Oleh :
Mahasiswa : Anif Fahmirudi
Judul : Strategi Pengembangan Agribisnis Padi Sawah Tadah
Hujan di Kabupaten Kayong Utara
ABSTRACT
Strategy is a tool used to achieve the goals of an organization. This study aims to formulate
rainfed lowland rice agribusiness development strategies that can be applied in Kayong
Utara District. The research methodology used is descriptive qualitative. The sampling
method used is purposive sampling, totaling 12 respondents representing all stakeholders
involved in the development of rice agribusiness. Data analysis methods used are IFE, EFE,
and SWOT Matrix Analysis. The results showed that the position of the development strategy
was at Quadrant I with a score of the internal factor 0,227 and a score of external factors
0,028. Strategies that can be used are SO strategies or using power to take advantage of
opportunities, namely: 1) encouraging increased production through expansion of planting
areas and increasing rice cropping indexes, 2) increasing government support to farmers to
encourage agribusiness-based farming systems, 3) expanding market networks and product
quality improvement.
ABSTRAK
Strategi merupakan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan suatu organisasi. Penelitian
ini bertujuan untuk merumuskan strategi pengembangan agribisnis padi sawah tadah hujan
yang dapat diterapkan di Kabupaten Kayong Utara. Metode penelitian yang digunakan
adalah deskriptif kualitatif. Metode pengambilan sampel yang dipakai adalah purposive
sampling berjumlah 12 responden mewakili seluruh stakeholder yang terlibat dalam
pengembangan agribisnis padi. Metode analisis data yang digunakan adalah Analisis
Matriks IFE, EFE, dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi pengembangan
berada pada Kuadran I dengan skor faktor internal 0,227 dan skor faktor eksternal 0,028.
Strategi yang dapat digunakan adalah strategi SO atau menggunakan kekuatan untuk
memanfaatkan peluang, yaitu: 1) mendorong peningkatan produksi melalui perluasan areal
tanam dan peningkatan indeks pertanaman padi, 2) peningkatan dukungan pemerintah
kepada petani untuk mendorong sistem pertanian berbasis agribisnis, 3) memperluas
jaringan pasar dan peningkatan kualitas produk.
Tabel 1. Luas Panen, Rata-rata Produksi dan Produksi Tanaman Pangan di Kabupaten
Kayong Utara Tahun 2015
Rata-rata
Luas Panen Produksi
Jenis Tanaman Produksi
(Ha) (Ton)
(Kw/Ha)
1. Padi 19.290 25,19 48.595
- Padi Sawah 19.190 25,17 48.306
- Padi Ladang 100 28,86 289
2. Jagung 20 18,54 37
3. Ubi Kayu 143 152,36 2.179
4. Ubi Jalar 52 72,47 377
5. Kacang tanah 22 9,86 22
6. Kacang Kedelai 5 10,00 5
7. Kacang Hijau - - -
Sumber: BPS Kabupaten Kayong Utara, 2016
Tabel 1. menunjukkan bahwa produksi penurunan produksi yang cukup signifikan
tanaman pangan yang tertinggi yaitu sebesar 31,62 % dari tahun sebelumnya yang
komoditas padi dengan total produksi disebabkan oleh berbagai faktor.
mencapai 48.595 ton dan didominasi oleh Penurunan produksi dan faktor-faktor
padi sawah. Sebagian besar komoditas padi yang menghambat pengembangan agribisnis
sawah yang dibudidayakan merupakan padi padi perlu dianalisis lebih lanjut. Tujuan dari
sawah tadah hujan yang tersebar di enam penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi
kecamatan. dan menganalisis faktor internal dan
Perkembangan produksi komoditas eksternal yang berpengaruh terhadap
padi sawah di Kabupaten Kayong Utara pengembangan padi sawah tadah hujan dan
selama periode 2011-2014 secara umum merumuskan strategi pengembangan padi
mengalami peningkatan sebesar 3,80 %. sawah tadah hujan yang dapat diterapkan di
Namun pada tahun 2015 mengalami Kabupaten Kayong Utara.
Metode Penelitian yang dihasilkan berdasarkan pertimbangan
kombinasi 4 (empat) set faktor strategi yaitu
Metode sampling yang digunakan dalam
Strategi SO (Strengths-Opportunities),
penelitian ini adalah Purposive Sampling
Strategi WO (Weakness-Opportunities),
yang tergolong dalam teknik Nonprobability
Strategi ST (Strenghts-Threats) dan Strategi
Sampling yakni memilih sampel berdasarkan
WT (Weaknesess-Threats).
pertimbangan dan tujuan tertentu yang
didasarkan atas pertimbangan keahlian Hasil dan Pembahasan
responden. Stakeholder yang dijadikan Identifikasi dan Analisis Faktor-Faktor
responden dalam penelitian ini berjumlah 12 Strategis Internal
orang yang terdiri dari enam stakeholder Identifikasi faktor strategis internal
diantaranya Kepala Dinas Pertanian dan diperoleh dari hasil wawancara terhadap
Tanaman Pangan, Kepala Bidang Tanaman responden dengan panduan kuisioner yang
Pangan dan Holtikultura, Penyuluh Pertanian telah disiapkan. Faktor strategis internal yang
Lapangan (PPL), petani/ketua kelompok tani, sudah teridentifikasi, kemudian diberikan
pengusaha/pedagang beras dan penangkar bobot atau tingkat kepentingan untuk setiap
benih padi. faktor yang tersusun dalam Matriks IFE.
Sumber data yang digunakan dalam Setelah pembobotan dilakukan, maka tahap
penelitian ini adalah data primer dan data berikutnya adalah memberikan peringkat
sekunder. Tahapan pengolahan data dimulai atau rating dari setiap faktor tersebut.
dari tahap input melalui analisis Internal Peringkat mengindikasikan apakah faktor
Factor Evaluation (IFE) dan External Factor tersebut sangat kuat atau sangat lemah
Evaluation (EFE), kemudian tahap pengaruhnya terhadap kondisi organisasi.
pencocokan dan perumusan strategi Bobot dan rating yang digunakan merupakan
menggunakan analisis SWOT. Menurut rata-rata dari 12 responden. Teknik
David (2009), Matriks SWOT membantu perhitungan bobot adalah hasil bagi antara
untuk melakukan analisis perbandingan Jumlah Nilai Penting Indikator i dibagi Total
berpasangan dengan kemungkinan strategi Nilai Penting. (Tabel 2).
Tabel 2. Matriks IFE (Internal Factor Evaluation)
No Faktor-Faktor Strategis Internal Bobot Rating Skor tertimbang
Kekuatan
1. Tersedianya lahan sawah tadah hujan 0,130 3,08 0,404
2. Pengalaman petani dalam usahatani padi 0,121 3,58 0,433
3. Padi merupakan komoditas utama yang
0,128 3,5 0,448
diusahakan
4. Tersedianya unit penggilingan padi 0,100 2,58 0,258
Total 0,479 1,539
Kelemahan
1. Keterbatasan modal yang dimiliki petani 0,105 2,58 0,271
2. Kualitas beras belum sesuai standar yang
0,099 2,66 0,263
diinginkan
3. Lemahnya kelembagaan petani 0,087 2,66 0,231
4. Kebutuhan benih unggul belum terpenuhi 0,116 2,5 0,290
5 Infrastruktur pertanian belum memadai 0,114 2,25 0,256
Total 0,521 1,312
Total Bobot 1
Sumber: Data Primer, 2017
Tabel 2 menunjukkan bahwa hasil Analisis lingkungan internal dari faktor
analisis faktor internal dari kekuatan yang kelemahan dihasilkan 5 (lima) faktor
teridentifikasi dalam pengembangan strategis. Kelemahan utama yang
agribisnis padi di Kabupaten Kayong Utara menghambat pengembangan agribisnis padi
dihasilkan 4 (empat) faktor strategis. yaitu kebutuhan benih unggul belum
Kekuatan utama yang dimiliki adalah padi terpenuhi dengan skor tertimbang 0,290.
merupakan komoditas utama yang Sulitnya petani mendapatkan benih unggul
diusahakan dengan nilai skor tertimbang menyebabkan produksi tidak optimal. Benih
0,448. Padi merupakan komoditas utama yang digunakan adalah benih dari panen
yang diusahakan dikarenakan merupakan tahun sebelumnya dengan tingkat
makanan pokok masyarakat pada umumnya. produktivitas yang semakin menurun. Oleh
Sebagian besar petani di Kabupaten Kayong karena itu, peremajaan benih sangat perlu
Utara sebanyak 53% membudidayakan dilakukan salah satunya menggunakan benih
komoditas padi (BPS Kayong Utara, 2017). unggul lokal. Menurut Setiawati (2007)
Penelitian Cholid (2012) menunjukkan penggunaan benih bermutu akan mampu
bahwa, hasil dari perhitungan nilai LQ atas mengurangi resiko kegagalan budidaya
dasar harga konstan 2000 dari tahun 2008- karena benih bermutu akan mampu tumbuh
2011 untuk komoditi pertanian sub sektor baik pada kondisi lahan yang kurang
tanaman bahan pangan di Kabupaten Kayong menguntungkan.
Utara dilihat dari luas panen dan produksinya
Identifikasi dan Analisis Faktor-Faktor
komoditi padi menjadi satusatunya Strategis Eksternal
komoditas basis. Namun, untuk skala usaha
Analisis lingkungan eksternal dilakukan
sistem usahatani yang dilakukan masih
untuk mengidentifikasi peluang dan ancaman
bersifat subsisten. Untuk langkah kedepan
yang mempengaruhi keberhasilan
faktor kekuatan yang dimiliki merupakan
pengembangan padi. Metode analisis yang
modal yang strategis untuk mengembangkan
digunakan adalah analisis Matriks EFE
sistem pertanian padi berbasis agribisnis.
(Eksternal Factor Evaluation).
Tabel 3. Matriks EFE (Eksternal Factor Evaluation)
No Faktor-Faktor Strategis Eksternal Bobot Rating Skor tertimbang
Peluang
1. Dukungan kebijakan pemerintah disektor
0,111 2,67 0,298
pertanian
2. Ketersediaan pasar yang luas 0,127 3,25 0,415
3. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
0,113 2,83 0,319
(IPTEK)
4. Penyedia lapangan pekerjaan 0,110 2,75 0,304
Total 0,462 1,337
Ancaman
1. Dampak perubahan iklim 0,109 2,50 0,273
2. Serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) 0,113 2,33 0,263
3. Alih fungsi lahan sawah 0,105 2,42 0,255
4. Turunnya harga saat panen raya 0,117 2,25 0,262
5. Beras dari luar daerah 0,092 2,75 0,254
Total 0,537 1,309
Total Bobot 1
Sumber: Data Primer, 2017
Tabel 3 menunjukkan faktor eksternal sawah di Kabupaten Kayong Utara
dari peluang yang teridentifikasi dalam merupakan lahan sawah tadah hujan sehingga
pengembangan agribisnis padi di Kabupaten rawan banjir dan kekeringan. Sumber utama
Kayong Utara dihasilkan 4 (empat) faktor pengairan pada lahan sawah tadah hujan
strategis. Peluang utama yang potensial tergantung pada curah hujan. Saat penelitian
dalam pengembangan agribisnis padi adalah ini dilakukan, petani mengalami kesulitan
ketersediaan pasar dengan nilai skor dalam melakukan penanaman padi
tertimbang 0,415. Peluang pasar potensial, dikarenakan curah hujan tinggi sehingga
dikarenakan padi/beras merupakan makanan lahan yang sebagian besar merupakan lahan
pokok masyarakat. Sejalan dengan penelitian tadah hujan mengalami kebanjiran. Sejalan
Susilawati (2017) yang menunjukkan bahwa dengan penelitian Aji (2014) yang
peluang utama yang dimiliki daerah menyebutkan bahwa salah satu faktor
Kecamatan Tebas, Kabupaten Sambas dalam ancaman dalam pengembangan agribisnis
pengembangan agribisnis padi adalah padi di Kabupaten Jember yaitu dampak
permintaan beras yang tinggi dengan skor perubahan iklim. Akibat perubahan iklim ini
0,368. Seiring dengan bertambahnya jumlah dapat menyebabkan kejadian luar biasa,
penduduk, maka permintaan beras seperti serangan hama dan penyakit dengan
mengalami kenaikan setiap tahunnya. intensitas tinggi.
Faktor ancaman yang teridentifikasi
Posisi Pengembangan Agribisnis Padi
dihasilkan 5 (lima) faktor strategis yaitu: Sawah Tadah Hujan
1) Dampak perubahan iklim, 2) Serangan
organisme pengganggu tanaman (OPT), 3) Berdasarkan analisis Matriks IFE dan
Alih fungsi lahan sawah, 4) Turunnya harga EFE telah diperoleh hasil skor tertimbang
saat panen raya, dan 5) Beras dari luar daerah. dari faktor internal dan eksternal, penentuan
Ancaman utama yang berpengaruh adalah posisi strategi dilakukan dengan melakukan
dampak perubahan iklim dengan nilai skor pengurangan dari faktor kekuatan dan
tertimbang 0,273. Sebagian besar lahan kelemahan serta peluang dan ancaman (Tabel
4).
Tabel 4 Skor Nilai Faktor Internal dan Eksternal Strategi Pengembangan Agribisnis Padi
Sawah Tadah Hujan
Kriteria Total Skor Koordinat
Faktor Internal
Kekuatan 1,539
Kelemahan 1,312 0,227
Faktor Eksternal
Peluang 1,337
Ancaman 1,309 0,028
Sumber: Analisis Data Primer, 2017
Berdasarkan Tabel 4 diketahui bahwa Sementara itu nilai sumbu Y adalah 0,028.
koordinat nilai sumbu X pada diagram Berdasarkan hasil analisis tersebut, posisi
SWOT dalam pengembangan agribisnis padi strategi berada pada kuadran I (Gambar 2)
di Kabupaten Kayong Utara adalah 0,227.
Gambar 2 menunjukkan bahwa, posisi untuk memperbarui dan meningkatkan
strategi pengembangan agribisnis padi di produktivitas melalui pengembangan pasar,
Kabupaten Kayong Utara mendukung pengembangan produk dan inovasi.
strategi agresif. Sejalan dengan penelitian
Perumusan Alternatif Strategi
Setiawan (2017) yang menyebutkan bahwa
posisi strategi pengembangan agribisnis Untuk merumuskan alternatif strategi
kerupuk basah berada pada kuadran I. digunakan analisis SWOT. Matriks SWOT
Menurut Rangkuti (2016), posisi pada menggambarkan secara jelas bagaimana
kuadran I merupakan posisi yang sangat peluang dan ancaman eksternal dapat
menguntungkan, dikarenakan sutau dipadukan dengan kekuatan dan kelemahan
organisasi memiliki kekuatan internal yang internal sehingga dihasilkan rumusan
dapat digunakan untuk memanfaatkan alternatif strategi pengembangan (Tabel 5)
peluang yang ada. Hasil analisis lingkungan
strategik tersebut menunjukan bahwa startegi
pengembangan yang dapat diterapkan adalah
mendukung kebijakan pertumbuhan yang
agresif (Growth Oriented Strategy) atau
menggunakan strategi Strengths-
Opportunities (Strategi SO). Terdapat
beberapa cara yang dapat dilakukan untuk
menciptakan Growth Oriented Strategy yaitu
melalui strategi konsentrasi yang dilakukan
dengan menggunakan kekuatan yang ada
Tabel 5. Matriks SWOT Pengembangan Agribisnis Padi Sawah Tadah Hujan di
Kabupaten Kayong Utara
FAKTOR INTERNAL KEKUATAN (S) KELEMAHAN (W)
1. Tersedianya lahan sawah tadah 1. Keterbatasan modal yang dimiliki
hujan petani
2. Pengalaman petani dalam usahatani 2. Kualitas beras belum sesuai
padi standar yang diinginkan
3. Padi merupakan komoditas utama 3. Lemahnya kelembagaan petani
yang diusahakan
4. Kebutuhan benih unggul belum
4. Tersedianya mesin penggilingan
terpenuhi
padi
FAKTOR EKSTERNAL 5. Infrastruktur pertanian belum
memadai