PENDAHULUAN
depan, karena permintaan akan bahan-bahan yang berasal dari ternak akan terus
mudah hidup dan subur dibawah lingkungan yang bervariasi serta mudah
sistem pemeliharaan yang tradisional oleh petani peternak belum dapat memberikan
hasil berat badan yang memuaskan. Hal ini disebabkan karena pemberian hijauan
hanya terdiri dari rumput lapang atau makanan lainnya yang kualitasnya rendah,
karena tidak mengandung gizi yang lengkap (Rivani, 2004). Selanjutnya ditambahkan
pula Murtidjo (1993) yang menyatakan bahwa ternak kambing dengan sifat alaminya
1
adalah petani yang berpenghasilan rendah sebab ternak kambing sendiri memiliki
sifat yang dapat beranak kembar dan fasilitas serta pengelolaannya lebih sederhana
sebagai tempat pengembangan ternak kambing. Hal ini dikarenakan adanya daya
dukung kesesuaian iklim dan akses ke berbagai daerah konsumen lebih mudah.
ketersediaan lahan yang luas sehingga ketersediaan pakan ternak dapat terpenuhi dan
kemampuan penduduk dalam menanganai ternak ini. Salah satu fungsi untuk beternak
kambing adalah mensejahterakan hidup petani peternak dan sekaligus sebagai sumber
protein hewani. Salah satu kecamatan yang memiliki populasi kambing terbanyak di
Kabupaten Jeneponto adalah kecamatan Tamalatea. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1
2
Pada Tabel 1. Terlihat bahwa populasi ternak kambing di kabupaten
kecamatan yang memiliki populasi tertinggi dari keseluruhan kecamatan yang ada di
Jeneponto yaitu dengan jumlah 12,169 ekor pada tahun 2010 ekor.
Tamalatea memiliki populasi yang berbeda dan bervariasi pada setiap desa/kelurahan.
Desa Borongtala merupakan desa yang paling banyak jumlah populasi ternak
kambingnya yaitu 2130 ekor dan yang paling sedikit terdapat di desa Manjangloe.
Desa Borongtala diambil sebagai tempat penelitian karena desa tersebut memiliki
3
banyak populasi ternak kambing selain itu juga sebagai tempat pengembangan ternak
kambing.
dengan skala pemilikan kecil (small holders). Kebanyakan ternak kambing dipelihara
apa adanya tanpa perencanaan jelas untuk lebih berkembang, produktif, dan
kebutuhan lokal pun cukup tinggi. Apabila produktivitasnya tidak ditingkatkan dan
dikembangkan secara komersial dan dalam skala yang besar, dikhawatirkan terjadi
penurunan populasi dan akan mempengaruhi skala usaha peternak. Salah satu cara
modal serta ditunjang dengan beberapa hal seperti jumlah induk, jumlah kelahiran,
perayaan hari besar agama (hakekah) dan perayaan adat istiadat daerah setempat serta
yaitu dagingnya yang diolah menjadi makanan seperti sate dan gulai kambing.
pemasaran.
4
Pemasaran ternak kambing di Desa Borongtala, Kecamatan Tamalatea
Kabupaten Jeneponto, di hadapkan beberapa masalah antara lain : harga dan biaya
pemasaran. Para peternak selalu berpatokan dengan harga jual yang ditawarkan oleh
paling rendah. Hal tersebut terjadi dikarenakan peternak tidak memiliki kekuatan
memiliki informasi yang lengkap mengenai harga jual dipasaran. Selain itu, jauhnya
lokasi pemasaran dari sentra produksi memungkinkan timbulnya resiko para peternak
seandainya peternak menjual hasil ternaknya langsung kepada konsumen akhir, yaitu
berupa biaya transpotasi. Sedangkan jika menjual hasil panen di daerah produksinya,
peternak menghadapi resiko harga penjualan terlalu rendah. Untuk itu peneliti tertarik
Kabupaten Jeneponto?
3. Saluran pemasaran mana yang paling efisien pada pemasaran ternak kambing di
5
1.3. Tujuan Penelitian
3. Untuk mengetahui saluran pemasaran mana yang paling efisien pada pemasaran
1. Sebagai bahan informasi bagi para pelaku pemasaran atau lembaga pemasaran
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kambing adalah ternak yang pertama kali didomestikasi oleh manusia atau
yang kedua setelah anjing. Hal ini sering dibuktikan dengan ditemukannya gambar
kambing pada benda - benda arkhaelog di Asia barat seperti Jericho, Choga Mami
Jeintun, dan Cayonum pada tahun 6000-7000 SM. Kambing atau sering dikenal
sebagai ternak ruminansia kecil merupakan ternak herbivora yang sangat popoler di
kalangan petani Indonesia, terutama yang tinggal di pulau jawa. Oleh peternak,
kambing sudah lama diusahakan sebagai usaha sampingan atau tabungan karena
dihasilkan dari ternak kambing yaitu, daging, susu, kulit, bulu, dan kotoran sebagai
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Ordo
Famili : Bovidae
Subfamili : Carpinae
Genus : Capra
7
Bangsa utama kambing yang ditemukan di Indonesia adalah kambing kacang
dari peranakan ettawa (PE). Kambing kasmir, angora dan saanen telah diintroduksi
pada waktu masa lampau. Namun hanya, kambing ettawa yang dapat beadaptasi
dengan kondisi dan sistem pertanian indonesia. Sedangkan kambing kambing yang
banyak ditemukan di Sulawesi adalah jenis kambing marica yang merupakan variasi
Dari hasil penelitian, semua jenis kambing yang hidup di zaman ini adalah
keturunan dari kambing yang hidup dilereng pegunungan. Kambing liar tersebut
merupakan binatang yang penuh gairah hidup dan lincah serta mempunyai kesukaan
mendaki. Para ahli juga menyatakan, bahwa ada tiga jenis kambing liar yang diduga
sebagai cikal bakal atau nenek moyang dari seluruh jenis kambing yang sekarang
dipelihara orang yaitu Caprahircus, Capra falconeri dan Capra prisca (Muljana,
2001).
1. Kambing Kacang
cepat, bahkan pada umur 15-18 bulan sudah dapat menghasilkan keturunan. Kambing
Kambing kacang bersifat prolifik (sering melahirkan anak kembar 2 atau 3),
lincah, dan tahan terhaddap berbagai kondisi, dan mampu beradaptasi dengan baik di
8
sederhana. Bulu kambing kacang cukup pendek dan berwarna hitam, cokelat, putih,
dan susu (perah). Penampilan kambing PE mirip dengan kambing ettawa, tetapi
Karakteristik kambing PE, antara lain bentuk muka cembung melengkung dan
dagu berjanggut, terdapat gelambir di bawah leher yang tumbuh dari sudut janggut,
telinga panjang, lembek, menggantung, dan ujungnya agak berlipat, ujung tanduk
belakang sedangkan bulu tumbuh panjang di bagian leher, pundak, punggung, dan
3. Kambing Gembrong
menjadi ras tersendiri di Bali. Kambing ini berwarna putih, jantan dan betinanya
bertanduk, telinga rebah, serta bulunya lebat dan panjang (terkenal dengan istilah
kandang.
9
4. Kambing Anglo Nubian
Kambing anglo nubian berasal dari daerah Nubia di Timur Laut Afrika. Ciri-
ciri kambing ini yaitu bobot tubuh cukup besar, telinga menggantung, dan ambing
besar. Bulunya berwarna hitam, merah, cokelat, putih, atau kombinasi warna-warna
tersebut. Bobot badan kambing jantan mencapai 90 kg dan kambing betina 70 kg.
5. Kambing Boer
Kambing boer berasal dari Afrika Selatan dan telah masuk ke Indonesia sejak
65 tahun lalu. Kambing boer adalah kambing pedaging terbaik di dunia. Pada umur 5-
6 bulan, berat badan kambing ini sudah mencapai 35-45 kg dan sudah siap untuk
dipasarkan. Namun, jika dibiarkan sampai usia dewasa (2-3 tahun), bobot badan
Kambing boer bertubuh panjang dan lebar, keempat kaki sangat pendek,
warna kulit cokelat, berbulu putih, berkaki pendek, berhidung cembung, bertelinga
panjang menggantung, serta kepala berwarna cokelat kemerahan atau cokelat muda
hingga cokelat tua. Beberapa kambing boer memiliki garis putih ke bawah di
wajahnya. Kambing ini mudah beradaptasi dengan lingkungan baru, dan memiliki
dengan kambing lokal Indonesia. Istilah “kambing boer bangsa murni” akan
digunakan oleh registrasi kambing boer Indonesia jika seekor kambing sudah
mencapai paling tidak generasi kelima baik dari sisi induk maupun pejantan,
berdasarkan catatan silsilahnya. Salah satu contoh hasil persilangan kambing boer
10
adalah boerka yang merupakan hasil persilangan dengan kambing kacang.Kambing
merupakan salah satu ternak yang cukup andil memberikan keuntungan besar dalam
sebagai tabungan, juga merupakan ternak yang banyak andilnya sebagai penghasil
daging. Daging kambing sangat disukai oleh sebagian besar masyarakat karena
rasanya enak dan gurih serta bergizi tinggi. Bila hal ini dibandingkan dengan ternak
lain, daging kambing memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi (Hartadi, dkk.
1986).
Tabel 3. Kandungan Gizi dalam Tiap 100 Gram Daging dari Beberapa Jenis
Daging
Jenis daging Kalori (Cal) Protein (grm) Lemak (grm)
rendah sebab ternak kambing sendiri memiliki sifat yang dapat beranak kembar dan
kecil, hewan pemamah biak, dan merupakan hewan mamalia yang menyusui anak-
11
industri kulit, misalnya sepatu, kerajinan dan lain-lain. Selain itu, jenis kambing
tertentu misalnya kambing Ettawa dan Saanen, juga dapat menghasilkan air susu
yang mempunyai nilai gizi tinggi yang dapat dikomsumsi oleh masyarakat (Cahyono,
1998).
domba. Namun, ada sedikit perbedaan yang kita amati. Kambing tidak suka
mudah hidup dan subur dibawah lingkungan yang bervariasi serta mudah
sistem pemeliharaan yang tradisional oleh petani peternak belum dapat memberikan
hasil berat badan yang memuaskan. Hal ini disebabkan karena pemberian hijauan
hanya terdiri dari rumput lapang atau makanan lainnya yang kualitasnya rendah,
Bibit kambing yang baik dalam jumlah cukup akan memiliki peran yang besar
sate kambing. Selain untuk memenuhi permintaan daging kambing di dalam negeri,
usaha peternakan kambing memiliki peluang ekspor yang sangat besar. Untuk
12
peningkatan produktivitas ternak kambing. Peningkatan kambing induk yang
2011).
bagi peternak karena cepat berkembang biak. Selain itu, juga tidak memerlukan
modal yang banyak dan cara pemeliharaannya sangat mudah. Hal ini sangat didukung
akan berbagai tanaman yang bisa dimanfaatkan sebagai sumber pakan ternak
ayam, itik maupun lembu. Pemeliharaan kambing tidak menuntut banyak persyaratan
khusus dalam pemeliharaan. Kemudian, satu faktor yang sangat penting dan
menggembirakan adalah hampir setiap orang suka daging kambing, juga banyak
masakan-masakan yang dibuat dengan bahan utama daging kambing. Selain itu
kambing juga menghasilkan susu yang dapat diminum dan mempunyai khasiat hebat
menawarkan, dan menukarkan produk yang bernilai satu sama lain. Proses pertukaran
ini memerlukan banyak tenaga dan keterampilan. Manajemen pemasaran terjadi bila
13
setidaknya satu pihak dalam pertukaran potensial memikirkan sasaran dan cara
mendapatkan tanggapan yang dia kehendaki dari pihak lain (Kotler, 1998).
memdistribusikan barang dan jasa yang memuaskan kebutuhan, baik kepada pembeli
merupakan keragaan dari semua aktivitas bisnis dalam aliran barang atau jasa
komoditas pertanian mulai dari titik produksi (petani) sampai ke tangan konsumen.
untuk mempermudah penyaluran dan memberikan kepuasan yang lebih tinggi kepada
diperlukan untuk menggerakkan produksi mulai dari produsen utama hingga sampai
ke konsumen akhir.
disebut tataniaga karena niaga identik dengan barang dagang sehingga berarti segala
14
komponen yang terlibat yaitu produsen, lembaga pemasaran dan konsumen serta
lembaga lain yang langsung atau tidak langsung terlibat didalamnya. Sejauh mana
tiap komponen tersebut terlibat dalam sistem pemasaran komoditi pertanian rakyat
tergantung pada aktivitas mereka dalam membina sistem pemasaran yang sedang
berlaku. Pada tiap tingkat waktu, kegiatan komponen tersebut akan menentukan
variabel yang merupakan inti dari system pemasaran, yakni produk, struktur harga,
kegiatan promosi, dan sistem distribusi yang dapat menciptakan dan mendorong
manusia. Jadi defenisi pemasaran adalah semua kegiatan manusia yang diarahkan
kebutuhan kerja. ,erancang produk yang tepat menemukan harga yang tepat,
sebagainya semua kegiatan tersebut merupakan nilai dari pemasaran yang dikenal
dari fungsi pemasaran yang terdiri atas fungsi pertukaran, fungsi fisik, dan fungsi
15
Menurut Swastha (1993), sistem pemasaran adalah kumpulan lembaga-
lembaga yang melakukan tugas pemasaran barang, jasa, ide orang, dan faktor-faktor
Menurut Dahl dan Hammond (1977), secara garis besar pasar merupakan
tempat sejumlah lingkungan atau tempat dimana, (1) kekuatan permintaan dan
penawaran saling bertemu, (2 )terbentuknya harga dan perubahan harga terjadi, (3)
terjadinya pemindahan kepemilikan barang dan jasa dan, (4) beberapa susunan fisik
promosi dan penetapan harga jual untuk barang, jasa dan gagasan (Mubyarto, 1997).
pemindahan hak milik dan fisik dari tangan produsen ke tangan konsumen, termasuk
adanya kegunaan hak milik yang menyebabkan pemasaran merupakan kegiatan yang
konsumsi masyarakat terhadap berbagai jenis produk yang dipasarkan. Upaya ini
menjadi salah satu sasaran karena dengan tingkat komsumsi masyarakat yang tinggi
16
akan berimplikasi kepada peningkatan volume penjualan dan pada gilirannya akan
ekonomi secara makro dan selanjutnya akan memperbaiki kualitas hidup masyarakat,
meningkatkan daya beli potensial dan merangsang peningkatan investasi pada sektor-
sektor produktif, baik dibidang pertanian maupun di bidang lainnya yang terkait
bekerja sendiri untuk memasarkan produksinya, maka mereka memerlukan pihak lain
atau lembaga pemasaran yang lain untuk membantu memasarkan produksi pertanian
pemasaran itu berbeda. Jadi harga tingkat petani/peternak akan rendah dari pada
harga ditingkat pedagang perantara dan harga dipedagang perantara juga akan lebih
satu sampai beberapa golongan pedagang perantara. Pedagang perantara ini dikenal
sebagai saluran tataniaga (marketing Chanel). Tegasnya saluran tataniaga terdiri dari
pedagang perantara yang membeli dan menjual barang dengan tidak menghiraukan
17
apakah mereka itu memiliki barang dagangan atau hanya bertindak sebagai agen dari
dan terlibat dalam penyaluran produk sejak dari produsen sampai konsumen.
terlibat dalam proses untuk menjadikan suatu barang dan jasa untuk di gunakan atau
ke konsumen. Hal ini megatasi kesenjangan waktu, tempat, dan pemilikan yang
barang yang dihasilkan oleh suatu perusahaan harus disampaikan ke konsumen baik
secara langsung maupun tidak langsung, sebelum transaksi jual beli antara penjual
penyalur yang akan menyampaikan barang atau jasa kepada calon konsumennya.
Pada dasarnya beberapa macam lembaga penyalur yang dapat dipilih oleh seseorang
secara alami. Biasanya pola ini banyak dilakukan oleh peternak yang ingin berusaha
pedagang besar atau pasar-pasar yang telah ada. Salah satu pola tersebut yaitu :
18
- Pola 1 : Peternak/Produsen – Konsumen
Hewan – Eksportir/konsumen.
mendekati pembeli akhir disebut sebagai tingkat saluran. Karena produsen dan
pelanggan akhir melakukan kerja sama, maka keduanya merupakan bagian dari setiap
saluran pemasaran. Dalam pemasaran terdapat empat kegiatan saluran distribusi yaitu
1. Jarak antara produsen ke konsumen. Makin jauh jarak antara produsen dan
2. Cepat tidaknya produk rusak. Produk yang cepat atau mudah rusak harus
jumlah produk yang dihasilkan berukuran kecil pula, hal ini tidak
19
menguntungkan bila produsen langsung menjualnya ke pasar. Dalam keadaan
komoditinya. Pasar kaki lima merupakan saluran pemasaran yang paling sederhana,
lanjut pada tingkat saluran pemasaran yang berbeda dan melalui banyak perusahaan
2. 4. Lembaga Pemasaran
konsumen akhir, serta mempunyai hubungan dengan badan usaha atau individu
memperoleh komoditi yang sesuai dengan waktu (time utility), tempat (place utility),
dan bentuk (form utility). Lembaga pemasaran bertugas untuk menjalankan fungsi-
20
fungsi pemasaran serta memenuhi keinginan konsumen semaksimal mungkin.
adalah margin pemasaran (yang terdiri dari biaya pemasaran dan keuntungan). Bagian
balas jasa bagi lembaga pemasaran adalah keuntungan yang diperoleh dari kegiatan
Lembaga yang tidak memiliki komoditi, tetapi menguasai komoditi, seperti agen
21
2. Berdasarkan Keterlibatan dalam Proses Pemasaran
terdiri dari:
petani. Tengkulak melakukan transaksi dengan petani baik secara tunai, ijon
dibeli dari beberapa tengkulak dari petani. Peranan pedagang pengumpul adalah
Pedagang besar juga melaksanakan fungsi distribusi komoditi kepada agen dan
pedagang pengecer.
Agen penjual, bertugas dalam proses distribusi komoditi yang dipasarkan, dengan
membeli komoditi dari pedagang besar dalam jumlah besar dengan harga yang
dengan konsumen. Pengecer merupakan ujung tombak dari suatu proses produksi
yang bersifat komersil. Artinya kelanjutan proses produksi yang dilakukan oleh
22
pengecer dalam menjual produk ke konsumen. Oleh sebab itu tidak jarang suatu
produk dari produsen ke konsumen berhubungan satu sama lain yang membentuk
konsumen akhir
pemasaran yang khusus. Pola pemasaran yang terbentuk selama pergerakan arus
(Kamaludiin, 2008).
diperdagangkan
23
2.5. Biaya dan Margin Pemasaran
pemasaran berlangsung, mulai dari produk lepas dari tangan peternak hingga diterima
konsumen akhir. Biaya dapat besar atau kecil tergantung panjang pendeknya jalur
1. Macam komoditi
2. Lokasi pemasaran
Seringkali komoditi pertanian yang nilainnya tinggi diikuti dengan biaya pemasaran
Argumen seputar saluran distribusi terletak pada pilihan antara biaya dan
manfaat menjalankan aktivitas pemasaran adalah biaya, refleksi dalam harga jual
akhir produk atau jasa. Biaya-biaya tersebut bervariasi sangat luas tergantung pada
persen dari harga eceran kebanyakan paket produk konsumen dan sekitar setengahnya
merupakan margin laba pengecer. Sisanya terdiri atas biaya pemasaran perusahaan
manufaktur dan perantara grosir. Meskipun biaya pemasaran perusahaan seperti biaya
lembaran atau kimia dasar cenderung sangat murah karena penjualannya dilakukan
24
dalam jumlah besar kepada sejumlah kecil konsumen regular, nilainya tetap mencapai
dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain kurang baiknya jalan dan prasarana
pungutan yang bersifat resmi maupun tidak resmi di sepanjang jalan antara produsen
dan konsumen.
Biaya merupakan dasar dalam penentuan harga, sebab suatu tingkat harga
yang dapat menutupi biaya akan mengakibatkan kerugian operasional maupun biaya
variabel adalah biaya yang beubah-ubah untuk setiap tingkatan atau hasil yang di
produksi. Biaya total adalah seluruh biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan atau
biaya tetapl merupakan jumlah biaya variable dan biaya tetap (Alma, 2000).
Winardi (1993) menyatakan bahwa Biaya terdiri atas biaya tetap dan biaya
variabel. Biaya tetap adalah biaya yang tidak berubah sesuai dengan perubahan yang
terjadi dalam jumlah kesatuan barang yang diproduksi atau di jual. Biaya variabel
adalah biaya langsung yang dapat berubah sesuai dengan perubahan yang terjadi
Biaya tataniaga suatu macam produk biasanya diukur secara kasar dengan
margin dan spread. Margin adalah suatu istilah yang digunakan untuk menyatakan
perbedaan harga yang dibayar kepada penjual pertama dan harga yang dibayar oleh
pembeli terakhir. Pada suatu perusahaan (firm) istilah margin merupakan sejumlah
yang ditentukan secara internal accounting, yang diperlukan untuk menutupi biaya
25
dan laba, dan ini merupakan perbedaan atau spread antara harga pembelian dan harga
harga yang dibayarkan oleh konsumen dengan harga yang diterima produsen. Margin
ini akan diterima oleh lembaga tataniaga yang terlibat dalam prosses pemasaran
tersebut. Makin panjang tataniaga ( semakain banyak lembaga yang terlibat) maka
Salah satu fungsi harga yang penting dalam saluran distribusi adalah untuk
menentukan jumlah laba. Tetapi, harga itu sendiri tidak terlalu menjamin adanya laba.
Apabila saluaran pemasaran ditinjau sebagai satu kelompok atau tim operasi, maka
margin dapat dinyatakan sebagai suatu pembayaran yang di berikan kepada mereka
atas jasa-jasanya. Jadi margin merupakan suatu imbalan atau harga atas suatu hasil
kerja. Konsep margin sebagai suatu pembayaran pada penyalur mempunya dasar
yang logis dalam konsep nilai tambah. Margin dapat didenifisikan sebagai perbedaan
selisih harga suatu barang yang diterima produsen dengan harga yang dibayar
yaitu:
26
Menurut Hanafiah dan saefuddin (1986) menyatakan bahwa tataniaga adalah
suatu istilah yang digunakan untuk menyatakan perbedaan harga yang dibayar kepada
penjual pertama (Hp) dan harga yang dibayarkan oleh pembeli terakhir (He), yang
M = He – Hp
Dimana =
M = Margin Pemasaran (Tataniaga)
Hp = Harga yang dibayar kepada Penjualan pertama (Rp/Ekor)
He = Harga yang dibayar kepada Pembelian terakhir (Rp/ Ekor)
2. Margin tiap Saluran pemasaran (Swastha, 1991)
Mt = M1 + M2……… + Mn
Dimana =
Mt = Margin Saluran Pemasaran
M1 = Margin Pemasaran Lembaga Pemasaran ke-1
M2 = Margin Pemasaran Lembaga Pemasaran ke-2
Mn = Margin Penasaran Lembaga Pemasaran ke-n
2.6. Keuntungan Pemasaran
penerimaan total dan biaya-biaya. Biaya ini dalam banyak kenyataan, dapat
diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya tetap (seperti sewa tanah, pembelian alat)
dan biaya tidak tetap (seperti biaya transportasi, upah tenaga kerja).
27
Soekartawi (2001), juga menyatakan bahwa keuntungan margin adalah
keuntungan yang bersifat kotor. Dari segi bisnis, keuntungan ini bersifat semu karena
ada unsur-unsur biaya yang tidak diperhitungkan yaitu biaya tetap, sehingga besarnya
keuntungan margin sama dengan selisih total output dengan biaya operasional.
memperbaiki pelaksanan dari fungsi tataniaga secara efektif dan efisien. Pada
pokoknya laba dapat diperoleh dari seluruh penghasilan dikurangi dengan seluruh
biaya. Laba bersih yang dapat dicapai menjadi ukuran sukses bagi sebuah lembaga
Angipora (2002) mengemukakan bahwa laba merupakan sisa lebih dari hasil
penjualan dikurangi dengan harga pokok barang yang dijual dan biaya-biaya lainnya.
Untuk mencapai laba yang besar, maka manajemen dapat melakukan langkah-
langkah seperti menekan biaya penjualan yang ada, menentukan harga jual
sedemikian rupa sesuai laba yang dikehendaki dan meningkatkan volume penjualan
sebesar mungkin.
1. Melakukan efisiensi dari segi teknis : dari segala skala usaha dan
sebenarnya kita sudah mengetahui rugi atau untung. Hal ini dapat saja terjadi karena
28
tujuan kita adalah membandingkan harga harapan dengan harga pasar. Bila harga
pasar berbeda diatas harga harapan maka peternak dapat menduga bakal mendapat
dengan harga harapan. Bila harga harapan diatas harga pasar, maka peternak sudah
dapat memastikan bakal mendapat kerugian. Bila harga harapan sama dengan harga
pasar, maka peternak dapat menduga bakal tidak memperoleh keuntungan ataupun
analisis maka variabel baru yang harus dipertimbangkan dalam model analisisnya
adalah variabel harga. Oleh karena itu ada dua hal yang harus diperhatikan sebelum
efisiensi dikerjakan yaitu tingkatkan transpormasi antara input dan output, serta
perbandingan antara harga input dan harga output sebagai upaya mencapai indicator
dan unsur input. Apabila hasil perbandingan ini lebih besar dari ada 1 (satu) maka
dapat dikatakan produktif. Sebaliknya bila perbandingan antara output dan input
hasilnya kurang dari 1 (satu) maka dikatakan kurang produktif. Perusahan yang
produktif adalah perusahan yang efisien. Perusahaan yang efisien apabila nilai output
lebih besar dari nilai inputnya. Sebaliknya perusahan tidak efisien jika outpu bernilai
29
Daniel (2002) mengemukakan bahwa efisiensi pemasaran adalah ukuran dari
1. Keuntungan pemasaran
4. Kompetensi pasar.
2 syarat yaitu :
biaya serendah-rendahnya.
dibayar konsumen akhir kepada semua pihak yang ikut serta dalam
sering digunakan dalam menilai prestasi kerja (performance) pemasaran. Hal ini
secara efisien. Teknlogi atau prosedur baru hanya boleh ditetapkan apabila
peningkatan rasio “keluaran-masukan” yang umumnya dicapai dengan salah satu dari
30
3. Keluaran meningkat dalam kadar yang lebih tinggi ketimbang peningkatan
masukan
masukan.
Lebih lanjut dikatakan bahwa ada dua dimensi yang berbeda dari efisiensi
pasar mencerminkan biaya produksi dan pemasaran secara memadai pada seluruh
sisitem pemasaran.
31
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan selama empat bulan dari bulan Maret sampai
Jeneponto.
kambing
Populasi dalam penelitian ini adalah semua peternak dan lembaga pemasaran
yang terlibat dan melakukan transaksi penjualan ternak kambing dalam pemasaran
pedagang pengecer, dengan unit analisis adalah ”transaksi ternak kambing”. Melihat
jumlah populasi yang relatif sedikit dan untuk mendapatkan data pemasaran ternak
kambing yang akurat maka pada penelitian ini keseluruhan populasi digunakan
sebagai sampel dengan kata lain sampel yang digunakan adalah sampel jenuh.
32
3.4. Teknik Pengumpulan Data
1. Data kualitatif yaitu data yang dapat menggambarkan dan menjelaskan variabel
2. Data kuantitaif yaitu data yang berupa angka-angka yang berupa biaya pemasaran
tiap lembaga, harga penjualan tiap lembaga, harga pembelian tiap lembaga, dan
1. Data primer yaitu data yang bersumber dari hasil wawancara langsung dengan
33
yang khususnya mengenai penjualan dan lain sebagainnya yang berkaitan dengan
penelitian.
2. Data sekunder adalah data yang bersumber dari buku-buku, laporan-laporan dan
lain-lain yang berasal dari instansi terkait dengan penelitian ini, seperti data biro
pusat statistik, kantor Desa Borongtala, kantor Kecamatan Tamalatea dan kantor
deskriptif yang meliputi saluran pemasaran, fungsi pemasaran, dan perilaku pasar
lembaga).
M = Hp – Hb
Dimana =
Mt = M1 + M2……… + Mn
34
Dimana =
П = ML – TC
Dimana :
П = Keuntungan Lembaga Pemasaran (Rp/ekor)
ML = Margin Lembaga Pemasaran (Rp/ekor)
TC = Biaya total pemasaran yang dikeluarkan tiap lembaga
Pemasaran (Rp/ekor)
4. Untuk mengetahui keuntungan pemasaran dari setiap saluran pemasaran di
gunakan rumus :
Пt = П1+ П2+……..+ Пn
Dimana :
35
5. Untuk mengetahui efisiensi saluran pemasaran di gunakan rumus :
BP
NP
Dimana :
Jika :
36
3.7. Konsep Operasional
pemasaran ternak kambing dari produsen ke konsumen akhir, baik secara langsung
konsumen akhir
Kabupaten Jeneponto.
skala kecil dari peternak (produsen) dan yang menyalurkan produk kepada
pedagang.
konsumen akhir.
Konsumen akhir adalah orang yang membeli dengan tujuan untuk di komsumsi
atau diolah untuk dijual kembali (konsumen perantara) dalam jenis atau bentuk
Margin lembaga pemasaran adalah selisih antara harga jual dan harga beli pada
Lembaga pemasaran adalah semua pedagang yang terlibat dalam pemasaran ternak
kambing
37
Harga jual peternak adalah harga ternak kambing yang diterima peternak perekor
(Rp/ekor)
Harga beli lembaga pemasaran adalah harga beli ternak kambing oleh setiap
Harga Jual lembaga pemasaran adalah harga jual ternak kambing oleh setiap
Harga beli Konsumen adalah harga yang dibayarkan oleh konsumen kepada
Saluran distribusi atau saluran yang dilalui oleh pemasaran ternak kambing dari
ke konsumen akhir.
yang dikeluarkan setiap lembaga dengan nilai produk yang dijual yang dinyatakan
dengan %
38
BAB IV
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Kabupaten Jeneponto. Desa ini memiliki letak yang cukup strategis karena terletak
tidak jauh dengan ibukota Kabupaten Jeneponto. Selain itu adapun batas-batas
Luas wilayah Desa Borongtala yaitu ± 613 ha/m2 dan memiliki 7 dusun yaitu
Paja Timur, Dusun Karampang Paja Barat, Dusun Toberekka, dan Dusun Toberekka
Selatan.
Lahan merupakan salah satu faktor produksi yang penting dimiliki oleh suatu
daerah. Kondisi lahan yang dimiliki dari suatu daerah dapat menjadi faktor penentu
jenis pekerjaan yang mayoritas digeluti oleh penduduknya. Sebagai contoh, daerah
yang sebagian besar adalah persawahan tentunya sebagian besar penduduknya akan
menjadi pekerja di bidang pertanian atau petani sawah. Luas dan penggunaan lahan di
39
Desa Borongtala Kecamatan Tamalatea Kabupaten Jeneponto dapat dilihat pada
Tabel 4.
persentase sebesar 66,39% yang artinya sebagian besar masyarakat Desa Borongtala
peternakan pada umumnya dan usaha ternak kambing pada khususnya, terutama
4.3. Kependudukan
daerah. Kualitas sumber daya manusia (penduduk) yang tinggi tentunya akan menjadi
salah satu modal utama suatu daerah dalam upaya pengembangan dan pembangunan
daerah. Sedangkan sumber daya manusia yang berkualitas rendah dapat menjadi
faktor penghambat dalam pembangunan dan akan manjadi masalah dalam suatu
40
daerah. Oleh karena itu pengembangan dan peningkatan kualitas sumber daya
manusia sangat penting untuk dapat meningkatkan persaingan dan menjadi sumber
Kabupaten Jeneponto berdasarkan jenis kelamin dapat kita lihat pada Tabel 4.
sebagian besar adalah perempuan yakni sebanyak 2026 orang (50,22%) sedangkan
prasarana yang dimaksud antara lain sarana dan prasarana pendidikan, serta sarana
41
4.4. 1. Sarana Pendidikan
sumber daya manusia yang berkualitas maka faktor pendidikan perlu mendapat
3 unit (60%), sedangkan untuk Sekolah menengah Pertama dan Taman Kanak-kanak
sarana pendidikan.
42
4.4. 2. Sarana Kesehatan
akan lebih memudahkan bagi masyarakat dalam memeriksa dan mengontrol kondisi
(puskesmas pembantu) dan 3 unit posyandu. Akan tetapi sarana kesehatan tersebut
Tamalatea Kabupaten Jeneponto juga di dukung oleh seorang paramedis, dua orang
dukun bersalin terlatih dan seorang bidan. Sehingga dalam proses memperoleh obat
43
BAB V
KEADAAN UMUM RESPONDEN
pengumpul, pedagang besar dan pedagang pengecer. Keadaan umum responden dapat
dilhat dari umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga dan lama berusaha
menjual ternak kambing. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat sebagai berikut :
5.1. Umur
faktor umur. Umur tentunya akan berdampak pada kemampuan fisik seseorang dalam
bertindak dan berusaha. Orang yang memiliki umur tua tentunya memiliki
kemampuan fisik yang cenderung lemah dibandingkan dengan mereka yang masih
berumur muda.
44
Pada Tabel 8. Dapat dilhat bahwa sebaran kelompok umur dalam melakukan
usaha budi daya ternak kambing seluruhnya dilakukan oleh peternak yang memiliki
umur yang berkisar antara umur 15 – 65 tahun dengan jumlah 25 orang dengan
keseluruhan responden berada pada usia produktif dan hal ini tentunya sangat
pendidikan seseorang. Seseorang yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi
tentunya juga akan memiliki kemampuan dalam menerima atau menolak suatu
inovasi. untuk melihat sejauh mana tingkat pendidikan yang dimiliki oleh responden
mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD) sampai dengan tingkat Sekolah Menengah
Akhir (SMA) atau sederajat. Jumlah respoden terbanyak yaitu responden dengan
45
tingkat pendidikan SD/sederajat yaitu sebanyak 14 orang (56%) dan yang terendah
adalah tingkat pendidikan Sekolah Menengah Akhir (SMA) atau sederajat yakni
sebanyak 2 orang (8%). Berdasarkan hal tersebut maka dapat dikatakan bahwa
pendidikan responden masih sangat rendah. Untuk itu perlu diadakan penyuluhan
dapat meningkat. Hal ini sesuai pendapat Soekartawi (1993) yang menyatakan bahwa
maupun anggota keluarga lainnya yang menjadi tanggung jawab responden. Jumlah
Pada Tabel 10. terlihat bahwa jumlah tanggungan keluarga berkisar antara 2
tanggungan keluarga antara 4 sampai dengan 5 orang yaitu sebanyak 15 orang (60%)
dan yang terendah adalah responden dengan tanggungan keluarga antara 2 sampai
46
dengan 3 orang yaitu sebanyak 4 orang (10%). Melihat kenyataan tersebut maka
dapat diketahui bahwa ketersediaan tenaga kerja atau sumber daya menusia dalam
usaha pemasaran ternak kambing cukup tersedia, hal ini sesuai pendapat Daniel
(2004), yang menyatakan bahwa sebagian besar usaha kecil rumah tangga
menggunakan anggota rumah tangga sebagai tenaga kerja atau sumber daya manusia.
Pada Tabel 11. Terlihat bahwa lama menjual ternak kambing pada responden
pengalaman menjual antara 16 tahun sampai dengan 20 tahun yaitu sebanyai 5 orang
tahun sampai dengan 15 tahun yaitu sebanyak 5 orang (20%). Secara umum
47
terjadi. Hal ini sesuai pendapat Handoko (1999) yang menyatakan bahwa pengalaman
menjalankan usahanya.
48
BAB VI
HASIL DAN PEMBAHASAN
6. 1. Lembaga Pemasaran
lembaga ini bisa dalam bentuk perorangan, perserikatan, atau perseorangan. Dalam
untuk kemudian dipasarkan. Pada penelitian jumlah peternak yang terlibat dalam
proses pemasaran ternak kambing yaitu sebanyak 18 peternak, baik yang menjual
baik di daerah Jenenponto sendiri maupun luar daerah Jeneponto seperti Kota
Makassar, dan Kabupaten Bone. Dalam penelitian ini terdapat 4 pedagang pengumpul
yang berada di lokasi penelitian. Hal ini memberikan sedikit keuntungan terhadap
peternak terutama dalam hal biaya transportasi. Rata-rata jumlah ternak kambing
yang di pasarkan oleh pedagang pengumpul setiap penjualan berkisar antara 5-15
ekor.
49
Pedagang besar merupakan pedagang yang membeli ternak kambing dari
pedagang pengecer. Pada penelitian ini jumlah pedagang besar yang terlibat sebanyak
1 orang dan jumlah ternak kambing yang dijual ke pedagang pengecer sebanyak 20
ekor.
penelitian sebanyak 2 orang yang berasal dari luar Kabupaten Jeneponto seperti kota
6. 2. Saluran Pemasaran
pedagang besar dan pedagang pengecer. Hal ini disebabkan oleh berbagai
keterbatasan yang dimiliki peternak antara lain; kurang tersedianya fasilitas guna
dalam proses pemasaran ternak kambing serta lebih efisien baik dari waktu maupun
biaya.
50
pedagang besar dan pedagang pengecer. Adapun bentuk saluran pemasaran tersebut
ternak kambing oleh peternak melalui dua cara, yaitu penjualan langsung ke
ini tidak lepas dari daerah pemasaran yang cukup luas. Hasil produksi ternak kambing
besar dipasarkan diluar Kabupaten Jeneponto seperti Kota Makassar dan Kabupaten
Bone.
bagaimana arus komoditi mengalir dari produsen ke konsumen akhir. Para pelaku
pemasaran yang terlibat dalam menyalurkan ternak kambing dari peternak responden
adalah pedagang pengumpul, pedagang besar dan pedagang pengecer. Pola saluran
51
pada beberapa hal, diantaranya : harga jual, harga beli, biaya transportasi, sumber
konsumen, sehingga pada saluran ini tidak terdapat pedagang perantara. Untuk lebih
Pada Gambar 2, dapat dilihat bahwa saluran pemasaran I, ternak kambing dari
peternak langsung dijual ke konsumen akhir. Model saluran pemasaran ini merupakan
tidak ada pedagang perantara yang terlibat. Hal ini sesuai pendapat Rasyaf (1996)
yang menyatakan bahwa secara prinsip jalur pemasaran langsung yaitu pemasaran
lokasi penelitian yang membeli ternak kambing untuk mengadakan upacara adat atau
setiap penjualan dan rata-rata harga jual yang diterima oleh peternak adalah Rp
52
6.2.2. Saluran Pemasaran II
saluran pemasaran ini di mulai dari peternak ke pedagang pengumpul dan selanjutnya
pedagang pengecer dan terakhir konsumen. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Gambar 3.
konsumen akhir melalui beberapa pedagang perantara yaitu pedagang pengumpul dan
ternak kambing melalui dua pedagang perantara. Hal ini sesuai pendapat Rasyaf
(1996) yang menyatakan bahwa jalur tidak langsung yaitu saluran pemasaran melalui
tradisional dan pedagang pengecer. Konsumen yang membeli ternak kambing pada
pola saluran ini adalah konsumen yang berada di Kabupaten Bone. Seperti halnya
membeli ternak kambing untuk upacara adat atau upacara keagamaan (hakekah).
Jumlah peternak yang terlibat pada saluran pemsaran ini yaitu sebanyak 9
53
sebanyak 1 orang. Jumlah ternak kambing yang di perdagangkan pada saluran
penelitian yaitu tepatnya di Kota Makassar. Untuk saluran pemasaran III, lembaga
pemasaran yang terlibat semakin banyak. Hal ini disebabkan karena lokasi pemasaran
yang jauh dan permintaan akan ternak kambing cukup besar, sehingga membutuhkan
lembaga pemasaran yang banyak. Adapun lembaga pemasaran yang terlibat dalam
pemasaran III yaitu pedagang pengumpul, pedagang besar dan pedagang pengecer.
Kota Makassar melalui beberapa lembaga yaitu ternak kambing dari peternak dibeli
besar dan selanjutnya pedagang besar menjual ke pedagang pengecer yang ada di
pedagang besar, dan seorang pedagang pengecer. Sedangkan jumlah peternak yang
54
menjual ternak kambingnya melalui saluran pemasaran III ini yaitu sebanyak 8
peternak dengan jumlah penjualan kambing 2-20 ekor. Berdasarkan hal tersebut maka
terlihat bahwa jumlah ternak yang terjual semakin tinggi, hal ini disebabkan karena
Makassar umumnya lebih banyak mengkonsumsi daging kambing sebagai salah satu
bahan pangan/makanan atau dengan kata lain ternak kambing tersebut di potong
lakukan setiap hari, akan tetapi ketersedian ternak kambing tidak setiap saat ada,
kambing untuk di jual ke pedagang besar. Ternak kambing tersebut di beli dari
untuk mengangkut ternak, karena lokasi peternak dan pedagang pengumpul cukup
dekat.
6. 3. Fungsi-Fungsi Pemasaran
pemasaran suatu komoditas, serta membentuk rantai pemasaran atau sering disebut
Hambatan tersebut terkait dengan kendala waktu, jarak tempat, dan perbedaan
55
Dalam kegiatannya, lembaga pemasaran menjalankan fungsi-fungsi
diklasifikasikan menjadi tiga yaitu fungsi pertukaran, fungsi fisik, dan fungsi fasilitas.
ternak kambing, baik saluran I, II, maupun III, karena semua peternak melakukan
56
Tamalatea, Kabupaten Jeneponto melakukan fungsi pertukaran yaitu kegiatan
tunai
kepada pedagang besar dan pedagang pengecer. Fungsi pemasaran yang dilakukan
oleh pedagang pengumpul pada saluran II dan III adalah sama, karena pada saluran II
pedagang pengumpul berhubungan dengan pedagang pengecer dan pada saluran III
dilakukan oleh pedagang pengumpul adalah fungsi pertukaran, fisik dan fasilitas.
pembelian dan penjualan. Fungsi pembelian yang dilakukan dengan membeli ternak
penjualan yang dilakukan pada saluran pemasaran II yaitu dengan mengirim sendiri
ternak yang sudah dibeli dari peternak ke pedagang pengecer yang ada di Kabupaten
Bone, sedangkan pedagang pengumpul pada saluran III menunggu pedagang besar
ternak kambing dari tempat penampungan dengan menggunakan mobil pick up, ke
tempat pedagang pengecer yang ada di luar daerah lokasi penelitian. Fungsi
57
penyimpanan yang dilakukan adalah dengan pemberian Makanan selama 3 hari
resiko, dan pembiayaan. Fungsi penanggungan resiko berupa apabila ada ternak mati
terdapat pada saluran pemasaran III. Pedagang besar yang terlibat dalam rantai
tataniaga ini hanya satu orang ditempat lokasi penelitian. Fungsi pemasaran yang
dilakukan oleh pedagang besar pada saluran pemasaran III adalah fungsi pertukaran,
kepada pedagang pengecer yang berada di Kota Makassar dengan pola pembayaran
kredit (nota penjualan bergulir yakni penjualan hari ini dibayar keesokan harinya
Fungsi fisik yang dilakukan oleh pedagang besar adalah fungsi pengangkutan
dan penyimpanan. Fungsi pengangkutan yang dilakukan oleh pedagang besar hampir
sama dengan fungsi pengangkutan yang dilakukan oleh pedagang pengumpul yaitu
langsung dijual saat itu. Ternak tersebut disimpan selama 3 hari kemudian di
58
salurkan ke pedagang pengecer yang ada di kota Makkassar dengan menggunakan
resiko dan pembiayaan. Fungsi penanggungan resiko berupa apabila ada ternak mati
melakukan tiga fungsi pembiayaan yaitu biaya penyimpanan, biaya transportasi, dan
tenaga kerja.
meliputi fungsi pertukaran, fisik dan fasilitas. Fungsi pertukaran berupa pembelian
dan penjualan. Fungsi pembelian yang dilakukan oleh pedagang pengecer yaitu
membeli ternak kambing dari pedagang pengumpul dan pedagang besar dengan
jumlah pembelian sebanyak 15-20 ekor dan pola pembayaran tunai dan kredit (nota
penjualan bergulir yakni penjualan hari ini dibayar keesokan harinya apabila pasokan
ternak datang kembali) . Fungsi penjualan yang dilakukan oleh pedagang pengecer
yaitu menjual ternak kambing langsung kepada konsumen akhir dengan jumlah
pengumpul dan pedagang besar tidak dijual saat itu. Ternak tersebut disimpan sampai
59
Fungsi fasilitas yang dilakukan oleh pedagang pengecer adalah fungsi
pembiayaan. Biaya yang di keluarkan oleh pedagang pengecer adalah biaya tenaga
suatu perdagangan. Di dalam penelitian ini dapat dilihat perilaku lembaga pemasaran
dalam sebuah struktur pasar yang meliputi proses pembentukan harga (kegiatan
pemasaran.
penaksiran calon pembeli setelah melihat ternak kambing yang akan di beli dan
membuka harga bagi kambing yang akan dijual, kemudian akan terjadi proses tawar-
menetukan harga yang tinggi apabila ternak kambing yang di jual mempunyai
kualitas yang bagus dilihat dari umur, dan ukuran badan. Pada penelitan ini rata-rata
ternak kambing yang terjual mempunyai umur 8 bulan – 1,5 tahun dan memiliki
60
Praktek penjualan pada saluran pemasaran I dimulai dari konsumen akhir
Pada saluran permasaran II, Praktek pembelian dan penjulan dimulai dari
berjalan kaki untuk menawarkan ternak kambingnya agar bisa dibeli. Jumlah ternak
yang dijual oleh 9 peternak adalah 15 ekor dengan rata-rata harga jual yang diterima
pengecer yaitu di Kabupaten Bone, dengan kata lain pedagang pengumpul datang ke
pick up. Dan rata-rata harga jual yang diterima oleh pedagang pengumpul sebesar Rp
1.000.000/ekor dengan sistem pembayaraan tunai. Harga jual yang diterima oleh
pedagang pengumpul lebih besar karena ternak kambing yang akan di jual ke
pedagang pengecer sudah mengeluarkan biaya, antara lain biaya tenaga kerja, biaya
kambing ke konsumen yang mendatangi tempat jualannya. Rata-rata harga jual yang
61
kambing yang dijual oleh peternak responden. Konsumen membeli ternak kambing
Sedangkan pada saluran III, praktek pembelian dan penjualan dimulai dari 8
jumlah 20 ekor dan rata-rata harga jual yang diterima sebesar Rp 808.333,33/ekor
kambing dengan jumlah pembelian 20 ekor dan rata-rata harga beli yang dibayarkan
tunai. Dan transaksi antara pedagang besar dengan pedagang pengecer terjadi di
Makassar sebanyak 20 ekor dan rata-rata harga jual yang diterima oleh pedagang
transaksi antara pedagang pengecer dengan konsumen akhir, dimana pada konsumen
akhir datang ketempat pedagang pengecer membeli ternak kambing sebanyak 2 ekor
dan rata–rata harga jual yang diterima pedagang pengecer adalah sebesar Rp
Alasan peternak pada saluran II dan III tidak menjual ternak kambingnya
langganan mereka dari dulu dan jarak antara rumah peternak dengan rumah pedagang
62
pengumpul cukup dekat serta peternak merasa cocok dengan harga yang ditawarkan
dan perjanjian antara kedua belah pihak. Dilokasi penelitian terdapat dua Pola
pembayaran yaitu Pola pembayaran tunai dan Pola pembayaran tidak tunai (kredit).
yaitu sistem pembayaran yang dilakukan ketika ternak kambing diterima pembeli,
maka pembeli langsung membayar sesuai harga yang disepakati melalui proses
tawar-menawar.
Pola pembayaran tidak tunai (kredit) dalam penelitian ini dilakukan antara
pedagang besar dengan pedagang pengecer pada saluran III. Pedagang pengecer akan
membayar setengah (50%) dari total harga jual yang disepakati antara kedua belah
pihak. Pembayaran setengah (50%) dari harga jual untuk memberikan jaminan
kepada pedagang besar bahwa semua kambingnya akan di bayar setelah kambing
melakukan hubungan dagang dan sudah terbentuk rasa saling kepercayaan. Dalam
63
pemasaran ternak kambing, kepercayaan sangat dikedepankan apabila sekali
melakukan kecurangan maka akan mempercepat usaha atau bisnis yang sedang
Pada era komunikasi saat ini membuat kerjasama antar pedagang semakin
seluler. Apabila pedagang membutuhkan kambing dalam jumlah tertentu, maka dapat
6.5.1.Margin Pemasaran
Margin Pemasaran Ternak kambing adalah selisih antara harga jual dan harga
beli ternak kambing di Desa Borongtala, Kecamatan Tamalatea Kabupaten
Jeneponto. Untuk mengetahui margin pemasaran ternak kambing pada setiap saluran
pemasaran maka tentunya yang penting diketahui adalah harga jual dan harga beli
setiap lembaga pemasaran yang terlibat. Adapun margin pemasaran pada setiap
lembaga pemasaran dalam saluran pemasaran ternak kambing di Desa Borongtala,
Kecamatan Tamalatea, Kabupaten Jeneponto dapat dilihat pada Tabel. 13.
Pada Tabel 13. terlihat bahwa margin lembaga pemasaran yang memiliki
margin tertinggi pada saluran II adalah pedagang pengumpul yakni sebesar Rp.
216.666,67/ekor dan yang terendah yaitu pedagang pengecer yakni sebesar Rp.
146,666,67/ekor. Sedangkan lembaga pemasaran yang memiliki margin pemasaran
tertinggi pada saluran pemasaran III adalah pedagang besar yakni sebesar Rp
168.928,58/ekor dan yang terendah adalah pedagang pengumpul yakni sebesar Rp.
64
100.000/ekor, hal ini dikarenakan pedagang besar saluran pemasaran III memiliki
harga jual yang tinggi sedangkan harga belinya rendah.
Pada Tabel 13. terlihat bahwa total margin saluran pemasaran tertinggi berada
pada saluran III yakni sebesar Rp 449.166,67/ekor. Hal ini dikarenakan pada saluran
III memiliki lembaga pemasaran yang paling banyak diantara saluran pemasaran
lainnya. Hal ini sesuai pendapat Daniel (2002), yang menyatakan bahwa semakin
panjang jarak dan semakin banyak perantara yang terlibat dalam pemasaran, maka
biaya pemasaran semakin tinggi dan margin tataniaga juga semakin besar. Sedangkan
saluran pemasaran yang memiliki margin terendah adalah saluran pemasaran I, yakni
tidak memiliki margin pemasaran. Hal ini dikarenakan pada saluran pemasaran I
tidak memilikin lembaga perantara untuk menyalurkan ternak kambing ke konsumen
akhir.
65
66
Tabel 14. Biaya-biaya Pemasaran Ternak Kambing
67
6.5.2. Biaya Pemasaran
proses pemasaran berlangsung, mulai ternak lepas dari tangan produsen hingga
pemasaran yang terlibat berupa biaya transportasi, tenaga kerja, dan penyusutan. Hal
ini sesuai pendapat Assauri (1999), yang menyatakan bahwa biaya yang dikeluarkan
Pada Tabel 14. terlihat bahwa saluran pemasaran yang melibatkan peternak
dalam pemasaran ternak kambing tidak mengeluarkan biaya. Pihak peternak tidak
mengeluarkan beberapa biaya seperti transportasi dan biaya tenaga kerja. Hal ini
disebabkan karena dalam pemasaran ternak kambing yang dilakukan peternak, pihak
Untuk saluran pemasaran II, lembaga pemasaran yang terlibat yaitu peternak,
pedagang pengumpul dan pedagang pengecer. Seperti halnya peternak pada saluran
dan biaya tenaga kerja. Pedagang pengumpul mengeluarkan biaya transportasi karena
lokasi pedagang pengecer yang dituju berada di daerah Kabupaten Bone, dengan total
biaya yaitu sebesar Rp. 84.986,11/ekor. Sedangkan untuk pedagang pengecer biaya
68
yang dikelurakan berupa biaya penampungan dan biaya tenaga kerja yaitu sebesar
Rp. 36.277,78/ekor. Total biaya pemasaran yang dikeluarkan pada saluran pemasaran
Untuk saluran pemasaran III, yaitu ternak kambing dari peternak ke pedagang
pada saluran pemasaran I dan II, peternak pada saluran pemasaran III juga tidak
yaitu berupa biaya penampungan sebesar Rp. 1.222,99/ekor. Biaya yang dikeluarkan
oleh pedagang besar yaitu biaya penampung, biaya transportasi dan biaya tenaga
kerja yaitu sebesar Rp.72.738,09/ekor. Dan biaya yang dikeluarkan oleh pedagang
pengecer yaitu berupa biaya penampungan dan tenaga kerja yaitu sebesar Rp
38.125/ekor. Total biaya pemasaran yang dikeluarkan pada saluran pemasaran III ini
1. Biaya Penampungan
lembaga pemasaran, sebelum ternak dibeli oleh konsumen. Biaya penampungan ini
meliputi biaya penyusutan kandang, dan biaya penyusutan peralatan sedangkan biaya
pakan tidak dimasukan karena umumnya ternak kambing hanya diberi makanan
berupa tumbuhan liar yaitu rumput-rumputan, daun-daunan yaitu daun turi yang
diambil dari ladang sekitar lokasi pemeliharaan serta kulit pisang dan kulit jagung
yang diambil dari pasar sehingga biaya pakan di masukkan kedalam biayatenaga
69
kerja. Dalam proses penampungan, ternak harus tetap diberi tempat yang layak serta
makanan untuk mempertahankan hidup. Tanpa memberikan tempat yang layak serta
2. Biaya Transportasi
Demikian pula untuk peternak pada saluran pemasaran II dan III. Pada saluran
ternak dari satu lembaga ke lembaga pemasaran yang lain dan pemeliharaan
ternak kambing setiap harinya berupa pengambilan dan pemberian pakan. Biaya
70
sedangkan pedagang besar pada saluran III yaitu sebesar Rp 30.000/ekor, dan
yang diterima produsen setelah dikurangi dengan biaya pemasaran. Hal ini sesuai
harga yang dibayarkan kepada penjual pertama dan harga yang yang dibayar oleh
pembeli terakhir (margin) setelah dikurangi dengan biaya pemasaran. Besarnya biaya
Dari Tabel 14, dapat dilihat bahwa lembaga pemasaran yang memiliki
tertinggi pada saluran III adalah pedagang besar yakni sebesar Rp. 168.928,58/ekor
dan yang terndah adalah pedagang pengecer yakni sebesar Rp 69.575/ekor. Hal ini
dikarenakan pedagang besar pada saluran III memiliki margin yang tinggi yakni Rp.
pemasaran III yakni sebesar Rp 337.080,58/ekor, dan yang terendah adalah saluran
pemasaran II yakni sebesar Rp. 242.069.45/ekor. Hal ini dikarenakan pada saluran
pemasaran III memiliki lembaga pemasaran yang lebih banyak di bandingkan dengan
71
6.6. Efisiensi Pemasaran
tersebut siap untuk dipasarkan. Aktivitas penyaluran atau distribusi ternak kambing
dari tangan peternak atau produsen sampai ketangan konsumen akhir. Seperti yang
ternak tersebut melalui suatu jalur atau rantai distribusi pemasaran. Panjang
pendeknya rantai atau saluran distribusi pemasaran inilah yang menentukan harga
eceran ditingkat pedagang eceran serta tinggi rendahnya efisiensi pemasaran yang
dijalankan.
pemasaran yang paling efisien, harus dilihat saluran mana yang memiliki biaya-biaya
pemasaran yang paling minimal. Dimana dari hasil penelitian menunjukkan bahwa
saluran pemasaran I yang paling efisien karena tidak mengeluarkan biaya pemasaran,
kerena tidak melalui pedagang perantara. Tingginya harga suatu produk atau
komoditi dipasaran dapat disebabkan oleh rantai distribusi pemasaran yang terlalu
panjang.
persentase antara biaya pemasaran yang dikeluarkan dengan harga jual ternak
kambing. Semakin kecil nilai persentase tersebut maka semakin efisien saluran
biaya yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran untuk setiap model saluran
pemasaran ternak kambing. Biaya yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran pada
72
saluran pemasaran ternak kambing di Desa Borongtala, Kecamatan Tamalatea,
Pada Tabel 15. terlihat bahwa saluran pemasaran ternak kambing yang
memiliki nilai efisisensi terkecil adalah saluran pemasaran III yakni sebesar 8,9% dan
saluran pemasaran II sebesar 10, 57% berdasarkan hal tersebut maka dapat dikatakan
bahwa saluran pemasaran yang paling efisisen adalah saluran pemasaran III. Hal ini
disebabkan karena biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh saluran pemasaran III
lebih kecil dibandingkan dengan saluran pemasaran lainnya. Oleh sebab itu,
saluran pemasaran III, akan tetapi bukan berarti bahwa pihak peternak dan lembaga
pemasaran yang terlibat tidak menggunakan saluran pemasaran model II. Hal ini
73
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. KESIMPULAN
berikut :
1. Peternak Konsumen
adalah fungsi pertukaran,( berupa penjualan dan pembelian), fungsi fisik (berupa
pembayaran tunai dan tidak tunai. Hubungan kerjasama yang terjadi diantara
pedagang besar yakni sebesar Rp. 168.928,58/ekor dan yang terendah adalah
74
pedagang pengecer yakni sebesar Rp 69.575/ekor. Sedangkan Saluran pemasaran
yang memiliki keuntungan tertinggi adalah saluran pemasaran III yakni sebesar
3. Saluran pemasaran yang paling efisien adalah saluran pemasaran III yakni sebesar
8,9%. Hal ini disebabkan karena biaya yang dikeluarkan pada saluran pemasaran
7.2 Saran
lebih efisien, maka disarankan kepada para pelaku pemasaran untuk memilih dan
ternak kambing.
75
BAB VIII
DAFTAR PUSTAKA
Alma, 2000. Manajemen Pemasaran : Dasar, Konsep, dan Strategi. PT. Raja
Grafindo Persada. Jakarta
Dahl, D.C And Hammond J.W.1977. Market and Price Analysis the Agricultural
Industries. Mc. Graw Hill Book Company, Inc.
Hanafiah A.M dan Saefuddin, A.M , 1986. Tataniaga Hasil Perikanan. Edisi
Kedua. Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Irawan, Sudjoni, dkk. 2001. Pemasaran, prinsif dan kasus. Edisi kedua. BPFE-
UGM. Yogyakarta.
Kohls, R.L and J.N. Uhl. 1985. Marketing og Africultural Products. MacMillian
Publishing Company. New York
76
Kohls, R.L and J.N. Uhl. 2002. Marketing og Africultural Products. MacMillian
Publishing Company. New York
Murtdjo, B.A.L. 1993. Beternak Kmbing Pedaging Dan perah. Kanisius, Jakarta.
Soekartawi. 1993. Analisis Usaha Tani. Penerbit Universitas Indonesia Pers, Jakarta.
77
Soekartawi. 2001. Agribisnis : teori dan Aplikasinya. Penerbit PT. Raja Grafindo.
Jakarta.
78