Disusun Oleh:
KELAS:
PEMETAAN TERESTRIS LANJUT - A
Laporan Praktikum Pemetaan Terestris Lanjut dengan judul “Pembuatan Peta Topografi”
yang disusun oleh :
Nama / NRP : I Putu Gede Nuka Nandaka 03311840000079
I Gede Bhadra Pranaya Sardjita 03311940000010
Clarisa Novanti Ayu 03311940000012
Ahmad Ilmi Hudaya 03311940000023
Ramadhani Dwi Aulia 03311940000024
Kelompok : I (Satu)
telah diperiksa dan dinyatakan diterima.
Dosen Pengampu
i
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Pembuatan Peta Topografi. Kami
mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu Mata Kuliah Pemetaan Terestris Lanjut
Kelas A, Bapak Akbar Kurniawan, ST., MT., yang telah membimbing dan mengarahkan
kelompok kami dalam menyelesaikan laporan praktikum ini.
Dalam penyusunan laporan ini, kami menyadari masih banyaknya kesalahan dan
kekurangan yang terjadi. Kami memohon maaf atas kesalahan yang mungkin ada di setiap
lembar susunan laporan ini. Maka dari itu kami membutuhkan saran dan masukan yang
bermanfaat dalam penyusunan laporan ini. Akhir kata kami berharap semoga kelak Laporan
Praktikum Pembuatan Peta Topografi ini dapat memberikan manfaat dan pengetahuan di
bidang Pemetaan Terestris dan dapat bermanfaat bagi pembacanya.
Penulis
ii
Daftar Gambar
Gambar 2.1 Kedudukan Bidang Proyeksi Silinder terhadap Bola Bumi pada Proyeksi UTM
Gambar 2.2 Proyeksi dari Bidang Datum ke Bidang Proyeksi
Gambar 2.3 Pembagian zone global pada proyeksi UTM
Gambar 2.4 Contoh DEM
Gambar 2.5 Contoh Data DEM SRTM
Gambar 2.6 Metode Penampang Rata-rata
Gambar 2.7 Metode Kontur
Gambar 2.8 Metode Borrow Pit
Gambar 4.1 Data Koordinat dalam Format .txt
Gambar 4.2 Referensi Koordinat
Gambar 4.3 Import Point dan Pemilihan Specify File Data Koordinat
Gambar 4.4 Pembuatan Grup Koordinat
Gambar 4.5 Tampilan Titik Koordinat
Gambar 4.6 Tampilan Tollbox Untuk Mengedit Tampilan Kontur
Gambar 4.7 Point Groups
Gambar 4.8 Tampilan Kontur
Gambar 4.9 Point Group Properties untuk mengedit tampilan titik
Gambar 4.10 Surface Properties untuk mengedit tampilan kontur
Gambar 4.11. Display Triangle
Gambar 4.12. Display Triangle Setelah Merapikan Garis yang Tidak Diperlukan
Gambar 4.13. Toolbar untuk Menghidupkan Atau Mematikan Display Kontur
Gambar 4.14. Tampilan Kontur Setelah Dirapikan
Gambar 4.15. Menambahkan Label Kontur
Gambar 4.16. Mengedit Tampilan Kontur
Gambar 4.17. Menambahkan Analisis Ketinggian
Gambar 4.18. Menampilkan Analisis Ketinggian
Gambar 4.19. Tampilan Analisis Ketinggian
Gambar 4.20. Mengatur Lembar Layout
Gambar 4.21 Tampilan Lembar Layout
Gambar 4.22 Tampilan Layout Peta Setelah Ditambahkan Gambar dan Text
Gambar 4.23 Hasil Akhir Peta Topografi
Gambar 4.24. Tampilan Kontur TPA_Sapiturang
iii
Gambar 4.25 Tampilan Kontur pada Lembar Kerja Baru
Gambar 4.26 Kontur Sesudah Pengerjaan dan Sebelum Pengerjaan
Gambar 4.27 Penggabungan Kontur
Gambar 4.28 Pembuatan Kontur Area Sebelum Pengerjaan
Gambar 4.29 Tampilan Add Contour
Gambar 4.30 Pembuatan Garis
Gambar 4.31 Pembuatan Aligment
Gambar 4.32 Hasil Aligment
Gambar 4.33 Tampilan Menu Bar Sample
Gambar 4.34 Tampilan Create Sample Lines – By Station Range untuk Mengubah Station
Gambar 4.35 Tampilan Kontur Setelah Ditambahkan Sample Lines
Gambar 4.36 Tampilan Create Multiple Views Untuk Membuat Section
Gambar 4.37 Tampilan Section View Akan Muncul
Gambar 4.38 Tampilan Create Total Volume Table untuk menampilkan tabel volume
Gambar 4.39 Tampilan Tabel Volume
iv
Daftar Tabel
v
Daftar Isi
BAB I ....................................................................................................................................... 1
1.2 Tujuan............................................................................................................................. 2
1.4 Manfaat........................................................................................................................... 2
BAB II...................................................................................................................................... 3
v
2.9.2 Metode Kontur .......................................................................................................... 14
BAB IV .................................................................................................................................. 18
BAB V ................................................................................................................................... 38
5.1 Kesimpulan................................................................................................................... 39
LAMPIRAN ........................................................................................................................... 29
vi
BAB I
PENDAHULUAN
Pada dasarnya peta adalah sarana untuk mendapatkan gambaran data secara ilmiah yang
terdapat di permukaan bumi. Peta menggambarkan berbagai tanda-tanda dan keterangan-
keterangan sehingga informasi yang disajikan mudah dibaca dan dimengerti. Peta dapat
memberikan gambaran mengenai kondisi atmosfer, kondisi permukaan tanah, mengenai
keadaan lautan, maupun mengenai bahan yang membentuk lapisan tanah dan lain-lain. Peta
berasal dari pengukuran secara langsung di atas permukaan bumi maupun pengukuran tidak
secara langsung. Pengukuran terestrial merupakan pengukuran langsung yang dilakukan di
atas permukaan bumi dengan tujuan untuk mengambil data-data ukuran jarak, arah, sudut
dan ketinggian yang nantinya akan dijadikan dasar pembuatan Peta Terestris.
Ketinggian merupakan perbedaan vertikal atau jarak tegak dari suatu bidang referensi
yang telah ditentukan terhadap suatu titik sepanjang garis vertikalnya. Pengukuran tinggi
sangat diperlukan dalam pembuatan sebuah peta terestris. Tinggi dapat ditentukan dengan
melakukan pengukuran beda tinggi menggunakan sipat datar dengan metode-metode tertentu.
Sementara itu untuk titik-titik lain di permukaan yang tidak beraturan dilakukan pengukuran
detil situasi dengan metode tachimetri.
Daerah-daerah yang diukur pada umumnya memiliki ketinggian yang berbeda-beda.
Daerah-daerah yang mewakili perbedaan ketinggian yang berbeda-beda inilah yang disebut
dengan kontur secara umum. Dalam penggambaran konfigurasi tanah atau relief tanah ke
dalam suatu bentuk peta banyak digunakan simbol-simbol. Simbol-simbol yang sering
digunakan untuk menyusun peta antara lain berupa relief model serta garis kontur. Garis
kontur adalah garis yang menghubungkan titik yang mempunyai ketinggian yang sama. Beda
kontur dalam penggambaran tergantung dari skala yang telah ditentukan sehingga dari
bilangan skala tersebut dapat dibuat suatu peta. Penggambaran garis kontur hanya boleh
dilakukan dengan melakukan interpolasi antara dua titik detail saja.
Dalam praktikum ini, penulis akan membuat dan menyajikan sebuah peta kontur.
Pembuatan peta kontur ini menggunakan suatu software. Software yang digunakan berupa
Autocad Civil 3D dengan titik-titik pengukuran yang sudah diketahui sebelumnya tanpa harus
1
penulis melakukan pengukuran secara langsung di lapangan karena suatu kondisi yang tidak
memungkinkan.
1.2 Tujuan
Batasan-batasan masalah dalam pembuatan laporan praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Peta dan laporan yang dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Pemetaan Terestris
Lanjut
2. Hanya fokus dalam pembuatan peta kontur secara digital
3. Peralatan yang digunakan hanya berupa laptop/PC serta Software Autocad Civil 3D
4. Tidak membahas pengukuran titik koordinat secara langsung dilapangan
1.4 Manfaat
Manfaat yang dapat diambil setelah melakukan praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Mahasiswa dapat mengetahui cara pembuatan peta secara digital
2. Mahasiswa dapat mengetahui cara penginputan koordinat ke Software Autocad Civil
3D
3. Mahasiswa dapat mengetahui cara membuat kontur menggunakan Software Autocad
Civil 3D
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian peta topografi adalah peta yang memiliki informasi tentang ketinggian
permukaan tanah pada suatu tempat terhadap permukaan laut, yang digambarkan dengan
garis-garis kontur. (Silvia Rostianingsih,2004).
Dari pengertian diatas dapat kita pahami bahwa Peta topografi merupakan peta yang
menggambarkan bentuk relief (tinggi rendahnya) permukaan bumi terhadap permukaan laut.
Peta topografi biasanya menyajikan data dan informasi keadaan lapangan secara menyeluruh.
Peta topografi juga harus bisa menggambarkan keadaan unsur alam maupun unsur buatan di
daerah yang di petakan tersebut dengan garis bayangan ketinggian atau disebut garis kontur
dalam skala tertentu.
Dalam peta topografi juga dikenal garis kontur. Garis kontur yaitu garis yang
menghubungkan tempat-tempat yang mempunyai ketinggian yang sama. Garis-garis kontur
harus kontinu dan tidak bercabang, dan juga tidak akan berpotongan dengan garis kontur yang
lain.
3
Garis kontur atau disebut dengan garis tranches, garis tinggi, atau garis tinggi
horizontal, adalah garis imajiner pada suatu wilayah atau area di atas peta yang
menghubungkan dan memperlihatkan beberapa titik pada peta yang memiliki ketinggian yang
sama. Garis ini selanjutnya menunjukkan pergerakan atau perkembangan naik turunnya suatu
keadaan tanah. Kontur disajikan di atas peta untuk memperlihatkan naik turunnya keadaan
permukaan tanah. Aplikasi lebih lanjut dari garis kontur adalah untuk memberikan informasi
slope (kemiringan tanah rata-rata), irisan profil memanjang atau melintang permukaan
tanah terhadap jalur proyek (bangunan) dan perhitungan galian serta timbunan (cut and fill)
permukaan tanah asli terhadap ketinggian vertikal garis atau bangunan. Garis kontur dapat
dibentuk dengan membuat proyeksi tegak garis-garis perpotongan bidang mendatar dengan
permukaan bumi ke bidang mendatar peta. Karena peta umumnya dibuat dengan skala
tertentu, maka untuk garis kontur ini juga akan mengalami pengecilan sesuai skala peta.
4
m. Rangkaian garis kontur yang berbentuk huruf "U" menandakan punggungan gunung.
n. Rangkaian garis kontur yang berbentuk huruf "V" menandakan suatu lembah/jurang
Sistem koordinat adalah suatu sistem yang menggunakan satu atau lebih bilangan, atau
koordinat, untuk secara unik menentukan posisi suatu titik atau unsur geometris lain. Sistem
koordinat permukaan bumi keseluruhan menggunakan sistem koordinat geografik (Geodetik)
yang diukur dengan menggunakan derajat (degree) garis-garis lingkaran yang
menghubungkan kutub utara ke kutub selatan dikenal dengan nama garis bujur (longitude)
atau garis-garis meridian. Nilai nol derajat garis meridian melalui kota Greenwich di kota
Inggris. Adalah 0 derajat sampai dengan 180 derajat Bujur Barat. Nilai garis meridian dari
Greenwich ke arah timur dikenal dengan nama bujur timur yang besarnya adalah 0 derajat
sampai dengan 180 derajat Bujur Timur. Garis-garis lingkaran yang tegak lurus terhadap garis
meridian dikenal dengan nama garis lintang (latitude). Nilai nol derajat garis lintang
memotong di tengah garis meridian yang menghubungkan kutub utara dengan kutub selatan
dikenal dengan nama garis ekuator atau garis katulistiwa. Nilai garis lintang dari ekuator ke
kutub utara dikenal dengan istilah lintang utara yang besarnya dari 0 derajat sampai dengan
90 derajat Lintang Utara. Nilai garis lintang dari ekuator ke kutub Selatan dikenal dengan
istilah Lintang Selatan yang besarnya dari 0 derajat sampai dengan 90 derajat Lintang Selatan.
1. Jenis sistem koordinat berdasarkan lokasi titik origin atau titik nol dari sistem koordinat:
5
a. Geosentrik (di pusat bumi)
Sistem koordinat geosentrik memiliki titik nol yang berpusat di massa bumi
(geocenter) dengan sumbu Z atau sumbu rotasi bumi searah dengan Conventional
International Origin (CIO), sumbu X ditarik dari pusat bumi kearah perpotongan
ekuator dengan meridian Greenwich, dan sumbu Y tegak lurus dengan sumbu X dan
Z sesuai dengan kaidah tangan kanan.
b. Toposentrik (di permukaan bumi)
Sistem koordinat toposentrik merupakan sistem koordinat yang bersifat lokal
dengan titik nol mengacu pada garis gaya berat bumi, n (northing) mengacu ke arah
utara geodetik, dan e (easting) tegak lurus dengan n.
c. Heliosentrik (di pusat matahari)
Sistem koordinat heliosentrik merupakan sistem koordinat dimana matahari
menjadi pusat koordinat. Benda langit lainnya seperti bumi dan planet bergerak
mengitari bumi dan matahari. Titik referensi yang digunakan yaitu Vernal Equinoks
(VE) yang didefinisikan sebagai sumbu X.
2. Jenis sistem koordinat berdasarkan besaran yang digunakan dalam mendefinisikan posisi:
a. Kartesian (X,Y,Z)
Sistem koordinat kartesian menggunakan titik pusat bumi sebagai titik pusat
sistem koordinat. Posisi suatu titik pada sistem koordinat ini didefinisikan dengan
sumbu X, Y dan Z. Sumbu Z merupakan garis dalam arah Conventional Terrestrial
Pole (CTP), sumbu X merupakan perpotongan antara meridian Greenwich dengan
bidang ekuator, dan sumbu Y tegak lurus dengan sumbu X dan Z sesuai dengan kaidah
tangan kanan.
b. Geodetik (φ,λ,h)
Sistem koordinat geodetik menggunakan model permukaan bumi yang
didekati dengan model ellipsoid sebagai model referensi. Posisi suatu titik
didefinisikan oleh lintang(φ), bujur(λ) dan ketinggian(h). Lintang geodetik(φ) dari
suatu titik terbentuk dari sudut lancip oleh garis normal ellipsoid yang melalui titik
tersebut dengan bidang ekuator dengan nilai antara 0° sampai 90° lintang utara dan 0°
sampai 90° lintang selatan. Bujur geodetik (λ) merupakan sudut yang dibentuk antara
meridian lokal dengan meridian Greenwich dengan nilai antara 0° sampai 180° bujur
6
barat dan 0° sampai 180° bujur timur. Tinggi suatu titik diatas ellipsoid (h) dihitung
sepanjang garis normal ellipsoid yang melalui titik tersebut.
7
b. Proyeksi equal area (equivalent), yaitu proyeksi peta yang menunjukkan luas daerah
pada peta sama dengan di muka bumi pada skala yang sama.
c. Proyeksi equidistant, yaitu proyeksi yang menggambarkan jarak atau yang melalui
pusat peta digambarkan menurut panjang yang sebenarnya seperti pada permukaan
bumi dalam skala yang sama.
d.
Gambar 2.1 Kedudukan Bidang Proyeksi Silinder terhadap Bola Bumi pada Proyeksi UTM
8
Gambar 2.2 Proyeksi dari Bidang Datum ke Bidang Proyeksi
Pada gambar tersebut, ekuator tergambar sebagai garis lurus dan meridian-meridian
tergambar sedikit melengkung. Karena proyeksi UTM bersifat konform, maka paralel-paralel
juga tergambar agak melengkung sehingga perpotongannya dengan meridian membentuk
sudut siku. Ekuator tergambar sebagai garis lurus dan dipotong tegak lurus oleh proyeksi
meridian tengah yang juga terproyeksi sebagai garis lurus melalui titik V dan VI. Kedua garis
ini digunakan sebagai sumbu sistem koordinat (X,Y) proyeksi pada setip zone. Sistem grid
pada proyeksi UTM terdiri dari garis lurus yang sejajar meridian tengah. Lingkaran tempat
perpotongan silinder dengan bola bumi tergambar sebagai garis lurus. Pada daerah I, V, II
9
dan III, VI, IV gambar proyeksi mengalami pengecilan, sedangkan pada daerah IA, IIB, IIIC
dan IVD mengalami perbesaran. Garis tebal dan garis putus-putus pada gambar menunjukkan
proyeksi lingkaran-lingkaran melalui I, II, III dan IV yang tidak mengalami distorsi setelah
proyeksi.
2.6 AutoCAD
DEM adalah data digital yang menggambarkan geometri dari bentuk permukaan bumi
atau bagiannya yang terdiri dari himpunan titik-titik koordinat hasil sampling dari permukaan
dengan algoritma yang mendefinisikan permukaan tersebut menggunakan himpunan
koordinat. DEM merujuk pada model medan dengan hanya informasi ketinggian. Ketinggian
dataran untuk posisi tanah disampel dengan interval horizontal yang berjarak secara teratur.
DEM berasal dari data hipografis (garis kontur) atau metode fotogrametri.
10
Setiap DEM memiliki bentuk, sistem proyeksi dan pola nilai ketinggian yang
bermacam macam tergantung sumbernya. Sebaran DEM yang bersumber dari peta RBI
berbentuk kontur sedangkan dari citra satelit berbentuk raster DEM dan dari LiDAR berbentuk
point cloud. Selain bentuknya, DEM tersebut juga menggunakan sistem proyeksi yang
bermacam-macam seperti sistem proyeksi geografik. Dalam penentuan nilai ke lerengan, data
yang dihitung merupakan nilai ketinggian pada piksel raster grid yang berjarak rapi
berdasarkan jarak tertentu dan bersistem proyeksi UTM. Data-data DEM yang bermacam-
macam tersebut, kemudian diinterpolasikan hingga didapatkan nilai-nilai ketinggian yang
tersebar teratur sesuai grid dan ditransformasi menjadi sistem proyeksi UTM.
Berikut merupakan macam-macam data DEM, antara lain :
1. SRTM (Shuttle Radar Topography Mission)
SRTM adalah proyek internasional dari National Aeronautics and Space
Administration (NASA), National Imagery and Mapping Agency (NIMA) dari
Amerika Serikat, Jerman Aerospace Center (DLR) dan Italian Space Agency (ASI) .
SRTM diperoleh dari data elevasi near-global scale untuk menghasilkan data
topografi resolusi tinggi yang paling lengkap dari Bumi. SRTM terdiri dari sistem
radar yang dimodifikasi khusus yang terbang onboard Space Shuttle Endeavour
selama misi 11 hari di bulan pada Februari 2000. Data SRTM diolah dari raw data
radar ke model elevasi digital di Jet Propulsion Laboratory (JPL) di Pasadena, CAFile-
file data asli memiliki sampel spasi (“diposting”) pada interval 1 detik lintang dan
bujur (sekitar 30 meter di khatulistiwa). Data ini kemudian diedit oleh National
Geospatial Intelligence Agency (NGA, sebelumnya bernama National Imagery and
Mapping Agency). Sejak SRTM rilis pada tahun 2005, banyak pengguna telah
merangkul ketersediaan data SRTM, menggunakan data dalam banyak pengaturan
operasional dan penelitian .
11
2. DEMNAS
DEM Nasional dibangun dari beberapa sumber data meliputi data IFSAR
(resolusi 5 m), TERRASAR-X (resolusi 5 m) dan ALOS-PALSAR (resolusi 11.25 m),
dengan menambahkan data masspoint hasil stereo-plotting. Resolusi spasial
DEMNAS adalah 0.27-arc second, dengan menggunakan datum vertikal EGM2008.
Data DEMNAS yang dirilis dipotong sesuai dengan Nomor Lembar Peta (NLP) skala
1: 50.000 atau 1: 25.000, untuk setiap pulau atau kepulauan .
3. ALOS-PALSAR
Phased Array tipe L-band Synthetic Aperture Radar (PALSAR) adalah sensor
gelombang mikro aktif yang menggunakan frekuensi L-band untuk mencapai
observasi darat tanpa awan dan siang dan malam. Ini memberikan kinerja yang lebih
tinggi daripada radar aperture sintetikJERS-1 (SAR). Resolusi halus dalam mode
konvensional, namun PALSAR akan memiliki mode pengamatan lain yang
menguntungkan. ScanSAR, yang akan memungkinkan kita untuk mendapatkan lebar
citra SAR 250 sampai 350 km (tergantung pada jumlah pemindaian) dengan
mengorbankan resolusi spasial. Petak ini tiga sampai lima kali lebih lebar dari citra
SAR konvensional. Pengembangan PALSAR adalah proyek gabungan antara JAXA
dan Japan Resources Observation System Organization.
2.8 Volume
Volume atau bisa juga disebut kapasitas adalah penghitungan seberapa banyak ruang
yang bisa ditempati dalam suatu objek. Objek itu bisa berupa benda yang beraturan ataupun
benda yang tidak beraturan. Benda yang beraturan misalnya kubus, balok, silinder, limas,
kerucut, dan bola. Benda yang tidak beraturan misalnya batu yang ditemukan di jalan. Volume
digunakan untuk menentukan massa jenis suatu benda. Volume mempunyai dimensi kubik
contohnya adalah meter kubik (m3). Secara sederhana adalah balok yang mempunyai volume
panjang x lebar x tinggi dengan ukuran masing-masingnya adalah p meter, sehingga
volumenya adalah p3 meter kubik (m3)
Volume tanah yang dimaksud adalah apabila ingin menggali atau menimbun tanah
pada suatu tempat (cut atau fill) atau menghitung material galian yang sifatnya padat.
12
Bentuk tanah yang akan dihitung volumenya sering terjadi tidak ideal, artinya bentuk
tanah yang akan dihitung tidak selalu berbentuk balok atau silinder. Suatu bidang tanah
yang mempunyai ketinggian bervariasi, misalnya 10 m, 13 m, 15 m, jika ingin dibangun
suatu rumah atau gedung di atasnya dengan ketinggian tertentu semisal dengan
ketinggian 16 meter, maka tanah tersebut harus ditimbun. Maka volume yang menjadi
timbunan inilah yang akan di hitung. Begitu pula dengan tanah yang akan di gali,
volume tanah yang akan digalilah yang akan dihitung sehingga mendapatkan ketinggian
permukaan tanah yang diinginkan. Yang dimaksud dengan bidang tanah ini adalah
referensinya bidang datar atau bidang proyeksi.
Prinsip hitungan volume adalah satu luasan dikalikan dengan satu wakil tinggi. Apabila
ada beberapa luasan atau beberapa tinggi, maka dibuat wakilnya, misalnya dengan merata-
ratakan luasan ataupun merata-ratakan tingginya
13
Gambar 2.6 Metode Penampang Rata-rata
Pada metode ini digunakan garis-garis kontur peta topografi untuk menghitung
volume dan digunakan untuk menghitung volume reservoir, tanggul, volume pekerjaan
tanah untuk lubang galian dll. Apabila A0 ,A1 , A2 , A3 , A4 , A5 ........., An adalah luas
yang dikelilingi oleh masing-masing garis kontur dengan interval d, maka volume total
dapat dihitung dengan
A A 2 ... A n
Volume = 1 (n 1) d
n
Keterangan :
14
Cara menghitung volume dengan Borrow Pit adalah dengan membagi daerah
tersebut kedalam beberapa “kapling” yang seragam, biasanya bujur sangkar atau
empat persegi panjang
Rumus yang digunakan :
Volume =
A
1 h1 2 h2 3 h3 4 h4
4
Keterangan :
A = luas penampang satu kapling yang seragam ( m2 )
h1 = tinggi yang digunakan untuk menghitung volume 1 kali ( m )
h2 = tinggi yang digunakan untuk menghitung volume 2 kali ( m )
h3 = tinggi yang digunakan untuk menghitung volume 3 kali ( m )
h4 = tinggi yang digunakan untuk menghitung volume 4 kali ( m )
15
BAB III
METODOLOGI
a) Laptop atau Pc
b) Software Autocad Civil 3D
c) Microsoft Word
d) Data Pengukuran Koordinat
16
b) Klik tambah pada menu surface kemudian klik tambah pada menu Kontur
Tape dan klik Definition dan pilih point grup yang telah dibuat saat
memasukkan data koordinat
c) Menambahkan keterangan ketinggian kontur dengan cara klik salah satu
kontur dan pilih menu add label kemudian pilih add surface label. Pada menu
tabel tipe pilih Contur Single atau Contur Multiple.
a) Pilih layout1 yang berada pada pojok kiri bawah. Kemudian klik kanan pada
layout dan pilih page setup manager lalu pilih modify.
b) Atur ukuran kertas sesuai kebutuhan beserta skalanya
c) Ketik MVIEW pada command untuk menampilkan peta yang telah dibuat
sebelumnya.
d) Tambahkan lambang atau gambar lain yang dibutuhkan menggunakan submenu
attach pada menu insert. Tambahkan juga tulisan-tulisan keterangan dengan
menggunakan menu annotate => multiline text
e) Tambahkan grid dengan menggunakan menu layout tools dan pilih reference
system.
3.3.4 Perhitungan Volume
a) Membuka file area kontur awal yaitu TPA_Sapiturang
b) Setelah file terbuka, copy kontur ke lembar kerja baru. Cara menempelkan kontur
di lembar kerja baru adalah dengan membuka menu home kemudian pilih paste
dan paste to original coordinates.
c) Mengimport point sesudah pengerjaan yang ada di ITS Classroom dan membuat
kontur dari koordinat tersebut
d) Menggabungkan kontur dengan command move. Hasilnya adalah kontur akan
bertumpuk antara kontur sesudah dan sebelum dilakukan pengerjaan
e) Membuat kontur untuk area yang belum dikerjakan dengan cara create surface
dan diberi nama kontur “sebelum”. pilih suraces area kontur yang belum
dikerjakan (sebelum) dan pilih sub menu Definition klik Add Contour kemudian
klik OK.
f) Membuat alignment dengan perintah polyline
17
g) Membuat section dengan cara pada menu home pilih section view kemudian pilih
create multiple views. Kemudian atur sesuai keinginan yang diperlukan.
h) Menampilkan tabel volume dengan cara memilih total volume table pada menu
analyze.
STUDI LITERATUR
PROSES PENGINPUTAN
KOORDINAT
PEMBUATAN KONTUR
menampilkan tabel
volume dapat memilih
PERHITUNGAN VOLUME
total volume table pada
menu analyze.
LAPORAN PETA
SELESAI
18
BAB IV
HASIL DAN ANALISA
Dari data pengukuran yang didapatkan, dibuat peta topografi dengan menggunakan
Software Autocad Civil 3D 2018. Langkah awal untuk membuat peta topografi yaitu menulis
kembali data koordinat pada tabel 1 ke dalam file berbentuk .txt dengan menghapus header
dari data sebelumnya agar Autocad Civil 3D dapat membaca data yang kita masukan. Urutan
penulisan data juga harus sesuai dengan urutan data asli.
Langkah selanjutnya yaitu menentukan referensi koordinat dari data ukur yang telah
didapatkan di lapangan. Pada menu toolspace yang ada di sebelah kiri pilih settings, lalu pada
drawing klik kanan dan pilih edit drawing setting. Sehingga muncul menu drawing setting.
Referensi koordinat diatur sesuai dengan data pengukuran yaitu dengan datum WGS-1984,
proyeksi UTM, dan zona 49S, Kemudian klik Apply dan OK.
19
Gambar 4.2. Referensi Koordinat
Langkah selanjutnya yaitu mengimport point atau data ukur yang telah didapatkan dari
hasil ukur lapangan. Memilih menu points dalam bagian prospector dan mengklik kanan pada
bagian points dan memilih sub-menu create lalu akan muncul menu bar baru, kemudian pilih
import point. Kemudian kita bisa menambahkan data ukur yang telah di masukan tadi dalam
bentuk file .txt . Kemudian kita menentukan format point. Dalam pembuatan peta ini kami
menggunakan format PNEZ (Point, Northing, Easting, Elevations).
Gambar 4.3. Import Point dan Pemilihan Specify File Data Koordinat
20
Kemudian membuat grup dari points dari data koordinat yang kita masukan agar
mudah untuk menampilkan data koordinat di Autocad Civil 3D serta beri nama grup yang
telah dibuat kemudian klik “OK”.
Untuk menampilkan titik koordinat yang telah dimasukkan bisa dilakukan dengan
menggunakan command zoom kemudian extend agar point yang kita import dapat terlihat.
Maka akan terlihat tampilan koordinat secara keseluruhan seperti gambar berikut.
Langkah selanjutnya yaitu membuat kontur atau surfaces. Pada menu toolspace kita
melakukan klik kanan pada surfaces dan memilih create surfaces. Kemudian kita dapat
mengganti nama surfaces, deskripsi, ukuran, dan lain-lain. Kemudian memilih OK.
21
Gambar 4.6. Tampilan Tollbox Untuk Mengedit Tampilan Kontur
Setelah itu, kita akan memasukkan surfaces tersebut ke dalam point yang telah kita
import. Pada menu toolspace kita memilih surfaces, lalu memilih surfaces yang telah kita
buat kemudian memilih definition, kemudian mengklik kanan pada point group dan pilih add.
Kemudian kita memilih point yang telah kita buat sebelumnya.
Maka kontur akan muncul pada point yang telah kita import sebelumnya.
22
Gambar 4.8. Tampilan Kontur
Kemudian dapat mengedit maupun menghilangkan point agar terlihat lebih rapi. Pada
menu toolspace kita memilih point group dan mengklik kanan pada point group yang telah
kita buat kemudian memilih point group properties. Kemudian kita dapat mengedit point
maupun deskripsinya.
Setelah itu, kita dapat mengedit kontur agar terlihat lebih rapi. Pada menu toolspace
kita pilih surfaces yang telah kita buat lalu klik kanan dan pilih surface properties. Kemudian
kita dapat mengedit warna kontur, interval, maupun yang lainnya.
23
Gambar 4.10 Surface Properties untuk mengedit tampilan kontur
Kemudian kita dapat menghapus garis yang tidak diperlukan dan tidak termasuk ke
dalam point yang telah kita import. Pada surfaces properties kita dapat menghidupkan display
dari triangle kemudian kita mengklik pada kontur dan pilih delete line. Kemudian kita dapat
memilih garis yang tidak diperlukan agar terlihat lebih rapi.
Gambar 4.12. Display Triangle Setelah Merapikan Garis yang Tidak Diperlukan
24
Kemudian kita menghidupkan Kembali display kontur dan mematikan display triangle.
Setelah itu, kita dapat menambahkan label pada kontur. Pada menu toolspace kita
memilih surfaces yang telah kita buat lalu klik kanan dan pilih add label. Kemudian kita dapat
mengatur label yang kita inginkan.
25
Gambar 4.15. Menambahkan Label Kontur
Setelah itu, kita dapat mengatur maupun mengubah warna display kontur dan warna
label sesuai dengan keinginan.
Setelah itu kita akan menambahkan, analisis ketinggian dengan cara, pada menu
Toolspace pilih surface yang telah kita buat sebelumnya, kemudian klik kanan dan pilih
Surfaces Properties kemudian pilih Analysis. Kemudian mengubah Analysis Type menjadi
Elevation. Kemudian mengatur jumlah dan warna sesuai dengan klasifikasi yang diinginkan.
26
Gambar 4.17. Menambahkan Analisis Ketinggian
27
Gambar 4.19. Tampilan Analisis Ketinggian
Setelah selesai mengatur tampilan titik dan kontur, kita menuju ke layout1 yang berada
di pojok kiri bawah. Kemudian kita dapat mengatur lembar layout dengan cara mengklik
kanan pada layout lalu memilih page setup manager, lalu memilih modify. Kemudian kita
dapat mengatur kertas yang diperlukan, skala, dan lain-lain.
28
Setelah itu kita dapat membuat layout sesuai yang kita inginkan.
Gambar 4.22 Tampilan Layout Peta Setelah Ditambahkan Gambar dan Text
29
Gambar 4.23 Hasil Akhir Peta Topografi
Dapat dilihat dari peta di atas bahwa suatu daerah memiliki ketinggian yang berbeda-
beda. Hal tersebut dibuktikan dengan warna yang berbeda-beda pada bagian-bagian dari
daerah yang dibuat peta. Daerah yang memiliki ketinggian yang paling tinggi diberikan warna
merah tua dengan interval tinggi sebesar 572.04-606.58 meter di atas permukaan laut. Dan
untuk daerah yang memiliki ketinggian paling rendah di beri warna hijau dengan interval
ketinggian 530.31-539.38 m di atas permukaan laut. Pewarnaan dari peta tersebut
menggunakan degradasi warna dari warna hijau muda ke merah tua yang menunjukkan
peralihan ketinggian dari daerah yang rendah ke daerah yang tinggi.
Setelah melakukan input koordinat dan membuat kontur, perhitungan volume tanah
menggunakan Autocad Civil 3D dapat dilakukan. Data yang digunakan dalam menghitung
volume adalah area kontur sebelum dikerjakan dan area kontur yang telah dilakukan
pengerjaan. Pada penghitungan volume ini, area kontur sebelum dilakukan pengerjaan yaitu
30
pada file TPA_Sapiturang sedangkan area kontur yang telah dilakukan pengerjaan berupa
point yang telah dibagikan di ITS Classroom sebelumnya.
Langkah pertama dalam melakukan perhitungan volume adalah membuka file area
kontur awal yaitu TPA_Sapiturang
Setelah file terbuka, copy kontur ke lembar kerja baru. Cara menempelkan kontur di
lembar kerja baru adalah dengan membuka menu home kemudian pilih paste dan paste to
original coordinates. Saat kontur telah berada di lembar kerja baru, lakukan sedikit rotasi agar
kontur terlihat lurus dengan cara menggunakan commande rotate.
31
Langkah selanjutnya adalah mengimport point sesudah pengerjaan yang ada di ITS
Classroom dan membuat kontur dari koordinat tersebut. Untuk kontur yang telah dilakukan
pengerjaan kami beri nama “ sesudah”
Karena kontur sesudah pengerjaan dan sebelum pengerjaan masih terpisah maka perlu
dilakukan penggabungan. Cara untuk menggabungkan adalah dengan command move.
Hasilnya adalah kontur akan bertumpuk antara kontur sesudah dan sebelum dilakukan
pengerjaan
32
Setelah kontur dapat digabungkan, langkah berikutnya adalah mematikan display
untuk area kontur yang telah dilakukan pengerjaan. Dan membuat kontur untuk area yang
belum dikerjakan dengan cara create surface dengan nama kontur “sebelum”
Selanjutnya pilih suraces area kontur yang belum dikerjakan (sebelum) dan pilih sub menu
Definition klik Add Contour kemudian klik OK.
33
Kemudian membuat garis dengan menggunakan command polyline untuk membuat
alignment untuk tahap berikutnya.
Langkah berikutnya pada menu home pilih alignment dan pilih create alignment from
object. Kemudian klik ok dan pilih garis polyline yang telah dibuat.
34
Gambar 4.32 Hasil Aligment
Setelah itu, pada menu home pilih sample lines, kemudian mengatur agar surfaces
sesudah menjadi finished ground kemudian klik ok.
35
Selanjutnya, pada menu bar Sample Lines Tools, memilih sub menu Create Sample
Lines – By Station Range. Kemudian mengubah station sesuai dengan yang diinginkan.
Gambar 4.34 Tampilan Create Sample Lines – By Station Range untuk Mengubah Station
36
Setelah selesai menambahkan sample lines, dilanjutkan dengan membuat section yaitu
pada menu home memilih section view kemudian memilih create multiple views. Kemudian
mengatur sesuai dengan yang kita perlukan.
37
Langkah selanjutnya yaitu menampilkan tabel volume dengan memilih sub menu
Create Total Volume Table pada menu analyze dan mengisi sesuai dengan keinginan, maka
tampilan tabel volume akan muncul.
Gambar 4.38 Tampilan Create Total Volume Table untuk menampilkan tabel volume
38
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Peta adalah sarana untuk mendapatkan gambaran data secara ilmiah yang terdapat di
permukaan bumi. Peta di dapat dari pengukuran secara langsung di atas permukaan bumi
maupun pengukuran tidak secara langsung. Pengukuran dilakukan dengan tujuan untuk
mengambil data-data ukuran jarak, arah, sudut dan ketinggian yang nantinya akan dijadikan
dasar pembuatan peta kontur. Dari data tersebut, akan diolah sesuai dengan kebutuhan
surveyor, dengan menggunakan software, dalam pengolahan kali ini, yaitu AUTOCAD.
5.2 Saran
Seperti yang diketahui, hasil peta masih jauh dari katta sempurna, maka dari itu penulis
menuliskan beberapa saran, yaitu :
Diperlukan pendalaman materi, baik dari pengambilan penggunaan software maupun
pembuatan desain layout peta, agar bisa sesuai dengan standar pada umumnya
Perlu nya dilakukan pengukuran secara langsung, yang sempat tertunda dikarenakan
kondisi yang tidak memungkinkan, sehingga penulis dapat mengetahui proses
pengambilan data secara langsung.
39
LAMPIRAN
Peta Topografi
29
End Sta: 0+662.282
Reusa
Cut Cum.
Cut ble Cum.
Volum Fill Cut Cum. Fill Cum. Net
Area Volum Fill Area Reusabl
Station e Volume Vol. Vol. Vol.
(Sq.m. e (Sq.m.) e Vol.
(Cu.m. (Cu.m.) (Cu.m. (Cu.m.) (Cu.m.)
) (Cu.m. (Cu.m.)
) )
)
0+000.000 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
0+020.000 0.00 0.00 0.00 8334.11 83341.08 0.00 0.00 83341.08 -83341.08
-
0+040.000 0.00 0.00 0.00 962.51 92966.14 0.00 0.00 176307.21
176307.21
-
0+060.000 0.00 0.00 0.00 944.75 19072.52 0.00 0.00 195379.74
195379.74
-
0+080.000 0.00 0.00 0.00 908.12 18528.69 0.00 0.00 213908.43
213908.43
-
0+100.000 0.00 0.00 0.00 747.43 16555.51 0.00 0.00 230463.94
230463.94
-
0+120.000 0.00 0.00 0.00 660.65 14080.81 0.00 0.00 244544.75
244544.75
-
0+140.000 0.00 0.00 0.00 575.92 12365.70 0.00 0.00 256910.45
256910.45
-
0+160.000 0.00 0.00 0.00 517.92 10938.33 0.00 0.00 267848.78
267848.78
-
0+180.000 0.00 0.00 0.00 530.33 10482.49 0.00 0.00 278331.27
278331.27
-
0+200.000 0.00 0.00 0.00 529.53 10598.64 0.00 0.00 288929.91
288929.91
-
0+220.000 0.00 0.00 0.00 471.24 10007.71 0.00 0.00 298937.62
298937.62
-
0+240.000 4.62 46.23 46.23 342.58 8138.15 46.23 46.23 307075.77
307029.54
-
0+260.000 13.97 185.93 185.93 305.74 6483.14 232.16 232.16 313558.91
313326.75
-
0+280.000 18.27 322.35 322.35 352.02 6577.55 554.51 554.51 320136.47
319581.95
-
0+300.000 11.57 298.33 298.33 408.73 7607.44 852.84 852.84 327743.91
326891.07
-
0+320.000 0.02 115.86 115.86 441.80 8505.26 968.70 968.70 336249.17
335280.47
1001.7 1001.7 1970.4 -
0+340.000 100.15 251.89 6936.89 1970.43 343186.06
3 3 3 341215.63
2749.5 2749.5 4720.0 -
0+360.000 174.81 155.96 4078.52 4720.02 347264.58
9 9 2 342544.56
4450.0 4450.0 9170.0 -
0+380.000 270.20 94.49 2504.47 9170.07 349769.05
6 6 7 340598.98
6839.1 6839.1 16009. -
0+400.000 413.72 62.70 1571.90 16009.27 351340.96
9 9 27 335331.69
30
8870.2 8870.2 24879. -
0+420.000 473.31 36.28 989.83 24879.52 352330.78
5 5 52 327451.26
9260.9 9260.9 34140. -
0+440.000 452.78 31.76 680.43 34140.42 353011.21
0 0 42 318870.79
9638.0 9638.0 43778. -
0+460.000 511.02 21.12 528.83 43778.42 353540.04
0 0 42 309761.62
10914. 10914. 54692. -
0+480.000 580.39 9.44 305.58 54692.48 353845.62
06 06 48 299153.14
12449. 12449. 67142. -
0+500.000 664.60 11.47 209.14 67142.43 354054.77
94 94 43 286912.34
14000. 14000. 81143. -
0+520.000 735.47 83.26 947.37 81143.14 355002.14
72 72 14 273859.00
14666. 14666. 95809. -
0+540.000 731.20 47.22 1304.78 95809.80 356306.93
66 66 80 260497.12
15135. 15135. 110945 110945.4 -
0+560.000 782.37 26.95 741.67 357048.59
64 64 .44 4 246103.15
16094. 16094. 127039 127039.8 -
0+580.000 827.07 44.14 710.93 357759.52
37 37 .81 1 230719.71
15521. 15521. 142561 142561.1 -
0+600.000 725.07 614.98 6591.20 364350.72
37 37 .18 8 221789.54
10470. 10470. 153031 153031.9 -
0+620.000 322.01 178.53 7935.05 372285.77
79 79 .98 8 219253.80
3220.1 3220.1 156252 156252.0 -
0+640.000 0.00 240.30 4188.23 376474.00
1 1 .09 9 220221.91
156252 156252.0 -
0+660.000 0.00 0.00 0.00 0.00 2402.96 378876.96
.09 9 222624.87
156252 156252.0 -
0+662.282 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 378876.96
.09 9 222624.87
31