Karakter kegiatan G. Galunggung berupa erupsi leleran sampai dengan erupsi yang
besar yang berlangsung secara singkat atau lama, atau dari erupsi yang bertipe
Strombolian hingga Pellean. Tanda-tanda peringatan kegiatan (precursor) hanya
berlangsung antara beberapa bulan hingga minggu menjelang erupsi.
1. Erupsi 1822
Tanda-tanda awal erupsi diketahui pada bulan Juli 1822, dimana air Cikunir menjadi
keruh dan berlumpur. Hasil pemeriksaan ke kawah menunjukkan bahwa air keruh
tersebut panas dan kadang muncul kolom asap dari dalam kawah.
8 sampai 12 Oktober, erupsi menghasilkan hujan pasir kemerahan yang sangat
panas, abu halus, awan panas, serta lahar. Luncuran awan panas melalui celah antara
Pr. Haur dengan Pr. Ngamplong menuju Cisayong dan Cidadap di bagian lereng timur,
hingga Ci Tandui yang berjarak 18 km dari puncak. Aliran lahar bergerak ke arah
tenggara mengikuti aliran-aliran sungai. Korban manusia tercatat 4011 jiwa dan
kerusakan lahan ke arah timur dan selatan sejauh 40 km dari puncak. Kekuatan erupsi 8,26.
2. Erupsi 1894
7 sampai 9 Oktober, terjadi erupsi yang menghasilkan awan panas.
27 dan 30 Oktober, terjadi lahar yang mengalir pada alur sungai yang sama dengan lahar
pada 1822.
Desa yang hancur sebanyak 50 buah, sebagian rumah ambruk karena tertimpa hujan abu.
3. Erupsi 1918
6 Juli, erupsi diawali gempa bumi, menyebabkan hujan abu setebal 2-5 mm yang terbatas
di dalam kawah dan lereng selatan.
9 Juli, muncul kubah lava di dalam danau kawah setinggi 85 m dengan ukuran 560 x 440
m yang dinamakan gunung Jadi.
4. Erupsi 1982-1983
Erupsi pertama terjadi pada 5 April 1982, yang disertai suara dentuman, pijaran api, dan
kilatan halilintar. Kegiatan erupsi berlangsung selama 9 bulan dan berakhir pada 8 Januari
1983. Secara umum periode erupsi 1982-1983 dibagi menjadi 3 fase; sesuai dengan tipe
erupsinya, yaitu :
a. Fase pertama, erupsi awal (5 April-6 Mei 1982) berupa erupsi tipe Pellean yang
menghancurkan kubah lava Gunung Jadi, serta menghasilkan awan panas, lontaran
batu, hujan batu, abu, dan gas. Kubah lava yang terhancurkan diperkirakan 40%.
Awan panas meluncur dan mengendap di Cibanjaran sejauh 5,1 km serta di
Cikunir dan Cipanas sejauh 4,6 km. Tinggi abu erupsi mencapai 12 km dari
kawah.
Erupsi pada 17-19 Mei, masih merupakan fase penghancuran kubah lava dianggap
sebagai erupsi utama dalam fase pertama ini, dimana tinggi asap erupsi
mencapai lk 30 km dan sisa kubah lava Gunung Jadi sebesar 5%. Setelah fase
erupsi pertama ini, kegiatan selanjutnya selalu merupakan kelompok erupsi.
b. Fase kedua, berupa erupsi tegak tipe vulkano, yang secara dominan menghasilkan
piroklastik jatuhan, lontaran batu dan hujan pasir, serta menghancurkan seluruh
sisa kubah G. Jadi. Tinggi asap erupsi pada 13-19 Juli mencapai +/- 35 km dan
melemparkan sebagian sumbat lava pada pipa kepundan hingga kedalaman 150
meter dari dasar kawah. Terjadi semburan lava pijar dan abu.
Erupsi 24 Juni, menyebabkan pesawat terbang British Airways 747 melakukan
pendaratan darurat, karena salah satu dari keempat mesin jetnya mati akibat
kemasukan abu.
c. Fase ketiga, merupakan erupsi Strombolian yang melontarkan batu pijar seperti
kembang api. Erupsi yang lebih lemah dan menyemburkan asap dan abu dengan
tingkat penghancuran kecil, mencapai tinggi maksimal asap erupsi setinggi 12 km.
Erupsi terus mengecil atau melemah dan terjadi penumpukan bahan erupsi berupa
tefra di dasar kawah dan di sekeliling lubang erupsi membentuk kerucut silinder
dengan ketinggian 60 m di atas dasar kawah. Fase erupsi ini diakhiri oleh
keluarnya aliran lava dari radial fissure dekat dasar kerucut silinder. Sejak Januari
1983 Gunung Galunggung sudah tidak memperlihatkan aktifitasnya lagi, erupsi
yang terjadi pada Januari 1984 berupa dua erupsi phreatik kecil yang
mengeluarkan uap air dan sedikit abu.
Letusan yang di ketahui selama masa sejarah seelum letusan 1982 secara garis besar
dapat di uraikan sebagai berikut:
b. Karakteristik Letusan
Sebelum letusan dasar kawah rata, ada danau kawah kecil. Air mengalir keluar dari
Sungai Cikunir. Segera setelah letusan ada sebuah lubang letusan yang besar di tempat
sebelumnya berupa danau kawah. Aliran ke Sungai Cikunir terbendung oleh hasil letusan
baru. Air mengalir ke lubang letusan baru tapi langsung teresap. Beberapa hari kemudian
sebuah massa kubah lava muncul yang akhirnya mengisi seluruh lobang letusan baru.
Tidak ada letusan bahkan letusan uap sekalipun yang menyertai pembentukan kawah lava
tersebut.
b. Karakteristik Letusan
Letusan yang terjadi di tanggal 17 Oktober 1849 yang menghasilkan awan panas.
Selanjutnya pada tanggal 21 Oktober terjadi aliran lahar yang mengalir pada alur sungai
yang sama dengal lahar yang dihasilkan pada letusan Gunung Galunggung tahun 1822.
Dan dari akibat dari letusan kali ini tidak sama dengan letusan tahun 1822, sebagian
rumah ambruk karna tertimpa hujan abu dan letusannya menghancurkan 50 desa.
b. Karakteristik Letusan
Letusan pada bulan Juli 1981 yang tercatat sebagai letusan Gunung Galunggung
yang ke tiga. Diawali dengan gempa bumi, pada tanggal 6 Juli ini letusan menghasilkan
hujan abu setebal 2-5 mm. Dan tercatat pada tanggal 9 Juli muncul kubah lava di dalam
danau kawah dengan ukuran 560 x 440 m setinggi 85 m yang kemudian dinamakan
Gunung Jadi.
Pada mulanya diperkirakan letusan dimulai oleh penghancuran total kubah lava.
Kegiatan pada tinggkat ini diasumsikan merupakan jenis vulkano kuat dengan tekanan
gas tinggi. Perkiraan pada tingkat kemudian akan diikuti oleh fase penurunan gas dan
diakhiri oleh erupsi bertekanan gas lemah, dan akan diikuti oleh kegiatan efusifa. Apakah
erupsi tersebut akan diikuti oleh pertumbuhan kubah lava baru atau tidak, belum dapat
dipastikan ketika itu.
Beberapa hasil penting sehubungan dengan perkiraan dan evaluasi letusan telah
tercapai, berdasarkan pemanduan hasil yang diperoleh dari beberapa metoda pemantauan
(Tabel 3.1).
Tabel 3.1
Seperti terlihat pada table (3.1), ternyata Direktorat Vulkanologi telah mampu
memprediksi erupsi 13-19 Juli, 10 hari sebelumnya,kemudian memberi peringatan kepada
setiap instansi terkait termasuk pelabuhan udara.
Suatu kenyataan yang diamati disini bahwa jenis batuan hasil letusan Gunung
Galunggung 1982/1983 adalah basal, bahkan pada tahap akhir kegiatannya kandungan
silikanya mengandung 47% . Magma jenis ini secara langsung tidak akan menyebabkan
terjadinya letusan eksplosif seperti yang dialami selama April sampai Agustus 1982.
Suratkabar Indonesia juga menyebarkan berita ini sebagai berita utama, yang
memberikan peringatan kepada setiap orang. Penerbangan Singapura Airlines Jumbo Jet
membawa 230 penumpang terbang melewati awan letusan pada ketinggian sekitar 9 km.
Akibatnya menyebabkan ketiga mesinnya macet sehingga menyebabkan pesawat anjlok
sejauh 2,4 km. Hanya dengan satu mesin pilot berhasil mendaratkan pesawat tersebut
dengan selamat di Jakarta. Kejadian serupa sebelumnya terjadi sama seperti itu pada
erupsi 23-27 Juli 1982. Letusan-letusan tersebut menghasilkan abu dan lapili, menutupi
desa-desa yang berada pada jarak 7-10 km di sebelah barat Gunung Galunggung hingga
setebal 8=18ncm, menghancurkan beberapa ratus rumah. Penduduk tasikmalaya melihat
lontaran lava pijar pada pukul 19.00, 19.10 dan 19.30. Erupsi 3 Juli diramalkan satu hari
sebelumnya oleh Direktorat Vulkanologi, sehingga dapat memberikan peringatan serta
mengungsikan penduduk ke tempat yang lebih aman.
Pada hari itu pukul 20.50, pesawat jumbo Jet British Airways dengan penumpang
sebanyak 240 orang terbang kira-kira 150 km. Pesawat memasuki awan letusan yang
mengandung abu yang menyebabkan keempat mesinnya macet, menutupi dan mengikis
kaca depan dan permukaan sayap. Pesawat tersebut anjlok setinggi 7,5 km sebelum
mesinnya kemudian bisa di hidupkan kembali dan mendarat dengan selamat di Jakarta.
Tercatat banyak penerbangan Indonesia yang menuju dan dari Bali dan Australia,
tetapi tidak ada yang terganggu oleh abu letusan selama penerbangan. Hal ini dikarenakan
mereka menuruti peringatan keras dari pemerintah melalui Garudan dan membaca siaran
pers dari Direktorat Vulkanologi melalui surat kabar Jakarta dan Bandung. Sedangkan
pesawat Singapura yang mengalami kecelakaan nyaris fatal adalah karena:
Pengalaman yang diperoleh pilot-pilot dalam kecelakaan yang hampir fatal dekat
Gunung Galunggung tersebut mungkin dapat berharga untuk Simposium Internasional
yang pertama tentang Volcanik AshAnd Aviation Safety yang di selenggarakan di
Amerika Serikat pada bulan Juli 1991.
b. Karakteristik Letusan
Letusan terakhir terjadi pada tanggal 5 mei 1982 disertai suara dentuman, pijaran
api, dan kilatan halilintar. Kegiatan letusan berlangsung selama 9 bulan dan berakhir
pada 8 Januari 1983. Letusan pada periode ini juga telah menyebabkan berubahnya peta
wilayah pada radius sekitar 20 km dari kawah Gunung Galunggung, yaitu mencakup
Kecamatan Indihiang, Kecamatan Sukaratu, dan Kecamatan Leuwisari. Pada periode
pasca letusan, merupakan masa rehabilitasi kawasan bencana, yaitu dengan menata
kembali jaringan jalan yang terputus, pengerukan lumpur/pasir pada beberapa aliran
sungai dan saluran irigasi khususnya Sungai Cikunten, kemudian dibangun check dam
(kantong lahar dingin) di daerah Sinagar sebagai benteng pengaman melimpahnya banjir
lahar dingin ke kawasan kota Tasikmalaya. pada tahun tahun berkembangnya dibangun
jaringan jalan Kereta Api dari dekat Stasion KA Indihiang (Kp. Cibungkul -
Parakanhonje) ke check dam Sinagar sebagai jalur khusus untuk mengangkut pasir dari
Galunggng ke Jakarta.