Anda di halaman 1dari 8

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS TADULAKO
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI S1 TEKNIK GEOLOGI

MAKALAH TEKTONIKA
STRUKTUR GEOLOGI DI SULAWESI TENGAH

OLEH :
NABILA SALSABILLA
F12121105

PALU

2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Struktur geologi adalah hasil deformasi pada kerak yang terbentuk dalam
waktu yang berkisar antara ratusan hingga jutaan tahun yang lalu. Struktur
geologi terbagi menjadi dua jenis, yaitu struktur primer dan struktur sekunder.
Struktur primer merupakans struktur geologi yang terbentuk sebelum atau
bersamaan dengan pembentukan batuan. Sedangkan struktur sekunder
merupakan struktur geologi yang terbentuk akibat gaya tektonik. Struktur
primer terbentuk pada batuan sedimen maupun batuan beku.
Pada batuan sedimen terbentuk strukutur yang meliputi bidang perlapisan,
lapisan bersusun, lapisan silang siur dan jejak binatang. Sedangkan pada batuan
beku dihasilkan struktur geologi yang disebut kekar kolom. Kekar kolom
terbentuk akibat pendinginan rekahan-rekahan yang tegak lurus terhadap
pendinginan aliran lava dan berbentuk segi enam. Sementara itu, struktur
sekunder merupakan struktur geologi yang terbentuk setelah terbentuknya
batuan. Bentuk dari struktur sekunder meliputi lipatan, kekar dan sesar.
ecara regional daerah Sulawesi Tengah memiliki tatanan tektonik yang
rumit. Khususnya daerah Palu dan sekitarnya, wilayah ini dilalui struktur sesar
aktif Palu Koro. Dalam 100 tahun terakhir setidaknya terjadi 10 kali kejadian
gempabumi merusak pada lajur sesar ini (Soehaimi, drr., 2005). Sesar Palu
Koro ini memanjang hampir utara – selatan memotong Pulau Sulawesi dari
sekitar Donggala hingga teluk Bone.
Ditinjau dari bentuk morfologinya, keberadaan sesar ini dapat dikenali dari
kelurusan gawir sesar di sebelah barat Kota Palu dan menerus menjadi lembah
sempit di bagian selatan. Kondisi di lapangan, indikasi sesar berupa singkapan
struktur sesar sulit dijumpai karena kondisi batuan yang lapuk ataupun tertutup
oleh endapan kipas alluvial. Hasil pemodelan geologi bawah permukaan dari
data tahanan jenis diharapkan, dapat memberikan gambaran kondisi bawah
permukaan dangkal di daerah ini.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Geologi Daerah Penelitian


 Stratigrafi
Secara umum stratigrafi daerah Palu dan sekitarnya dapat dibagi
menjadi tiga (3) kelompok, dari tua ke muda yakni batuan Pra-Tersier,
batuan Tersier dan Kuarter. Kelompok Batuan Pra-Tersier tersingkap di
bagian timur dari daerah penelitian berupa batuan malihan yang terdiri atas
sekis mika, sekis amfibolit, dan genes. Singkapan batuan Tersier ditemukan
di bagian barat daerah penelitian berupa batuan sedimen. Batuan ini
mengandung bahan rombakan dari batuan malihan dan menindih kelompok
batuan Pra-Tersier secara tidak selaras. Sukamto drr., (1973) menyatakan
rangkaian batuan berumur Tersier merupakan Formasi Tinombo. Rangkaian
sedimen ini terutama terdiri dari serpih, batu pasir, sisipan-sisipan tipis
batugamping dan batuan gunungapi. Adapun kelompok batuan Kuarter
disusun oleh endapan molasa dan aluvium. Kelompok alluvium ini selain
sebagai endapan sungai dapat dijumpai berupa endapan kolovium dan
diluvium. Disamping itu dijumpai pula batuan terobosan berupa granit dan
granodiorit.
 Struktur Geologi dan Sejarah Kegempaan
Sesar Palu-Koro merupakan sesar utama di Sulawesi Tengah, dijumpai
memanjang dengan arah hampir utaraselatan mulai dari Donggala di ujung
Teluk Palu hingga Teluk Bone. Secara keseluruhan sesar ini panjangnya
lebih kurang 250 km. Struktur geologi yang dapat diamati di daerah ini
terdiri dari kekar, lipatan dan sesar. Kekar yang dapat diamati berupa kekar
tarik dan kekar gerus terutama pada batuan Pra-Tersier dan Tersier. Pada
batuan Kuarter kekar sulit dijumpai karena belum banyak mengalami
deformasi bila dibandingkan pada batuan Pra-Tersier dan Tersier. Struktur-
struktur sesar terlihat jelas dari bentuk bentang alam gawir berfaset segitiga
dengan kipas aluvium berjajar dengan arah barat-timur. Selain itu dijumpai
pula indikasi lain berupa breksi sesar, milonit serta gores garis. Selain sesar
berarah hampir utaraselatan dijumpai pula sesar berarah barat-timur dan
baratdaya - timur laut dengan gerak geser dan turun (Soehaimi, 1985).
 Neotektonik
Proses neotektonik sesar aktif di lembah Palu sangat mudah dikenali di
lapangan berupa faset segitiga yang ditemukan disekitar lajur sesar dengan
ketinggian gawir bervariasi antara 100-250 meter. Faset segitiga lajur sesar
Palu-Koro dicirikan oleh kipas aluvium aktif dengan lereng lebih landai dan
morfologi relatif datar. Selain terbentuk oleh sesar utara - selatan, faset
segitiga ini di kontrol pula oleh sesar-sesar normal berarah barat-timur dan
baratdaya-timurlaut (Soehaimi drr., 2005). Gambaran neotektonik lain yang
dapat diamati adalah perpindahan alur sungai yang membentuk teras-teras
aluvium pada sub segmen aktif seperti dijumpai di Kotapupu dan Sidondo.
Teras-teras ini berketinggian antara 2-15 meter di atas muka air sungai
sekarang.

2.2 Keberadaan Sesar Palu-koro


Keberadaan sesar Palu-Koro dapat diamati dengan jelas dari pola
kelurusan pada citra DEM SRTM berupa kelurusan kelurusan berarah hampir
utara-selatan. Indikasi dilapangan teramati dari bentuk morfologi gawir sesar
berarah utara-selatan di sebelah barat kota Palu. Litologi pada perbukitan
sebelah barat Kota Palu berupa batupasir, serpih, dan konglomerat berumur
Tersier (Sukamto drr.,1973), sedangkan pada lembah palu ditempati oleh
endapan aluvial berumur Kuarter. Pada daerah sekitar gawir sesar umumnya
terjadi proses erosi yang menghasilkan endapan kipas aluvial. Lintasan-
lintasan pengamatan geolistrik berada di atas endapan kipas aluvial ini
dengan harapan dapat melihat pola batuan dasar di bawah endapan kipas ini.
Hasil pengamatan geolistrik di enam lokasi secara umum menunjukkan
pola batuan dasar yang mengalami gangguan. Batuan dasar ini bertahanan
jenis rendah yang kemungkinan berupa batupasir atau serpih Formasi
Tinombo, sedangkan pada bagian atasnya adalah merupakan endapan kipas
berupa bahan rombakan dari batuan dasar. Litologi endapan kipas ini
didominasi oleh material berukuran pasir dengan fragmen-fragmen baruan
beku, filit, batu sabak berukuran krikil hingga bongkah. Batuan ini bersifat
sarang sehingga nilai tahanan jenisnya bisa bervariasi, pada kondisi basah
batuan ini bertahanan jenis rendah, sedangkan pada kondisi kering akan
bertahanan jenis tinggi.
Lintasan pengukuran paling utara dari penelitian geolistrik sesar Palu-
Koro ini adalah Desa Silae, Kecamatan Palu Barat, Kota Palu. Bagian barat
dari lintasan ini litologinya berupa batuan granit. Hasil pemodelan
penampang tahanan jenis pada lintasan ini kurang dapat memberikian
gambaran yang jelas mengenai kondisi struktur geologinya. Bagian barat dari
penampang geolistrik pada lintasan ini menunjukkan nilai tahanan jenis yang
tinggi.
Hal ini kemungkinan berasosiasi dengan batuan granit di daerah ini,
sedangkan pada bagian timur menunjukkan nilai tahanan jenis yang rendah
yang diduga merupakan batuan dasar di wilayah ini yang kemungkinan
berupa batu pasir atau serpih. Pada bagian permukaan, bagian barat dari
lintasan ini berupa batuan granit, sedangkan bagian timurnya merupakan
endapan kipas aluvial. Endapan kipas aluvial ini kemungkinan hanya
merupakan lapisan tipis (warna hijau) yang menutupi batuan dasar pada
lintasan ini. Struktur sesar diinterpretasikan pada batas batuan granit (garis
putus-putus).
Lintasan berikutnya adalah lintasan yang terletak di Desa Denggune,
Kecamatan Palu Barat, Kota Palu. Secara keseluruhan lintasan ini berada
pada endapan kipas aluvial yang ditunjukkan oleh nilai tahanan jenis yang
relatif tinggi (dominan warna kuning). Batuan dasar muncul di bagian barat
dari lintasan ini. Batuan ini diduga telah mengalami gangguan oleh struktur
sesar. Lokasi pengukuran geolistrik di daerah Desa Sibedi merupakan
perbukitan yang diduga merupakan zona sesar Palu-Koro. Salah satu indikasi
keberadaan sesar tersebut adalah kelurusan gawir kecil pada perbukitan ini.
Lintasan pengukuran di Desa Duyu, Kecamatan Palu Barat, Kota Palu
memotong perbukitan bergelombang. Indikasi struktur dapat diamati dari
bentuk morfologi pada perbukitan ini. Pada bagian permukaan lintasan
pengukuran litologi berupa endapan kipas aluvial yang ditunjukkan oleh
lapisan bertahanan jenis relatif tinggi. Batuan dasar yang bertahanan jenis
rendah muncul di sepanjang lintasan pengukuran. Pada bagian barat batuan
ini muncul pada kedalaman yang dangkal. Seperti halnya di lintasan
pengukuran di sebelah utaranya, pada lintasan ini batuan dasar juga
mengalami gangguan oleh struktur sesar yang berupa sesar tutun menangga
(step over fault).
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan :
 Sebagai sesar geser mengiri Sesar Palu-Koro sudah banyak dibuktikan
beberapa peneliti. Dalam penelitian ini, teramati adanya pergeseran turun
pada batuan yang mengalasi endapan kipas aluvial, sehingga kinematika
gerak Sesar Palu-Koro di segmen iniadalah geser mengiri turun.
 Batuan dasar di daerah pengamatan geolistrik diperkirakan merupakan
batuan dari formasi Tinombo berupa batupasir atau serpih yang ditunjukkan
oleh nilai tahanan jenis rendah.
 Lapisan permukaan berupa lapisan endapan kipas aluvial yang didominasi
oleh material pasir dengan fragmen-fragmen batuan beku, filit, sekis yang
berukuran kerikil hingga bongkah. Nilai tahanan jenis lapisan endapan kipas
aluvial ini bervariasi yang diperkirakan berkaitan dengan ukuran fragmen-
fragmennya serta faktor air.
DAFTAR PUSTAKA

Leeuwen, T.M. & Muhardjo, 2005. Stratigraphy and tectonic setting of the
retaceous and Paleogene volcanicsedimentary successions in northwest
Sulawesi, Indonesia: implications for the Cenozoic evolution of Western and
Northern Sulawesi, Journal of Asian Earth Sciences 25 (2005)
Socquet, A., Simons, W., Vigny, C., McCaffrey, R., Subarya, S. & Sarsito, D.,
2006. Microblock rotations and fault coupling in SE Asia triple junction
(Sulawesi, Indonesia) from GPS and earthquake slip vector data, Journal of
Geophysical Research, Vol 111, 2006.
Soehaimi, A. I., Effendi, Setiawan, J.H. dan Supartoyo, 2005. Laporan
Pemeriksaan Gempabumi Palolo, 24 Januari 2005 Sulawesi Tengah, Pusat
Penelitian dan Pengembangan Geologi, internal report, tidak terbit.
Soehaimi, A., 1985. Laporan Pemeriksaan Gempabumi Lawe, 5 Maret 1985
Sulawesi Tengah, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, internal
report, tidak terbit. Sukamto, R., Sumadirdja, H., Suptandar, T.,
Hardjoprawiro, S. dan Sudana, D., 1994. Peta Geologi Lembar Palu,
Sulawesi, skala 1:250.000, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi,
Bandung.
Tjia, H.D., T. Zakaria, 1974. Palu-Koro Strike Slip Fault Zone Central Sulawesi,
Indonesia, Sains Malaysiana. Walpersdorf , A., Rangin, R. & Vigny, C., 1998.
GPS compared to long-term geologic motion of the north arm of Sulawesi,
Earth and Planetary Science Letters 159 (1998)

Anda mungkin juga menyukai