Anda di halaman 1dari 4

Nama : Asep Irawan

NPM : 2015051024
Jurusan : Teknik Geofisika

Review Jurnal
Judul Jurnal : Struktur Lipatan Anjakan Daerah Walat, Sukabumi, Jawa Barat
Volume : Vol. 9 No.1, April 2011: hal. 1-7
Tahun : 2011
Penulis : Iyan Hariyanto, Edy Sunardi, Adjat Sudrajat, dan Suparka
Reviewer : Asep Irawan

Tanggal : 9 Juni 2021

Pendahuluan
Bentuk morfologi perbukitan Walat di Sukabumi memiliki karaktaristik yang
berbeda dengan yang lainnya, dikarenakan pada sisi utara lereng secara tiba-tiba
berubah menjadi morfologi pendataran. Perubahan ini disebabkan oleh adanya
proses geologi yang mengontrol bentuk dari morfologi perbukitan Walat
tersebut.Atas hal ini, daerah tersebut dijadikan objek bahasan dengan tujuan untuk
mengetahui pola struktur geologi dan pengaruhnya terhadap morfologi di
sepanjang perbukitan di wilayah tersebut.

Bahan dan Metode Penelitian


Mengacu pada peta geologi regional lembar Bogor, stratigrafi komplek Gunung
Walat dari tua ke muda merupakan formasi walat yang sama dengan formasi
bayah yang berumur eosen hingga oligosen, formasi batuasih yang berumur
oligosen, formasi rajamandala yang berumur oligosen, dan formasi-formasi
lainnya. Dalam kompleks Gunung Walat, formasi walat memiliki penyebaran
yang paling luas dengan arah sebaran barat-timur. Berdasarkan pada aspek
genetic, litologi dan stratigrafi pada daerah ini dibedakan menjadi tiga kelompok
satuan yaitu dari utara ke selatan adalah satuan morfologi perbukitan vulkanik
kuarter, satuan morfologi sedimen paleogen, dan satuan morfologi perbukitan
sedimen miosen. Dalam melakukan penelitian terhadap pola struktur geologi dan
pengaruhnya terhadap morfologi di sepanjang perbukitan tersebut digunakan
suatu metode penelitian berupa analisis struktur geologi yang didasarkan data di
lapangan, studi pustaka dan analisis secara keseluruhan di studio.

Hasil Penelitian dan Pembahasan


Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, menunjukkan bahwasannya seluruh
batuan di kompleks perbukitan walat sudah terlipat dan tersesarkan. Jurus
perlapisan batuan fomasi walat berarah timu-barat dengan kemiringan relative
landai hingga sedang (30o-50o). Dari rekonstruksi pola jurusnya, diketahui bahwa
formasi walat sudah terlipat membentuk lipatan antiklin dan sinklin. Sedangkan
berdasarkan pada geometri lipatannya, formasi walat termasuk ke dalam jenis
lipatan sedang (moderate fold). Selain mengalami proses perlipatan, formasi walat
juga mengalami proses pensesaran. Indikasi adanya proses pensesaran ini berupa
cermin sesar ditemukan pada sejumlah lokasi yang hasilnya menunjukkan adanya
pengaruh sesar naik dan sesar mendatar. Adapun jalur untuk sesar naik utamnya
berkembang di bagian utara dengan arah barat-timur. Akibat adanya jalur sesar
naik ini, menyebabkan tersingkapnya batuan berumur paleogen dan juga
menghasilkan perbedaan topografi yang kontras antara perbukitan sedimen
formasi walat dengan morfologi pendataran vulkanik yang berada di bagian
utaranya. Pada formasi walat ini juga ditemukan sejumlah jalur sesar naik lainnya
yang memotong tubuh batuan sedimen tersier. Proses pembentukan struktur
lipatan dan juga sesar naik pada formasi walat, juga diikuti dengan adanya
robekan batuan secara lateral. Hal ini dapat diindikasikan dengan adanya sesar
mendatar yang dicirikan dengan ditemukannya cermin sesar pada batuan kuarsa
dengan nilai pitch antara 20o-30o. dilihat dari sifat geser pada sesar mendatar di
daerah ini, dapat diketahui bahwasannya jalur sesar sinistral berarah timurlaut-
baratdaya, sedangkan untuk sesar dekstral berarah baratlaut-tenggara. Hal ini
menunjukkan adanya perbedaan sesar mendatar dengan gambar pada peta geologi
regional lembar Bogor.
Di daerah Batuasih, dijumpai kontak berangsur antara batu pasir kuarsa formasi
walat dengan batulempung hitam bersisipan batulanau formasi batuasih.
Berdasarkan data pengukuran jurus dan kemiringan lapisan batuan formas walat
dan formasi batuasih secara umum berarah barat-timur dengan kemiringan antara
40o-50o. Selanjutnya, pada singkapan di daerah Cikembar ditemukan indikasi
pensesaran berupa cermin sesar yang berhubungan dengan sesar naik dan sesar
mendatar. Berdasarkan bukti-bukti geologi tersebut, maka pembentukan struktur
lipatan diikuti oleh pembentukan sesar naik atau dinamakan sebagai struktur
lipatan anjakan (Thrust fold belt) dan sesar mendatar (tear fault). Secara umum
jurus dan kemiringan lapisan batuan pada formasi batuasih relative sama dengan
formasi walat, yaitu berkisar antara 30o-50o. Berdasarkan rekonstruksi pola
jurusnya, formasi batuasih berada pada bagian sayap dari inti lipatan antiklin dan
sinklin yang berada pada formasi walat dan pada formasi ini tidak ditemukan
pensesaran. Namun dengan demikian dapat disimpulkan bahwasannya jalur sesar
mendatar pada formasi walat diteruskan ke formasi batuasih.
Selain formasi batuasih, pada formasi walat juga ditemukan sebaran formasi
lainnya seperti formasi rajamandala. Sebaran formasi rajamandala mengikuti pola
lipatan pada formasi batuan yang berkembang lebih tua. Formasi rajamandala
mengikuti pola lipatan antiklin yang sumbu lipatannya berada pada formasi walat.
Hal ini mengakibatkan adanya kemiripan kemiringan lapisan batuan dari kedua
formasi tersebut. Seperti yang telah dijelaskan di atas, maka dapat diketahui
bahwasannya struktur geologi di dalam blok walat didominasi oleh struktur
lipatan, sesar naik, dan sesar mendatar yang pembentukkannya dikontrol oleh
tektonik kompresi. Dalam hal ini, sumbu lipatan relatif sejajar dengan jalur sesar
naik dan terhadap sesar mendatar membentuk sudut lebih kurang 60o. Selain
mengalami proses perlipatan dan pensesaran, formasi rajamandala juga
mengalami proses robekan secara lateral. Hal ini diindikasikan adanya sesar
mendatar yang ditemukan di lokasi tersebut. Dari hasil rekostruksi pola jurusnya
serta dari aspek morfologinya, jalur sesar mendatar pada formasi rajamandala
merupakan jalur sesar yang sama dengan sesar yang ada pada formasi walat dan
juga formasi batuasih.
Pada kompleks Gunung Walat bagian selatan, ditemukan juga formasi lain yang
berupa formasi jampang. Formasi ini memiliki litologi batuan yang berupa batu
tuf dan juga breksi. Jurus dan kemiringan lapisan batuan pada formasi ini relative
sama dengan formasi-formasi yang sebelumnya telah dijelaskan yaitu memiliki
kemiringan lapisan berkisar 30o-40o. berdasarkan pada pola jurusnya ditemukan
struktur lipatan antiklin dan sinklin yang terletak saling sejajar dengan arah barat-
timur. Formasi batuan pada formasi jampang ini umumnya bersudut landai
sehingga berdasarkan pada geometrinya diklasifikasikan sebagai lipatan terbuka
(open fold) hingga sedang (moderat fold). Geometri lipatan pada formasi
jampang memilki sudut yang lebih besar yang mencerminkan bahwa proses
perlipatan dibentuk oleh tektonik pengangkatan (uplift) yang terjadi secara
regional.

Dengan penjelasan-penjelasan di atas, maka diketahui bahwasannya kedudukan


struktur lipatan dan sesar naik pada formasi walat letaknya saling sejajar dengan
jalur sesar naik dan seluruh struktur geologi yang ada berarah timur-barat serta
terbentuknya oleh adanya tektonik kompresi yang terjadi pada akhir tersier. Dan
berdasarkan pada geometrid an peroide tektoniknya yang terjadi bersamaan, dapat
disimpulkan bahwa pola struktur geologi yang terdapat pada daerah perbukitan
walat termask kedalam pola struktur lipatan anjakan. Dan pada perbukitsn walat
ditemukan juga sesar naik utama yang memilki pergeseran vertical paling besar
diantara seluruh sesar naik yang ada di daerah tersebut. Dan dapat disimpulkan
sesar naik yang berkembang di daerah ini termasuk ke dalam jenis leading thrust
system, yaitu sesar naik yang ukurannya lebih kecil berada di dalam blok hanging
wall dari sesar naik utamanya.

Kesimpulan dan Saran


Pada daerah perbukitan walat dikontrol oleh struktur lipatan dan sesar naik yang
posisinya sejajar. Kedua struktur geologi tersebut terbentuk pada periode tektonik
akhir tersier, sehingga pola strukturnya dapat diklasifikasikan sebagai struktur
lipatan anjakan. Dengan adanya struktur lipatan anjakan ini menyebabkan
terbentuknya perbedaan topografi antara morfologi perbukitan yang sebagian
besar batuannya tersusun oleh batuan sedimen klastik yang berarah barat-timur.
Adapun struktur lipatan anjakan pada daerah ini termasuk ke dalam jenis leading
thurst system. Pola struktur seperti ini biasanya dapat dicirikan dengan
berkembangnya sejumlah sesar naik lainnya di bagian hanging wall dari sesar
naik utamanya.

Kelebihan dan Kekurangan


Pada jurnal ini memilki beberapa kelebihan yang diantaranya penjelasan terkait
struktur lipatan pada daerah walat dijelaskan secara runtun, detail, dan bahasanya
yang baku, sehingga pembaca akan lebih mudah untuk memahami isi dari jurnal
tersebut. Selain itu, diberikan juga visual berupa gambar formasi-formasi yang
menyusun perbukitan walat dan gambar struktur lipatan anjakan sehingga
pembaca akan lebih memahami struktur lipatan anjakan secara mendalam. Namun
dibalik kelebihan-kelebihan yang tersaji dalam jurnal, jurnal ini juga masih
memiliki sedikit kekurangan yaitu dalam metode penelitian kurang dijelaskan
secara rinci bagaimana cara analisis dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai