Anda di halaman 1dari 10

Potensi Pengembangan CBM (Coal Bed Methane) pada Sumur Minyak Tua

di Formasi Warukin Cekungan Barito Berbasis Analisis


Elektrofasies Log Gamma Ray

The Development Potential of CBM (Coal Bed Methane) in Old Oil-Well of Warukin
Formation, Barito Basin Based on Gamma Ray Log Electrofacies Analysis

Fahrizal Ajie*, Nanda Najih Habibil Afif


Fakultas Teknik Geologi, Universitas Padjadjaran

Abstrak
Dalam penelitian ini dilakukan analisis elektrofasies dari data log GR untuk menentukan
lingkungan pengendapan, sehingga dapat diketahui potensi pengembangan CBM dari daerah
penelitian. Penelitian dilakukan di sumur minyak tua yang terletak di Formasi Warukin,
Cekungan Barito, Provinsi Kalimantan Selatan yang terdiri dari tiga sumur uji. Analisis data
log GR pada kedalaman 1.030 m hingga 790 m pada Sumur GR-3 menunjukkan adanya
elektrofasies yang berkembang pada daerah tidal, tepatnya di daerah swamp dan didukung
dengan data batuan inti batubara tipe bituminus. Nilai defleksi yang rendah pada kedalaman
tersebut juga menjadi penciri adanya kandungan gas yang terperangkap dalam lapisan
bituminus yang merupakan indikasi potensi penting keterdapatan CBM di sumur minyak tua
pada Formasi Warukin, Cekungan Barito.

Kata kunci: CBM, fasies, Warukin, well-log

1. PENDAHULUAN dibagi menjadi tiga strata satuan, yaitu


Cekungan Barito berada di bagian satuan batulempung, satuan batupasir, dan
tenggara Pulau Kalimantan. Menurut satuan batubara.
Satyana dkk. (1994), cekungan ini Pengembangan Formasi Warukin
merupakan cekungan asimetris yang secara ekonomis saat ini masih berorientasi
dibatasi oleh Paparan Sunda di sebelah pada industri perminyakan sejak 18 tahun
barat dan dibatasi oleh sesar-sesar naik dari yang lalu. Menurut Fahmi (2011), formasi
punggungan Meratus di sebelah timur. ini memanfaatkan petroleum system pada
Cekungan Barito pada dasarnya tersusun kedalaman 600-1.157 m dengan model
empat formasi batuan, yaitu Formasi cebakan struktural. Hingga saat ini
Tanjung, Formasi Berai, Formasi Warukin, Formasi Warukin telah memiliki 4 sumur
Formasi Dahor. minyak tua yang dinilai tidak lagi
Berdasarkan data Pertamina (1988), menghasilkan minyak bumi secara
Formasi Warukin dan Formasi Berai ekonomis, sedangkan jumlah sumur
merupakan formasi yang mengandung produktif yang ada saat ini berjumlah 11
hidrokarbon. Formasi Warukin diprediksi sumur.
bertindak sebagai batuan induk petroleum Menurut Boggs (1987), lingkungan
system yang berkembang di Cekungan pengendapan terbentuk saling berhubungan
Barito. Formasi ini terletak selaras di atas satu dengan yang lainnya. Seperti contoh
formasi Berai dengan ketebalan 1157– lingkungan pengendapan yang terkait
2334 meter. Berdasarkan litologinya, dengan naik turunnya muka air laut global
secara umum Formasi Warukin dapat yang menyebabkan daratan mengalami

1
transgresi maupun regresi, hasil dari proses berarah timur laut-barat daya di Cekungan
tersebut akan membentuk suatu urutan Barito serta mereaktivasi sesar-sesar tua
perubahan fasies secara gradasi ke arah. membentuk sistem sesar mendatar sinsitral
Pengenalan fasies batuan pada eksplorasi memotong thrust fold system. Perlipatan
bawah permukaan dapat memanfaatkan dan sesar-sesar tersebut mempunyai peran
metode geofisika well-log gamma ray (log sangat penting dalam pemerangkapan
GR). Karakteristik dari kurva log GR telah hidrokarbon di Cekungan Barito.
banyak diteliti yang dibandingkan dengan
kenampakan sampel batuan intinya (core)
Daerah
untuk menginterpretasi bentuk kurva log Penelitian
GR terhadap karakter fasies, sehingga
disebut elektrofasies.
Fasies yang berkembang pada
Cekungan Warukin sebagai basis
petroleum system (600-1157 m) pada
dasarnya berada pada lingkungan estuaria
yang dipengaruhi oleh aktivitas transgresi
dan regresi. Data litologi dari pengeboran
inti menunjukkan adanya indikasi
lingkungan swamp yang merupakan basis
terbentuknya kerogen tipe 3 yang menjadi
sumber keterbentukan CBM seiring
dengan bertambahnya kedalaman. Telaah
elektrofasies dari data log GR dapat
menentukan adanya potensi pengembangan
CBM pada sumur minyak tua pada
kedalaman di bawah petroleum system
yang berkembang.
Gambar 1. Posisi Cekungan Barito
2. TINJAUAN PUSTAKA (Pertamina, 1988)
2.1 Geologi Regional Daerah Penelitian 2.2 Interpretasi Fasies dari Log
Menurut Harsono (1997), Cekungan Gamma Ray (GR)
Barito dibatasi oleh Pegunungan Meratus Menurut Vail (1987), log GR pada
di timur, Paparan Sunda di barat, Laut dasarnya menggunakan sinar gamma
Jawa di selatan, dan Tinggian Paternosfer sebagai alat untuk mengukur tingkat
di utara. Cekungan Barito meliputi daerah radiasi alami dari suatu lapisan. Tingkatan
seluas ±70.000 km2 terbentuk sejak zaman radiasi itu terjadi akibat adanya unsur-
Tersier–Holosen. Proses erosi dan unsur radioaktif yang ada di dalam lapisan
sedimentasi yang dominan di timur bumi yang meliputi unsur Uranium (U),
struktur tinggian menghasilkan Formasi Thorium (Th), dan Pottasium (K).
Warukin dan Formasi Dahor. Karakteristik dari kurva log GR telah
Pada Kala Plio-Pleistosen terjadi banyak diteliti untuk dibandingkan dengan
aktivitas kompresi dari arah tenggara yang kenampakan sampel batuan intinya (core),
mengakibatkan Tinggian Meratus sehingga muncul interpretasi bentuk kurva
terangkat lebih tinggi dari kedudukan log GR dalam bentuk elektrofasies untuk
semula dan terbentuknya sesar-sesar naik
2
penentuan lingkungan pengendapannya. c. Cylindrical
Menurut Serra (1990), secara garis besar Bentuk log ini memiliki nilai relatif
bentuk log GR dapat dibedakan menjadi: stabil dengan kurva yang rendah dan tajam.
Bentuk log cylindrical dianggap sebagai
a. Bell Shaped
bentuk dasar yang merepresentasikan
Bentuk ini terlihat seperti lonceng
homogenitas reservoar dengan sifatnya
yang merupakan indikasi kenaikan volume
yang ideal. Bentuk seperti ini diasosiasikan
batulempung secara gradual serta
dengan fasies pada lingkungan
menunjukkan perubahan dominasi besar
pengendapan fluvial channel, braided
butir, misalnya dari batupasir ke
channel, estuarine, sub-marine channel
batulempung (menghalus ke atas).
fill, anastomosed channel, dan eolian dune.
Penghalusan keatas ini merupakan
implikasi penurunan energi pengendapan d. Symmetrical
pada daerah di luar laut. Bentuk kurva ini Bentuk log ini menunjukkan adanya
dapat mengindikasikan daerah dengan penurunan kadar batulempung yang
dominasi meandering, tidal channel, selanjutnya disusul dengan kenaikan
fluvial point bar, deep sea channel atau kadarnya kembali. Karakter ini juga
distributary channel yang terdapat dalam mengindikasikan adanya perubahan yang
lingkungan peralihan. Pada daerah laut cepat dalam lapisan itu. Perubahan yang
dangkal akan memperlihatkan karakter terjadi yang terekam dalam karakter ini
pendalaman di dasar pengendapannya serta adalah adanya progradasi serta retrogradasi
energi pengendapan yang menurun. yang sinergis dan cepat.
b. Funnel Shaped e. Irregular
Bentuk ini menunjukkan adanya Bentuk kurva pada jenis ini
kenaikan harga radiasi gamma. Nilai kurva memperlihatkan adanya agradasi dari shale
akan naik secara gradual, hal ini juga dan silt. Bentuk pola log ini cenderung
menunjukan dominasi yang berubah merepresentasikan heterogenitas reservoar.
misalnya dari batulempung ke arah Pola ini merepresentasikan area
(mengkasar ke atas). Kurva log ini pengendapan yang beragam seperti fluvial
menunjukkan fasies pengendapan di laut floodplain, alluvial plain, carbonat slope,
dangkal dengan energi pengendapan yang clatic slope, tidal sand, shelf, back barrier,
mulai naik serta butiran yang mengkasar dan endapan pengisian lembah (canyon).
dan memungkinkan adanya fase
progradasi. Lingkungan pengendapan yang 2.3 CBM (Coal Bed Methane)
mungkin adalah estuarine shelf, delta Menurut Harsono (1997), CBM adalah
front, distributary mouth bar, creavasse gas metana (CH4) pada pori-pori batubara
splay, beach, barrier beach, strainplain, yang terbentuk melalui aktivitas biogenik
shoreface, prograding shelf sand, atau atau termogenik selama proses diagenesis.
submarine fan lobe. Lingkungan laut Potensi CBM yang baik dapat terbentuk
dalam akan menunujukkan kenaikan kadar pada kedalaman 300-2000 meter dengan
batupasir pada fase turbidit yang ketebalan 20-100 meter.
ditunjukkan dengan perubahan karakter Adyendra (2011) mengungkapkan
sedimen klastik menjadi sedimen karbonat. bahwa secara biogenik, gas yang terbentuk
ketika material organik mengalami
dekomposisi oleh mikroorganisme dalam
air yang terperangkap batubara, sehingga

3
menghasilkan gas metana dan CO2. Gas menghasilkan elektrofasies. Analisis yang
biogenik ini dapat terbentuk pada awal dilakukan meliputi analisis bentuk log log
proses pembatubaraan. Proses termogenik shape), pola log (log pattern), dan
dapat terbentuk pada tahapan yang lebih perubahan penyimpangan kurva log (log
tinggi dari proses pembatubaraan, deflection). Kenampakan kurva log GR
misalnnya saat mencapai kualitas akan membentuk pola yang dapat
bituminus. Proses bituminisasi akan memperlihatkan tingkat energi
memproduksi batubara yang kaya akan pengendapan, berkisar dari energi tinggi
karbon dan melepaskan metana, karbon hingga energi rendah, sedangkan defleksi
dioksida, dan air (Setyadewi, 2012). kurva log dapat memberikan indikasi
Menurut Rakesh dkk. (2011), gas tertentu terhadap kondisi geologi bawah
metan dalam batubara terdapat dalam dua permukaan. Data yang diperoleh
bentuk: terserap dan bebas. Metana yang selanjutnya digunakan untuk menentukan
terserap terdapat pada rangkaian kedalaman yang potensial dalam
monomolekuler batubara, sedangkan pengembangan CBM berdasarkan fasies
metana dalam bentuk bebas terdapat di pada masing-masing sumur.
dalam pori-pori dan rekahan-rekahan
batubara. Keberadaan gas metana dalam 4. PEMBAHASAN
batubara mencapai 80-95% dari 4.1 Sumur GR-1
keseluruhan total gas yang ada. Gas lain Sumur GR-1 memiliki ketebalan 390
yang umum terdapat dalam batubara m dari interval kedalaman 640 m hingga
adalah etana, propana, alkana, nitrogen interval 250 m dengan litologi perselingan
argon, dan hidrogen. Perbedaan batupasir dan batulempung.
kematangan batubara menyebabkan
a. Interval 595-640
perbedaan tingkat penyerapan gas dalam
Interval ini memperlihatkan bentuk
suatu lapisan. Kapasitas penyerapan gas
irregular yang terdiri atas kurva log
batubara meningkat seiring dengan
bernilai tinggi dan kurva log yang bernilai
meningkatnya peringkat dari lignit hingga
rendah. Interpretasi lingkungan
batubara bituminous. Tingkat kematangan
pengendapan interval ini adalah shelf .
batubara akan mengontrol volume gas
metana yang dihasilkan dan disimpan. b. Interval 575-595
Interval ini memiliki nilai log GR
3. METODE PENELITIAN yang relatif sangat rendah dengan defleksi
Objek penelitian ini adalah sedimen kurva ke arah kiri dan memiliki pola log
penyusun Formasi Warukin bagian tengah dengan butir menghalus ke atas (bell-
yang diteliti fasiesnya mengunakan log GR shaped). Hal ini adalah indikasi kondisi
yang didukung dengan data regional dan litologi yang rendah kadar unsur radioaktif,
inti batuan (core). Terdapat tiga sumur sehingga dapat diinterpretasikan adanya
minyak tua yang diteliti, yaitu Sumur GR- kandungan lempung yang sangat sedikit,
1, Sumur GR-2, dan Sumur GR-3. Sumur tepatnya di lingkungan tidal channel fill.
pemboran akan menghasilkan kurva
c. Interval 360-575
(wireline log) yang mencatat tingkat
Terdapat interval yang
radiasi dari unsur-unsur radioaktif pada
memperlihatkan bentuk elektrofasies
masing-masing lapisan dari formasi
irregular yang terdiri atas kurva log
tersebut. Selanjutnya, karakteristik dari
bernilai tinggi dan kurva log yang bernilai
kurva log GR diinterpretasikan hingga
4
rendah yang merupakan indikasi Respon log ini mencirikan suatu endapan
lingkungan pengendapan adalah shelf . transisi, seperti distributary mouth bars.
d. Interval 340-360
d. Interval 600-660
Terdapat kurva log GR bernilai relatif
Interval ini memperlihatkan pola
sedang dengan defleksi ke arah kiri. Pola
irregular yang terdiri atas kurva log
log sedikit menunjukkan pola butiran
bernilai tinggi dan kurva log yang bernilai
mengkasar ke atas (funnel shaped). Respon
rendah. Kemungkinan lingkungan
log seperti ini mencirikan endapan transisi.
pengendapan adalah shelf.
e. Interval 290-340
e. Interval 550-600
Interval ini memperlihatkan bentuk
Interval ini memiliki nilai kurva log
kurva irregular bernilai tinggi dengan
yang sangat rendah (defleksi kurva ke arah
indikasikan lingkungan pengendapan shelf.
kiri), dengan trend log respon yang
f. Interval 250-290 berbentuk cylindrical, kemungkinan
Kurva log GR menunjukkan nilai lingkungan pengendapan adalah
relatif sedang dengan defleksi ke arah kiri. distributary channel–fill.
Kurva log berpola mengkasar ke arah atas
f. Interval 520-550
(funnel shaped). Respon log seperti ini
Interval ini memiliki nilai log GR
mencirikan suatu endapan transisi, seperti
relatif sangat rendah, dengan defleksi
distributary mouth bar.
kurva ke arah kiri dan memiliki trend log
4.2 Sumur GR-2 respon berbentuk menghalus ke atas (bell-
Sumur GR-2 memiliki ketebalan 400 shaped) di lingkungan tidal channel fill.
m dari interval kedalaman 820 m hingga g. Interval 420-520
interval 420 m dengan litologi perselingan Kurva ini menunjukkan nilai relatif
batupasir dan batulempung. sedang, dengan defleksi ke arah kiri. Trend
a. Interval 820-420 pola log sedikit menunjukkan pola
Log GR menunjukkan nilai relatif mengkasar ke atas (funnel shaped). Respon
sedang, dengan defleksi ke arah kiri. Kurva log seperti ini mencirikan suatu endapan
log berpola mengkasar ke arah atas (funnel transisi, seperti distributary mouth bars.
shaped). Respon log seperti ini mencirikan
4.3 Sumur GR-3
suatu endapan transisi, seperti distributary
Sumur GR-3 memiliki ketebalan 580
mouth bars.
m dimulai dari interval kedalaman 1030 m
b. Interval 740-820 hingga interval 450 m dengan litologi
Interval ini memiliki nilai log GR perselingan batupasir batulempung serta
yang relatif sangat rendah, dengan defleksi batubara.
kurva ke arah kiri dan memiliki log respon
a. Interval 985-1030
yang berbentuk menghalus ke atas (bell-
Interval ini memiliki nilai log GR
shaped), di lingkungan tidal channel fill.
relatif sangat rendah dengan defleksi kurva
c. Interval 660-740 ke arah kiri dan pola log respon berbentuk
Kurva log GR menunjukkan nilai menghalus ke atas (bell-shaped). Hal ini
relatif sedang, dengan defleksi ke arah kiri. mengindikasikan suatu kondisi litologi
Trend pola log sedikit menunjukkan pola yang rendah kadar unsur radioaktif,
mengkasar ke arah atas (funnel shaped). sehingga dapat diinterpretasikan memiliki

5
kandungan lempung yang sangat sedikit di h. Interval 610-630
lingkungan tidal channel fill. Interval ini memiliki nilai log GR
relatif sangat rendah, dengan defleksi
b. Interval 960-985
kurva ke arah kiri dan ke arah kanan dan
Interval ini memiliki nilai log GR
trend log respon berbentuk symmetrical di
yang relatif sangat rendah, dengan defleksi
lingkungan shore face delta.
ke arah kiri dan ke arah kanan memiliki
trend log respon yang berbentuk i. Interval 580-610
symmetrical di lingkungan transgernssive Kurva ini menunjukkan nilai relatif
shore face delta. sedang, dengan defleksi ke arah kiri. Trend
pola log sedikit mengkasar ke arah atas
c. Interval 920-960
(funnel shaped). Respon log seperti ini
Kurva log GR menunjukkan nilai
mencirikan suatu endapan transisi, seperti
relatif sedang, dengan defleksi ke arah kiri.
distributary mouth bars.
Trend pola log sedikit menunjukkan pola
mengkasar ke arah atas (funnel shaped). j. Interval 520-580
Respon log ini mencirikan suatu endapan Interval ini memiliki nilai log GR
transisi, seperti distributary mouth bars, yang relatif sangat rendah dengan defleksi
sand tidal flat, tidal channel. kurva ke arah kiri dan trend log respon
yang berbentuk menghalus ke atas (bell-
d. Interval 890-920
shaped) di lingkungan tidal channel fill.
Interval ini memiliki nilai log GR
yang relatif sangat rendah dengan defleksi k. Interval 480-520
ke arah kiri dan ke arah kanan memiliki Interval ini memiliki nilai log GR
pola log respon berbentuk symmetrical di relatif sangat rendah dengan defleksi kurva
lingkungan shore face delta. ke arah kiri dan ke arah kanan memiliki
trend log respon berbentuk symmetrical di
e. Interval 790-890
lingkungan shore face delta.
Kurva log GR menunjukkan nilai
relatif sedang dengan defleksi ke arah kiri. l. Interval 450-480
Trend pola log sedikit menunjukkan pola Kurva ini menunjukkan nilai relatif
mengkasar ke arah atas (funnel shaped). sedang, dengan defleksi ke arah kiri. Trend
Respon log seperti ini mencirikan endapan pola log sedikit menunjukkan pola
transisi seperti distributary mouth bars. mengkasar ke atas (funnel shaped). Respon
f. Interval 700-790 log ini mencirikan suatu endapan transisi,
Interval ini memiliki nilai log GR seperti distributary mouth bars.
yang relatif sangat rendah, dengan defleksi 4.3 Lapisan Sedimen Potensial CBM
kurva ke kiri dan ke kanan memiliki trend Berdasarkan Analisis Elektrofasies
log respon yang berbentuk symmetrical di Batuan inti dari Sumur GR-1 dan GR-
lingkungan shore face delta. 2 secara umum sama-sama berupa
g. Interval 630-700 perselingan batupasir dan batulempung.
Kurva log GR ini menunjukkan nilai Hasil interpretasi elektrofasies Sumur GR-
relatif sedang dengan defleksi ke arah kiri. 1 memperlihatkan pola progadasi dengan
Trend pola log sedikit menunjukkan pola besar butir mengkasar ke arah atas yang
mengkasar ke arah atas (funnel shaped). menunjukkan fasies pengendapan di laut
Respon log seperti ini mencirikan endapan dangkal dengan energi pengendapan yang
transisi, seperti distributary mouth bars. mulai naik. Selanjutnya, energi

6
pengendapan mulai melemah besar butir 790 m. Dengan demikian, pada lapisan ini
mulai menghalus ke atas. Dari interpretasi memiliki potensi penting dalam
tersebut, kemungkinan fasies berkembang pengembangan CBM, tepatnya pada sumur
dari shelf ke arah tidal chanell fill sampai migas tua yang telah dikembangkan
ke distributary mouth bar (funnel shaped). sebelumnya pada Formasi Warukin,
Hasil interpretasi elektrofasies Sumur GR- Cekungan Barito.
2 memperlihatkan pola progadasi dan di
susul oleh adanya agradasi oleh SIMPULAN
batulempung dan batulanau. Interpretasi Analisis data log GR pada kedalaman
fasies memungkinkan lingkungan 1.030 m hingga 790 m pada Sumur GR-3
pengendapan berkembang pada area shelf menunjukkan adanya elektrofasies yang
hingga distributary mouth bar. berkembang pada daerah tidal, tepatnya di
Batuan inti Sumur GR-3 tersusun atas daerah swamp dan didukung dengan data
perselingan batupasir-batulempung serta batuan inti (core) batubara tipe bituminus.
terdapat batubara. Karakteristik fining Nilai defleksi yang rendah pada kedalaman
upward mencermikan perubahan muka air tersebut juga menjadi penciri adanya
laut ke arah transgresi dan fasies terbentuk kandungan gas yang terperangkap dalam
pada daerah tidal chanell fill. Berdasarkan lapisan bituminus yang merupakan indikasi
pola elektrofasies pada kedalaman sumur potensi penting keterdapatan CBM di
ini, terdapat ciri pengaruh endapan organik sumur minyak tua pada Formasi Warukin,
terhadap hasil catatan radiasi sinar gamma Cekungan Barito.
yang direkam, utamanya pada elektrofasies
sedimen yang diendapkan di area tidal. DAFTAR PUSTAKA
Karakteristik ini umumnya merupakan Adyendra, Gemmy. (2011). “Pemodelan
penciri penting dari lingkungan rawa Impedansi Akustik untuk Karakterisasi
(swamp). Hal ini di dukung dengan Reservoar Coalbet Methane Pada
Daerah X, Riau”. Depok: Fakultas
sejumlah lapisan batubara bituminus pada
Matematika dan Ilmu Pengetahuan
data batuan inti dengan tebal 8-11 m di Alam, Universitas Indonesia.
formasi ini, tepatnya di interval kedalaman
1.030 m hingga 790 m. Allen, P.A. dan J.R. Allen. (1990). “Basin
Analysis: Principle and Application”.
Dari data tersebut, dapat diketahui Oxford: Blackweel Science Inc.
bahwa Sumur GR-3 sebagai salah satu
sumur minyak tua pasca eksploitasi migas Harsono, Adi. (1997). “Evaluasi Formasi
dan Aplikasi Log”. Edisi ke-8. Jakarta:
di Formasi Warukin Cekungan Barito pada
Schlumburger Oilfield Services.
kedalaman 1.030 m hingga 790 m
merupakan tempat akumulasi kerogen tipe Pertamina. (1988). “Data Book Eksplorasi
Periode Tahun 198–1988”.
3 dengan hasil batubara. Lapisan batubara
Balikpapan: Perusahaan Tambang
bituminus cukup tebal yang terbentuk pada Minyak Negara Daerah Kalimantan.
kedalaman tersebut secara nyata tidak
prospektif untuk ditambang. Batubara Sangree J.B., Mitchum R.M., dan Vail P.R.
(1993). “Application of Sequence
bituminus pada dasarnya berasosiasi
Stratigraphyto Hydrocarbon
dengan hidrokarbon bertipe gas-prone Exploration”. AAPG memoir, hal 2-
yang umum berupa dengan CBM. Indikasi 353.
keberadaan gas ini juga dicirikan dengan
Satyana dan Trend. (1994). “Potensi
adanya defleksi radiasi sinar gamma yang Hidrokarbon dan Rekomendasi Daerah
rendah pada kedalaman 1.030 m hingga
7
Tanjung Raya, Cekyngan Barito”.
Jakarta: Dinas Eksplorasi Region
Kalimantan dan KTI.
Serra, O. (1990). “Sedimentary
Environment From Wireline Log”.
Edisi ke-2. New York: McGraw –
Hill, Inc.
Setyadewi, Imas Tri. (2012). “Rancangan
Sistem Pengukuran Konsentrasi Gas
CBM (Coal Bet Methane) Dengan
Sensor Gas TGS 2611 Berbasis
Mikrokontroler H8/3069F”. Depok:
Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas
Indonesia.
Suratmaja, Tatang. (2003). “Analisis
Stratigrafi dalam Pembentukan Mikro-
Basin Fisiografi Zona Bandung,
Sukabumi, Jawa Barat”. Terj. Asian
Earth Sciences Journal. Vol.
5(6):2241.
Tucker, Maurice E. (1982). “The Field
Description of Sedimentary Rocks.”
Toronto: John Wiley & Sons New
York Press.

Vail, P. R. (1987). “Seismik Stratigraphy


Interpretation using Sequence
Stratigraphy. Part-1; Interpretation
Procedure, in A.W. Bally”. Ed Atlas
of Stratigraphy. Texas: ARCO
Exploration and production
Technology, Plano, USA.

8
LAMPIRAN

Bentuk kurva log GR pada Sumur GR-1 Bentuk kurva log GR pada Sumur GR-2

9
Bentuk kurva log GR pada Sumur GR-3

10

Anda mungkin juga menyukai