Jabatan fungsional
Di Susun Oleh :
NIP. 196706291998022001
2015
Kata Kunci : model Problem Based Instruction, Prestasi belajar, peserta didik, Siklus
Allhamdulilah segala puji bagi allah, tuhan semesta alam yang telah memberikan petunjuk dan
hidayahnya kepada penulis sehingga laporan penelitian tindakan kelas ini dapat disusun dan
diselesaikan sesuai dengan waktu yang direncanakan.
Sebagai manusia biasa dengan segala keterbatasan,penulis menyadari bahwa laporan ini
masih jauh dari kesempurnaan, baik dari segi isi maupun penyusunan kalimat. Oleh karena itu
dengan segala kerendahan hati penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun semangat demi kesempurnaan laporan ini.
Dalam pelaksanaan penelitian hingga penyusunan laporan, terdapat banyak tantangan dan
hambatan yang dialami oleh penulis. Namun berkat dorongan dan bantuan dan hambatan yang
dialami oleh penulis. Namun berkat dorongan dan bantuan dari semua pihak, semuanya dapat
diatasi. Oleh karena itu penulis menghanturkan ucapan terima kasih setinggi-tingginya untu
kedua orang tuaku tercinta dengan segenap cinta dan doanya dalam perjuangan menuju
kesuksesan. Tak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih tak henti-hentinya kepada :
1. H. Maryono, SE., M.MPd selaku kepala sekolah SMP Negeri 2 tangerang selatan
2. Kartini Eling Subekti, S.Pd selaku Wakasek Kurikulum
3. Ansor Gozali, S.Pd selaku wakasek Humas
4. H. Ahmad, SE selaku wakasek Sarpras
5. Hj. Euis Kurniawati, S.Pd selaku Wakasek Kesiswaan
6. Rekan-rakan guru atas motivasinya kepada penulis selama penyusunan laporan PTK
ini.
Doa dan harapan penulis, semoga Allah SWT senantiasa membalas kebaikan mereka .
Akhirnya penulis berharap semoga laporan PTK ini dapat bermanfaat untuk pengembangan
pendidikan dan pembelajaran Prakarya.
Penulis
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peradaban manusia bukannlah barang jadi, melainkan suatu hasil perjuangan yang
menggunakan segala kemampuan baik lahir maupun pengalaman. Manusia lahir membawa
tiga potensi kejiawan yaitu, cipta,rasa, dan karsa. Potensi inilah yang terus dikembangkan
dalam eksistensi kehidupannya sehingga manusia tergolong sebagai makhluk pendidikan.
Pendidikan merupakan salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan
sarat untuk menuju perkembangan.
Pendidikan merupakan kebutuhan pokok yang sangat mutlak diperlukan oleh seluruh
lapisan masyarakat . Masalah pendidikan adalah masalah manusia dan bangsa manapun di
dunia. Krisis pendidikan menyebabkan krisis multidimensional. Oleh karena itu perubahan atau
perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan
perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada semua tingkat
perlu terus-menerus untuk dilakukan sebagai antisipasi kepentingan masa depan.
Bidang pendidikan merupakan salah satu faktor yang menentukan kemajuan suatu
Negara, karena pada dasarnya kemajuan suatu Negara tidak terlepas dari kualitas sumber
daya manusia sebagai produk dari pendidikan. Oleh sebab itu, perbaikan pelaksanaan
pendidikan perlu mendapat perhatian dari pemerintah khususnya oleh Departement Pendidikan
Nasional.
Pendidikan Nasional merupakan usaha untuk memujudkan tujuan pendidikan yang tidak
terlepas tas dasar falsafah hidup bangsa Indonesia yaitu pancasila dan Undang-Undang. Hal ini
tercantum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional RI No. 20 Tahun 2003 pasal 1
yang menyatakan bahwa :
“pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk memujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar pesrta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
sehinga memiliki kakuaatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan untuk dirinya, masyarakat,
bangsa dan Negara”.
Pasal 1 diatas menunjukan bahwa belajar bukan hanya meningkatkan kualitas diri
menuju kecerdasan akademik, melainkan pengembangan kepribadian serta kekuatan moral.
Hal ini didukung oleh penanaman karakter yang bermartabat.
Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) melalui pendidikan terkait
dengan kurikuler juga menyangkut kemampuan guru. Masnur (2009: 1) menyatakan bahwa
dalam Standar Nasional Pendidikan tahun 2005, ada empat kompetensi yang harus dimiliki
guru yakni : kepribadian professional, kependidikan dan social. Sampai saat ini, bahkan untuk
hari-hari mendatang factor guru tetap memegang kunci keberhasilan dengan mewujudkan
Hasil belajar peserta didik tergantung pada pendekatan dan model yang dipilih guru.
Guru sedapat mungkin melibatkan peserta didik, agar mereka mampu bereksplorasi untuk
mencapai kompetensi dengan menggali berbagai potensi yang ada pada diri siswa. Dengan
demikian guru tidak hanya mentransfer ilmu yang dimilikinya melainkan juga
mempertimbangkan aaspek intelegensi dan kesiapan belajar peserta didik, sehingga peserta
didik tidak mengalami depresi mental seperti kebosanan, mengantuk, frustasi, bahkan anti
terhadap materi pelajaran.
Maslow (dalam Husnawati, 2011: 3) sangat percaya bahwa tingkah laku manusia
dibangkitkan dan diarahkan oleh kebutuhan- kebutuhan tertentu, seperti kebutuhan
fisiologis, rasa aman, rasa cinta, penghargaan aktualisasi diri, mengetahui dan mengerti
dan kebutuhan estetik. Kebutuhan- kebutuhan inilah menurut Maslow yang mampu
memotivasi tingkah laku individu. Oleh karena itu, apa yang seseorang lihat sudah tentu
akan membangkitkan minatnya sejauh apa yang ia lihat itu mempunyai hubungan dengan
kepentingannya sendiri.
Berbagai model pembelajaran dalam waktu yang berbeda telah digunakan tetapi
hasil belajar peserta didikbelum menunjukkan adanya peningkatan yang cukup
membanggakan. Khususnya pada peserta didik SMP Negeri 2 Kota Tangerang Selatan
kelas VII, rata-rata hasil belajar Prakarya semester ganjil Tahun Pelajaran2016/2015
menunjukkan angka yang cukup rendah yakni di bawah nilai KKM (75). Hal ini disebabkan
karena sulitnya peserta didik memahami apa yang diberikan oleh guru serta jenis model
pembelajaran yang selama ini diterapkan cenderung berupa kemampuan reseptik memoris
(hafalan) dan tidak berorentasi pada proses. Akibatnya kreatifitas individual terutama
peserta didik menjadi tumpul. Hal ini menuntut kreasi seorang guru dalam menciptakan hal-
hal baru dalam pengajarannya melalui penerapan pembelajaran melalui pengembangan
model PBI (Problem Based Instruction) yang melibatkan peserta didik aktif dalam belajar,
baik secara mental maupun sosial yang melibatkan kemampuan mengumpulkan informasi,
mengasoisiasi dan menyajikan dengan penuh percaya diri.
Kendala lain dalam aktifitas belajar- mengajar yakni : (1) peserta didik masih kurang
percaya diri untuk mengungkapkan gagasan, (2) peserta didik sulit memilih kata dan
tampak ragu- ragu dalam berbicara, (3) motivasi ekstern jarang diberikan guru, sehingga
ketika pelajaran selasai kurang memiliki kesan yang berarti pada siswa. (4) guru lebih
banyak menjelaskan teori tentang berbicara, tetapi praktiknya jarang dilakukan. Berbagai
problem yang ditemukan di kelas membutuhkan sebuah inovasi untuk mengatasinya, salas
satunya dengan menerapkan pembelajaran dengan model PBI (Problem Based
Instruction).
Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian yang akan
menguji apakah melalui pengembangan model PBI (Problem Based Instruction) dapat
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas peneliti dapat merumuskan masalah antara lain :
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui peningkatan prestasi belajarPrakarya peserta didik kelas VII SMP Negeri 2
Kota Tangsel melalui pengembangan model PBI (Problem Based Instruction).
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi guru
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu dalam memperlakukan peserta didikdalam
proses pembelajaran terutama dalam strategi pembelajaran yang digunakan sehingga
dapat meningkatkan mutu pembelajaran dan dalam usaha pengembangan profesinya
sebagai guru yang professional.
2. Bagi siswa
Dalam proses pembelajaran, peserta didikdapat memperoleh cara belajar yang lebih
menarik, lebih aktif dan menyenangkan sehingga akan muncul kreatifitas peserta didikyang
dapat meningkatkan prestasi belajarnya.
3. Bagi sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan, pertimbangan dan upaya
meningkatkan mutu pembelajaran berkaitan dengan proses pembelajaran di sekolah.
A. Deskripsi Teori
Terkait mengenai CBSM tersebut, Rindjin (2010: 14) menegaskan bahwa: cara belajar
secara mandiri ini berarti peserta didik merencanakan sendiri apa yang akan dipelajari,
kapan belajarnya, di mana mendapatkan bahan yang akan dipelajari, dengan siapa ia
belajar, bagaimana cara belajar, sejauh manakah pencapaian prestasi belajarnya, dan
kalau kurang berhasil apakah sebabnya. Cara belajar secara mandiri bukan hanya berguna
selagi masih studi, tetapi juga untuk hidup selanjutnya. Bukankah manusia mempunyai
potensi alami untuk belajar dengan inisiatif sendiri, yang melibatkan perasaan, intelektual
dan partisipasi aktif adalah paling bermakna.
Berdasarkan pemahaman yang dapat kita petik dari pendapat yang kedua ini, maka ciri
yang lain dari pembelajaran berdasarkan masalah adalah peserta didik dilatih untuk belajar
secara mandiri. Menurut Ibrahim (2009: 5), peserta didikyang mandiri (otonom) adalah
peserta didik yang percaya kepada keterampilan intelektual dan kemampuan mereka
sendiri, memerlukan keterlibatan aktif dalam lingkungan yang berorientasi pada inkuiri.
Dalam rangka memperkaya inkuiri dan pertumbuhan intelektual tersebut, maka guru perlu
melakukan pembimbingan secara scaffolding, yaitu suatu karangka dukungan yang
memperkaya inkuiri dan pertumbuhan intelektual tersebut.
Dari uraian yang telah dipaparkan di atas, maka dapat disimpulkan secara sederhana
pengertian model pembelajaran berdasarkan masalah masalah (problem based instuction)
sebagai suatu model pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai titik awal untuk
mengakuisisi pengetahuan baru. Penekanan dari simpulan ini adalah peserta didik belajar
menggunakan masalah autentik tertentu untuk belajar memahami konten (isi) pelajaran,
dan sebaliknya peserta didikbelajar keketampilan khusus menggunakan sarana konten (isi)
pelajaran untuk memecahkan masalah.
Dari uraian yang telah dipaparkan di atas, maka dapat disimpulkan secara sederhana
pengertian model pembelajaran berdasarkan masalah masalah (problem based instuction)
sebagai suatu model pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai titik awal untuk
mengakuisisi pengetahuan baru. Penekanan dari simpulan ini adalah peserta didik belajar
menggunakan masalah autentik tertentu untuk belajar memahami konten (isi) pelajaran,
dan sebaliknya peserta didi kbelajar keketampilan khusus menggunakan sarana konten (isi)
pelajaran untuk memecahkan masalah.
Adapun prinsip-prinsip yang mendasari pembelajaran model PBI menurut Ibrahim (2009: 5)
adalah sebagai berikut:
3. Penyelidikan autentik
Pembelajaran berdasarkan masalah mengharuskan peserta didikmelakukan penyelidikan
autentik umtuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah nyata. Mereka harus
menganalisis dan mendefinisikan masalah, menyusun hipotesis, mengumpulkan dan
menganalisis informasi atau data, melakukan percobaan, membuat inferensi, dan
merumuskan simpulan. Metode yang digunakan sangat bergantung kepada masalah yang
sedang dipelajar.
2. Prestasi Belajar
Prestasi belajar dalam penelitian ini diidentikkan dengan prestasi belajar. Prestasi belajar
merupakan rangkaian dua perkataan yang terdiri dari kata prestasi dan belajar yang
masing-masing memiliki pengertian tersendiri, yang setelah dirangkaikan menjadi satu
terminologi berubah dengan memiliki pengertian tersendiri pula. Oleh karena itu, sebelum
menjelaskan pengertian prestasi belajar, perlu dijelaskan pengertian tentang perkataan
belajar agar lebih mudah memahami tentang pengertian prestasi belajar.
Aqip (2009: 43) menjelaskan belajar adalah “Proses perubahan di dalam diri manusia”.
Sedangkan dalam karya yang lain dijelaskan oleh Fajar (2010: 10). Bahwa belajar
merupakan “Suatu proses perubahan dalam diri seseorang yang ditampakkan dalam
bentupeningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan pengetahuan,
kecakapan, daya pikir, sikap, kebiasaan dan lain-lain”.
10 | L A P O R A N P E N E L I T I A N T I N D A K A N K E L A S
Berdasarkan kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan proses
perubahan dalam diri seseorang yang ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan
kuantitas tingkah laku yang lebih baik. Seseorang yang telah mengalami proses belajar
tersebut diharapkan dapat memperoleh kualitas dan kuantitas tingkah laku yang lebih baik.
Perubahan yang dihasilkan oleh proses belajar harus berlandaskan pada etiket baik dari si
belajar yang dilakukan secara sadar dan bertujuan. Oleh Muhadjir (2009: 1 – 2) ini disebut
sebagai “Perilaku terpuji atau watak terpuji yakni agar anak menjadi pandai, agar orang
menjadi ahli, agar orang berkepribadian luhur, toleran dan sebagainya”. Lebih lanjut
Muhadjir mengatakan tujuan baik dengan jalan tidak baik bukanlah aktivitas belajar karena
tujuan yang menghalalkan segala cara/jalan yang tidak baik bukanlah semboyan yang
bersemangatkan pendidikan (Muhadjir, 2009: 2).
Sedangkan kalau berbicara masalah prestasi, prestasi diartikan sebagai “Hasil dari suatu
kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara individual maupun kelompok”
(Djamarah, 2010: 19). Pendapat tersebut memberikan pemahaman bahwa prestasi tidak
akan pernah dihasilkan selama seseorang atau sekelompok orang tidak melakukan
kegiatan. Seperti yang diungkapkan oleh Sardiman (dalam Naskawati, 2002: 78) yang
menyatakan bahwa prestasi adalah “Hasil yang telah dicapai oleh seseorang atau peserta
didik setelah melakukan suatu usaha”. Jadi mustahil seseorang akan mendapatkan hasil
(prestasi) tanpa adanya usaha dan kerja kerasnya. Seseorang dapat menyelesaikan atau
memperoleh sesuatu dengan berhasil karena keahlian dan kepintarannya sebagai hasil
pengorbanan, usaha, dan kerja kerasnya.
Aktivitas belajar merupakan inti dari kegiatan di sekolah, sebab semua aktivitas belajar
dimaksudkan untuk mencapai keberhasilan proses belajar bagi setiap peserta didikyang
sedang menjalani studi di sekolah tersebut.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar tersebut seperti yang dikatakan
oleh Slameto (2011: 54-56) sebagai berikut; Faktor-faktor yang mempengaruhi
keberhasilan belajar dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor intern dan faktor
ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar,
sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu.
1. Faktor-Faktor Intern
a. Faktor Jasmaniah, meliputi: (1) faktor kesehatan dan (2) cacat tubuh
b. Faktor Psikologis, meliputi: (1) inteligensi, (2) perhatian, (3) minat, (4) Bakat, dan (5)
motivasi.
c. Faktor kelelahan, meliputi: (1) kelelahan fisik/jasmani dan (2) kelelahan batin/rohani.
2. Faktor-Faktor Ekstern
a. Faktor Keluarga, meliputi: (1) cara orang tua mendidik, (2) relasi antar anggota keluarga,
(3) suasana rumah, (4) keadaan ekonomi keluarga, dan (5) latar belakang kebudayaan.
b. Faktor Sekolah, meliputi: (1) metode mengajar guru, (2) kurikulum, (3) relasi guru dengan
peserta didik, (4) disiplin sekolah, dan (5) keadaan gedung.
c. Faktor Masyarakat, meliputi: (1) kegiatan peserta didik dalam masyarakat, (2) media
massa, dan (3) teman beragam
11 | L A P O R A N P E N E L I T I A N T I N D A K A N K E L A S
3. Hakekat PembelajaranPrakarya
a. Pengertian PembelajaranPrakarya
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar
pada suatu lingkungan belajar yang meliputi guru dan peserta didik yang saling bertukar
informasi. Pembelajaran Prakarya yang dilaksanakan baik pada pendidikan dasar maupun
pada pendidikan tinggi tidak menekankan pada aspek teoritis keilmuannya, tetapi aspek
praktis dalam mempelajari, menelaah, mengkaji gejala, dan masalah sosial masyarakat,
yang bobot dan keluasannya disesuaikan dengan jenjang pendidikan masing-masing.
Kajian tentang masyarakat dalamPrakarya dapat dilakukan dalam lingkungan yang
terbatas, yaitu lingkungan sekitar sekolah atau peserta didikdan siswi atau dalam
lingkungan yang luas, yaitu lingkungan negara lain, baik yang ada di masa sekarang
maupun di masa lampau. Dengan demikian peserta didik yang mempelajari Prakarya dapat
menghayati masa sekarang dengan dibekali pengetahuan tentang ketrampilan.
Tujuan pembelajaran Prakarya adalah perilaku hasil belajar yang diharapkan terjadi,
dimiliki, atau dikuasai oleh peserta didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran Prakarya.
Penyelenggaraan pendidikan merupakan suatu keseluruhan yang terangkum dalam sebuah
sistem pendidikan nasional. Begitu juga dengan Prakarya pada pendidikan dasar dan
menegnah merupakan suatu yang integral dari suatu sistem pendidikan nasional pada
umumnya, yang telah diatur berdasarkan undang-undang sestem pendidikan nasional.
Setiap guru Prakarya mestinya paham hakikat keterpaduan dalam mata pelajaran . Namun
ternyata masih banyak guru yang memahami Prakarya sebagai mata pelajaran yang
terpisah sebagai pelajaran tambahan . Bahkan sangat mungkin di antara guru Prakarya
yang ada, juga kurang memahami tujuan pembelajaran . Menurut Permendiknas No 22
tahun 2006 tentang Standar Isi untuk satuan Pendidikan Dasar dan Menengah bahwa mata
pelajaran Prakarya bertujuan agar peserta didikmemiliki kemampuan untuk :
b. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri,
memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan .
Tujuan pengajaran pelajaran Prakarya mencakup tiga aspek yaitu aspek kognitif, afektif,
dan psikomotorik. Guru tidak hanya menekankan pada aspek kognitif saja tetapi aspek-
aspek yang lain seperti aspek afektif dan psikomotorik.
12 | L A P O R A N P E N E L I T I A N T I N D A K A N K E L A S
B. Kerangka Berpikir
Ilmu ini lebih menitikberatkan bagiamana peserta didik mampu menemukan konsep-konsep
materi, sedangkan dalam kenyataan sehari-hari banyak guru yang belum mampu atau
bahkan secara sembarangan menggunakan pendekatan pembelajaran yang tidak sesuai
dengan tujuan, sehingga muaranya adalah kurangnya penguasaan materi oleh peserta
didik.
Metode-metode yang paling tepat untuk mengajarkan tentang materi Ilmu geografi
sebagaimana karakteristik dari metode itu sendiri antara lain adalah model pembelajaran
berdasarkan masalah (problem based instruction). PBI adalah model pembelajaran untuk
memecahkan masalah secara mandiri, penemuan yang berupa cara mengembangkan
belajar peserta didik aktif, memperoleh hasil yang tahan lama, menguasai betul-betul
pengertian, berpikir analitis dan kreatif.
Dalam metode ini lebih banyak menuntun guru dan peserta didik. Guru sebagai penyaji
memberikan alternatif-alternatif pemecahan masalah sedangkan peserta didikseb gai obyek
pendidikan adalah menjalankan alternatif-aalternaatif pemecahan masalah. Dengan
demikian, guru aktif dalam proses belajar mengajar, dan pada sisi lain peserta didik csecara
aktif menjalankan proses pemecahan masalah. Kenyataan demikian, maka merupakan
peringatan bagi guru maupun calon guru bahwa dalam pemilihan pendekatan pembelajaran
hendaknya merefleksikan cara-cara belajar yang lebih banyak melibaatkan peserta
didikdalam kegiatan proses belajar mengajar sebagaimana yang telah dijelaskan di atas.
Untuk pengumpulan data tentang tingkat kreatifitas belajar, digunakan instrumen yang telah
dikembangkan oleh penulis sendiri, yang kemudian diadaptasikan menjadi instrumen yang
meliputi komponen-komponen : (1) Kesenangan belajar, (2) Ketekunan belajar, (3) Usaha
untuk mengatasi kesulitan belajar, (4) Harapan keberhasilan belajar, (5) Ketepatan waktu
menyelesaikan tugas, (6) Merenungkan pelajaran, (7) Dorongan ingin tahu, (8) Perilaku
penuh perhatian dalam belajar, (9) Memiliki semangat tinggi dalam belajar, dan (10)
Kesanggupan berkompetensi dalam belajar.
Dengan mengacu dari kajian teori di atas, peneliti dapat menyusun kerangka berpikir dalam
penelitian ini yaitu :
13 | L A P O R A N P E N E L I T I A N T I N D A K A N K E L A S
C. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan tinjauan teori dan kerangka berpikir di atas, maka peneliti dapat merumuskan
hipotesis tindakan yaitu :
14 | L A P O R A N P E N E L I T I A N T I N D A K A N K E L A S
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam pelaksanaan
penelitian. Berhasil tidaknya penelitian banyak tergantung pada tepatnya dalam memilih
serta pengetrapan metode penelitian, sehingga dapat diperoleh penelitian yang dapat
dipertanggungjawabkan.
Jenis penelitian yang akan peneliti lakukan dalam bentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK),
yaitu upaya perbaikan pelaksanaan praktek pendidikan oleh seseorang atau sekelompok
pengajar dengan melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran berdasarkan refleksi
mengenai hasil tindakan tersebut, (Elliot dalam Wiraatmadja, 2010 : 20). Tempat
dilaksanakan di kelas VII SMP Negeri 2 Kota Tangerang Selatan.
B. Subjek Penelitian
Yang menjadi subjek penelitian adalah peserta didik kelas 2 SMP Negeri 2 Kota Tangsel
sebanyak 40 peserta didik yang terdiri dari 23 laki-laki dan 17 perempuan. Dalam penelitian
ini yang bertindak sebagai guru pelaku tindakan adalah penulis (E.Yanti, S. Pd).
Penelitian ini akan dilaksanakan pada semester ‘Ganjil Tahun Pelajaran 2016/2015
dengan memilih kelas VII SMP Negeri 2 Kota Tangsel sebagai responden. Penentuan kelas
ini didasarkan atas 2 faktor yaitu; pertama, di kelas ini belum diadakan penelitian sementara
mengenai prestasi belajar peserta didik rata-rata hampir sama dengan kelas lain; kedua,
kebetulan kelas ini merupakan salah satu tempat mengajar peneliti.
D. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari dua siklus, dimana kedua siklus tersebut
merupakan rangkaian kegiatan yang saling berkaitan, artinya pelaksanaan siklus II
merupakan kelanjutan dan perbaikan dari pelaksanaan siklus I
1. Perencanaan Tindakan
Perencanaan Tindakan : menyusun desain pembelajaran dengan menggunakan model PBI
(Problem Based Instruction). , membuat format pembelajaran, membuat Lembar kegiatan
peserta didik yang akan dikerjakan oleh peserta didik pada waktu pelaksanaan tindakan
dan menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan selama proses pembelajaran.
2. Pelaksanaan Tindakan
Sehubungan dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti merupakan Penelitian tindakan
Kelas (PTK) yang bertujuan untuk meningkatkan kreatifitas dan prestasi belajar peserta
didik, maka dibuat dalam bentuk siklus. Adapun langkah-langkah yang akan ditempuh
dalam penelitian ini adalah; a). Perencanaan tindakan; b). Pelaksanaan tindakan; c).
15 | L A P O R A N P E N E L I T I A N T I N D A K A N K E L A S
Pengamatan; d). Refleksi; e). Kesimpulan hasil berupa peningkatan prestasi belajar peserta
didik.
Suharsimi Arikunto (2006 : 16), menyusun langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas
seperti gambar di bawah ini :
3. Refleksi
Pada tahap ini, menganalisis dan mengkaji hasil yang didapatkan peserta didik sebagai
dampak dari tindakan terhadap model PBI (Problem Based Instruction). Dari hasil analisis
dan kajian yang dilakukan apakah prestasi belajar peserta didik meningkat. Dari analisis
dan kajian tersebut juga dapat dilihat kelemahan-kelemahan dalam proses pembelajaran
dan hasil yang dicapai pada tahap ini akan dipergunakan sebagai acuan untuk melakukan
siklus berikutnya.
16 | L A P O R A N P E N E L I T I A N T I N D A K A N K E L A S
menggunakan pedoman penskoran yaitu : Nilai = Skor Perolehan / Skor Maksimal
x 100.
1. Teknik analisa data dilakukan secara deskriptif kualitatif. Analisa deskriptif ini
digunakan untuk mendiskripsikan implentasi model pembelajaran Prakarya yang
dilakukan guru dan untuk menghitung prosentase jumlah peserta didik yang berhasil
dalam pembelajaran tersebut. Pada penelitian ini, peserta didik dikatakan berhasil
apabila mencapai kriteria ketuntasan minimla yaitu 75.
2. Tehnik analisa data dilakukan secara deskriptif komparatif. Teknik ini dilakukan
dengan cara membandingkan hasil-hasil penilaian yang diperoleh pada setiap
siklus. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hasil setiap siklus apakah
ada peningkatan hasil yang dicapai masing-masing peserta didik.
G. Indikator Keberhasilan
Dengan menggunakan model PBI (Problem Based Instruction) dalam proses pembelajaran
akan membuka kesempatan seluas-luasnya kepada peserta didikuntuk ikut aktif dalam
pembelajaran. Dengan demikian guru bertanggung jawab penuh dalam memantau peserta
didik dalam proses belajar mengajar, maka indikator keberhasilan dengan pembelajaran
dengan menggunakan model PBI (Problem Based Instruction). adalah 83% atau 25 orang
peserta didik dikelas VII telah mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu 75 sesuai
dengan yang ditetapkan Kurilukulum 13 SMP Negeri 2 Kota Tangerang Selatan.
17 | L A P O R A N P E N E L I T I A N T I N D A K A N K E L A S
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Rencana Tindakan
Dalam tahap ini guru mata pelajaran untuk menentukan pola pembelajaran yang akan
diberikan dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Pola pembelajaran yang ditetapkan
adalah : (1) membuat perencanaan pembelajaran dengan menggunakan model PBI
(Problem 46 Based Instruction). (2) menyusun Lembar Kegiatan Siswa. (3) membuat
instrumen penialaian. (4) menyiapkan alat-lat dan bahan yang diperlukan pada
pelaksanaan tindakan.
2. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan siklus I dimulai tanggal 20 Januari 2015 untuk pertemuan ke-1,
pertemuan ke 2 , tanggal 27 Januari 2015 dengan menggunakan skenario tindakan
sebagai berikut :
Pelaksanaan kegiatan inti dimulai dengan peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok
dengan 4 anggota 4-5 orang yang homogen. Guru memberikan penjelasan singkat tentang
materi yang akan dipelajari selanjutnya guru membagikan lembar kerja peserta didik ke
setiap kelompok untuk dikerjakan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dengan
18 | L A P O R A N P E N E L I T I A N T I N D A K A N K E L A S
bimbingan guru berkaitan pengumpulan dengan materi kateristik serat dari biji. Terakhir
masing-masing kelompok membuat laporan hasil pekerjaan dan mempresentasikan di
depan kelas dan kelompok lain memberikan tanggapan.
19 | L A P O R A N P E N E L I T I A N T I N D A K A N K E L A S
BAB V
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka kesimpulan yang dapat
diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Model pembelajaran PBI (Problem Based Instruction ) dapat meningkatkan hasil
belajar biologi dan keaktifan siswa. Hal ini terlihat dari adanya peningkatan rata-rata
nilai tes hasil belajar yang diberikan pada setiap akhir siklus, rata-rata hasil belajar
pada siklus 1 sejumlah 73,89 dan mengalami peningkatan pada siklus 2 menjadi
79,44. Dengan jumlah siswa yang mencapai KKM meningkat dari 66,67% di siklus
1 menjadi 80,55% di siklus 2.
B. Saran
Sebagai hasil tindak lanjut dari penelitian ini, maka penulis mengajukan
beberapa saran sebagai perbaikan di masa akan mendatang, ada beberapa hal
yang harus diperhatikan dan persiapkan untuk proses pembelajaran yang akan
dilaksanakan.
Model pembelajaran PBI (Problem Based Instruction )ini dapat dijadikan sebagai
metode alternatif pada mata pelajaran prakarya. Karena model ini sifatnya
menyenangkan sehingga siswa tidak merasa bosan ketika mengikuti pembelajaran
prakarya.
Bagi para peneliti selanjutnya disarankan untuk meneliti keterkaitan antara
penerapan Model pembelajaran kooperatif metode PBI (Problem Based
Instruction ) terhadap motivasi, minat, dan lain-lain.
20 | L A P O R A N P E N E L I T I A N T I N D A K A N K E L A S
DAFTAR PUSTAKA
Djamarah, Bahri, Syaiful. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi
21 | L A P O R A N P E N E L I T I A N T I N D A K A N K E L A S
LAMPIRAN – LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
Dalam perjalanannya, SMP Persiapan ini berkembang cukup pesat dengan beberapa
kali mengalami perubahan nama. Pada tahun 1975 – 1979 bernama SMP 48 Filial Jakarta.
Pada tahun 1979 bernama SMP Negeri Ciledug, kemudian pada tahun yang sama berubah
menjadi SMP Negeri Cireundeu. Pada tahun 1999 Dinas Pendidikan Kota Tangerang
melakukan proses penomoran ulang untuk SMP Negeri berdasarkan pada urutan/sejarah
berdirinya sebuah lembaga pendidikan, SMP Negeri Cireundeu berubah menjadi SMP
Negeri 1 Ciputat, Kabupaten Tangerang. Terakhir, Peraturan Walikota Tangerang Selatan
No. 10 Tahun 2009 menetapkan lagi bahwa SMP Negeri 1 Ciputat, Kabupaten Tangerang
berubah menjadi SMP Negeri 2 Kota Tangerang Selatan.
22 | L A P O R A N P E N E L I T I A N T I N D A K A N K E L A S
3. Tahun 1997 s.d. 1998 : PYMT Drs. H. Munadjat Indria
B. Identitas Sekolah
Provinsi : Banten
E-mail : info@smp2tangsel.com
Website : www.smp2tangsel.com
Akreditasi : Terakreditasi A
23 | L A P O R A N P E N E L I T I A N T I N D A K A N K E L A S
C. Sumber Daya yang Dimiliki
1. SDM
a. Latar Belakang Pendidikan
1) SD : 4 orang
2) SMP : 2 orang
3) SMA : 8 orang
4) Diploma 1 : 1 orang
4) Diploma 2 : 1 orang
6) S2 : 5 orang
7) S3 : - orang
Jumlah : 81 orang
Jumlah : 54 orang
24 | L A P O R A N P E N E L I T I A N T I N D A K A N K E L A S
e. Ruang Guru
f. Ruang Tata Usaha
g. Ruang Multimedia
h. Ruang BK
i. Ruang OSIS
j. Ruang UKS/PMR
k. Ruang Studio Musik
l. Ruang praktikum (Lab IPA, Komputer, dan Bahasa)
m. Perpustakaan
n. Ruang Makan
o. Koperasi Sekolah
p. Kantin Sekolah
q. Masjid
r. Lapangan Upacara
s. Sarana Olah raga (Lapangan Basket, Volley, Futsal)
t. Pos Satpam
u. WC Guru/TU
v. WC Siswa
Jumlah fasilitas tersebut mencukupi dengan kondisi baik.
Aman, bersih, rapih, dan indah (Kondusif sebagai lingkungan belajar dan lingkungan
kerja).
D. Keunggulan
25 | L A P O R A N P E N E L I T I A N T I N D A K A N K E L A S
2. Visi dan Misi
a. Visi SMP Negeri 2 Tangerang Selatan
“ UNGGUL DALAM PRESTASI, SOPAN SANTUN DALAM PERILAKU”
b. Misi SMP Negeri 2 Tangerang Selatan
1) Mewujudkan pendidikan yang menghasilkan lulusan yang cerdas, terampil,
beriman, bertaqwa, dan memiliki keunggulan kompetitif.
2) Mewujudkan pendidikan yang adil dan merata.
3) Mewujudkan pendidikan yang bermutu, efisien dan relevan.
4) Mewujudkan sistem pendidikan yang transparan, akuntabel, partisipatif, dan
efektif.
26 | L A P O R A N P E N E L I T I A N T I N D A K A N K E L A S
9. Memiliki sarana dan prasarana pembelajaran yang berkualitas dan sesuai dengan
kebutuhan sekolah.
10. Memiliki lingkungan sekolah yang kondusif bagi kegiatan pembelajaran aktif, kreatif,
efektif, dan menyenangkan.
11. Memiliki strategi yang handal untuk meningkatkan pencapaian standar ketuntasan
belajar minimum (SKBM).
12. Memiliki strategi yang handal untuk meningkatkan pencapaian standar kelulusan.
13. Mampu melaksanakan secara baik manajemen berbasis sekolah.
14. Memiliki prestasi akademik dan non akademik yang menonjol di tingkat Kota Tengerang
Selatan/Provinsi Banten.
15. Mampu menggunakan jaringan informasi secara efektif dan efisien melalui website
sekolah.
16. Memiliki jalinan kerja dengan penyandang dana dalam rangka penggalangan dana dari
berbagai sumber, penciptaan usaha-usaha, menuju terlaksananya sistem subsidi silang.
17. Memiliki perilaku yang dilandasi iman dan takwa serta terbinanya budaya Salam, Salim,
dan Senyum (3S).
27 | L A P O R A N P E N E L I T I A N T I N D A K A N K E L A S
25 NURUL HAINI 60 70 0,25 Rendah 65 Tuntas
26 PUTRI AJENG METHA.D.K 40 70 0,5 Sedang 65 Tuntas
27 PUTRI FAUZIYYAH 40 60 0,3333 Sedang 65 Tidak Tuntas
28 RACHEL GABRIELLA.P 40 90 0,83333 Tinggi 65 Tuntas
29 RAISA LEONY RIHANTARI 30 50 0,28571 Rendah 65 Tidak Tuntas
30 RAMDHAN ARFIANSYAH 50 70 0,4 Sedang 65 Tuntas
31 REFKY ANRE RAMADHAN 40 60 0,33333 Sedang 65 Tidak Tuntas
32 RETNO APRIYANA 50 80 0,6 Sedang 65 Tuntas
33 ROSYAD MAHI BAGHICHOIR 60 90 0,75 Tinggi 65 Tuntas
34 SONI MAULANA 70 70 0 Rendah 65 Tuntas
35 SUCIPTA PERMANA 60 60 0 Rendah 65 Tidak Tuntas
36 WISNU PRADITYA 60 90 0,75 Tinggi 65 Tuntas
Jumlah 1620 2660
Rata-rata 45 73,88889
Berdasarkan data pada table di atas, dapat disimpulkan bahwa siswa yang mencapai KKM
sebanyak 24 siswa (66,67%), sedangkan siswa yang belum mencapai KKM sebanyak 12
siswa (33,33%).
28 | L A P O R A N P E N E L I T I A N T I N D A K A N K E L A S
28 RACHEL GABRIELLA.P 40 60 0,33333 Sedang 65 Tidak Tuntas
29 RAISA LEONY RIHANTARI 50 70 0,4 Sedeng 65 Tuntas
30 RAMDHAN ARFIANSYAH 50 90 0,8 Tinggi 65 Tuntas
31 REFKY ANRE RAMADHAN 70 70 0 Rendah 65 Tuntas
32 RETNO APRIYANA 60 100 1 Tinggi 65 Tuntas
33 ROSYAD MAHI BAGHICHOIR 40 90 0,83333 Tinggi 65 Tuntas
34 SONI MAULANA 50 60 0,2 Rendah 65 Tidak Tuntas
35 SUCIPTA PERMANA 50 60 0,2 Rendah 65 Tidak Tuntas
36 WISNU PRADITYA 40 100 1 Tinggi 65 Tuntas
Jumlah 1700 2860
Rata-rata 47,2222 79,4444
Berdasarkan data pada table di atas, dapat disimpulkan bahwa siswa yang mencapai KKM
sebanyak 29 siswa (80,55%), sedangkan siswa yang belum mencapai KKM sebanyak 7
siswa (19,45%).
29 | L A P O R A N P E N E L I T I A N T I N D A K A N K E L A S