Anda di halaman 1dari 13

Nama : Fadsyah Muhammad Arbi

NPM : 2215051063
Kelompok : Empat (IV)
Kelas :C

TUGAS PRAKTIKUM GEOLOGI STRUKTUR


“RESUME 7 SESAR YANG ADA DI INDONESIA”

1. Sesar Lembang

Sesar Lembang terletak sekitar 10 km di utara kota Bandung dan memanjang


dengan arah barat-timur melalui kota Lembang. Tingkat aktivitas Sesar
Lembang belum diketahui dengan baik, sehingga diperlukan penelitian yang
lebih terintegrasi dari beberapa metoda antara lain dengan metoda seismik,
metoda gaya berat, serta metoda deformasi.

Gambar 1. Peta Area Sesar Lembang

Berdasarkan data GPS, Sesar Lembang merupakan sesar yang masih aktif hal
ini dibuktikan dengan masih adanya pergeseran sesar walaupun
pergeserannya sangat kecil yaitu dengan laju rata-rata sekitar 0.3 sampai 1.4
cm/tahun dibandingkan dengan pergeseran lempeng Indo-Australia terhadap
pulau Jawa (lempeng Eurasia) yang mencapai 6 – 7 cm dalam setahun.
Namun demikian walaupun pergeserannya sangat kecil sekali, ini merupakan
indikator bahwa Sesar Lembang masih aktif. Pendapat ini menguatkan hasil
penelitian sebelumnya, dengan temuan di bidang paleoseismologi, yaitu
ditemukan sagpond di sekitar gawir sesar, serta ditemukan juga tulang/rangka
hewan, batang-batang pohon serta jenis biji-bijian di sekitar patahan
Lembang. Yulianto berpendapat bahwa kuburan massal hewan, batang-batang
pohon serta jenis biji-bijian ini dikarenakan oleh longsoran. dengan volume
yang cukup besar/area longsoran cukup luas serta mendadak sekali sehingga
hewan-hewan tersebut tidak dapat menyelamatkan diri. Longsoran ini
mungkin disebabkan oleh gempabumi yang terjadi waktu itu, sebab lokasi
longsorannya
tepat di dekat bidang patahan. Penelitian lainnya yang mendukung pendapat
bahwa Sesar Lembang masih aktif yaitu adanya sungai yang terpotong,
kemudian makin lama sungai tersebut terpisah satu sama lain. Dari beberapa
hal diatas mengindikasikan bahwa Sesar Lembang merupakan sesar yang
masih aktif. Berdasarkan hal di atas, maka kami ingin melakukakan penelitian
apakah Sesar Lembang masih aktif atau tidak dari sudut seismologi. Untuk
menentukan tingkat kegempaannya/seismisitas di Sesar Lembang, maka
penulis memasang seismometer sebanyak empat buah disekitar Sesar
Lembang yaitu dua buah di utara patahan dan dua buah di selatan patahan.

Penelitian ini difokuskan pada penentuan hiposenter gempa bumi di sekitar


Sesar Lembang dengan metoda Grafis Tiga Lingkaran, Single Event
Determinatin, Joint Hypocenter Determination serta menentukan mekanisme
di sumber gempa bumi. Adapaun tujuan penelitian ini adalah untuk
menentukan lokasi hiposenter awal gempa bumi dengan metoda tiga
lingkaran, kemudian Single Event Determination dilanjutkan relokasi
hiposenter dengan metoda Joint Hypocenter Determination dan menentukan
mekanisme sumber di pusat gempa bumi.

Gambar 2. Sesar Lembang yang Membentang

Tektonik Sesar Lembang. Secara geologis, Sesar Lembang adalah satu


landmark yang paling menarik di dataran tinggi Bandung yang terletak di
lereng sebelah selatan dari gunung Tangkuban Perahu dan merupakan
ekspresi geomorfologi yang jelas dari neotektonik di cekungan Bandung.
Secara morfologi Sesar Lembang diekspresikan berupa gawir sesar (fault
scarp) dengan dinding gawir menghadap ke arah utara. Patahan Lembang
yang terbentuk pada jaman kuarter pleistoisen (sekitar 500.000 tahun yang
lalu). Sejarahnya zaman dulu gunung api raksasa Sunda meledak dan
meruntuhkan tubuhnya kemudian menyisakan sedikit gunung parasitnya.
Akibat runtuhnya gunung api tersebut maka terjadi kekosongan penampung
magmatis yang mengakibatkan batuan dari erupsi gunung api Sunda patah.
Patahan tersebut memanjang dari timur ke barat, dimana patahan timur
mengalami penerununan
lebih terlihat dibandingkan dengan bagian barat.

2. Sesar Cimandiri

Sesar Cimandiri merupakan sesar tua yang terbentuk selama berlangsungnya


orogenesa tahap II, yaitu pada waktu Akhir Eosen Tengah. Pada saat itu
batuan sedimen Formasi Ciletuh berumur Eosen Tengah yang terbentuk di
dalam Cekungan Depan Busur sudah terangkat ke permukaan. Peristiwa
tumbukan lempeng di selatan Pulau Jawa, menyebabkan struktur geologi di
Jawa Bagian Barat relatif komplek, di dalamnya berkembang struktur lipatan
dan struktur sesar dengan intensitas yang tinggi dan beberapa diantaranya
bersifat regional. Di wilayah Provinsi Jawa Barat, setidaknya dijumpai enam
struktur sesar regional yaitu Sesar Cimandiri, Sesar Cipeles, Sesar Baribis,
Sesar Lembang, Sesar Pelabuhan Ratu dan Sesar Citanduy (van Bemmelen,
1949; Martodjojo, 1984; Haryanto, 2015). Diantara struktur regional tersebut,
Sesar Cimandiri yang paling berperan terhadap sebaran batuan berumur
Paleogen di permukaan. Kelurusan Sesar Cimandiridapat dikenalibaik dari
aspek stratigrafi, morfologi dan indikasi pensesaran di lapangan.

Gambar 3. Struktur Sesar Cimandiri yang Membentang Mulai Pelabuhan


Ratu Hingga Tangkuban Perahu
Jika ditinjau dari segi stratigrafi regional, Jalur Sesar Cimandiri melintasi
Perbukitan Jampang, Perbukitan Warungkiara, Perbukitan Walat dan
Perbukitan Rajamandala. Mengacu kepada stratigrafi regional yang disusun
oleh Martodjojo (1984), formasi batuan di sepanjang jalur perbukitan tersebut
didominasi oleh batuan sedimen marin berumur Eosen Atas hingga Miosen
Atas. Keberadaan sesar Cimandiri berhubungan dengan geologi daerah
Ciletuh
yang posisinya berada di sebelah selatannya (Pulunggono dan Martodjojo,
1986). Menurut kedua penulis tersebut, keberadaan sesar ini merupakan hasil
reaktifasi dari jejak-jejak paleosubduksi Kapur. Oleh karena itu akan
disinggung mengenai stratigrafi daerah tersebut.

Dalam analisis tektonik, melalui aspek morfologi baik yang diamati melalui
DEM maupun pengamatan langsung di lapangan, menunjukan bentang alam
disepanjang kelurusan Sesar Cimandiri dikontrol oleh struktur lipatan anjakan
dan sesar normal. Kemiringan lereng yang terjal berstatus sebagai gawir sesar
normal dan turut berperan terhadap terbentuknya jalur kelurusan topografi di
atas. Dengan menggunakan konsep struktur dari Wilcox (1973), baik sesar
normal maupun sesar naik bersudut besar (reverse fault), dapat samasama
membentuk gawir sesar dengan perbedaan elevasi yang besar. Namun sistem
sesar naik (thrust system) pada batuan sedimen Tersier di Pulau Jawa,
merupakan bagian dari pola struktur lipatan anjakan yang tidak melibatkan
batuan dasar (nonbasement involved) dan merupakan thin skin tectonic
(Haryanto, 2014). Oleh karena itulah gawir sesar pada sesar naik di Pulau
Jawa,
umumnya bersudut relatif landai, seperti contonya pada sesar naik Baribis
yang berada di utara Sesar Cimandiri.
Gambar 4. Kelurusan Sesar Cimandiri di daerah Tagokapu-Padalarang,
dikontrol oleh sesar normal dan sesar naik

Kedudukan sesar normal dan sesar naik di sepanjang jalur sesar Cimandiri,
letaknya saling sejajar dan berimpit. Secara teoritis dengan menggunakan
konsep triaxial stress, sesar normal yang kedudukannya sejajar dengan sesar
naik akan terbentuk terakhir sebagai sesar kesetimbangan (release fault),
sedangkanyang saling tegak lurus relatif terbentuk bersamaan. Atas dasar
teori tersebut, maka sesar normal regional inilah yang paling berperan
terhadap pembentukan kelurusan topografi di sepanjang zona sesar
Cimandiri. Thrust system di Pulau Jawa umumnya berarah barat-timur,
kecuali sesar naik Cimandiri segmen timur yang memiliki arah timur laut-
barat daya.

Berdasarkan pada sistem tegasan, diketahui pembentukan struktur lipatan dan


sesar naik di Pulau Jawa, disebabkan oleh tektonik kompresi dengan tegasan
utamanya berarah utara-selatan. Sistem tegasan ini berhubungan dengan
aktivitas subduksi Tersier di selatan Pulau Jawa yang arahnya barat-timur.
Oleh karena kedudukan sesar Cimandiri pada segmen bagian timur berarah
timur laut-barat daya, maka secara teoritis sesar tersebut akan berjenis sebagai
sesar
mendatar sinistral seperti yang disimpulkan oleh Noraedi, 1994). Namun,
apabila dikaitkan dengan konsep struktur dari Moody and Hill (1956), jalur
sesar Cimandir yang posisinya sejajar dengan pola lipatannya, lebih sesuai
disimpulkan sebagai sesar naik. Berubahnya pola lipatan pada segmen timur
Sesar Cimandiri, dapat terjadi karena adanya perubahan sistem tegasan secara
internal yang menyebabkan terjadinya perubahan pola lipatannya. Banyaknya
cermin sesar di dalam zona sesar Cimandiri dengan nilai pitch yang rendah,
belum tentu menunjukan sebagai sesar utamanya. Sesar mendatar dapat
terjadi
bersamaan dengan pembentukan struktur lipatan dan sesar naik. Ketika masa
batuan bergerak secara horisontal oleh tektonik kompresi, kecepatan geraknya
dapat berbeda-beda di setiap segmennya. Akibatnya adalah terjadi robekan
pada batuan secara lateral yang akhirnya membentuk sesar-sesar mendatar
lokal atau lazim dinamakan sebagai tear fault. Adanya perbedaan arah jalur
sesar, antara sesar naik Cimandiri dengan sesar naik regional lainnya, dapat
dijelaskan dengan mengacu pada konsep pola sesar naik dari Boyer dan
Elliote (1982). Di dalam sistem sesar naik dimungkinkan jalur sesar
membusur (melengkung) dan bercabang (brench faul). Sesar naik Cimandiri
pada segmen timur melengkung ke arah timur laut-barat daya dan berkoneksi
dengan sesar naik regional lainnya yang berada di sebelah utara, yaitu dengan
Sesar Cipeles.
3. Sesar Beribis

Zona Sesar Baribis adalah salah satu zona sesar mayor di Pulau Jawa bagian
barat yang mengikuti Pola Jawa. Zona Sesar Baribis sendiri membentang dari
Kadipaten hingga Subang sepanjang 60 km (Bemmelen, 1949). Salah satu
sungai yang dilalui oleh Zona Sesar Baribis adalah Sungai Cipanas. Tahun
2018 pemerintah berencana membangun bendung di Sungai Cipanas. Latar
belakang penelitian ini adalah untuk membantu mengkaji struktur geologi
Zona Sesar Baribis sepanjang Sungai Cipanas.

Gambar 5. Sesar Beribis

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui statigrafi, karakter struktur geologi,


tegasan pembentuk struktur geologi, karakter deformasi, dan tingkat keaktifan
struktur geologi pada Zona Sesar Aktif Baribis sepanjang Sungai Cipanas.
Penelitian ini menggunakan analisis struktur geologi permukaan hingga
bawah permukaan dengan menggunakan data pemboran dan data resisitifitas
2D. Zona Sesar Baribis mengangkat batuan berumur Miosen Akhir hingga
Holosen ke permukaan sepanjang Sungai Cipanas. Struktur geologi utama
daerah penelitian mempunyai karakteristik struktur geologi kompresi dengan
tipikal (tectonic style) imbricated thrust dengan struktur minor berupa sesar
turun dan back thrust. Imbricated thrust mempunyai tectonic transport yang
mengarah ke utara. Struktur geologi memotong satuan batulempung moluska-
konglomerat, satuan batupasir - konglomerat, satuan batupasir tufan sisipan
breksi lahar, dan satuan batulempung tufan. Karakter deformasi Zona Sesar
Baribis sepanjang Sungai Cipanas adalah deformasi brittle. Tegasan yang
membentuk struktur geologi adalah tegasan kompresi dengan arah utama
utara - selatan. Struktur geologi yang tergolong aktif pada Zona Sesar Baribis
adalah Sesar Cipanas dibuktikan dengan undak sungai di sekitar struktur
geologi.

4. Sesar Palu-Koro

Nama Sesar Palu-Koro diusulkan pertama kali oleh Sarasin 1901 yang
kemudian diulangi oleh Rutten (1927). Sistem sesar ini menoreh mulai dari
ujung selat Makassar melalui kota Palu hingga menerus ke teluk Bone pada
Oligosen Akhir Miosen Awal terdapat tumbukan antara Blok Sulawesi Barat
dan Blok Sulawesi Timur. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya ofiolit
dan batuan metamorf ofiolitik yang mengindikasikan umur yang sama. Pada
Miosen Awal, mikrokontinen dari Australia bertumbukan dengan Sulawesi di
bagian tenggara. Pada Miosen Akhir berkembanglah fase ekstensional yang
membentuk beberapa cekungan di area Banda menurut (Bellier dkk., 2006).
Pada Awal Pliosen terjadi kolisi tahap akhir antara Sulawesi East Arm dengan
blok Baggai-Sula yang menyebabkan berkembangnya struktur-struktur
seperti lipatan, sesar naik, serta uplift di daerah Sulawesi bagian tengah dan
Fase ini juga diperkirakan menjadi tahap awal pembentukan Sesar Palu koro.

Gambar 6. Peta Sesar Palu-Koro

Sesar Palu-Koro merupakan salah satu sesar terbesar di Sulawesi dengan


pergerakan sekitar 42 mm/. Sesar ini menerus dari arah barat laut - tenggara
dari Palu hingga Poso dan bercabang menjadi Sesar Matano dan Sesar
Lawanopo (Socquet dkk., 2006). geomorfologi, kemenerusan Sesar Palu-
Koro dimanifestasikan oleh adanya Cekungan Palu yang dibatasi oleh
pegunungan dengan arah relatif barat laut-tenggara (mendekati utara-selatan)
yang membentuk wine glass valley dan triangular facet pada dasar
pegununga. Hal ini membuat daerah Sulawesi Tengah, terutama di area Sesar
Palu-Koro memiliki resiko tinggi terhadap gempa dan bencana-bencana alam
lain yang berhubungan dengan gempa seperti tsunami dan likuifaksi.
Setidaknya 19 gempa bumi yang bersifat merusak telah terjadi dalam kurun
waktu 1910 hingga 2013. Enam gempa berpotensi tsunami pernah terjadi di
Selat Makassar dan beberapa di antaranya berhubungan dengan Selat Palu-
Koro Palu adalah salah satu kota yang memiliki resiko kegempaan yang
tinggi. Terdapat delapan kecamatan di Kota Palu: Palu Barat, Palu Timur,
Palu Selatan, Palu Utara, Tatanga, Mantikulore, dan Taweli dan Ulujadi, di
mana semua kecamatan berresiko tinggi gempa dan hanya Kecamatan Ulujadi
yang berisiko sedang Sesar Palu-Koro dikenal sebagai sesar aktif yang
melintasi batuan metamorf dan plutonik di wilayah Sulawesi Tengah. Namun
fitur struktur dan patahan batuan di sepanjang garis patahan masih sulit
ditemukan.

5. Sesar Flores

Sesar Flores adalah sesar yang terletak di sekitar Pulau Flores, Nusa Tenggara
Timur, Indonesia. Sesar ini merupakan sesar aktif yang berperan dalam
aktivitas tektonik di wilayah tersebut.

Gambar 7. Peta Letak Sesar Flores

Sesar Flores membentang di sekitar Pulau Flores, membentuk batas antara


Lempeng Australia dan Lempeng Sunda. Sesar ini merupakan bagian dari
zona subduksi yang membentuk busur kepulauan di wilayah Indonesia timur.
Tipe Sesar: Sesar Flores merupakan sesar geser atau transform yang
mengalami pergerakan horizontal antara Lempeng Australia yang bergerak ke
timur dan Lempeng Sunda yang bergerak ke barat. Pergerakan ini
mengakibatkan geseran antara dua lempeng tersebut. Aktivitas Gempa Bumi:
Sesar Flores seringkali terkait dengan aktivitas gempa bumi di wilayah Pulau
Flores dan sekitarnya. Gempa-gempa ini dapat memiliki magnitudo yang
beragam, dari gempa kecil hingga gempa besar. Struktur Tektonik: Sesar
Flores merupakan salah satu bagian dari kompleks sistem sesar di wilayah
Nusa Tenggara. Kompleks ini juga melibatkan sesar-sesar lain seperti Sesar
Alor, Sesar Banda, dan Sesar Timor. Interaksi antara sesar-sesar ini berperan
dalam pembentukan topografi regional dan aktivitas vulkanik di wilayah
tersebut. Studi dan Pemantauan: Sesar Flores telah menjadi subjek penelitian
dan pemantauan yang intensif oleh para ahli geologi dan seismologi.
Pemantauan seismik, pemetaan geologi, dan analisis deformasi kerak bumi
digunakan untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang perilaku
dan aktivitas sesar ini. Sesar Flores terdiri dari beberapa segmen, diantaranya
segmen Bali sepanjang 84 KM, Lombok-Sumbawa sepanjang 310 KM, Nusa
Tenggara Timur sepanjang 236 KM, dan Wetar sepanjang 216 KM (Pusgen,
2017). Pulau Bali dan Nusa Tenggara Barat merupakan daerah perbatasan
yang terdapat pertemuan lempeng tektonik aktif dibawahnya. Pada Laut Bali
bagian utara juga terdapat patahan sesar naik Flores atau yang biasa disebut
Flores back arc thrust yang membentang hingga bagian utara Kepulauan
Sunda Kecil yaitu Lombok-Sumbawa Nusa Tenggara Barat. Bentangan
tersebut dapat dilihat pada gambar diatas Tegangan normal maksimum berada
di sebelah utara sesar Flores, tegangan normal intermediate berada di sebelah
barat sesar Flores, dan tegangan normal minimum berada di sekitar sesar
Flores. Nilai histogram rasio bentuk yang dihasilkan berada pada angka
mendekati 6, dimana hasil minimal yang seharusnya adalah 7. Hal ini
dikarenakan bidang patahan yang dipilih secara acak dalam mekanisme fokus
tidak dipilih dengan benar. Desakan balik Lempeng Eurasia terhadap
Lempeng Indo-Australia yang terbentang dari utara Flores hingga utara Bali
serta terbagi atas beberapa segmen, salah satunya segmen Sumbawa- Lombok
dengan panjang sekitar 450 km. Sesar Flores dapat menimbulkan laju
pergeseran sebesar 5,6 km hingga 6,0 km per tahun sehingga gempa yang
berada di sekitar sesar tersebut dapat mencapai Mw 8,0 (Koulali et al., 2016;
Susilo et al., 2018). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Hidayati et al.
(2018) mengidentifikasikan bahwa sesar Flores masih sangat aktif.
Berdasarkan penelitian tersebut, dapat dilihat bahwa aktivitas sesar Flores
sering kali menjadi penyebab adanya gempabumi yang mematikan karena
lokasinya yang dangkal dan magnitudo besar.

6. Sesar Halmahera

Perubahan alam yang terjadi selama ratusan-ribu tahun dan pergeseran kulit
bumi secara evolusi telah membentuk pulau-pulau kecil di sepanjang "Jazirah
tuil Jabal Muluku”. Kegiatan tektonik kala halosen ditandai terutama oleh
penyesaran naik secara intensif serta pelipatan yang menjurus timur laut dan
barat daya. Sesar normal juga banyak terdapat umumnya berjurus barat laut
dan tenggara. Kegiatan terakhir berupa pengangkatan yang terbukti oleh
adanya terumbu yang terangkat keatas sehingga terbentuk pegunungan
Halmahera dan meningalkan jejak kehidupan biota laut. Penyimpanan atau
pengawetan trace fossile ini dapat berupa cetakan.
Gambar 8. Peta Lokasi Sesar Halmahera

Secara tektonik, Pulau Halmahera terletak di antara empat lempeng yaitu


Lempeng Australia, Lempeng Filipina, Lempeng Eurasia, dan Lempeng
Mindanao. Batas lempeng Filipina (yang mencakup Halmahera) adalah
palung Filipina yang terkait dengan palung Halmahera. Lempeng Eurasia
memiliki batas timur di patahan Filipina selatan dan terus ke sesar Halmahera
barat. Lempeng Eurasia di wilayah Asia Tenggara dan Filipina merupakan
daerah yang kompleks dan menyangkut banyak lempeng kecil yang bergerak
semi-independen. Salah satunya adalah lempeng Mindanao yang dibatasioleh
sesar Filipina di barat dan Palung Filipina di sebelah timur (Labaik, 2012).
Menurut Labaik (2012) pada zaman pleistochen, dataran Morotai, Ternate,
Tidore,Makian, Bacan, Kayoa dan sebagainya terlepas dari dataran
Halmahera. Maluku di sebelah barat Halmahera merupakan zona tumbukan
antara busur vulkanik Sangihe dan Halmahera. Lempeng laut Maluku
menunjam ke arah timur di bawah lempeng laut Halmahera dan Filipina,
sejak Paleogen dan telah menghasilkan empat busur vulkanik di lengan barat
Halmahera). Keempat formasi gunung berapi-sedimen tersebut yaitu Formasi
Bacan (Paleogen), Formasi Gosowong (Miosen Atas), Formasi Kayasa
(Pliosen), dan Formasi Vulkanik Kuarter, yang tetap aktif sampai hari ini
(Marjoribanks, 1997). Halmahera Timur dan Barat mewakili dua daerah
tektonik yang berbeda. Perkembangan tektonik Halmahera Timur yang dapat
dilihat diperkirakan dimulai antara Kapur Akhir sampai Awal Tersier. Sesar
naik berarah Utara – Selatan di bagian tengah dan lengan selatan Halmahera.
Di Halmahera tengah jalur lipatan sesar naik ini membentuk batas antara
batuan dasar ofiolitik dibagian Timur dan batuan dasar busur vulkanik
dibagian Barat. Dilengan Selatan, basemen vulkanik ini diterobos oleh
sedimen Neogen. Sesar konjugate berarah Timurlaut – Baratdaya dan Barat –
Baratlaut – Timur – Tenggara yang muncul diseluruh daerah ini. Set yang
terakhir meliputi sesar transform yang berasosiasi dengan busur vulkanik
aktif. Sesar normal listrik berarah Utara – Selatan dan Timur-Barat seperti
pada urat kuarsa Gosowong dan Ruwait. Batuan berumur Pliosen dilengan
utara didaerah Gosowong terlipat dengan arah Sumbu Timur Barat

7. Sesar Semangko

Patahan Semangko terbentuk akibat adanya tumbukan lempeng besar yaitu 


Lempeng Samudera Hindia-Australia yang bergerak relatif ke utara, lempeng
Benua Eurasia yang bergerak keselatan dan Lempeng Samudera Pasifik yang
bergerak ke Barat. Merupakan bentukan geologi yang membentang di Pulau
Sumatera dari utara ke selatan , dimulai dari Aceh hingga teluk Semangka di
Lampung. Patahan ini membentuk Pegunungan Barisan. Patahan ini
merupakan patahan geser atau patahan mendatar, lebih tepatnya
Right/Dextral Slip Fault, pergeserannya besar sekitar 25-30 km. Tatanan
Stratigrafinya saling menindih dan tidak sama, mempunyai struktur penyerta
berupa kekar, tegasan-tegasan rekahan setempat dan lipatan. Pulau sumatera
yang secara fisiografi berarah baratlaut merupakan perpanjangan ke selatan
dari miring (oblique) menyudut N 20° E. Gerakan miring tersebut merupakan
resultan dua gaya yaitu pergerakan dan gerakan mendatar. Gerakan turun
terakomudasi oleh penunjaman lempeng samudra india-australia dibawah
sundaland. Sedangkan gerakan mendatar terefleksikan pada pola-pola sesar
geser yang membentuk rangkaian struktur dextral wrenching di dalam
sundaland. Rangkaian sturktur sesar geser tersebut pada akhirnya membentuk
sesar besar sumatera yang dikenal dengan nama sesar geser semangko.
Pergeseran menghasilkan zona lemah yang memungkinkan menjadi jalan
keluarnya magma pada aktivitas vulkanisme yang menghasilkan jajaran
pegunungan barisan (Gambar 1.2). hal ini berarti bahwa posisi sesar
semangko berada tepat pada barisan Mountain Volcanic-Arc yang dibuktikan
dengan banyak ditermukannya Wrench Fault (sesar mendatar) pada jajaran
pegunungan tersebut. Pada daerah back-arc basin dipengaruhi oleh rezim
tensional dengan arah gaya tegak lurus terhadap zona subduksi. Rezim
tensional ini disebabkan oleh adanya aliran panas dibawah permukaan. Gaya
kompresi yang mengasilkan Dextral Wrenching berarah sejajar dengan batas
lempeng dan sangat kuat memengaruhi rezim tensional back-arc basin. Dan
menghasilkan struktur-struktur yang berarah sejajar dengan batas lempeng.
Gambar 9. Penampang melintang memotong Pulau Sumatera berarah barat-
timur

Sesar semangko merupakan bagian selatan dari system sesar besar sumatera
yang bergeser secara dekstral/menganan yang merupakan akibat
subduksi atau konvergensi menyerong antara lempeng indo-australia
dengan lempeng. Eurasia.segmen sesar semangko membentang sepanjang
lebih dari 80km dari selat sunda sampai dengan daerah danau ranau di
utara .beberapa penulis menganggap ,bahwa segmen selatan sesar semangko
hanya dari selat sunda sampai dengan depresi suoh saja (bellier
dkk,1991).pada sesar sumatera pergeseran yang dekstral menjadi dominan
vertical di bagian selatan dan hal ini di buktikan dengan mekanisme fokal dari
gempa bumi yang menunjukan sesar mendatar (Harjono dkk,1991).

Gambar 10. Ngarai Sianok Di Area Patahan Semangko


Struktur geologi yang berkembang di sumatera bagian selatan berupa sesar,
struktur lipatan(baik antiklin dan sinklin), dan struktur kekar. Namun
demikian, struktur perlipatan sangat jarang dijumpai di daerah ini mengingat
sebagian besar daerah ini tersusun oleh batuan yangtidak mudah terlipat
seperti tuf, breksi, lava dan produk vulkanik lainnya. Perlipatan yang
tersingkap pada mulanya mempunyai arah timur –barat yang kemudian
diikutin perlipatan tegak berarah baratlaut-tenggara pada batuan malihan
komplek Gunung Kasih.

Patahan aktif sumatera bagian selatan dimulai dari terbanan danau rabau,
lembah kotabatu- hamkatir-sukabumi, lembah liwa , terbanan/kawah suoh,
tinggian tikaberak dan terbanan teluk semangko, secara keseluruhan
merupakan lajur seismotonik patahan aktif sumatera segmen semangko.
Segmentasi patahan dalam lajur tersebut dapat dianalisis melalui citra satelit
dan pengamatan langsung dilapangan. Pengamatan langsung dilapangan
untuk memastikan keberadaan unsure-unsur tektonik dan struktur geologi
berupa lembah patahan, gawir patahan, offset sungai serta cirri kinematika
patahan seperti kekar dan bidang patahan.

Pada dasarnya setiap segmentasi patahan mempunyai karakternya masing-


masing diantaranya panjang segmentasi, besar pergeseran bai tegak maupun
mendatar, kemiringan bidang patahan, kinematika gerak patahan. Untuk
menggerakan suatu patahan turun diperlukan energy lebih kecil dibandingkan
energy yang dibutuhkan untuk menggerakan suatu patahan geser dan patahan
naik. Sesar mendatar (Strike slip fault/Transcurent fault/Wrench fault)
merupakan sesar yang pembentukannya dipengaruhi oleh tegasan kompresi.
Posisi tegasan utama pembentuk sesar ini adalah horizontal, sama dengan
posisi tegasan minimumnya, sedangkan posisi tegasan menengah adalah
vertikal.

Anda mungkin juga menyukai