Anda di halaman 1dari 18

TUGAS TEKNIK EKSPLORASI MENGENAI PENGOLAHAN DAN

INTERPRETASI DATA GEOLISTRIK

OLEH

EZFRAMEIN BILI LENDE

1806100042

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN

FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG 2020
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Eksplorasi merupakan kegiatan mencari kerterdapatan mineral, serta menghitung potensi


apakah, mineral tersebut dapat di tambang atau tidak. Dalam Kegiatan Eksplorasi terdapat
dua metode yaitu metode langsung dan tidak langsung, disini akan membahas salah satu
metode tidak langsung yaitu Geofisika.

Geofisika merupakan cabang ilmu Geologi, yang mempelajari tentang bagian bumi yang
tidak terlihat di permukaan. Dalam geofisika ada metode yang di pakai disini, yaitu
Geolistrik.

Geolistrik merupakan salah satu metode geofisika yang mempelajari sifat daya hantar
listrik ke dalam bumi dan bagaimana cara mendeteksinya di dalam dan di permukaan
bumi. Ada beberapa metode antara lain ; metode potensial diri, arus telluric,
magnetotelluric, dan IP (induce polarization), resisvitas tahan jenis, dan lain-lain.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana melakukan pengolahan dan interpretasi data geolistrik?

C. Tujuan

Dapat mengetaui cara untuk mengelolah dan menginterpretasikan data geolistrik, serta
dapat mengidentifikasikan jenis batuan berdasarkan data geolistrik.

PEMBAHASAN

KEADAAN DAERAH IUP DI TAKARI

RG Bujur Lintang
RG3.1 S 09˚ 48' 19.2" E 123˚ 53' 05.4"
RG3.2 S 09˚ 48' 20.3" E 123˚ 53' 11.9"
RG3.3 S 09˚ 48' 20.0" E 123˚ 53' 16.1"
RG3.4 S 09˚ 48' 19.9" E 123˚ 53' 20.0"
RG3.5 S 09˚ 48' 20.1" E 123˚ 53' 24.1"
RG3.6 S 09˚ 48' 19.9" E 123˚ 53' 28.2"
RG3.7 S 09˚ 48' 17.5" E 123˚ 53' 32.9"
RG3.8 S 09˚ 48' 19.8" E 123˚ 53' 36.7"
RG3.9 S 09˚ 48' 19.5" E 123˚ 53' 39.7"
RG3.10 S 09˚ 48' 19.8" E 123˚ 53' 43.0"
Gambar 1. Titik kordinat di tiap plot yang
dilakukan survey geolistrik.

A. Stratigrafi

Pada plot yang di lakukan di dalam arcgis di ketaui bahwa daerah tersebut terdiri dari
beberapa formasi. Formasi bobonaro(Tmb) Menjadi formasi yang paling banyak,
namun ada beberapa formasi lagi seperti Formasi Maubisse(TRPml), Lava
bantal(TRPmv), formasi Cablac(Tmc), Komplek mutis(pPm) dan formasi
Ultrabasa(UB). Berikut penjelasan mengenai 3 formasi tersebut.
 Formasi Maubisse (TRPml)
terdiri dari batugamping berwarna merah kecoklatan sampai ungu (TRPml) dan
lava bantal (TRPmv) yang kehihatannya saling jari-menjari. Bagian bawah terdiri
dari batugamping pejal betlapis baik, tebal rata-ratanya 10 cm dengan selingan tipis
baturijang. Semakin ke atas perlapisannya menjadi samar dan akhirnya merupahan
batugamping pejal tidak berlapis. Tetapi di bagian atas ini masih ditemukan
sisipan-sisipan serpih pasiran berwarna merah jambu sampai kecoklatan, kalsilutit
dan rijang dengan warna serupa. Sisipan serpih tersebut umumnya terisi kalsit pada
rekahanrekahannya. Lava bantal (TRPmv) terutama bensusunan basal dan spilit di
samping beberapa batuan volkanik seperti trakit, senit porfir dan andesit leuko.
Batuan-batuan tersebut umumnya telah mengahami ubahan, terutama kloritisasi
yang mengakibatkan batuan berwarna kehijauan; dan sebagian terserpentinitkan
terutama di bagian bawah atau sekeliling bongkah bantalnya. Celah-celah antara
bongkah-bongkah bantal ini biasanya terisi oleh rijang berwarna coklat kotor.
Formasi ini telah mengalami tektonik lanjut dan mungkin berulang-ulang dan
kontaknya dengan formasi lain adalah kontak tektonik. Ketebalan formasi ini sulit
ditentukan karena telah rusak. Formasi ini mudah dikenali karena membentuk
bukit atau kelompok bukit yang sangat menonjol. Lebih terkenal dengan istilah
“Fatu” walaupun tidak semua fatu terdiri dan batugamping. Di Timor Barat,
singkapan yang bagus dan mudah dicapai terdapat di dekat desa Kiupukan, pada
Jalan raya antara Kefamenanu dan Atambua. Lokasi tipenya terdapat di dekat desa
Maubisse di Timor Timur (Audley-Charhes, 1968). Formasi ini banyak sekali
mengandung fosil terutama pada batugampingnya serta sisipan-sisipan serpihnya.
Fosil-fosil tersebut meliputi banyak sekali genera amonit yang ditemukan di
Somohole (ejaan yang betul ialah Soanmahole), Lidak, Bitauni, Amanasi, Tai Wei;
brakiopoda, krinoida, koral, fusulina dan Halobia (Tappenbeck, 1940 di dalam
Marks, 1957). Sebelumnya formasi ini termasuk dalam “Sonnebait series” (Marks,
1957).

 Komplek Bobonaro (Tmb/Tb)


secara litologi terdiri dan dua bagian pokok: (a) lempung bersisik, (b) bongkah
bongkah asing yang bermacam-macam ukurannya. Lempung bersisik mempunyai
sifat seragam yaitu menunjukan cermin sesar, lunak, berwarna aneka ragam: merah
tua, kehijauan, hijau keabuan, metah kecoklatan, abu-abu kebiruan dan merah
jambu. Terlihat garis-garis alur dengan perdaunan lemah, terutama apabila matrik
lempung ini terdapat di sekitar batuan yang bebih kompeten, seperti halnya di
sekitar bongkah asing. Kadang-kadang mengembang bila lapuk, memperlihatkan
kemas jagung berondong. Lempung bersisik ini merupakan matrik dan bongkah-
bongkah asing yang berasal dan batuan yang lebih tua. Bongkah-bongkah asing
tersebut antara lain batupasir bermika dari Formasi Bisane, batugamping dari
Formasi Cablac, rijang, batuan ultrabasa, lava bantul dan batugamping krinoida
dan Formasi Maubisse, batuan dari Komplek Mutis, Formasi Ofu, Formasi
Nakfunu dan batuan-batuan yang lain. Orientasi bongkah bongkah asing ini agak
teratur, yaitu agak sejajar (subparalel) dengan poros pulau dan kadang-kadang
menunjukkan boudinasi dengan struktur kerucut-dalam kerucut seperti yang
terdapat di tepi jalan di sebelah barat Camplong. Dalam lempung bersisik
terkandung fosil-fosil foram yang menunjukkan umur dari Mesozoikum sampai
Pliosen yang dicirikan oleh Globotruncana sp., Truncorotaloides topilensis,
Globigerina angulizuturalis, Globorotalta peripheroacuta, Globigerina nephentes,
Globorotalia tumida, Globigerinoides ruben, Globigerinoides extremus dan
Globoquadrina altispira (P. Siregar, Direktorat Geologi, 1975). Fosil-fosil yang
menunjukan umur pra Miosen telah mengalami proses pengendapan kembali
(reworked) dan populasinya lebih jarang jika dibandingkan dengan fosil-fosil yang
menunjukkan umur Miosen Tengah sampai dengan Pliosen. Kelihatannya bagian
atas Komplek Bobonaro menunjukan kesamaan umum dengan bagian bawah
Kelompok Viqueque. Hubungan yang sebenarnya antara kedua formasi tersebut
belum diketahui dengan pasti. Kontaknym dengan formasi-formasi yang lebih tua
cenderung bersifat tektonik. Ketebalan Komplek Bobonaro sangat bervariasi dan
sangat sulit diperkirakan mengingat sifat fisiknya. Komplek Bobonaro disebut
sebagai Bobonaro Scaly Clay oleh Audley-Charles (1968) berdasarkan lokasi
tipenya di sekitar desa Bobonano di Timor Timur. Para penyelidik terdahulu
(Tappenbeck, 1940; van Bemmelen, 1949; Marks, 1961) memasukkan satuan ini
dalam “Sonnebait series”, sedangkan di Timor Timur disebut “Bibiliu
series”(Grunau, 1953).

 Batuan Ultra Basa(Ub)


basal, lerzolit dan serpentinit. Basal berwarna abu-abu tua, porfiritik dan versikular
sedangkan lerzolit berwanna kehajauan, hypidiomorfik, banyak mengandung
mineral hitam, retak retak dan mengalami serpentinisasi. Serpentin yang
merupakan bagian terbesar berwarna hijau tua, kadang kadang dengan bintik-bintik
hitam dan putih. Bintik bintik hitam terdiri dari mineral magnetit, sedangkan
bintik-bintik putihnya adalah mineral antigonit yang berbutir kasar sampai halus.
Kedua macam mineral tersebut dikelilingi oleh serabut-serabut serpofit dan
krisotil. Serpentinit mendaun ditemukan di punggung antara Nuaf (bukit) Mutis
dengan Nuaf Lelofui serta di daerah Atapupu. Struktur ini disebabkan oleh
mineral-mineral antofilit yang besar dikelilingi oleh mineral-mineral antigonit,
serpofit, krisotil dan magnetit yang berukuran lebih kecil. Singkapan singkapan
yang baik dapat ditemukan di daerah daerah bukit Mutis, Lelofui, Miamafo dan
Atapupu. Batuan serpentinit ini umumnya berasosiasi dengan sesar naik atau zona-
zona sesar naik.

 Komplek mutis (pPm)


batuan malihan berderajat rendah sampai tinggi yang meliputi batusabak, filit,
sekis, amfibolit, sekis amfibolit, kwarsit, genes amfibolit, granulit. Batusabak
keabu-abuan, kecoklatan sampai coklat tua dengan belah sabak sempurna
merupakan sebagian kecil singkapan yang terdapat di Gunung Miomafo dan Mutis.
Filitnya adalah filit serisit, filit arkosa-albit, filit grafit dan filit kwarsitan. Sekis
terdiri dari sekis epidot-klorit-aktinolit, sekis kwarsa-karbonat-muskovit-klorit dan
setempat ditemukan pula sekis kwarsitan-granat pidmontit. Amfibolit merupakan
bagian terbesar di dalam KomplekMutis dan terdiri dari amfibolit plagioklas,
amfibolit epidot, sekis amfibolit, genes granat amfibolit. Batuan berderajat granulit
adalah genes amfibolit granat, genes granat yang mengandung staurolit-kianit dan
anortosit hornblende pirop. Kadang-kadang di dalam amfibolit ditemukan pula
batuan granitan, gnanodioritan dan dioritan yang termalihkan. Kwarsit filitan yang
tersingkap di bagian hulu sungai Besasi sebelah barat Gunung Mutis mengandung
lensa-lensa dan lapisan tipis kwarsit pejal, berwarna kemerahan dan sebagian
mengandung klorit. Terdapat juga baturijang gampingan yang terlipat kuat.
Bebenapa bongkah gabro dan gabro leuko dengan mineral-mineral yang terarah
ditemukan pula di aliran sungai (Noil) Besi sebehah timur Gunung Mutis,
sedangkan pegmatit granitan yang terkloritkan tersingkap di kaki Gunung
Miomafo. Komplek Mutis diterobos oleh retas yang bersusunan diabas, diorit
hornblende, diorit kwarsa dan retas tersebut agak termalihkan. Lokasi tipenya
tersingkap bagus dan luas di bagian hulu sungai Besasi di sekitar Gunung
Mutis. Singkapannya di Gunung Mutis menunjukkan bahwa batuan ini menutupi
secara tektonik Formasi Aitutu. Kontaknya dengan Formasi Haulasi dan Formasi
Noni yang tak teruraikan menunjukkan hubungan yang dekat selalu ditandai oleh
retas yang menerobos keduanya. Komplek Mutis ini ditutupi secara tektonik oleh
Formasi Maubisse yang berumur Perem. Umur Komplek Mutis diperkirakan
berkisar dari Perem (Molengraaff, 1915) sampai PraKarbon (Tappenbeck, 1940).
van West (1941) dan Audley-Charles (1968) menduganyaberumur Pra Perem.
Satuan serupa di Timor Timur dinamakan Komplek Lolotoi (Audley- Charles,
1968).

B. METODOLOGI

Hasil pengukuran geolistrik di kelola dalam software progress. Dengan data dari hasil
pengukuran berupa kombinasi data jarak AB/2, MN/2 dan nilai besar arus listrik serta
tegamgan listrik yang akan di dapat suatu harga tahan jenis semu(Apparent
Resistivity). Data yang di gunakan dalam software progress ialah dta jarak AB/2 dan
Data Apparent Resistivity.

Berikut ialah cara mengelolah data geolistrik pada software progress.


1. Buka data sounding yang tersimpang di file excel

2. Buka program progress yang telah di install, lalu tampilan akan seperti ini

3. Masukan nilai AB/2 pada kolom spacing dan nilai R (Ohm m) ke kolom observed
pada progress
4. Setelah semua di masukan, di save sesuai nama founding.

5. Setelah file tersimpan, langkah selanjutnya adalah klik pada menu forward
modeling. Tampilan akan seperti ini.
6. Lakukan input data pada kolom depth dan nilai resistivity sesuai tren sebaran yang
terdapat pada curve of apparent, resitivity vs electrode spacing

7. Setelah input data pada menu Forward Data selesai di lakukan klik menu, invers
modeling , akan muncul tampilan seperti ini.

8. Klik berulang-ulang pada tanda panas pada invers modeling, hingga nilai rms tidak
berkurang lagi. Lalu di save
9. Klik menu interpreted data untuk memunculkan tampilan seperti ini

10. Kalau mau bikin dalam file bmp, maka klik file lalu klik lagi print to file, maka
tampilan seperti ini. Kemudian save.
11. Jika sudah muncul seperti ini, maka dapat di lakukan interpretasi

12. Setelah sudah seperti di atas. Lakukan interpretasi.


- Metode geolistrik merupakan metode geofisika yang relatif murah, mudah,
jangkauan daerah luas, dapat membedakan macam-macam batuan tanpa melakukan
pemboran terlebih dahulu, akan tetapi sifatnya dangkal (<200 m)
- Harga Tahanan jenis bukanlah suatu besaran yang pasti. Banyak faktor yang
mempengaruhi dan hal tersebut harus dipelajari sebelum melakukan interpretasi,
sehingga dilakukan data pendukung lainnya.
- Persoalan pokok di dalam interpretasi: tahanan jenis batuan dan kedalaman
bidang batas batuan.
- Diperlukan pemahaman konsep-konsep dasar geologi dan data pendukung
seperti memahami kondisi geologi regional, stratigrafi regional, struktur regional,
data-data singkapan, dan sebagainya.

C. HASIL DAN PENGOLAHAN DATA GEOLISTRIK


Pengolahan data geolistrik di buat dalam software Progress, lalu hasilnya akan di
interpretasikan dalam Inkscape. Di bawah ini keterangan indicator yang di wakili tiap
warna

Gambar indicator warna.

a. RG3.1
Berada di kawasan Komplek bobonaro, di lihat resisvitas di nilai sekitaran 1-10, di
interpretasikan bahwa terdapat lempung lalu batuan ultrabasa, namun setelah
batuan ultrabasa, terdapat anomaly yang merupakan indikasi adanya mineral
logam.
b. RG3.2

Masih berada di kawasan komplek bobonaro, resisvitas menunjukan lempung dan


batuan ultrabasa, namun di nilai 1,7 saya merasa itu indikasi mineral logam, namun
di karenakan nilai resisvitas logam di bawah satu, maka saya memutuskan untuk
menginterpretasikan sebagai batuan ultramafic saja.
c. RG3.3 dan RG3.4

Dalam RG3.3 dan RG3.5 hampir sama, jadi di jadikan satu saja. Anomaly ternyata
ada juga di dalam indicator lempung(abu-abu) 0,1-1 di curigai air namun, di buat
dalam indicator lempung, setelah batuan ultrabasa, ada anomaly mineral logam.

d. RG3.5

Dalam RG3.5 sudah mulai memasuki kawasan Batu gamping, dimana nilai
resisviras sangat besar, dan di indikasikan sebagai batuan iqneous berupa
kelompok andesit atau graniit.
e. RG3.6

Masih dalam kawan batu gamping, di bawah batu gamping ada anomaly mineral
logam, sedangkan di bawah mineral logam hanya batuan Ultrabasa saja.

f. RG3,7 dan RG3.8

Di RG 3.7 tidak memiliki indikasi mineral logam, berarti urat terputus di titik rg3.7
namun muncul lagi di RG3.8.
g. RG 3.9 dan RG 3.10

RG3.9 dan RG3.10 sama sama di kawasan batu gamping, dan memiliki kemiripan
dimana indikasi mineral logam berada setelah lempung namun sebelum batuan
ultrabasa. Nah di batuan ultrabasa disini RG3.9 dan RG 3.10 ada indikasi
Kelompok andseit dan granit.

Ini merupakan hasil analisa secara keseluruhan, bisa di lihat di daerahkawasan komple bobonaro
memiliki kecenderungan mineral logam lebih tinggi ketimbang titik yang lain. Geolistrik sangat
membantu apalagi dengan biaya yang terjangkau, dapat mengetaui potensi-potensi mineral logam,
namun jika ingin melakukan lebih lanjut, sangat di sarankan untuk melakukan pengeboran, untuk
mengecek apakah benar ada mineral logam atau tidak.
PENUTUP

A. Kesimpulan
Menggunakan Geolistrik sangat berguna ketika melakukan eksplorasi dengan modal yang
kecil, dengan melakukan pemgantaran listrik saja, bisa mengindikasikan apakah ada
mineral logam atau tidak. Dengan software progress juga dapat mengelolah data dengan
baik.

DAFTAR PUSTAKA

Adept Talan Titu Eki.2013. Identifikasi Batuan Berdasarkan Hasil Interpretasi Data Geolistrik
Metode Sounding Studi Kasus Pada Wilayah Iup Eksplorasi Emas Pt Intan Prima Metalindo Desa
Fatusuki Kecamatan Amfoang Selatan Dan Desa Tanini Kecamatan Takari, Kabupaten Kupang
Provinsi Nusa Tenggara Timur. Hal 1-73.Kupang.

Refrensi Geologi Timor Barat

Refrensi Tutorial Software Progress

Adept Talan Titu Eki. Materi Teknik Eksplorasi 1 mengenai Teknik Eksplorasi

Adept Talan Titu Eki. Materi Teknik Eksplorasi 6 mengenai Geolistrik

Anda mungkin juga menyukai