Anda di halaman 1dari 38

Hello

!
Syilvia
Manurung
15/385086/TK/43748

ANALISIS GRANULOMETRI
ENDAPAN SUNGAI PROGO

Daftar isi
Lokasi
Pengam
bilan
Sampel

Pemba
hasan
dan
Interpr
etasi

Sari

Kesimp
ulan

Dasar
Teori

Dokum
entasi

Analisi
s Data

Daftar
Pustaka

Lokasi Pengambilan
Sampel

Pengambilan data lapangan berupa


sampel pasir dan kerakal dilakukan di
STA 3 STA 8 di Sungai Progo. Lokasi
berada di Kecamatan Srandakan,
Kulonprogo, DIY.
Tepatnya pada koordinat STA 3 STA
8,
dengan
posisi
Latitude
dan
Longitude :
STA 3 : -7,753,429 ; 110,219,354
STA 4 : -7,775,079 ; 110,220,814
STA 5 : -7,798,232 ; 110,236,945
STA 6 : -7,822,830 ; 110,234,277
STA 7 : -7,846,117 ; 110,233,833
STA 8 : -7,868,895 ; 110,259,584

Sari

Sungai Progo adalah salah satu lokasi


yang menjadi lokasi penambangan pasir
dan batu di wilayah D.I.Yogyakarta. Analisi granulometri
dan studi provenance menjadi penting dilakukan untuk
mengetahui karakteristik, mekanisme transportasi dan
sedimentasi serta batuan asal, sehingga dapat
menghasilkan endapan tersebut dengan kelimpahan yang
cukup besar. Pengambilan data lapangan secara
administratif berada disepanjang aliran sungai progo
tepatnya berada di wilayah point bar. Pengambilan data
dilakukan di enam stasiun pengamatan dengan total
sampel yang dambil disetiap stasium pengamatan ialah
berjumlah 25 butir kerakal dan sekantong sampel pasir.

Pengolahan data dilakukan di laboratorium,


yang meliputi analisis data ukuran butir,
analisis morfologi butir kerakal dan pasir, serta
komposisi partikel
sedimen. Hasil analisis menunjukan bahwa nilai
rata-rata ukuran butir berubah dari
0,1833(pasir kasar) dibagian hulu menjadi 2,020
(pasir halus) dibagian hilir, dengan nilai
skewness antara 0,6 (didominasi ukuran butir
lebih kasar) hingga 0,15 (didominasi ukuran
butir lebih halus) dan nilai kurtosis antara 0,5
(very platykurtic) hingga 1,2 (leptokurtic). Hal
ini menunjukan bahwa semakin menuju hilir
nilai rata-rata ukuran butirnya memiliki
kecenderungan menghalus.

Nilai sortasi berukuran dari moderately sorted


menjadi well sorted, nilai sortasi yang didapatkan
cenderung semakin baik di daerah hilir. Untuk
morfologi butir kerakal pada STA 3 hingga STA 8
cenderung memiliki bentuk oblate, roundness
subrounded, dan sphericity yang cenderung berubah
dari very equent menjadi very elongate. sedangkan
berdasarkan data komposisi sedimen, didapatkan
hasil bahwa provenance sampel pasir sungai Progo
berasal dari batuan beku dan batuan sedimen.

Dasar Teori

UKURAN
BUTIR

Batuan terbentuk secara proses fisika, kimia,


dan biologi yang terendap kan secara alamiah
di berbagai lingkungan pengendapan dan terus
berjalan hingga saat ini. Kekuatan energi arus
dapat
mempengaruhi
ukuran
butir
batuan.
Butiran
tersebut
tentunya memiliki bentuk dan ukuran tertentu.
Skala ukuran butir yang umum dipakai adalah
skala Udden-Wentworth. Skala ini diusulkan
pertama kali oleh Udden pada tahun 1898 dan
dimodifikasi oleh Wentworth pada tahun 1922
(Friedman & Sanders, 1978; Blatt et al., 1980).
Batas
ukuran
butir
pada
skala
ini
menggunakan nilai 1 mm sebagai standar dan
menggunakan faktor pembagi atau pengkali 2.

Krumbein (1934) dalam Blatt et al., (1980) membuat


suatu transformasi logaritmik dari skala tersebut
yang kemudian dikenal dengan skala phi ().Analisa
ukuran butir sedimen dilakukan untuk mengetahui
nilai rata-rata suatu ukuran butir, mean, modus,
sortasi, skewness dan kurtosis dengan menggunakan
cara grafis maupun matematis. Median merupakan
nilai phi ketika titik kurva memotong nilai 50%.
Modus merupakan ukuran butir dengan frekuensi
kemunculan paling sering, ditandai dengan nilai phi
tertinggi kurva frekuensi. Mean merupakan rata-rata
ukuran butir. Sortasi adalah nilai standar deviasi
distribusi ukuran butir, ditunjukkan dengan tingkat
keseragaman butir. Skewness merupakan nilai kesimetrisan kurva, nilai skewness yang semakin positif
menunjukkan bahwa kurva cenderung miring ke kiri,
dan sedimen didominasi oleh patikel dengan ukuran
lebih kasar.

KOMPOSISI
PARTIKEL
SEDIMEN

Pemanfaatan informasi komposisi partikel


sedimen, untuk mengetahui pengaruh dari
faktor-faktor kelimpahan komposisi butir
dikenal dengan studi provenance. Untuk
melakukan pengamatan dan interpretasi di
laboratorium terlebih dahulu kita harus
menentukan simpangan baku dari jumlah
partikel yang ditemukan menggunakan
Diagram Van der Plas. Setelah kita dapatkan
data-data jumlah, frekuensi, dan simpangan
baku dari mineral ringan dan mineral berat
kita dapat menganalisa provenance dari
sedimen yang terendapkan pada daerah
penelitian serta menjelaskan faktor-faktor
yang berpengaruh terhadap proses deposisi
sedimen tersebut. Beberapa contoh aplikasi
dan interpretasi data komposisi partikel
sedimen ditunjukkan pada diagram berikut:

(a) Diagram segitiga QFL untuk menentukan sedimen


asal batuan beku plutonik dan batuan metamorf yang
terbetuk di bawah pengaruh iklim yang berbeda
(Tucker,
1991)
(b) Komposisi pasir (laut dalam yang berasal dari
kerangka tektonik tertentu (Yerino & Maynard, 1984
dalam Tucker, 1991)

Diagram segitiga QFL yang memperlihatkan


komposisi pasir dari beberapa daerah provenance
(Thucker,1991)

Analisis Morfologi
Butir Pasir

Bentuk butir (form atau shape) merupakan keseluruhan kenampakan


partikel secara tiga dimensi yang berkaitan dengan perbandingan
antara ukuran panjang sumbu panjang, menengah, dan pendek. Dari
berbagai cara untuk mendefinisikan bentuk butir, Zingg (1935) dalam
bukunya menjelaskan cara paling sederhana dengan menggunakan
perbandingan b/a dan c/b. Yang kemudian dibandingkan dengan empat
bentuk yaitu oblate, prolate, bladed dan equant (Tabel 1).
Tabel
Tabel1.2.Klasifikasi
Klasifikasibentuk
sphericity
butirmenurut
menurutFolk
Zing(1968)
(1935)dalam
dalamSurjono
Surjono
Derajat kebolaan atau sphericity
(2010)
(2010)
Roundness
() merupakan ukuran bagaimana
No. Kelas
b/a
c/b
Bentuk
Hitungan Matematis
Kelas
suatu butiran mendekati bentuk
I
> 2/3
< 2/3
Oblate (discoidal)
bola. Semakin butiran mendekati
bentuk bola, maka nilai sphericity< 0.60
Very elongate Equant (Equiaxial /
II
>
2/3
>
2/3
nya semakin besar. Terdapat
spherical)
0.60

0.63
Elongate
Form
beberapa cara untuk menghitung
III
< Subelongate
2/3
Bladed (Triaxial)
0.63<2/3
0.66
nilai sphericity.
Sphericit
IV
> Intermediate
2/3
Prolate (Rod-shaped)
0.66<2/3
0.69
shape
y
Roundness merupakan morfologi butir yang
0.69

0.72
Subequent
berkaitan dengan ketajaman pinggir dan sudut
suatu partikel sedimen klastik. Menurut Folk
Gambar
Tabel visual
roundness secara sketsa
0.72 1.0.75
Equent
(1968) untuk menentukan roundness digunakan (Tucker, 2003)
>0.75
Very Equent
cara membandingkan butiran dengan
kenampakan visual secara sketsa (Gambar 1)

Tucke
r
(1991
)

Analisis Data

Ukuran
Butir

Grafik Skewness
1,6
1,4
1,2
1
skewness matematis

0,8
0,6

skewness grafis

0,4
0,2
0
STA 3 STA 4 STA 5 STA 6 STA 7

STA 8

suspensi suspensi

sal
tas
i1

asi 2
salt
suspensi

2
si suspensi
lta
a
s

sal
tas
i

si 2
salta
suspensi

sal
tas
i1

salt
asi

i 2 suspensi
tas
sal

suspensi

saltas
i

saltasi

rolling dan sliding

Keterangan
:
STA 3

STA 6

STA 4

STA 7

STA 5

STA 8

Ilustrasi Mekanisme Transportasi

Morfologi
Butir Kerakal

Komposisi
Partikel
Sedimen

Komposisi sedimen asal batuan beku


plutonik dan metamorf dalam iklim berbeda
(Sutner et al.,1981 & Basu, 1985 dalam
Tucker, 1991).

Diagram triangular komposisi pasir dari


beberapa daerah provenance(Dickonson,
1985 dalam Tucker, 1991)


Klasifikasi batupasir menurut Pettijohn (1987)

Analisis
morfologi
butir pasir

Pembahasan dan
Interpretasi

Berdasarkan data rata-rata ukuran butir pasir yang


diamati dari STA 3 hingga 8, diperoleh kecenderungan ukuran
butir pasir menghalus seiring dengan bertambahnya jarak
transportasi, kecuali pada STA 8, dimana dijumpai ukuran butir
pasir dengan nilai phi () mengecil, yang mengindikasikan
ukuran butirnya membesar. Hal ini disebabkan karena
pengambilan data yang
dilakukan sesaat setelah terjadinya
banjir pada STA 8 yang diakibatkan oleh hujan deras, sehingga
terjadi pencampuran ukuran butir pasir dari hulu ke STA 8.
Berdasarkan histogram Skewness, diperoleh bahwasannya
distribusi ukuran butir pasir kasar menunjukkan trend semakin
mengecil seiring dengan bertambahnya jarak transportasi. Hal ini
juga didukung dengan perkembangan sortasi yang semakin
membaik dari STA 3 hingga STA 8, dimana sedimennya cenderung
mengalami perubahan dari moderately sorted menjadi well
sorted, sehingga kurtosisnya cenderung menjadi leptokurtic.

Dengan menggunakan kurva frekuensi kumulatif skala


logaritmik, dari STA 3 hingga STA 8, didapat kecenderungan
populasi dominan butir pasir tertransport secara saltasi. Hal ini
sesuai dengan mekanisme tranportasi pada diagram Hjulstorm,
dimana butir pasir cenderung berada di sekitar daerah erosion of
sand and gravel, menandakan butir pasir cenderung mengalami
transportasi secara saltasi disebabkan bergesekan dengan
material sedimen berukuran pasir dan kerakal yang tererosi pada
daerah tersebut.
Berbeda dengan butir pasir, morfologi kerakal pada STA 3
hingga STA 8 cenderung memiliki bentuk oblate, roundness
subrounded, dan sphericity yang cenderung berubah dari very
equent menjadi very elongate. Sphericity yang terkesan tidak
konsisten dapat di interpretasikan terjadi karena semakin ke
hilir, aktivitas penambangan bahan galian tipe C semakin banyak
terjadi, sehingga kerakal dengan sphericity very equent semakin
jarang dijumpai karena telah ditambang oleh penambang.
Menggunakan diagram Hjulstorm, diperoleh bahwasannya
kerakal pada STA 3 hingga STA 8 cenderung tertransport secara
bedload.

Pada STA 3 hingga STA 8, dijumpai trend frekuensi feldspar


yang semakin menurun ke hilir diiringi dengan kenaikan frekuensi
kuarsa. Anomali pada STA 5 dan STA 6, diinterpretasikan terjadi
karena aktivitas penambangan bahan galian tipe C yang intensif,
menyebabkan terjadinya penurunan kadar kuarsa pada STA 5 dan
STA 6. Butir pasir pada STA 3 hingga STA 8 didominansi oleh butir
berbentuk bladed, dengan roundness subrounded, dan sphericity
very equent. Tidak adanya perubahan morfologi butir pasir yang
signifikan disebabkan karena mekanisme transportasinya yang
cenderung saltasi, sehingga gesekan yang terjadi pada butir pasir
tidak tersebar merata seperti pada mekanisme tranportasi rolling.
Sphericity butirnya yang cenderung very equent dapat
diinterpretasikan karena provenance nya berasal dari batuan
beku maupun sedimen, yang ketika mengalami erosi, mineralnya
telah memiliki sphericity very equent, dan relatif tidak terubah
ketika mengalami transportasi. Ditemukannya mineral felsik
seperti kuarsa bersamaan dengan mineral mafik seperti magnetit
dapat terjadi apabila sedimennya berasal berbagai macam
sumber, atau adanya kontaminasi dengan formasi batuan yang
dilalui sungai tersebut. Secara geologi, sungai Progo berada di
sekitar endapan merapi muda, formasi batugamping sentolo,
serta formasi kebobutak, sehingga adanya pencampuran
komposisi mineral pada endapan sedimen sungai Progo
merupakan suatu hal yang lazim.

Kesimpulan

1. Semakin ke arah hilir akan mengalami penurunan energi


pengendapan. Nilai rata-rata ukuran butir berubah dari
0,1833(pasir kasar) dibagian hulu menjadi 2,020 (pasir
halus) dibagian hilir, dengan nilai skewness antara 0,6
(didominasi ukuran butir lebih kasar) hingga 0,15
(didominasi ukuran butir lebih halus) dan nilai kurtosis
antara 0,5 (very platykurtic) hingga 1,2 (leptokurtic). Hal
ini menunjukan bahwa semakin menuju hilir nilai rata-rata
ukuran butirnya memiliki kecenderungan menghalus.
2. Untuk morfologi butir kerakal pada STA 3 hingga STA 8
cenderung memiliki bentuk oblate, roundness subrounded,
dan sphericity yang cenderung berubah dari very equent
menjadi very elongate.
3. Energi pengendapan material sedimen dan kecepatan
aliran air sedang. Mekanisme transportasi yang dominan
adalah pergerakan secara meloncat (saltation).

4. Relief topografi mulai dari tinggi sampai


sedang, jarak transportasi belum jauh.
Analisis sumber adalah zona dissected arc
yang merupakan hasil pendewasaan zona
magmatic arc, dengan provenance berupa
batuan beku plutonik yang bercampur dengan
material vulkanik. Iklim terbentuk adalah
peralihan arid dan humid.
5. Terdapat beberapa anomali, yang
disebabkan oleh aktifitas antropogenik seperti
pertambangan.
6. Pada daerah hilir adanya potensi sedimen
sebagai bahan galian golongan C, suplay
pengairan irigasi, dan tambang pasir besi.

Dokumentasi

STA 3

STA 7

STA 5

STA 4

STA 6

STA 8

Daftar Pustaka

Amijaya, D. H. 2009. Indicating the Provenance of


Recent Sediment in Yogyakarta Basin from Sedimen
Geochemistry. Preliminaty Result. Yogyakarta :
Universitas Gadjah Mada

Boggs Jr., Sam. 2006. Principles of Sedimentology and


Stratigraphy. New Jersey: Pearson Prentice Hall.

Dickinson, W.R. dan Christoper A.S. 1979. Plate


Tectonics and Sandstone Compositions. The American
Association of Petroleum geologists.

Surjono, S.S., Donatus H.A., dan Sarju W. 2010. Analisis


Sedimentologi. Yogyakarta: Pustaka Geo.

Tucker, Maurice E. 1991. Sedimentary Petrology : An


Introduction to the Origin of Sedimentary Rock. London
: Blackwell Scientific Publication.

TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai