Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

GEOLOGI STRUKTUR DAN PROSES

ACARA V

PENAMPANG MELINTANG GEOLOGI (CROSSECTION)

Oleh :

Nama : Isdiyah Aswirun Nisa

NIM : 160722614609

Offering : H 2016

Dosen Pengampu : Ferryati Masitoh, S.Si, M.Si

Asisten : Ahmad Adi Sucipto

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN GEOGRAFI
PROGRAM STUDI GEOGRAFI
2018
ACARA V

PENAMPANG MELINTANG GEOLOGI DAN CROSSECTION

I. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat membuat penampang melintang Peta Geologi.
2. Mahasiswa dapat membuat penampang melintang pada peta panduan
praktikum.
3. Mahasiswa mampu menganalisis hasil penampang melintang

II. ALAT DAN BAHAN


Alat:
1. Penggaris
2. Spidol OHP-F
3. Pensil

Bahan:
1. Gambar modul GSP acara V
2. Peta geologi lembar turen
3. Kertas kalkir
4. Kertas milimeter
5. Plastik transparansi

III. DASAR TEORI


Peta geologi

Peta geologi adalah bentuk ungkapan data dan informasi geologi suatu
daerah / wilayah / kawasan dengan tingkat kualitas yang tergantung pada
skala peta yang digunakan dan menggambarkan informasi sebaran, jenis dan
sifat batuan, umur, stratigrafi, struktur, tektonika, fisiografi dan potensi
sumber daya mineral serta energi yang disajikan dalam bentuk gambar
dengan warna, simbol dan corak atau gabungan ketiganya. (Triutomo, 2012)
Penampang Daratan

Penampang daratan adalah gambar atau profil relief permukaan bumi


yang ada di daratan. Penampang daratan berguna untuk melihat relief daratan
dengan lebih akurat. Peta penampang daratan memakai garis contur. Berbeda
dengan garis batimetri, garis contur memberikan garis lurus pada daerah
dengan ketinggian yang sama. Garis contur membutuhkan peta topografi
sebagai acuan dalam menentukan daerah yang memiliki tinggi yang sama.

Di permukaan bumi, garis contur dimulai dari teluk collier. Teluk collier
menghubungkan garis contur antara gunung Ord yang memiliki tinggi 936
meter di atas permukaan laut, plato Kimberli, Gunung Zeil dengan ketinggian
1511 meter di atas permukaan lau, danau Eyre, pegunungan Flinders, danau
Frone, bukit Brokn, gunung kosciusko dengan ketinggian 2228 meter di atas
permukaan laut. Pada penampang daratan, bumi dilihat berddasarka daerah
dengan ketinggian yang sejajar. Peta topografi juga membantu dalam
penggambaran penampang daratan.

Penampang melintang dapat membantu untuk mereka kondisi geologi


dalam bidang yang berbeda dari permukaan bumi. Meskipun bidang tersebut
hampir selalu vertical, masih dapat memberikan informasi struktur geologi
pada bidang kemiringan. Banyak hal dalam geologi yang memberikan
banyak sekali kemungkinan interpretasi pada data yang sama. Hal terbaik
yang dapat dilakukan adalah menggambar penampang melintang untuk
memberikan interpretasi yang lebih konsisten pada keseluruhan data yang
tersedia. (Ferryati Masitoh, 2016)
IV. LANGKAH KERJA
1. Menyiapkan alat dan bahan untuk digunakan praktikum
2. Membuat garis lurus pada daerah yang akan digambar penampang
melintang
3. Dalam membuat garis penampang harus melewati semua kontur, patahan
atau lipatan
4. Garis penampang melintang dapat menggambarkan daerah yang dikaji
pada millimeter blok kemudian layout pada kertas kalkir
5. Menggambar garis lurus pada peta geologi dengan memilih daerah
dengan litologi yang bervariasi
6. Menarik garis berdasarkan ketinggian untuk dibuat penampang
melintang
7. Deliniasi pada plastic transparan
8. Layout pada kertas kalkir
9. Menyusun laporan

V. DIAGRAM ALIR
Alat dan bahan

Pilih litologi yang


bervariasi

Buat garis Melewati kontur,


lurus patahan atau lipatan

Deliniasi kontur dan


litologi di palstik
transparansi

Gambar pada
milimeter blok

Susun
laporan
Layout di kertas kalkir
VI. HASIL
1. Peta Praktikum GSP (terlampir)
2. Layout Peta Praktikum GSP di kertas kalkir (terlampir)
3. penampang melintang Peta Praktikum GSP (terlampir)
4. deliniasi Peta Geologi Lembar Turen di plastik transparansi (terlampir)
5. layout Peta Peta Geologi Lembar Turen di kertas kalkir (terlampir)

VII. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini mahasiswa membuat penampang melintang peta
yang tersedia pada modul dan peta geologi, yang kemudian di layout. Pada
peta geologi yang ada di modul merupakan bentuk lahan solusional
diketahui dari litologi yang menjadi satuan batuan yaitu batuan sedimen
antara lain sandstone, grit, shale, conglomerate, siltstone, limestone. Dimana
kesemua batuan tersebut merupakan batuan sedimen.
Sandstone atau batu pasir merupakan batuan sedimen yang sebagian
besar terdiri dari feldspar dan kuarsa. Batupasir terbentuk dari butiran pasir
yang mengumpul dan terikat atau tersemen menjadi satu. Pengikat atau
semen batupasir biasanya merupakan kalsit, lempung dan silika.
Pembentukan batupasir terjadi pada sebuah perlapisan atau kumpulan
perlapisan yang terakumulasi sebagai akibat dari sedimentasi, baik oleh air
muapun udara. Biasanya, sedimentasi terjadi ketika pasir terlepas dari
suspensi dimana pasir tersebut menggelinding atau terseret di sepanjang
dasar aliran atau di bagian bawah tubuh air. Akhirnya, ketika telah
berakumulasi, pasir berubah menjadi batupasir ketika dikompaksi oleh
tekanan dan endapan diatasnya serta disementasi oleh presipitasi mineral-
mineral di dalam pori-pori antar butiran.
Grit merupakan batuan sedimen dimana batu grit adalah batu dasar atau
batu pembentuk batu konglomerat. Batuan grit berbentuk seperti batupasir
namun dalam bentuk yang relatif kecil. Konglomerat sendiri merupakan
suatu bentukan fragmen dari proses sedimentasi, batuan yang berbutir kasar,
terdiri atas fragmen dengan bentuk membundar dengan ukuran lebih besar
dari 2mm yang berada ditengah-tengah semen yang tersusun oleh batupasir
dan diperkuat & dipadatkan lagi kerikil. Dalam pembentukannya
membutuhkan energi yang cukup besar untuk menggerakan fragmen yang
cukup besar biasanya terjadi pada sistem sungai dan pantai.
Siltstones terdiri dari partikel batuan berukuran kecil yang lebih halus
dari butiran pasir tapi lebih kasar dari tanah liat. Ini adalah salah satu batuan
sedimen klastik yang paling sulit diidentifikasi karena nampak hampir mirip
dengan batu pasir halus atau serpihan kasar. Mereka biasanya terbagi dalam
berbagai warna.
Proses pembentukan batuan serpih (shale) masih menjadi bagian dari
proses terbentuknya batuan sedimen. Pada awalnya pelapukan akan
memecah batuan menjadi mineral- mineral berukuran halus (lempung).
Lempung yang bercampur dengan air akan menjadi lumpur. Lumpur tersebut
kemudian terbawa oleh aliran air. Ketika aliran air berhenti pada tempat
yang cekung seperti danau atau rawa maka lumpur tersebut mengendap.
Setelah itu endapan lumpur akan mengalami proses pembatuan yang
meliputi 3 tahap yaitu pemampatan, penyimenan dan penghabluran ulang.
Kebanyakan batugamping terbentuk di laut dangkal, tenang, dan pada
perairan yang hangat. Lingkungan ini merupakan lingkungan ideal di mana
organisme mampu membentuk cangkang kalsium karbonat dan skeleton
sebagai sumber bahan pembentuk batugamping. Ketika organisme tersebut
mati, cangkang dan skeleton mereka akan menumpuk membentuk sedimen
yang selanjutnya akan terlitifikasi menjadi batugamping. Produk sisa
organisme tersebut juga dapat berkontribusi untuk pembentukan sebuah
massa sedimen. Batugamping yang terbentuk dari sedimen sisa organisme
dikelompokan sebagai batuan sedimen biologis. Asal biologis mereka sering
terlihat oleh kehadiran fosil. Beberapa batugamping dapat terbentuk oleh
pengendapan langsung kalsium karbonat dari air laut. Batugamping yang
terbentuk dengan cara ini dikelompokan sebagai batuan sedimen kimia.
Batugamping ini dianggap kurang melimpah dibandingkan batugamping
biologis.
Pada peta geologi lembar turen merupakan bentuk lahan vulkan dilihat
dari formasi pembentuk serta litologi penyusun dimana pada bagian utara
dan selatan deliniasi merupakan identifkasi bentuklahan vulkan dilihat dari
batuannya yang sebagian besar merupakan andesit, andesit sendiri adalah
batuan beku. Pada bagian tengah merupakan bentuk lahan solusional dilihat
dari formasi batuan dan batuannya yang merupakan batuan sedimen.
Kemudian kontur pada wlayah deliniasi renggang dibagian utara
merupakan kontur renggang menandakan bahwa batuan pada wilayah utara
merupakan batuan lunak. Sedangkan pada wilayah bagian selatan memiliki
kontur rapat yang menandakan bahwa batuan di wilayah ini adalah batuan
yang keras atau resisten.
Struktur geologi pada wilayah deliniasi merupakan struktur sesar dimana
terdapat penunjaman atau perbedaan formasi yang signifikan.

VIII. KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
1. Dari peta geologi dibuat hasil penampang melintang untuk mengetahui
keadaan di lapangan.
2. Dari deliniasi peta modul praktikum dibuat hasil penampang melintang
untuk mengetahui keadaan di lapangan.
3. Bentuk lahan pada peta modul praktikum adalah bentuk lahan solusional
dan bentuk lahan pada peta geologi lembar turen merupakan bentuk
lahan vulkan dan solusional.

IX. DAFTAR PUSTAKA


Triutomo Wahyu. 2012. Peta Geologi dan Pengertian Peta Geologi. (online:
diakses 02 April 2018)
http://wahyutriutomo13.blogspot.co.id/2012/12/peta-geologi-dan-
pengertian-peta.html
Anonymous. 2016. Penampang Dasar Laut dan Daratan. (online: diakses 02
April 2018) https://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/laut/penampang-
dasar-laut
X. LAMPIRAN
1 Gambar Peta Praktikum modul GSP

2 Gambar Layout Peta Praktikum GSP di kertas kalkir


3 Gambar penampang melintang Peta Praktikum GSP

4 Gambar deliniasi Peta Geologi Lembar Turen di plastik transparansi


5 Gambar layout Peta Peta Geologi Lembar Turen di kertas kalkir

Anda mungkin juga menyukai