arab MI (Metode Aplikatif dan Inovatif Berbasis ICT).
Surabaya: PMN
20
Hamid, M. Abdul. dkk. 2008. Pembelajaran Bahasa Arab. Malang: UIN Malang Press.
21
Hermawan, Acep. 2021. Penilaian Pembelajaran Bahasa Arab. Bandung: Rosda Karya
15

1) Tes imlak
Tes ini bertujuan untuk mengukur keterampilan memvisualisasikan
antomi huruf dan kata yang terbentuk dari huruf-huruf. Aspek-
aspek yang diukurnya pun berkaitan dengan keterampilan
viusalisasi huruf, kata dan kalimat, misalnya huruf terpisah, huruf
sambung awal, huruf sambung tengah, huruf sambung akhir, kata
dasar dan kata berimbuhan.
2) Tes terpimpin
Tes menulis terpimpin adalah tes yang diarahkan oleh stimulus
tertentu. Contoh mengubah jumlah fi’liyyah ke jumlah ismiyyah:

‫عمر ذاهب إلى المدرسة‬ ← ‫يذهب عمر إلى المدرسة‬

b. Menulis Komunikatif

Menulis komunikatif adalah menulis yang sudah ke tahap penyampaian


pesan dalam nuansa komunikasi alami, yakni penggunaan bahasa
sesuai fungsinya. tes keterampilan menulis komunikatif benar-benar
mengandalkan visualisasi tulisan dalam menyampaikan pesan. Oleh
karena itu, keajegan berpikir, kejelasan sumber informasi dan akurasi
tulisan akan menjadi faktor penentu komunikasi.
Seperti halnya tes keterampilan berbicara, tes keterampilan menulis pun
mempunyai dua kategori, yaitu:
1) Tes Menulis Pragmatik
Menulis pragmatik meniscayakan penggunaan bahasa layaknya di
ranah nyata. Penulis tidak lagi harus distimulasi dalam
pengembangan gagasannya agar dapat dicerna oleh pembaca.
Selain spontanitas dalam mengemukakan isi pikiran, kepiawaian
dalam menggunakan bahasa tulis dari segala visualisasinya menjadi
keniscayaan.
Aspek-aspek yang diukur melalui tes keterampilan menulis
pragmatik dapat dinyatakan sesuai dengan tujuan yang direncakan
16

oleh pengetes, misalnya kekayaan kosakata, keajegan struktur,


wawasan dan akurasi konten.
Contoh soal menulis esai:

‫ما هي المشكلات العامة التي وجدتها في الكتابة العربية من حيث الصورة؟‬

‫ فالمكتوب إذا كان عار يا من‬،‫إن الحرف العربي المنطوق يختلف عن المكتوب‬

‫ كما أن احتمالات‬،‫الحركات يقود إلى اللحن والخطأ لاسيما عند المبتدئين وقليلي الثقافة‬

.‫الخطأ في الشكل كبيرة جدا حينما تختلط صور المفردات إذ لا مميز لها سوى الشكل‬

‫وتعدد صور الحرف الواحد في الكتابة العربية حسب موقعه في اللفظ يخلق كثيرا من‬

.‫المصاعب والجهد في تعلمه‬

2) Tes Menulis Otentik


Tugas menulis otentik bukan semata-mata diformulasikan untuk
menghasilkan bahasa saja, melainkan juga mengungkapkan
gagasan dengan menggunakan bahasa tulis secara tepat. Selain itu,
tes menulis otentik meniscayakan tulisan yang berkaitan dengan
kebutuhan dunia nyata, misalnya surat menyurat, resensi buku,
menulis laporan, artikel dan jurnal.
Tugas-tugas menulis otentik sepintas terlihat sama dengan tugas-
tugas menulis pragmatik karena keduanya berusaha mengukur
keterampilan menggunakan bahasa dengan improvivasi atau
mengomunikasikan gagasan dengan bebas sehingga nuansanya
adalah nyata. Namun sebenarnya berbeda jauh, karena dalam
tugaas-tugas menulis otentik bukan hanya kenyataan berbahasa,
melainkan juga kebutuhan factual di masyarakat.
Tugas menulis otentik, terutama bahasa Arab, tidak mudah karena
sudah menyentuh ranah nyata. Oleh karena itu, hanya ada pada
tingkatan tinggi saja, adapun pada tingkatan menengah ke bawah,
tahap komunikatif-pragmatik itu sudah lebih dari cukup.
KESIMPULAN

Keterampilan berbahasa dapat dibedakan menjadi dua kelompok,


keterampilan memahami dan mempergunakan, masing-masing bersifat reseptif dan
ekspresif. Keterampilan reseptif merupakan proses decoding, proses usaha
memahami apa yang dituturkan orang lain. Sebaliknya, keterampilan ekspresif
merupakan proses encoding, proses usaha mengomunikasikan ide, pikiran, atau
perasaan melalui bentuk-bentuk kebahasaan.

Keterampilan berbahasa aktif reseptif merupakan kemampuan menyimak


tuturan lisan dan membaca teks tulisan. Sedangkan keterampilan berbahasa aktif
ekspresif merupakan kemampuan bertutur, baik secara lisan maupun tertulis.

Dalam penyusunan tes keterampilan berbahasa, khusunya bahasa Arab


perlu diperhatikan rambu-rambu serta panduan langkah-langkah penyusunan tes
agar soal tes yang disusun terjamin kualitasnya dan dapat dipertanggungjawabkan.

17
DAFTAR PUSTAKA

Al Farisi, M. Zaka. 2011. Pedoman Penerjemahan Arab Indonesia. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya

Alfiansyah. 2009. Defenisi Membaca.


http://www.sastraedukasi.com/defenisi.membaca-ekstensif.html.

Alwi, Hasan. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Djiwandono, S. 2011. Tes Bahasa (Pegangan Bagi Pengajar Bahasa). Jakarta: PT


Indeks.

Fauzan, A. bin I. Al. 2011. Al Arabiyyah Bayna Yadaika Jilid 1. Jakarta: PT. Future
Media Gate.

Hamid, M. Abdul. dkk. 2008. Pembelajaran Bahasa Arab. Malang: UIN Malang
Press.

Hermawan, Acep. 2021. Penilaian Pembelajaran Bahasa Arab. Bandung: Rosda


Karya

Kunandar. 2011. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai


Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada

Sunendar, & Iskandarwassid. (2008). Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung:


Rosdakarya.

Tarigan, H.G. 1985. Menyimak Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:


Angkasa.

Taufik. 2011. Pembelajaran Bahasa Arab MI (Metode Aplikatif dan Inovatif


Berbasis ICT). Surabaya: PMN

Tu'aimah & Al-Naqah. 1986-1985. Al-Marja' fi Ta'lim al-Lughah al-'Arabiyyah lil


Natiqin bi Lughat 'Ukhra. Makkah al-Mukarramah: Jamia'ah Umm al-Qura.

18

Anda mungkin juga menyukai