Usulan penelitian:
Diajukan oleh:
1806100042
KUPANG
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya sebagai penulis haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha
Esa yang telah menolong hamba-Nya sehingga dapat menyelesaikan Proposal skripsi
dengan judul “ANALISIS LONGSOR YANG TERJADI DI LERENG SEKITARAN
SUNGAI, MAULAFA KOTA KUPANG” dengan baik. Penulisan proposal penelitian
ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas mata kuliah metodologi penelitian.
1. Bapak Dr. Herry Zadrak Kotta, ST., MT selaku dosen pembimbing mata
kuliah metodologi penelitian, yang telah membimbing saya dalam
menulis proposal ini.
4. Dan untuk pihak-pihak lain yang telah banyak membantu saya, yang
tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
COVER ......................................................................................................................i
1. PENDAHULUAN ..............................................................................................1
iii
3.6.Prosedur Penelitian ................................................................................10
iv
1. PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
“Longsor sendiri merupakan salah satu jenis gerakan tanah atau batuan,
ataupun pencampuran keduanya yang menuruni atau keluar lereng akibat
terganggungnya kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng”(BNPB)
Di dekat rumah saya, terdapat sungai besar yang sering kali banjir ketika
hujan. Ketika hujan air di sungai meluap dan mengikis tanah di sekitaran
lereng. Dan di sekitaran lereng juga di tanam pohon pisang yang makin
menambah beban lereng, sehingga karena faktor tersebut longsor pun tak
terelakan.
1
1.2. Rumusan Masalah
a. Manfaat Teoritis.
Mengedukasi masyarakat untuk mengetaui pengertian dari longsor,
dan memberi tambahan informasi mengenai longsor bagi
masyarakat, untuk bisa tau cara mencegah atau meminimalisir
longsor.
2
b. Manfaat Praktis
a. Bagi Masyarakat
Memberi tau masyakat mengenai bagaimana cara untuk
mencegah atau meminimalisir longsor.
b. Bagi Peneliti
Dapat menerapkan ilmu-ilmu yang di dapat di kuliah untuk
mengurangi kemungkinan terjadinya longsor.
3
2. TINJAUAN PUSTAKA
a. Kemiringan lereng
Menurut Karnawati (2005) kelerengan menjadi faktor yang
sangat penting dalam proses terjadinya longsor. Lereng
dengan kemiringan >40o sangat rentang terhadap longsor.
Potensi terjadinya gerakan di lereng juga tergantung pada
kondisi batuan dan tanah penyusun lereng.
b. Penggunaan lahan di lereng.
Tanaman mampu menahan air hujan sehingga terciptanya
drainase yang baik. Namun dengan pola penanaman
tanaman yang tidak tepat, malah justru akan meningkatkan
bahaya dari tanah longsor. Jadi jenis tanaman yang ditanam
harus sesuai dengan kondisi geofisik. Menurut surono
4
(2003), tanaman yang bagus di tanam di lereng ialah tidak
terlalu tinggi dan memiliki jangkauan akar yang luas
sebagai pengikat tanah.
c. Curah hujan yang tinggi.
Menurut Karnawati (2005) faktor terjadinya longsor juga
ialah curah hujan. Air yang telah masuk akan tertahan oleh
batuan yang kedap air. Derasnya hujan mengakibatkan air
yang tertahan semakin meningkat debit dan volumenya dan
akibatnya air dalam lereng ini semakin menekan butiran
tanah hingga bergerak. Batuan yang bersifat kompak dan
kedap air yang berguna sebagai penahan air pun menjadi
bidang peluncur, sedangkan air berperan sebagai
pendorong massa tanah yang tergelincir di atas bidang
peluncur tersebut. Semakin curam makan semakin tinggi
kecepatan meluncur. Menurut Suryolenono (2005),
pengaruh hujanm dapat terjadi di bagian-bagian lereng
yang terbuka karena aktivitas mahkluk hidup terutama
berkaitan dengan budaya masyarakat saat ini dalam
memanfaatkan alam.
d. Keadaan tanah.
Keadaan tanah yang dapat meresap air(memiliki
permeabilitas) dapat menurukan nilai kuat geser tanah.
Ketika tanah sudah mencapai batas untuk menyimpan air,
maka air akan mendorong tanah di tambah dengan batuan
lempung yang jenuh air akan menjadi bidang peluncur,
sehingga tanah yang penuh dengan air akan jatuh kebawah
karena adanya gravitasi. Jenis tanah yang kurang padat
adalah tanah lempung dengan ketebalan lebih dari 2,5 m
dan sudut lereng dari 220%. Tanah jenis ini memiliki
potensi tyerjadinya longsor terutama bila terjadi hujan.
Selain itu tanah ini sangat rentan terhadap pergerakan tanah
karena menjadi lembek terkena air dan pecah ketika suhu
terlalu panas.
e. Gempa bumi.
Daerah yang sering terjadi gempa bumi dan memiliki
lereng yang curam, sangat beresiko terjadinya longsor
dibandingkan dengan daerah yang tidak rawan gempa.
5
f. Kondisi hidrologi lereng.
Lereng yang air tanahnya dangkal dan permeabilitas tinggi
sangat sensitive mengalami kenaikan tekanan hidrostatis
apabila air permukaan meresap ke dalam lereng. Selain itu
kekar sering pula menjadi saluran air masuk ke dalam
lereng. Apabila semakin banyak air yang masuk dalam
kekar tersebut, tekanan air juga akan semakin meningkat.
Dengan adanya bidang peluncur, maka kenaikan tekanan
air ini akan sangat mudah menggerakan lereng melalui
bidang tersebut.
g. Erosi
Erosi juga menjadi faktor dari penyebab dari longsor,
dimana erosi mengikis dinding lereng sehingga kestabilan
lereng menjadi terganggu. Longsor yang berasal dari erosi
biasanya dari air sungai yang meluap, dan mengikis
dinding lereng secara perlahan. Air yang menembus tanah
lereng akan membuat tanahnya menjadi bidang peluncur
dikarenakan menurunnya ketahanan batuan.
h. Perilaku manusia.
Kegiatan manusia juga berpengaruh terhadap terjadinya
longsor, yaitu system drainase yang tidak baik, menanam
tanaman yang harusnya tidak di tanah di lereng, dan
seterusnya. Masih banyak perilaku manusia yang dapat
mengakibatkan longsor terjadi. Perlu di tingkatkan
kesadaran masyarakat agar bisa meminimalisir longsor.
a. Longsoran (Slides)
Longsoran dengan bidang gelincir datar di sepanjang
diskontinuitas atau bidang lemah yang secara pendekatan
sejajar dengan permukaan lereng sehingga terjadi gerakan
tanah secara translasi
b. Jatuhan (falls)
Pergerakan material terbentuk lereng yang sangat cepat
termasuk batu jatuh bebas, lompatan, dan bergulir ke
bawah pada permukaan lereng, atau batu menggelinding
atau pecahan batu bergerak ke bawah di permukaan lereng.
6
c. Robohan (topples)
Terjadi ketika sejumlah besar batuan atau material lain
bergerak ke bawah dengan cara jatuh bebas, yang
umumnya terjadi pada lereng yang terjal menggantung
terutama daerah pantai.
d. Sebaran (spreads)
Kombinasi dari meluasnya massa tanah dan turunnya
massa batuan terpecah-pecah ke dalam material lunak
dibawahnya. Sebaran juga merupakan gerakan tanah yang
umum terjadi ke arah samping karena terjadi pada
kemiringan-kemiringan atau muka lahan datar/sangat datar
e. Aliran (flows)
Gerakan hancuran material ke bawah lereng dan mengalir
seperti cairan kental dan sering terjadi dalam bidang geser
relative sempit.
f. Kompleks (combination of types)
Merupakan gabungan dua atau lebih tipe gerakan massa
tanah atau batuan.
a. Pemotongan lereng.
Metode ini dilakukan dengan memotong bagian atas lereng
yang curam, sehingga akan menambah kestabilan lereng.
Pemotongan dilakukan pada lereng-lereng yang cukup
terjal pada lokasi tertentu yang rawan terhadap pergerakan.
Metode ini bisa dipilih dikarenakan efektif menambah
kestabilan lereng dan membutuhnya biaya yang relative
murah.
b. Membangun drainase.
Metode dilakukan untuk menyalurkan air ke bawah lereng,
sehingga air tidak di serap dan tekanan air, kuat gesernya
bisa di control.
c. Pengalihan air permukaan.
Aliran di permukaan zona longsor dapat di alihkan dengan
menggali parit di sekitar puncak lereng. Selain itu drainase
yang dasarnya dilindungi batu. Geotekstil, dan pipa-pipa
dapat digunakan untuk memotong aliran air bawah tanah,
sehingga air tanah tidak mengalir ke zona yang tidak stabil.
7
d. Shotcrete.
Tujuan pokok dari Shotcrete atau penyemenan adalah
untuk perlindungan lereng dari infiltrasi air hujan yang
masuk ke dalam tanah. Bahan yang digunakan ialah sama
dengan campuran beton, namun agregatnya tidak boleh
lebih dari 3/8 inch. Hal yang harus diperhatikan ialah
memasang lubang-lubang pipa di dalam shorcrete.
8
3. Metode Penelitian
3.2.Waktu Penelitian
Waktu penelitian akan di lakukan dari bulan Mei 2021 hingga bulan Juni 2021
Penelitian ini memiliki dua sumber data yaitu sumber data primer dan sumber
data sekunder. Sumber data primer ialah data yang di ambil secara langsung di
lapangan sedangkan sumber data sekunder ialah data tambahan, bisa dari
jurnal, artikel atau karya ilmiah lainnya.
a. Data Primer :
Struktur fisik tanah/batuan pembentuk lereng, kuat geser tanah, tinggi
lereng, kemiringan lereng, beban lereng, kondisi hidrologi, kondisi
geomorfologi, penggunaan lahan lereng.
b. Data Sekunder :
Data yang di peroleh dari pemerintah setempat, mengenai curah hujan,
kondisi geologi, penginputan data yang di perlukan. Ada juga Jurnal,
Artikel, dan Karya ilmiah lainnya.
Menurut Sugiyono (2010: 335), yang dimaksud dengan teknik analisis data
adalah proses mencari data, menyusun secara sistematis data yang diperoleh
dari hasil wawancara, catatan lapangan, dokumentasi, dengan cara
mengorganisasikan data dalam kategori, menjabarkan data ke dalam unit-unit,
melakukan sintesis, menyusun dalam pola memilih mana yang penting dan
yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sheingga mudah dipahami
oleh diri sendiri maupun orang lain.
a. Observasi
Menurut Papunda Tika (2005: 44) Observasi adalah cara dan
pengumpulan data dengan melakukan pengamatan dan pencatatan secara
sistematis terhadap gejala atau fenomena yang ada pada objek penelitian.
9
Obsevarsi disini dilakukan dengan mengamati struktur pembentuk lereng,
kemiringan lereng,
b. Studi Dokumentasi
Studi yang menginput berbagai dokumen dari instansi terkait, berupa Peta
mengenai lokasi, data curah hujan, peta kemiringan lereng, peta geologi,
peta penggunaan lahan, peta tanah, pentuk bentuk lahan lereng.
c. Studi Literatur
Studi literature adalah cara mengumpulkan data sekunder dengan
mempelajari masalah yang diteliti dari buku-buku, laporan penelitian,
jurnal, dan karya ilmiah yang lain.
d. Pengukuran
Untuk mengukur ketinggian lereng, kemiringan lereng, dan berapa
jauhnya longsor jatuh dari tempat asalnya.
e. Uji laboratorium
Yaitu melakukan pengujian atau menguji sampel tanah yang diperoleh
dari lapangan. Untuk meperoleh data tentang sifat-sifat tanah, terlebih
mengenai permeabilitas tanah, tekstur tanah.
3.6.Prosedur penelitian
Prosedur penelitian dilakukan dengan menyusun data data, dan studi yang
sudah dilakukan. Mengumpulkan data yang diperlukan, mau data primer
ataupun sekunder, lalu menguji di laboratorium dan mengambil
kesimpulan.
10
Daftar Pustaka
Prof. Dr. Ir. Kabul Basah Suryolenono, Dip.H.E.,D.E.A., Bencana Alam Tanah
Longsor Perspektif Ilmu Geoteknik, Pidato Pengukuhan Jabatan Guru
Besar, Yogyakarta: Fakultas Teknik UGM.
Karnawati, Dwikorita., 2005, Bencana Alam Gerakan Massa Tanah di Indonesia dan
Upaya Penanggulangannya. Yogyakarta: Fakultas Teknik UGM.
11