Noris Herlambang*1), Bagus Sapto Mulyatno1), Ordas Dewanto1), Franciscus Boetje Sinartio2)
1)
Teknik Geofisika, Fakultas Teknik Universitas Lampung
2)
PT. Imbondeiro Global Solution
Jl. Prof. Dr. Sumantri Brojonegoro No.1 Bandar Lampung 35145
Jurusan Teknik Geofisika, FT UNILA
Email*: norisherlambang8@gmail.com
ABSTRAK
Metode seismik atribut amplitudo dan sweetness dapat digunakan untuk mendeliniasi patahan
yang menjadi perangkap potensial dalam suatu reservoar hidrokarbon. Untuk
mengkarakterisasi reservoar dilakukan metode inversi seismik impedansi akustik yang
dilakukan dengan menggunakan data seismik dan data sumur sebagai kontrolnya. Hasil peta
atribut amplitudo dan sweetness menunjukan tiga jenis patahan pada daerah penelitian yaitu
normal fault, reverse fault, dan strike slip fault. Strike slip fault di sisi utara daerah penelitian
bersifat leaking yang menjadi jalur migrasi hidrokarbon yang terperangkap oleh lapisan
impermeabel di atasnya. Sifat leaking pada strike slip fault di sisi utara daerah penelitian juga
diperkuat dengan besarnya nilai porositas di sekitar strike slip fault bila dibandingkan
dengan daerah disekitarnya. Hasil inversi impedansi akustik pada formasi Tensleep
menunjukan nilai impedansi akustik yang rendah yaitu berkisar 34.000 (ft/s)*(g/cc) hingga
36.000 (ft/s)*(g/cc). Pengaruh normal fault yang membagi daerah penelitian menjadi dua
dome dapat terlihat pada hasil inversi yang menunjukan nilai impedansi akustik yang lebih
rendah di sisi utara dareah penelitian. Litologi yang terdapat pada formasi Tensleep terdiri
dari batupasir dan sisipan dolomite dengan nilai porositas efektif pada sumur 25-1X-14
sebesar 0.074, sumur 48X-28 sebesar 0.108, sumur 61-2-x-15 sebesar 0.085, dan sumur 67-1-
TpX-10 sebesar 0.079.
ABSTRACT
Seismic methods of amplitude atribute and sweetness can be used to delineate fault that
becomes potential traps in a hydrocarbon reservoir. To characterize the reservoir, an acoustic
impedance seismic inversion method is performed using seismic data and well data as its
control. Map results attribute amplitude and sweetness indicate three types of faults in the
research area that is normal fault, reverse fault, and strike slip fault. The strike slip fault on the
north side of the leaked study area becomes the hydrocarbon migration path trapped by the
impermeable layer above it. The leaking nature of the strike slip fault on the north side of the
study area is also reinforced by the magnitude of the porosity around the slip fault strike when
compared to the surrounding area. The result of inversion of acoustic impedance in Tensleep
Jurnal Geofisika Vol /No
formation shows low acoustic impedance that is about 34.000 (ft/s)*(g/cc) to 36.000
(ft/s)*(g/cc). The effect of normal fault that divided the research area becomes two dome can
be seen in the inversion result that showed a lower acoustic impedance value on the north side
of the research area. The lithology present in the Tensleep formation consisted of sandstone
and dolomite inserts with effective porosity at 25-1x-14 wells of 0.074, 48X-28 wells of
0.108, wells 61-2-x-15 of 0.085, and 67-1-TpX-10 wells of 0.079.
C. Prinsip Huygens
III. TEORI DASAR
Prinsip Huygens menyatakan bahwa
A. Gelombang Seismik setiap titik-titik pengganggu yang berada di
depan muka gelombang utama akan
Gelombang seismik juga disebut menjadi sumber bagi terbentuknya deretan
gelombang elastik karena osilasi partikel- gelombang yang baru. Jumlah energi total
partikel medium terjadi akibat interaksi deretan gelombang baru tersebut sama
antara gaya gangguan melawan gaya-gaya energi utama. Dalam ekplorasi seismik
elastik. Dari interaksi ini muncul interaksi titik-titik tersebut dapat berupa patahan,
gelombang longitudinal, gelombang antiklin, rekahan, pembajian, dan lain-lain.
tranversal dan kombinasi diantara Sedangkan deretan gelombang baru berupa
keduanya. Apabila medium hanya gelombang difraksi.
memunculkan gelombang longitudinal
saja, maka dalam kondisi ini gelombang
seismik sering dianggap gelombang
akukstik. Pada metode seismik refleksi,
jenis gelombang yang digunakan yaitu
gelombang body terutama pada
gelombang-P (Hidayatullah, 2010).
Gambar 2. Prinsip Huygens (Asparini,
2011).
B. Hukum Snellius
D. Prinsip Fermat
Jurnal Geofisika Vol /No
Jenis metode inversi ini seperti amplitudo dan fase yang secara
mengasumsikan bahwa reflektifitas yang tidak langsung diperoleh melalui data
sebenarnya merupakan seri dari spike-spike seismik. Informasi yang terkandung dalam
besar yang bertumpukan dengan spike- amplitudo dapat diinterpretasi tersendiri
spike yang kecil sebagai background. dan tidak bercampur dengan informasi dari
Kemudian dilakukan estimasi wavelet fase, demikian juga sebaliknya. Fenomena
berdasarkan asumsi model tersebut. brightspot menjadi indikator utama
Sparse-spike mengasumsikan bahwa hanya perubahan litologi secara tajamyang
spike yang besar dan yang penting. Inversi berasosiasi dengan keberadaan zona gas.
ini mencari lokasi spike yang besar dari
tras seismik. Spike-spike tersebut terus J. Atribut Amplitudo
ditambahkan sampai trace dimodelkan
secara cukup akurat. Amplitudo dari blok Atribut amplitudo merupakan atribut
impedansi ditentukan dengan terdasar dari trace seismik yang diturunkan
menggunakan algoritma inversi model dari perhitungan statistik. Atribut
based. Input parameter tambahan dalam amplitudo ini banyak digunakan untuk
jenis inversi ini adalah menentukan jumlah mengidentifikasi anomali amplitudo akibat
maksimum spike yang akan dideteksi adanya hidrokarbon seperti bright spot
(Ariyanto, 2011). ataupun dim spot. Amplitudo seismik juga
umum digunakan untuk pemetaan fasies
I. Seismik Atribut dan sifat reservoar. Perubahan lateral
amplitudo sering dipakai pada studi-studi
Seismik atribut adalah segala stratigrafi untuk membedakan satu fasies
informasi yang diperoleh dari data seismik dengan fasies lainnya. Misalnya secara
baik melalui pengukuran langsung, umum lapisan-lapisan yang konkordan
komputasi maupun pengalaman. Seismik akan mempunyai amplitudo yang lebih
atribut diperlukan untuk memperjelas tinggi, “hummocky” sedikit lebih rendah
anomali yang tidak terlihat secara kasat dan “chaotic”paling rendah. Lingkungan
mata pada data seismik biasa. yang kaya akan pasir umumnya
Secara analitik sebuah signal seismik mempunyai amplitudo yang lebih tinggi
dapat dituliskan sebagai berikut: dibandingkan dengan yang kaya akan
u(t) = x(t) + i y(t) (5) serpih. Perbedaan rasio batupasir dan
dimana x(t) adalah data seismik itu sendiri batuserpih ini dengan mudah dapat dilihat
(data yang biasa anda gunakan untuk pada peta amplitudo. Kegunaan atribut
interpretasi geologi). Sedangkan y(t) amplitudo adalah untuk mengidentifikasi
adalah quadrature, yakni fasa gelombang parameter-parameter diantaranya litologi,
x(t) digeser 90 derajat u(t) dapat diperoleh akumulasi gas dan fluida, dan gros
dengan menggunakan tranformasi Hilbert porositas batupasir (Sukmono, 2016).
pada data seismik, dimana komponen
realnya adalah data seismik itu sendiri dan K. Atribut sweetness
quadratur-nya merupakan komponen
imajiner. Atribut sweetnes didefinisakan
Atribut seismik merupakan penyajian sebagai respon ampitudo dibagi dengan
dan analisa data seismik berdasarkan akar kuadrat dari respon frekuensi. Atribut
informasi utama, yaitu informasi waktu, sweetness adalah atribut seismik yang
frekuensi, amplitudo dan fase pada jejak digunakan untuk mengidentifikasi spot-
seismik kompleks. Atribut seismik spot yang diprediksi merupakan minyak
memberikan informasi parameter- dan gas. Pada batuan sedimen klastik
parameter fisis batuan bawah permukaan anomali sweetness ditandai dengan nilai
amplitudo seismik yang tinggi dan
Jurnal Geofisika Vol /No
Peta time structure dan peta attribute amplitudo peak yang lebih besar bila
extract value pada basement menunjukan dibandingkan dengan daerah disekitarnya.
hasil peta yang berbeda jika dibandingkan Berdasarkan hasil analisis aliran sedimen
dengan formasi diatasnya. Patahan besar berarah dari timur laut meunju barat daya.
yang berarah barat laut-tenggara Jika diamati berdasarkan hasil peta
menunjukan kontras yang lebih jelas. attribute extract value, strike slip fault
Selain itu patahan besar yang berada hanya berjumlah 3, sedangkan jika diamati
dibagian selatan dengan arah barat laut- berdasarkan hasil peta attribute sweetnes
tenggara dan barat daya- timur laut maka terdapat 4 strike slip fault dengan
merupakan patahan yang menjadi arah yang sama. Berdasarkan gambar
perangkap utama karena pada daerah yang tersebut terdapat patahan yang terisi
dibatasi kedua daerah tersebut merupakan sedimen sebagian saja, sedangkan pada
darah cadangan hidrokarbon. bagian barat terdapat patahan normal
Normal fault pada daerah penelitian dimana pada patahan ini terdapat
dapat dilihat jelas mulai dari formasi penumpukan sedimen hasil dari aliran
paling atas hingga basement dengan arah sedimen dari patahan strike slip fault.
barat daya-timur laut. Terdapat dua Reverse fault pada daerah penelitian
patahan yang berdaketan dan memiliki merupakan patahan yang memiliki offset
arah yang sama. Bagian sebelah selatan yang paling besar. Patahan ini
patahan merupakan daerah yang memiki membentang dari barat laut- tenggara dari
ketinggian yang lebih rendah dan disebut daerah dome dibagian utara hingga dome
juga sebagai hanging wall, yang bergerak dibagian selatan. Patahan ini terbentuk
relatif turun terhadap foot wall. karena adanya tegangan yang berarah dari
timur ke barat hingga suatu mengalami
Hasil identifikasi patahan tidak pemusatan energi hingga terbentuklah
menunjukan perubahan yang signifikan patahan tersebut.
mulai dari formasi Charlisle hingga
formasi Tensleep, sedangkan memasuki C. Analisis Sumur
basement patahan mulai tergambarkan
kurang jelas hal ini menandakan bahwa Analisa kurva gamma ray pada tiap-
patahan tersebut mulai melemah ketika tiap sumur penelitian menunjukan nilai
memasuki basement. yang rendah dari 20 API hingga 50 API
Strike slip fault terlihat jelas pada yang menandakan bahwa formasi Tensleep
formasi Tensleep, hal ini dapat dilihat pada merupakan lapisan yang permeabel.
Gambar 7 dimana patahan ini tidak begitu Respon kurva log neutron porosity dengan
terlihat pada formasi diatasnya. Strike slip kurva log density juga menunjukan cross
fault berdasarkan peta attribute extract over yang menandakan bahwa lapisan
value menunjukan penampakan yang tersebut mengandung hidrokarbon. Untuk
sangat jelas dengan arah patahan yaitu menentukan jenis litologi menggunakan
barat daya- timur laut. Terdapat tiga strike kurva log density dan kurva log sonic.
slip fault pada daerah penelitian dengan Kurva log density pada batupasir memiliki
arah yang sama dan bagian tengah strike nilai yang lebih rendah dibandingkan
slip fault memiliki offset yang lebih kecil. dengan batuan dolomite sedangkan nilai
Pada formasi Tensleep dilakukan log sonic pada lapisan dolomite memiliki
analisis dengan membandingkan volume nilai yang lebih rendah dibandingkan
attribute yang digunakan. Peta attribute dengan batu pasir. Hasil analisis log
volume sweetnes menunjukan deliniasi resistivitas menunjukan nilai resistivas
patahan yang sangat jelas. Berdasarkan pada formasi Tensleep yang bervariasi
hasil pengamatan daerah strike slip fault mulai dari 15 ohm.m hingga 200 ohm.m.
Jurnal Geofisika Vol /No
LAMPIRAN
Tabel 1. Nilai porositas efektif dan porositas total sumur penelitian
No. Sumur Porositas Efektif Porositas Total
(fraction) (fraction)
1. 25-1X-14 0.074 0.138
2. 48X-28 0.108 0.176
3. 61-2-X-15 0.085 0.122
4. 67-1-TpX-10 0.079 0.129
Gambar 4. Peta time structure dan peta attribute extract value formasi Top Tensleep
b.
a.
c. d.
Gambar 5. Normal fault daerah penelitian
Jurnal Geofisika Vol /No
a. b. d. e.
c. f.
Gambar 6. Normal fault pada formasi a) Lakota Morrison, b) Crow Mountain, c) Red Peak,
d) Top Tensleep, e) Base Tensleep, f) Basement
Reverse Fault
Strike Slip Fault
Gambar 7. Strike slip fault dan Reverse fault pada formasi Tensleep
Gambar 8. Peta persebaran nilai inversi impedansi akustik model based formasi Tensleep
Jurnal Geofisika Vol /No
Model Base
Bandlimited
Gambar 10. Perbandingan kualitatif hasil inversi model base dengan spare spike
Porositas Efektif
Gambar 12. Perbandingan hasil atribut seismik dengan peta porositas efektif