Anda di halaman 1dari 7

Peta dibuat oleh orang-orang seperti Anda!

Patahan Lembang
Patahan Lembang membentang dari timur ke barat di kawasan sebelah Utara Bandung. Jalur
patahan ini jelas terlihat di sepanjang ~25 km, yang dicirikan oleh kelurusan untaian bukit-bukit,
mulai dari daerah sebelah timur tempat pariwisata Maribaya sampai ke daerah Cisarua-Cimahi di
baratnya.

Kenampakan tektonik morfologi pada dan sekitar jalur patahan mengindikasikan bahwa patahan
ini bergerak aktif pada Zaman Kuarter dan kemungkinan besar aktivitasnya masih terus
berlangsung sampai Zaman Holosen, bahkan sampai sekarang. Dari panjang patahan dapat
diperkirakan bahwa patahan ini berpotensi untuk menghasilkan gempa berkekuatan antara 6
sampai dengan 7 skala Richter.

Letak patahan yang melewati wilayah yang sudah cukup berkembang dan padat, dan juga hanya
sekitar 15 km dari kota Bandung menjadikan zona patahan ini harus serius diperhitungkan dalam
usaha mitigasi bencana dan dalam rencana pengembangan kota. Pusat geologi dan geofisika terus
melakukan analisa geologi dan morfo-tektonik dari patahan, di samping juga mengevaluasi data
geologi dan geofisika terdahulu dengan tujuan untuk meneliti sejarah, kinematika, dan keaktifan
dari Patahan Lembang.
World / Indonesia / Jawa Barat / Lembang
Koordinat: 650'21"S 10741'31"E

Kategori: fault (en)

Disunting: 10 bulan yang lalu Say2world Bahasa: en id

PATAHAN LEMBANG
Di wilayah dekat obyek Wisata Maribaya fenomena alam yang dikenal dengan (Lembang Fault)
Seluruh kawasan Tahura Ir. H. Djuanda memiliki satu jenis batuan, yaitu batuan vulkanik yang
berkembang dari jaman kwarter tua. Salah satu fenomena geomorphologi yang paling khas di
wilayah ini adalah Patahan Lembang (Lembang Fault). Letak patahan ini berada di Maribaya
yang Sekaligus merupakan batas bawah dari Sub DAS Cikapundung Hulu.Fenomena Patahan
Lembang ini apabila diamati akan nampak berupa lineament, yaitu struktur geologi yang
membentuk garis lurus membujur arah Barat Laut-Tenggara. Secara fisik di lapangan patahan ini
berupa punggung bukit atau ngarai terjal (escarpment) yang membujur Iurus, struktur geologi ini,
mengontrol aliran sungai, sehingga aliran sungai Sub DAS Cikapundung HuIu berbelok dan
mengalir mengikuti arah patahan.
Patahan Lembang adalah patahan yang membentang kearah barat Timur lalu berbelok tenggara
mulai dari daerah Parongpong lalu menghilang di sekitar daerah Sumedang , Secara genetic sesar
ini dikenal dengan sesar nomal, dimana blok disebelah utara yang bertindak sebagai hanging
wallnya, relatif lebih turun dibandingkan dengan blok yang berada disebelah selatan, yang
merupakan foot wallnya. Keterbentukan sesar ini menurut Van Bemmelen 1949 akibat dari
amblasan yang merupakan efek dari kosongnya ruang magma pada saat letusan besar Gunung
sunda, dan berarti umur dari sesar ini lebih muda dari umur endapan sunda yang dihasilkan.
Namun setelah melihat data data yang berhasil dikumpulkan oleh Arya Juarsa meliputi peta
topografi , Citra satelit, Analisis besar butir dan peta penyebaran endapan piroklastik gunung
sunda, Kami berpendapat bahwa sesar lembang ini bukan sesar normal saja melainkan sesar
oblique, dengan elemen pergerakan mendatar dekstral ( menganan ) analisis ini dasarkan pada
pembelokan sungai Cimahi secara pada daerah Paneunteung ( Peta Topografi Bakosurtanal
Lembar Cimahi n0 1309 313 ), dari analisis peta topografi dan citra satelit juga terlihat bahwa
terjadi pergeseran secara menganan pada lembah curam di daerah desa Cihanjuang Rayu.
Dari hasil analisa statistic terhadap standar deviasi dari nilai tengah ukuran butir endapan gunung
sunda (arya juarsa, 2007) , kami mencoba menggunakan suatu metoda geostatistik yaitu metode
Krieging untuk menganalisa sebaran endapan endapan piroklastik, (walker dalam fischer dan
schminke 1978) membuat batasan bahwa nilai standar deviasi dibawah 2 merupakan endapan
piroklastik jatuhan dan nilai standar deviasi diatas 2 merupakan endapan aliran, dengan dua cara
diatas kami mengkonturing daerah penelitan berdasarkan sebaran nilai standar deviasi perstasiun
pengamatan. Lalu kami bandingkan dengan pola kelurusan sebagai bahan acuan sesar

Hasil yang dapatkan tenyata sebaran dari endapan piroklastik gunung sunda ini ternyata di
pengaruhi oleh kelurusan kelurusan yang di interpretasi sebagai sesar lembang dan sesar
cimandiri , di sebelah timur dari penyebaran endapan kami menemukan bahwa endapan
piroklaslik aliran yang semula bergerak kearah barat daya ( posisi normal waktu endapan
terbentuk ) berubah menjadi terseret kearah timur dan sebaliknya endapan jatuhannya juga
terseret kearah barat pada zona batas kelurusan sesar lembang, dan kontur penyebaran standar
deviasi juga menunjukan pola yang sama yaitu Dekstral, selain itu juga akibat dari pensesaran
yang dilakukan oleh sesar cimandiri terlihat bahwa terjadi perubahan pola kontur penyebaran
dengan arah dekstral juga.( arya juarsa, 2007 )
Data arah pergerakan sesar sesar tadi kamu coba bandingkan dengan model menganan harding
maka kami berpendapat bahwa sesar lembang ini merupakan sesar sintetik dari sesar utama yaitu
sesar cimandri, berbeda dengan pak Iyan dalam papernya tektonik baribis Cimandiri yang
menyebut sesar lembang merupakan sesar antitetik dari sesar cimandiri .
Dan umur dari sesar lembang tentu lebih muda dari endapan yang dipotongnya, dari peta
penyebaran sesar ini mengoyak endapan sunda purba yang berumur 38300 ( hadisantono 1988)
dan data diatas sangat cocok dengan umur yang diajukan oleh van bemmelen ,1949 ) secara
neotectonik pergerakan sesar ini bergeser sekitar 0,013 cm/ tahun ( Perhitungan pergeseran
sungai cimahi dan umur endapan yang bergeser) dan menurut (Matsuda, 1977) merupaka sesar
aktif tipe B dengan kekuatan gempa kurang lebih 4 SR.
Diposkan oleh TAGANA KAB. BANDUNG di 5/06/2009 06:54:00 PM

Patahan Lembang
21 Juni 2011

Patahan Lembang adalah patahan yang membentang kearah barat Timur lalu berbelok tenggara
mulai dari daerah Parongpong lalu menghilang di sekitar daerah Sumedang , Secara genetic sesar
ini dikenal dengan sesar nomal, dimana blok disebelah utara yang bertindak sebagai hanging
wallnya, relatif lebih turun dibandingkan dengan blok yang berada disebelah selatan, yang
merupakan foot wallnya. Keterbentukan
sesar ini menurut Van Bemmelen 1949 akibat dari amblasan yang merupakan efek
dari kosongnya ruang magma pada saat letusan besar Gunung sunda, dan berarti umur dari
sesar ini lebih muda dari umur endapan sunda yang dihasilkan

Patahan lembang ini apabila diamati dari photo udara akan nampak berupa lineament yaitu
struktur geologi yang membentuk garis lurus membujur arah Barat Laut-Tenggara. Secara fisik
di lapangan, patahan ini berupa punggung bukit atau ngarai terjal (escarpment) yang membujur
lurus, mengontrol Daerah Aliran Sungai (DAS) Cikapundung Hulu berbelok dan mengalir
mengikuti arah patahan.
Pada saat sekarang fenomena alam/patahan lembang ini dapat diamati dan kita nikmati sebagai
keindahan alam yang penuh pesona dan sangat menarik bagi wisatawan, khususnya bagi mereka
yang belajar ilmu geologi/geomorphologi.

Keindahan alam yang disuguhkan fenomena alam Patahan Lembang membuat wisatawan merasa
berada di alam yang benar-benar menyejukan sejauh mata memandang, di tambah udara yang
menyegarkan dan dingin di sekitar kawasan Patahan Lembang membuat kerja paru-paru kita
seakan kembali di pompa dengan oksigen yang benar-benar bersih.

Tampak dari jarak dekat ngarai terjal (escarpment) yang memberikan pemandangan unik
tersendiri diantara rindangnya pepohonan yang tumbuh di sekililing Patahan lembang.

Salah satu bagian atas bukit dari Patahan Lembang yang asri dan hijau.

KOMPAS.com - Waktu adalah musuh abadi ingatan. Lebih lagi saat rekam bencana telah
membaur dengan perubahan. "Hukum" itu tak hanya di Tasikmalaya, tetapi juga di tepian
Patahan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat.

Eko Yulianto, peneliti dari Pusat Penelitian Geoteknologi dari Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI), ingin menghidupkan ingatan. Tahun 2009, di sebuah perumahan mewah di
Cihideung, Eko memapas lapisan bumi. Dia menggali paritan sepanjang 9 meter, selebar 3
meter, dan sedalam 3,5 meter demi mencari jejak gempa Patahan Lembang yang terkubur sejak
2.000 tahun lalu.

Patahan Lembang merupakan retakan sepanjang 22 kilometer, melintang dari timur ke barat.
Berawal di kaki Gunung Manglayang di sebelah timur dan menghilang sebelum kawasan
perbukitan kapur Padalarang di bagian barat. Patahan itu tepat di antara Gunung
Tangkubanparahu dan dataran Bandung sehingga membentuk dua blok, utara dan selatan.

Sebuah dinding raksasa sepanjang 22 kilometer terbangun oleh naiknya permukaan tanah di blok
selatan dan turunnya permukaan tanah di blok utara. Tembok itu membentengi pemandangan
orang di utara ke arah selatan. Gerakan blok batuan itulah yang mengirim gempa. Banyak yang
mempertanyakan keaktifan Patahan Lembang, tetapi Eko yakin patahan itu bergerak.

Jejak itu akhirnya dia temukan terekam di bekas kolam gambut tua yang digalinya di sebelah
utara patahan itu. Pembentukan kolam tersebut akibat gerakan Patahan Lembang. Sebuah gempa
berkekuatan 6,8 skala Richter 2.000 tahun lalu mengambleskan permukaan tanah bagian utara
1,7 meter dari permukaan tanah di selatan. Akibatnya, aliran sungai tergeser dan terbendung.
Kolam (sagpond) pun terbentuk.

Material lumpur dan sisa-sisa tanaman mengendap di kolam itu dan menjadi tanah alas tumbuh
pepohonan. Ada jeda waktu lama hingga pohon-pohon memadat di atas sagpond dan tercipta
hutan. Hutannya sangat lebar. Butuh waktu ratusan tahun, apalagi endapan gambut yang
mengisi kolam tebalnya sampai 1,7 meter, ujarnya.

Hutan itu lalu diguncang gempa sehingga pohon-pohon roboh dan sampah hutan terendapkan.
Tetapi, gempa tidak cukup besar untuk menciptakan kolam baru. Tidak diketahui kapan gempa
yang merobohkan pohon-pohon itu, ujar Eko.

Sebuah gempa besar berskala 6,6 Richter kembali terjadi 500 tahun lalu. Permukaan tanah di
utara patahan amblas 0,5 hingga 1 meter dari patahan selatan. Bongkahan andesit dari dinding
patahan berguguran dan tersebar di lantai hutan. Kali ini, batang-batang pohon tercabut dari
akarnya.

Air dari mata air dan sungai menggenangi hutan. Siklus hidup sagpond dimulai lagi. Pohon yang
tersisa mati tergenang air, lumpur yang terbawa air sungai mengendap, menutup lapisan sagpond
sebelumnya sekaligus mengubur hutan. Eko menemukan sisa pepohonan hutan itu di dalam
lapisan tanah.

Gempa 6,8 skala Richter pada 2.000 tahun lalu dan 6,6 Richter pada 500 tahun lalu itu
membuktikan Patahan Lembang bergerak dan mengirim gempa, simpul Eko.

Keyakinan Eko akan aktifnya Patahan Lembang diperkuat kerja tim peneliti lain yang memantau
pergerakan Patahan Lembang dengan menggunakan GPS. Sejak tahun 2006, peneliti dari Institut
Teknologi Bandung, Irwan Meilano, terlibat dalam pemburuan gerakan Patahan Lembang. Tim
itu memasang jaringan GPS di 18 tempat pengamatan.

Idenya, menghitung maju-geser Patahan Lembang selama 10.000 tahun terakhir, ujar Irwan.
Mereka mencoba merekam laju geser dan akumulasi energi patahan itu. Informasi itu
memberikan gambaran deformasi atau perubahan bentuk dan dimensi dalam rentang jangka
waktu lama.

Hasilnya, Patahan Lembang bergerak 4-6 milimeter per tahun. Blok di depan bidang patahan
bergeser ke kiri dan mempunyai komponen vertikal. Ini berbeda dengan pandangan selama ini
bahwa Patahan Lembang itu patahan normal atau turun, ujar Irwan.

Pergerakan Patahan Lembang hanya sepersepuluh dari kecepatan patahan lain yang pernah
mereka teliti, seperti patahan di Palurogo dan Sorong, apalagi jika dibandingkan kecepatan gerak
Patahan Sumatera yang 20 milimeter hingga 30 milimeter per tahun.

Seberapa besar gempa dapat dihasilkan dari pergeseran Patahan Lembang? Rekaman data GPS
sejauh ini mengungkap, bagian dangkal Patahan Lembang bergerak terus-menerus. Pergerakan di
kedangkalan itu belum tentu dirasakan warga di sekitar patahan.

Akan tetapi, ada bagian patahan yang terkunci di kedalaman 3 kilometer hingga 15 kilometer.
Jika energi terakumulasi dan bagian yang terkunci ini lepas, bisa terjadi gempa berskala besar,
ujar Irwan.

Pakemnya, kata Irwan, patahan sepanjang 20 kilometer hingga 30 kilometer mampu


menyebabkan gempa maksimal 7 skala Richter. Panjang patahan bisa mengubah perhitungan
dampak yang ditimbulkan.
Hanya saja, masih ada perdebatan apakah Patahan Lembang itu sebuah retakan sepanjang 22
kilometer atau terdiri atas dua segmen. Jika Patahan Lembang terdiri atas dua segmen pendek,
gempa yang dihasilkan lebih kecil. Eko meyakini Patahan Lembang terdiri atas dua segmen yang
ditandai adanya bumbungan seperti Gunung Batu sebagai hasil tekanan dari pertemuan segmen
timur dan barat patahan.

Irwan belum puas dengan data yang tersedia. Menurut dia, patahan itu perlu lebih banyak dan
lama diteliti. Banyak faktor yang mengontrol pergerakan patahan. Sulit bercerita banyak
tentang Patahan Lembang tanpa ada data yang panjang, ujarnya.(Tim Penulis Ekspedisi
Cincin Api)

Artikel lebih lengkap kunjungi http://www.cincinapi.com

"Sesar Lembang sudah dikenal sejak van Bemmelen memetakan Bandung area pada tahun 1934. Van
Bemmelen (1934) meyakini Sesar Lembang sebagai akibat runtuhan akibat pembubungan magma dan
letusan kompleks Gunung Sunda (Bukit Tunggul dan Canggak). Sesar Lembang mengakomodasi
runtuhan kerakbumi ke arah utara. Lebih lanjut lagi pada tahun 1949, van Bemmelen menaruh Sesar
Lembang di zona engsel (hinge zone) antara Zona Bandung dan Zona Bogor. Sesar Lembang terjadi di
perbatasan fisiografi antara Zona Bandung dan Zona Bogor. Zona Bogor merupakan depresi tengah Jawa
Barat, sedangkan Zona Bandung relatif lebih terangkat daripada Zona Bogor karena Zona Bandung
kemudian ditempati banyak gunungapi Kuarter. Kemudian, di utara Sesar Lembang lahir Gunung
Tangkuban Parahu yang rempah volkaniknya menutupi tepi selatan Zona Bogor, maka umur Sesar
Lembang lebih tua dari umur Gunung Tangkuban Parahu, tetapi lebih muda dari Gunung Sunda.

Dari peta geologi Bandung dan sekitarnya, Sesar Lembang membatasi dua satuan batuan volkanik tua
Qpv Plistosen (blok naik, selatan) dan batuan volkanik muda QvHolosen(blok turun, utara). Ke arah
barat, lompatan sesar minimaltidak ada, sehingga tidak menggeser satuan batuan.

Dari penjelasan fisiografi di atas, cukup meyakinkan bahwa Sesar Lembang merupakan sesar dip-slip,
sesar normal baik bentuk pergawirannya sekarang, maupun kejadiannya di antara dua zona fisiografi
yang satu depresi yang lain tinggian. Tetapi data momen tesnsor solution dari analisis historis data
gempa, bila ada, dapat mengklarifikasi hal ini, sejauh mana komponen strike-slip-nya (bila ada), dan
sejauh mana dominasi dip-slip-nya (normal fault).
Sesar Lembang bila komponen strike-slip-nya kuat, dan secara regional memang bisa bersentuhan
dengan sesar-sesar di Jawa Barat yang lebih besar yaitu Sesar Cimandiri dan Sesar Pamanukan-Cilacap,
yang keduanya merupakan sesar besar dan masih membuka ke pusat2 konvergensi lempeng di selatan
Jawa (Cimandiri ke baratdaya Teluk Palabuhanratu, Cilacap ke selatan Nusa Kambangan), maka gerakan
di Sesar Lembang bisa saja merupakan relay dari pergerakan salah satu sesar-sesar besar yang
mengapitnya. Untuk meneliti lebih jauh akan hal ini, memang diperlukan penelitian jaringan sesar-sesar
aktif di Jawa Barat dan kegempaannya. Kalau saya tak salah, Pak Danny Hilman dan Pak Irwan Meilano,
dkk peneliti lain di LIPI dan institusi lainnya pernah melakukan penelitian ini atau paling tidak mengarah
ke situ (Awang Harun Satyana)"

Pernyataan di atas merupakan sedikit kutipan dari Pak Awang (salah satu ahli geologi Indonesia).

Untuk masalah sesar lembang, masalah tersebut sudah bukan hal yang baru lagi bagi geologist2
Indonesia terutama yang mendomisili di Bandung, sudah banyak paper-paper ataupun penelitian2
tentang sesar lembang ini baik itu dari anggota IAGI (Ikatan Ahli Geologi Indonesia), Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI), Pusat Survey Geologi (PSG), Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana
Geologi (PVMBG), ataupun dari instansi2 pendidikan seperti UNPAD dan ITB. Bahkan untuk sebagian
orang mengerti dimana mereka harus membeli rumah dan sebagainya. Dimana mereka
mempertimbangkan pengaruh sesar lembang tersebut, walaupun kita tidak bisa mempredeksinya.
TAPI!! ITU UNTUK YANG PAHAM DAN MENGERTI!!! bagaimana dengan saudara2 kita di daerah Bandung
dan sekitarnya yang lain?? yang tidak paham bahkan tidak tau bahwa mereka "TIDUR" di atas patahan
aktif yang bisa "bangun" kapan saja?? Hal tersebut yang harus diperhatikan oleh pemerintah daerah
setempat dibantu dengan para ahli2 geologi, intansi pemerintahan ESDM dan Instansi2 lainnya dalam
mensosialisasikan tentang "apa itu sesar lembang dan bahayanya".

Salah satu hal yang sangat kecil yang pernah kami lakukan, di UNPAD ada KKN yang harus kita jalani,
dimana kita pergi ke suatu daerah di jawa barat untuk melakukan program2 kerja yang sudah
direncakan. Disana kami (khususnya mahasiswa/mahasiswi unpad Fakultas Geologi) memberikan sedikit
pengetahuan tentang bahaya sesar lembang ke warga sekitar. Walaupun tidak seberapa, tapi hal itu
cukup penting.

Sekarang tinggal bagaimana peran aktif pemerintah daerah setempat untuk mensosialisasikan dengan
tindakan yang lebih besar lagi. Untuk beberapa bukti adanya sesar lembang dapat ditemukan di sekitar
daerah Maribaya, dimana disana terdapat bebreapa indikasi2 patahan seperti hanging wall dan lain2.

"Jangan Pernah Lupa Bahwa Kita "TIDUR" Di atas Gempa"

Anda mungkin juga menyukai