Abstrak: Survei geolistrik tahanan jenis dilakukan untuk mengetahui distribusi resistivitas bawah permukaan di
kawasan karst dilakukan di sekitar Gua Saleh yang termasuk dalam wilayah Dusun Semangki Kecamatan Simbang
Kabupaten Maros. Pendugaan alur gua menggunakan metode geolistrik konfigurasi Wenner-Schlumberger dengan
dibantu data pengukuran morfologi permukaan dan dimensi lorong gua. Pemetaan morfologi menunjukkan bahwa areal
sekitar Gua Saleh merupakan karst menara. Sementara Gua Saleh memiliki panjang lorong sekitar 200 m dengan
kedalaman bervariasi antara 84-130 mdpl. Pengukuran geolistrik terdiri dari 9 lintasan, panjang tiap lintasan sebesar
160 m dengan kemampuan injeksi alat hingga kedalaman 32 meter. Pengolahan data geolistrik menggunakan perangkat
lunak Res2Dinv untuk memperoleh penampang resistivitas 2D dan Voxler untuk memperoleh penampang resistivitas
3D. Hasil pengukuran menunjukkan alur gua teridentifikasi melalui harga resistivitas yang tinggi berkisar ρ>2000 Ωm.
Kompilasi dari morfologi, dimensi lorong gua dan geolistrik konfigurasi Wenner-Schlumberger menunjukkan
kenampakan alur Gua Saleh.
Kata kunci: Gua Saleh, Geolistrik, Resistivitas, Morfologi, Lorong Gua.
Abstract: Electrical resistivity survey method was used to determine the subsurface resistivity distribution in a karstic
region Saleh Cave included in the Hamlet of Semangki, Simbang District, Maros. The estimation of cave groove by
using the electrical method of Wenner-Schlumberger configuration which was supported by the morphology data
measurement and the cave hall dimension. Morphology mapping indicated that the region around Saleh Cave was a
tower karst. Meanwhile,the cave hall was about 200 meters in length with a depth varying between 84-130 meters
above sea level. Electrical measurements consisted of 9 lines, each lines was about 160 meters in length with the power
of tool injection until 32 meters of depth. The process of electrical data applying RES2DINV was used to obtain 2D
apparent resistivity pseudosection and Voxler to obtain 3D resistivity pseudosection. The result of measurement showed
that the groove was about identified through the high resistivity range was about ρ> 2000 Ωm. The morphology
compilation, the cave hall dimensions and electrical method of Wenner-Schlumberger configuration showed the
appearance of groove in Saleh Cave.
2
terurai menjadi H − dan HCO2−
3 . Ion H
−
inilah bentang alam struktural, bentang alam gunung
yang selanjutnya menguraikan CaCO3 menjadi api dan bentang alam karst (Noor, 2011).
Ca2+ dan HCO2−3 (Haryono dan Adji, 2004).
Kawasan karst merupakan kawasan yang
Menurut KMLH, 1999 bahwa beberapa mempunyai ekosistem perpaduan antara
faktor yang menentukan terbentuknya kawasan eksokarst dan endokarst. Eksokarst merupakan
karst di kawasan batugamping adalah : fenomena karst yang memberikan gambaran
Ketebalan lapisan/endapan batugamping, Iklim terjadinya proses di bagian permukaan karst,
yang basah dan hangat, Proses tektonik gejalanya antara lain diwujudkan dalam bentuk
pengangkatan (uplit) yang perlahan dan merata bukit-bukit tunggal, pematang bukit, ukiran di
di kawasan batugamping, dan karakteristik permukaan batuan (struktur lapis atau karren),
formai batugamping lekuk-lekuk lembah (dolina, polje, uvala), mata
air serta menghilangnya sungai permukaan ke
dalam tanah melalui sistim rucutan seperti
mulut gua. Endokarst merupakan gambaran di
bawah permukaan, dicirikan adanya gua-gua
yang didalamnya terdapat stalakmit atau
stalaktit (Ruswanto dkk, 2008).
𝑅 = 𝜌𝐴𝐿
Simbol 𝜌 merupakan resistivitas dari konduktor Gambar 2.3 Medium homogen isotropis dialiri listrik (Telford, 1990)
yang memiliki satuan ohm-meter atau Ω m Menurut teorema Gauss, integral volum
(Lowrie, 2007). dari divergensi arus yang keluar dari volume v
yang di lingkupi permukaan S adalah sama
dengan jumlah total muatan yang terdapat di
dalam permukaan S, sehingga berlaku
Gambar 2.2 Parameter yang digunakan untuk menjelaskan hukum ohm (Hendrajaya dan Idam, 1990)
pada bahan konduktor lurus (Halliday dan Resnick, 2011)
∇. 𝐽 = −∇. ∇(𝜎 𝑉) = 0
Arus listrik adalah gerak muatan negatif
∇ 𝜎. ∇ 𝑉 + 𝜎 ∇2 𝑉 = 0
pada materi dalam proses mengatur diri menuju
4
Apabila arus stasioner dengan koefisien
konduktivitas konstan, maka akan diperoleh Mengingat arus yang mengalir simetri
persamaan Laplace dengan potensial harmonis. terhadap arah 𝜃 dan ∅ pada arus tunggal,
∇2 𝑉 = 0 dengan demikian potensial di setiap titik yang
Potensial Elektroda Arus Tunggal Pada berhubungan dengan sumber arus pada
Medium Homogen Isotropis permukaan bumi yang homogen isotropis adalah
1 𝐼𝜌 𝑉
Elektroda diinjeksikan melalui arus I 𝑉= atau 𝜌 = 2𝜋𝑟
𝑟 2𝜋 𝐼
pada permukaan homogen isotropis. Elektroda
arus yang ditancapkan ke dalam bumi Potensial Dua Elektroda Arus Pada Medium
menunjukkan titik dari sumber arus, kemudian Homogen Isotropis
arus tersebut menyebar ke segala arah. Garis-
garis medan listrik sejajar dengan aliran arus Prosedur menyangkut pengukuran beda
dan mengarah pada permukaan equipotensial potensial antara dua elektroda P dihasilkan dari
berbentuk setengah bola. penerapan arus melalui dua elektroda C yang
disisi lain tetapi sejajar dengan elektroda
Apabila permukaan bumi merata dan potensial. Jika resistivitas adalah sama pada
homogen, garis medan listrik di sekitar sumber zona bawah permukaan, bidang orthogonal
elektroda yang arusnya diinjeksi ke bumi berbentuk busur lingkaran akan ditampilkan
diarahkan secara radial ke arah luar atau oleh titik injeksi dan garis equipotensial seperti
menjauhi permukaan. Di sekitar elektroda yang Gambar 2. 5 (Todd dan Larry, 2005)
tertancap, arus dari bumi mengalir ke luar,
sehingga garis medan diarahkan secara radial ke
arah permukaan (Gambar 2.4)
Gambar 2.4 Potensial arus tunggal pada permukaan bumi setengah bola. Jika pada Gambar 2.5 dinyatakan
(a). Equipotensial permukaan setengah bola, (b). Arus yang diinjeksi
sepanjang permukaan dari sumber, (c). Arus dari bumi menuju
r1 = jarak dari titik P1 ke sumber arus positif C1
permukaan (Lowrie, 2007) r2 = jarak dari titik P1 ke sumber arus negatif C2
r3 = jarak dari titik P2 ke sumber arus positif C1
Pada model bumi yang berbentuk r4 = jarak dari titik P2 ke sumber arus negatif C2
setengah bola homogen isotropis dengan
elektroda arus tunggal memiliki konduktivitas Besaran koreksi terhadap perbedaan letak titik
udara sama dengan nol. Dengan demikian arus I pengamatan dinamakan faktor geometri. Faktor
yang dialirkan pada sumber akan tersebar ke geometri dari beda potensial yang terjadi antara
semua arah dengan besar yang sama sesuai elektroda potensial P1 dan P2 yang diakibatkan
Gambar 2.4. Persamaan Laplace yang oleh injeksi arus pada elektroda arus C1 dan C2
berhubungan dengan kondisi ini dalam sistim adalah :
koordinat bola adalah (Telford, 1990).
∆𝑉 = 𝑉𝑝1 − 𝑉𝑝2
1 𝑑 𝑑𝑉 1 1 𝑑 𝑑𝑉 1 𝑑𝑉
(𝑟 2 )+ (sin 𝜃 )+ =0
𝑟 2 𝑑𝑟 𝑑𝑟 𝑟 2 𝑠𝑖𝑛 𝜃 𝑑𝜃 𝑑𝜃 𝑟 2 𝑠𝑖𝑛2 𝜃 𝑑∅2
5
2 V resistivitas semu a, dengan konduktansi lapisan
1 1 1 1 I fiktif sama dengan jumlah konduktansi masing-
r1 r2 r3 r4
masing lapisan f = 1 + 2.
6
Kekuatan sinyal arus berbanding terbalik Konfigurasi Wenner-Schlumberger
dengan faktor geometri dari konfigurasi
Konfigurasi Wenner - Schlumberger
elektroda. Konfigurasi Wenner mempunyai
adalah konfigurasi dengan sistem aturan spasi
faktor geometri 2πa dimana nilai tersebut lebih
yang konstan dengan catatan faktor “n“ untuk
kecil daripada nilai geometri konfigurasi yang
konfigurasi ini adalah perbandingan jarak antara
lain seperti pada Gambar 2.7. Oleh karena itu,
elektroda C1-P1 (atau C2-P2) dengan spasi
jika dibandingkan dengan konfigurasi yang lain
antara P1-P2 seperti pada Gambar 2.9. Jika
maka konfigurasi Wenner inilah yang memiliki
jarak antar elektroda potensial (P1 dan P2)
kekuatan sinyal yang besar.
adalah a maka jarak antar elektroda arus (C1
dan C2) adalah 2na+a.
Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam
Gambar 2.8 Konfigurasi Schlumberger (Telford, 1990) penelitian ini terdiri atas :
7
pengukuran selanjutnya dengan nama stasiun 2
Pengukuran Alat yang digunakan Jumlah
dengan menggunakan distance meter.Untuk
sudut kemiringan antara stasiun yakni stasiun 1
1. Distance meter 1 buah dengan stasiun pengukuran selanjutnya dengan
2. Head lamp 3 buah
Lorong Gua
3. GPS 1 buah
nama stasiun 2 digunakan kompas geologi.
4. Kompas Geologi 1 buah Setelah itu mengukur tinggi stasiun mula-mula.
Kemudian mencatat hasil pengukuran jarak,
Morfologi 1. GPS 1 buah
permukaan 2. Rol meter 1 buah tinggi, dan sudut kemiringan stasiun.
Lorong gua
9
Dari Gambar 4.2 terlihat jelas stasiun Dari Gambar 4.3, berdasarkan
tempat merekam data yang diperlukan yang penggolongan dari zona yang telah dilakukan
ditandai dengan penomoran tiap stasiun. diperoleh interpretasi bahwa zona resistivitas
Panjang lorong gua yakni 200 m dengan nilai tinggi merupakan udara yang ditafsirkan sebagai
kedalaman bervariasi antara 84-130 mdpl. alur dari Gua Saleh yang mewakili nilai
Kedalaman 130 mdpl yang ditunjukkan warna resistivitasnya adalah warna ungu-ungu tua
merah merupakan mulut gua. namun terpisah pada kedalaman 2,5-13 meter
dan kedalaman 32 meter. Pada daerah di
Penentuan alur gua dengan interpretasi sekitarnya, dengan nilai resistivitas 50-400 Ωm
eksplorasi geolistrik berdasarkan pada nilai diinterpretasikan sebagai batu gamping yang
resistivitas. Seperti telah diketahui sebelumnya mewakili nilai resistivitasnya adalah warna
bahwa pada lokasi penelitian kawasan Karst kuning-merah. Zona resistivitas rendah sebesar
Maros didominasi oleh batugamping yang 20-40 Ωm yang mewakili nilai resistivitasnya
memiliki nilai resistivitas 50-400 Ωm. Udara adalah warna biru muda-biru tua.
memiliki nilai resistivitas yang sangat tinggi
berkisar ρ>2000 Ωm. Karena gua berisikan Lintasan 6 – Lintasan 9
udara untuk pendugaan alur gua maka perlu
diperhatikan bagian dari penampang tahanan Resistivitas
tinggi
jenis yang bernilai ρ>2000 Ωm.
Lintasan 1 – Lintasan 5
Resistivitas
Tinggi
Resistivitas
tinggi
Resistivitas
tinggi
Resistivitas
Tinggi
Resistivitas
tinggi
Resistivitas
tinggi
Resistivitas
tinggi
10
resistivitasnya adalah warna ungu-ungu tua.
Terdapat dua zona yang memiliki resistivitas
tinggi dan saling terpisah sesuai dengan jarak
dan kedalaman. Pada daerah di sekitarnya,
dengan nilai resistivitas 50-400 Ωm
diinterpretasikan sebagai batu gamping yang
mewakili nilai resistivitasnya adalah warna
kuning-merah dan mendominasi dari Gambar 4.6 Morfologi permukaan 3D: (a) Menggunakan Surfer, (b).
Menggunakan voxler
penampang resistivitas. Zona resistivitas rendah
sebesar 20-40 Ωm yang mewakili nilai Lorong Gua 3D
resistivitasnya adalah warna biru muda-biru tua. Pengolahan data lorong gua 3D
Gabungan Lintasan 1 – Lintasan 9 dilakukan dalam 2 cara yakni dengan
menggunakan survex dan voxler seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 4.7.
Simulasi 3D
Morfologi 3D
Pengolahan data morfologi permukaan
3D menggunakan surfer dan voxler untuk
mendapatkan kecocokan peta sesuai pada Gbr.
Gambar 4.8 Penampang resistivitas 3D
4.6, memperlihatkan kenampakan yang lebih
jelas tentang kawasan karst Gua Saleh terdiri
dari bukit dan lereng terjal
11
Kompilasi Lorong Gua, Morfologi dan V. Kesimpulan dan Saran
Resistivitas 3D
Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan interpretasi data yang
telah dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Morfologi permukaan karst Gua Saleh
merupakan tower karst karena bukit-
bukitnya yang berlereng terjal masih
mengelompok sehingga membentuk menara,
serta terdapat aliran sungai bawah tanah.
Gambar 4.9 Kompilasi lorong gua, morfologi dan resistivitas 3D Panjang lorong Gua Saleh yakni 200 m
Pada Gambar 4.9 merupakan simulasi dengan nilai kedalaman bervariasi antara 84-
3D hasil kompilasi dari lorong gua, morfologi 130 mdpl dan kondisi gua yang berbeda tiap
dan resistivitas yang di olah di voxler. Tujuan lorong.
dari kompilasi tersebut yaitu untuk 2. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa alur
mengidentifikasi sistem perguaan pada kawasan gua dapat teridentifikasi melalui nilai
karst Gua Saleh dengan menemukan kecocokan resistivitas yang sangat tinggi berkisar
dari tiga pengukuran tersebut. Namun untuk ρ>2000 Ωm. Karena gua berisikan udara
pengukuran geolistrik kurang menunjukkan untuk pendugaan alur gua maka perlu
hasil maksimal disebabkan cuaca pada saat diperhatikan bagian dari penampang tahanan
pengambilan data beberapa lintasan yang hujan jenis yang bernilai ρ>2000 Ωm
dan jangkauan kedalaman dari alat yang tidak 3. Pendugaan alur gua bawah permukaan
sampai pada bagian gua seperti pada Gambar (simulasi 3 dimensi) dapat dilakukan dengan
4.10 yang membandingkan antara lorong gua mengkompilasi data lorong gua, morfologi
dan resisitivitas dan geolistrik konfigurasi Wenner-
Schlumberger.
Saran
Adapun saran untuk meningkatkan penelitian di
kawasan karst Maros di Gua Saleh adalah
sebagai berikut:
1. Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan
bisa untuk mengidentifikasi sungai bawah
tanah.
2. Penelitian selanjutnya dapat dilakukan
Gambar 4.10 Perbandingan lorong gua dan resistivitas gua dengan menggunakan metode eksplorasi
Tetapi dari pengukuran dengan geofisika yang lain misalnya
menggunakan metode geolistrik Wenner- geomagnet,gravitasi, dll.
Schlumberger dapat di gunakan untuk
mengidentifikasi sistem gua dengan
menggunakan nilai resistivitas yang tinggi.
12
DAFTAR PUSTAKA Sukolilo Kabupaten Pati Jawa
Tengah. Buletin Geologi Tata
Ford, D. dan Williams,P.,2007, Karst Lingkungan Vol.18 No.2.Nopember
Geomorphology and Hydrology, 2008:21-32.
Chapman and Hall, London.
Samodra, H., 2001, Nilai Strategis Kawasan
Juanda, D., 2006. Hidrogeologi Kawasan Kars di Indonesia dan Usaha
Gunungapi dan Karst di Indonesia, Pengelolaannya Secara Berkelanjut,
Bandung, Institut Teknologi Bandung. Bandung, Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi, Departemen
Halliday. dan Resnick., 2011. Fundamentals of Energi dan Sumberdaya Mineral.
Physics, America, Cleveland State
University. Sunarto., 1997. Paleogeomorfologi dalam
Analisis Perubahan Lingkungan
Haryono, E dan Adji., 2004. Geomorfologi dan Kompleks Gua Karst Maros Sulawesi
Hidrologi Karst. Yogyakarta, Selatan. Majalah Geografi Indonesia
Universitas Gadjah Mada. 19(11): 31-51.
Hendrajaya, L., Idam, A., 1990. Geolistrik Syamsuddin., 2007. Penentuan Struktur
Tahanan Jenis. Bandung, Institut Bawah Permukaan Bumi Dangkal
Teknologi Bandung. dengan Menggunakan Metode
Husein., 2007. Morfotektonik Pembentukan Geolistrik Tahanan Jenis 2D.
Karst Maros Sulsel. Yogyakarta, Bandung, Institut Teknologi Bandung.
Universitas Gadjah Mada. Taslim.,2014. Perilaku Hidrogeologi Kawasan
Kurniawan., 2004. Eksplorasi Air Tanah Karst Maros: Studi Kasus Gua Saleh,
Menggunakan Geolistrik Tahanan Pattunuang Kecamatan Simbang.
Jenis (Resistivity). Makassar, Kursus Makassar. Universitas Hasanuddin.
Singkat 24-29 Mei 2004. Telford, W.M., Geldart,L.P., Sheriff,R.E., 1990.
Loke, M.H., 2000. Electrical Imaging Surveys Applied Geophysics Second Edition,
for Enviromental and Engineering Cambridge University Press.
Studies: A Practical Guide to 2-D and Todd, D.K., Larry, W.M., 2005. Groundwater
3-D surveys paper 3-15.
Hydrology Third Edition.England, John
Lowrie, W., 2007. Fundamentals of Geophysics Wiley & Sons.
Second Edition.Cambridge University
Press.
Maulana, Y., 2011. Pengelolaan Berkelanjutan
Kawasan Karst Citatah-Rajamandala.
Bekasi, Unisma.
Menteri Negara dan Lingkungan Hidup
(KMLH), 1999.Kawasan Karst di
Indonesia: Potensi dan Pengelolaan
Lingkungannya. Kantor Menteri
Negara dan Lingkungan Hidup.
Noor, D., 2011. Geologi untuk Perencanaan.
Yogyakarta, Graha Ilmu.
Ritter, D.F., 1978, Process Geomorphology,
Wm.C.Brown, Dubuque. Lowa.
Ruswanto., Rajiyowiryono. dan Darmawan.,
2008. Klasifikasi Kawasan Karst
13