Anda di halaman 1dari 101

Nomer Bahan Training : 001

Judul Bahan Training : PRODUCT KNOWLEDGE

Definisi Kompetensi:

1. Kemampuan untuk menjelaskan tentang product baik itu heavy equipment maupun support
equipment mengenai kelebihan dan kekurangannya.
2. Kemampuan untuk menghitung kebutuhan equipment serta cara dan teknik operasi yang benar
dan efisien yang disesuaikan dengan kondisi proyek.

Jakarta, 10 10 2003
Ditetapkan Oleh :

Surya Lesmana
Logistic Department Head

Nomer Bahan: Judul Bahan :


0
Revisi:
001 PRODUCT KNOWLEDGE 10 10 03
Tgl.
Nomer Modul Judul Modul:
Kode: 110010
Halaman:
Pengantar Bahan Training Nomor 001
PRODUCT KNOWLEDGE

Product knowledge adalah pengetahuan dasar tentang produk alat-alat berat yang
harus dimiliki setiap karyawan PAMA. Guna melengkapi pengetahuan ini, maka perlu
juga diketahui mengenai medan kerja dari alat-alat berat tersebut. Dengan demikian
bahan training ini akan terdiri dari modul-modul berikut:

1. MODUL 1. GAMBARAN UMUM PROYEK PERTAMBANGAN


Membahas tentang kondisi fisik di area pertambangan dan metode-metode
penambangannya.

2. MODUL 2. SIFAT-SIFAT FISIK MATERIAL


Membahas tentang ciri-ciri fisik material batuan yang akan dijumpai dalam
area proyek pertambangan.

3. MODUL 3. PENGGUNAAN/APLIKASI ALAT-ALAT BERAT UNTUK PROYEK


PERTAMBANGAN
Membahas tentang proses kerja proyek pertambangan dan penggunaan
alat-alat beratnya.

4. MODUL 4. JENIS-JENIS ALAT BERAT DAN ATTACHMENTNYA


Membahas tentang jenis-jenis alat berat dan attachment (alat tambahan)
yang digunakan untuk kebutuhan tertentu.

5. MODUL 5. ALAT-ALAT BERAT YANG DIGUNAKAN OLEH PAMA


Membahas tentang alat-alat berat yang digunakan oleh PAMA.

6. MODUL 6. PERHITUNGAN KAPASITAS PRODUKSI


Membahas tentang perhitungan kapasitas produksi untuk alat-alat produksi
yang digunakan.

Proses pelaksanaan penambangan itu sendiri dapat dagambarkan sebagaimana pada


gambar dibawah berikut:

Sifat Fisik
Material
Proyek Perhitungan Jenis Alat dan
Pertambangan Kapasitas Attachementnya
Proses Produksi
Penambangan
Yang Dimiliki
PAMA
Pelaksanaan
Penambangan
(SEWA)

Nomer Bahan: Judul Bahan :


0
Revisi:
001 PRODUCT KNOWLEDGE 10 10 03
Tgl.
Nomer Modul Judul Modul:
Kode: 110010
Halaman:
PESERTA TRAINING

1. Logistic DH
2. Site Logistic DH
3. Procurement DH
4. Subcon Mgt DH
5. Inventory Mgt SH
6. Catalogue SH
7. Warehouse SH
8. Warehouse GL
9. Inventory GL
10. Warehouse (site) GL
11. FAO GL
12. Procurement GL
13. Prod Support GL
14. Data Mgt
15. Inv. Analyst
16. Cataloguer
17. Inv. Control
18. Cataloguer (site)
19. Supplier Resources
20. Procurement Officer
21. Distr Off (traffic)
22. Distr Off (Import)
23. Product Specialist
24. Procurement Admin
25. Project Support Admin

-o0o-

Nomer Bahan: Judul Bahan :


0
Revisi:
001 PRODUCT KNOWLEDGE 10 10 03
Tgl.
Nomer Modul Judul Modul:
Kode: 110010
Halaman:
MODUL 1
GAMBARAN UMUM PROYEK PERTAMBANGAN

1. PENGANTAR

Modul 1 ini adalah bagian pertama dari 6 modul Bahan Training No. 1, Product
Knowledge, dan akan menjelaskan beberapa hal pokok berikut :
1. Mineral yang hendak ditambang.
2. Lapisan tanah.
3. Jenis penambangan.
4. Proses penambangan batu bara.

2. SASARAN TRAINING

Setelah mengikuti training ini peserta diharapkan memahami gambaran umum


mengenai aspek-aspek penambangan, yaitu: pengelompokan mineral, jenis lapisan
tanah, jenis penambangan dan proses penambangan batu bara.

3. PERSYARATAN TRAINING SEBELUMNYA

Tidak ada ketentuan persyaratan training sebelumnya.

4. METODE TRAINING

Training ini diselenggarakan secara tutorial dengan lama waktu ½ hari.

5. LATAR BELAKANG

Penerapan mekanisasi alat-alat berat pada proyek pertambangan, berarti


menanamkan investasi yang sangat besar. Beberapa komoditi berupa bahan galian
yang ada di Indonesia berupa batu bara, tembaga, nikel, bauksit, batu kapur
(limestone), granite serta bahan galian lainnya, semua ini merupakan sebagian
sumber daya alam yang menjadi devisa negara yang sangat besar.

Sesuai dengan kemajuan teknologi dewasa ini keterlibatan alat-alat berat tidak dapat
dipisahkan dari kegiatan penambangan, telah diuji bahwa cara mekanis lebih populer
dan ditinjau dari segi teknis maupun ekonomis kegiatan penambangan secara
mekanis lebih menguntungkan.

Nomer Bahan: Judul Bahan :


0
Revisi:
001 PRODUCT KNOWLEDGE 10 10 03
Tgl.
Nomer Modul Judul Modul:
Kode: 110010
Halaman:
Namun demikian kenyataan yang terjadi di lapangan bisa lain dengan hitungan teori.
Banyak kendala yang mungkin timbul yang menyebabkan tidak tercapainya target
pekerjaan karena membengkaknya biaya produksi. Hal ini disebabkan oleh berbagai
faktor yang tidak atau kurang diperhitungkan sehingga sering menjadi hambatan
yang timbul di lapangan.

Oleh karena itu untuk meminimize kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi,


pemahaman mengenai dasar aplikasi alat-alat berat khususnya di bidang
pertambangan mutlak diperlukan.

Sebagai contoh masalah-masalah yang sering terjadi di lapangan ialah:

1. Bulldozer yang sedang melakukan pekerjaan ripping, terlihat bahwa ripper


pointnya tidak mampu menembus material yang di ripping, atau kalaupun bisa
tetapi pemakaian ripper pointnya terlalu boros. Hal ini menandakan bahwa tidak
adanya kesesuaian antara kemampuan alat dengan kekerasan batuan yang
dihadapi.

2. Pada hydraulic excavator sering terjadi crack (retak) pada komponen bucket, arm,
boom, dan kerusakan yang tidak normal pada komponen-komponen lainnya.
Umumnya penyebab terbesar ialah kurang sesuainya spesifikasi alat dan
attachment yang digunakan dengan kondisi pekerjaannya.

3. Penggunaan Wheel Loader yang sering menjungkit pada saat operasi pemuatan
(loading), bucket yang retak-retak, penggunaan ban yang boros, seringnya timbul
kerusakan pada komponen lazimnya, hal ini merupakan suatu tanda bahwa klas
dan attachment wheel loader tidak sesuai dengan kondisi kerja yang dihadapi.

4. Apa yang sering terjadi pada dump truck pun demikian, pemakaian brake yang
boros, ban yang sering pecah, dump truck yang tidak mampu menanjak, sering
terguling pada jalan tikungan, hal ini juga karena kurang sesuainya antara dump
truck dengan kondisi pekerjaan.

5. Kombinasi antara alat muat (loader) dengan alat angkut (hauler/ dump truck) yang
tidak tepat, baik klasnya maupun jumlahnya merupakan handicap yang sering
dijumpai dilapangan. Klas loader yang terlalu besar dibanding dengan kelas
angkut, menyebabkan sering tejadi beban kejut dari akibat material yang jatuh dari
loader sewaktu pemuatan, karena dumping clearance (height) terlalu tinggi
dibanding dengan tinggi body trucknya. Hal ini juga dapat menyebabkan seringnya
terjadi dump truck over load. Sebaliknya jika ukuran dump truck terlalu besar
dibanding dengan ukuran alat muat (loader), selain dapat menyebabkan kesulitan
sewaktu pengisian dump truck, jumlah bucket pengisian guna melapisi dump truck
sampai penuh terlalu banyak mengakibatkan cycle time menjadi lama.

6. Sering terjadi antrian panjang bagi dump truck di lokasi pemuatan (loading area),
hal ini disebabkan oleh klas loader dan klas dump truck tidak cocok atau jumlah
dump truck dan jumlah alat muat tidak sesuai.
Nomer Bahan: Judul Bahan :
0
Revisi:
001 PRODUCT KNOWLEDGE 10 10 03
Tgl.
Nomer Modul Judul Modul:
Kode: 110010
Halaman:
Masih banyak lagi permasalahan yang mungkin timbul pada aplikasi alat-alat berat di
proyek pertambangan. Semuanya itu akan menyebabkan berbagai dampak negatif
yang sangat merugikan. Akibat dari permasalahan itu antara lain ialah:

1. Fleet availability yang rendah karena breakdown time yang tinggi


2. Target produksi tidak tercapai
3. Kualitas pekerjaan tidak sesuai dengan standar yang dikehendaki
4. Biaya repair & maintenance menjadi tinggi yang akhirnya menyebabkan biaya
produksi menjadi sangat mahal
5. Umur pemakaian alat menjadi menurun tidak seperti yang diharapkan
(direncanakan) dan kemungkinan masih banyak lagi yang tidak dapat diprediksi
sebelumnya.

6 APA YANG DITAMBANG

Kandungan mineral di dalam bumi banyak jenisnya, namun dilihat dari proses
terjadinya mineral tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu: mineral bijih dan
mineral non bijih. Keterangan lebih lengkapnya adalah sebagai berikut:

6.1.Mineral Bijih

Dari proses pembentukannya, mineral bijih terbentuk dari lelehan magma dari perut
bumi yang menyusut ke lapisan-lapisan bumi. Oleh karena tekanan lapisan bumi
yang sangat besar dan berlangsung sangat lama maka magma tersebut menjadi
lapisan batuan.

Sering ditemui pada lapisan batuan tersebut mengandung konsentrasi-konsentrasi


mineral tertentu seperti; emas, nikel, tembaga dan sebagainya. Lapisan batuan ini
disebut dengan bijih, sering pula ditemui pada lapisan bijih ini terjadi pelapukan dan
tererosi, kemudian terbawa air sampai ke sungai atau bahkan laut, dan mengendap
di sepanjang perjalanan. Lapisan pelapukan batuan yang tererosi dan kemudian
mengendap ini disebut endapan. Jadi secara umum dapat diilustrasikan sebagai
berikut:

Magma Batuan Bijih Endapan

6.2 Mineral Non Bijih

Dari proses pembentukannya mineral non bijih terbentuk dari timbunan tumbuhan
yang ada dilapisan bumi. Karena tekanan, dan suhu yang tinggi di dalam bumi dan
berlangsung terus menerus dalam jangka waktu yang lama maka timbunan
tumbuhan ini membentuk batuan. Contoh dari mineral non bijih ini adalah: batu bara,
minyak bumi dan sebagainya.

Nomer Bahan: Judul Bahan :


0
Revisi:
001 PRODUCT KNOWLEDGE 10 10 03
Tgl.
Nomer Modul Judul Modul:
Kode: 110010
Halaman:
7. LAPISAN TANAH

Jika lapisan tanah ini dipotong melintang, maka akan terdapat banyak lapisan. Dalam
dunia pertambangan jenis lapisan batuan ini dikelompokkan kedalam single seam
(satu lapis) dan multi seam (banyak lapis). Kedua jenis ini dapat digambarkan
sebagai berikut:

Inner Burden Top Soil


Top Soil Over Burden
Over Burden Seam
Seam

Rock Base

Rock Base

Gambar 1. Single Seam Gambar 2. Multi Seam

Nickle kebanyakan berupa single seam, sedangkan batu bara berupa multi seam.

8. JENIS PERTAMBANGAN

Jenis pertambangan ini di pengaruhi oleh letak keberadaan mineral yang hendak
ditambang tersebut. Jika letak mineral relatif berada dipermukaan lapisan bumi, maka
jenis penambangannya terbuka. Sedangkan jika letak mineral berada di lapisan bumi
yang dalam, maka jenis penambangannya tertutup (under ground). Kondisi ini
mempengaruhi proses penambangan. Perhatikan tahap-tahap berikut:

Pada kondisi awal kita memiliki Top Soil


areal tambang yang di dalamnya Seam 1
terdapat multi (tiga) seam. Lihat
Seam 2
gambar sebelah.
Seam 3

Gambar 3: Multi Seam

Untuk mengambil mineral pada


seam pertama, kita bisa mela-
kukan pemotongan puncak bukit
dan mengambil lapisan mineral-
nya. Cara memotong puncak
bukit disebut dengan Open Cut.

Nomer Bahan: Judul Bahan :


0
Revisi:
001 PRODUCT KNOWLEDGE 10 10 03
Tgl.
Nomer Modul Judul Modul:
Kode: 110010
Halaman:
Hasilnya dapat dilihat seperti
pada gambar sebelah. Gambar 4: Open Cut

Untuk mengambil mineral pada


seam kedua kita tidak efisien ka-
lau melakukan open cut lagi,
karena banyak tanah yang harus
dipotong lagi. Solusinya kita
membuat semacam cekungan.
Cara ini disebut Open Pit.
Hasilnya dapat dilihat seperti pa- Gambar 5: Open Pit
da gambar sebelah.

Untuk mengambil seam yang ke-


tiga kita akan sulit melakukan
open pit lagi karena biaya pem-
buatan lubangnya akan makin
mahal. Solusinya adalah dengan
membuat terowongan under
ground. Hasilnya dapat dilihat se-
perti pada gambar sebelah. Gambar 6: Under Ground

Mendasarkan kepada keterangan diatas, maka untuk tambang luar dikenal istilah
waste removal (memindahkan tanah waste) dan ore winning (mendapatkan
tambang). Untuk tambang dalam hanya mengenal istilah ore winning saja.

9. PROSES PENAMBANGAN (BATU BARA)

Proses penambangan batu bara secara garis besarnya secara terurut dapat diuraikan
sebagai berikut:

1. Exploration.
Kegiatan ini dimulai dengan survei geologi untuk mengetahui kandungan tambang
batu bara yang ada didalam area yang hendak ditambang. Informasi yang perlu
diketahui dalam tahap ini setidaknya adalah: jenis batu bara, kedalaman, tekstur
endapan (pola lapisan), volume dsb. Informasi ini diperlukan untuk membuat
rencana detil penambangannya.

2. Feasibility study, yaitu perhitungan kelayakan teknis, ekonomis dan dampaknya


terhadap lingkungan. Jika kesimpulannya adalah tidak feasible, maka proyek ini
tidak perlu dilanjutkan. Jika feasible dilanjutkan dengan kegiatan development.

3. Development and land clearing, yaitu kegiatan menyiapkan infrastruktur yang


dibutuhkan dalam proses penambangan dan membersihkan lahan yang hendak
dipakai. Dalam kegiatan membersihkan lahan tersebut, top soil yang bersifat
subur, disimpan sementara ditempat tertentu. Jika ada area bekas penambangan
yang sudah tidak digunakan lagi, maka top soil ini ditaburkan ke area ini agar saat
mendatangnya dapat ditanami kembali.
Nomer Bahan: Judul Bahan :
0
Revisi:
001 PRODUCT KNOWLEDGE 10 10 03
Tgl.
Nomer Modul Judul Modul:
Kode: 110010
Halaman:
4. Waste removal, yaitu kegiatan memindahkan tanah-tanah yang tidak diperlukan
(over burden atau inner burden) ketempat lain. Jika ada area bekas
penambangan yang sudah selalsi di tambang, maka waste ini ditimbunkan disitu.
Catatan: kegiatan menaburkan kembali top soil baru dapat dilakukan setelah
waste ini ditimbunkan ke area bekas penambangan.

5. Ore (coal) winning, yaitu kegiatan mengambil batu baranya ini.

6. Coal transporting, yaitu kegiatan mengangkut batu bara ke pelabuhan-pelabuhan


pengiriman.

Proyek pertambangan ini selalu memakan waktu yang lama, rata-rata lebih dari
sepuluh tahun. Gambar berikut menunjukkan contoh kerangka waktu proses
penambangan.

Project Phase Estimate Year


Duration 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

Scoping Estimate
Concept 1,0-6,0 bln
Preliminary Decision

Exploration 1,5-3,0 thn


Preliminary Estimate

Feasibility Study 0,5-1,5 thn


Final Decision

Licensing 1,0-4,0 thn


Definitive Estimate

Detiled Design 1,0-3,0 thn


Start Up

Construction 1,0-3,0 thn

Minimum Time To Production


Production 4,5 thn

Maximum Time To Production


14 thn

Gambar 7. Contoh Jadwal Penambangan.

Pada gambar ini untuk sampai dengan feasibility study bisa memerlukan waktu
sampai 5 tahun. Penambangannya sendiri bisa baru dimulai tahun ke 10. Minimum
masa mulai produksi / penambangan adalah tahun ke 4,5 sejak mulai konsep
bisnisnya, dan maksimum masa mulai produksi/penambangan adalah tahun ke 14.
Lama waktu produksinya sendiri bermacam-macam, bisa lima tahun dan bisa juga
dua puluh lima tahun. Hal ini tergantung dari jumlah kandungan batu baranya.

-o0o-

Nomer Bahan: Judul Bahan :


0
Revisi:
001 PRODUCT KNOWLEDGE 10 10 03
Tgl.
Nomer Modul Judul Modul:
Kode: 110010
Halaman:
MODUL 2
SIFAT-SIFAT FISIK MATERIAL

1. PENGANTAR

Modul 2 ini adalah bagian kedua dari 6 modul Bahan Training No. 1, Product
Knowledge, dan akan menjelaskan delapan hal pokok, yaitu :
5. Pengembangan Material.
6. Berat Material.
7. Bentuk Material.
8. Kohesifitas Material.
9. Kekerasan Material.
10. Daya Dukung Tanah.
11. Jarak Angkut.
12. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam kegiatan penambangan.

2. SASARAN TRAINING

Setelah mengikuti training ini peserta dapat :


1. Memahami sifat fisik material sangat berpengaruh dalam proses penambangan.
2. Memahami faktor-faktor lain yang mempengaruhi operasi penambangan.

3. PERSYARATAN TRAINING SEBELUMNYA

Untuk mengikuti training ini, peserta tidak diharuskan secara khusus mengikuti bahan
training lainnya.

4. METODE TRAINING

Training ini diselenggarakan secara tutorial dengan lama waktu ½ hari.

Nomer Bahan: Judul Bahan :


0
Revisi:
001 PRODUCT KNOWLEDGE 10 10 03
Tgl.
Nomer Modul Judul Modul:
Kode: 110010
Halaman:
5. MEMAHAMI MEDAN KERJA DAN SIFAT FISIK MATERIAL

Material yang berada di permukaan bumi ini sangat beraneka ragam, baik jenis,
bentuk, dan lain sebagainya. Oleh karenanya alat yang dapat dipergunakan untuk
memindahkanpun beraneka ragam pula. Yang dimaksud dengan material dalam
pekerjaan pemindahan tanah (earth moving), meliputi tanah, bebatuan, vegetasi
(pohon, semak belukar dan alang-alang).

Sifat fisik yang harus dihadapi alat berat akan berpengaruh besar terutama dalam
hal:
1. Menentukan jenis alat yang digunakan dan taksiran produksi atau kapasitas
produksinya.
2. Perhitungan volume pekerjaan
3. Kemampuan kerja alat pada kondisi material yang ada

Jadi dengan tidak sesuainya alat dengan kondisi material, akan menimbulkan
kesulitan berupa tidak efisiensinya alat berat, yang otomatis akan menimbulkan
kerugian karena banyaknya waktu yang terbuang (loss time).

Beberapa sifat fisik material dan kondisi kerja yang penting untuk diperhatikan dalam
pekerjaan pemindahan tanah adalah sebagai berikut:
1. Pengembangan Material
2. Berat Material
3. Bentuk Material
4. Kohesivitas Material
5. Kekerasan Material
6. Daya Dukung Tanah.
Keterangan secara terinci adalah sebagai berikut:

6. PENGEMBANGAN MATERIAL

Yang dimaksud dengan pengembangan material adalah perubahan berupa


penambahan atau pengurangan volume material/ tanah yang diganggu dari bentuk
aslinya. Dari faktor tersebut kondisi material dibagi dalam tiga keadaan. Seperti
terlihat pada gambar berikut ini :

Gambar 1. BCM, LCM dan CCM

1. Keadaan asli ( Bank Condition )


Keadaan material yang masih alami dan belum mengalami gangguan teknologi
dinamakan keadaan asli (bank). Dalam keadaan seperti ini, butiran-butiran yang
Nomer Bahan: Judul Bahan :
0
Revisi:
001 PRODUCT KNOWLEDGE 10 10 03
Tgl.
Nomer Modul Judul Modul:
Kode: 110010
Halaman:
dikandungnya masih terkonsolidasi dengan baik, satuan volume material dalam
kondisi asli disebut meter kubik dalam keadaan asli (Bank Cubic Meter atau BCM).

2. Keadaan gembur (Loose Condition).


Material yang sudah digali dari tempat asalnya, akan mengalami perubahan
volume, yaitu mengembang. Hal ini disebabkan adanya penambahan rongga
udara diantara butiran-butiran tanah. Dengan demikian volumenya menjadi lebih
besar. Satuan volume material dalam kondisi gembur umumnya disebut meter
kubik dalam keadaan gembur (Loose Cubic Meter atau LCM).

3. Keadaan padat (Compact Condition).


Keadaan ini akan dialami oleh material yang mengalami proses pemadatan
(pemampatan). Perubahan volume terjadi, karena adanya penyusutan rongga
udara di antara partikel-partikel material tersebut. Dengan demikian volumenya
berkurang, sedangkan beratnya tetap. Satuan volume material dalam kondisi
padat disebut meter kubik dalam keadaan padat (Compact Cubic Meter atau
CCM).

Dalam perhitungan produksi, material yang didorong/ digusur dengan blade, yang
dimuat dengan bucket atau vessel, kemudian ditebar adalah dalam kondisi gembur.
Untuk menghitung suatu volume tanah yang telah diganggu dalam bentuk aslinya,
dengan melakukan penggalian material tersebut, atau melakukan pemadatan dari
material yang sudah gembur menjadi padat, perlu dikalikan dengan faktor yang
disebut faktor konversi. Faktor ini dapat dibaca dengan mudah pada tabel 1:

Nomer Bahan: Judul Bahan :


0
Revisi:
001 PRODUCT KNOWLEDGE 10 10 03
Tgl.
Nomer Modul Judul Modul:
Kode: 110010
Halaman:
Tabel 1 : Faktor perubahan volume material.
Initial Condition of Earth to be Moved
Nature of earth Condition of Bank Loosened Compacted
Earth Condition Condition Condition
(A) 1.00 1.11 0.95
Sand (B) 0.90 1.00 0.86
(C) 1.05 1.17 1.00
(A) 1.00 1.25 0.90
Sandy Clay (B) 0.80 1.00 063
(C) 1.11 1.39 1.00
(A) 1.00 1.43 0.90
Clay (B) 0.70 1.00 0.63
(C) 1.11 1.59 1.00
(A) 1.00 1.18 1.08
Gravelly Soil (B) 0.85 1.00 0.91
(C) 0.93 1.09 1.00
(A) 1.00 1.42 1.29
Solid or rugged (B) 0.70 1.00 0.91
gravel’s
(C) 0.77 1.10 1.00
Broken (A) 1.00 1.70 1.31
limestone (B) 0.61 1.00 0.77
Sandstone And
other soft Rocks (C) 0.76 1.30 1.00
Broken granite, (A) 1.00 1.70 1.31
Basalt and Other (B) 0.59 1.00 0.77
hard rocks (C) 0.76 1.30 1.00
(A) 1.00 1.75 1.40
Broken rocks (B) 0.57 1.00 0.80
(C) 0.71 1.24 1.00
(A) 1.00 1.80 1.30
Blased Bulky (B) 0.56 1.00 0.72
rocks
(C) 0.77 1.38 1.00

Note : ( A ) : Bank Condition; ( B ) : Loosened Condition; ( C ) : Compacted Condition


Reference: KOMATSU SPECIFICATIONS AND APPLICATION HANDBOOK (Edition 18)

Contoh 1 : Bila 300 BCM (Bank Cubic Meter) tanah biasa asli digali sehingga
menjadi gembur, maka berapa volumenya sekarang?

Jawab: Dari tabel konversi, didapat data, bahwa tanah berpasir faktor konfersi
dari asli ke gembur adalah 1.25, maka volume sekarang menjadi,

volume gembur = Volume asli x faktor


= 300 x 1.25
= 375 LCM (Loose cubic meter)

Contoh 2 : Ada 400 LCM tanah berpasir dalam keadaan gembur. Apabila
kemudian tanah ini dipadatkan dengan compactor, maka berapakah
volumenya sekarang?

Jawab : Kembali lihat tabel. Kemudian akan diperoleh faktor konversi tanah
berpasir dari gembur ke padat = 0.72, maka:
Nomer Bahan: Judul Bahan :
0
Revisi:
001 PRODUCT KNOWLEDGE 10 10 03
Tgl.
Nomer Modul Judul Modul:
Kode: 110010
Halaman:
Volume padat = Volume gembur x faktor
= 400 x 0.72
= 288 CCM ( Compacted cubic meter )

SOAL 1.
Untuk keperluan menaksir biaya yang dibutuhkan seorang petugas bagian
perencanaan meminta bantuan anda untuk bersama-sama menghitung. Dan
datanya adalah sebagai berikut:

Nama proyek : Penimbunan dan penggalian tanah biasa untuk bangunan


gudang di Jakarta.
Volume : Tanah galian 60.000 BCM, tanah timbunan 800.000 CCM
Keterangan : 40% tanah galian dapat digunakan untuk timbunan. Sisanya
harus dibeli tanah dari Bekasi. Harga tanah sampai di proyek Rp.
45.000 per truck yang isinya 5 m3.
Pertanyaan : Berapakah biaya yang diperlukan untuk membeli tanah?

7. BERAT MATERIAL

Berat adalah sifat yang dimiliki oleh setiap material. Kemampuan suatu alat berat
untuk melakukan pekerjaan seperti mendorong, mengangkat, mengangkut dan lain-
lain, akan dipengaruhi oleh berat material tersebut. Seperti yang dialami oleh alat
pada gambar di bawah ini:

Gambar 2. Kondisi Truk Mengangkut Batu Bara & Pasir Besi.

Waktu mengangkut tanah dengan berat 1.5 ton/ m3, alat dapat bekerja dengan baik.
Tetapi pada saat mengangkut tanah dengan berat 1.8 ton/m3, ternyata alat angkut
mengalami beban berat sehingga unit terlihat berat untuk menggelinding.

Nomer Bahan: Judul Bahan :


0
Revisi:
001 PRODUCT KNOWLEDGE 10 10 03
Tgl.
Nomer Modul Judul Modul:
Kode: 110010
Halaman:
8. BENTUK MATERIAL

Faktor ini harus dipahami, karena akan berpengaruh terhadap banyak sedikitnya
material tersebut dapat menempati suatu ruangan tertentu. Mengingat material yang
kondisi butirannya kecil, kemungkinan besar isinya dapat sama (senilai) dengan
volume ruangan yang ditempatinya. Sedangkan material yang berbongkah-bongkah
akan lebih kecil dari nilai volume ruangan yang ditempatinya.

Gambar 3. Truck Mengangkut Material Dengan Bentuk Berbeda

Oleh karena itu, pada material jenis ini akan berbentuk rongga-rongga udara yang
memakan sebagian isi ruangan. Berapa material yang mampu ditampung oleh suatu
ruangan dapat dihitung dengan cara mengoreksi ruangan tersebut dengan suatu
faktor yang disebut “Faktor Muat” : “Bucket Factor” atau “Pay Load Faktor.

9. KOHESIVITAS MATERIAL

Yang disebut kohesivitas material adalah daya lekat atau kemampuan saling
mengikat di antara butir-butir material itu sendiri.

Gambar 4. Kohesifitas Material.

Material dengan kohesivitas tinggi akan mudah menggunung. Jadi apabila material ini
berada pada suatu tempat, akan munjung. Volume material yang menempati ruangan
ini ada kemungkinan bisa melebihi volume ruangannya. Umpamanya tanah liat.
Sedangkan material dengan kohesivitas yang kurang baik, misalnya pasir, apabila
menempati suatu ruangan akan sukar menggunung. Melainkan cenderung peres/
rata (struck).

10. KEKERASAN MATERIAL

Material yang keras akan lebih sukar dikoyak, digali atau dikupas oleh alat berat. Hal
ini akan menurunkan produktivitas alat tersebut. Material yang umumnya tergolong
keras adalah batu-batuan. Aplikasi alat berat yang paling umum untuk material batu-
batuan ialah pembongkaran batu dengan cara ripping.
Nomer Bahan: Judul Bahan :
0
Revisi:
001 PRODUCT KNOWLEDGE 10 10 03
Tgl.
Nomer Modul Judul Modul:
Kode: 110010
Halaman:
Oleh karena itu sebelum menentukan jenis alat berat yang akan digunakan untuk
meripping batuan, terlebih dahulu harus ditentukan tingkat rippabilitasnya. Metode
untuk menentukan rippabilitas:

1. Mengklasifikasi jenis dan tekstur batuan:

a. Batuan sedimen
- Berbentuk lapisan-lapisan
- Semakin tipis lapisan semakin mudah di ripping
- Contoh: Sand stone, limestone, shale, konglomerate

b. Batuan Beku
- Tidak berbentuk lapisan
- Relatif lebih sulit di ripping
- Contoh: Granite, basalt, andesite, dll

c. Batuan Metamorfik
- Berbeda-beda rippabilitasnya tergantung pada : tebal pelapisan dan kekuatan
ikatan kristalnya
- Contoh: Gneiss, schist, Kwarsit, dll

2. Tingkat rippabilitas batuan ditentukan oleh :


- Tingkat pelapukan batuan
- Kekuatan ikatan kristal batuan

Mudah di ripping: Sulit di ripping:


- Ada ‘fault’ atau patahan - Memiliki partikel-partikel kecil yang padat
- Tingkat pelapukannya tinggi - Memiliki cukup kadar air untuk memadatkan
- Kristalnya mudah lepas permukaan batu
- Memiliki banyak lapisan tipis - Tidak ada retakan
- Memiliki retakan yang besar - Masif dan homogen
- Mengalami perembesan oleh air - Ikatan kristalnya kuat
- Memiliki pelapisan vertikal

3. Penentuan dengan pengujian di laboratorium


- Dilakukan dengan cara uji kompresi dan kekerasan contoh batuan
- Hasilnya lebih tinggi dari keadaan sebenarnya, karena mengabaikan faktor-
faktor yang ada di lapangan

4. Penentuan dengan pengujian di lokasi/ lapangan:

a. Metoda :
- Pengujian cepat rambat gelombang (seismic wave velocity/ rippermeter test)
- Pengujian hambatan listrik
- Pengujian mekanis di lapangan.

Nomer Bahan: Judul Bahan :


0
Revisi:
001 PRODUCT KNOWLEDGE 10 10 03
Tgl.
Nomer Modul Judul Modul:
Kode: 110010
Halaman:
Yang praktis dan paling sering digunakan adalah : pengukuran cepat rambat
gelombang seismik (seismik wave velocity test). Secara sederhana gambaran
seismic wave velocity test dilakukan seperti gambar berikut. Hasilnya bisa
diketahui kekerasan dan kedalaman masing-masing lapisan keras sampai yang
lunak.

Gambar 5. Cara Pengetesan Kekerasan Material

b. Cara Pengetesan.
Dengan menempatkan /sedikit tertanam alat geophone a b c d e dengan jarak
tertentu kemudian dirangkaikan sedemikian rupa, ujung kabel pada power
source, satu lagi dihubungkan dengan peralatan khusus (Signal Stacking
Seismograph).

Setelah power source dipukul beberapa kali, maka akan diperoleh gambaran
mengenai kekerasan material tersebut. Sehingga dapat disimpulkan tipe alat
berat yang cocok.

Nomer Bahan: Judul Bahan :


0
Revisi:
001 PRODUCT KNOWLEDGE 10 10 03
Tgl.
Nomer Modul Judul Modul:
Kode: 110010
Halaman:
11. DAYA DUKUNG TANAH

Daya dukung tanah adalah kemampuan tanah untuk mendukung alat berat yang
berlalu-lalang diatasnya. Apabila suatu alat berat berada di atas tanah, maka alat
berat tersebut akan memberikan “Ground Pressure”, sedangkan perlawanan yang
diberikan adalah “Daya Dukung”. Jika ground pressure alat lebih besar dari daya
dukung tanah, maka alat berat tersebut akan terbenam.

Daya Tekan Alat (Ground Pressures)

Daya Dukung Tanah .

Gambar 6. Daya Dukung Tanah.

Nilai daya dukung tanah dapat diketahui


dengan cara pengukuran /test langsung
dilapangan. Alat yang umum digunakan
untuk test daya dukung tanah disebut:
Gambar 7. Cone Penetro Meter
“Cone Penetro Meter”. Lihat Gambar 7.

Kesesuaian alat-alat berat berdasarkan nilai cone index

Dump Truck
Wheel Loader
Dozer Shovel
Mtr Scrapper
Twd Scrapper
Hyd. Excavator
Buldozer
Crawler Dump
Swam Dozer
Man

Cone Index (Kg/Cm2) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Gambar 8. Cone Index Beberapa Alat Berat (kg/cm2)

Nomer Bahan: Judul Bahan :


0
Revisi:
001 PRODUCT KNOWLEDGE 10 10 03
Tgl.
Nomer Modul Judul Modul:
Kode: 110010
Halaman:
Tabel 2 : Kesesuaian alat-alat berat berdasarkan nilai daya dukung tanah
Cone Index Jenis alat Daya tekan alat
<2 Extra Swamp Dozer 0,15 – 0,30
2–4 Swamp Dozer 0,20 – 0,30
4–5 Small Bulldozer 0,30 – 0,60
5–7 Medium Bulldozer 0,70 – 1,30
7 – 10 Large Bulldozer 1,30 – 2,85
10 - 13 Motor Scraper > 3,20
> 15 Dump Truck

12. JARAK ANGKUT

Pemilihan alat-alat berat untuk transportasi sangat ditentukan oleh jarak angkut dan
kondisi jalan yang akan dilalui. Pengangkutan suatu material dengan menggunakan
dump truck, akan berbeda pemilihannya dengan bulldozer, wheel loader atau motor
screper.

Skematik pemilihan alat-alat besar berdasarkan jarak angkut adalah sebagai berikut:

Gambar 8. Pemilihan alat-alat berat berdasarkan jarak angkut.

13. FAKTOR-FAKTOR YANG HARUS DIPERHATIKAN

Dalam memilih alat-alat berat yang harus diperhatikan juga adalah tentang iklim dan
curah hujan, karena ini disamping untuk mengetahui sampai batasan mana landasan
kerja itu bila terkena air hujan akan rusak atau tidak, juga melihat hal ini cukup
mengganggu kelangsungan alat-alat berat nantinya. Dari iklim dan curah hujan akan
terlihat berapa waktu tersedia yang sebenarnya mengingat adanya curah hujan di
daerah tersebut.

Nomer Bahan: Judul Bahan :


0
Revisi:
001 PRODUCT KNOWLEDGE 10 10 03
Tgl.
Nomer Modul Judul Modul:
Kode: 110010
Halaman:
1. Iklim dan curah hujan.

Besarnya curah hujan dan hari hujan akan membatasi hari kerja pengoperasian
alat-alat berat. Jumlah hari hujan dan curah hujan perlu dicatat untuk mengetahui
jumlah hari kerja efektif yang benar-benar tersedia di daerah yang bersangkutan.

Tabel 3 berikut ini menunjukkan jumlah hari kerja yang hilang selama menunggu
tanah menjadi kering setelah hujan, agar alat-alat besar dapat dioperasikan
kembali.

Tabel 3 : Jumlah hari menunggu setelah hujan

Jenis Tanah
Curah hujan
(mm/hari) Batu kerikil batu tidak Tanah pasir Tanah liat Tanah
tersaring. lempung
<3 0 0 0 0 – 0,5
3 – 10 0 0 1.0 – 1.5 1,5 – 2,0
11 – 30 0 – 0,5 0,5 – 1 1,5 – 20 2,0 – 3,0
> 30 1 1,5 - 2 2,0 – 3,3 3,0 – 4,0

Dengan catatan: Saluran drainase baik, nilai ini dapat berubah sesuai dengan
kondisi topografi.

2. Waktu penyelesaian.

Waktu penyelesaian pekerjaan atau sering disebut dengan target waktu yang
ditetapkan untuk mengerjakan suatu proyek pemindahan materi secara mekanis,
sangat dipengaruhi oleh iklim/curah hujan. Karena dari data curah hujan dapat
diketahui hasil kerja yang efektif untuk operasi alat-alat berat biasanya dihitung
dengan menggunakan kalkulasi sebagai berikut:

Jumlah hari kerja efektif = Jumlah/ total hari kalender dari target waktu yang tersedia – jumlah hari libur
resmi/ nasional – hari kerja yang hilang (karena hujan)

Keterangan:
Hari kerja yang hilang tidak beroperasinya alat-alat berat karena hujan sehingga
diperlukan waktu untuk menunggu tanah menjadi kering kembali, agar alat-alat
berat dapat beroperasi lagi. Hari kerja yang hilang ini, umumnya digunakan untuk
melakukan perawatan alat-alat berat.

Nomer Bahan: Judul Bahan :


0
Revisi:
001 PRODUCT KNOWLEDGE 10 10 03
Tgl.
Nomer Modul Judul Modul:
Kode: 110010
Halaman:
3. Volume Pekerjaan.

Yaitu jumlah material yang harus dipindahkan, dihitung dalam satuan ton atau m 3.
Dengan menggabungkan data volume pekerjaan dengan data waktu pengerjaan
(penyelesaian pekerjaan) akan didapat target volume pekerjaan.

Volume Pekerjaan
Target volume pekerjaan = = ton/ jam atau m3/ jam
Waktu pengerjaan

- o0o -

Nomer Bahan: Judul Bahan :


0
Revisi:
001 PRODUCT KNOWLEDGE 10 10 03
Tgl.
Nomer Modul Judul Modul:
Kode: 110010
Halaman:
MODUL 3
PENGGUNAAN / APLIKASI ALAT-ALAT BERAT UNTUK PROYEK
PERTAMBANGAN

1. PENGANTAR

Modul 3 ini adalah bagian kedua dari 6 modul Bahan Training No. 1, Product
Knowledge, dan akan menjelaskan dua hal pokok, yaitu :
13. Proses kerja proyek pertambangan.
14. Keterlibatan alat-alat berat untuk proses pertambangan.

2. SASARAN TRAINING

Setelah mengikuti training ini peserta dapat :


5. Memahami kerja proyek penambangan.
6. Mengetahui keterlibatan alat-alat berat untuk proses pertambangan.

3. PERSYARATAN TRAINING SEBELUMNYA

Untuk mengikuti training ini, peserta tidak diharuskan secara khusus mengikuti bahan
training lainnya.

4. METODE TRAINING

Training ini diselenggarakan secara tutorial dengan lama waktu ½ hari.

Nomer Bahan: Judul Bahan :


0
Revisi:
001 PRODUCT KNOWLEDGE 10 10 03
Tgl.
Nomer Modul Judul Modul:
Kode: 110010
Halaman:
5. PROSES KERJA PROYEK PERTAMBANGAN

Secara garis besar tahapan kerja pada proyek pertambangan digambarkan seperti
diagram alir (flow chart) berikut :

1. Diagram alir (Flow chart 1) dari proses kerja proyek pertambangan

APLIKASI ALAT-ALAT BERAT


PADA PROYEK PERTAMBANGAN

Tidak
Ada overburden? Penambangan

Ada

Tidak
Ada vegetasi ?

Ada
Earth moving Land clearing

Batu Tidak
Jenis material Dapat diripping
?
Tanah

>6 Blasting
Cone Index Dapat

6<
Dozing Dozing (Middle or large Dozing & Ripping
(Swamp bulldozer) bulldozer) (large bulldozer)

Loading (Wheel
loader or Excavator)
Leveling in loading area
Road mainenance (bulldozer)
(motor garder & compactor)
Hauling (Dump truck)

Dumping & dozing at


disposal area (bulldozer)

Nomer Bahan: Judul Bahan :


0
Revisi:
001 PRODUCT KNOWLEDGE 10 10 03
Tgl.
Nomer Modul Judul Modul:
Kode: 110010
Halaman:
2. Diagram alir (flow chart 2) dari proses kerja proyek pertambangan.

PENAMBANGAN

Tidak
Dapat di ripping
?

Dapat
Blasting

Ripping & dozing


(large bulldozer)

Loading (Wheel loader


or Excavator)

Hauling (Dump Truck)

Dumping

Perlu Breaking ?

Ya Tidak

Breaking (Excavator +
Hydraulic Breaker)
(large bulldozer)

Perlu Crushing?

Ya Tidak

Crushing (Crusher)

Finishing

Nomer Bahan: Judul Bahan :


0
Revisi:
001 PRODUCT KNOWLEDGE 10 10 03
Tgl.
Nomer Modul Judul Modul:
Kode: 110010
Halaman:
6. KETERLIBATAN ALAT-ALAT BERAT UNTUK PROSES PENAMBANGAN.

Dapat digolongkan menjadi 2 (dua) kegiatan, yaitu :


1. Preparasi area penambangan (land area preparation)
2. Pengupasan lapisan tanah penutup dan pengambilan bahan galian (overburden
removal dan mineral excavation).

6.1. Preparasi Area Penambangan (Land Area Prepation)

Yaitu kegiatan penyiapan area penambangan, termasuk didalamnya kegiatan:


pembersihan vegetasi (material lainnya), pembuatan jalan, penyediaan tempat
pembuangan (disposal area). Kegiatan tersebut dapat dikelompokkan menjadi 2
(dua) yaitu:

1. Pembersihan area penambangan (land clearing area), yaitu kegiatan pembersihan


vegetasi untuk daerah penambangan.

2. Pembuatan jaringan jalan (road construction), yaitu pelaksanaan pembuatan jalan


umum. Adapun untuk jalan tambang ini dikenal 2 (dua) jenis jalan:

a. Jalan angkut utama (main haulage road)


Yaitu jalan angkut untuk bahan galian dari permukaan penambangan ke tempat
pengolahan, jalan ini perlu diperkeras, dan sifatnya permanen. Perawatan jalan
angkut utama merupakan syarat mutlak yang tidak dapat diabaikan, karena
dengan perawatan jalan maka mobilitas alat angkut terjamin, kerusakan alat
karena jalan jelek menjadi kecil, sehingga biaya transportasi akan menjadi kecil
juga.

b. Jalan penghubung (access road)


Yaitu jalan yang menghubungkan permukaan penambangan (front
penambangan) ke jalan angkut utama atau jalan penghubung antara permukaan
penambangan yang satu dengan lainnya, atau penghubung jenjang (bench)
satu dengan lainnya. Sifatnya semi permanen, bila jalan ini masih digunakan
cukup dirawat dengan motor grader setiap harinya.

6.2. Pengupasan Tanah Penutup (Overburden Removal) Dan Pengambilan Bahan


Galian (Mineral Excavation and Transportation).

Di dalam operasi penambangan terdapat dua pilihan yaitu melakukan pengupasan


tanah penutup terlebih dahulu kemudian baru mengambil bahan galiannya, atau
pengupasan tanah penutup dan pengambilan bahan galiannya dilakukan secara
bersamaan. Keuntungan dan kerugian dari 2 (dua) pilihan tersebut yaitu:

1. Bila pilihan pertama diterapkan maka:


a. Keuntungannya : begitu tanah penutup selesai dikupas maka akan didapatkan
bahan galian secara terus-menerus, disamping itu
pengontrolan lebih mudah.
Nomer Bahan: Judul Bahan :
0
Revisi:
001 PRODUCT KNOWLEDGE 10 10 03
Tgl.
Nomer Modul Judul Modul:
Kode: 110010
Halaman:
b. Kerugiannya : selama melakukan pengupasan tanah penutup tidak dapat
berproduksi (ada tenggang waktu antara pengupasan tanah
dengan pengambilan bahan galiannya).

2. Bila pilihan kedua diterapkan, maka:


a. Keuntungannya: dapat segera berproduksi, sehingga biaya pengupasan
tanah penutup dapat ditutupi oleh hasil penjualan bahan
galian yang telah diproduksi, sehingga tidak memerlukan
biaya investasi yang besar.
b. Kerugiannya : pengontrolan terhadap operasi menjadi sulit.

6.2.1. Pengupasan tanah penutup.

Cara mengupas tanah penutup tergantung kepada metode penambangan yang


diterapkan, dengan memperhatikan beberapa hal, diantaranya adalah:
1. Jenis bahan galian, kualitas, volume deposit serta nilai ekonomisnya.
2. Dimensi endapan bahan galian.
3. Topografi daerah penambangan.
4. Struktur geologi batuan.
5. Sifat fisik bahan galian dan batuan.
6. Target produksi yang akan dicapai, sesuai dengan kemampuan perusahaan.
7. Pertimbangan ekonomi.
8. Pertimbangan dampak lingkungan

Kegiatan alat-alat berat dalam proses pengupasan tanah penutup dapat dibagi
menjadi 3 (tiga) tahapan yaitu:
1. Pengupasan dan penggalian tanah penutup
2. Pemuatan dan pengangkutan hasil galian tanah penutup
3. Penggusuran dan perataan buangan tanah penutup di lokasi pembuangan

6.2.1.1. Pengupasan dan penggalian tanah penutup.

Kesuksesan dalam melaksanakan proses ini tergantung dalam menganalisa jenis


peralatan yang digunakan, tentunya alat yang mampu dan sesuai untuk
melakukan kegiatan ini. Selain mempertimbangkan beberapa hal seperti tersebut
di muka, hal yang berperanan dalam kegiatan ini adalah mempertimbangkan
tentang karakteristik tanah penutupnya.

Secara umum tanah penutup (overburden) dapat diklasifikasikan menjadi 6


(enam) kelas sebagai berikut:

1. Material lunak
Yaitu material yang paling mudah digali, bila dideteksi ripabilitasnya
mempunyai nilai 0 sampai 500 m/second (kecepatan getar rambatnya),
seperti:

Nomer Bahan: Judul Bahan :


0
Revisi:
001 PRODUCT KNOWLEDGE 10 10 03
Tgl.
Nomer Modul Judul Modul:
Kode: 110010
Halaman:
a. Material yang mengandung sedikit air, misalnya: pasir, tanah biasa,
campuran pasir dan tanah biasa, kerikil (lepas).
b. Material yang banyak mengandung air, misalnya pasir lempungan, lempung
pasiran, lumpur, pasir yang mengandung air (quick sand)

2. Material agak keras


Material yang mempunyai nilai rippabilitas 500 sampai dengan 800 m/second,
misalnya tanah biasa bercampur kerikil, pasir bercampur kerikil, pasir yang
kasar dan kerikil yang lepas.

3. Material setengah keras


Misalnya shale, clay stone (clay yang sudah kompak), batuan kerikil yang
tersemen dengan kompak, batuan beku yang melapuk berat sampai sedang,
batuan yang banyak rekahnya. Material ini umumnya mempunyai nilai
rippabilitas batuan antara 800 sampai dengan 1250 m/second.

4. Material agak keras sampai dengan keras


Misalnya sand stone, limestone, slate, vulcanic tuff, breksi batuan beku yang
melapuk sedang, bahan-bahan yang tersemen agak kompak sampai kompak
yang mempunyai nilai rippabilitasnya antara 1250 sampai dengan 2750m/
second.

5. Material keras
Misalnya batuan beku adesit, granit atau batuan metamorphic seperti slate,
kwarsit, silisfied limestone. Mempunyai nilai rippabilitas antara 3000 sampai
dengan 4000m/second. Material jenis ini cara pembongkarannya harus
diledakkan.

6. Material masif
Yaitu bahan batuan yang keras, kompak seperti batuan beku berbutir halus
dan silisified rock. Termasuk kategori material yang harus diledakkan untuk
pembongkarannya.
Bila hasil ledakkan material keras dan masif, ukurannya melebihi dari yang
dikehendaki (over size) maka diperlukan proses memperkecil untuk
memudahkan dalam pengangkutannya, dengan cara:

a. Peledakkan ulang (secondary blasting) dengan membuat lobang tembak


pada bongkah batuan dan diisi bahan peledak, alat bor yang digunakan jack
hammer, atau crawler rock drill.
b. Pemecahan batuan, dengan hydraulic breaker atau drop ball hammer.

Dari beberapa pengamatan cara peledakan ulang masih lebih populer


dibanding dengan cara yang kedua.

Nomer Bahan: Judul Bahan :


0
Revisi:
001 PRODUCT KNOWLEDGE 10 10 03
Tgl.
Nomer Modul Judul Modul:
Kode: 110010
Halaman:
6.2.1.2. Pemuatan dan pengangkutan hasil pengupasan tanah penutup ketempat
pembuangan.

Adalah kegiatan memuat dan mengangkut material kupasan (tanah penutup) ke


tempat pembuangan (disposal area/ dumpling area/ waste area).

1. Pemuatan (loading)
Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menunjang suksesnya operasi
pemuatan, antara lain adalah:
a. Karakteristik material.
b. Medan kerja. Jika medan kerjanya berlumpur maka lebih sesuai
menggunakan crawler loader (dozer shovel). Untuk medan kering dan
permukaannya relatif baik, lebih sesuai dengan menggunakan wheel
loader.
c. Fleksibilitas. Jika permukaan penambangannya berpindah-pindah maka
lebih sesuai menggunakan alat yang mobilitasnya tinggi seperti wheel
loader.

2. Pengangkutan (hauling)
Hal-hal yang menjadi pertimbangan dan menentukan alat transportasi antara
lain ialah:
a. Karakteristik material yang diangkut
b. Jarak angkut
c. Kondisi jalan dan kemiringan maksimum
d. Skala produksi yang akan dicapai

6.2.1.3. Pengambilan bahan galian dan pengangkutannya.

Yaitu penambangannya sendiri, yang menggunakan alat serta cara serupa


dengan pengupasan tanah penutup, pengangkutan disini adalah membawa
bahan galian ke tempat pengolahan atau ke lokasi pemrosesan selanjutnya.

Sedangkan beberapa metoda penambangan secara lengkap telah dijelaskan


dimuka tahapan kerja penambangannya dapat dilihat pada diagram alir (flow
chart) a dan b dari proses kerja proyek pertambangan.

-o0o-

Nomer Bahan: Judul Bahan :


0
Revisi:
001 PRODUCT KNOWLEDGE 10 10 03
Tgl.
Nomer Modul Judul Modul:
Kode: 110010
Halaman:
MODUL 4
JENIS ALAT-ALAT BERAT DAN ATTACHMENTNYA

1. PENGANTAR

Modul 4 ini adalah bagian kedua dari 6 modul Bahan Training No. 1, Product
Knowledge, dan akan menjelaskan dua hal pokok, yaitu :
15. Alat berat yang termasuk production equipment dan attachmentnya.
16. Alat berat yang termasuk support equipment dan attachmentnya.

2. SASARAN TRAINING

Setelah mengikuti training ini peserta dapat :


7. Memahami alat-alat berat yang termasuk production equipment dan
attachmentnya.
8. Memahami alat-alat berat yang termasuk support equipment dan attachmentnya..

3. PERSYARATAN TRAINING SEBELUMNYA

Untuk mengikuti training ini, peserta tidak diharuskan secara khusus mengikuti bahan
training lainnya.

4. METODE TRAINING

Training ini diselenggarakan secara tutorial dengan lama waktu 3 hari.

Nomer Bahan: Judul Bahan :


0
Revisi:
001 PRODUCT KNOWLEDGE 10 10 03
Tgl.
Nomer Modul Judul Modul:
Kode: 110010
Halaman:
5. BULLDOZER DAN ATTACHMENTNYA

5.1. Pengantar.

Buldozer adalah traktor beroda rantai yang digunakan di berbagai jenis pekerjaan
konstruksi, seperti menggali, mendorong, menggusur, dan menarik beban. Dapat
dipasang bermacam-macam attachment (peralatan tambahan), seperti blade, ripper,
winch dan lain-lain sehingga menjadi multi fungsi. Kelas bulldozer ditentukan menurut
ukuran (size) atau berat operasi dan tenaga enginenya.

Gambar 1. Unit Bulldozer.

5.2. Penggerak Utama.

Penggerak utama bulldozer disebut Power Train. Beberapa type power train tersebut
adalah:

1. Power Train Torqflow Type, yaitu:


Keterangan:
1. Engine
2. Torque converter
3. Universal joint
4. Transmission
5. Steering clutch
6. Steering brake
7. Sprocket
8. Transmission control valve

Gambar 2. Power Train Torqflow Type.

2. Power Train Bulldozer Direct Drive Type


Keterangan:
1. Engine
2. Main clutch
3. Universal joint
4. Transmission
5. Steering clutch
6. Steering brake
7. Sprocket
8. Track

Gambar 3. Power Train Buldozer Direct Drive Type


Nomer Bahan: Judul Bahan :
0
Revisi:
001 PRODUCT KNOWLEDGE 10 10 03
Tgl.
Nomer Modul Judul Modul:
Kode: 110010
Halaman:
3. Power Train Buldeozer Hidroshift Type.
Keterangan:
1. Diesel engine
2. Damper
3. Universal joint
4. Hydroshiff transmission
5. Tranfer case
6. Steering clutch
7. Steering brake
8. Final drive
12. Track
Gambar 4. Power Train Buldozer Hidroshift Type

5.3. Attachment.

Attachment yang biasa dipasangkan pada bulldozer adalah:


1. Blades.
2. Ripper.
3. Towing-Winch dan Back-Hoe.
Penjelasan lebih rinci dari masing-masing attachment adalah sebagai berikut:

5.3.1. Blade.

Blade digunakan untuk mengupas/mendorong material pada permukaan tanah. Jenis


blade yang dapat dipasang pada bulldozer sebagai berikut:

1. Straight-tiltdozer:
a. Straight Tilt Blade adalah blade yang dapat ditinggikan sebelah untuk
kemiringan hasil pemotongan. Disamping itu pada medan tanah lembek, blade
dengan tilt ini dapat bekerja efektif.
b. Mempunyai daya dorong dan daya gali
yang besar guna meningkatkan
produktivitasnya.
c. Tidak dapat membentuk sudut, tetapi bisa
dinaikkan pada salah satu sisinya
sehingga diperoleh kemiringan hasil
potongan.
d. Sangat cocok untuk pekerjaan penggalian
/ mendorong material yang memerlukan Gambar 5. Straight Tiltdozer
tenaga besar, seperti material yang
berbatu

Nomer Bahan: Judul Bahan :


0
Revisi:
001 PRODUCT KNOWLEDGE 10 10 03
Tgl.
Nomer Modul Judul Modul:
Kode: 110010
Halaman:
2. Angle Dozer
a. Selain posisi lurus, blade ini
dapat disetel membentuk
sudut dan dinaikkan pada
kedua sisinya.
b. Sangat cocok untuk pekerjaan
pembuatan jalan, penimbunan
karena arah gusuran material
dapat diarahkan dengan
membentuk sudut blade Gambar 6. Angledozer Gambar 7. Posisi Angeldozer
tersebut. menyerong terhadap Unit Mesin

3. Dual Tiltdozer.
a Dilengkapi hydraulic tilt cylinder pada
kedua sisi bladenya
b. Guna mendapatkan sudut potong yang
optimal, kemiringan blade dapat
dengan mudah disetel. Dengan
demikian produktivitas mesin dapat
ditingkatkan.
c Bila kedalaman penggalian diperlukan,
maka dengan hydraulic control, posisi Gambar 8. Dual Tiltdozer
dan besar sudut tilt dapat cepat dicapai.

4. Semi U-tiltdozer.
Konstruksinya menyerupai Straight blade dengan penambahan sayap pada kedua
ujung end bitnya, guna meningkatkan kemampuan menggali dan kapasitas
produksinya.

5. U-tiltdozer
a. U – Blade adalah blade dengan bentuk
U, kelebihannya dengan yang lainnya
adalah pada efisien waktu mendorong
karena sedikit tanah yang terbuang ke
samping.
b. Sayap pada kedua sisi blade berguna
untuk meminimalkan tumpahnya
material pada saat menggusur,
sehingga blade ini kapasitasnya jauh Gambar 9 U-Tiltdozer
lebih besar dibanding dengan Straight
blade.
c. Sangat cocok untuk menggusur material yang ringan dengan jarak gusur yang
relatif lebih jauh, seperti pekerjaan reklamasi, stock pile dan pekerjaan lainnya
yang sejenis.

Nomer Bahan: Judul Bahan :


0
Revisi:
001 PRODUCT KNOWLEDGE 10 10 03
Tgl.
Nomer Modul Judul Modul:
Kode: 110010
Halaman:
6. Rake Blade.
Adalah blade berbentuk garpu
terpasang pada bagian depan
unit buldozer, gunanya untuk
mencabut sisa-sisa akar pohon
dan mendorong ranting-ranting
kayu. Kerusakan top soil jauh
lebih kecil dibanding dengan
blade biasa Gambar 10. Rake Blade

5.3.2. Ripper.

Ripper adalah peralatan yang berbentuk taji, dipasang pada bagian belakang
Buldozer. Ripper digunakan untuk memecah batu, tanah keras menjadi
bongkahan-bongkahan dan selanjutnya dapat didorong. Ripper digunakan untuk
membongkar material yang keras dengan cara diripping, umumnya terdiri dari
batuan, tanah berbatu, cadas, atau tanah yang keras. Tipe-tipe ripper adalah
sebagai berikut:
1. Variable Angle Type Giant Ripper.
2. Parallelogram (rigid) type multi shank ripper.
3. Variable type multishank ripper. Keterangan rincinya adalah sebagai berikut:

1. Variable angle type Giant Ripper.

Ripper memiliki komponen-komponen arm, beam, dan shank yang diperkuat


(reinforced) untuk pekerjaan ripping yang lebih berat. Sudut shank dan kedalaman
penetrasi shank dapt diatur dari kabin operasi. Penggunaannya ialah:

a Untuk batuan keras dengan cepat


rambat gelombang kisaran 1.500 m/
second (tergantung ukuran Bulldozer).
b Untuk medan kerja yang diselingi
batuan lunak, karena kedalaman gali
lebih besar.
c Untuk tandem ripping dengan
memanfaatkan push block.
d Untuk operasi ripping di daerah tebing,
karena sudutnya dapat diatur sehingga Gambar 11. Variable angle
memungkinkan jangkauan lebih type Giant Ripper
panjang.

Nomer Bahan: Judul Bahan :


0
Revisi:
001 PRODUCT KNOWLEDGE 10 10 03
Tgl.
Nomer Modul Judul Modul:
Kode: 110010
Halaman:
2. Parallelogram (rigid) Type Multishank Ripper.

Konstruksi linkage dan armnya sejajar.


Shanknya turun naik dengan sudut yang
tetap, untuk meripping batuan yang lunak
dan berfragmentasi. Jumlah shank yang
digunakan dapat disesuaikan dengan
kekerasan material.
Gambar 12. Multi-shank Ripper

3. Variable Type Multishank Ripper.

Sebenarnya tipe ripper ini sama dengan yang sebelumnya (nomer 2) hanya pada
ripper ini sudut galinya dapat dirubah-rubah dalam selang waktu 30. Jika operasi
ripping ditemukan bongkah kayu yang terpendam, maka dengan merubah sudut
ripper, batuan tersebut dapat dengan mudah dibongkar. Sedangkan
penggunaannya adalah sebagai berikut:
a. Untuk permukaan yang miring
b. Untuk memecah lapisan aspal
c. Membongkar bongkah kayu yang terpendam
d. Membongkar akar dan tonggak pohon.

5.3.3. Towing-Winch dan Back-Hoe.

Towing Winch adalah gulungan kawat Backhoe adalah peralatan yang


baja yang dipasang dibelakang unit dipasang dibelakang unit dozer dan
dozer, digunakan untuk menarik kayu, berfungsi membuat parit dengan
unit Portable camp, dan lain-lain. kemampuan swing 180 derajat.
(Lengan masuk kedalam).

Gambar 20. Towing-Winch Gambar 21. Back Hoe

Nomer Bahan: Judul Bahan :


0
Revisi:
001 PRODUCT KNOWLEDGE 10 10 03
Tgl.
Nomer Modul Judul Modul:
Kode: 110010
Halaman:
5.4 Shoe

Jenis shoe sebagai komponen untuk meningkatkan unjuk kerja Bulldozer ialah:

1. Single-Grouser Shoe
a. Merupakan tipe shoe yang dapat
memberikan traksi besar, dan
dirancang untuk daerah operasi kasar
dan berbatu.
b. Dirancang dengan grouser yang tinggi
(disebut Extreme Service shoe)
sehingga lebih tahan terhadap Gambar 13. Single-Grouser Shoe
keausan dan tidak mudah bengkok.

2. Scoria-Disposal Shoe
a. Dibuat dari baja mangan, tahan panas.
b. Untuk beroperasi pada suhu yang tinggi.

Gambar 14. Scoria-Disposal Shoe

3. Rockbed Shoe
a Digunakan pada bulldozer untuk
beroperasi didaerah berbatu
b Telah diperkuat agar tidak mudah
retak dan bengkok
c Dibuat dari besi mangan agar berdaya
tahan tinggi
d Didesain khusus dengan penulangan Gambar 15. Rockbed Shoe
untuk menghindari slip kesamping.

4. Swamp Shoe
a. Digunakan pada daerah berlumpur
(swampy area).
b. Shoe dengan bentuk segitiga dan
mempunyai bidang kontrak dengan
tanah yang lebih besar,
Gambar 16. Swam Shoe
memungkinkan berdaya apung lebih
besar.

Nomer Bahan: Judul Bahan :


0
Revisi:
001 PRODUCT KNOWLEDGE 10 10 03
Tgl.
Nomer Modul Judul Modul:
Kode: 110010
Halaman:
5. Flat Shoe (untuk daerah yang sudah diratakan), dan Semi-Double-Grouser Shoe
serta Triple-Grouser Shoe (untuk dozer-shovel).

Gambar 17. Flat Shoe Gambar 18. Semi-Double- Gambar 19. Triple-Grouser-
Grouser Shoe Shoe

6. DOZER SHOVEL DAN ATTACHEMENTNYA

6.1. Pengantar

Dozer shovel adalah mirip dengan bulldozer namun dilengkapi dengan bucket yang
berfungsi sebagai alat angkut jarak pendek dan efisien untuk daerah kerja yang rata
dan kering. Misalnya memindahkan material dari lokasi ke Dump Truck.

Gambar 22. Dozer-Shovel

6.2. Attachment

Beberapa attachment yang sering dipasangkan pada dozer-shovel adalah:

1. Large Bucket. 2. Rock Bucket. 3. Log Clamp

Gambar 23. Large Bucket Gambar 24. Rock Bucket Gambar 25. Log Clamp
Nomer Bahan: Judul Bahan :
0
Revisi:
001 PRODUCT KNOWLEDGE 10 10 03
Tgl.
Nomer Modul Judul Modul:
Kode: 110010
Halaman:
4. Side-Dump Bucket.

Selain untuk dumping, bucket dapat


dimiringkan salah satu sisi tanpa memutarkan
unit, sehingga dapat memperkecil cycle time.

Gambar 26. Side-Dump Bucket.

5. Three-Way Bucket.

Bucket dapat dimiringkan kekanan, kekiri


maupun kedepan.

Gambar 27. Three-Way Bucket

Gambar 28. Skeleton Bucket Gambar 29. Multi Purpose Bucket

Bucket untuk batuan besar. Merupakan kombinasi bucket,


blade, scrapper dan clamsheel.

Nomer Bahan: Judul Bahan :


0
Revisi:
001 PRODUCT KNOWLEDGE 10 10 03
Tgl.
Nomer Modul Judul Modul:
Kode: 110010
Halaman:
7. HYDRAULIC EXCAVATOR DAN ATTACHMENTNYA

7.1. Pengantar

Hydraulic Excavator merupakan alat serba guna yang dapat dipergunakan untuk
menggali, memuat, dan mengangkat material. Teristimewa dipergunakan untuk
menggali parit-parit saluran air atau jaringan pipa (pipe line). Dengan mengganti
attachment (kelengkapan tambahan) maka alat ini dapat juga dipakai untuk memecah
batu, mencabut tanggul, membongkar aspal dan lain-lain. Konstruksi bagian atas dari
unit ini dapat berputar (swing) 360, sehingga memungkinkan alat ini bekerja di
tempat yang relatif sempit sekalipun. Secara umum, hydraulic excavator dapat dibagi
menjadi dua type yaitu:

1. Type Backhoe, yang mana bucket yang dipasang mengarah masuk kedalam.
2. Type shovel, yang mana bucket yang dipasang mengarah keluar.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat di gambar berikut.

Gambar 30. Shovel Type Excavator. Gambar 31. Backhoe Type Excavator.
Bucket mengarah keluar. Bucket mengarah kedalam.

7.2. Bagian-Bagian Utama dari Excavator.

Keterangan teknis bagian-bagian dari excavator adalah sebagai berikut.

1. Bucket
2. Bucket cylinder
3. Arm
4. Arm cylinder
5. Boom
6. Boom cylinder
7. Sprocket
8. Track frame
Gambar 32. Bagian-bagian Penting
9. Idler Excavator.
10. Track shoe

Nomer Bahan: Judul Bahan :


0
Revisi:
001 PRODUCT KNOWLEDGE 10 10 03
Tgl.
Nomer Modul Judul Modul:
Kode: 110010
Halaman:
7.3. Attachment.

Attachment yang sering dipasangkan pada excavator adalah:

7.3.1. Bucket

Gambar 33. Large Bucket. Gambar 34. Narrow Bucket. Gambar 35. Side Cutter.

Untuk operasi pekerjaan ringan. Digunakan untuk operasi Digunakan untuk


Digunakan untuk menggali dan pekerjaan yang berat. pemotongan tanah.
memuat material yang ringan dan
gembur, seperti pasir kering, batu
bara curah.

Gambar 36. Clamshell Bucket. Gambar 37. Ejector Bucket. Gambar 38. Side Cutter.
Biasanya dipakai untuk penggalian Digunakan untuk penggalian Digunakan untuk tanah yang
yang vertikal, seperti pada tanah yang lunak. keras atau areal yang berbatu.
penggalian pondasi jembatan

Gambar 39. Slope Finishing Bucket Gambar 40. Trapezodial Bucket Gambar 41. Single-Shank Ripper
Digunakan untuk pembuatan atau Digunakan untuk irigasi dan Digunakan untuk penggalian dan
finishing slope. drainase. penghancuran batu.

Nomer Bahan: Judul Bahan :


0
Revisi:
001 PRODUCT KNOWLEDGE 10 10 03
Tgl.
Nomer Modul Judul Modul:
Kode: 110010
Halaman:
Gambar 42. Triple-Shank Ripper
Digunakan untuk penggalian tanah
keras, ideal untuk pembongkaran
aspal.

7.3.2. Shoe.

Gambar 43. Tripple-Grouser Shoes Gambar 44. Flat Shoes. Gambar 45. Swamp Shoe.
Sesuai digunakan untuk tanah yang Digunakan untuk daerah- Digunakan untuk daerah-daerah
lunak. daerah yang rata. yang berlumpur.

7.3.3. Arm.

Gambar 46. Short Arm. Gambar 47. Long Arm. Gambar 48. Extension Arm.
Digunakan untuk areal yang Digunakan untuk menambah Dipasangkan pada arm standar
terbatas. working range dan kedalaman untuk jangkauan yang lebih
digging (gali). panjang.
7.3.4. Boom.

Gambar 49. Two Piece Boom. Gambar 50. Single Piece Boom. Gambar 51. Offset Boom.

Nomer Bahan: Judul Bahan :


0
Revisi:
001 PRODUCT KNOWLEDGE 10 10 03
Tgl.
Nomer Modul Judul Modul:
Kode: 110010
Halaman:
7.3.5. Hydraulic Breaker.

Dapat dipasangkan pada berbagai type


alat, tetapi umumnya dipasangkan
pada hydraulic excavator. Berfungsi
untuk memecah batu-batuan, beton,
atau tanah yang keras. Hydraulic
breaker banyak digunakan pada
pekerjaan di quarry, pertambangan, Gambar 52. Hydrolic
Breaker
konstruksi dan untuk berbagai operasi
lainnya.

7.3.6. Factor Yang Perlu Dipertimbangkan Dalam Memillih Back Hoe Type atau
Shovel Type.

1. Bench height.
Ditinjau dari sudut pandang kemudahan pekerjaan pemuatan ke atas dump truck,
bahwa sebagai pedoman untuk memilih model excavator yang cocok sebagai
berikut :
 Model loading shovel cocok dipergunakan untuk ketinggian bench lebih dari 5
meter.
 Model backhoe excavator cocok untuk operasi pemuatan yang ketinggian
benchnya kurang dari 5 meter.

Untuk mengisi dump truck secara efisien, sebaiknya ketinggian bench lebih rendah
dibanding dengan tinggi body truck.

Gambar 53. Kombinasi Backhoe Excavator dengan Dump Truck.

2. Digging function:

 Loading shovel, cocok digunakan untuk memuat batuan hasil peledakan


dimana terdapat banyak bongkahan batu yang besar dan diperlukan breakout
force. Pada permukaan penggalian datar, daya dorong horizontal dari loading
shovel sangat kuat. Tetapi sulit dipergunakan untuk mendorong beban jika tinggi
galian berada diatas landasan kerjanya.

Nomer Bahan: Judul Bahan :


0
Revisi:
001 PRODUCT KNOWLEDGE 10 10 03
Tgl.
Nomer Modul Judul Modul:
Kode: 110010
Halaman:
 Backhoe, alat serbaguna yang digunakan untuk operasi penggalian dan
pemuatan. Dengan mengganti arm dan boom yang lebih pendek, ukuran
volume bucket dapat ditambah guna mencapai produksi yang lebih tinggi.

8. WHEEL LOADER DAN ATTACHMENTNYA

8.1. Pengantar

Wheel Loader adalah alat pemuat beroda karet (ban), penggunaannya hampir sama
dengan dozer shovel. Yang membedakannya adalah terletak pada landasan
kerjanya, bagi wheel loader diisyaratkan harus relatif rata, kering dan kokoh.
Dipergunakan terutama, bila pengoperasiannya dituntut agar kerusakan landasan
kerja harus minimal, disertai mobilitas yang tinggi serta tidak diperlukan traksi yang
besar (material dalam keadaan gembur dan tidak berat). Tidak disarankan
mengambil sendiri tanah dalam keadaan asli (bank), tanpa dibantu dozing/ stock
piling lebih dahulu oleh bulldozer.

Ada tiga metoda pemuatan material ke atas dump truck baik dozer shovel maupun
wheel loader yang umum diterapkan, yaitu:
1. I shape/ cross loading
2. V shape loading
3. Pass loading

Pada pekerjaan pemindahan material yang harus dilakukan oleh loader sendiri tanpa
melibatkan alat angkut ialah metoda load and carry, dan masih efisien sampai pada
jarak 100 meter.

8.2. Bagian-bagian penting dari wheel loader adalah:

1. Bucket
2. Tilt lever
3. Lift cylinder
4. Lift arm
5. Head lamp
6. Turn signal lamp
7. Front wheel Gambar 54. Bagian-bagian Penting Wheel Loader
8. Rear Wheel

8.3. Bagian-bagian penting dari power train (penggerak utama).

1. Engine
2. Damper
3. Universak joint
4. Torque converter
5. Torqflow transmission
6. Transfer gear
Gambar 55. Bagian-bagian Penting Power Train

Nomer Bahan: Judul Bahan :


0
Revisi:
001 PRODUCT KNOWLEDGE 10 10 03
Tgl.
Nomer Modul Judul Modul:
Kode: 110010
Halaman:
8.4. Attachment Utama yang Dapat Dipasang pada Wheel loader

1. General Purpose Bucket (Stockpile).

Bucket ini digunakan untuk memuat


material stockpile seperti gravel hasil store
crussing dan material lainnya seperti tanah Gambar 56. General Purpose
biasa dan lain-lain. Bucket (Stock Pile)

2. General Purpose Bucket (Excavating)

Bucket ini digunakan untuk menggali/


memuat batuan hasil peledakkan, dan
untuk menggali tanah asli. Dilengkapi
dengan flat – blade, straight cutting edge,
Gambar 57. General Purpose
agar lebih kokoh dan lebih tahan terhadap Bucket (Excavating)
keausan.

3. Light Material Bucket.

Bucket ini digunakan untuk memuat material dengan berat jenisnya ringan kurang
dari 1,2 ton/m³, seperti salju, pupuk, makanan ternak.
Bentuk dasarnya seperti general purpose
bucket, dilengkapi cutting edge yang
diperpanjang dan lebar, guna memperoleh
kapasitas yang besar. Seperti halnya large
bucket yang digunakan untuk operasi
pemuatan batubara curah dengan berat Gambar 58. Like Material Bucket
jennis kurang dari 1 ton/ m³.

4. Spade-nose Rock Bucket (V-edge type).

Jenis bucket ini digunakan untuk


membongkar dan memuat batuan hasil
peledakan pada proyek crushing plan,
mempunyai cutting edge sehingga lebih
kokoh dan tahan terhadap keausan. Gambar 59. Spade-nose Rock Bucket (V-edge
type).

Nomer Bahan: Judul Bahan :


0
Revisi:
001 PRODUCT KNOWLEDGE 10 10 03
Tgl.
Nomer Modul Judul Modul:
Kode: 110010
Halaman:
5. Heavy-duty Bucket.

Jenis bucket ini juga digunakan untuk pembongkaran dan pemuatan batuan hasil
peledakan. Mempunyai spesifikasi (1-class-larger and a ticker wear plate, large
corner edge/side guard, and strengthened spill guard).
Umumnya dipasang pada WA700 atau
WA800. bila dipasang pada wheel loader
dibawah klas tersebut, untuk menjaga
kestabilan mesin, harus ditambah
counterweight dan orifice (retainer) guna
meredam kejutan (shock) bucket pada saat Gambar 60. Heavy Duty Bucket
dumping.

6. Skeleton Bucket.

Digunakan untuk menggali dan memuat


batu-batuan. Rock bucket dibuat dari
material yang telah mengalami proses
perkerasan, banyak digunakan/
dipasangkan pada dozer shovel/ wheel
loader. Gambar 61. Skeleton Bucket

7. Multi Purpose Bucket dan Log Clamp

Gambar 62. Multi Putpose Bucket. Gambar 63. Log Clamp.


Mempunyai kompbinasi bucket, blade, Digunakan untuk mengangkat balok
scrapper atau clamshell, untuk kayu.
stripping top soil dan loading.

Nomer Bahan: Judul Bahan :


0
Revisi:
001 PRODUCT KNOWLEDGE 10 10 03
Tgl.
Nomer Modul Judul Modul:
Kode: 110010
Halaman:
8.5. Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam aplikasi Wheel Loader.

1. Operating Weight, Adalah total berat mesin dalam kilogram (pound) dengan
spesifikasi tangki bahan bakar harus terisi penuh, tangki minyak pelumas sesuai
standar ditambah berat operator.

2. Bucket Capacity, Struck capacity


adalah volume material yang mengisi
bucket rata batas bibir bucket (gambar
64) atau lurus cutting edge ke bucket
bagian belakang.
Heaped capacity adalah struck capacity Gambar 64. Bucket Capacity
ditambah material yang munjung ke
atasnya, dengan sudut munjungnya 1: 2.

3. Rated Load (Operating Load), Adalah beban operasi dalam kg (pound) pada
bucket dimana wheel loader tidak boleh lebih 50% dari straight static tipping load,
dan bagi crawler loader tidak boleh lebih dari 35% dari static tipping load.

4. Breakout Force, Adanya daya cungkil


vertical maksimum dalam kg (pound),
dengan menggunakan ujung bucket
yang letaknya 101,6 mm di belakang
ujung cutting edge, dimana bucket Gambar 65. Breakout Force
dinaikkan dan atau di tilt back.

5. Static Tipping Load Adalah berat minimum dalam kg (pound) pada pusat titik
berat (center of gravity) beban dalam bucket yang dapat menggerakkan mesin
pada suatu titik (jungkit), dimana roda bagian belakang dari wheel loader terangkat
dari landasan kerjanya. Static tipping load dicapai dalam kondisi sebagai berikut:

- Bucket maksimum tilt back (roll back)


- Pusat titik berat beban dalam bucket
pada posisi maksimum ke depan dan
dalam pergerakkan naik
(raising cycle)
- Berat operasi mesin dan peralatannya
sesuai dengan spec dan articulated
Gambar 66. Static Tipping Load.
steer loader dalam posisi full turn
(specify angle)

Nomer Bahan: Judul Bahan :


0
Revisi:
001 PRODUCT KNOWLEDGE 10 10 03
Tgl.
Nomer Modul Judul Modul:
Kode: 110010
Halaman:
6. Lifting Capacity

Adalah berat maksimum (kg/pound) pada pusat titik berat beban (std SAE) dalam
bucket yang dapat terangkat sampai ketinggian maksimum (specified height),
dimana persyaratan adalah:
a. Mesin bagian belakang diikat mati ke bawah
b. Erat operasi mesin dan peralatannya sesuai dengan specifikasi

Gambar 67. Lifting Capacity

7. Hydraulic Cycle Times

a. Raising time,
adalah waktu (second) yang diperlukan untuk menaikkan bucket, roll back, dari
posisi rata tanah (landasan kerja) ke posisi tinggi maksimum (full height) dengan
beban operasi sesuai standar SAE

b. Lowering time,
Adalah waktu (second) yang diperlukan untuk menurunkan bucket kosong dari
posisi tinggi ke posisi rata tanah

c. Dumping time,
Adalah waktu (second) yang diperlukan untuk menggerakkan bucket dengan
beban dari posisi maksimum height ke posisi full dumping

8. Dumping Clearance and Dumping Reach

a. Dumping clearance
Adalah jarak vertikal dalam mm (inches) dari tanah (landasan kerja) ke titik
terendah cutting edge dari bucket pada posisi tinggi maksimum dan 45 o dumping.
Jika sudut dumping kurang dari 45o, maka disesuaikan dengan spesifikasinya.

b. Dumping reach
Adalah jarak horizontal dalam mm (inches) dari bagian paling depan pada role
mesin (loader) ke titik paling belakang bucket cutting edge pada posisi tinggi
maksimum, dimana posisi bucket 45o dumping. Jika sudut dumping kurang dari
45o, maka disesuaikan dengan spesifikasinya.

Nomer Bahan: Judul Bahan :


0
Revisi:
001 PRODUCT KNOWLEDGE 10 10 03
Tgl.
Nomer Modul Judul Modul:
Kode: 110010
Halaman:
Gambar 68. Dumping Clearance dan
Dumping Reach

9. Carry possition

Adalah jarak vertical dari tanah (landasan kerja) dalam mm (inches) ke garis tengah
dari bucket membentuk sudut 150. Lihat gambar dibawah
A : Carry height
B : Max. tilt – back angle (at SAE Carry Possition)

Gambar 69. Carry Position

8.6. Kombinasi antara loader dan dump truck.

Kombinasi antara loader dan dump truck yang benar adalah sebagai berikut:

a. Jumlah isian dumptruck 3 – 5 kali bucket (n)

Max.payload of dump truck


n = atau
Bucket capacity x bucket factor x specific weight

n = Heaped capacity of dump truck

Bucket capacity x bucket factor

b. Dumping Clearance (DC)


 Untuk loader berukuran kecil dan
menengah, DC > H + 300 mm
 Untuk loader besar DC > + (W/ 12)

c. Dumping Reach (DR)


 Untuk loader berukuran kecil dan
menengah, DR > W/6 + 500 mm
 untuk loader besar DR > W/3 Gambar 70. Kombinasi Loader dan
Dump Truck

Nomer Bahan: Judul Bahan :


0
Revisi:
001 PRODUCT KNOWLEDGE 10 10 03
Tgl.
Nomer Modul Judul Modul:
Kode: 110010
Halaman:
9. DUMPTRUCK DAN ATTACHMENTNYA

9.1. Pengantar.

Pada proyek pertambangan (mining) dump truck dipergunakan sebagai alat


angkut (transportasi) bahan galian yang berupa lapisan tanah penutup (over
burden) maupun bahan galiannya (ore). Pada umumnya bagian terbesar biaya
produksi penambangan yang melibatkan armada alat-alat berat terserap pada
biaya transportasi. Selain jumlah armadanya cukup banyak, tipenya pun terdiri
dari klas yang besar. Pengetahuan tentang manajemen aplikasi dump truck
sangatlah penting, agar dump truck dapat dioperasikan secara efektif dan efisien.
Hal ini dapat dicapai bila spesifikasi dump truck yang digunakan sesuai dengan
kondisi pekerjaan yang dihadapi. Dalam buku dasar aplikasi alat-alat berat untuk
proyek pertambangan batubara dan limestone ini, pembahasan mengenai dump
truck, walaupun hanya difokuskan terhadap merek Komatsu, namun secara
umum berlaku juga untuk merek lainnya, khusus jenis off-highway dump-truck.

Gambar 71. Dump Truck Komatsu

9.2. Contoh Spesifikasi.

Spesifikasi dump truck (contoh) yang harus dipahami dalam manajemen aplikasi adalah
sebagai berikut :

1. Spesifikasi dari Komatsu Off-Highway Dump Truck.

Tabel 1 : Contoh Komatsu HD325-6


Item HD325-6
WEIGHT : Kg
Empty vehicle weight * 28700
Distribution (front) 13780
(rear) 14920
Gross vehicle weight 60780
Distribution (front) 19450
(rear) 41330
Max. gross vehicle weight 65200
HAULING CAPACITY :
Maximum load kg 36500
Rated Load 32000
Heaped capacity (2:1) m3 24

Nomer Bahan: Judul Bahan :


0
Revisi:
001 PRODUCT KNOWLEDGE 10 10 03
Tgl.
Nomer Modul Judul Modul:
Kode: 110010
Halaman:
Tabel 7 : Contoh Komatsu HD325-6 (lanjutan)

PERFORMANCE
Maximum speed Km/h 70
Turning Radius m 7.20
DIMENSION :
Overall length mm 8365
Overall width 3660
Overall height 3950
Loading height 3200
Wheelbase 3750
Tread (front) 3150
(rear) 2550
TIRES :
Front tire 18.00-33-28PR X 2
Rear tire 18.00-33-28PR X 4
Note : * Weight includes lubricants, coolant, full fuel tank and standard body.
** Max. gross vehicle weight, including optional equipment, lubricants, coolant, full
fuel tank and payload, with large tires installed, shall not be exceeded.

Pengertian dari spesifikasi diatas ialah sebagai berikut :

a. Empty vehicle weight * : Berat kendaraan tanpa muatan termasuk minyak pelumas, tangki
bahan bakar penuh dan standard body = 28700 kg.

b. Distribution (front) : distribusi berat yang tertumpu pada ban kanan & kiri bagian depan =
13780 kg, berarti beban setiap ban depan = 6890 kg (dua ban).

c. Distribution (rear) : distribusi berat yang tertumpu pada ban kanan & kiri bagian belakang =
14920 kg, berarti berat setiap ban belakang = 3730 kg (4 ban).

d. Gross vehicle weight : empty vehicle weight + rated load + operator weight = 28700 kg +
32000 + 80 kg = 60780 kg.

e. Distribution (front) : 19450 kg, beban per ban = 19450 kg/2 ban = 9725 kg.

f. Distribution (rear) : 41330 kg, beban per ban = 41330 kg / 4 ban = 10332.50 kg.

g. Max gross vehicle weight ** : Berat kendaraan termasuk optional equipment + minyak
pelumas + tangki bahan bakar penuh + max. load yang diijinkan, dengan dipasang ban
yang lebih besar (optional).

h. Maximum load : beban muatan maximum yang diijinkan.

i. Rated load : beban muatan standard.

j. Heaped capacity : volume material yang dapat mengisi vesel (dump) sampai munjung
(heaped) = 24 m3

Note : Hubungan rated load dengan heaped capacity ialah :

Nomer Bahan: Judul Bahan :


0
Revisi:
001 PRODUCT KNOWLEDGE 10 10 03
Tgl.
Nomer Modul Judul Modul:
Kode: 110010
Halaman:
- Jika material termasuk jenis yang berat, dan jika vesel diisi penuh (heaped) melebihi
rated load maka muatan tidak boleh diisikan sampai penuh. Dan dibatasi sampai berat
muatan sama dengan rated loadnya.
- Jika material termasuk jenis yang ringan, dan jika vesel diisi penuh (heaped) lebih
ringan dari rated load, maka sebagai batasan muatan ialah sebesar volume vesel
(dump) nya.

k. Maximum speed : kecepatan maximum yang dapat dicapai sebesar 70 km/jam, pada jalan
datar dan rolling resistant kurang dari 2%.

l. Turning radius 7,2 meter: radius putar kendaraan sangat terkait dengan desain jalan,
persiapan lokasi untuk loading dan unloading.

9.3. Memilih Dump Body

Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan guna menetukan jenis dump body yang cocok
dengan kondisi pekerjaan. Antara lain ialah : jenis aplikasinya, ukuran batuannya, berat jenis
materialnya, alat muat dan faktor lainnya secara lengkap lihat bagan berikut.

1 2 3 4
Selection of body Selection of body Selection of canopy Selection of
extention Spill guard Tailgete

Work Application Specific Gravity of Condition of


Material Condition of Runway Runway
Tailgete
Size of Rock  Down Hill  Up Hill
Loading Machines
 Flatness of Rw
Weight of Rock  Curve Travel Speed

Loading Machines
Kinds of Materials

9.4 Jenis Dump body Komatsu off-highway Dump Trucks dan Aplikasinya.

1. Liner-less body
 Jenis body ini cocok digunakan untuk
mengangkut material berupa pasir dan
tanah yang kasar.
 Tidak dipasang liner.

Gambar 72. Liner-Less Body

2. Rock body
 Sangat cocok digunakan untuk
mengangkut batu-batuan seperti batu
macadam atau batu kapur dan juga untuk
pekerjaan sipil lainnya.
Nomer Bahan: Judul Bahan :
0
Revisi:
001 PRODUCT KNOWLEDGE 10 10 03
Tgl.
Nomer Modul Judul Modul:
Kode: 110010
Gambar 73. Rock Body Halaman:
 Seluruh permukaan body bagian dalam
dipasang steel liners.

3. Rubber liner body


 Digunakan untuk mengangkut batu riprap
yang bongkahannya besar.
 Rubber liners dipasang pada body bagian
dalam bawah dan sisi lainnya dipasang
dengan steel liners.

Gambar 74. Rubber Liner Body

Tabel 2 : Body Selection of Komatsu Off-Highway Dump Trucks


Liner- Rock Rubber
less body Liner
body body
Durability of body Ο
Body
Selection
Operator comfort at
Shock Ο Ο
loaduing
Point Noise Ο Ο
Price compariso (1 : most expensive) 3 2 1
Propriety by Wheel Standard Below 0,5 m or ● Ο Ο
loading Loader for size 0,16 ton
machines of rocks Below 1,0 m or X ● Ο
1,3 ton
Below 1,5 m or X X ●
4,4 ton
Hydraulic Below 0,5 m or ● Ο Ο
excavator 0,16 ton Below
Below 1,0 m or ▲ ● Ο
1,3 ton
Below 1,5 m or X ▲ ●
4,4 ton

Remarks Ο : Ordinary : Excelent


● : Best X : Prohibited
▲ : Posibble when loading height is lower than body top end.

4. Dump body untuk quarry (standard)


 Kapasitas dump body ini spesial besar, dan telah diperkuat sehingga cocok
untuk digunakan di quarry.
 Model yang baru dibuat dari plat baja yang sangat tahan terhadap keausan,
karena materialnya 25% lebih keras dibanding material yang umum digunakan.

 Digunakan untuk daerah kerja yang


material utamanya terdiri dari limestone
dan gravel dimana dump bodynya tidak
dipasang liners.
 Untuk mengangkut material berupa
tanah yang bercampur batu, pasir dan
tanah.
Nomer Bahan: Judul Bahan :
Revisi: 0
001 PRODUCT KNOWLEDGE
Gambar 75. Dump Body for Quary
Tgl. 10 10 03
Nomer Modul Judul Modul:
Kode: 110010
Halaman:
 Mengangkut material lainnya yang saat
pengisiannya hanya menimbulkan
kejutan (impact) yang kecil.

5. Special dump body with half liner for quarry (option 1)


 Untuk job site yang mirip (d) diatas,
tetapi untuk jarak angkut yang dekat
yang frekuensi muat bongkarnya tinggi.
 Dump body bagian dalam separo
belakang dipasang steel liner, yang
interval penggantiannya antara 8000-
12000 jam.
 Cocok untuk mengangkut tanah dan
pasir, tanah campur batu dan batu Gambar 76. Special dump body with
half liner for quarry
berukuran kecil sampai sedang.

6. Special dump body with full liner (except sides) for quarry use (option 2).
 Digunakan pada daerah kerja yang
materialnya didominasi oleh batu.
 Untuk mengangkut batu berukuran kecil
sampai besar dan batuan yang keras.
 Dipasang stell liner kecuali pada kedua
sisi sampingnya.
 Interval penggantian steel linernya
dapat mencapai 8000 jam. Gambar 77. Special dump body with full
liner (except sides) for quarry

Tabel 3. Dump Body Yang Tersedia Untuk Komatsu Off-Highway Dump Truck
Model HD255-5 HD325-6
Body type Linerless body Linerles body Rock body Rubber linerbody
(STD) (STD) (OP) (OP)
Liner Steel Rock type - О ● ●
Liner
Liner (case 1) - - - -
Liner (Case 2) - - - -
Rubber liner t = 105 mm - О X ●
Nomer Bahan: Judul Bahan :
0
Revisi:
001 PRODUCT KNOWLEDGE 10 10 03
Tgl.
Nomer Modul Judul Modul:
Kode: 110010
Halaman:
Body 200 mm (7,9 in) - О О О
Extention 250 mm (9.8in) - - - -
300 mm (11.8in) - - - -
Canopy spill 150 mm (5.9in) О О ● ●
Guard 200 mm(7.9in) - - - -
250 mm (9.8in) - О О О
300 mm (11.8in) - - - -
Tailgate О О X

Model HD405-5 HD465-5


Body type Linerless Rock body Linerless Rock Rubber li-
body (STD) (OP) body (STD) body (OP) nerbody (OP)
Liner Steel Rock type - - О ● x
liner Liner (case 1) - О - - -
Liner (case 2) - О - - -
Rubber liner t =105 mm x x О x ●
Body 200mm (7.9in) x x О ● О
Extension 250mm (9.8in) x x - - -
300mm(11.8in) x x О О О
Canopy spill 150mm (5.9in) ● ● ● ● ●
guard 200mm (7.9in) - - - - -
250mm(9.8in) О О - - -
300mm(11.8in) - - О О -
Tailgate О* О* О О x

Model HD605-5 HD785-3


Body type Linerless Rock body Linerless Rock Rubber
body (OP ) body body linerbody
(STD) (STD) (OP) (OP)
Liner Steel Rock type - - О ● x
liner Liner (case 1) - О - - -
Liner (case 2) - О - - -
Rubber liner t =105 mm x x О x ●
Body 200mm (7.9in) x x О О О
Extension 250mm (9.8in) x x О ● О
300mm(11.8in) x x О О О
Canopy spill 150mm (5.9in) ● ● - - -
guard 200mm (7.9in) - - ● ● ●
250mm(9.8in) - - - - -
300mm(11.8in) О О О О О
Tailgate О* О* О О x

Tabel 3. Dump Body Yang Tersedia Untuk Komatsu Off-Highway Dump Truck
Model HD985-3
Body type Linerless Liner Linerless Liner
body body body body
(STD) (OP) (STD) (OP)
Liner Steel Liner Rock type - О - О
Liner (Case 1) - - - -
Liner (Case 2) - - - О
Rubber liner t = 105mm x x x x
Nomer Bahan: Judul Bahan :
0
Revisi:
001 PRODUCT KNOWLEDGE 10 10 03
Tgl.
Nomer Modul Judul Modul:
Kode: 110010
Halaman:
Body 200mm(7.9in) x x x x
Extension
250mm(9.8in) x x x x
300mm(11.8in) x x x x
Canopy spill guard 150mm(5.9in) - - - -
200mm(7.9in) ● ● ● ●
250mm(9.8in) - - - -
300mm(11.8in) О О О О
Tailgate - - О -

● : Standard equipment for applicable body


О : Optionally available
- : Not Available
x : Installation prohibited
* : Mini tailgate.

Gambar 78. Body Extension Gambar 79. Canopy Split Guard Gambar 80. Tail Gate.

Tabel 4. Sambungan Dump Body Untuk Komatsu Off-Highway Dump Truck


Extension Item HD255-5 HD325-6 HD405-6 HD465-6
Without body Body capacity (cu.m) 13.2/17.7 18.0/24.0 20.0/27.3 25.0/34.2
extension Struck/heaped
Loading height (mm) 2940 3200 3430 3520
200 mm Body capacity (cu.m) - 20.0/27.0 - * 29.0/37.5
Struck/heaped
Loading height (mm) - 3400 - 3720
250 mm Body capacity (cu.m) - - - -
Struck/heaped
Loading height (mm) - - - -
300 mm Body capacity (cu.m) - - - 31.4/38.8
Struck/heaped
Loading height (mm) - - - 3820
Installed tire size 16.00-25 18.00-33 18.00-R33 21.00-35
* : Standard equipment for HD465-5 rock body.

Tabel 4. Sambungan Dump Body Untuk Komatsu Off-Highway Dump Truck


Extension Item HD605-5 HD785-3 HD985-3
Without body Body capacity (cu.m) 29.0/40 36.0/53.0 45.0/64.0 48.0/70.0
extension Struck/heaped
Loading height (mm) 3860 4225 4545 4565
200 mm Body capacity (cu.m) - 41.0/58.0 - * 29.0/37.5
Struck/heaped

Loading height (mm) - 4425 - -

Nomer Bahan: Judul Bahan :


0
Revisi:
001 PRODUCT KNOWLEDGE 10 10 03
Tgl.
Nomer Modul Judul Modul:
Kode: 110010
Halaman:
250 mm Body capacity (cu.m) - *43.0/59.0 - -
Struck/heaped
Loading height (mm) - 4475 - -
300 mm Body capacity (cu.m) - 44.0/60.0 - -
Struck/heaped
Loading height (mm) - 4525 - -
Installed tire size 24.00-R35 27.00-49 30.00-R51 30.00-R51
(E3) (E4)
* : Standard equipment for HD785-3 rock body

10. MOTOR GRADER

Motor Grader dapat digunakan diberbagai jenis pekerjaan, misalnya : untuk perawatan jalan,
penggalian parit, pemotongan tanah, dan lain-lain. Maka dari itu kapasitas produksi motor
grader dapat bervariasi tergantung dari jenis pekerjaannya.

Gambar 81. Motor Grader

11. COMPACTOR

Compactor adalah alat yang digunakan untuk memadatkan tanah atau material lainnya,
sehingga tercapai tingkat kepadatan yang diinginkan. Jenis roda bisa dari besi seluruhnya
atau ditambahkan pemberat berupa air atau pasir, bisa terbuat dari roda ban karet, ada yang
berbentuk sheep food. Ada tipe towed compactor yang operasinya harus ditarik dengan
mesin lain, ada yang tipe swa gerak. Untuk yang berukuran kecil dikendalikan secara manual
kearah daerah yang akan dipadatkan.

Untuk pemadatan pengaspalan biasanya menggunakan road roller, tire roller, tetapi untuk
material tanah, biasanya menggunakan sheep foot roller/drum roller.
Nomer Bahan: Judul Bahan :
0
Revisi:
001 PRODUCT KNOWLEDGE 10 10 03
Tgl.
Nomer Modul Judul Modul:
Kode: 110010
Halaman:
Gambar 82. Compactor

Pemadatan adalah proses fisik dimana berat jenis dari material yang dipadatkan akan
bertambah. Umumnya bahwa kekuatan dari tanah dapat ditambah dengan proses
pemadatan.

Peralatan pemadatan dapat menggunakan satu atau kombinasi dari tipe-tipe usaha
pemadatan sebagai berikut :
1. Static weight or pressure : Road roller
2. Feeding action or manipulation : Sheep Foot Roller
3. Impact or Sharp blow : Penumbuk
4. Vibration or shaking : Vibration roller.

-o0o-

Nomer Bahan: Judul Bahan :


0
Revisi:
001 PRODUCT KNOWLEDGE 10 10 03
Tgl.
Nomer Modul Judul Modul:
Kode: 110010
Halaman:
MODUL 5
ALAT-ALAT BERAT YANG DIGUNAKAN PAMA

1. PENGANTAR

Modul 5 ini adalah bagian kelima dari 6 modul Bahan Training No. 1, Product
Knowledge, dan akan menjelaskan tentang alat-alat berat yang digunakan oleh
PAMA. Penjelasan ini disertai beberapa contoh gambar dan spesifikasinya.

2. SASARAN TRAINING

Setelah mengikuti training ini peserta mendapatkan mengetahui sebagian besar alat-
alat berat yang digunakan oleh PAMA, beserta spesifikasi (untuk beberapa alat berat
tertentu, khususnya yang bermerek Komatsu).

3. PERSYARATAN TRAINING SEBELUMNYA

Untuk mengikuti training ini, peserta tidak diharuskan secara khusus mengikuti bahan
training lainnya.

4. METODE TRAINING

Training ini diselenggarakan secara tutorial dengan lama waktu 2 hari.

Nomer Bahan: Judul Bahan :


0
Revisi:
001 PRODUCT KNOWLEDGE 10 10 03
Tgl.
Nomer Modul Judul Modul:
Kode: 110010
Halaman:
5. DAFTAR ALAT-ALAT BERAT YANG DIPAKAI PAMA

Berikut adalah datar sebagian besar alat-alat berat yang digunakan oleh PAMA.

5.1. Production Equipment (alat-alat yang digunakan untuk keperluan produksi)

1. Bulldozer : Komatsu D375A, D155A, D85ESS.


2. Excavator (backhoe dan shovel) : O&K120C, Liebherr R984, R994. Komatsu PC300,
PC400, PC 650, PC750, PC1000, PC1100,
PC3000, PC4000.
3. Wheel Loader (Bucket) : Komatsu WA420, WA500, WA600, WA800,
WA900.
4. DumpTruck (Articulated dan Rigid) : Komatsu HD325, HD465, HD785, HD1500.
Caterpillar CAT777.
5. Motor Grader : Komatsu GD825A, GD705.
6. Compactor : Dynapac CT260, Bomag BW216D.
7. Prime Mover (truck head) : Volvo FH16, Kenworth FL941 series.
8. Drill equipment : Ingersoll-Rand CM350, CM351, CM345.
9. Wheel Dozer : Komatsu WD600.

5.2. Support Equipment.

1. Water Trailler : Hporter 9141, Patria-WTA EDT40, SRT40, ST3NM15,


WT35.
2. Water Truck : WT50T.
3. Crane (R/T Crane, Crane Basket, Crane Truck) : Sumitomo LS78RS. Tadano TR500EX.
Manitou MT1337SLT. Kato KR20H-III. Tadano
TR500EX, TR18E.
4. Tower Lamp : Perkin PL 27.5. Yanmar TF155R-di. Ingersoll-Rand L8.
Kubota PL22, GO20TLP. Quick BC184F, BC184E.
Amida AL4050D-4MH.
5. Air Compressor : Ingersoll-Rand 2545. Leroi Q185DP-E.
6. ANFO (Amonium Nitrate Fuel Oil) Truck : Mercedez 1521AK. Renault CBH350.
7. Blast Hole Pump : Legra 130.
8. Dewatering Pump : Legra 140.
9. High Pressures Pump : Honda GX160. KSA C220D.
10. Water Pump : Multiflo MFC420. Pindad G12. Sothern Cross PSGF3A.
Atlas Copco XAS-45. Nissan NE6. Perkins AG37506.
11. Fuel Pump : Tadano TF55R.
12. Fuel Trailer : Gemala GEM2000.
13. FuelTruck : Mercedez Benz.
14. Forklift : Komatsu FD50-6. Patria FD35T. Toyota 60-6FDN25.
15. Generator Set : Komatsu EGS630-3, PL125K. Perkins P27M, PL125P.
Atlas Copco QA44DD. CAT 140, CAT 400. Patria
PL200K. Robin RGD3300.
16. Legra Truck : Toyota Land Cruiser GVM3035.
17. Light Vehicle : Daihatsu Bravo F69.
18. Low Boy Truck : Patria CDL-50, 711-111.
Nomer Bahan: Judul Bahan :
0
Revisi:
001 PRODUCT KNOWLEDGE 10 10 03
Tgl.
Nomer Modul Judul Modul:
Kode: 110010
Halaman:
19. Prime Mover (For Truck) : Volvo FH1, FL10. Kenworth C500 B.
20. Lube Truck : Isuzu CXW.
21. Magnetic Sweeper : TM01.
22. Mixer Model : Super Stars Concrete Mixer
23. Tyre Handler : CAT 980C. Jaw Bucket MN2-51-17507. Komatsu
WA180-1, WA500.
24. Welding Machine : Lincoln 400AS.

6. ILUSTRASI ALAT-ALAT BERAT DAN SPESIFIKASINYA

6.1. Merek Non Komatsu.

1. Caterpillar Dozer D11R.

Dozer D11R
- Fly Wheel = 770 HP.
- Operating Weight = 214.800 Lb

Nomer Bahan: Judul Bahan :


0
Revisi:
001 PRODUCT KNOWLEDGE 10 10 03
Tgl.
Nomer Modul Judul Modul:
Kode: 110010
Halaman:
2. Caterpillar Dump Truck 777C dan Caterpillar Shovel 5130.
Dumptruck 777C: Front Shovel 5130FS:
- Flywheel = 870 HP. - Flywheel = 563 HP.
- Top Speed = 37.3 mph. - Operating Weight = 167.860 kg
- Capacity = 85-95 Ton - Maximum Reach = 12,9 m.

3. Hitachi Giant Excavator Super EX2500.

Super EX2500:
- Operating Engine = 1.300 HP
- Operating Weight = 238.500 kg
- Bucket Capacity = 14.0 m3
- Max Digging Force = 918 kN

Nomer Bahan: Judul Bahan :


0
Revisi:
001 PRODUCT KNOWLEDGE 10 10 03
Tgl.
Nomer Modul Judul Modul:
Kode: 110010
Halaman:
4. Kenworth Dump Truck C500B:

5. Volvo Dump Truck FL10.

Engine = 6 silinder, 4 stroke, diesel. Power = 360 HP. Capacity 32.000 kg.

Nomer Bahan: Judul Bahan :


0
Revisi:
001 PRODUCT KNOWLEDGE 10 10 03
Tgl.
Nomer Modul Judul Modul:
Kode: 110010
Halaman:
6. Nissan Dump Truck CWB520.

7. Ingersoll-Rand Hydraulic Drill ECM-690.

- Engine = 310 HP (2100 RPM)


- Compressor Volume = 11.9 m3/minute.
- Compressor Pressure = 10.3 bar.
- Max Boom Swing = 45o right / 20 o left
- Max Vertical Boom Movement = 50o up / 20 o down
- Max Guide Swing = 20o right / 90 o left
- Max Guide Dump = 135o
- Boom Extension = 914 mm
- Drifter Travel = 4.4 m
- Guide Extension = 1524 mm
- Overall Guide Length = 8.4 m
- Weight = 17.913 kg

Nomer Bahan: Judul Bahan :


0
Revisi:
001 PRODUCT KNOWLEDGE 10 10 03
Tgl.
Nomer Modul Judul Modul:
Kode: 110010
Halaman:
8. Tamrock Drilling Machine D25KS.

Nomer Bahan: Judul Bahan :


0
Revisi:
001 PRODUCT KNOWLEDGE 10 10 03
Tgl.
Nomer Modul Judul Modul:
Kode: 110010
Halaman:
9. Manitou Crane MT1337SL

10. Tadano Crane TR500.

Nomer Bahan: Judul Bahan :


0
Revisi:
001 PRODUCT KNOWLEDGE 10 10 03
Tgl.
Nomer Modul Judul Modul:
Kode: 110010
Halaman:
6.2. Merek Komatsu.

Beberapa contoh unit alat berat dari Komatsu dapat dilihat pada gambar-gambar
berikut:

1. Excavator PC4000 (Shovel type)

- Bucket Capacity = 21 m3
- Power = 1875 HP
- Displacement = 60,2 liter
- Jumlah Silinder = 6 silinder
- Boom = 1,5 m
- Arm = 4,9 m

2. Motor Grader GD675-3

- Operating weight = 14,8 ton


- Engine Power = 200 HP
- Max speed = 42 km/h
- Displacement = 8,27 liter
- Jumlah Silinder = 6 silinder

Nomer Bahan: Judul Bahan :


0
Revisi:
001 PRODUCT KNOWLEDGE 10 10 03
Tgl.
Nomer Modul Judul Modul:
Kode: 110010
Halaman:
3. Wheel Loader WD 600-3
- Engine Power = 440 HP/2000 RPM
- Displacement = 23,15 liter
- Jumlah Silinder = 6 silinder
- Max Speed = 35,2 km/h
- Bucket Capacity = 11 m3
- Dumping Clearence = 3,37 m

4. Dozer D275
- Operating Weight = 37,68 ton
- Engine Power = 410 HP/2000 RPM
- Displacement = 11,04 liter
- Jumlah Silinder = 6 silinder
- Blade Capacity = 16,5 m3 (semi U-tilt)
- Blade Capacity = 18,0 m3 (U-tilt)

5. HD785-1 Dump Truck

- Operating Weight = 66,93 ton


- Engine Power = 1050 HP/2100 RPM
- Displacement = 30,48 liter
- Jumlah silinder = 6 silinder
- Payload max = 100 ton

Nomer Bahan: Judul Bahan :


0
Revisi:
001 PRODUCT KNOWLEDGE 10 10 03
Tgl.
Nomer Modul Judul Modul:
Kode: 110010
Halaman:
Beberapa spesifikasi dari unit alat-alat berat tersebut adalah seperti berikut:

Tabel 1. Spesifikasi Dari Bulldozer Komatsu

Model

Item D85ESS-2 D375A-5 D155A-5

OPERATING WEIGHT kg 19050 60340 33330

BLADE CAPACITY LH 2.. m3 5.0 24.0 21.5


SAE 3.4 18.5

DIMENSION

A Overall length mm 5930 7635 6900


B Overall width mm 4370 4695 5300
C Overall height mm 2560 4035 3395
Ground pressure kg/cm2 0.52 1.29 0.73
0.73

DOZER EQUIPMENT
Type Coal dozer with
power tilt
Weight (included hydraulic control unit) Kg 3430 10540 4390
Length mm 4370 4695 5300
Height mm 1070 2265 2125
Max. lift above ground mm 1255 1660 1495
D Max. drop below ground mm 485 715 565
E Max tilting adjustment mm 400 1065 1270
F Digging angle degree 56

Tabel 2. Spesifikasi Excavator Komatsu


Model PC 400LC-6 PC 750LC-
PC 300-6 EXCEL PC 600-6 PC1250-7
Item 6*4
Source Japan Japan Japan UK Japan
OPERATING WEIGHT * kg 30800 42150 56780 80960 106700
FLYWHEEL (SAE) HP/RPM 232/2050 306/1950 385/1800 444/1800 651
HORSEPOWER (DIN) PS/RPM 235/2050 310/1950 390/1800 450/1800 660
Bucket Capacity Range m3 0.52 ~ 1.80 1.3 ~ 2.2 2.0 ~ 3.5 3.6 ~ 6.0 3.4 ~ 5.2
(SAE)
PERFORMANCE :
Swing speed RPM 10.0 9.3 8.3 5.7 5.5
Max travel speed kw/h Hi 5.5 Hi 5.5 Hi 4.9 Hi 4.2 Hi 3.2
Mi 4.5
Lo 3.2 Lo 3.2 Lo 3.0 Lo 2.7 Lo 2.1
ENGINE : KOMATSU KOMATSU KOMATSU KOMATSU KOMATSU
Model SAA6D108E SA6D125E SA6D140E SAA6D140E SAA6D170E
No. of cylinders-borexstroke mm 6-108 X 130 6-125 X 150 6-140 X 165 6-140 X 165 6-170 X 170
Piston displacement ltr 7 15 11.04 15.24 15.24 23.15
HYDRAULIC SYSTEM : 2 x Variable 2 x Variable 2 x Variable 2 x Variable 3 x Variable
Hydraulic pump Piston Piston Piston Piston Piston
Max. oil flow ltr / min 524 616 820 1008 1588
Max oil pressure kg/cm2 355 355 350 320 320
Track shoe width/ mm / 600/ 600/ 600/ 710 700
ground pressure kg/cm2 0.64 0.75 1.01 1.03 1.38
CAPACITY (Refilled) :
Fuel tank 540 605 880 880 1360
Hydraulic oil tank ltr 205 270 370 440 670
MACHINE SPEC :
Boom mm 6470 7060 7660 7100 9100
Arm mm 3185 3380 3500 3600 3400
Bucket (SAE) m3 1.40 1.80 2.7 3.6 5.0

Nomer Bahan: Judul Bahan :


0
Revisi:
001 PRODUCT KNOWLEDGE 10 10 03
Tgl.
Nomer Modul Judul Modul:
Kode: 110010
Halaman:
Tabel 3. Spesifikasi Excavator PC3000-1dan PC4000-6 Komatsu

PC3000 PC4000
pieces no 2 2
shoe width mm 800 1200
length mm 7860 8450
Undercarriage
width mm 1640 2700
height mm 2160 2420
weight t 31.9 52
pieces no 2 2
shoe width, option mm 1000 1500
Undercarriage, length mm 7860 8450
Option width mm 1840 2850
height mm 2160 2420
weight t 34 54.5
length mm 3520 4420
width mm 3940 4130
Car body Center
height mm 2180 2350
weight t 16.6 29
Counterweight, pieces 1 1
length mm 5050 6150
Counterweight width mm 800 3420
height mm 2860 700
weight t 27.7 33.8
length mm 7945 8420
width mm 5400 4440
Upper structure
height mm 3700 3900
weight t 61.5 57.7
length mm 2250 2400
width mm 1650 2100
Fuel-tank
height mm 2800 3230
weight t 2.25 3.6
length mm 2140 2280
width mm 1950 2100
Cab Base
height mm 2650 3000
weight t 3.1 3.4
length mm 2800 4000
width mm 2100 3500
Case with cab
height mm 3200 3000
weight t 2.25 5
length mm 2810 2810
width mm 1920 1920
Cab Guard
height mm 2450 2450
weight t 1.4 1.4
with arm cylinder mm yes two no
length mm ~ 9200 10500
Backhoe Boom width mm ~ 2600 2600
height t ~ 4000 3700
weight mm 27.3 39.1
with kinematics yes yes
length mm ~ 5700 6300
Backhoe Arm width mm ~ 1700 1250
height mm ~ 2400 2400
weight t 15.5 19.8
capacity SAE m3 15 15
length mm ~ 3500 ~ 3500
Backhoe Bucket width mm ~ 3400 ~ 3400
height mm ~ 2900 ~ 2900
weight t 16.5 16.5

Nomer Bahan: Judul Bahan :


0
Revisi:
001 PRODUCT KNOWLEDGE 10 10 03
Tgl.
Nomer Modul Judul Modul:
Kode: 110010
Halaman:
Tabel 4. Spesifikasi Motor Grader

Model
GD705A – 4 GD825A – 2
Item
OPERATING WEIGHT* Kg 17620 26350
FLYWHEEL HORSEPOWER:
SAE HP/rpm 200/2000 280/2100
DIN PS/rpm 202/2000 284/2100
PERFORMANCE
Travel speeds km/h
Forward 1st 3.9 4.0
2nd 5.2 5.4
3rd 7.6 8.0
4th 11.5 11.5
5th 15.0 15.8
6th 20.5 21.4
7th 30.0 31.3
8th 43.0 44.9
Reverse (Max.) 45.9 47.9
Max. traction (Drawbar pull) Kg 10180 14705
Min. turning radius** mm 7500 7900
DIMENSIONS:
Treads: Front mm 2300 2620
Rear mm 2300 2620
Articulation angle (each) degree 26 25
ENGINE:
Model KOMATSU KOMATSU
S6D125 S6D140E
No. of cylinders-borexstroke mm 6 – 125 x 150 6 – 140 x 165
Piston displacement ltr 11.05 15.24
CAPACITY
Fuel tank ltr 400 500

Tabel 5. Spesifikasi Wheeldozer WD600-1 Komatsu


Model
WD600 – 1
Item
OPERATING WEIGHT kg 41080
FLYWHEEL HORSEPOWER HP/rpm 454
BUCKET CAPACITY m3 7.5
PERFORMANCE:
Travel speed km/h
Forward 1st 6.7
2nd 11.9
3rd 20.5
4th 35.0
Reverse 1st 7.4
2nd 13.0
3rd 22.5
4th 37.9
Turning radius mm 8240
(Outside corner of blade)
Max. rim pull kg 40000
DIMENSIONS:
Overall length mm 9100
Overall width mm 3570
Overall height mm 4255
Wheelbase mm 4050
Treads (front and rear) mm 2650
Articulation angle degree 40
ENGINE:
Model KOMATSU
S6D170
No. of cylinders - bore x stroke mm 6 – 170 x 170
Piston displacement ltr 23.15

Nomer Bahan: Judul Bahan :


0
Revisi:
001 PRODUCT KNOWLEDGE 10 10 03
Tgl.
Nomer Modul Judul Modul:
Kode: 110010
Halaman:
Tabel 6. Spesifikasi Dumptruck.

Item HD325-6 HD465-7 HD785-5


Model Japan Source Japan Source Japan Source
WEIGHT. Kg
Empty vehicle weight 28700 42800 66930
Distribution (front) 13780 20120 31460
(rear) 14920 22680 35470
Gross Vehicle weight 60780 97875 158005
(front) 19450 31320 52140
(rear) 41330 66555 105865
Max. gross vehicle weight 65200 98800 166000
Gross horsepower HP /RPM 508/2000 739/2000 1050/2000
Flywheel horsepower HP /RPM 488/2000 715/2000 1010/2000
HAULING CAPACITY
Maximum load ton 36.5 55 91
Heaped capacity (2:1) m3 24 34.2 60
PERFORMANCE:
Maximum speed km/h 70 70 65
Turning radius m 7.2 8.5 9.9
ENGINE: KOMATSU KOMATSU KOMATSU
Model SAA6D140E SAA6D140E SA12V140
No of cylinders 6 6 12
Bore x stroke mm 140 x 165 170 x 170 140 x 165

Displacement ltr 15.23 23.15 30.48


TIRES:
Front tire 18.00-33-28PR x 2 24.00-35-36PR x 2 27 00R49** x 2
Rear tire 18.00-33-28PR x 4 24.00-35-36PR x 4 27 00R49** x 4
CAPACITY: Fuel tank ltr 500 780 1250

-o0o-

Nomer Bahan: Judul Bahan :


0
Revisi:
001 PRODUCT KNOWLEDGE 10 10 03
Tgl.
Nomer Modul Judul Modul:
Kode: 110010
Halaman:
MODUL 6
PERHITUNGAN KAPASITAS PRODUKSI

1. PENGANTAR

Modul 6 ini adalah bagian terakhir dari 6 modul Bahan Training No. 1, Product
Knowledge, dan akan membahas masalah perhitungan kapasitas produksi dari alat-
alat berat yang dipakai, serta bagaimana mengkombinasikan dua alat berat supaya
seimbang dalam melakukan produksi, atau agar tidak ada alat berat yang under
utilize.

2. SASARAN TRAINING

Setelah mengikuti training ini peserta dapat menghitung kapasitas produksi dari alat-
alat berat yang dipakai, dan mengkombinasikan dua alat berat untuk
mengurangi/menghilang under utilize.

3. PERSYARATAN TRAINING SEBELUMNYA

Untuk mengikuti training ini, peserta tidak diharuskan secara khusus mengikuti bahan
training lainnya.

4. METODE TRAINING

Training ini diselenggarakan secara tutorial dengan lama waktu 4 hari.

Nomer Bahan: Judul Bahan :


0
Revisi:
001 PRODUCT KNOWLEDGE 10 10 03
Tgl.
Nomer Modul Judul Modul:
Kode: 110010
Halaman:
5. PERHITUNGAN KAPASITAS PRODUKSI BULDOZER

5.1. Kapasitas Dozing

Kapasitas produksi dozing bulldozer sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor,


seperti, kondisi topografi, keterampilan operator, kesesuaian klas alat dan
attachmentnya, serta faktor-faktor lainnya, dimana faktor-faktor tersebut dinamakan
efisiensi kerja.

Untuk mengetahui beberapa banyak produksi kerja bulldozer yang telah dicapai
dapat dilakukan dengan cara mengukur langsung ke lapangan berapa meter kubik
tanah yang telah digusur dan berapa jam kerja yang diperlukan untuk menggusur
tanah tersebut. Pengukuran dapat dilakukan pada lokasi bekas galian atau material
hasil gusuran. Dengan membagi hasil kerja dengan jam kerja, maka didapatlah
kapasitas kerja alat per jam.

Tetapi umumnya estimasi kapasitas kerja alat sudah harus diperoleh sebelum alat
tersebut beroperasi. Hal ini diperlukan untuk tujuan perencanaan baik yang bersifat
teknis maupun ekonomis. Secara teori, estimasi kapasitas produksi bulldozer dapat
dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Rumus :
60
Q = q x --------------------------------- x e x E
D/F + D/R + Z

Dimana , Q : Produksi alat per jam (m3/jam)


q : Produksi alat per trip (cycle) (m3 )
= Kapasitas blade (q1) x faktor blade (a)
D : Jarak gusur (m)
F : Kecepatan maju (m/menit)
R : Kecepatan mundur (m/menit)
Z : Waktu tetap
- Direct drive machine : 0.10 menit
- Torqflow machine : 0.05 menit
e : Faktor kelandaian (Grade factor)
E : Efisiensi kerja

Nomer Bahan: Judul Bahan :


0
Revisi:
001 PRODUCT KNOWLEDGE 10 10 03
Tgl.
Nomer Modul Judul Modul:
Kode: 110010
Halaman:
Tabel 1 : Blade Factor.
Dozing conditions Blade factor
Easy dozing Full blade of soil can be dozed as completely 1.1 ~ 0.9
loosened soil.
Low water content, uncompacted sandy soil,
general soil, stockpile material.
Average dozing Soil is loose, but impossible to doze full blade 0.9 ~ 0.7
of soil.
Soil with gravel, sand, fine crushed rock.
Rather difficult dozing High water content and sticky clay, sand with 0.7 ~ 0.6
cobbles, hard dry clay and natural ground.
Difficult dozing Blasted rock, or large pieces of rock 0.6~ 0.4

Tabel 2 : Efisiensi kerja.


Operating conditions Job efficiency
Good 0.83
Average 0.75
Rather poor 0.67
Poor 0.58

Grafik Faktor Kemiringan Kerja :

GRADE FACTOR (e)

Gambar 1. Grafik Faktor Kemiringan Kerja

Nomer Bahan: Judul Bahan :


0
Revisi:
001 PRODUCT KNOWLEDGE 10 10 03
Tgl.
Nomer Modul Judul Modul:
Kode: 110010
Halaman:
5.1.1. Estimasi Produksi Dozing Menggunakan Semi U-Tiltdozer

Gambar 2. Grafik Estimasi Produksi Dozing Menggunakan Semi U-Tiltdozer

Contoh 1, cara menghitung produksi dozing dengan menggunakan U-Tilt


Dozer:

D275A (Semi U-tiltdozer) menggusur limestone sejauh 45 m dengan


kelandaian kerja 5 derajat dan efisiensi kerja 75%. Faktor blade diperkirakan
0,70.

Sesuai grafik diatas, maka estimasi produksi perjam adalah sebagai berikut :

= 725 x 0,75 x 0,70 x 0,93 = 353,98 LCM /jam

5.1.2 Estimasi Produksi Dozing Menggunakan U-Dozer

Nomer Bahan: Judul Bahan :


0
Revisi:
001 PRODUCT KNOWLEDGE 10 10 03
Tgl.
Nomer Modul Judul Modul:
Kode: 110010
Halaman:
Gambar 3. Grafik Estimasi Produksi Dozing Menggunakan U-Dozer

Contoh 2, cara menghitung produksi dozing dengan menggunakan U-Blade:

D155a-2 (U-Blade) menggusur batu bara sejauh 45 m, dengan kelandaian kerja


5o dan efisiensi kerja 75%. Faktor blade diperkirakan 1,10.

Sesuai grafik diatas maka estimasi produksi per jam adalah sebagai berikut :
= 600 x 0,75 x 1,1 x 0,93 = 460,35 LCM/jam

5.2. Kapasitas Produksi Ripping.

Produksi ripping sangat besar variasinya tergantung pada jenis batuan, kondisi
kekerasannya, metoda ripping dan skill operator. Oleh karenanya agak sulit untuk
memperkirakan secara akurat berapa besar produksi ripping yang dapat
diselesaikan. Secara teori untuk menghitung produksi ripping ialah :

a. Rumus untuk giant ripper :


½ P2 x D x 60
Q = --------------------------------- x E D
D/F + D/R + Z

Dimana , Q : Produksi alat per jam (m3/jam)


P : Kedalaman penetrasi (m) P
D : Jarak ripping (m)
F : Kecepatan rippng speed 1 (m/menit)
R : Kecepatan mundur speed 1 (m/menit) P
Z : Waktu tetap
- Direct drive machine : 0.10 menit Gambar 4. Penampang Melintang Ripping
- Torqflow machine : 0.05 menit Menggunakan Single Shank Ripper
E : Efisiensi kerja

Nomer Bahan: Judul Bahan :


0
Revisi:
001 PRODUCT KNOWLEDGE 10 10 03
Tgl.
Nomer Modul Judul Modul:
Kode: 110010
Halaman:
Produktifitas Ripping Menggunakan Giant Ripper

Gambar 5. Grafik Produktifitas Ripping Menggunakan Giant Ripper

b. Rumus untuk multishank ripper :

P x W x D x 60
Q = --------------------------------- x E D
D/F + D/R + Z

Dimana , Q : Produksi alat per jam (m3/jam)


P : Kedalaman penetrasi (m)
W : Width of ripping P
D : Jarak ripping (m)
F : Kecepatan rippng speed 1 (m/menit) W
R : Kecepatan mundur speed 1 (m/menit)
Z : Waktu tetap
- Direct drive machine : 0.10 menit
- Torqflow machine : 0.05 menit Gambar 6. Penampang Melintang
E : Efisiensi kerja Ripping Menggunakan Multishank
Ripper

5. 3. Kapasitas Ripping dan Dozing

Untuk menghitung produksi gabungan ripping dan dozing hanya dapat dilakukan
pada unit (mesin) dan batuan yang sama.

Rumusnya adalah sebagai berikut :

QR x QD
Q = ---------------------
QR + QD

Dimana : Q : Produksi ripping dan Dozing


QR : Produksi ripping
Nomer Bahan: Judul Bahan :
0
Revisi:
001 PRODUCT KNOWLEDGE 10 10 03
Tgl.
Nomer Modul Judul Modul:
Kode: 110010
Halaman:
QD : Produksi dozing

Contoh 3, cara menghitung produksi ripping dan dozing :

D275A beroperasi ripping dan dozing untuk material lime stone yang
datanya seperti diatas. Berapa produksi gabungan ?

482,40 x 393,98 190055,952


Q= ----------------------- = -------------------- = 216,88 LCM/jam
482,40 + 393,98 876,38

6. HYDRAULIC EXCAVATOR

6.1. Cara Menentukan Kapasitas Bucket

Ada dua kriteria untuk menentukan kapasitas bucket, yaitu kapasitas struck (rata
bucket) dan kapasitas heaped (munjung).

Sedangkan standar untuk menentukan volume munjung (heaped) menggunakan


standar JIS yang pada dasarnya sama dengan standar CECE sedangkan standar
SAE nilainya sama dengan standar PCSA. Perbedaan dari kedua standar tersebut
ialah cara menentukan sudut miring (angle of repose) dari material yang munjung
pada bucket tersebut.

2 1
1 1

Heaped
Capacity
Struck
capacity

Gambar 7. Menghitung volume kapasitas bucket.

Tabel 3. Perbandingan Head Capacity dan Struck Capacity.


Nomer Bahan: Judul Bahan :
0
Revisi:
001 PRODUCT KNOWLEDGE 10 10 03
Tgl.
Nomer Modul Judul Modul:
Kode: 110010
Halaman:
Bucket Standard
type JIS PCSA SAE CECE
Hoe 1 :2 1:1 1:1 1 :2
Bucket 1 :2 1:2 1:2 1 :2
Loading
shovel
Keterangan :
JIS : Japanese Industrial Standard – JIS A8401 – 1976
PCSA : Power Crane and Shovel Association (USA) – PCSA No. 37-26
SAE : Society of Automotive Engineers (USA) – SAE J296/J742b
CECE : Community of European Construction Equipment – CECE SECTION VI

6.2. Kapasitas Lifting

Adalah kapasitas angkat hidrolis dari excavator. Beban operasi (berat material)
excavator yang akan dihadapi harus benar-benar diperhatikan. Jangan sampai terjadi
over load, karena akan mengakibatkan kerusakan yang tidak wajar dari
komponennya. Secara keseluruhan juga menyebabkan berkurangnya umur
penggunaan dari mesin tersebut. Tanda-tanda bahwa beban operasi terlalu berat
diantaranya ialah excavator sering menjungkit pada saat excavating maupun loading.
Demikian sebaliknya, jika beban kerja terlalu ringan, hal ini akan mengakibatkan
inefisiensi. Oleh karena itu, untuk dapat mengetahui kesesuaian klas excavator dan
beban kerja yang akan dihadapi, spesifikasi excavator harus dipahami. Tabel 4
merupakan data spesifikasi dari hydraulic excavator PC400-6 Custom.

A : Reach from swing center


B : Bucket Hook Height
C : Lifting Capacity
Cf : Rating over front
Cs : Rating over side
Max : Rating at maximum reach
Gambar 8. Lifting capacity

Tabel 4 Lifting capacity (kg) of PC400-6 Custom


a. Boom : 7060 mm, Bucket (SAE) : 1,80 m 3 heaped, Shoes : 600 mm
A Max 9.1 m 7.6 m
Cf Cs Cf Cs Cf Cs
B↓
Arm length 3380 mm
7,6 m 5800* 5800*
6,1 m 5800* 5050 8350* 5900 9050* 8350
Nomer Bahan: Judul Bahan :
0
Revisi:
001 PRODUCT KNOWLEDGE 10 10 03
Tgl.
Nomer Modul Judul Modul:
Kode: 110010
Halaman:
4,6m 5950* 4500 8650 5750 9950* 7950
6250* 4200 8400 5500 10950* 7550
1,5 m 6400 4100 8150 5300 10950 7150
0m 6550 4150 7950 5100 10650 6850
-1,5 m 6950 4450 7850 5000 10450 6650
-3,0 m 7900 5050 7900 5050 10450 6650
-4,6 m 8850* 6250 9550* 6800
-6,1 m 7550* 7550*

Tabel 4 Lifting capacity (kg) of PC400-6 Custom


b. Boom : 7060 mm, Bucket (SAE) : 1,80 m 3 heaped, Shoes : 600 mm
A Max 9,1 m 7,6 m
Cf Cs Cf Cs Cf Cs
B↓
Arm length 3380 mm
7,6 m
6,1 m
4,6m 11850* 11550
13700* 10750 19050*
1,5 m 15200* 10050 21500* 16750
0m 15150 9550 21150* 15350 13400* 13400*
-1,5 m 14900 9350 21250* 14750 19750* 19750*
-3,0 m 14800* 9350 19450* 14600 21350* 21350*
-4,6 m 12700* 9500 16400* 14750
-6,1 m 8450* 8450* 11400* 15050
11400
* : Load is limited by hydraulic capacity rather than tipping.
Rating are based on SAE Standard No. J1097. Rated loads do not exceed 87% of hydraulic lift
capacity or 75% of tipping load.
Reference : KOMATSU SPECIFICATION AND APPLICATIONS HANDBOOK (edition 18)

Contoh cara membaca tabel 4 diatas ialah sebagai berikut :

a. Pada A (reach from swing center) maksimum dan B : 7,6 m (bucket hook
height) gambar 9, beban yang dapat ditahan sebesar 5800 kg pada posisi
over front dan 5800 kg pada posisi over side dan merupakan tipping load.

b. Berapa beban yang diijinkan bagi excavator PC400-6 CUSTOM dengan


kapasitas bucket 1,80 m3 untuk operasi excavating dan loading ?
Jawabnya ialah : 87% x 4100 kg = 3567 kg, karena lifting load sebesar 4100
kg mampu ditahan oleh hidrolis pada semua posisi baik over front maupun
over side.
Nomer Bahan: Judul Bahan :
0
Revisi:
001 PRODUCT KNOWLEDGE 10 10 03
Tgl.
Nomer Modul Judul Modul:
Kode: 110010
Halaman:
c. Material yang mempunyai berat jenis (specific weight) berapa PC400-6
CUSTOM boleh beroperasi ?
Jawab berat jenis material : 3567/1.80 = 1981 kg/ m 3

Over-front position

Gambar 9. Over front position & over side position

6.3. Kapasitas Output (Produksi).

Untuk menghitung kapasitas produksi hydraulic excavator dapat menggunakan


rumus sebagai berikut :

3600
Q = q x --------- x E
Cm

Dimana Q : Produksi perjam (m3/jam)


q : Produksi per cycle (m3 )
Cm: Cycle time (sec)

1. Produksi per cycle (q):

q = q1 x K . Dimana q1 : kapasitas bucket heaped (m 3 ) dan K : bucket faktor.

Tabel 5 : Bucket factor (backhoe)


Excavating conditions Bucket factor (K)
Easy Excavating natural ground of clayey soil, clay, or 1.1 ~ 1.2
soft soil
Average Excavating natural ground of soil such as sandy 1.0 ~ 1.1
soil and dry soil
Rather Excavating natural ground of sandy soil with 0.8 ~ 0.9
difficult gravel
Difficult Loading blasted rock 0.7 ~ 0.8

Tabel 6 : Bucket factor (loading shovel)


Excavating conditions Bucket factor (K)
Easy Loading clayey soil, clay, or soft soil 1.00 ~ 1.10
Nomer Bahan: Judul Bahan :
0
Revisi:
001 PRODUCT KNOWLEDGE 10 10 03
Tgl.
Nomer Modul Judul Modul:
Kode: 110010
Halaman:
Average Loading loose soil with diameter gravel 0.95 ~ 1.00
Rather difficult Loading well blasted rock 0.90 ~ 0.95
Difficult Loading poorly blasted rock 0.85 ~ 0.90
Reference : KOMATSU SPECIFICATION AND APPLICATIONS HANDBOOK (edition 18)

2. Cycle time (Cm)

Cycle time = Excavating time + swing time (loaded) + dumping time + swing time
(empty)

Tabel 7 : Standard cycle time for loading shovel


Swing angle
Model 45о ~ 90 о 90 о ~180 о
PC300-6, PC350-6 15 ~ 18 18 ~ 21
PC380-6 16 ~ 19 19 ~ 22
PC400-6, PC450-6 16 ~ 19 19 ~ 22
PC750-6 18 ~ 21 21~ 24
PC800-6 18 ~ 21 21~ 24
PC1000-1 22 ~ 25 25 ~ 28
PC1600-1 24 ~ 27 37 ~ 30

Tabel 8 : Standard cycle time for loading shovel


Model sec
PC400-6 16 ~ 20
PC750-6 18 ~ 22
PC1000-1 20 ~ 24
PC1600-1 27 ~ 31

Tabel 9: Conversion factor for backhoe


Digging condition Dumping condition
Digging depth
Easy (Dump Normal (Large Rather difficult Difficult (Small dump
onto spoil pile) dump target) (Small dump target requiring
Specified max target) maximum dumping
Digging depth reach)
Below 40% 0.70 0.90 1.10 1.40
40 ~ 75% 0.80 1.00 1.30 1.60
Over
Judul Bahan :
75% 0.90 1.10 1.50 1.80
Nomer Bahan:
0
Revisi:
001 PRODUCT KNOWLEDGE 10 10 03
Tgl.
Nomer Modul Judul Modul:
Kode: 110010
Halaman:
Gambar 10. Loading Swing Angle of Hydraulic
Excavator (Backhoe)

3. Job Efficiency (E)

Tabel 10 : Efisiensi kerja


Operating conditions Job efficiency
Good 0.83
Average 0.75
Rather poor 0.67
Por 0.58

4. Contoh perhitungan kapasitas produksi hydraulic excavator.

PC400-6 CUSTOM (backhoe) sedang memuat pasir keatas dump truck. Sudut
swing pemuatan 1800. Berapa kapasitas produksi perjam excavator tersebut jika
diasumsikan bucket factor = 0,9 dan efisiensi kerja = 0,75.

q’ x K x 3600 x E
Jawab : Q = - ----------------------------- (m3/jam)
CM

SIMBOL DESKRIPSI SATUAN


Q Produksi perjam m3/jam 198,82
q’ Kapasitas bucket m3 1,80
K Bucket factor - 0,90
E Efisiensi kerja - 0,75
CM Cycle time Sekon 22

Nomer Bahan: Judul Bahan :


0
Revisi:
001 PRODUCT KNOWLEDGE 10 10 03
Tgl.
Nomer Modul Judul Modul:
Kode: 110010
Halaman:
7. WHEEL LOADER

7.1. Kapasitas Produksi Wheel Loader

Menghitung kapasitas produksi wheel loader secara teori tidak banyak berbeda
dengan menghitung kapasitas produksi pada jenis alat-alat berat lainnya. Pada
prinsipnya harus dihitung kapasitas produksi per trip(cycle), kemudian berapa jumlah
trip dalam waktu 1 jam. Maka hasil penggalian produksi per trip dengan jumlah trip
perjam akan diperoleh kapasitas produksi alat per jam. Untuk mendapatkan hasil
yang mendekati kapasitas produksi aktual dilapangan, ada beberapa faktor yang
harus diperhitungkan.

Rumus yang digunakan untuk perhitungan estimasi kapasitas produksi alat adalah
sebagai berikut :

60
Q = q x --------- x E
Cm

Dimana Q : Produksi perjam (m3/jam)


q : Produksi per trip (cycle)(m3 ) = kapasitas blade (q1) x Faktor bucket
Cm: Cycle time (sec)
E : Efisiensi kerja

1. Bucket Factor

Besarnya bucket factor sangat dipengaruhi oleh kondisi kerja, yang pada
umumnya seperti tabel berikut:

Tabel 11 : Bucket factor


Nomer Bahan: Judul Bahan :
0
Revisi:
001 PRODUCT KNOWLEDGE 10 10 03
Tgl.
Nomer Modul Judul Modul:
Kode: 110010
Halaman:
Loading Condition Wheel Loader Dozer Shovel
Easy loading 1.0 ~ 1.1 1.0 ~ 1.10
Average loading 085 ~ 0.95 0.95 ~ 1.00
Rather difficult loading 0.80 ~ 0.85 0.90 ~ 0.95
Difficult loading 0.75 ~ 0.80 0.85 ~ 0.90

Tabel 12 : Loading condition


Operating conditions Remarks
Easy Loading from a stockpile or form rock Loading sand or crushed
loading excavated by another excavator, bucket can rock products. Soil
(A) be filled without any need for digging power. gathering such as loading
Sand, sandry soil, with good water contents of soil dozed by a bulldozer
conditions.
Averag Loading of loose stockpiled soil more difficult Digging and loading of
e to load than category (A), but possible to load sandy natural ground
loading an almost full bucket. Sand, sandy soil,
(B) clayey soil, clay, unscreened gravel,
compacted gravel, etc. or digging and loading
of soft soil directly in natural ground.
Rather Difficult to load a full bucket. Small crushed Loading of small crushed
difficult rock piled by another machine. Finaly rock
loading crushed rock, hard clay, sand mixed with
(C) gravel, sandy soil, clayey soil and clay with
poor water content conditions.
Difficult Difficult to load bucket, large irregular shaped Loading of blasted rock.
loading rocks forming big air pocket. Rocks blasted
(D ) with explosives, boulders, sandy soil, clayey
soil, clay, etc.

2. Cycle time

a. Metode V-shape loading dan metode Cross loading

Cm = (D/F + D/R) x n + Z Dimana: D = Jarak muat (7.5 ~ 10 meter)


F = Kecepatan maju (presneleng 1)
R = Kecepatan mundur (presneleng 1
n = 2 untuk V shape loading
= 1 untuk Cross Loading
Z = Waktu tetap (pindah presneleng)

Nomer Bahan: Judul Bahan :


0
Revisi:
001 PRODUCT KNOWLEDGE 10 10 03
Tgl.
Nomer Modul Judul Modul:
Kode: 110010
Halaman:
(a) (b) (c)

Gambar 11. Metode (a) V-Shape loading, (b) Cross loading, (c) Pass loading.

b. Metode Load and Carry.

Rumus untuk menghitung cycle time sama dengan metode cross loading
hanya bedanya terletak pada jarak kerja (D). karena jarak kerja pada metode
load and carry bisa mencapai 100 m

Gambar 12. Load and Carry

c. Tabel Average cycle time for V-shape loading (menit)


Bucket size
Loading conditions ~3 m3 3.1~ 5 m3 5.1 m3 ~
A Easy loading 0.45 0.55 0.65
B Average loading 0.55 0.65 0.70
C Rather difficult 0.70 0.70 0.75
loading
D Difficult loading 0.75 0.75 0.80

d. Tabel Average cycle time for cross loading (menit)


Bucket size
Loading conditions ~ 3 m3 3.1~ 5 m3 5.1 m3 ~
A Easy loading 0.40 0.50 0.60
B Average loading 0.50 0.60 0.65
C Rather difficult loading 0.65 0.65 0.70
D Difficult loading 0.70 0.75 0.75

3. Efisiensi kerja (E).


Nomer Bahan: Judul Bahan :
0
Revisi:
001 PRODUCT KNOWLEDGE 10 10 03
Tgl.
Nomer Modul Judul Modul:
Kode: 110010
Halaman:
Tabel 14 dibawah dapat dipergunakan sebagai pedoman efisiensi kerja sesuai
dengan kondisi kerja sedangkan guna mendapatkan kapasitas produksi alat yang
aktual sangat ditentukan oleh kondisi operasi yang sebenarnya.

Tabel 14 : Efisiensi kerja untuk wheel loader


Operating conditions Job efficiency
Good 0.83
Average 0.80
Rather poor 0.75
Por 0.70

4. Travel speed fo reload and carry method.

Untuk menetukan travel speed guna menghitung taksiran kapasitas produksi pada
metoda load and carry dapat berpedoman pada tabel 15 dibawah ini.

Tabel 15. Travel speed for load and carry method


Operating conditions Speed (km/hr)
Loaded Empty
Good Hauling on well compacted flat road few bumps in
road surface, no meeting other machines, cn 10 ~ 23 11 ~ 24
concentrate on L&C
Average Few bumps on road surface, flat road, some auxiliary
10 ~ 18 11 ~ 19
work carrying large lumps of rock,
Rather poor Bumps in road surface, high rate of auxiliary work 10 ~ 15 10 ~ 16
Por Large bumps in road meeting other machines,
difficult to carry out smooth work, large amount of 9 ~ 12 9 ~ 14
auxiliary work

Fixed time (Z) untuk metoda load and carry

Dimana Z : 0.60 ~ 0.75 menit.


Z = t1 + t2 = t3 t1 : Loading time (0.20 ~ 0.35)
t2 : Turning time (0.15 menit)
t3 : Dumping time (0.10 menit)

7.2. Contoh menghitung kapasitas produksi.

Wheel loader WA800-2 dilengkapi kapasitas bucket 10.5 m3 (bucket factor = 0.90),
static tipping load straight sebesar 47,705 kg, digunakan untuk memuat batu hasil
ledakan (berat jenis 1.85 ton/m3 loose yang dikumpulkan oleh bulldozer, keatas

Nomer Bahan: Judul Bahan :


0
Revisi:
001 PRODUCT KNOWLEDGE 10 10 03
Tgl.
Nomer Modul Judul Modul:
Kode: 110010
Halaman:
heavy dump truck. Bolehkah wheel tersebut untuk memuat batu hasil ledakan itu?
Jika diperbolehkan berapa kapasitas produksi perjam? (metode V-shape loading)

Jawab : Berat beban dalam bucket 10,5 m3 x 0.90 x 1,85 ton / m3


= 17,50 ton < 0,50 x 47,705 ton (OK)

q’ x K x 60
Q = --------------------- x E (m3 /jam)
CM

SIMBOL DESKRIPSI SATUAN


Q Kapasitas Produksi m3/jam 648
q’ Kapasitas bucket m3 10.5
K Bucket factor - 0.90
CM Cycle time menit 0.70
E Efisiensi kerja - 0.80

8. KAPASITAS PRODUKSI DUMP TRUCK

8.1. Estimasi cycle time (Cmt)

Cycle time dari dump truck terdiri dari :

a. Loading time : waktu yang diperlukan oleh loader guna mengisi penuh
dump truck.
b. Hauling time : waktu angkut muatan dari loading area ke unloading area.
c. Dumping time : waktu yang diperlukan untuk buang muatan, termasuk
waktu standby untuk antri buang.
d. Returning time : waktu yang diperlukan oleh dump truck untuk kembali
dalam kondisi kosong,
e. Spot and delay time: waktu yang diperlukan untuk atur posisi di loading area.

Rumus untuk menghitung cycle time ialah :


Cmt = n x Cms + D/V1 + t1 + D/V2 + t2
Loading Hauling Dumping Returning Spot and
time time time time delay time
(1) (2) (3) (4) (5)
Dimana,
n : Jumlah isian yang diperlukan loader untuk mengisi dump truck
n : C1 / (q1 x K)
C1 : Kapasitas heaped dari dump truck (m3, cu.yd)
q1 : Bucket factor dari loader
Cms : Cycle time dari loader (min)
D : Jarak angkut dump truck
Nomer Bahan:
V 1 Bahan
Judul
: : Kecepatan rata-rata dump truck bermuatan (m/min)
Revisi: 0
001 V2 : Kecepatan rata-rata dump truck
PRODUCT kosongan(m/min)
KNOWLEDGE Tgl. 10 10 03
Nomer Modul t1Judul Modul:
: Waktu yang diperlukan untuk dumping dan untuk standby sampai dumping
Kode: 110010
dimulai (min) Halaman:

t2 : Waktu yang diperlukan oleh loader untuk mengisi (min)


1. Loading time = Cycle time (Cms) x No.of cycles to fill dump truck (n).

a. Cycle time loader tergantung pada tipe loader yang digunakan (excavator, dozer
shovel, wheel loader dll)
b. Jumlah cycle yang diperlukan oleh loader untuk mengisi dump truck (n), sesuai
dengan kapasitas muat dump truck dan kapasitas bucket loader.

Kapasitas muat dari dump truck (m3)


n = ------------------------------------------------------
Kapasitas bucket (m3) x bucket factor

Dimana kapasitas muat ditentukan oleh berat material yang diangkut.

Kapasitas muat dari dump truck (kg)


n = ------------------------------------------------------
Kapasitas bucket (m3) x bucket factor x berat jenis
material

2. Hauling time.

Untuk dapat menghitung waktu yang diperlukan untuk hauling dump truck baik
sewaktu bermuatan maupun sewaktu kosong, kecepatan kendaraan sangat
dipengaruhi oleh roolling resistance (tahanan gelinding) dan grade resistance
(tahanan kelandaian). Yang rinci adalah sebagai berikut :

3. Rolling resistance dan grade resistance.

Untuk menghitung beberapa nilai rolling resistance dan grade resistance, dibagi
menjadi beberapa seksi sesuai dengan perubahan kondisi slope jalan. Jumlah
kedua tahanan yang terjadi pada seksi jalan tertentu akan berbeda pada seksi
jalan yang lainnya, hal ini akan mempengaruhi terhadap kecepatan laju kendaraan
pada setiap seksi jalan tersebut.

Besar rolling resistance dapat dilihat pada tabel 16 dan grade resistance pada
tabel 17.

Nomer Bahan: Judul Bahan :


0
Revisi:
001 PRODUCT KNOWLEDGE 10 10 03
Tgl.
Nomer Modul Judul Modul:
Kode: 110010
Halaman:
Tabel 16 : Rolling resistance
Haul road conditions Rolling
resistance
Well-maintained road, surface is flat and firm, properly
2%
wetted, and does not sink under weight of vehicle.
Same road conditions as above, but surface sinks slightly
3.5 %
under weight of vehicle
Poorly maintained, not wetted, sinks under weight of vehicle 5.0%
Badly maintained, road base not compacted or stabilized, 8.0%
form ruts easily
Loose sand or gravel road 10.0%
Not maintained at all, soft, nuddy, deeply rutted 15 ~ 20%

Tabel 17 : Grade resistance (%) converted from angle (0) of gradient

Angle % (sin α) Angle % (sin α) Angle % (sin α)


1 1.8 11 19.0 21 35.8
2 3.5 12 20.8 22 37.5
3 5.2 13 22.5 23 39.1
4 7.0 14 24.2 24 40.2
5 8.7 15 25.9 25 42.3
6 10.5 16 27.6 26 43.8
7 12.2 17 29.2 27 45.4
8 13.9 18 30.9 28 47.0
9 15.6 19 32.6 29 48.5
10 17.4 20 34.2 30 50.0

4. Menentukan kecepatan laju kendaraan.

Seperti telah dijelaskan bahwa kecepatan laju kendaraan dipengaruhi oleh


tahanan yang harus dihadapi kendaraan. Dalam buku aplikasi alat-alat berat untuk
pertambangan ini, tahanan yang diperhitungkan terbatas pada tahanan gelinding
dan tahanan kelandaian. Sedangkan yang lainnya seperti air resistance diabaikan.
Untuk menentukan kecepatan maksimum dari laju kendaraan dapat menggunakan
kurva berikut :

Nomer Bahan: Judul Bahan :


0
Revisi:
001 PRODUCT KNOWLEDGE 10 10 03
Tgl.
Nomer Modul Judul Modul:
Kode: 110010
Halaman:
Gambar 13. Travel Performace of Komatsu off-highway dump truck

Cara menggunakan kurva tersebut adalah sebagai berikut :

- Tarik garis vertikal dari titik A (loaded) ke tanda titik B yang merupakan
jumlah dari rolling resistance dan grade resistance.
- Tarik garis horizontal dari titik B sampai memotong garis kurva kecepatan(C).
Dari titik C ditarik horizontal ke garis rimpul dan titik pertemuan E merupakan
rimpull. Untuk menetukan kecepatan maksimum dari titik B tarik garis vertikal
kebawah, hingga diperoleh titik D, yang merupakan kecepatan dari laju truck
tersebut.
- Contoh kurva tersebut menggambarkan bahwa kondisi kelandaian jalan 8%,
rolling resistance 5%, dan beban muatan 32 ton serta berat kendaraan
kosong 28 ton. Sedangkan kecepatan 13 km/jam pada rimpull 8 ton. Berarti
truck tersebut melaju dengan menggunakan transmisi 2.

Kecepatan maksimum yang diperoleh dari perhitungan kurva merupakan


kecepatan teoritis, yang pada kenyataan di lapangan tidak mungkin dapat
dicapai. Untuk memperoleh kecepatan rata-rata yang mendekati aktual
lapangan harus diperhitungkan dengan faktor kecepatan (speed factor) yang
penggunaannya dapat dipilih seperti tabel 18.

Tabel 18 : Speed Factor


Distance of each section of When making a standing When running into each
haul road, m start section
0 ~ 100 0.25 ~ 0.50 0.50 ~ 0.70
100 ~ 250 0.35 ~ 0.60 0.60 ~ 0.75
250 ~ 500 0.50 ~ 0.65 0.70 ~ 0.80
500~ 750 0.60 ~ 0.70 0.75 ~ 0.80
750 ~1000 0.65 ~0.70 0.80 ~ 0.85
1000 up 0.70 ~ 0.85 0.80 ~ 0.90

Kecepatan rata-rata = kecepatan maksimum yang diperoleh dari kurva X speed


factor.

Jarak angkut dalam setiap seksi dibagi dengan kecepatan rata-rata, maka
akan diperoleh waktu angkut dalam setiap seksi jalan. Jika seluruh waktu
Nomer Bahan: Judul Bahan :
0
Revisi:
001 PRODUCT KNOWLEDGE 10 10 03
Tgl.
Nomer Modul Judul Modul:
Kode: 110010
Halaman:
(untuk hauling dan returning) tersebut ditambahkan, maka didapatlah waktu
yang diperlukan untuk hauling dan returning.

Panjang setiap seksi jalan (m)


Waktu angkut per seksi jalan = -------------------------------------------------
Kecepatan rata-rata (m/menit)

5. Kecepatan truck sewaktu menurun.

Yang telah dibahas terdahulu ialah


menentukan kecepatan laju kendaraan jika
sedang mendaki dimana hambatan yang
timbul terdiri dari grade resistance dan rolling
resistance. Sedangkan kondisi jalan tidak
selalu mendaki, tetapi juga sering menurun.
Pada saat kendaraan menurun bukan
tahanan mendaki yang terjadi, tetapi
sebaliknya kendaraan tersebut malahan
mendapat tambahan daya luncur yang
besarnya tergantung dari berat total
kendaraan tersebut dan derajat
penurunannya. Maka brake (rem)
merupakan komponen dari kendaraan yang
bekerja agar kecepatan laju kendaraan
dapat terkendali. Gambar 14. Break Performance
Untuk menentukan kecepatan
maksimum truck sewaktu menurun
dapat menggunakan kurva brake
performance yang terdapat pada
setiap produk Komatsu Off-
highway dump truck.

Cara menggunakan kurva brake performance adalah sebagai berikut :

Asumsi total resistance = -14% yang terdiri dari (gradient resistance sebesar –
16% dan rolling resistance + 2%):

Nomer Bahan: Judul Bahan :


0
Revisi:
001 PRODUCT KNOWLEDGE 10 10 03
Tgl.
Nomer Modul Judul Modul:
Kode: 110010
Halaman:
- Tarik garis vertikal dari gross vehicle weight (A) hingga memotong garis total
resistance -14% (B).
- Dari B, ditarik garis horizontal kekiri hingga memotong garis kurva di (C).
- Dari C, tarik garis vertikal ke bawah hingga memotong garis kecepatan di (D).
- Titik D,merupakan angka kecepatan maksimum yang masih dianggap aman
untuk menurun pada kondisi jalan tersebut.
Jadi dalam kasus ini, kecepatan maksimum = 30 km/jam

6. Dumping time.

Waktu yang diperhitungkan ialah sejak truck memasuki dumping area untuk
memulai membuang (dumping) muatan sampai selesai dump body kembali
semula. Lama waktu dumping tergantung pada kondisi kerja.

Tabel 19 : Dumping time


Operating conditions t1,min
Favorable 0.5 ~0.7
Average 1.0 ~ 1.3
Unfavorable 1.2 ~2.0
7. Spot and delay time

Waktu yang diperlukan truck untuk mengatur posisi di loading area, tergantung juga pada
kondisi kerja yang ada. Pada umumnya seperti tabel 20 :

Tabel 20 : Spot and delay time


Operating conditions t1,min
Favorable 0.1 ~0.2
Average 1.25 ~ 1.35
Unfavorable 0.4 ~0.5

8.2. Estimasi jumlah dump truck yang diperlukan.

Dalam pekerjaan pemuatan jumlah dump truck harus sesuai dengan kapasitas
loader. Hal ini sangat penting, guna memperoleh efisiensi kerja yang optimum.

Untuk menghitung jumlah dump truck yang diperlukan dapat menggunakan rumus
sebagai berikut :
Cycle time of a dump truck Cmt
M = ------------------------------------------- = ------------
Loading time n x Cms

Where , n : Number of cycles required for a loader


Cms : Cycle time of loader (min)
Cmt : Cycle time of dump truck (min)

8.3. Estimasi Produksi dump truck


Nomer Bahan: Judul Bahan :
0
Revisi:
001 PRODUCT KNOWLEDGE 10 10 03
Tgl.
Nomer Modul Judul Modul:
Kode: 110010
Halaman:
Untuk menghitung kapasitas produksi dump truck (P) dapat menggunakan rumus
sebagai berikut :

60
P = C x ----------- Et
Cmt

Dimana, P : Produksi perjam (m3/jam )


C : Produksi per cycle C = n x q1 x K
Et : Efisiensi kerja dump truck (tabel 27)
Cmt : Cycle time dump truck

Jika beberapa dump truck beroperasi secara bersamaan, maka estimasi produksi
perjam,

60
P = C x -------- x Et x M M : Jumlah dump truck yang beroperasi
Cmt

Tabel 21 : Efisiensi kerja untuk dump truck (Et)


Operating conditions Job efficiency
Good 0.83
Average 0.80
Rather poor 0.75
Poor 0.70

8.4. Kombinasi penggunaan dump truck dan loader.

Yang dimaksud disini ialah keselarasan antara loader dan dump truck, sehingga
operasi pemuatan dapat berjalan dengan baik dan lancar. Tentunya untuk mencapai
hal tersebut perlu dilakukan pengkajian yang layak dalam menentukan cara kerja,
jenis alat, ukuran dan kemampuannya baik untuk loader maupun dump trucknya.

Gambar 15. Kombinasi Penggunaan Dump


truck dan Loader

Untuk mengkaji kesesuaian kerjanya dapat dilakukan langkah pengamatan sebagai


berikut :

1. Penyesuaian berdasarkan spesifikasi teknik alat.

Nomer Bahan: Judul Bahan :


0
Revisi:
001 PRODUCT KNOWLEDGE 10 10 03
Tgl.
Nomer Modul Judul Modul:
Kode: 110010
Halaman:
Terutama pada saat merencanakan pemilihan alat atau penggantian alat
(replacement), dengan petunjuk teknis pemilihan seperti tabel 22.

Tabel 22 : Pemilihan loader dan dump truck .


Loader Dump truck Guide to select
Bucket capacity Maximum payload 2 ~ 5 buckets
Dumping clearance (H1) Dump body height (H2) H1 H2 + 150
Dumping reach (L1) Dump body width ( L2) L1 L2/2-300
Bucket width (B1) Dump body length ( B2) B1 B2 - 300

2. Penyesuaian berdasar pengkajian macth factor.

Yaitu pengkajian yang dilakukan pada saat beroperasi dilapangan dengan


melakukan pengamatan waktu edar/siklus (cycle time) dari loader dan hauler
(dump truck), sehingga bila terjadi penyimpangan dapat segera diperbaiki.

Pengkajian ini lebih dikenal dengan istilah sinkronisasi alat (pengaturan pola
kegiatan kerja dan penyesuaian kemampuan alat yang berlainan jenis yang
bekerja sama dalam satu sistem sehingga mencapai keselarasan alat itu sendiri).
Karena hasil kegiatan kerja yang optimal hanya dapat dicapai bila masing-masing
alat yang berlainan jenis bekerja secara optimum.

Untuk menentukan keselarasan alat digunakan terminologi dari Standfort


University, US yang disebut sebagai Match Factor (MF) Loader dan dump truck
dikatakan selaras bila :

Jumlah dump truck x cycle time loader


MF = ---------------------------------------------------- = 1
Jumlah loader x cycle time dump truck

Kenyataan ini sangat sukar dicapai, sehingga bila nilai MF dapat mendekati
dengan toleransi yang relatif kecil maka penyimpangan-penyimpangan pengaturan
kerja dapat terhindarkan, seperti mengecilnya efek “Bunching “ yaitu
mengecilnya kesempatan alat angkut (dump truck) datang secara bersamaan.
Karena harus disadari bahwa sistem kerja pengangkutan bukan secara konvoi,
melainkan secara siklus.

Cara lain untuk memperoleh tingkat utilisasi yang optimum baik loader maupun dump
truck, dapat dianalisa menggunakan persamaan berikut :

60 60
C = ---------- x Et x M q x K x -------- x Es
Cmt Cms

Cms : Cycle time of loader


Nomer Bahan: Judul Bahan :
0
Revisi:
001 PRODUCT KNOWLEDGE 10 10 03
Tgl.
Nomer Modul Judul Modul:
Kode: 110010
Halaman:
Es : Job efficiency of loader
q1 : Bucket capacity heaped (m3)
K : Bucket factor

8.5. Contoh perhitungan kapasitas produksi dump truck

Sebuah dump truck HD325, beroperasi mengangkut tanah yang diisi oleh loader
WA600. jarak angkut dari loading area ke disposal dumping area 500 meter. Berapa
kapasitas kerja dari HD325 tresebut?

Data-data lain yang mendukung ialah sebagai berikut :


1. Jarak angkut : 450 meter kondisinya dasar. 50 meter menanjak 10%
2. Kondisi jalan : perawatannya sangat jelek, permukaan jalan tidak padat, tetapi
kering.
3. Tipe tanah yang diangkut : Sandy clay (loose density 1.6 ton/ m 3 )
4. Efisiensi kerja : 0.83 (good operating conditions)
5. Kecepatan kendaraan : dengan alasan keselamatan kerja maka kecapatan laju
kendaraan tidak boleh melebihi aturan berikut :

Speed
Loaded 40 km/jam
Flat
Unloaded 60 km/jam
Loaded 20 km/jam
Uphill
Unloaded 40 km/jam
Loaded 20 km/jam
Downhill
Unloaded 40 km/jam

6 Wheel loader : Kapasitas bucket : 5.4 m3


Cycle time : 0.65 menit
Factor bucket : 0.90
Efisiensi kerja : 0.83

Jawab :

1. Cycle time (Cmt)

a. Loading time :

Cycle time loader (Cms) = 0.65 menit


Jumlah cycle (trip pengisian) yang diperlukan untuk mengisi dump truck

Kapasitas angkut dump truck


n = ---------------------------------------------------------------------
Kapasitas bucket x factor bucket x densiti (loose)

32 ton (max payload)


Nomer Bahan: Judul Bahan :
0
Revisi:
001 PRODUCT KNOWLEDGE 10 10 03
Tgl.
Nomer Modul Judul Modul:
Kode: 110010
Halaman:
= ---------------------------------= 4.2 dibulatkan = 4
5.4 m3 x 0.9 x 1.6

Loading time = n x Cms = 4 x 0.65 = 2.60 menit

b. Hauling time and returning time :

Jarak angkut dan kalkulasi waktu tempuh dibagi per seksi jalan, yaitu :
- Hauling : (1) Flat 330 m
(2) Uphill 50 m
(3) Flat 120 m

- Returning : (4) Flat 120 m


(5) Down hill 50 m
(6) Flat 330 m

Berat kendaraan kosongan sesuai katalog 27,200 kg


Berat muatan = n x kapasitas bucket x faktor bucket x berat jenis tanah (loose) x 1,000
= 4 x 4.5 x 0.9 x 1.6 x 1,000
= 31,104 kg
Berat total : 27,200 kg + 31,104 kg = 58,304 kg

Dengan menggunakan kurva travel performance dan brake performance,


maka kecepatan maksimum perseksi jalan dapat dikalkulasi

c. Dumping time and standby time t1 = 1.15 menit (average)

d. Spot and delay time t2 = 0.30 menit (average)

e. Cycle time Cmt = 2.60 + 3.00 + 1.15 + 0.30 = 7.05 menit

2. Estimasi Kapasitas produksi dump truck P.

P = C x 60/Cmt x Et = 19.44 x 60/7.05 x 0.83 = 137.30 m 3/jam


C = n x kapasitas bucket x faktor bucket = 4 x 5.4 x 0.9 = 19,44 m 3
Distan Grade Rolling Total Speed Max Speed Ave. Time
ce Resist Resistan Resist Range Travel Factor Speed Taken
ance ce ance Speed (m/min) (min)
330 m 0 5% 5% F5 36 0.50 (300.0) 1.10
Flat
(600)
Loaded Uphill 50 m 10% 5% 15% F2 11 0.60 (109.0) 0.46
(183)
120 m 0 5% 5% F5 36 0.60 (300.0) 0.40
Flat
(600)
Flat 120 m 0 5% 5% F6 53 0.35 (309.1) 0.39
(883)
Unloaded 50 m -10% 5% -5% F6 40 0.70 (466.9) 0.11
Downhill
(667)
Flat 330 m 0 5% 5% F6 53 0.70 (618.1) 0.54
Judul Bahan :
(883)
Nomer Bahan:
0
Revisi:
001 PRODUCT KNOWLEDGE 10 10 03
Tgl.
Nomer Modul Judul Modul:
Kode: 110010
Halaman:
Note : 36 km/h (600 m/min) Total 3.00 min

9. MOTOR GRADER

9.1. Perhitungan kapasitas produksi motor grader.

QA = V x (Le –Lo) x 1000 x E


Dimana QA : Kapasitas kerja (m2/jam)
V : Kecepatan kerja (km/jam)
Le : Panjang efektif blades (m)
Lo : Lebar overlap (m)
E : Efisiensi kerja

Keterangan : Umumnya motor grader operasi dalam jarak yang cukup jauh,
oleh karena itu waktu yang diperlukan untuk pindah gigi diabaikan

1. Kecepatan kerja (V).

Kecepatan kerja motor grader tergantung dari jenis pekerjaan yang dihadapi, tetapi
yang umum digunakan adalah sebagai berikut :

Perbaikan jalan biasa : 2.0 ~ 6.0 km/jam


Pembuatan trench : 1.6 ~ 4.0 km/jam
Perapian tebing : 1.6 ~ 2.6 km/jam
Penggusuran salju : 7.0 ~ 25 km/jam
Pembentukan badan jalan : 1.6 ~ 4.0 km/jam
Perataan : 2.0 ~ 8.0 km/jam

2. Panjang blade efektif.


Nomer Bahan: Judul Bahan :
0
Revisi:
001 PRODUCT KNOWLEDGE 10 10 03
Tgl.
Nomer Modul Judul Modul:
Kode: 110010
Halaman:
Untuk memperkirakan panjang blade efketif dapat dilihat pada tabel 31 dibawah.
Sedangkan untuk lebar overlap (Lo) biasanya diperkirakan 20 ~ 30 cm.

Gambar 16. Lebar Kerja Efektif Motor Grader

Tabel 23 : Lebar kerja efektif


Panjang efektif blade (m)
Panjang blade (m)
Panjang Blade 600 Panjang blade 450
2,20 1,90 1,60
2,50 2,20 1,80
2,80 2,40 2,00
3,05 2,60 2,20
3,10 2,70 2,20
3,40 2,90 2,40
3,70 3,20 2,60
4,00 3,50 2,80
4,30 3,70 3,00
4,90 4,20 3,50

3. Efisiensi kerja

Untuk memperoleh kapasitas produksi yang mendekati aktualnya, maka kapasitas


produksi teoritis ini haris dikalikan dengan faktor efisiensi kerja seperti tabel 24
dibawah ini.

Tabel 24 : Efisiensi kerja untuk motor grader

Jenis pekerjaan Efisiensi kerja


Perbaikan dan perataan jalan 0.80
Menggusur salju (V type plow) 0.70
Penebaran material dan pembentukan badan 0.60
jalan
Pembuatan trench 0.50

Nomer Bahan: Judul Bahan :


0
Revisi:
001 PRODUCT KNOWLEDGE 10 10 03
Tgl.
Nomer Modul Judul Modul:
Kode: 110010
Halaman:
9.2. Menghitung waktu yang diperlukan untuk finishing.

Rumus:
NxD
T = ----------
VxE

Dimana, T : Waktu kerja yang diperlukan (jam)


N : Jumlah trip
D : Jarak kerja
V : Kecepatan (km/jam)
E : Efisiensi kerja

Jumlah trip (N) :

Apabila motor grader operasi pada areal yang lebar atau dengan kata lain
lebar areal yang harus dikerjakan beberapa kali lebih besar dari panjang efektif
blade, maka jumlah trip dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut :

W
N = -------------- x n
Le – Lo

Dimana :
W : Total lebar areal yang harus di grading (m)
Le : Panjang efektif blade (m)
Lo : Lebar overlap (m)
n : Jumlah lintasan yang diperlukan untuk memperoleh tingkat kerataan yang
diinginkan.

Contoh soal :

Komatsu motor grader GD510R direncanakan akan digunakan untuk


meratakan dan pembentukan sub grade pada jalan tol, dimana panjang blade
motor grader GD510R = 3,70 m, sudut kerja blade 450.

Data-data jalan adalah :


- Panjang jalan tol : 5 km
- Lebar jalan yang harus dikerjakan : 25 m
- Jumlah lintasan yang diperlukan sampai finish : 4 kali
- Harga sewa GD510R = Rp. 50.000 per jam
- Efisiensi kerja : 0.60

Pertanyaannya ialah :
- Berapa rata-rata luasan yang dapat dikerjakan dalam waktu 1 jam oleh
GD510R sampai pada tingkat kerataan yang diinginkan?
- Berapa jam dapat diselesaikan seluruh pekerjaan tersebut?

Nomer Bahan: Judul Bahan :


0
Revisi:
001 PRODUCT KNOWLEDGE 10 10 03
Tgl.
Nomer Modul Judul Modul:
Kode: 110010
Halaman:
- Berapa sewa motor grader yang harus dibayar (angka dibelakang koma
dibulatkan keatas).

Jawab :

a. Kapasitas produksi

V x (Le – Lo) x 1000 x E 2,8 x (2,6 – 0,30) x 0,60


QA = --------------------------------- = ---------------------------------- = 966 m2/jam
n 4
b. Waktu yang diperlukan
NxD W 25 x 4
T = -------------  N = -------------------- x n = ----------------- = 44 trips
VxE Le – Lo 2,30

44 x 5 220
T = -------------  N = ---------- = 131 jam
2,8 x 0,60 1,68

c. Sewa Motor Grader = 131 x Rp.50.000 = Rp. 6.550.000,-


10. COMPACTOR

10.1. Kapasitas Produksi Pemadatan

Ada dua (dua) versi untuk menghitung kapasitas produksi pemadatan yaitu
:

1. Kapasitas produksi yang ditunjukkan dalam satuan volume, rumusnya adalah


sebagai berikut :

W x V x H 1000 x E
Q = ------------------------------
N
Dimana :
Q : Kapasitas Produksi (m3/jam) dalam kondisi padat
V : Kecepatan kerja (km/jam)
W : Lebar efketif pemadatan perlintasan (m)
H : Tebal lapis pemadatan (m)
N : Jumlah lintasan pemadatan
E : Efisiensi kerja

a. Kecepatan kerja pemadatan.

Kecepatan kerja pada umumnya kecepatan kerja pemadatan yang


digunakan adalah sebagai berikut :

Nomer Bahan: Judul Bahan :


0
Revisi:
001 PRODUCT KNOWLEDGE 10 10 03
Tgl.
Nomer Modul Judul Modul:
Kode: 110010
Halaman:
Road roller Rata-rata 2.0 km / jam
Tire roller Rata-rata 2.5 km / jam
Vibration roller Rata-rata 1.5 km / jam
Soil compactor Rata-rata 4 – 10 km / jam
Tamper Rata-rata 1.0 km / jam

b. Lebar efektif pemadatan (W)


Type of equipment Effective compaction width (W)
Madacam roller Driving wheel width – 0.2 m
Tandem roller Driving wheel width – 0.2 m
Soil compactor (Driving wheel width x 2)– 0.2 m
Tire roller Outside-to-outside distance of most
outside tires – 0.3 m
Large vibratory roller Roller width – 0.2 m
Small vibratory roller Roller width – 0.1 m
Bulldozer (Width of track shoe x 2 ) – 0.3 m

c. Tebal lapis pemadatan (H).


Tebal lapis pemadatan telah ditentukan berdasarkan spesifikasi kerja
atau dari hasil test laboratorium. Tetapi pada umumnya antara 0.2 ~
0.5 meter pada kondisi gembur (loose)

d. Jumlah lintasan pemadatan.


Jumlah lintasan pemadatan juga ditentukan berdasarkan spesifikasi
dari konstruksi, atau dari hasil test. Tetapi yang umum digunakan ialah
sebagai berikut :
Tire roller 3~5
Road roler 4~8
Vibration roller 4 ~ 12
Soil compactor 14 ~ 12

e. Efisiensi kerja
Efisiensi kerja pemadatan yang mendekati aktual = 0,65

2. Kapasitas produksi yang ditunjukkan dalam satuan luas, rumusnya adalah


sebagai berikut :

W x V x 1000 x E
QA = ---------------------------- = (m2/jam)
N

-o0o-
Nomer Bahan: Judul Bahan :
0
Revisi:
001 PRODUCT KNOWLEDGE 10 10 03
Tgl.
Nomer Modul Judul Modul:
Kode: 110010
Halaman:

Anda mungkin juga menyukai