Anda di halaman 1dari 2

Di daerah Jawa Barat terdapat banyak pola kelurusan bentang alam yang diduga merupakan hasil

proses pensesaran. Jalur sesar tersebut umumnya berarah barat-timur, utara-selatan, timurlaut-
baratdaya, dan baratlaut-tenggara. Secara regional, struktur sesar berarah timurlaut-baratdaya
dikelompokkan sebagai Pola Meratus, sesar berarah utara-selatan dikelompokkan sebagai Pola
Sunda, dan sesar berarah barat-timur dikelompokkan sebagai Pola Jawa. Struktur sesar dengan
arah barat-timur umumnya berjenis sesar naik, sedangkan struktur sesar dengan arah lainnya
berupa sesar mendatar. Sesar normal umum terjadi dengan arah bervariasi.

Dari sekian banyak struktur sesar yang berkembang di Jawa Barat, ada tiga struktur regional yang
memegang peranan penting, yaitu Sesar Cimandiri,  Sesar Baribis, dan Sesar Lembang. Ketiga
sesar tersebut untuk pertama kalinya diperkenalkan oleh van Bemmelen (1949) dan diduga
ketiganya masih aktif hingga sekarang.

Sesar Cimandiri merupakan sesar paling tua (berumur Kapur), membentang mulai dari Teluk
Pelabuhanratu menerus ke timur melalui Lembah Cimandiri, Cipatat-Rajamandala, Gunung
Tanggubanperahu-Burangrang dan diduga menerus ke timurlaut menuju Subang. Secara
keseluruhan, jalur sesar ini berarah timurlaut-baratdaya dengan jenis sesar mendatar hingga
oblique (miring). Oleh Martodjojo dan Pulunggono (1986), sesar ini dikelompokkan sebagai Pola
Meratus.

Sesar Baribis yang letaknya di bagian utara Jawa merupakan sesar naik dengan arah relatif barat-
timur,  membentang mulai dari Purwakarta hingga ke daerah Baribis di  Kadipaten-Majalengka
(Bemmelen, 1949). Bentangan jalur Sesar Baribis dipandang berbeda oleh peneliti lainnya.
Martodjojo (1984), menafsirkan jalur sesar naik Baribis   menerus ke arah tenggara melalui
kelurusan Lembah Sungai Citanduy, sedangkan oleh Simandjuntak (1986), ditafsirkan menerus ke
arah timur hingga menerus ke daerah Kendeng (Jawa Timur). Penulis terakhir ini menamakannya
sebagai “Baribis-Kendeng Fault Zone”. Secara tektonik, Sesar Baribis mewakili umur paling muda
di Jawa, yaitu pembentukannya terjadi pada periode Plio-Plistosen. Selanjutnya oleh Martodjojo
dan Pulunggono (1986), sesar ini dikelompokkan sebagai Pola Jawa.

Sesar Lembang yang letaknya di utara Bandung, membentang sepanjang kurang le.bih 30 km
dengan arah barat-timur. Sesar ini berjenis sesar normal (sesar turun) dimana blok bagian utara
relatif turun membentuk morfologi pedataran (Pedataran Lembang). Van Bemmelen (1949),
mengaitkan pembentukan Sesar Lembang dengan aktifitas Gunung Sunda (G. Tangkubanperahu
merupakan sisa-sisa dari Gunung Sunda), dengan demikian struktur sesar ini berumur relatif
muda yaitu Plistosen.

Struktur sesar yang termasuk ke dalam Pola Sunda umumnya berkembang di utara Jawa (Laut
Jawa). Sesar ini termasuk kelompok sesar tua yang memotong batuan dasar (basement) dan
merupakan pengontrol dari pembentukan cekungan Paleogen di Jawa Barat.

Mekanisme pembentukan struktur geologi Jawa Barat terjadi secara simultan di bawah pengaruh
aktifitas tumbukan Lempeng Hindia-Australia dengan Lempeng Eurasia yang beralangsung sejak
Zaman Kapur hingga sekarang. Posisi jalur tumbukan (subduction zone) dalam kurun waktu
tersebut telah mengalami beberapa kali perubahan. Pada awalnya subduksi purba (paleosubduksi)
terjadi pada umur Kapur, dimana posisinya  berada pada poros tengah Jawa sekarang. Jalur
subduksinya berarah relatif barat-timur melalui daerah Ciletuh-Sukabumi, Jawa Barat menerus ke
timur memotong daerah Karangsambung-Kebumen, Jawa Tengah. Jalur paleosubduksi ini
selanjutnya menerus ke Laut Jawa hingga mencapai Meratus, Kalimantan Timur (Katili, 1973).
Penulis ini menarik  jalur paleosubduksi berdasarkan pada singkapan melange yang tersingkap di
Ciletuh (Sukabumi), Karangsambung (Kebumen), dan Meratus (Kalimantan Timur). Berdasarkan
penanggalan radioaktif yang dilakukan terhadap beberapa contoh batuan melange, diketahui umur
batuannya adalah Kapur.

Peristiwa subduksi Kapur diikuti oleh aktifitas magmatik yang menghasilkan endapan gunungapi
berumur Eosen. Di Jawa Barat, endapan gunungapi Eosen diwakili oleh Formasi Jatibarang dan
Formasi Cikotok. Formasi Jatibarang menempati bagian  utara Jawa dan pada saat ini sebarannya
berada di bawah permukaan, sedangkan Formasi Cikotok tersingkap di daerah Bayah dan
sekitarnya.
Jalur gunungapi (vulcanic arc) yang umurnya lebih muda dari dua formasi tersebut di atas adalah
Formasi Jampang. Formasi ini  berumur Miosen yang ditemukan di Jawa Barat bagian selatan. 
Dengan demikian dapat ditafsirkan telah terjadi pergeseran jalur subduksi dari utara ke arah
selatan.

Untuk ketiga kalinya, jalur subduksi ini berubah lagi. Pada saat sekaran

Anda mungkin juga menyukai