Anda di halaman 1dari 14

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................. i
DAFTAR TABEL...................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ..............................................................1
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Tujuan .................................................................................................... 2
1.3 Alat dan Bahan ................................................................................... 2
1.4 Prosedur Kerja ..................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................4
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ...........................................6
3.1 Data ......................................................................................................... 6
3.2 Pembahasan ......................................................................................... 6
BAB IV PENUTUP ....................................................................9
4.1 Kesimpulan .............................................................................................. 9
4.2 Saran .......................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ................................................................10
LAMPIRAN ............................................................................11

i|Tebal & Kedalaman


DAFTAR TABEL

Gambar 3.1 Data Pengukuran ……………………….……………………6

ii | T e b a l & K e d a l a m a n
iii | T e b a l & K e d a l a m a n
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Geologi struktur adalah studi mengenai distribusi tiga
dimensi tubuh batuan dan permukaannya yang datar ataupun
terlipat, beserta susunan internalnya. Geologi struktur mencakup
bentuk permukaan yang juga dibahas pada studi geomorfologi,
metamorfisme dan geologi rekayasa. Secara lebih formal dinyatakan
sebagai cabang geologi yang berhubungan dengan proses geologi.
Dengan mempelajari struktur tiga dimensi batuan dan daerah,
dapat dibuat kesimpulan mengenai sejarah tektonik, lingkungan
geologi pada masa lampau dan kejadian deformasinya. Hal ini dapat
dipadukan pada waktu dengan menggunakan kontrol stratigrafi
maupun geokronologi.
Geologi struktur adalah bagian dari ilmu geologi yang
mempelajari tentang bentuk (arsitektur) batuan sebagai hasil dari
proses deformasi. Adapun deformasi batuan adalah perubahan
bentuk dan ukuran pada batuan sebagai akibat dari gaya yang
bekerja di dalam bumi. Beberapa kalangan berpendapat bahwa
geologi struktur lebih ditekankan pada studi mengenai unsur-
unsur struktur geologi, seperti perlipatan (fold), rekahan (fracture),
patahan (fault), dan sebagainya yang merupakan bagian dari satuan
tektonik (tectonic unit).
Ketebalan adalah jarak tegak lurus antara dua lapisan
batuan yang sejajar. Ketabalan dapat diukur baik secara langsung
ataupun tidak langsung. Cara langsung dapat diaplikasikan jika
singkapan batuan atau lapisan horizontal tersingkap pada tebing
veritikal dan tebing horizontal sedangkan pada topografi yang
miring, dapat digunakan alat adalah Jacob’s Staff, yaitu suatu
tongkat yang dilengkapi dengan handlevel, atau kompas di atasnya.
Sedangkan cara tak langsung yang paling sederhana yaitu lapisan
sederhana yang tersingkap pada permukaan horizontal yang
1|Tebal & Kedalaman
lebarnya tegak lurus dengan singkapan tersebut. Kemungkinan lain
dapat dilakukan dengan mengukur jarak antara titik, yang
merupakan batas lapisan sepanjang lintasan tegak lurus.
Pengukuran ini dilakukan apabila bentuk lereng tidak teratur bisa
juga menghitung ketebalan lapisan dari peta geologi.
Kedalaman adalah jarak vertikal dari ketinggian tertentu atau
permukaan air laut ke arah bawah suatu titik, garis atau bidang
tertentu. Untuk melakukan pengukuran kedalaman ada 3, yaitu:
pengukuran kedalaman pada arah lintasan tegak lurus dengan
jurus lapisan topografi tidak berelief, arah lintasan yang tegak lurus
dengan jurus pada topografi dengan slope dan arah yang tidak tegak
lurus dengan jurus lapisan.
Apabila keadaan medan, struktur yang rumit, atau
keterbatasan alat yang dipakai tidak memungkinkan pengukuran
secara langsung, diadakan pengukuran secara tidak langsung.
Tetapi sebaiknya diusahakan pengukuran mendekati secara
langsung.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari dilaksanakannya praktikum ini adalah :
1. Mampu melakukan pengukuran ketebalan dan kedalaman
di lapangan.
2. Dapat menentukan ketebalan dan kedalaman suatu
lapisan secara langsung maupun tak langsung secara
grafis maupun perhitungan matematis.

1.3 Alat dan Bahan


a. Alat
Peralatan yang digunakan pada saat praktikum adalah
sebagai berikut :
1. Penggaris
2. Meteran
3. Alat tulis lengkap
b. Bahan
2|Tebal & Kedalaman
Bahan yang digunakan pada saat praktikum adalah
sebagai berikut :
1. Modul
2. Lembar kerja sementara (LKS)

1.4 Prosedur Kerja


Prosedur kerja yang dilakukan pada saat praktikum adalah :
1. Tentukan singkapan yang akan diukur tebal dan
kedalamannya
2. Setelah itu, amati jumlah layer pada singkapan
3. Langkah awal pengukuran dengan mengukur Panjang
keseluruhan dari lapisan
4. Selanjutnya, tentukan arah slope, dip dan strike
5. Tentukan kembali nilai slope, dip dan strike menggunakan
kompas
6. Ukur tebal setiap layer menggunakan meteran
7. Lalu hitung tebal layer terkoreksi menggunakan rumus
8. Gambarkan sketsa singkapan
9. Deskripsikan batuan yang ada pada singkapan serta
buatlah data profil kasar.

3|Tebal & Kedalaman


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Peta adalah gambaran seluruh atau sebagian permukaan
bumi yang diproyeksikan dalam 2 dimensi pada bidang datar
dengan metode dan perbandingan tertentu. Peta geologi merupakan
salah satu peta yang dibuat berdasarkan peta topografi untuk
menggambarkan tubuh batuan, penyebaran batuan, kedudukan,
unsur, dan struktur geologi dan hubungan antar satuan batuan
serta merangkum berbagai data lainnya. Peta topografi adalah peta
yang menggambarkan bentuk/roman muka bumi, yang meliputi
perbedaan tinggi/relief, sungai, danau, vegetasi, dan hasil
kebudayaan manusia. Peta topografi yang biasa digunakan adalah
dengan skala 1:50.000; 1:25.000; 1:12.500; dan 1:5.000 (biasanya
peta topografi wilayah kota) (Herman, 2019).

Peta singkapan (outcrop map) merupakan peta yang


umumnya berskala besar, mencantumkan lokasi ditemukannya
batuan padat, yang dapat memberikan sejumlah keterangan dari
pemboran beserta sifat batuan dan kondisi strukturalnya. Peta ini
digunakan untuk menentukan lokasi, misalnya material yang
berupa pecahan batu, dapat ditemukan langsung di bawah
permukaan (Prasetya, 2012).

Peta geologi merupakan suatu sarana untuk menggambarkan


tubuh batuan, penyebaran batuan, kedudukan unsur struktur
geologi dan hubungan antar satuan batuan serta merangkum
berbagai data lainnya. Peta geologi juga merupakan gambaran
teknis permukaan bumi dan sebagian bawah permukaan yang
mempunyai arah, serta unsur-unsur yang merupakan gambaran
geologi, dinyatakan sebagai garis yang mempunyai kedudukan yang
pasti (Noor, 2012).

Pada dasarnya peta geologi merupakan rangkaian dari hasil


berbagai kajian lapangan. Hal ini pula yang menyebabkan mengapa
4|Tebal & Kedalaman
pemetaan geologi diartikan sama dengan geologi lapangan. Peta
geologi umumnya dibuat di atas suatu peta dasar (peta
topografi/rupabumi) dengan arah memplot singkapan-singkapan
batuan beserta unsur struktur geologinya di atas peta dasar
tersebut. Pengukuran kedudukan batuan dan struktur di lapangan
dilakukan denganmenggunakan kompas geologi. Kemudian dengan
menerapkan hukum-hukum geologi dapat ditarik batas dan
sebaran batuan atau satuan batuan serta unsur unsur strukturnya
sehingga menghasilkan suatu peta geologi yang lengkap.Peta geologi
dibuat berlandaskan dasar dan tujuan ilmiah dimana
memanfaatkan lahan, air dan sumberdaya ditentukan atas dasar
peta geologi. Peta geologi menyajikan sebaran dari batuan dan
tanah di permukaan atau dekat permukaan bumi, yang
merupakan penyajian ilmiah yang paling baik yang menghasilkan
informasi yang dibutuhkan oleh para pengambil keputusan untuk
mengidentifikasi dan mencegah sumberdaya yang bernilai dari
resiko bencana alam dan menetapkan kebijakan dalam
pemanfaatan lahan (Permana, 2022).

Pada saat ini hasil rekontruksi pola jurus ditampilkan dalam


peta tersendiri yang dinamakan sebagai Peta Pola Jurus Perlapisan
Batuan. Selama ini rekontruksi pola jurus yang dilakukan oleh
mahasiswa tidak memperhatikan elevasi (topografi) sebagai dasar
dalam koreksi topografi (ingat hukum “V). Oleh karenanya hasil
rekontruksi pola jurus hanya bersifat semu (karena ploting data
jurus dan kemiringan lapisan batuan tidak pada tempat
sebenarnya). Prosedur sebenarnya dalam merekontruksi pola jurus
adalah dengan menyamakan kedudukan data pengukuran pada
elevasi yang sama (Hal ini berlaku pula dalam pembuatan
penampang geologi). Untuk kepentingan ini setiap data harus
diproyeksikan pada level yang sudah ditentukan, sehingga
memerlukan waktu yang cukup lama (Hartana, 2017).

5|Tebal & Kedalaman


BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Data
Tabel 3.1 Data Pengukuran
Lapisan ke- Strike Dip Tebal yang Litologi
diukur (M)
N 22° E 26° 2,34 M Lapisan Awal

8,50 M
1 N 22° E 26°
Konglomerat

6,40 M
2 N 22° E 26°
Batu Pasir

5,13 M
3 N 22° E 26°
Batu Lanau

2,16 M
4 N 22° E 26°
Batu Lempung

5 N 22° E 26° 1,88 M


Batubara

3.2 Pembahasan
Pelaksaan praktikum geologi struktur yaitu pada hari senin
06 November 2023, pukul 11:00-12:00 WIB kelas D, dan lokasinya
Aula Gedung B Teknik Pertambangan Sains dan Teknologi
Universitas Jambi. Pada praktikum geologi struktur kelima ini
membahas tentang tebal dan kedalaman. Dan kegiatan selama
Praktikum adalah Pretest, pengumpulan tugas, absensi, praktikum.
Pada praktikum geologi struktur kelima ini membahas tentang tebal

6|Tebal & Kedalaman


dan kedalaman. Praktikan mempelajari pengukuran ini agar
mampu melakukan penentuan tebal dan kedalaman suatu lapisan
secara langsung maupun secara tidak langusng secara grafis
maupun perhitungan matematis. Sebelum melakukan pengukuran
dilapangan, asisten laboratorium menjelaskan materi mengenai
tebal dan kedalaman serta tata cara pengukuran dilapangan
terlebih dahulu.
Pada saat praktikan melakukan pengukuran dilapangan
ketelitian dalam mengukur sangat diperlukan. Supaya hasil yang
didapat pada saat dilapangan tidak akan berbeda jauh dengan hasil
yang ada dilapangan. Pada pratikum ini yang dilakukan yaitu
melakukan pengukuran lapisan singkapan dimana setiap lapisan
litologi memiliki ketebalan serta kedalaman yang berbeda-beda
pada setiap lapisan yang akan diukur. Sebelum melakukan
pengukuran praktikan harus mengetahui dan memahami terlebih
dahulu tentang ketebalan dan kedalaman.
Ketebalan adalah jarak terpendek yang diukur antara dua
bidang sejajar yang merupakan batas antara dua lapisan.
Kedalaman adalah jarak vertikal dari suatu ketinggian tertentu
terhadap suatu titik (misalnya muka air laut) terhadap suatu titik,
garis atau bidang. Pengukuran ketebalan dan kedalaman dapat
ditempuh dengan dua cara, yaitu pengukuran secara langsung dan
pengukuran secara tidak langsung. Pengukuran kedalaman dan
ketebalan secara langsung dilakukan pada daerah yang relatif datar
dengan kedudukan perlapisan hampir tegak, atau pada tebing terjal
dengan lapisan relatif mendatar. Dengan kata lain pengukuran
ketebalan secara langsung diterapkan bila topografi tegak lurus
dengan kemiringan batuan. Pengukuran ketebalan dan kedalaman
secara tidak langsung dilakukan pada kondisi medan tertentu,
sehingga pengukuran secara langsung sulit dilaksanakan.
Perhitungan dapat ditempuh dengan dua cara, yaitu: Cara
matematis dan Cara grafis.
7|Tebal & Kedalaman
Praktikan dibagi beberapa kelompok yang mana dalam
pembagiannya dibedakan singkapan yang akan diukur. Dalam
pengerjaannya setiap praktikan diberi tugas masing-masing
sehingga dalam praktikumnya ini tidak terpaku dalam satu
pengamatan saja. Untuk pengamatan pertama yaitu praktikan
menentukan struktur dari singkapan yang akan diukur. Dalam hal
ini pada singkapan yang dikur didapatkan struktur singkapannya
yaitu perlapisan. Dalam perlapisan ini didapatkan yaitu ada lima
perlapisan batuan. Maka selanjutnya praktikan mengukur
ketebalan setiap perlapisan. Pada pengukuran awal, kami
melakukan pengukuran pada lapisan awal yang mana ketebalan
perlapisan awal tersebut diukur dengan meteran yang mana dalam
pengukuran tersebut kami mendapatkan tebalnya yaitu 2,34 meter.
Pada pengukuran selanjutnya yang dilakukan kami sebagai
praktikan yaitu dengan mengukur ketebalan pada lapisan yang
telah disiapkan. Pada lapisan ketebalan selanjutnya kami
mengukur lapisan pada batuan konglomerat yang mana pada
konglomerat tersebut memiliki ketebalan yang didapat setelah
dilakukan pengkuran yaitu 8,50 m setelah dari lapisan konglomerat
tersebut langsung berbatasan dengan lapisan batuan pasir setelah
melakukan pengukuran langsung didapatkan ketebalan pada
lapisan batu pasir itu 6,40 meter dari angka yang ditunjukan oleh
meteran setelah dari lapisan batu pasir itu langsung berbatasan
dengan lapisan batuan lanau. Batuan lanau setelah melakukan
pengukuran langsung didapatkan ketebalan yaitu 5,13 meter,
selanjutnya pengukuran yang keempat batu lanau yang berlapisan
dengan batuan lempung, pengukuran lapisan didapatkan ketebalan
yaitu 2,16 meter pada lapisan batuan lempung, dan pengukuran
terakhir yaitu lapisan batuan lempung yang berbatasan kangsung
dengan lapisan batubara yang memiliki ketebalan yaitu 1,88 meter
setelah melakukan pengkuran langsung dilapangan didapatkan
tebal lapisan pada singkapan batubara.
8|Tebal & Kedalaman
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Adapun hasil dari praktikum dapat disimpulkan antara lain:
1. Suatu jarak terpendek yang diukur antara dua bidang sejajar
yang merupakan batas antara dua lapisan yang disebut
dengan ketebalan. Menentukan ketebalan suatu lapisan, maka
perlu kita memperhatikan lintasan yang dilalui pada saat
pengukuran, pengukuran ketebalan tersebut dimulai dengan
mengukur panjang ketebalan yang tersingkap dipermukaan,
dan dilanjutkan dengan mengukur strike, dip dan slope. Sudah
menemukan nilai strike dan dip, terus dihitung dengan
menggunkana rumus yang sudah ditentukan dan rumusnya
tersebut tergantung dengan posisi kemiringan lapisannya.
Begitu juga dengan mengukur kedalamannya.
2. Pada pengukuran ketebalan dan kedalaman ini dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu cara pengukuran secara
langsung maupun tidak langsung. Dalam melakukan
pengukuran kedalaman terdapat dua cara yaitu pengukuran
secara langsung serta pengukuran secara tidak langsung.
Perhitungan secara langsung ini dapat dilakukan di lapangan
dengan syarat kemiringan lereng tegak lurus dengan
kemiringan lapisannya dan pada praktikum kemarin hanya
diajarkan cara pengukuran secara langsung.
4.2 Saran
Diharapkan praktikum selanjutnya praktikan dapat lebih
tenang dalam pelaksanaan praktikum agar dapat menjaga
kelancaran praktikum.

9|Tebal & Kedalaman


DAFTAR PUSTAKA
Hartana, H. (2017). Hukum Pertambangan (Kepastian Hukum
Terhadap Investasi Sektor Pertambangan Batubara di Daerah).
Jurnal Komunikasi Hukum (JKH), 3(1), 50-81.
Herman. 2019. Modul 2 Geologi Dasar Pelatihan Teknologi
Geolistrik 2 Dimensi Untuk Perencanaan Pemanfaatan Potensi
Air Tanah. BPSDM : Bandung.
Noor, D. 2012. Pengantar Geologi. Bogor: Universitas Pakuan.
Permana, A. P., R. Hutagalung dan M. Kasim. 2022. “Percepatan
Pembangunan Desa Labanu Kabupaten Gorontalo Melalui
Pembuatan Peta Geologi”. Jurnal Inovasi Pengabdian
Masyarakat Pendidikan. Vol 2. (2) : 103 – 112.
Prasetya, R. N., & Gunawan, T. (2012). Pemanfaatan citra
penginderaan jauh dan sistem informasi geografis untuk
pemetaan lahan kritis di daerah Kokap dan Pengasih
Kabupaten Kulonprogo. Jurnal Bumi Indonesia, Vol. 2. (2).

10 | T e b a l & K e d a l a m a n
LAMPIRAN

1. Jurnal

2. Buku

11 | T e b a l & K e d a l a m a n

Anda mungkin juga menyukai