Anda di halaman 1dari 10

BULETIN PALAWIJA VOL. 18 NO.

1, MEI 2020

Prospek Pengembangan Kacang Hijau Berdasarkan Peta Bisnis


di Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur
Prospect of Mungbean Development Based on Business Map
in East Sumba, East Nusa Tenggara

Fachrur Rozi*, Andy Wijanarko, Henny Kuntyastuti


Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi
Jalan Raya Kendalpayak Km 8 Malang Telp. 0341-801468
*E-mail: f_rozi13@yahoo.com

NASKAH DITERIMA 30 AGUSTUS 2019; DISETUJUI UNTUK DITERBITKAN 24 APRIL 2020

ABSTRAK
Peluang peningkatan produksi kacang hijau di Sumba identify the technical and socio-economic problems of
Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT) masih terbuka luas mungbean cultivation and to develop models and
walaupun ditemui adanya faktor pembatas dalam development strategies based on the position of the
pengembangannya. Tujuan penelitian adalah untuk business map. The study was conducted using the
mengidentifikasi permasalahan kacang hijau secara teknis participatory research appraisal (PRA) approach and
dan sosial ekonomi, serta menyusun model dan strategi ‘purposive’ sampling. The data collected was analyzed
pengembangannya berdasarkan posisi peta bisnisnya. using SWOT. The results showed that mungbean had
Penelitian dilakukan dengan metode survei menggunakan potential to be developed in East Sumba, but there
pendekatan PRA dan pengambilan sampel secara were internal and external (environmental) constraints.
‘purposive’. Pengolahan data dengan analisis SWOT. Potential development of mungbean in East Sumba was
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kacang hijau shown by the strength factor of available cultivation
potensial dikembangkan di Sumba Timur, tetapi terdapat technology and land suitability for growing mungbean
kendala faktor internal dan eksternal (lingkungan). as the internal influence of farming. Meanwhile the
Potensi pengembangan kacang hijau di Sumba Timur external influence for mungbean development was the
ditunjukkan oleh faktor penguat berupa teknologi budi opportunity factor consisting of high price of mungbean
daya yang telah tersedia dan kesesuaian lahan untuk and high market demand. In addition, there was also
bertanam kacang hijau yang merupakan pengaruh weakness found for internal factors, such as low
internal usahatani. Pengaruh eksternal yang mendukung productivity of mungbean, limited farming capital, passive
pengembangan kacang hijau adalah faktor peluang terdiri farmer groups and farmers’ satisfactory with the existing
atas harga kacang hijau dan permintaan pasar yang life (laggard farmers). The external factors (environment)
tinggi. Selain itu juga ditemukan kelemahan pada faktor that were likely to hinder the development of mungbean
internal seperti produktivitas rendah, modal terbatas, were low infrastructure, limited labor, pest attacks and
kelompok tani pasif dan rasa puas petani dengan the presence of competitor crops such as maize. Based
kehidupan yang ada (petani ‘laggard’). Pengaruh on the data obtained, strategies and prospects for
eksternal yang berpeluang menghambat pengembangan developing mungbean at a profitable business scale can
kacang hijau adalah rendahnya infrastruktur, kelangkaan be designed. The short-term strategy that can be done
tenaga kerja, serangan hama dan adanya tanaman is the strategy (S-O) which is increasing the productivity
kompetitor, misalnya jagung. Dengan menganalisis data through intensive management of using new technologies
yang diperoleh, disusun strategi dan prospek (varieties and cultivation techniques). In conclusion, the
pengembangan kacang hijau pada kondisi skala usaha suitable model for development of mungbean in East
menguntungkan. Strategi jangka pendek yang dapat Sumba, East Nusa Tenggara is a corporation-based
dilakukan adalah strategi (S-O), yaitu peningkatan farming.
kapasitas hasil melalui pengelolaan intensif menggunakan
teknologi baru (varietas dan teknik budi daya). Model Keywords: development, East Sumba, mungbean
yang sesuai untuk pengembangan kacang hijau di Sumba
Timur NTT adalah model pengembangan kawasan PENDAHULUAN
usahatani kacang hijau berbasis korporasi.
Perkembangan volume ekspor dan impor kacang
Kata kunci: kacang hijau, pengembangan, Sumba Timur hijau di Indonesia periode 2011 - 2015 berfluktuasi.
Impor kacang hijau pada tahun 2014 cukup besar
ABSTRACT yaitu 82,96 ribu ton sehingga penyediaan pada
The opportunities for increasing production of tahun tersebut menjadi sebesar 244,6 ribu ton.
mungbean in East Sumba, East Nusa Tenggara are yet Permintaan kacang hijau setiap tahun meningkat
widely opened despite the presence of a limiting factor terutama sebagai bahan dasar makanan bayi dan
in its development. The purpose of this research is to

33
ROZI ET AL. : PROSPEK PENGEMBANGAN KACANG HIJAU BERDASARKAN PETA BISNIS DI SUMBA TIMUR NUSA TENGGARA TIMUR

balita, serta untuk bahan pangan olahan (snack dan dapatan. Tingkat pertumbuhan komoditas tersebut
kue) yang berkembang di banyak kota di Pulau terletak pada daerah mana di wilayah peta bisnis
Jawa. Mencermati kondisi demikian, maka (agresif, koordinatif, diversifikasi atau defensif).
peningkatan produksi dalam negeri mutlak untuk Penentuan wilayah peta bisnis akan memudahkan
dilakukan. Radjit dan Prasetiaswati (2012) untuk merumuskan strategi pengembangan dari
menunjukkan bahwa kacang hijau menjadi komo- komoditas kacang hijau.
ditas yang menguntungkan. Kondisi demikian akan Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan
mendorong petani untuk mengembangkan kacang penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi
hijau. permasalahan kacang hijau secara teknis dan sosial
Produksi kacang hijau nasional pada tahun 2000 ekonomi, serta menyusun model dan strategi
sebesar 289.876 t, kemudian meningkat menjadi pengembangan berdasarkan posisi peta bisnisnya.
310.412 t pada tahun 2004 dan 314.400 t pada
tahun 2009, dan puncak produksi kacang hijau BAHAN DAN METODE
mencapai 341,3 ribu ton terjadi pada tahun 2011,
kemudian terus mengalami penurunan menjadi Penelitian dilakukan di Desa Rambangaru,
sebesar 265,4 ribu ton pada tahun 2015 (BPS 2016). Kecamatan Haharu dan Desa Palaka Hembi,
Selama ini kebutuhan kacang hijau di Indonesia Kecamatan Pandawai, Kabupaten Sumba Timur,
sebagian besar (98%) dipasok dari produksi dalam Provinsi Nusa Tenggara Timur pada bulan
negeri dengan menggunakan mekanisme berdasar Nopember tahun 2018. Pemilihan lokasi dengan
perimbangan ketersediaan barang dari pengadaan pertimbangan merupakan daerah representatif yang
impor maupun ekspor. berpotensi untuk pengembangan komoditas kacang
hijau.
Peluang peningkatan produksi kacang hijau di
NTT masih terbuka sebab produktivitas masih Tahap pertama adalah Desk study dan orientasi
rendah yaitu 0,87 t/ha (BPS NTT 2016). Hasil lapang untuk mengumpulkan data sekunder dari
penelitian menunjukkan bahwa produktivitas kacang institusi yang terkait. Data ini digunakan sebagai
hijau dapat mencapai 1,7–2,5 t/ha (Balitkabi 2017). pijakan (‘guidance’) dasar pelaksanaan survei
Penyebab utama rendahnya produktivitas adalah berikutnya.
penggunaan varietas lokal dan teknologi budi daya Tahap kedua adalah survei utama yang dilakukan
yang belum optimal. Namun demikian, menururt melalui pendekatan pemahaman pedesaan secara
Murdolelono (2011) teknologi budi daya kacang cepat dengan partisipasi masyarakat atau Parti-
hijau yang diintroduksikan perlu dimodifikasi cipatory Rural Appraisal (PRA). PRA dilaksanakan
disesuaikan dengan kondisi biofisik dan sosial melalui diskusi kelompok (Focus Group Discussion/
ekonomi masyarakat setempat. Modifikasi teknologi FGD) dan melibatkan semua ‘key persons’ yang
yang perlu dilakukan terutama adalah penggunaan terkait dengan topik permasalahan. Hal ini dilakukan
varietas unggul dan pemupukan, serta teknologi dalam kerangka diseminasi teknologi baru kacang
tumpangsari strip cropping antara kacang-kacangan hijau untuk memberikan pemahaman dan pe-
dengan tanaman lain untuk menghambat kecepatan ningkatan kapasitas petani. Selain itu juga untuk
degradasi kesuburan lahan. mengidentifikasi masalah di lapang sebagai umpan
Pengembangan kacang hijau di NTT menghadapi balik. Metode PRA tidak membutuhkan uji statistik,
masalah ketersediaan air karena sebagian besar sehingga jumlah sampel bukan menjadi ketetapan
wilayahnya beriklim kering dengan curah hujan sebagai prasyarat secara kuantitas. Hal yang
singkat, lahan pertanian didominasi tanah dengan terpenting adalah kedalaman informasi yang
solum dangkal atau berbatu. Sehubungan dengan diberikan oleh responden kunci (key persons) yang
hal tersebut, salah satu upaya yang dapat dilakukan terkait dengan permasalahan.
adalah mengusahakan varietas yang toleran cekaman Data yang terkumpul dianalisis dengan teknik
kekeringan dan tahan terhadap hama/penyakit analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportu-
(Subandi 2007; Arsyadmunir 2016). nities, and Threats). Dalam berusahatani sebagai
Melihat perkembangan komoditas berdasar usaha bisnis, maka petani sebagai pengambil
produksi kacang hijau di NTT khususnya dan secara keputusan dipengaruhi faktor internal dan eksternal
nasional umumnya, maka peta bisnis komoditas (Rangkuti 1998; Meyo dan Liang 2012). Dalam
kacang hijau berada dalam tingkat pertumbuhan. SWOT analisis faktor internal diterjemahkan
Artinya, penggunaan masukan (input) produksi kedalam kekuatan (strengths/S) dan kelemahan
masih berpeluang besar untuk meningkatkan (weaknesses/W) dalam mengambil keputusan adopsi
produksi yang pada akhirnya meningkatkan pen- teknologi berusahatani, sedangkan faktor eksternal

34
BULETIN PALAWIJA VOL. 18 NO. 1, MEI 2020

dijabarkan kedalam peluang (opportunities/O) dan Vi = komoditas kacang hijau pada tingkat propinsi
ancaman (threats/T). Faktor internal dilakukan oleh
Vt = total komoditas tanaman pangan pada tingkat
petani sesuai kemampuannya, tetapi faktor eksternal
propinsi
diluar jangkauan petani untuk mengatasinya
(Nurpitasari et al. 2018). Tahapan analisis sebagai Jika LQ >1: komoditas kacang hijau sebagai basis
berikut: a). mengelompokkan data untuk diproses, atau menjadi sumber pertumbuhan memiliki
b). melakukan analisis SWOT, c). memasukkan data keunggulan komparatif, produksinya selain dapat
ke dalam matriks SWOT dengan menggunakan skor, memenuhi kebutuhan wilayah juga diekspor.
d). menganalisis strategi-strategi dari matriks SWOT Jika LQ=1: komoditas kacang hijau tergolong non
dengan berdasarkan posisi empat kuadran sebagai basis tidak memiliki keunggulan komparatif dan
acuan peta bisnis kacang hijau, dan e). mereko- hanya untuk memenuhi kebutuhan wilayah sendiri.
mendasikan strategi sebagai langkah eksekusi
Jika LQ <1: komoditas kacang hijau tergolong non
pengembangan kacang hijau untuk pihak pengelola.
basis dan produksi wilayah tidak mampu memenuhi
Dengan demikian metode analisis SWOT me- kebutuhan wilayah sendiri sehingga perlu mendapat
rupakan alat yang tepat untuk menemukan masalah pasokan dari wilayah lain.
dari empat sisi yang berbeda. Dengan saling ber-
Pada analisis pemasaran perlu didukung dengan
hubungannya empat faktor tersebut, maka analisis
perhitungan pangsa petani (farmer share) yaitu
ini memberikan kemudahan untuk mewujudkan visi
besarnya bagian yang diterima petani dari harga
dan misi dari suatu kegiatan penelitian pengembang-
yang dibayarkan konsumen.
an kacang hijau. Adapun tahapannya adalah: 1)
mengidentifikasi faktor S, W, O, dan T, 2) membuat
matrik IFAS (internal factor analysis strategy) atau
menghitung pengaruh faktor internal yaitu faktor
kekuatan (S) dan kelemahan (W) dengan meng- (Downey dan Erickson 1992).
gunakan pembobotan, 3) membuat matrik EFAS
Kriteria: jika farmer share (FS) 40% =
(external factor analysis strategy) atau menghitung
pemasarannya efisien, dan jika FS <40% =
pengaruh faktor eksternal yaitu faktor peluang (O)
pemasarannya tidak efisien.
dan ancaman (T) dengan menggunakan pem-
bobotan, 4) membuat matrik SFAS (strategy factor
analysis strategy) dengan memperhitungkan nilai HASIL DAN PEMBAHASAN
bobot dan rating pada semua faktor baik internal
maupun eksternal, 5) membuat posisi peta bisnis Analisis Ketersediaan dan
sebagai acuan pengembangan produk selanjutnya, Kesesuaian Lahan
dan 6) membuat grand strategy untuk mewujudkan Komoditas kacang hijau merupakan komoditas
keberhasilan pengembangan produk dalam hal ini pangan utama yang berada pada peringkat
komoditas kacang hijau di Sumba Timur NTT. pertama dengan nilai LQ 1,60 untuk wilayah NTT
Sebagai pendukung analisis dalam kajian ini (Nganji et al. 2018). Hal ini menunjukkan bahwa
digunakan analisis Location Quotient (LQ) dan pangsa komoditas tersebut memiliki potensi keunggulan
petani (farmer share) untuk pemasaran komoditas dan prospek pengembangan yang lebih tinggi dari
kacang hijau. LQ digunakan untuk mengetahui komoditas lainnya di Pulau Sumba, meskipun luas
tingkat spesialisasi sektor ekonomi di suatu wilayah panen dan produksi lebih kecil dari beberapa
yang memanfaatkan sektor basis atau leading sector. komoditas lain. Namun komoditas tersebut memiliki
LQ menghitung perbandingan share output ”sektor keunggulan karena penentuan komoditas unggulan
i” di kota atau kabupaten dan share output ”sektor adalah membandingkan luas panen dan produksi
i” di propinsi. Sektor unggulan di sini berarti sektor kecamatan dengan luas panen dan produksi
bisnis yang tidak akan habis apabila dieksploitasi oleh kabupaten (dalam indikator LQ). LQ>1 berarti
pemerintah wilayah. komoditas kacang hijau mampu memenuhi
kebutuhan wilayah dan berpeluang untuk
dimanfaatkan di luar wilayah yang bersangkutan.
(Hood, 1998 dalam Hendayana 2003) Menurut hasil penelitian Djaenudin et al. (2003),
dimana : Barus et al. (2014) dan Hastuti et al. (2018) bahwa
tanaman kacang hijau tidak cocok pada genangan
Yi = komoditas kacang hijau pada tingkat kabupaten air atau kondisi drainase buruk. Apabila selama
Yt = total komoditas tanaman pangan pada tingkat masa pertumbuhan tanaman kacang hijau
kabupaten

35
ROZI ET AL. : PROSPEK PENGEMBANGAN KACANG HIJAU BERDASARKAN PETA BISNIS DI SUMBA TIMUR NUSA TENGGARA TIMUR

mengalami kelebihan air, maka akan berdampak dua pola rantai pemasaran tersebut adalah FS=
pada produksi yang kurang optimal. Untuk (5.000/10.000) 100% = 50%. Artinya, pemasaran
menaikkan kelas kesesuaian lahan menjadi sangat kacang hijau di Sumba Timur masih dalam taraf
sesuai maka diperlukan perbaikan faktor pembatas efisien berdasarkan kriteria Downey dan Erickson
yang menjadi penghambat dalam budi daya (1992) dimana FS 40% termasuk efisien.
tanaman kacang hijau, dengan cara pembuatan
selokan. Usaha ini dilakukan agar kacang hijau sesuai Analisis Identifikasi
dalam pengembangannya. Faktor pembatas Faktor Lingkungan Strategis
ketersediaan oksigen dapat diperbarui dengan Analisis identifikasi faktor lingkungan strategis
perbaikan saluran drainase atau perbaikan dimaksudkan untuk mengetahui kondisi lingkungan
ketersediaan oksigen yang mencukupi yang dapat internal dan eksternal usahatani kacang hijau di
meningkatkan kelasnya sampai kelas terbaik. Sumba Timur.
Sehingga kondisi agroekosistem dan sumberdaya
di Sumba Timur dengan kondisi curah hujan yang Internal Factor Evaluation (IFE)
terbatas (2-3 bulan basah) berpotensi untuk budi Analisis lingkungan internal dilakukan untuk
daya kacang hijau. mengidentifikasi berbagai kekuatan (S) dan
Analisis Pemasaran Hasil kelemahan (W) dalam pengembangan usahatani
kacang hijau. Gambaran kekuatan (S) dan
Usahatani Kacang Hijau
kelemahan (W) yang dimiliki untuk pengembangan
Saluran pemasaran kacang hijau di Sumba Timur usahatani memberikan keunggulan kompetitif bagi
cukup sederhana (Gambar 1), sama seperti hasil usahatani tersebut.
pertanian lainnya misal kacang tanah (Rozi et al.
2016). Kekuatan (S)

Rantai pemasaran kacang hijau di Sumba Timur Faktor kekuatan terdiri atas:
mempunyai dua tipe. Tipe pertama, produsen atau a) Teknologi kacang hijau berupa varietas unggul
petani menjual hasil produksinya kepada pedagang Vima 1 hingga Vima 5 tersedia untuk mendukung
pengumpul di tingkat desa, selanjutnya ke pedagang pengembangan kacang hijau di Sumba Timur.
pengumpul dan pedagang pengumpul menjual ke Selama ini petani menanam varietas lokal dimana
pedagang besar. Tipe kedua, petani atau produsen panen dilakukan dua kali atau lebih karena
langsung menjual kepada pedagang pengumpul pemasakan polong tidak serempak. Varietas
kemudian pedagang pengumpul menjual kepada unggul Vima 1 hingga Vima 5 adalah varietas
pedagang besar tingkat kabupaten. Pedagang besar dengan ciri utama polong masak serempak dan
menjual kepada konsumen di pasar kabupaten dan umur genjah antara 52-57 hari. Dengan
menjual ke pedagang di luar kabupaten. Pedagang demikian biaya usahatani dapat lebih murah bila
pengumpul biasanya orang-orang yang diberi modal menggunakan varietas Vima karena panen cukup
oleh pedagang besar untuk menampung kacang dilakukan sekali. Varietas Vima 1 sampai Vima 5
hijau dari petani. Dengan kata lain, pedagang mempunyai kebaruan karakteristik, misalnya
pengumpul adalah mediator pedagang besar untuk varietas Vima 1 mempunyai kulit biji lunak, daging
mendapatkan barang. biji cepat empuk ketika direbus, dan tekstur
Margin pemasaran merupakan selisih harga yang bijinya sesuai dengan preferensi pengusaha
dibayar konsumen dengan harga yang diterima makanan (bubur kacang hijau, bakpia, dan onde-
petani produsen, yaitu selisih antara harga yang onde). Disamping itu, potensi hasil tinggi 1,76 t/
dibayarkan konsumen dengan harga yang diterima ha, umur genjah 57 hari, dan tahan penyakit
oleh petani pada tiap-tiap saluran pemasaran. embun tepung, mudah pemeliharaan dan
Margin pemasaran meliputi biaya transportasi, dipanen, kandungan protein tinggi 28,0%, lemak
pengepakan/penyortiran, retribusi, pengangkutan rendah 0,4%, dan pati tinggi 67,6%. Kehadiran
dan keuntungan pelaku pemasaran. Harga di tingkat varietas Vima ini menjadi alternatif petani dalam
petani berkisar antara Rp10.000-Rp15.000 per kg. memilih benih unggul kacang hijau dalam
Sedangkan harga di tingkat pedagang besar antara meningkatkan produksi kacang hijau.
Rp20.000-Rp25.000 per kg. Total margin pemasar- b) Kesesuaian tanaman kacang hijau dengan lahan
an pada pelaku pasar kacang hijau berkisar antara di Sumba Timur. Pemanfaatan keterbatasan
Rp5.000-Rp10.000 per kg atau 25-50%. musim tanam dengan bulan basah 2-3 bulan,
maka pemilihan dan kesesuaian komoditas
Dengan rantai pemasaran yang sederhana, maka
menjadi pertimbangan penting. Kondisi lahan
farmer share (FS) dari pemasaran kacang hijau pada

36
BULETIN PALAWIJA VOL. 18 NO. 1, MEI 2020

Gambar 1. Rantai pemasaran kacang hijau di Sumba Timur

dengan keterbatasan air, usahatani kacang hijau rendah 21,4%, modal usahatani yang terbatas 7,1%,
tersedia luas dan sangat prospektif dilakukan di kelompok tani yang pasif 7,1%, perilaku petani
Sumba Timur (Lidjang et al 2012). Pola pertanian ‘laggard’ 0% (Tabel 1).
selaras dengan alam atau agroekologi adalah pola
Berdasarkan nilai IFAS ditunjukkan bahwa
bertani yang mengedepankan aspek ramah
pengembangan usahatani kacang hijau di Sumba
lingkungan dan berkelanjutan. Dengan pijakan
Timur memiliki kekuatan lebih besar (5,3) di-
dasar ini, pertanian bukan sekedar melibatkan
bandingkan dengan kelemahan (1,9) sehingga
interaksi antara tanaman dan manusia sebagai
dengan sumberdaya yang ada, kacang hijau masih
petani, namun aktivitas pertanian juga melibatkan
memiliki peluang yang sangat baik untuk
banyak faktor, meliputi petani, hewan, lahan dan
dikembangkan.
tentu saja iklim dimana semuanya saling terkait.
Kelemahan (W) External Factor Evaluation (EFE)

a) Produktivitas rendah karena tidak ada perlakuan Analisis lingkungan eksternal dilakukan untuk
pada budi daya kacang hijau (tidak dipupuk, mengidentifikasi berbagai peluang (O) dan ancaman
tanpa aplikasi pestisida) dengan jarak tanam yang (T) dalam pengembangan usahatani kacang hijau,
tidak teratur, maka produktivitas yang dicapai sehingga petani responden dapat memanfaatkan
sekitar 200-400 kg/ha. peluang dan meminimalkan ancaman dalam
melakukan usahatani.
b) Ketiadaan perlakuan dalam budi daya kacang
hijau karena keterbatasan modal untuk Peluang (O)
usahatani.
a) Harga tinggi. Selama ini tingkat harga kacang
c) Kelompok tani pasif. Di Desa Rambangharu hijau di petani Rp15.000-Rp20.000 per kg, dari
Kecamatan Haharu tidak ada kelompok tani. penentuan harga awal panen sampai puncak
Petani melakukan usahatani sendiri-sendiri tanpa panen. Harga ini cukup menjanjikan dalam
bimbingan dan arahan dari kelompok. usahatani kacang hijau yang mendukung
d) Sifat ‘laggard’ pada perilaku petani. Sukar untuk pendapatan keluarga.
menerima inovasi karena sudah terpuaskan b) Permintaan kacang hijau tinggi di pasaran karena
dengan hasil yang sudah dicapai saat ini. Adopsi persediaan kurang. Hal ini dicerminkan dengan
teknologi kacang hijau ditentukan oleh partisipasi
petani itu sendiri.
Tabel 1.Hasil skor faktor internal dan faktor eksternal
Hasil analisis Internal Factor Analysis Summary usahatani kacang hjau di Sumba Timur,
(IFAS) menunjukkan bahwa faktor kekuatan (S) NTT 2018
memiliki pengaruh atau tingkat kepentingan tertinggi
dalam pengembangan komoditas kacang hijau di IFAS
Sumba Timur dengan nilai sebesar 5,3 yang didukung EFAS Kekuatan Kelemahan
oleh kontribusi dari ketersediaan teknologi baru (Strengths) (Weaknesses)
kacang hijau 28,6%, kesesuaian lahan untuk
Peluang Strategi S+O Strategi W+O
usahatani kacang hijau 35,7%. Sedangkan kelemah-
(Opportunities) 5,3+4,6 = 9,9 1,9+4,6 = 6,5
an (W) memiliki nilai sebesar 1,9 yang didukung
Ancaman Strategi S+T Strategi W+T
oleh kontribusi dari produktivitas kacang hijau yang (Threats) 5,3+2,6 =7,9 1,9+2,6 = 4,5

37
ROZI ET AL. : PROSPEK PENGEMBANGAN KACANG HIJAU BERDASARKAN PETA BISNIS DI SUMBA TIMUR NUSA TENGGARA TIMUR

kondisi harga di Sumba Timur yang berfluktuasi Sumba Timur memiliki nilai peluang yang lebih besar
dari Rp15.000 hingga Rp25.000 per kg. yaitu 4,6 dibandingkan dengan ancaman/tantangan
sebesar 2,6. Hal ini berarti dengan mengoptimalkan
Ancaman (T)
faktor kekuatan sumberdaya yang ada di Sumba
a) Kompetisi pemanfaatan lahan, yaitu adanya Timur, maka masih dapat mengatasi ancaman dalam
tanaman kompetitor pada satu musim yang sama. pengembangan kacang hijau untuk meraih peluang
Dengan periode musim tanam 3 bulan, yang terbuka (sangat besar).
komoditas kacang tanah juga banyak diusahakan
Dari perhitungan hasil skor di Tabel 1 dapat
petani. Sehingga kacang tanah sebagai pesaing
ditentukan letak peta bisnis pengembangan
kacang hijau di Sumba Timur.
komoditas kacang hijau seperti pada Tabel 2. Tata
b) Serangan hama penyakit. Hama Maruca testulalis letak peta bisnis berada pada kuadran I dengan
seringkali menyerang tanaman kacang hijau. koordinat (2,0; 3,4).
c) Kekeringan. Berdasarkan data 30 tahun (BMKG Berdasarkan matriks IFAS dan EFAS maka dapat
2019), maka kisaran kondisi iklim saat ini dipetakan pengembangan kacang hijau dalam aspek
terutama jumlah hari hujan tidak jauh berbeda. bisnis dan dirumuskan strateginya (Onyema et al.
Sehingga perlu ketepatan mempertimbangkan 2015). Rumusan strategi dapat dilihat pada Gambar
tanaman yang diusahakan. Tanaman kacang 2 dan Tabel 3.
hijau menjadi alternatif usahatani yang tepat
dengan karakteristik sifat tumbuhnya. Jumlah skor yang diperoleh berdasarkan evaluasi
faktor internal dan eksternal diketahui bahwa skor
d) Kelangkaan tenaga kerja (dengan menggunakan
tertinggi berada pada kuadran I (2,0;3,4) men-
sistem gotong royong). Kegiatan usahatani
dukung strategi Agresif yang berarti usaha pe-
dilakukan dengan sistem gotong royong dengan
ngembangan komoditas kacang hijau di Sumba
cara bergiliran setiap petani pemilik lahan,
Timur berada di lingkungan internal yang sangat
sehingga menambah waktu dalam menunggu
baik, dimana memiliki faktor kekuatan berupa
giliran. Dengan keterbatasan musim tanam yang
teknologi baru kacang hijau yang telah tersedia dan
pendek, hal ini akan menimbulkan masalah
kesesuaian lahan untuk berusahatani kacang hijau
berkaitan dengan kebutuhan air untuk tanaman.
yang mendukung dalam pengembangannya. Selain
e) Infrastruktur (sarana dan prasarana produksi), itu, memiliki pengaruh eksternal (lingkungan) yang
fasilitas dan akses komunikasi ke petani tidak ada sangat mendukung yaitu peluang yang cukup besar
sehingga diseminasi/sosialisasi inovasi kacang hijau berupa tingkat harga dan permintaan kacang hijau
kurang. Fasilitas penanggulangan kekeringan dan tinggi.
prasarana dan sarana untuk memperpanjang
waktu tanam seperti embung tidak tersedia. Hasil di atas selaras dengan prediksi tren pasar
kacang hijau global yang mengalami fase per-
Hasil analisis Eksternal Factor Analysis Summary tumbuhan pada tahun 2019 dan pasarnya
(EFAS) (Tabel 1) menunjukkan bahwa faktor didominasi oleh negara Pakistan, India, China,
peluang (O) memiliki pengaruh atau tingkat Korea, Nepal, Amerika Serikat, Kanada, Vietnam
kepentingan tertinggi dalam pengembangan dan kajian pasar kacang hijau sangat prospektif di
komoditas kacang hijau di Sumba Timur dengan beberapa negara (Marketwatch 2019; Habte et al.
nilai sebesar 4,6 yang didukung dari kontribusi harga 2018; Rani et al.2018). Berdasarkan analisis peta
kacang hijau tinggi 35,7%, permintaan tinggi terbuka posisi pengembangan kacang hijau tersebut dapat
28,6%. Sedangkan ancaman/tantangan (T) memiliki disusun strategi pencapaiannya (Tabel 3).
nilai sebesar 2,6 yang didukung oleh tanaman
kompetitor 14,3%, gangguan hama dan penyakit Strategi jangka pendek yang perlu dijalankan
(0%), kelangkaan tenaga kerja 7,1%, dan infra- adalah strategi S-O yang terletak pada kuadran I,
struktur belum memadai 14,3%. Dari nilai EFAS yaitu peningkatan kapasitas (volume) hasil dengan
ditunjukkan bahwa pengembangan kacang hijau di pengelolaan intensif usahatani kacang hijau

Tabel 2. Data ordinat sektor SWOT untuk menentukan posisi pengembangan bisnis komoditas kacang hijau di Sumba
Timur

Ordinat Faktor SWOT Posisi pengembangan bisnis


Kekuatan (S) Kelemahan (W) Peluang (O) Ancaman (T)
5,3 1,9 4,6 2,6 X = O–T=4,6-2,6 = 2,0
Y=S–W=5,3-1,9 = 3,4

38
BULETIN PALAWIJA VOL. 18 NO. 1, MEI 2020

Gambar 2. Posisi kekuatan bisnis kacang hijau di Sumba Timur

menggunakan teknologi baru (varietas dan teknik beratkan kepada penguatan dan antisipasi per-
budi daya). masalahan, hambatan dan ancaman yang ada
dengan tetap mengkondisikan peluang dalam
Balitbang Pertanian telah merilis lima varietas
pengembangan kacang hijau di Sumba Timur.
unggul kacang hijau dengan nama Vima 1 sampai
Vima 5 mempunyai karakter umur genjah, polong Alternatif Implementasi Hasil
masak serempak. Karakter unggul tersebut selaras
yang dikehendaki petani karena memudahkan Model yang ditawarkan untuk pengembangan
dalam perawatan dan efisien tenaga kerja karena kacang hijau di Sumba Timur adalah model
tidak harus berkali kali panen sebagaimana varietas pengembangan kawasan usahatani kacang hijau
lokal yang panennya 2-3 kali.Varietas unggul baru berbasis korporasi. Pola pengembangan kawasan
Vima 2 dan Vima 3 masing-masing berumur genjah mempunyai dua target, yakni memperluas skala
(56 hari) dengan potensi hasil 2,44 t/ha dan 2,11 usaha yang sudah ada, mengembangkan kawasan
t/ha. Varietas Vima 3 yang ditanam di lahan petani baru yang memiliki potensi untuk dikembangkan
di Belu NTT pada MK 2015 mampu menghasilkan dan secara bertahap dapat mencapai skala
biji kering sekitar 2,5 t/ha. Pengembangan kacang pengembangan minimum pada wilayah tersebut.
hijau secara besar-besaran masih terbuka luas Pengembangan kawasan dirancang untuk me-
terutama untuk daerah-daerah dengan iklim kering, ningkatkan efektivitas kegiatan berusahatani,
misalnya di kawasan Indonesia Timur seperti NTT mendorong efisiensi pembiayaan, dan mendukung
(Balitkabi 2016). kesinambungan usahatani komoditas strategis di
wilayah yang bersangkutan (Badan Litbang
Strategi jangka panjang dapat diterapkan ke tiga Pertanian 2015; 2018).
macam strategi yaitu W+O, S+T, dan W+T agar
pengembangan kacang hijau tetap pada skala usaha Korporasi petani sebagai model kelembagaan
bisnis yang menguntungkan dengan pertumbuhan kerja sama ekonomi kelompok petani dengan
yang agresif (Tabel 2). orientasi agribisnis melalui konsolidasi lahan menjadi
satu hamparan, tetapi dengan menjamin kepemilik-
Operasionalisasi dari strategi yang telah an lahan masing-masing petani. Dengan korporasi
dirumuskan dapat dirinci seperti pada Tabel 4. petani, pengelolaan sumber daya bisa lebih optimal
Macam kegiatan dan obyek sasaran untuk men- karena dilakukan secara lebih terintegrasi, konsisten,
dukung agribisnis kacang hijau dengan lebih menitik- dan berkelanjutan sehingga terbentuk usaha yang

39
ROZI ET AL. : PROSPEK PENGEMBANGAN KACANG HIJAU BERDASARKAN PETA BISNIS DI SUMBA TIMUR NUSA TENGGARA TIMUR

Tabel 3. Matriks alternatif strategi pengembangan komoditas kacang hijau di Sumba Timur

Kekuatan (Strengths) Kelemahan (Weaknesses)

IFE 1.Teknologi kacang hijau tersedia 1. Produktivitas kacang hijau rendah


2.Lahan sesuai untuk kacang hijau 2. Modal usahatani terbatas
EFE 3. Kelompok tani pasif
4. Petani puas dengan keadaan ‘laggard’
Peluang (Opportunities) Strategi S+O Strategi W+O
1. Harga kacang hijau tinggi Peningkatan kapasitas (volume) hasil Meningkatkan motivasi petani
2. Permintaan kacang hijau dengan pengelolaan intensif usahatani berusahatani kacang hijau mengingat
tinggi kacang hijau menggunakan teknologi permintaan tinggi dan terbuka peluang
baru (varietas dan teknik budi daya) peningkatan produksi
(S1, S2, O1, O2) (W1, W3, W4, O1,O2)
Ancaman (Threats) Strategi S+T Strategi W+T
1. Infrastruktur rendah 1.Memanfaatkan potensi dan sumberdaya 1.Peningkatan peran kelompok tani
2. Kelangkaan tenaga kerja yang ada dalam peningkatan produksi dalam mendukung peningkatan
3. Serangan hama dan kualitas kacang hijau untuk produksi dan modal kerja usahatani
4. Tanaman kompetitor memenangkan persaingan (W1, W2, W3, W4, T2, T3)
(S1, S2, T1, T2, T4)
2. Mengupayakan penggunaan teknologi 2.Mengupayakan bantuan dari
dan infrastruktur guna meningkatkan pemerintah/swasta untuk akses
produksi dan pemasaran untuk pembiayaan infrastruktur dan modal
meningkatkan pendapatan kerja usahatani
(S1, S2, T1, T3, T4) (W2, W3, T1, T2)

Tabel 4. Operasionalisasi strategi diimplementasikan ke dalam kebijakan dan sasaran

Strategi Kebijakan operasional Sasaran


Peningkatan kapasitas (volume) hasil untuk Perbaikan distribusi benih varietas Petugas, petani, kelompok tani
pengelolaan intensif usahatani kacang hijau unggul kacang hijau
dengan penggunaan teknologi baru (varietas Demfarm teknologi kacang hijau Petani, kelompok tani
dan teknik budi daya). di lapang
Peningkatan motivasi dan kapasitas petani Pelatihan teknologi budi daya Petani, kelompok tani
dalam teknologi pola tanam kacang hijau kacang hijau umur genjah
Penguatan kelembagaan petani Petani, kelompok tani
(kelompok tani, gapoktan)
Efektivitas dana alokasi desa Pemerintah, petani,
kelompok tani
Mengupayakan bantuan dari pemerintah/ Bantuan finansial dengan skim Bank
swasta untuk pembiayaan infrastruktur mudah
dan modal kerja usahatani

Mengupayakan penggunaan teknologi dan Meningkatkan dan menumbuh- Petani, kelompok tani,
infrastruktur guna meningkatkan akses kembangkan peran kelompok tani pedagang
produksi dan pemasaran untuk dan penangkar di desa
meningkatkan pendapatan

lebih efisien, efektif dan memiliki standar mutu tinggi kawasan, secara agroklimat dan agrosistem akan
mendorong pertumbuhan ekonomi di pedesaan. seragam secara kualitas dan kuantitas dan
Kenapa harus korporasi karena pengusaha berkembang keberlanjutan komoditas di daerah
membutuhkan jumlah/kuantitas banyak dengan tersebut. Terjadi keutuhan sistem dan usaha agribisnis
kualitas yang seragam. Kontinuitas (keberlanjutan) secara terintegrasi hulu-hilir.
hanya bisa dipasok langsung oleh petani dalam Faktor yang mendukung keberhasilan Kabupaten
kawasan pertanian tersebut. Karena dalam satu Sumba Timur nantinya dengan penerapan model

40
BULETIN PALAWIJA VOL. 18 NO. 1, MEI 2020

kawasan kacang hijau berbasis korporasi adalah 1) Balitkabi 2016. Pemanfaatan Varietas Unggul Kacang
aspek teknis yaitu potensi wilayah berdasar hasil Hijau untuk Peningkatan Produksi. http://
analisis SWOT layak dikembangkan, dan 2) aspek balitkabi.litbang.pertanian.go.id/infotek/pemanfaatan-
pengelolaan yaitu memungkinkan mekanisasi masuk varietas-unggul-kacang-hijau- untuk-peningkatan-
karena penguasaan lahan petani relatif luas. Dengan produksi/ (Diakses 1 Agustus 2019)
mekanisasi efiesiensi usaha dapat dijalankan. Akses Balitkabi 2017. Deskripsi varietas unggul aneka kacang
ekonomi lebih mudah dibuka karena dengan dan umbi. Balitkabi, Badan Litbang Pertanian.
memperbaiki infrastruktur dari dukungan Barus WA, Khair H, Siregar MA.2014. Respon
pemerintah daerah, maka modal usaha lebih mudah pertumbuhan dan produksi kacang hijau (Phaseolus
disalurkan oleh pihak swasta maupun BUMN. radiatus L.) akibat penggunaan pupuk organik cair
dan pupuk TSP. Agrium. Jurnal Ilmu Pertanian 19(1):
Dukungan yang terpenting dalam model
1-11.
pengembangan kawasan kacang hijau tersebut
adalah dari pihak pemerintah (Pemda). Pemerintah BMKG. 2019. Informasi Klimatologi di Stasiun
Daerah diharapkan mendorong agar korporasi Meteorologi Umbu Mehang Kunda. Sumba Timur.
pertanian tersebut tetap berjalan sehingga dapat ht t p : / / m e t e o w a i n g a p u . c o m /informasi_
klimatologi.html. (Diakses 17 April 2019).
terjadi penguatan kontribusi sektor pertanian dalam
perekonomian wilayah. BPS NTT 2016. Provinsi Nusa Tenggara Timur dalam
Angka 2016. Jakarta
KESIMPULAN Djaenudin D, Marwan H, Subagjo H, Hidayat, A. 2003.
Petunjuk teknis evaluasi lahan untuk komoditas
Potensi pengembangan kacang hijau di Sumba pertanian (Edisi Pertama). Bogor: Balai Penelitian
Timur cukup besar karena didukung faktor internal Tanah, Puslitbangtanak, Badan Penelitian dan
dan eksternal yang kuat, yaitu teknologi kacang hijau Pengembangan Pertanian.
telah tersedia dan lahan yang tersedia sesuai untuk Downey WD, Erickson SP. 1992. Manajemen
bertanam kacang hijau, serta harga dan permintaan Agribisnis.Erlangga, Jakarta.
pasar kacang hijau tinggi. Faktor internal serta Habte E, Alemu D, Yirga C. 2018. Production and
eksternal yang berpeluang menjadi penghambat marketing of major lowland pulses in Ethiopia: review
pengembangan adalah produktivitas rendah, modal of developments, trends and prospects. Ethiopian.
usahatani terbatas, kelompok tani pasif dan merasa Journal Crop of Science. Special Issue. 6(3): 453-
puas dengan keadaan yang ada (‘laggard’), serta 465.
infrastruktur rendah, kelangkaan tenaga kerja, Hastuti DP, Supriyono S, Hartati S. 2018. Pertumbuhan
serangan hama, dan adanya tanaman kompetitor. dan hasil kacang hijau (Vigna radiata L.) pada
Meskipun demikian, faktor kekuatan dan peluang beberapa dosis pupuk organik dan kerapatan tanam.
yang dimiliki mampu mengatasi faktor-faktor yang Caraka Tani: Journal of Sustainable Agriculture 33(2):
menjadikan timbulnya hambatan maupun ancaman 89-95.
dalam pengembangan. Hendayana R. 2003. Aplikasi metode location quotient
Strategi jangka pendek yang dapat dilakukan (LQ) dalam penentuan komoditas unggulan nasional.
adalah peningkatan kapasitas (volume) hasil dengan Jurnal Informatika Pertanian 12(1): 658-675
pengelolaan intensif usahatani kacang hijau Lidjang IK, Bora CY, Pohan A. 2012. Prospek dan
menggunakan teknologi baru (varietas dan teknik kendala perbenihan kacang-kacangan di Nusa
budi daya). Model yang ditawarkan untuk Tenggara Timur. Hlm 453-465. Dalam: Rahmianna
pengembangan kacang hijau di Sumba Timur NTT AA, Yusnawan E, Taufiq A, et al. (eds). Prosiding
adalah model pengembangan kawasan usahatani Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan
kacang hijau berbasis korporasi. Umbi Tahun 2011 Puslitbangtan. Bogor
Marketwatch. 2019. Mung bean market 2019 trend
DAFTAR PUSTAKA analysis with progressive insights and industry value
chain features 2023. https://www.marketwatch.com/
Arsyadmunir A. 2016. Periode kritis kekeringan pada press-release/mung-bean-market-2019-trend-analysis-
pertumbuhan dan produksi kacang hijau (Vigna with-progressive-insights-and-industry-value-chain-
radiata L.). Agrovigor 9(2): 132-140. features. (Diakses 27 Agustus 2019).
Badan Litbang Pertanian. 2015. Pembangunan Pertanian Meyo ESM, Liang D. 2012. SWOT analysis of cassava
Berbasis Ekoregion. IAARD Press, Jakarta. sector in Cameroon. International Journal of
Badan Litbang Pertanian. 2018. Mewujudkan Pertanian Economics and Management Engineering 6(11):
Berkelanjutan: Agenda Inovasi Teknologi dan 2785-2791
Kebijakan. IAARD Press, Jakarta.

41
ROZI ET AL. : PROSPEK PENGEMBANGAN KACANG HIJAU BERDASARKAN PETA BISNIS DI SUMBA TIMUR NUSA TENGGARA TIMUR

Murdolelono B. 2012. Teknologi tanaman kacang- Radjit BS, Prasetiaswati N. 2012. Prospek kacang hijau
kacangan untuk petani di NTT. Hlm 825-835. Dalam pada musim kemarau di Jawa Tengah. Buletin
Widjono A, Hermanto, Nugraheni N, et al. (eds). Palawija (24): 58-68.
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Rangkuti F. 1998. Analisis SWOT: Teknik Membedah
Kacang dan Umbi Tahun 2011. Puslitbangtan. Bogor Kasus Bisnis. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Nganji MU, Simanjuntak BH, Suprihati S. 2018. Evaluasi Rani S, Schreinemachers P, Kuziyev B. 2018. Mungbean
kesesuaian lahan komoditas pangan utama di as a catch crop for dryland systems in Pakistan
Kecamatan Umbu Ratu Nggay Barat Kabupaten and Uzbekistan: A situational analysis. Cogent Food
Sumba Tengah. Agritech 38(2): 172-177. & Agriculture 4 (1): 1499241.
Nurpitasari D, Waluyati LR, Mulyo J.H 2018. The Rozi F, Sutrisno I, Rahmianna AA. 2016. Peluang
development strategy of soybean agribusiness in PT. pengembangan kacang tanah di lahan kering Nusa
Lentera Panen Mandiri. Agro Ekonomi 29(1): 32-48. Tenggara Timur. Buletin Palawija 14(2): 71-77
Onyema M, Osuagwu N, Ekpenyong S. 2013. An Subandi, Anwari, Iswanto R. 2007. Peluang
application of SWOT analysis in development of pengembangan varietas unggul kacang hijau asal galur
underutilized plant species in a rural hot spur in Africa. MMC 157d- KP-1 di Nusa Tenggara Timur. Prosiding
International Journal of Science and Research. ISSN Seminar Nasional Komunikasi Hasil-Hasil Penelitian
(Online) 4(6): 2319-7064. Pertanian dan Peternakan dalam Sistem Usahatani
Lahan Kering. BBP2TP Bogor.

42

Anda mungkin juga menyukai