Anda di halaman 1dari 8

KEMIRINGAN LERENG DAN GRANULOMETRI SEDIMEN GISIK

TANJUNG MERAH, BITUNG SULAWESI UTARA


(Beach Slope and Sediment Granulometry at Tanjung Merah, Bitung North
Sulawesi)

Isman Sapsuha1*, Royke M. Rampengan1, Ersy T. Opa1, Hermanto W. K.


Manengkey1, Wilmy E. Pelle1, Ferdinand F.Tilaar2

1. Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Unsrat
2. Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Unsrat

*e-mail: ismansapsuha71@gmail.com

Beach slope and sediment granulometry is one of the importat aspect in coastal
management. Beach offers a variety of functions and potential to be utilized. In the interests of
phisical use in the beach, coastal structure in the form of groynes has been built. Actually, the
groin has been used as a dock. This research was conducted with the aim of revealing the
slope and granulometry sediment in Tanjung Merah beach. The results obtained, the beach
slope is considered sloping and very sloping, the composition of the sediment consists mainly
of medium sand, fine sand and very fine sand. Sediment distribution analysis obtained results,
the main grain size was mainly in the form of medium sand, sorting was mainly classified as
poor, skewness was mostly asymmetrie strong to large size, most curtosis was mesokurtic. The
results of the study indicate the occurrence of the process of erosion and deposition ia certain
spaces on the beach studied.

Keywords: Tanjung Merah, beach slope, sediment granulometry

Kemiringan lereng dan granulometri sedimen gisik merupakan salah satu aspek penting
dalam pengelolaan pantai. Gisik menawarkan beragam fungsi dan potensi untuk dimanfaatkan.
Dalam kepentingan pemanfaatan lahan gisik, berbagai modifikasi dilakukan oleh manusia.
Pada gisik di Tanjung Merah, telah dibangun struktur pantai berupa groin. Secara aktual, groin
tersebut telah difunsikan sebagai dermaga. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan
mengungkapkan kemiringan dan granulometri sedimen di gisik Tanjung Merah. Hasil penelitian
yang diperoleh, lereng gisik terkriteria miring dan sangat miring, komposisi sedimen terutama
terdiri dari pasir sedang, pasir halus, dan pasir sangat halus. Analisis distribusi memperoleh
hasil, rataan empirik terutama berupa pasir sedang, penyortiran terutama terklasifikasi buruk,
kemencengan terbanyak berupa asimetris kuat ke ukuran besar, peruncingan terbanyak berupa
mesokurtik. Hasil studi mengindikasikan terjadi proses erosi dan deposisi pada ruang-ruang
tertentu di gisik yang ditelaah.

Kata kunci : Tanjung Merah, kemiringan lereng, granulometri sedimen


Jurnal Pesisir dan Laut Tropis Volume 7 Nomor 2 Tahun 2019

PENDAHULUAN pantai berupa groin. Struktur pantai


berupa groin ini juga difungsikan
Gisik merupakan penampilan sebagai dermaga untuk kapal/perahu
bentuklahan yang lazim ditemui pada yang berlabuh di kawasan pantai
daerah pantai. Menurut Gross (1993), tersebut. Selain itu, groin tersebut
gisik merupakan bentuklahan di daerah melindungi kolam dermaga dari
pantai yang letaknya antara jangkauan aktivitas sedimentasi akibat pergerakan
aksi gelombang saat pasang tertinggi sedimen pantai.
dan jangkauan aksi gelombang saat Kehadiran bentuklahan gisik di
surut terendah, dengan material lepas kawasan pantai Tanjung Merah yang
sebagai ciri khasnya. Gisik berubah dipadukan dengan adanya struktur
secara aktual setiap waktu, karena pantai merupakan corak geomorfologi
berlangsungnya proses pantai yang menarik untuk ditelaah. Untuk itu,
(gelombang, pasang surut) dan bahkan penelitian ini diarahkan menjawab
oleh dinamika manusia yang permasalahan menyangkut bagaimana
beraktivitas di lahan tersebut (Komar, morfometri gisik dan granulometri
1976 dalam Williams dan Micallef, sedimennya. Tujuan penelitian ini
2009). Lebih lanjut diungkapkan, diarahkan untuk mengungkapkan
sering perubahan yang terjadi sangat morfometri lereng gisik dan komposisi
besar, baik secara alami ataupun oleh serta distribusi sedimen gisik di
adanya pengaruh antropogenik. Tanjung Merah.
Menurut Bird (2008), secara
alami bentuk gisik dapat berubah oleh METODE PENELITIAN
kerja gelombang dan arus yang Kegiatan penelitian ini
memindahkan sedimen dari satu dilaksanakan dalam ruang lingkup kerja
tempat ke tempat lainnya, demikian Laboratorium Geomorfologi Pantai
juga morfologi gisik sering berubah oleh diwujudkan dengan menerapkan
aktivitas pasang surut dan angin. metode deskriptif terhadap data hasil
Pengaruh antropogenik dalam merubah survey yang dilakukan
gisik ditunjukkan oleh adanya
pembangunan struktur di pantai. Lokasi dan Peralatan Penelitian
Menurut Williams dan Micallef Lokasi penelitian di mana
(2009) keberagaman fungsi yang serangkaian kegiatan pengambilan
ditawarkan lahan gisik merupakan sampel dan pengukuran dikerjakan,
faktor yang sering memicu adanya terletak di kawasan pantai Tanjung
konflik kepentingan. Untuk mereduksi Merah yang secara administratif berada
hal tersebut diperlukan adanya pada posisi geografis 1o24’26’’ U dan
kegiatan pengelolaan terhadap lahan 125o7’15’’ T dalam wilayah Kota Bitung,
gisik. Pengelolaan yang baik harus Provinsi Sulawesi Utara. Lokasi
didasarkan pada kajian ilmiah yang penelitian selengkapnya diperlihatkan
baik pula. Salah satu informasi yang pada Gambar 01.
menunjang kegiatan pengelolaan lahan Seperangkat peralatan diguna-
gisik adalah menyangkut morfometri kan dalam kegiatan penelitian ini.
gisik dan granulometri sedimen. Tabel 01 menampilkan peralatan-
Secara aktual, di kawasan peralatan yang digunakan beserta
pantai Tanjung Merah terdapat deskripsi singkat kegunaannya.
berbagai bentuklahan, salah satunya
adalah bentuklahan gisik. Keberadaan
bentuklahan gisik di kawasan pantai ini
menarik untuk ditelaah karena
berinteraksi dengan adanya bentukan
antropogenik yaitu adanya struktur

91
Jurnal Pesisir dan Laut Tropis Volume 7 Nomor 2 Tahun 2019

panjang lahan (xi) dengan formula xi = z


cos α dan tinggi lahan (yi) dengan
formula yi = z sin α; (Supit, 2000;
Langie, 2001; Kairupan, 2002). Hasil
perhitungan morfometri lereng
diklasifikasikan menurut Sunarto (1991)
dalam Langie (2001), sebagai berikut :
lereng datar (0 – 2%), lereng landai (3 –
7%), lereng miring (8 – 13%), lereng
sangat miring (14 – 20%), lereng curam
(21 – 50%), lereng sangat curam (56 –
140%), dan lereng terjal (>140%).
Penarikan contoh sedimen
Gambar 01. Profil-Profil Pengukuran
dilakukan di titik-titik yang ditentukan
Pada Lahan Gisik di
pada profil gisik demikian juga dengan
Tanjung Merah.
jumlah dan lapisan sedimen yang
Tabel 01. Peralatan Penelitian dicuplik. Contoh sedimen diambil pada
permukaan lahan dengan bantuan
No Nama Kegunaan sekop kecil, dan kemudian dikemas
1 Ayakan Sebagai Penyaring dalam wadah plastik yang sudah
Sedimen Contoh Sedimen dinomori untuk selanjutnya dibawa ke
2 Timbangan Menimbang contoh laboratorium guna penanganan dan
analitik sedimen pengolahan data granulometrinya.
3 Sekop Pencuplik contoh Contoh sedimen diambil pada empat
kecil sedimen profil, yaitu 1, 3, 4, dan 6, dengan titik-
4 Profiler Pengukur tiik pencuplikan yakni atas, tengah, dan
kemiringan lereng bawah. Sedimen yang tercuplik,
5 Perangkat Pengolahan kata, selanjutnya ditangani di laboratorium
lunak data, grafik dan dengan melakukan pencucian dan
komputer peta pengeringan. Setelah sedimen kering,
dilakukan pemisahan sesuai dengan
ukuran ayakan 0.05 mm; 0.08 mm;
Pengukuran Morfometri Lereng 0,125 mm; 0,2 mm; 0,315 mm; 0,5 mm
dan Penarikan Contoh Sedimen 0,8 mm; 1, 25 mm; 2,00 mm; 3,15 mm
5.00 mm; 8,00 mm; 12,5 mm; 20,00
Pengumpulan data morfometri mm. Sedimen yang tertingal pada
gisik dilakukan menggunakan profiler. masing-masing ayakan ditimbang.
Peralatan ini dirakit menggunakan dua Hasil pemisahan sedimen
tonggak sejajar yang dihubungkan menurut ukuran butirnya, menjadi dasar
dengan tali sepanjang 50 cm dan determinasi komposisi sedimen gisik.
memiliki skala sudut. Morfometri lereng Penentuan komposisi sedimen gisik
diukur dengan mendirikan kedua dilakukan menggunakan skala AFNOR.
tonggak tegak lurus pada lahan di Tabel 02. Skala AFNOR
mana perbedaan ketinggian Jenis Sedimen Ukuran, mm (α)
menyebabkan tali membentuk sudut Batu > 20 (< -13)
yang dapat dilihat nilainya pada skala Kerikil 20 - 2 (-13 s/d -3)
sudut. Pengukuran morfometri lereng Pasir Kasar 2 - 0,8 (-3 s/d 1)
dilakukan pada sebanyak enam profil di Pasir Sedang 0,8 - 0,315 (1 s/d 5)
0, 315 - 0,125 (5 s/d
lahan gisik. Data pengukuran Pasir Halus 9)
morfometri lereng yang diperoleh dari Pasir Sangat Halus 0,125 - 0,05 (9 a/d 13)
hasil observasi lapangan dianalisis Debu < 0,05 (> 13)
berdasarkan kaidah trigonometri antara

92
Jurnal Pesisir dan Laut Tropis Volume 7 Nomor 2 Tahun 2019

Sumber : Pinot (1992) dalam Kondjol


(2003)
Hasil pemisahan ukuran butir PROFIL 1
sedimen juga menjadi dasar Jarak dari Garis Pantai (m)
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
penggambaran grafik peubah distribusi
granulometri sedimen, untuk hitungan
ukuran pemusatan dan penyebaran
partikel sedimen berupa rataan empirik Kemiringan Lereng= 12,92%
(Mz), penyortiran (σ1), kemencengan Kriteria: LerengMiring
(Sk), peruncingan (Kg). PROFIL 2
Jarak dari Garis Pantai (m)
Untuk menafsirkan hasil 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
perhitungan yang diperoleh, komposisi
ukuran partikel dalam distribusinya
diklasifikasikan sesuai Folk dan Ward Kemiringan Lereng= 18,58%
(1957) dalam Kondjol (2003), seperti 2 Kriteria: LerengSangat Miring
PROFIL 3
berikut. Jarak dari Garis Pantai (m)
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
(a) Rataan Empirik (Mz) = (φ16 + φ50 +
φ84) / 3
(b) Penyortiran (σ1) = (φ84 – φ16) / 4 + 2
Kemiringan Lereng= 14,83%
Kriteria: LerengSangat Miring
(φ95 – φ5) / 6,6 PROFIL 4
(c) Kemencengan (Sk)=[(φ16+φ84– 0 1 2 3
Jarak dari Garis Pantai (m)
4 5 6 7 8 9 10 11 12
2φ50)/2(φ84–φ16)]+[(φ5+φ95–
2φ50)/2(φ95–φ5)]
(d) Peruncingan (KG) = (φ95 – φ5) / Kemiringan Lereng= 12,39%
2,44 (φ75 – φ25). 2 Kriteria: LerengMiring
PROFIL 5
Jarak dari Garis Pantai (m)
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

HASIL DAN PEMBAHASAN


Kemiringan Lereng= 18,08%
Morfometri lereng gisik di 2 Kriteria : LerengSangat Miring
Tanjung Merah ditemukan terkriteria PROFIL 6
Jarak dari Garis Pantai (m)
pada lereng miring sampai sangat 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
miring. Lereng miring terukur pada
profil 1 dan 4 menunjukkan kriteria
lereng yang sama dengan nilai besaran
masing-masing 12,92% (Profil 1), KemiringanLereng= 14,83%
2 Kriteria:LerengSangat Miring
12,39% (profil 4). Sedangkan pada
profil 2, 3, 5, dan 6 kriteria lereng
sangat miring dengan nilai besaran
18,58% (Profil 2), 14,83% (Profil 3), Gambar 02. Morfometri Lereng Gisik
18,08% (Profil 5), dan 14,83% (Profil 6). di Tanjung Merah.
Kemiringan lereng pada keseluruhan
profil yang terukur di gisik pantai
Tanjung Merah, ditampilkan pada
Gambar 02.

93
Jurnal Pesisir dan Laut Tropis Volume 7 Nomor 2 Tahun 2019

memperlihatkan adanya perbedaan


terhadap struktur sedimen yang
menghampari lahan gisik. Pada bagian
atas profil, yaitu titik sampling 1,
memiliki sedimen dengan struktur yang
lebih kasar dibandingkan dengan
bagian bawah profil gisik (titik sampling
2 dan 3). Pada bagian atas profil gisik
sedimen terbanyak berupa pasir halus
dengan kehadiran sedimen berupa
Gambar 03. Komposisi Sedimen Profil pasir sedang yang cukup banyak
1. (sekitar 40%). Sebaliknya pada bagian
tengah dan bawah profil gisik ditandai
dengan komposisi sedimen terbanyak
berupa pasir sangat halus dan dengan
peningkatan jumlah material debu.
Struktur sedimen yang terdapat
pada Profil 3 tampak komposisinya
lebih kasar dibandingkan dengan yang
terdapat pada Profil 1. Seperti yang
ditampilkan pada Gambar 03, di bagian
atas profil gisik (titik sampling 4)
dihampari utamanya oleh material
Gambar 04. Komposisi Sedimen Profil berupa pasir sedang, sedangkan
3 bagian tengah dan bawah profil gisik
terutama disusun oleh pasir halus.
Pada ruang gisik Profil 3 ini,
memperlihatkan peningkatan volume
material sedimen kasar berupa pasir
kasar dan kerikil (pada bagian atas dan
bawah ruang gisik), dibandingkan
dengan komposisi sedimen pada Profil
1.
Komposisi sedimen yang
menghampari ruang gisik pada Profil 4,
Gambar 05. Komposisi Sedimen Profil menampilkan persamaan pada ruang
4. gisik bagian atas, tengah, maupun
bawah. Di keseluruhan ruang gisik
pada profil ini utamanya berupa pasir
halus diikuti oleh sedimen berukuran
pasir sangat halus.
Pada ruang gisik Profil 6,
menampilkan keadaan komposisi
sedimen yang mirip dengan yang
terdapat pada Profil 1. Sedimen yang
menghampari ruang gisik bagian atas
memiliki struktur lebih kasar
dibandingkan dengan yang
Gambar 06. Komposisi Sedimen Profil menghampari ruang gisik bagian
6. tengah dan bawah. Pada ruang gisik
bagian atas terutama berupa sedimen
Komposisi sedimen gisik di berukuran pasir halus dan pasir
pantai Tanjung Merah pada Profil 1, sedang, sedangkan pada ruang gisik

94
Jurnal Pesisir dan Laut Tropis Volume 7 Nomor 2 Tahun 2019

bagian tengah dan bawah terutama kriteria peruncingan platikurtik dan


berupa pasir sangat halus diikuti pasir mesokurtik. Pada ruang-ruang
halus dan debu. tersebut, ukuran granulometri
sedimennya menyebar cukup jauh dari
Tabel 03. Peubah Distribusi rataan empiriknya. Pada titik sampling
Granulome-tri Sedimen Gisik sedimen 7, yaitu ruang gisik bagian
Tanjung Merah atas pada Profil 4, struktur sedimennya
berada pada ukuran yang sangat
Peub Titik Jumlah seragam (tersortir sangat baik dengan
Kriteria
ah Sampling N %
kriteria peruncingan Leptokurtik Sekali).
Pasir Kasar 4 1 8,33
Rata
1, 5, 6, 7,
Kemencengan kurva
an Pasir Sedang 7 58,33 granulometri sedimen menunjukkan di
8, 9, 10
Empi
rik Pasir Halus 2, 3, 11,
4 33,34 beberapa kawasan ruang gisik pantai
12
Tanjung Merah ini cenderung
Tersortir Sangat
Baik
7 1 8,33 mengalami proses erosi, beberapa
Peny Baik 5, 10 2 16,67 dalam keadaan seimbang antara erosi
ortira
n Sedang 1, 8, 9 3 25,00 dan deposisi, dan juga beberapa
Buruk
2, 3, 4, 6,
6 50,00 kawasan mengalami proses deposisi.
11, 12
2, 3, 6,
Pada ruang-ruang gisik yang memiliki
Asimetris Kuat kemencengan terkriteria asimetris kuat
10, 11, 6 50,00
ke-Ukuran Besar
12 ke ukuran besar, cenderung proses
Kem Simetris 7, 8 2 16,67 yang sedang berlangsung adalah
ence Granulometri
ngan Asimetris ke- proses erosi. Sebaliknya ruang-ruang
1 1 8,33
Ukuran Kecil yang kurva sedimennya terkriteria
Asimetris Kuat asimetris kuat ke ukuran kecil, proses
4, 5, 9 3 25,00
ke-Ukuran Kecil
yang sedang berlangsung adalah
Platikurtik 2, 11 2 16,67
3, 4, 6,
proses deposisi. Ruang-ruang yang
Mesokurtik 4 33,34 terkriteria simetris granulometri,
Peru 10
ncing Leptokurtik 1, 5 2 16,67 menunjukkan bahwa proses erosi dan
an Sangat
8, 9, 12 3 25,00 deposisi secara seimbang bekerja pada
Leptokurtik
Leptokurtik Sekali 7 1 8,33
ruang tersebut.
Berdasarkan hasil kajian dalam
penelitian ini, gisik di pantai Tanjung
Berdasarkan Tabel 03 kriteria Merah dapat dikatakan memiliki
rataan empirik granulometri sedimen, material tergolong berukuran halus.
maka dapat dikatakan bahwa sedimen Gisik yang dihampari oleh sedimen
yang menghampari gisik Tanjung berukuran halus, semestinya
Merah ini adalah sedimen yang berpadanan dengan lereng yang
berukuran halus. Hal tersebut bertolak berkriteria datar sampai landai.
dari hasil analisis granulometri yang Faktanya, gisik di kawasan pantai
menunjukkan lebih dari 90 % rataan Tanjung Merah, berkriteria lereng
empirik granulometri sedimen gisik miring sampai sangat miring.
kawasan pantai ini terklasifikasi Keberadaan komposisi sedimen
sebagai Pasir Halus dan Pasir Sedang. dan nilai-nilai peubah distribusi
Nilai penyortiran yang dikombinasikan granulometri sedimen yang dipadukan
dengan nilai peruncingan kurva dengan kriteria kemiringan lereng,
granulometri, menunjukkan bahwa di menunjukkan pada ruang gisik di pantai
beberapa tempat kawasan gisik ini Tanjung Merah ini, proses erosi terjadi
memiliki sebaran sedimen dengan cukup intensif. Kondisi faktor hidro-
ukuran yang cukup beragam. oseanografi faktual yang bekerja pada
Khususnya pada ruang-ruang gisik ruang pantai di tempat ini, tampaknya
yang diwakili oleh titik-titik sampling cukup efektif memicu terjadinya proses
dengan kriteria penyortiran buruk dan erosi.

95
Jurnal Pesisir dan Laut Tropis Volume 7 Nomor 2 Tahun 2019

Khususnya pada ruang gisik di tujuan yang ditetapkan, beberapa


sebelah Utara dari groin, proses erosi kesimpulan dapat dikemukan sebagai
terindikasi sangat intensif terjadi. Hal berikut.
tersebut tampak dari peubah
kemencengan distribusi granulometri 1. Kemiringan Lereng Gisik pantai
untuk titik-titik pengambilan sampel Tanjung Merah terkriteria pada
sedimen 10, 11, dan 12 (Profil 6) yang lereng miring sampai lereng
semuanya terkriteria asimetris kuat ke sangat miring. Komposisi
ukuran besar. Faktor hidrooseanografi sedimen yang menghampari
yang bekerja pada ruang gisik ini lahan gisik utamanya berupa
sangat aktif mengangkut material pasir sedang, pasir halus, dan
sedimen halus keluar dari bagian pantai pasir sangat halus. Hasil
ini, meninggalkan sedimen yang analisis distribusi granulometri
berukuran lebih kasar di tempat itu. sedimen adalah rataan empirik
Ruang gisik pada Profil 1, terbanyak terklasifikasi pada
bagian tengah dan bawah, proses erosi pasir sedang, penyortiran
juga berlangsung. Demikian juga pada terbanyak tersortir buruk,
ruang gisik Profil 3 di bagian bawah. kemencengan terbanyak
Sedimen berukuran halus, aktif asimetris kuat ke ukuran besar,
diangkut keluar dari bagian ruang- dan peruncingan terbanyak
ruang gisik tersebut, meninggalkan terklasifikasi pada mesokurtik.
sedimen berukuran lebih kasar. 2. Komposisi sedimen, peubah
Pada beberapa tempat di ruang distribusi granulometri sedimen,
gisik, deposisi sedimen terjadi. Di dan kriteria kemiringan lereng
ruang gisik bagian atas dan tengah gisik pantai Tanjung Merah,
pada Profil 3, proses deposisi terjadi mengindikasikan proses erosi
akibat transpor sedimen dihalangi oleh sedang berlangsung. Deposisi
adanya groin. Walaupun demikian, di yang terjadi di beberapa tempat
ruang bawah pada Profil 3, struktur pada ruang gisik, merupakan
groin tidak dapat lagi menghalangi akumulasi sedimen akibat groin
terangkutnya sedimen keluar dari ruang menghalangi transpor sedimen
tersebut. Proses deposisi, juga terjadi sepanjang pantai dan timbunan
pada Profil 4, baik di bagian atas, hasil pengerukan oleh aktivitas
tengah, maupun bawah dari profil ini. manusia.
Deposisi sedimen pada profil ini, terjadi DAFTAR PUSTAKA
akibat penimbunan sedimen yang
dilakukan oleh aktivitas manusia. Hasil
Bird, E., 2008. Coastal Geomorphology
pengerukan sedimen dalam kolam
: An Introduction. Second
pelabuhan, ditimbun pada ruang gisik
Edition. John Wiley & Sons,
pada Profil 4 ini. Itulah sebabnya,
Ltd. England. 411 hal.
peubah kemencengan dari distribusi
granulometri sedimen pada profil ini Kondjol, S., 2003. Distribusi
(titik 7, 8, dan 9), diperoleh simetris Granulometri Sedimen Dasar
granulometri dan asimetris kuat ke Perairan Labuan
ukuran kecil. Manggadaging, Belang. Skripsi.
FPIK, Universitas Sam
KESIMPULAN Ratulangi, Manado
Hasil pengolahan data pada
Kairupan, A.A.F., 2002. Proses
lahan gisik di pantai Tanjung Merah
Pembentukan Lahan Gisik di
Kota Bitung sesuai dengan hasil yang
Pantai Kelurahan Batulubang
diperoleh telah dapat diidentifikasi
Kecamatan Bitung Selatan.
proses pembentukannya berdasarkan

96
Jurnal Pesisir dan Laut Tropis Volume 7 Nomor 2 Tahun 2019

Skripsi. FPIK, Universitas Sam Mokupa. Skripsi. FPIK,


Ratulangi, Manado. 71 hal. Universitas Sam Ratulangi,
Manado. 76 hal.
Langie, P.E., 2001. Identifikasi Proses
Pembentukan Lahan Gisik di Williams A. dan A. Micallef, 2009.
Selat Lembeh Bagian Barat. Beach Management, Principles
Skripsi. FPIK, Universitas Sam and Practice. Earthscan.
Ratulangi, Manado. 69 hal. United Kingdom. 446 hal

Supit, A.A.G., 2000. Morfologi Gisik di


Kawasan Wisata Tasik Ria –

97

Anda mungkin juga menyukai