Anda di halaman 1dari 36

ANALISIS POTENSI MINYAK DAN GAS BUMI

BERDASARKAN DATA GEOLOGI DAN GEOFISIKA


DAERAH CIPARI, CILACAP, JAWA TENGAH

KELOMPOK WEST GANAL :


YEHEZKIEL FESTIAN
TAUFIK AL AMIN
KHARITS JATI
Outline
 Pra-Pemetaan
 Peta Geomorfologi
 Peta Geologi
 Penampang Geologi
 Kolom Litologi
 Sejarah Geologi
 Analisis Struktur
 Peta Potensi
 Analisis Sistem Petroleum dan Data Geofisika
 Referensi
Pra Mapping
1. Studi Literatur
2. Analisis Geomorfologi dan Penarikan Kelurusan
A2 A10

Singkapan Tuf Kasar di tepi Singkapan Breksi di tepi


sungai sungai
A14 B2

Singkapan Breksi dan Singkapan Batupasir


Batupasir di tepi sungai dengan fitur sesar naik
B8 B11

Singkapan Batupasir-Batulempung Singkapan Batupasir


dengan fitur perlapisan yang baik dengan fitur sesar naik
C7 C9

Singkapan Batupasir-
Singkapan Tuff Halus di Puncak
Batulempung dengan fitur
Bukit
perlapisan dan ripple mark
Penampang Geologi
Penampang Geologi
Kolom Litologi

Breksi
Anggot
a
Formasi
Tapak
Sejarah Geologi
Analisis Struktur
Analisa Diagram Roset lokasi 1

Gash Shear
fracture fracture
Kontur Polar dari
Struktur Penyerta
Sesar berupa Shear
Fracture dan Gash
Fracture Lokasi 1
Analisa kinematik lokasi 2
Shear fracture
Kontur Polar dari
Struktur Penyerta
Sesar berupa Shear
Fracture Lokasi 2
Tahapan Analisis Petroleum
System
Sedimentary
Basin

Petroleum
System

Play

Prospect
Analisis Cekungan Sedimen

 Daerah penelitian secara tektonik termasuk dalam fore arc basin yaitu
South Central Java Basin, yang terdiri dari Sub Cekungan Banyumas dan
Sub Cekungan Purbalingga.
 Secara umum, fore arc basin biasanya sumber material sedimen berasal
busur magmatik terdekat sehingga sedimen yang dihasilkan berupa
batuan sedimen volcaniclastik dan sering terdapat intrusi magma. Fore arc
basin biasanya termasuk starved basin karena sumber material sedimen
terdekat hanya berasal dari busur magmatik terdekat
 Basement/Batuan Dasar dari Sub Cekungan Banyumas atau Jawa Tengah
secara umum, berupa Lok Ulo Melange Complex yang merupakan transisi
dari continental basement di Jawa Barat dan intermediete basement di
Jawa Timur.
Analisis Cekungan Sedimen

 Tren struktur di Sub-Cekungan Banyumas didominasi oleh bermacam-macam


trend, meliputi Trend Meratus yang berarah NE-SW, Trend Sunda yang berarah
N-S, Trend Jawa yang berarah E-W, dan Trend Sumatra NW-SE. Jawa tengah
merupakan transisi dari Trend Meratus dan Sumatra. Trend Sumatra, Meratus,
dan Sunda menghasilkan sesar-sesar normal dan sesar geser . Sementara itu
trend jawa menghasilkan sesar-sesar naik.
 Bentuk dari Sub Cekungan Banyumas yang berupa elips dengan sumbu mayor
berarah E-W menandakan bahwa trend deformasi yang paling berpengaruh
pada saat pembentukan cekungan ini adalah trend Jawa yang menghasilkan
perlipatan-perlipatan dan sesar naik dengan arah trend E-W.
 Hal ini juga konsisten dengan stress utama yang bekerja dari Kapur Akhir hingga
saat ini berarah N350E akibat subduksi lempeng Indo-Australia dibawah
lempeng Eurasia.
Analisis Sistem Petroleum

 Petroleum sistem dapat dipastikan sudah bekerja dikarenakan adanya


bukti rembesan minyak dan gas bumi di beberapa daerah di sekitar Sub
Cekungan Banyumas seperti Jatilawang, Banyumas, Cipari, Gunung
Wetan, Majenang. Hasil laporan pemboran oleh PT GEOPROLOG
INTIWIJAYA pada sumur bor Jati-1 juga menunjukkan oil stain di beberap
interval.
 Oil stain ini menandakan bahwa pernah adanya hidrokarbon yang
melewati interval batuan tersebut.
 Analisis selanjutnya berkaitan dengan elemen-elemen dan proses terkait
sistem petroleum di daerah ini.
Elemen Sistem Petroleum

 Source Rock :  Formasi Pemali, TOC 0,2-0,9%, Kerogen Tipe II


dan III, lingkungan pengendapan berupa
estuarine dan shallow – lacustrine. Formasi
Rambatan

 Reservoir Rock :
 Turbidite volcaniclastik deposit, Formasi
Halang, Formasi Rambatan, Formasi Kumbang

 Seal Rock :  Formasi Halang, Formasi Kumbang, Formasi


Tapak

 Overburden Rock :
 Formasi-formasi yang lebih muda daripada
formasi Halang contohnya Formasi Tapak

 Underburden Rock :
 Late Cretaceous Basement – Lok Ulo Melange
Complex, Basement Transisis
Proses pada Sistem Petroleum

 Migrasi Primer :  Sudah terjadi akibat pematangan yang lebih


dini karena cekungan berada disekitar
magmatic arc, ditemukan juga manifestasi
berupa sumber air panas sehingga didaerah
penelitian diduga ada intrusi yang
menyebabkan lingkungan menjadi lebih
hangat dan mematangan source rock

 Migrasi sekunder sudah terjadi, dibuktikan


 Migrasi Sekunder : dengan laporan pemboran sumur Jati-1 yang
menemukan adanya oil stain pada interval
tertentu, yang berarti pernah terdapat
hidrokarbon yang melewati interval terkait.

 trap berupa struktur yang dibentuk oleh


 Trapping : antiklin-antiklin yang dibentuk oleh sesar-sesar
naik, trap berupa sealing fault
Miosen Pliosen Skala Waktu Geologi
Awal Tengah Akhir Awal Tengah Event Petroleum Sistem
SR : Formasi Pemali

RS : Formasi Halang, Formasi


Rambatan, Formasi Kumbang
Seal R : Formasi Halang, Formasi
Kumbang, Formasi Tapak
OR : Formasi Tapak

Trap Formation
Play

 Berdasarkan data-data yang ada, daerah penelitian menurut penulis


kurang berpotensi terdapat cadangan hidrokarbon yang ekonomis
dikarenakan secara umum cekungan-cekungan migas prospektif didunia
biasanya terdapat di passive margin berupa back arc basin atau foreland
basin.
 Basemen transisi di Jawa Tengah menjadikan pematangan source rock
menjadi kurang efektif, walaupun demikian adanya intrusi magma bisa
mematangkan source rock lebih awal (atypical petroleum system), disisi
lain juga bisa mematangkan source rock secara berlebihan/hangus.
 Source rock yang matang akibat intrusi dike.
Play

 Reservoir yang didominasi oleh batuan sedimen vulcaniclastik secara


matriks porosity cukup menjanjikan (19-21%) (A. Harsanto, 2013) tetapi
secara kestabilan mineral penyusun batuan vulcaniclastik tidak lebih stabil
daripada batupasir arenite yang dominan kuarsa/batuan sedimen klastik
yang sering dijumpai di back arc basin.
 Deformasi yang kompleks di Jawa Tengah dapat menyebabkan trapping
yang sebelumnya sudah terbentuk, menjadi leaking melalui sesar-sesar
atau carrier bed yang tersingkap dan tererosi ke permukaan sehingga
cadangan hidrokarbon menjadi tidak terakumulasi.
 Deformasi yang intensif secara umum dapat menciptakan trapping bagi
hidrokarbon, namun ketika deformasi berlangsung aktif terus-menerus,
dapat pula menyebabkan trapping hidrokarbon yang telah terbentuk
menjadi rusak.
Prospek

 Berdasarkan analisis tersebut, penulis merekomendasikan agar eksplorasi


lebih diperkuat dengan pengambilan data yang lebih lengkap meliputi
data Geokimia, data Geofisika, dan data Geologi.
 Kemungkinan kegagalan play di beberapa sumur eksplorasi sebelumnya
didaerah Jawa Tengah dikarenakan konsep/model system petroleum
belum tepat sehingga eksplorasi tidak menemukan hidrokarbon yang
ekonomis.
 Namun, dapat pula dikarenakan memang tidak adanya cadangan
hidrokarbon yang ekonomis dikarenakan trapping hidrokarbon yang rusak
akibat deformasi yang aktif.
Referensi
 Rizal, Y., Santoso, W. D., Rudyawan, A., Tampubolon, R. A., dan
Nurfarhan, A. A., 2018, Sedimentary Facies and Hydrocarbon
Reservoir Potential Of Sand Flat In The Upper Part Of Tapak Formation
In Banyumas Area, Central Java
 Satyana, Awang. 2007, Central Java, Indonesia – A “Terra Incognita”
in Petroleum Exploration : New Consideration on The Tectonics
Evolution and Petroleum Implications. IPA Proceedings.
 Magoon, B Leslie., Dow, W., 1994, The Petroleum System., AAPG
Memoir 60
 Purwasatriya, B Eko., 2014, Tinjauan Kembali Potensi Hidrokarbon
Cekungan Banyumas Berdasarkan Data Geologi dan Data Geofisika
 Final Well Report, Jati-1. PT GEOPROLOG INTIWIJAYA

Anda mungkin juga menyukai