NPM : 2215051063
Kelompok : Empat (IV)
Kelas :C
1. Sesar Lembang
Berdasarkan data GPS, Sesar Lembang merupakan sesar yang masih aktif hal
ini dibuktikan dengan masih adanya pergeseran sesar walaupun
pergeserannya sangat kecil yaitu dengan laju rata-rata sekitar 0.3 sampai 1.4
cm/tahun dibandingkan dengan pergeseran lempeng Indo-Australia terhadap
pulau Jawa (lempeng Eurasia) yang mencapai 6 – 7 cm dalam setahun.
Namun demikian walaupun pergeserannya sangat kecil sekali, ini merupakan
indikator bahwa Sesar Lembang masih aktif. Pendapat ini menguatkan hasil
penelitian sebelumnya, dengan temuan di bidang paleoseismologi, yaitu
ditemukan sagpond di sekitar gawir sesar, serta ditemukan juga tulang/rangka
hewan, batang-batang pohon serta jenis biji-bijian di sekitar patahan
Lembang. Yulianto berpendapat bahwa kuburan massal hewan, batang-batang
pohon serta jenis biji-bijian ini dikarenakan oleh longsoran. dengan volume
yang cukup besar/area longsoran cukup luas serta mendadak sekali sehingga
hewan-hewan tersebut tidak dapat menyelamatkan diri. Longsoran ini
mungkin disebabkan oleh gempabumi yang terjadi waktu itu, sebab lokasi
longsorannya
tepat di dekat bidang patahan. Penelitian lainnya yang mendukung pendapat
bahwa Sesar Lembang masih aktif yaitu adanya sungai yang terpotong,
kemudian makin lama sungai tersebut terpisah satu sama lain. Dari beberapa
hal diatas mengindikasikan bahwa Sesar Lembang merupakan sesar yang
masih aktif. Berdasarkan hal di atas, maka kami ingin melakukakan penelitian
apakah Sesar Lembang masih aktif atau tidak dari sudut seismologi. Untuk
menentukan tingkat kegempaannya/seismisitas di Sesar Lembang, maka
penulis memasang seismometer sebanyak empat buah disekitar Sesar
Lembang yaitu dua buah di utara patahan dan dua buah di selatan patahan.
2. Sesar Cimandiri
Dalam analisis tektonik, melalui aspek morfologi baik yang diamati melalui
DEM maupun pengamatan langsung di lapangan, menunjukan bentang alam
disepanjang kelurusan Sesar Cimandiri dikontrol oleh struktur lipatan anjakan
dan sesar normal. Kemiringan lereng yang terjal berstatus sebagai gawir sesar
normal dan turut berperan terhadap terbentuknya jalur kelurusan topografi di
atas. Dengan menggunakan konsep struktur dari Wilcox (1973), baik sesar
normal maupun sesar naik bersudut besar (reverse fault), dapat samasama
membentuk gawir sesar dengan perbedaan elevasi yang besar. Namun sistem
sesar naik (thrust system) pada batuan sedimen Tersier di Pulau Jawa,
merupakan bagian dari pola struktur lipatan anjakan yang tidak melibatkan
batuan dasar (nonbasement involved) dan merupakan thin skin tectonic
(Haryanto, 2014). Oleh karena itulah gawir sesar pada sesar naik di Pulau
Jawa,
umumnya bersudut relatif landai, seperti contonya pada sesar naik Baribis
yang berada di utara Sesar Cimandiri.
Gambar 4. Kelurusan Sesar Cimandiri di daerah Tagokapu-Padalarang,
dikontrol oleh sesar normal dan sesar naik
Kedudukan sesar normal dan sesar naik di sepanjang jalur sesar Cimandiri,
letaknya saling sejajar dan berimpit. Secara teoritis dengan menggunakan
konsep triaxial stress, sesar normal yang kedudukannya sejajar dengan sesar
naik akan terbentuk terakhir sebagai sesar kesetimbangan (release fault),
sedangkanyang saling tegak lurus relatif terbentuk bersamaan. Atas dasar
teori tersebut, maka sesar normal regional inilah yang paling berperan
terhadap pembentukan kelurusan topografi di sepanjang zona sesar
Cimandiri. Thrust system di Pulau Jawa umumnya berarah barat-timur,
kecuali sesar naik Cimandiri segmen timur yang memiliki arah timur laut-
barat daya.
Zona Sesar Baribis adalah salah satu zona sesar mayor di Pulau Jawa bagian
barat yang mengikuti Pola Jawa. Zona Sesar Baribis sendiri membentang dari
Kadipaten hingga Subang sepanjang 60 km (Bemmelen, 1949). Salah satu
sungai yang dilalui oleh Zona Sesar Baribis adalah Sungai Cipanas. Tahun
2018 pemerintah berencana membangun bendung di Sungai Cipanas. Latar
belakang penelitian ini adalah untuk membantu mengkaji struktur geologi
Zona Sesar Baribis sepanjang Sungai Cipanas.
4. Sesar Palu-Koro
Nama Sesar Palu-Koro diusulkan pertama kali oleh Sarasin 1901 yang
kemudian diulangi oleh Rutten (1927). Sistem sesar ini menoreh mulai dari
ujung selat Makassar melalui kota Palu hingga menerus ke teluk Bone pada
Oligosen Akhir Miosen Awal terdapat tumbukan antara Blok Sulawesi Barat
dan Blok Sulawesi Timur. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya ofiolit
dan batuan metamorf ofiolitik yang mengindikasikan umur yang sama. Pada
Miosen Awal, mikrokontinen dari Australia bertumbukan dengan Sulawesi di
bagian tenggara. Pada Miosen Akhir berkembanglah fase ekstensional yang
membentuk beberapa cekungan di area Banda menurut (Bellier dkk., 2006).
Pada Awal Pliosen terjadi kolisi tahap akhir antara Sulawesi East Arm dengan
blok Baggai-Sula yang menyebabkan berkembangnya struktur-struktur
seperti lipatan, sesar naik, serta uplift di daerah Sulawesi bagian tengah dan
Fase ini juga diperkirakan menjadi tahap awal pembentukan Sesar Palu koro.
5. Sesar Flores
Sesar Flores adalah sesar yang terletak di sekitar Pulau Flores, Nusa Tenggara
Timur, Indonesia. Sesar ini merupakan sesar aktif yang berperan dalam
aktivitas tektonik di wilayah tersebut.
6. Sesar Halmahera
Perubahan alam yang terjadi selama ratusan-ribu tahun dan pergeseran kulit
bumi secara evolusi telah membentuk pulau-pulau kecil di sepanjang "Jazirah
tuil Jabal Muluku”. Kegiatan tektonik kala halosen ditandai terutama oleh
penyesaran naik secara intensif serta pelipatan yang menjurus timur laut dan
barat daya. Sesar normal juga banyak terdapat umumnya berjurus barat laut
dan tenggara. Kegiatan terakhir berupa pengangkatan yang terbukti oleh
adanya terumbu yang terangkat keatas sehingga terbentuk pegunungan
Halmahera dan meningalkan jejak kehidupan biota laut. Penyimpanan atau
pengawetan trace fossile ini dapat berupa cetakan.
Gambar 8. Peta Lokasi Sesar Halmahera
7. Sesar Semangko
Sesar semangko merupakan bagian selatan dari system sesar besar sumatera
yang bergeser secara dekstral/menganan yang merupakan akibat
subduksi atau konvergensi menyerong antara lempeng indo-australia
dengan lempeng. Eurasia.segmen sesar semangko membentang sepanjang
lebih dari 80km dari selat sunda sampai dengan daerah danau ranau di
utara .beberapa penulis menganggap ,bahwa segmen selatan sesar semangko
hanya dari selat sunda sampai dengan depresi suoh saja (bellier
dkk,1991).pada sesar sumatera pergeseran yang dekstral menjadi dominan
vertical di bagian selatan dan hal ini di buktikan dengan mekanisme fokal dari
gempa bumi yang menunjukan sesar mendatar (Harjono dkk,1991).
Patahan aktif sumatera bagian selatan dimulai dari terbanan danau rabau,
lembah kotabatu- hamkatir-sukabumi, lembah liwa , terbanan/kawah suoh,
tinggian tikaberak dan terbanan teluk semangko, secara keseluruhan
merupakan lajur seismotonik patahan aktif sumatera segmen semangko.
Segmentasi patahan dalam lajur tersebut dapat dianalisis melalui citra satelit
dan pengamatan langsung dilapangan. Pengamatan langsung dilapangan
untuk memastikan keberadaan unsure-unsur tektonik dan struktur geologi
berupa lembah patahan, gawir patahan, offset sungai serta cirri kinematika
patahan seperti kekar dan bidang patahan.