Anda di halaman 1dari 1

Nama :Asep Irawan

NPM : 2015051024
PENGUKURAN GEOLISTRIK 2D

Pengukuran 2D pada metode geolistrik atau yang sering disebut sebagai electrical resistivity
tomography (ERT) merupakan teknik pengukuran yang memilki tujuan untuk memetakan
anomaly bawah permukaan secara 2D. Hal ini dapat dilakukan dengan mengkombinasikan
pengukuran profiling dan sounding. Profiling merupakan proses pengukuran secara lateral
dengan bentangan pengukuran yang tetap, tetapi titik tengah yang berubah. Sedangkan sounding
merupakan proses pengukuran secara vertical dengan bentangan yang pengukuran yang berubah-
ubah dan titik tengah yang tetap. Pada pengukuran 2D membutuhkan alat pengukuran yang
secara otomatis seperti ARES, karena dalam pengukuran 2D pengukuran yang dilakukan lebih
kompleks, membutuhkan waktu lama, dan jumlah data yang dihasilkan banyak. Pada pengukuran
2D akan didapatkan sumbu X dan Z yang dapat dijadikan kontur. Kontur dapat menunjukkan
pola nilai dari pengukuran. Seperti yang diketahui, bahwasannya survey 2D geolistrik banyak
sekali dalam pengaplikasiannya. Salah satunya yaitu dalam identifikasi intrusi air laut. Intrusi air
laut merupakan daerah dimana dekat pantai biasanya yangmana air tanah disisipi oleh air laut.
Air laut masuk ke air tanah dalam sumur dan menekan air tanah yang dapat mengakibatkan air
sumur menjadi asin. Pada survey 2D, instrumentasi metode resistivitas dibagi menjadi 2 yaitu
pengukuran single channel dan pengukuran multi channel. Pengukuran single channel
merupakan pengukuran yang dilakukan dengan satu pengukuran tiap waktu tertentu. Jenis
konfigurasi elektroda yang digunakan pada pengukuran single channel adalah konfigurasi
wenner. Sedangkan pengukuran multi channel merupakan pengukuran yang dilakukan dengan
beberapa pengukuran tiap waktu tertentu. Jenis konfigurasi elektroda yang sering digunakan
pada pengukuran multi channel adalah konfigurasi dipole-dipole. Secara mobilitas atau
pergerakan alat yang secara otomatis, pengukuran dapat dilakukan secara statis dan dinamis
(pengukuran dilakukan pada tanah lapang). Dan konfigurasi yang paling umum digunakan pada
pengukuran 2D yaitu konfigurasi wenner alpha (wenner-wenner), wenner-schlumberger, dan
dipole-dipole. Pada pengukuran 2D, juga dikenal istilah pseudosection yang mana pseudosection
ini bentuknya bergantung pada jenis konfigurasi yang digunakan pada saat pengukuran, bukan
resistivitas sebenarnya dari batuan (resistivitas semu), dan bukan kedalaman sebenarnya (
dihitung dengan pendekatan sensitivitas konfigurasi). Pada pseudosection terdapat tabel
perhitungan median depth yang dapat digunakan untuk memperhitungkan kedalaman dari
pengukuran yang dilakukan.

Pada pengukuran 2D, perbandingan konfigurasi elektroda juga perlu diperhatikan. Pemilihan
konfigurasi elektroda untuk survey bergantung pada tipe struktur yang akan dipetakan. Untuk
lapisan vertical jenis elektroda yang sering digunakan yaitu wenner alpha dan wenenr-
schlumberger, sedangkan untuk lapisan horizontal jenis elektroda yang paling tepat digunakan
yaitu konfigurasi dipole-dipole. Selain itu, pemilihan konfigurasi juga bergantung pada
sensitivitas dari resistivity meter yang digunakan dan juga bergantung pada tingkat gangguan
(background noise). Adapun karakteristik dari konfigurasi elektroda yaitu kedalaman investigasi,
sensitivitas terhadap perubahan vertical dan horizontal, jangkauan data horizontal, dan kekuatan
sinyal.dari beberapa jenis konfigurasi elektroda yang digunakan, maka dapat dibandingkan
bahwasannya konfigurasi wenner merupakan konfigurasi yang memilki resolusi vertical yang
baik, kekuatan sinyal yang sangat baik, cocok digunakan pada daerah yang banyak gangguan
(noise), dan kedalaman investigasi yang dangkal. Sedangkan konfigurasi wenner schlumberger
merupakan konfigurasi elektroda yang memiliki resolusi vertical dan horizontal yang baik,
kekuatan sinyal yang baik, dan kedalaman investigasi yang menengah. Konfigurasi dipole-dipole
merupakan konfigurasi yang memilki resolusi horizontal yang baik, kekuatan sinyal yang
rendah, dan kedalaman investigasi yang dalam. Dari penjelasan-penjelasan diatas, maka dapat
disimpulkan bahwasannya ada beberapa jenis konfigurasi yang digunakan pada survey 2D yang
sering digunakan di Indonesia yaitu konfigurasi wenner alpha, wenner schlumberger, dan dipole-
dipole. Sedangkan aspek yang harus diperhatikan yaitu kedalaman, investigasi, kekuatan sinyal
yang direkam dan sifat resolusi yang dihasilkan.

Anda mungkin juga menyukai