Anda di halaman 1dari 13

PENDUGAAN ALUR GUA BAWAH PERMUKAAN DI KAWASAN KARST

MAROS DENGAN MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK


Muhammad Maknun Z.B1, Sakka, Rachman Kurniawan

Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam


Universitas Hasanuddin, Makassar 90245

THE ESTIMATION OF SUBSURFACE CAVE GROOVE IN KARST MAROS


REGION BY USING ELECTRICAL METHOD
Muhammad Maknun Z.B1, Sakka, Rachman Kurniawan

Department of Physics, Faculty of Mathematics and Natural Sciences


Hasanuddin University, Makasssar 90245

Abstrak: Survei geolistrik tahanan jenis dilakukan untuk mengetahui distribusi resistivitas bawah permukaan di
kawasan karst dilakukan di sekitar Gua Saleh yang termasuk dalam wilayah Dusun Semangki Kecamatan Simbang
Kabupaten Maros. Pendugaan alur gua menggunakan metode geolistrik konfigurasi Wenner-Schlumberger dengan
dibantu data pengukuran morfologi permukaan dan dimensi lorong gua. Pemetaan morfologi menunjukkan bahwa areal
sekitar Gua Saleh merupakan karst menara. Sementara Gua Saleh memiliki panjang lorong sekitar 200 m dengan
kedalaman bervariasi antara 84-130 mdpl. Pengukuran geolistrik terdiri dari 9 lintasan, panjang tiap lintasan sebesar
160 m dengan kemampuan injeksi alat hingga kedalaman 32 meter. Pengolahan data geolistrik menggunakan perangkat
lunak Res2Dinv untuk memperoleh penampang resistivitas 2D dan Voxler untuk memperoleh penampang resistivitas
3D. Hasil pengukuran menunjukkan alur gua teridentifikasi melalui harga resistivitas yang tinggi berkisar ρ>2000 Ωm.
Kompilasi dari morfologi, dimensi lorong gua dan geolistrik konfigurasi Wenner-Schlumberger menunjukkan
kenampakan alur Gua Saleh.
Kata kunci: Gua Saleh, Geolistrik, Resistivitas, Morfologi, Lorong Gua.

Abstract: Electrical resistivity survey method was used to determine the subsurface resistivity distribution in a karstic
region Saleh Cave included in the Hamlet of Semangki, Simbang District, Maros. The estimation of cave groove by
using the electrical method of Wenner-Schlumberger configuration which was supported by the morphology data
measurement and the cave hall dimension. Morphology mapping indicated that the region around Saleh Cave was a
tower karst. Meanwhile,the cave hall was about 200 meters in length with a depth varying between 84-130 meters
above sea level. Electrical measurements consisted of 9 lines, each lines was about 160 meters in length with the power
of tool injection until 32 meters of depth. The process of electrical data applying RES2DINV was used to obtain 2D
apparent resistivity pseudosection and Voxler to obtain 3D resistivity pseudosection. The result of measurement showed
that the groove was about identified through the high resistivity range was about ρ> 2000 Ωm. The morphology
compilation, the cave hall dimensions and electrical method of Wenner-Schlumberger configuration showed the
appearance of groove in Saleh Cave.

Keywords : Saleh Cave, Electrical, Resistivity, Morphology, Cave hall.

I. Pendahuluan proses tektonik dan vulkanik, Indonesia juga


merupakan wilayah kompleks dari jalur cincin
Indonesia merupakan negara kepulauan api atau ring of fire. Oleh karena itu, Indonesia
terbesar yang dilintasi oleh garis khatulistiwa memiliki potensi kekayaan alam yang melimpah
dengan jumlah 13.466 pulau, terletak diantara dan bentang alam yang beraneka ragam serta
benua Asia dan Australia serta terapit oleh dua bernilai srategis dan penting. Salah satu bentang
samudera mempertegas kedudukannya sebagai alam tersebut adalah karst. Menurut Maulana
wilayah strategis dan maritim. Dipandang dari (2011) Indonesia diperkirakan memiliki kurang
1
lebih 15,4 juta hektar kawasan karst atau 20 Survei geolistrik konduktivitas mineral
persen dari total luas wilayah Indonesia dan batuan atau tahanan jenis, untuk
sehingga di beberapa wilayah direkomendasikan memperkuat informasi geologi dekat
untuk mendapatkan perhatian dari pemerintah permukaan. Survei geolistrik digunakan untuk
dalam the Asia-Pacific of Karst forum on Karst menyelidiki kondisi bawah permukaan dengan
Ecosystem and World Heritage dari The mempelajari sifat aliran listrik pada batuan di
UNESCO World Heritage Centre (Samodra, bawah permukaan bumi. Penyelidikan tersebut
2001). meliputi pendeteksian besarnya medan listrik
yang mengalir di dalam bumi sehingga dapat
Kawasan karst adalah bentang alam tiga mendeteksi keberadaan benda cair atau padat.
dimensional yang terbentuk oleh proses Dalam penelitian ini menggunakan metode
pelarutan batuan. Syarat yang harus terpenuhi geolistrik konfigurasi Wenner-Schlumberger
untuk terbentuknya karst menurut Ritter (1978) agar dapat menduga alur gua.
adalah terdiri dari kalsit atau dolomit yang
murni, masif, keras dan kristalin dengan
ketebalan lebih dari seratus meter; berlapis baik II. Tinjauan Pustaka
dan banyak rekahan serta tereksresi oleh relief
di atas permukaan lereng yang tinggi, sehingga Karstifikasi
dapat memudahkan sistem sirkulasi. Kawasan
Istilah karst berasal dari bahasa Jerman
Karst Maros merupakan tipe karst menara di
yang diturunkan dari bahasa Slovenia (kras)
Provinsi Sulawesi Selatan. Karst Maros
yang berarti lahan tandus berbatu. Karst
dicirikan oleh bukit-bukit berlereng terjal yang
merupakan medan dengan kondisi hidrologi
membentuk bangun menara. Bukit-bukit menara
yang khas sebagai akibat dari batuan yang
tersebut sejenis dengan yang ada di Cina Selatan
mudah larut dan porositas sekunder yang
dan Vietnam (Samodra, 2001).
berkembang memiliki porositas yang baik (Ford
Gua karst merupakan manifestasi dari dan Williams, 2007). Topografi karst adalah
pelarutan jenis batuan terutama batugamping bentuk bentang alam tiga dimensional yang
oleh aktivitas air hujan atau air tanah. Gua Saleh terbentuk akibat proses pelarutan lapisan batuan
merupakan salah satu gua yang terdapat di dasar, khususnya batuan karbonat seperti kalsit
sekitar Kawasan Taman Nasional Bantimurung atau dolomit (Juanda, 2006).
dan Bulusaraung. Penelitian dengan objek Gua
Terdapat karakteristik tersendiri
Saleh bukan merupakan penelitian yang
mengenai batuan yang mengalami pelarutan.
pertama, sebelumnya telah dilakukan penelitian
Syarat yang harus terpenuhi untuk terbentuknya
dibidang geologi, hidrologi ataupun speleologi.
karst menurut Ritter (1978) adalah terdiri dari
Salah satu penelitian dibidang geologi oleh
kalsit atau dolomit yang murni, masif, keras dan
Taslim (2014) yaitu menduga sungai bawah
kristalin dengan ketebalan lebih dari seratus
permukaan di Gua Saleh. Tetapi penelitian
meter; berlapis baik dan banyak rekahan serta
tersebut belum menduga alur gua dengan cara
tereksresi oleh relief di atas permukaan lereng
memetakan penampakan gua dalam bentuk 3-D.
yang tinggi, sehingga dapat memudahkan sistem
Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk
sirkulasi.
menduga alur gua bawah permukaan dengan
memetakan penampakan Gua Saleh bentuk 3-D Proses terbentuknya karst sering disebut
yang sekaligus menjadi penelitian pertama dengan proses karstifikasi. Proses karstifikasi
dalam hal pendugaan alur Gua Saleh. atau juga pelarutan diawali oleh CO2 didalam air
membentuk H2 CO3 . Larutan H2 CO3 tidak stabil

2
terurai menjadi H − dan HCO2−
3 . Ion H

inilah bentang alam struktural, bentang alam gunung
yang selanjutnya menguraikan CaCO3 menjadi api dan bentang alam karst (Noor, 2011).
Ca2+ dan HCO2−3 (Haryono dan Adji, 2004).
Kawasan karst merupakan kawasan yang
Menurut KMLH, 1999 bahwa beberapa mempunyai ekosistem perpaduan antara
faktor yang menentukan terbentuknya kawasan eksokarst dan endokarst. Eksokarst merupakan
karst di kawasan batugamping adalah : fenomena karst yang memberikan gambaran
Ketebalan lapisan/endapan batugamping, Iklim terjadinya proses di bagian permukaan karst,
yang basah dan hangat, Proses tektonik gejalanya antara lain diwujudkan dalam bentuk
pengangkatan (uplit) yang perlahan dan merata bukit-bukit tunggal, pematang bukit, ukiran di
di kawasan batugamping, dan karakteristik permukaan batuan (struktur lapis atau karren),
formai batugamping lekuk-lekuk lembah (dolina, polje, uvala), mata
air serta menghilangnya sungai permukaan ke
dalam tanah melalui sistim rucutan seperti
mulut gua. Endokarst merupakan gambaran di
bawah permukaan, dicirikan adanya gua-gua
yang didalamnya terdapat stalakmit atau
stalaktit (Ruswanto dkk, 2008).

Bentuk lahan karst yang terdiri dari


Gambar 2.1 Skema proses pelarutan batugamping (Trudgil,1985
dalam Haryono dan Adji, 2004) batugamping dan dolomit tersebar di Indonesia.
Bentang alam karst kawasan Maros
Kawasan Karst Maros dikategorikan dalam tipe Maros. Tipe Maros
Kondisi Geologi memiliki karakteristik geomorfologi yang unik.
Pertama, morfologi bukit-bukitnya mempunyai
Karst Maros merupakan tipe karst lereng tebing yang amat curam atau terjal
menara di Indonesia. Batugamping dengan kemiringan lereng berkisar 57-82
pembentuknya adalah anggota formasi tonasa dengan puncak tumpul. Kedua, batuannya
yang mengalami tektonik dan penerobosan oleh adalah batugamping lembar, proses karstifikasi
batuan beku. Dalam pandangan geologi, jenis menghasilkan bentukan seperti gua yang di
batugamping dan tektonik merupakan dua faktor dalamnya dijumpai stalaktit, stalakmit, pilar
yang berpengaruh terhadap pembentukan karst. dsb. Ketiga, dari fase atau stadia
Pola-pola struktur geologi berarah relatif barat perkembangannya, karst Maros termasuk fase
baratdaya - timur timurlaut, dan barat daya – III beralih ke fase IV. Karst Maros termasuk
timurlaut. Tektonik yang bertanggung jawab fase III, karena bukit-bukitnya yang berlereng
atas pembentukan Karst Maros terjadi pasca terjal masih mengelompok, namun dijumpai
Miosen tengah, akhir Pliosen dan Kuarter pula bukit-bukit yang terpisah oleh dataran
(Husein, 2007). rendah dari perbukitan utama sehingga menjadi
petunjuk fase IV (Sunarto, 1997).
Geomorfologi Kawasan Karst Maros
Perubahan bentang alam sangat Konsep Dasar Resistivitas
dipengaruhi oleh proses-proses geologi. Proses- Metode Geolistrik merupakan salah satu
proses geologi adalah semua aktivitas yang metode geofisika untuk mengetahui perubahan
terjadi di bumi baik yang berasal dari dalam tahanan jenis lapisan batuan di bawah
bumi (gaya endogen) maupun yang berasal dari permukaan tanah dengan cara mengalirkan arus
luar bumi (gaya eksogen). Bentang alam yang listrik DC ('Direct Current') yang mempunyai
dihasilkan dari 2 bentuk gaya tersebut seperti tegangan tinggi ke dalam tanah. Injeksi arus
3
listrik ini menggunakan 2 buah 'Elektroda Arus' kearah kesetimbangan. Peristiwa ini terjadi bila
A dan B yang ditancapkan ke dalam tanah materi mengalami gangguan karena adanya
dengan jarak tertentu. Semakin panjang jarak medan listrik. Bila medan listrik arahnya selalu
elektroda AB akan menyebabkan aliran arus tetap menuju ke satu arah, maka arus listrik
listrik bisa menembus lapisan batuan lebih yang mengalir akan tetap pula arahnya.Arus
dalam. listrik yang demikian arahnya disebut arus
listrik searah atau arus DC. Jika arus listrik
Hukum ohm yang dicetuskan oleh berbalik secara periodik, aliran muatannya juga
Ilmuwan Jerman George Simon Ohm pada 1827 akan berbalik secara periodik. Arus listrik yang
menyatakan bahwa kuat arus listrik (I) yang demikian disebut arus listrik bolak-balik atau
mengaliri kawat penghantar sebanding dengan arus AC (Hendrajaya dan Idam, 1990).
besarnya beda potensial V. Hubungan tersebut
dinyatakan dalam : Aliran Arus Listrik dari Elektroda Pada
Lapisan Bumi
𝑉 = 𝐼. 𝑅
Pendekatan yang paling sederhana untuk
dengan R merupakan ukuran hambatan bahan mempelajari secara teoritis tentang aliran listrik
dalam mengalirkan arus listrik, satuan dari di dalam bumi adalah menganggap bumi
hambatan atau R yaitu ohm. Kebalikan dari sebagai medium yang homogen dan isotropis.
hambatan biasa disebut konduktansi dengan Jika medium tersebut dialiri arus listrik searah
satuan ohm−1 (Ω−1 ), biasa disebut pula dengan diberi medan listrik E (Gambar 2.3) maka
mho. elemen arus dI yang melalui suatu elemen
luasan dS dengan rapat arus 𝐽a̅ kan berlaku
Dalam pengukuran dengan
hubungan (Telford, 1990).
menggunakan kabel dari bahan yang sama
dengan panjang yang berbeda menunjukkan
𝑑𝐼 = 𝐽⃐. 𝑑𝑆⃐
bahwa hambatan kawat yang panjang lebih
besar dibanding dengan kawat yang lebih Dengan demikian rapat arus 𝐽 ̅ di setiap
pendek dan kawat yang tipis lebih besar elemen luasan akibat medan listrik E akan
hambatannya dibanding kawat yang tebal memenuhi hubungan sebagai berikut :
(Gambar 2.2), sehingga hambatan berbanding
lurus dengan panjang L dan berbanding terbalik 𝐽 ̅ = 𝜎 𝐸̅
dengan luas penampang A. Hal tersebut
dinyatakan dalam :

𝑅 = 𝜌𝐴𝐿

Simbol 𝜌 merupakan resistivitas dari konduktor Gambar 2.3 Medium homogen isotropis dialiri listrik (Telford, 1990)

yang memiliki satuan ohm-meter atau Ω m Menurut teorema Gauss, integral volum
(Lowrie, 2007). dari divergensi arus yang keluar dari volume v
yang di lingkupi permukaan S adalah sama
dengan jumlah total muatan yang terdapat di
dalam permukaan S, sehingga berlaku
Gambar 2.2 Parameter yang digunakan untuk menjelaskan hukum ohm (Hendrajaya dan Idam, 1990)
pada bahan konduktor lurus (Halliday dan Resnick, 2011)
∇. 𝐽 = −∇. ∇(𝜎 𝑉) = 0
Arus listrik adalah gerak muatan negatif
∇ 𝜎. ∇ 𝑉 + 𝜎 ∇2 𝑉 = 0
pada materi dalam proses mengatur diri menuju
4
Apabila arus stasioner dengan koefisien
konduktivitas konstan, maka akan diperoleh Mengingat arus yang mengalir simetri
persamaan Laplace dengan potensial harmonis. terhadap arah 𝜃 dan ∅ pada arus tunggal,
∇2 𝑉 = 0 dengan demikian potensial di setiap titik yang
Potensial Elektroda Arus Tunggal Pada berhubungan dengan sumber arus pada
Medium Homogen Isotropis permukaan bumi yang homogen isotropis adalah
1 𝐼𝜌 𝑉
Elektroda diinjeksikan melalui arus I 𝑉= atau 𝜌 = 2𝜋𝑟
𝑟 2𝜋 𝐼
pada permukaan homogen isotropis. Elektroda
arus yang ditancapkan ke dalam bumi Potensial Dua Elektroda Arus Pada Medium
menunjukkan titik dari sumber arus, kemudian Homogen Isotropis
arus tersebut menyebar ke segala arah. Garis-
garis medan listrik sejajar dengan aliran arus Prosedur menyangkut pengukuran beda
dan mengarah pada permukaan equipotensial potensial antara dua elektroda P dihasilkan dari
berbentuk setengah bola. penerapan arus melalui dua elektroda C yang
disisi lain tetapi sejajar dengan elektroda
Apabila permukaan bumi merata dan potensial. Jika resistivitas adalah sama pada
homogen, garis medan listrik di sekitar sumber zona bawah permukaan, bidang orthogonal
elektroda yang arusnya diinjeksi ke bumi berbentuk busur lingkaran akan ditampilkan
diarahkan secara radial ke arah luar atau oleh titik injeksi dan garis equipotensial seperti
menjauhi permukaan. Di sekitar elektroda yang Gambar 2. 5 (Todd dan Larry, 2005)
tertancap, arus dari bumi mengalir ke luar,
sehingga garis medan diarahkan secara radial ke
arah permukaan (Gambar 2.4)

Gambar 2.5 Siklus elektrik determinasi resistivitas dan


lapangan elektrik untuk stratum homogenous permukaan bawah tanah
(Todd dan Larry, 2005)

Gambar 2.4 Potensial arus tunggal pada permukaan bumi setengah bola. Jika pada Gambar 2.5 dinyatakan
(a). Equipotensial permukaan setengah bola, (b). Arus yang diinjeksi
sepanjang permukaan dari sumber, (c). Arus dari bumi menuju
r1 = jarak dari titik P1 ke sumber arus positif C1
permukaan (Lowrie, 2007) r2 = jarak dari titik P1 ke sumber arus negatif C2
r3 = jarak dari titik P2 ke sumber arus positif C1
Pada model bumi yang berbentuk r4 = jarak dari titik P2 ke sumber arus negatif C2
setengah bola homogen isotropis dengan
elektroda arus tunggal memiliki konduktivitas Besaran koreksi terhadap perbedaan letak titik
udara sama dengan nol. Dengan demikian arus I pengamatan dinamakan faktor geometri. Faktor
yang dialirkan pada sumber akan tersebar ke geometri dari beda potensial yang terjadi antara
semua arah dengan besar yang sama sesuai elektroda potensial P1 dan P2 yang diakibatkan
Gambar 2.4. Persamaan Laplace yang oleh injeksi arus pada elektroda arus C1 dan C2
berhubungan dengan kondisi ini dalam sistim adalah :
koordinat bola adalah (Telford, 1990).
∆𝑉 = 𝑉𝑝1 − 𝑉𝑝2
1 𝑑 𝑑𝑉 1 1 𝑑 𝑑𝑉 1 𝑑𝑉
(𝑟 2 )+ (sin 𝜃 )+ =0
𝑟 2 𝑑𝑟 𝑑𝑟 𝑟 2 𝑠𝑖𝑛 𝜃 𝑑𝜃 𝑑𝜃 𝑟 2 𝑠𝑖𝑛2 𝜃 𝑑∅2
5
2 V resistivitas semu a, dengan konduktansi lapisan
 
1 1 1 1 I fiktif sama dengan jumlah konduktansi masing-
    
 r1 r2 r3 r4 
masing lapisan f = 1 + 2.

Arus listrik lebih mudah mengalir melalui


Dari besarnya arus dan beda potensial bahan yang konduktivitasnya lebih tinggi dan
yang terukur maka nilai resistivitas dapat resistivitasnya lebih rendah. Sebagian besar
dihitung dengan menggunakan persamaan : mineral pembentuk batuan sangat miskin
∆𝑉 konduktor elektronik, kecuali untuk beberapa
𝜌𝑎 = 𝐾
𝐼 jenis biji mineral. Listrik lebih banyak
dimana 𝜌𝑎 tahanan jenis semu, ∆ 𝑉 adalah beda dihantarkan oleh ion-ion dari fluida yang
potensial antara kedua elektroda potensial, I terdapat dalam pori-pori, rekahan dan retakan
adalah kuat arus yang diinjeksikan dan K serta sepanjang batas butiran. Oleh karena itu
merupakan faktor geometri yang tergantung faktor utama penentu resistivitas batuan adalah
oleh penempatan elektroda di permukaan, porositas terhubung, permeabilitas, saturasi
2𝜋 fluida dan resistivitas fluida (Kurniawan, 2004).
𝐾 = {1 1 1 1 }. Sebelum survei resistivitas 2-D atau 3-D,
− − +
𝑟1 𝑟2 𝑟3 𝑟4
maka secara singkat dapat dilihat nilai
Konsep Resistivitas Semu resistivitas beberapa batuan umum, tanah dan
bahan lainnya. Survei resistivitas memberikan
Resistivitas semu merupakan resistivitas gambar distribusi bawah permukaan. Untuk
dari suatu medium fiktif homogen yang mengkonversi tampilan resistivitas menjadi
ekivalen dengan medium berlapis yang ditinjau. tampilan geologi, maka beberapa pengetahuan
Bumi diasumsikan mempunyai sifat yang mengenai nilai-nilai resistivitas khas untuk
homogen isotropis. Dengan asumsi ini, berbagai jenis material bawah permukaan dan
resistivitas yang terukur merupakan resistivitas geologi daerah yang disurvei adalah penting.
yang sebenarnya dan tidak tergantung pada Jika menginterpretasi alur gua berdasarkan
spasi elektroda. Pada kenyataannya bumi terdiri survei resistivitas, terlebih dahulu mesti
dari lapisan-lapisan dengan  yang berbeda- diketahui nilai dari resistivitas udara. Nilai
beda, sehingga potensial yang terukur resistivitas udara sangat besar bahkan cenderung
merupakan pengaruh dari lapisan lapisan tak hingga (Telford, 1990)
tersebut (Gambar 2.6). Nilai resistivitas yang Konfigurasi Elektroda
terukur merupakan harga resistivitas untuk satu
lapisan saja, hal ini terutama untuk spasi yang Konfigurasi Wenner
lebar (Kurniawan, 2004).
Konfigurasi Wenner mempunyai
beberapa kelebihan dan kekurangan. Salah satu
kelebihan dari konfigurasi ini adalah sensitif
terhadap perubahan nilai tahanan jenis secara
Gambar 2.6 Medium Berlapis vertikal sehingga cocok untuk mendeteksi
daerah yang mempunyai struktur horizontal
Multi medium berlapis yang ditinjau seperti perlapisan. Akan tetapi konfigurasi ini
misalnya bumi diasumsikan terdiri dari 2 lapis kurang sensitif terhadap perubahan nilai tahanan
yang mempunyai resistivitas berbeda (1dan 2) jenis secara vertikal sehingga kurang cocok
dianggap sebagai medium satu lapis homogen untuk mendeteksi struktur vertikal seperti dike
yang mempunyai harga resistivitas yaitu atau gua (Loke, 2000).

6
Kekuatan sinyal arus berbanding terbalik Konfigurasi Wenner-Schlumberger
dengan faktor geometri dari konfigurasi
Konfigurasi Wenner - Schlumberger
elektroda. Konfigurasi Wenner mempunyai
adalah konfigurasi dengan sistem aturan spasi
faktor geometri 2πa dimana nilai tersebut lebih
yang konstan dengan catatan faktor “n“ untuk
kecil daripada nilai geometri konfigurasi yang
konfigurasi ini adalah perbandingan jarak antara
lain seperti pada Gambar 2.7. Oleh karena itu,
elektroda C1-P1 (atau C2-P2) dengan spasi
jika dibandingkan dengan konfigurasi yang lain
antara P1-P2 seperti pada Gambar 2.9. Jika
maka konfigurasi Wenner inilah yang memiliki
jarak antar elektroda potensial (P1 dan P2)
kekuatan sinyal yang besar.
adalah a maka jarak antar elektroda arus (C1
dan C2) adalah 2na+a.

Gambar 2.7 Konfigurasi Wenner (Loke, 2000)

Kelemahan dari konfigurasi Wenner


adalah cakupan horizontal relatif buruk jika
Gambar 2.9 Konfigurasi Wenner – Schlumberger (Loke, 2000)
spasi dinaikkan. Spasi antar elektroda
dinyatakan dengan a, jika salah satu nilai a III. Metodologi Penelitian
dinaikkan maka secara otomatis nilai a yang lain
Lokasi Penelitian
harus dinaikkan juga. Hal ini akan berakibat
jumlah datum pengukuran secara horizontal Lokasi penelitian berada di sekitar Gua
konfigurasi ini relatif lebih sedikit dibandingkan Saleh Pattunuang yang secara administrasi
dengan konfigurasi yang lain (Loke, 2000). termasuk wilayah Dusun Semangki Kecamatan
Konfigurasi Schlumberger Simbang, Kabupaten Maros, Propinsi Sulawesi
Selatan, Taman Nasional Bantimurung
Konfigurasi Schlumberger dapat Bulusaraung. Secara geografis terletak pada
digunakan untuk resistivity sounding atau 119o34’17” BT – 119o55’13”BT dan 04o42’49”
resistivity mapping. Jarak elektroda arus selalu LS dan 05o06’42” LS. Titik masuk (pintu) Gua
diubah meskipun jarak elektroda potensial Saleh secara geografis berada pada
jarang diubah. Pengubahan jarak elektroda arus 119 43’16.9” BT dan 05o02’58.9” LS.
o
harus jauh lebih besar dibanding jarak
antarelektroda potensial. Hanya jika jarak
elektroda arus relatif sudah cukup besar maka
jarak elektroda potensial perlu diubah (Gambar
2.8). Konfigurasi Schlumberger memiliki faktor
𝜋𝐿2
geometri 𝑘 = hanya berlaku baik untuk
2𝑙
daerah yang relatif datar. Jika konfigurasi
Schlumberger ini dipakai pada daerah yang
relatif tidak datar, maka perlu dilakukan koreksi
terhadap hasil pengukuran yang diperoleh
(Hendrajaya dan Idam, 1990).
Gambar 3.1 Peta lokasi penelitian

Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam
Gambar 2.8 Konfigurasi Schlumberger (Telford, 1990) penelitian ini terdiri atas :

7
pengukuran selanjutnya dengan nama stasiun 2
Pengukuran Alat yang digunakan Jumlah
dengan menggunakan distance meter.Untuk
sudut kemiringan antara stasiun yakni stasiun 1
1. Distance meter 1 buah dengan stasiun pengukuran selanjutnya dengan
2. Head lamp 3 buah
Lorong Gua
3. GPS 1 buah
nama stasiun 2 digunakan kompas geologi.
4. Kompas Geologi 1 buah Setelah itu mengukur tinggi stasiun mula-mula.
Kemudian mencatat hasil pengukuran jarak,
Morfologi 1. GPS 1 buah
permukaan 2. Rol meter 1 buah tinggi, dan sudut kemiringan stasiun.

1. Geolistrik S-Field Multi 1 set Pengukuran Geolistrik


Channel
2. Laptop 1 buah Pertama-tama mempersiapkan alat
3. Kabel 2 gulung
4. Socket 1 buah geolistrik S-Field multi channel. Selanjutnya
5. Elekroda 16 buah memplot titik penempatan alat geolistrik S-Field
Geolistrik 6. GPS 1 buah
7. Rol meter 1 buah multi channel dengan menggunakan GPS.
8. Inverter 1 buah Kemudian membentangkan rol meter untuk
9. Multimeter 1 buah
10. Tang, obeng, dan Palu @ 1 buah lintasan pengukuran dan menancapkan
11. Aki 6 buah elektroda dengan spasi 10 meter tiap titik
12. Handy talky 3 buah
dengan jarak keseluruhan per lintasan adalah
160 meter. Tiap elektroda yang telah tertancap
Metode Penelitian diambil koordinat X,Y dan Z dengan
menggunakan GPS. Memasangkan kabel ke tiap
Pengambilan Data
elektroda yang terhubung ke socket, laptop dan
Pemetaan Morfologi Permukaan alat geolistrik S-Field multi channel kemudian
Mula-mula menentukan arah utara dari mempersiapkan aki dan menghubungkannya
lokasi penelitian dan mulut gua sebagai titik dengan alat geolistrik S-Field multi channel.
tengah. Kemudian membentangkan rol meter Kalibrasi dan pengecekan melalui laptop yang
sepanjang 200 meter ke arah utara-selatan telah terhubung denganalat geolistrik S-Field
sebagai lintasan pengukuran dan rol meter multi channel perlu dilakukan untuk
sepanjang 300 meter ke arah barat-timur sebagai memastikan bahwa tiap elektroda telah
lintasan pengukuran sebagai batas pengukuran terpasang dengan baik dan telah terkoneksi ke
morfologi. Selanjutnya memplot titik laptop. Kemudian menginjeksikan arus melalui
pengukuran dengan menggunakan GPS, dalam elektroda berdasarkan konfigurasi Wenner-
hal ini jarak tiap plot titik yakni 10 meter dari Schlumberger untuk memperoleh hasil
setiap lintasan menuju utara kemudian untuk pengukuran arus dan potensial dari tiap lintasan.
lintasan selanjutnya menuju arah selatan.
Prosesing Data
Pemetaan Lorong Gua
Morfologi permukaan
Sebagai langkah awal dalam pengukuran
lorong gua pertama yakni menggunakan alat Data morfologi permukaan gua berupa
keselamatan sebelum memasuki gua seperti baju titik-titik plot dari GPS berupa koordinat X, Y,
caving dan terutama head lamp. Kemudian Z. Titik-titik tersebut kemudian diolah dengan
memplot titik mulut gua dengan menggunakan menggunakan software Surfer yang nantinya
GPS. Setelah itu menentukan stasiun awal menghubungkan antara koordinat (X,Y,Z) dari
pengukuran, dimana stasiun awal diberi nama hasil pengukuran sesuai dengan jarak yang telah
stasiun 1. Selanjutnya mengukur jarak antara ditentukan. Sebagai hasil dari pengolahan
stasiun yakni stasiun 1 dengan stasiun
8
dengan Surfer, maka akan menghasilkan peta
kontur.

Lorong gua

Berdasarkan pengambilan data di


lapangan, maka diperoleh data primer berupa
data lorong gua. Data lorong gua Saleh yang
didapatkan berupa tinggi stasiun, sudut
kemiringan stasiun dan jarak antarstasiun.
Kemudian dari data tersebut, selanjutnya
dilakukan pengolahan data menggunakan
software Survex yang kemudian menghasilkan
bentukan 3-D struktur dan kenampakan gua
bawah permukaan. Gambar 4.1 Morfologi Permukaan Gua 2D

Berdasarkan Gambar 4.1 yang


Resistivitas
memperlihatkan morfologi permukaan gua 2D
Data pengukuran geolistrik adalah menunjukkan bahwa lokasi karst Gua Saleh
berupa hasil pembacaan arus, potensial dan terdiri dari bukit-bukit yang tinggi, terjal, dan
resistivitas semu dari tiap lintasan dengan terpisah antarbukit serta beberapa lekuk lembah.
konfigurasi Wenner-Schlumberger. Pengolahan Untuk membuktikan bahwa bentukan lahan dari
data pengukuran geolistrik dengan kawasan karst Gua Saleh terdiri dari bukit tinggi
menggunakan software Res2dinv akan dan beberapa lembah yakni dapat terlihat model
memperoleh penampang resistivity 2-D. kontur yang rapat dan ketinggian dari titik
Kemudian melakukan koreksi titik pada GPS. pengambilan data. Mulut Gua berada pada
Setelah itu melakukan pengolahan data dengan koordinat (9441212, 801764) dengan ketinggian
mengkompilasi penampang resistivitas batuan 139 m.
2-D dengan hasil koreksi titik menggunakan Lorong Gua
software Voxler untuk mendapatkan penampang
Berdasarkan pengukuran lorong gua,
resistivity 3-D.
secara garis besar ada tiga besaran fisis yang
diperlukan untuk pemetaan gua yakni panjang
antar stasiun, sudut kemiringan antar stasiun,
Hasil dan Pembahasan
dan arah antar stasiun. Penentuan stasiun
Morfologi diambil dari beberapa titik yang akan di jadikan
stasiun untuk merekam data yang diperlukan.
Pengukuran morfologi permukaan karst
bertujuan untuk menggambarkan bentang lahan
yang dipengaruhi proses geologi melalui
pengkajian garis kontur. Data pengukuran
sebanyak 224 titik dengan batas pengukuran
sebesar 200 meter ke arah utara-selatan dan 300
meter ke arah barat-timur. Dari hasil
pengukuran, maka diperoleh koordinat (X,Y,Z)
dalam UTM dari tiap titik pengukuran.
Gambar 4.2 Lorong Gua Saleh 2D

9
Dari Gambar 4.2 terlihat jelas stasiun Dari Gambar 4.3, berdasarkan
tempat merekam data yang diperlukan yang penggolongan dari zona yang telah dilakukan
ditandai dengan penomoran tiap stasiun. diperoleh interpretasi bahwa zona resistivitas
Panjang lorong gua yakni 200 m dengan nilai tinggi merupakan udara yang ditafsirkan sebagai
kedalaman bervariasi antara 84-130 mdpl. alur dari Gua Saleh yang mewakili nilai
Kedalaman 130 mdpl yang ditunjukkan warna resistivitasnya adalah warna ungu-ungu tua
merah merupakan mulut gua. namun terpisah pada kedalaman 2,5-13 meter
dan kedalaman 32 meter. Pada daerah di
Penentuan alur gua dengan interpretasi sekitarnya, dengan nilai resistivitas 50-400 Ωm
eksplorasi geolistrik berdasarkan pada nilai diinterpretasikan sebagai batu gamping yang
resistivitas. Seperti telah diketahui sebelumnya mewakili nilai resistivitasnya adalah warna
bahwa pada lokasi penelitian kawasan Karst kuning-merah. Zona resistivitas rendah sebesar
Maros didominasi oleh batugamping yang 20-40 Ωm yang mewakili nilai resistivitasnya
memiliki nilai resistivitas 50-400 Ωm. Udara adalah warna biru muda-biru tua.
memiliki nilai resistivitas yang sangat tinggi
berkisar ρ>2000 Ωm. Karena gua berisikan Lintasan 6 – Lintasan 9
udara untuk pendugaan alur gua maka perlu
diperhatikan bagian dari penampang tahanan Resistivitas
tinggi
jenis yang bernilai ρ>2000 Ωm.

Lintasan 1 – Lintasan 5

Resistivitas
Tinggi

Resistivitas
tinggi

Resistivitas
tinggi
Resistivitas
Tinggi
Resistivitas
tinggi

Resistivitas
tinggi
Resistivitas
tinggi

Resistivitas Gambar 4.4 Penampang resistivitas lintasan 6- lintasan 9 berurut dari


tinggi
atas ke bawah

Dari Gambar 4.4, berdasarkan


penggolongan dari zona yang telah dilakukan
Gambar 4.3 Penampang resistivitas lintasan 1- lintasan 5 berurut dari diperoleh interpretasi bahwa zona resistivitas
atas ke bawah
tinggi merupakan udara yang ditafsirkan sebagai
alur dari Gua Saleh yang mewakili nilai

10
resistivitasnya adalah warna ungu-ungu tua.
Terdapat dua zona yang memiliki resistivitas
tinggi dan saling terpisah sesuai dengan jarak
dan kedalaman. Pada daerah di sekitarnya,
dengan nilai resistivitas 50-400 Ωm
diinterpretasikan sebagai batu gamping yang
mewakili nilai resistivitasnya adalah warna
kuning-merah dan mendominasi dari Gambar 4.6 Morfologi permukaan 3D: (a) Menggunakan Surfer, (b).
Menggunakan voxler
penampang resistivitas. Zona resistivitas rendah
sebesar 20-40 Ωm yang mewakili nilai Lorong Gua 3D
resistivitasnya adalah warna biru muda-biru tua. Pengolahan data lorong gua 3D
Gabungan Lintasan 1 – Lintasan 9 dilakukan dalam 2 cara yakni dengan
menggunakan survex dan voxler seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 4.7.

Gambar 4.5 Penampang resistivitas 2D lintasan 1- lintasan 9

Dari Gambar 4.5, memperlihatkan


penggabungan penampang resistivitas 2D dan Gambar 4.7 Lorong Gua 3D: (a) menggunakan survex, (b)
menggunakan voxler
perpotongan antara tiap lintasan pada
pengukuran metode geolistrik Wenner-
Resistivitas 3D
Schlumberger di kawasan Gua Saleh.
Berdasarkan penggolongan dari zona yang telah Pengolahan penampang resistivitas 3D
dilakukan diperoleh interpretasi bahwa zona menggunakan voxler seperti pada Gambar 4.8,
resistivitas tinggi merupakan udara yang warna ungu merupakan gambaran dari
ditafsirkan sebagai alur dari Gua Saleh yang resistivitas yang memiliki nilai tinggi sehingga
mewakili nilai resistivitasnya adalah warna diinterpretasi sebagai jalur Gua Saleh dengan
ungu-ungu tua nilai kisaran 1500-2000 Ωm

Simulasi 3D

Morfologi 3D
Pengolahan data morfologi permukaan
3D menggunakan surfer dan voxler untuk
mendapatkan kecocokan peta sesuai pada Gbr.
Gambar 4.8 Penampang resistivitas 3D
4.6, memperlihatkan kenampakan yang lebih
jelas tentang kawasan karst Gua Saleh terdiri
dari bukit dan lereng terjal

11
Kompilasi Lorong Gua, Morfologi dan V. Kesimpulan dan Saran
Resistivitas 3D
Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan interpretasi data yang
telah dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Morfologi permukaan karst Gua Saleh
merupakan tower karst karena bukit-
bukitnya yang berlereng terjal masih
mengelompok sehingga membentuk menara,
serta terdapat aliran sungai bawah tanah.
Gambar 4.9 Kompilasi lorong gua, morfologi dan resistivitas 3D Panjang lorong Gua Saleh yakni 200 m
Pada Gambar 4.9 merupakan simulasi dengan nilai kedalaman bervariasi antara 84-
3D hasil kompilasi dari lorong gua, morfologi 130 mdpl dan kondisi gua yang berbeda tiap
dan resistivitas yang di olah di voxler. Tujuan lorong.
dari kompilasi tersebut yaitu untuk 2. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa alur
mengidentifikasi sistem perguaan pada kawasan gua dapat teridentifikasi melalui nilai
karst Gua Saleh dengan menemukan kecocokan resistivitas yang sangat tinggi berkisar
dari tiga pengukuran tersebut. Namun untuk ρ>2000 Ωm. Karena gua berisikan udara
pengukuran geolistrik kurang menunjukkan untuk pendugaan alur gua maka perlu
hasil maksimal disebabkan cuaca pada saat diperhatikan bagian dari penampang tahanan
pengambilan data beberapa lintasan yang hujan jenis yang bernilai ρ>2000 Ωm
dan jangkauan kedalaman dari alat yang tidak 3. Pendugaan alur gua bawah permukaan
sampai pada bagian gua seperti pada Gambar (simulasi 3 dimensi) dapat dilakukan dengan
4.10 yang membandingkan antara lorong gua mengkompilasi data lorong gua, morfologi
dan resisitivitas dan geolistrik konfigurasi Wenner-
Schlumberger.

Saran
Adapun saran untuk meningkatkan penelitian di
kawasan karst Maros di Gua Saleh adalah
sebagai berikut:
1. Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan
bisa untuk mengidentifikasi sungai bawah
tanah.
2. Penelitian selanjutnya dapat dilakukan
Gambar 4.10 Perbandingan lorong gua dan resistivitas gua dengan menggunakan metode eksplorasi
Tetapi dari pengukuran dengan geofisika yang lain misalnya
menggunakan metode geolistrik Wenner- geomagnet,gravitasi, dll.
Schlumberger dapat di gunakan untuk
mengidentifikasi sistem gua dengan
menggunakan nilai resistivitas yang tinggi.

12
DAFTAR PUSTAKA Sukolilo Kabupaten Pati Jawa
Tengah. Buletin Geologi Tata
Ford, D. dan Williams,P.,2007, Karst Lingkungan Vol.18 No.2.Nopember
Geomorphology and Hydrology, 2008:21-32.
Chapman and Hall, London.
Samodra, H., 2001, Nilai Strategis Kawasan
Juanda, D., 2006. Hidrogeologi Kawasan Kars di Indonesia dan Usaha
Gunungapi dan Karst di Indonesia, Pengelolaannya Secara Berkelanjut,
Bandung, Institut Teknologi Bandung. Bandung, Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi, Departemen
Halliday. dan Resnick., 2011. Fundamentals of Energi dan Sumberdaya Mineral.
Physics, America, Cleveland State
University. Sunarto., 1997. Paleogeomorfologi dalam
Analisis Perubahan Lingkungan
Haryono, E dan Adji., 2004. Geomorfologi dan Kompleks Gua Karst Maros Sulawesi
Hidrologi Karst. Yogyakarta, Selatan. Majalah Geografi Indonesia
Universitas Gadjah Mada. 19(11): 31-51.
Hendrajaya, L., Idam, A., 1990. Geolistrik Syamsuddin., 2007. Penentuan Struktur
Tahanan Jenis. Bandung, Institut Bawah Permukaan Bumi Dangkal
Teknologi Bandung. dengan Menggunakan Metode
Husein., 2007. Morfotektonik Pembentukan Geolistrik Tahanan Jenis 2D.
Karst Maros Sulsel. Yogyakarta, Bandung, Institut Teknologi Bandung.
Universitas Gadjah Mada. Taslim.,2014. Perilaku Hidrogeologi Kawasan
Kurniawan., 2004. Eksplorasi Air Tanah Karst Maros: Studi Kasus Gua Saleh,
Menggunakan Geolistrik Tahanan Pattunuang Kecamatan Simbang.
Jenis (Resistivity). Makassar, Kursus Makassar. Universitas Hasanuddin.
Singkat 24-29 Mei 2004. Telford, W.M., Geldart,L.P., Sheriff,R.E., 1990.
Loke, M.H., 2000. Electrical Imaging Surveys Applied Geophysics Second Edition,
for Enviromental and Engineering Cambridge University Press.
Studies: A Practical Guide to 2-D and Todd, D.K., Larry, W.M., 2005. Groundwater
3-D surveys paper 3-15.
Hydrology Third Edition.England, John
Lowrie, W., 2007. Fundamentals of Geophysics Wiley & Sons.
Second Edition.Cambridge University
Press.
Maulana, Y., 2011. Pengelolaan Berkelanjutan
Kawasan Karst Citatah-Rajamandala.
Bekasi, Unisma.
Menteri Negara dan Lingkungan Hidup
(KMLH), 1999.Kawasan Karst di
Indonesia: Potensi dan Pengelolaan
Lingkungannya. Kantor Menteri
Negara dan Lingkungan Hidup.
Noor, D., 2011. Geologi untuk Perencanaan.
Yogyakarta, Graha Ilmu.
Ritter, D.F., 1978, Process Geomorphology,
Wm.C.Brown, Dubuque. Lowa.
Ruswanto., Rajiyowiryono. dan Darmawan.,
2008. Klasifikasi Kawasan Karst
13

Anda mungkin juga menyukai