BPTUHPT Padang Mengatas memiliki luas padang penggembalaan 218 ha dan Sistem
pemiliharaan ternak di BPTUHPT Padang Mengatas dilaksanakan dengan sistem Pastura
Grazing, artinya ternak sapi dipelihara di padang pengembalaan sepanjang waktu
penggembalaan (Gambar 4) dengan melakukan rotational grazing, yaitu pengaturan jadwal
pengembalaan sapi pada masing-masing plot atau paddok. Padang pengembalaan terdiri dari
36 plot digunakan untuk 4 plot kebun rumput dan 32 padang penggembalaan dengan ukuran
yang berbeda-beda setiap plotnya, komposisi rumput padang penggembalaan yang tidak jauh
berbeda di antaranya. Rumput utama terdiri dari rumput Brachiaria decumbens (BD) dan star
grass (Cynodon dactylon). Kedua rumput tersebut dipilih sebagai rumput padang
penggembalaan karena mempunyai sifat tahan injakan dan renggutan oleh ternak. Tanaman
lain seperti legum terdiri darin Desmodium, Stylosanthes, Siratro, Calopogonium, putri malu
(Mimosa invisa), dan berbagai gulma yang mengganggu pertumbuhan rumput utama dan
legum. Sapi dimasukan ke plot pada umur 50-55 hari. Menurut
D.T 12.A
D.B
12.B 11
E C 13 10
B 14 9
A 15 8
F.A
19.A 16.T 7.T
6
17.T
19.B 16b
F.B 18.T 18.B
20.A
21
Keterangan: 20.B
Rumah Karyawan
Kandang Sapi
2
Kandang Ayam 3
Bengkel
23
22
Gudang Pakan
Security I
Jalan Aspal
Jalan Tanah
Pagar Beton
Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel memegang peranan penting dalam
menggambarkan hasil yang ingin diperoleh dalam melakukan analisis. Metode pengukuran
produksi rumput pada padang penggembalaan sama dengan metode pengukuran produksi yang
dilakukan di kebun rumput potong. Kegiatan sampling produksi biomassa rumput padang
penggembalaan dapat dilihat pada Gambar 8.
Slashing
Penyiangan
Pengairan.
Pemupukan.
Pemupukan merupakan upaya pengolahan tanah untuk mengembalikan unsur hara pada
tanah. Pemupukan dilakukan untuk menjaga kebutuhan nutrien rumput pada padang
penggembalaan tetap terjaga. Pupuk yang digunakan berupa pupuk kimia, yaitu urea, SP- 36,
dan KCI. Total perbandingan pemberian pupuk 4:2:1 pada setiap hektar. Pupuk diberikan 2
minggu setelah slasher dengan tinggi rumput 10 cm sekitar Total pemberian campuran pupuk
yaitu 121,7 kg/ha/pemupukan. Pemupukan lebih baik dilakukan setelah turun hujan agar
butiran pupuk mudah larut dan meresap ke tanah. Tahap pemupukan meliputi pupuk
dimasukkan ke dalam tong alat pemupuk sesuai dengan perbandingan, lalu pupuk dicampur
hingga merata. Pemupukan dilakukan dengan traktor dengan perangkat alat pemupukan.
Traktor berjalan secara horizontal dari ujung hingga ujung sisi paddock lalu berpindah hingga
seluruh luasan paddock dilewati butiran atau serbuk pupuk ditebar merata di padang
penggembalaan. Proses pemupukan harus memperhatikan beberapa hal seperti kondisi cuaca,
keadaan dan umur rumput, jenis pupuk yang diberikan dan dosis pemberian pupuk.
Gambar . alat Pemupukan padang penggembalaan ( padat dan cair )
Grazing system adalah sistem yang diterapkan dalam suatu area yang dibagi menjadi
beberapa plot atau paddock dan digunakan bergantian, serta setelah digunakan masing-masing
paddock diistirahatkan. Siklus rotational grazing merupakan total panjang waktu grazing
ditambah waktu istirahat. Grazing system lebih efektif dan efisien karena membutuhkan biaya
yang rendah (hemat) dan tenaga kerja yang sedikit Pelaksanaan grazing system dapat dilakukan
dengan pemeriksaan terlebih dahulu kondisi pagar, bak air, bak pakan pada plot yang akan
ditempati. Kelompok sapi yang akan digiring diarahkan untuk menempati plot yang telah
disediakan. Pengawasan ketersediaan hijauan, air minum dan konsentrat dilakukan oleh
petugas lapangan secara rutin setiap hari. Setelah rumput dalam plot habis, maka selanjutnya
sapi akan dilakukan rotasi sesuai dengan rotational grazing system.
Grazing system yang diterapkan di BPTU-HPT Padang Mengatas yaitu dibagi menjadi
44 plot yang terdiri dari 5 plot rumput potong dan 39 plot padang penggembalaan. Hal ini
dilakukan supaya terdapat kemudahan dalam manajemen pengelolaan lahan pastura dan
rotational grazing system. Setiap kelompok sapi minimal menempati 4 sampai 5 plot Setiap
kelompok sapi berada di dalam satu plot (stay) selama 1 sampai 2 minggu, lalu kelompok sapi
tersebut baru dapat dirotasi ke plot atau paddock berikutnya. Plot atau paddock yang telah
digunakan untuk penggembalaan selanjutnya dilakukan pengolahan dan perawatan rumput
kembali agar dapat ditempati oleh ternak sapi pada rotasi selanjutnya sesuai dengan waktunya.
Stay ternak di paddock yang tanaman pakannya sudah siap disenggut sangat penting
dilakukan karena pada saat itu tanaman pakan dalam kondisi nutrien yang baik. Pengaturan
urutan rotational grazing di BPTU-HPT Padang Mengatas belum rapi dan teratur. Hal ini
disebabkan karena umur tanaman pakan di paddock selanjutnya yang belum siap disenggut
dalam kondisi rumput yang masih rendah, sehingga ternak dimasukkan ke paddock yang
kandungan nutrien rumputnya masih rendah. Selain permasalahan tersebut, BPTU-HPT
Padang Mengatas sering mendapat kunjungan dari beberapa instansi luar untuk percontohan
peternakan dengan model penggembalaan di Indonesia sehingga ternak- ternak ditempatkan di
paddock yang berada di dekat jalan utama supaya bisa diperlihatkan ke pengunjung yang
datang, hal ini akhirnya juga dapat mempengaruhi urutan dan keteraturan rotasi paddock. Hal-
hal yang mempengaruhi grazing system, yaitu musim, jumlah dan kebutuhan sapi, serta luas
plot atau paddock. Musim kemarau dapat mengganggu produksi rumput di padang
penggembalaan. Pada waktu musim kemarau sapi digembalakan dengan berat di padang
penggembalaan, sedangkan pada musim penghujan sapi digembalakan secara ringan di padang
penggembalaan.
Pemagaran paddock.
Pagar yang digunakan untuk membatasi lahan penggembalaan adalah pagar baja, pagar
kawat berduri, dan pagar electric fence. Pagar dipasang mengelilingi setiap plot. Setiap plot
dibuat pintu dengan pagar baja dan kawat juga. Plot yang dibatasi dengan pagar electric fence
bertujuan untuk menghemat pemakaian plot atau untuk mengatur pola makan sapi sehingga
dapat membatasi pergerakan sapi dan tidak semua rumput terinjak (meningkatkan efisiensi
penggunaan padang penggembalaan sebagai sumber pakan hijauan). Pagar electric fence
tersebut memanfaatkan tenaga surya sehingga lebih hemat, pada saat ada sinar matahari, pagar
electric fence dapat secara maksimal menyerap tenaga sehingga tetap bisa dimanfaatkan ketika
malam hari ataupun pada saat mendung.
Kerusakan dan Perbaikan Pastura
kapasitas produksi rumput dalam lahan dalam waktu tertentu tidak sebanding dengan
jumlah kebutuhan kelompok sapi. Selain itu, kerusakan mekanik yang biasa terjadi, seperti plot
yang berada pada daerah curam lebih mudah mengalami longsor dan angin kencang yang dapat
merobohkan pohon yang berada di dalam plot maupun di luar plot. Kerusakan kimia dapat
disebabkan karena penggunaan herbisida (seperti roundup) yang berlebihan. Kelebihan
penggunaan herbisida pada waktu disemprotkan dapat menyebabkan pertumbuhan rumput
dalam lahan terganggu, karena selain membunuh qulma yang berada disekitar rumput tanaman
pakan, juga dapat membunuh membahayakan bagi ternak yang memakan rumput yang masin
dan rumput utama mengandung herbisida bahkan dapat menyebabkan kematian. Kerusakan
secara biologi dapat disebabkan oleh pertumbuhan gulma di padang penggembalaan. Gulma
merupakan tanaman yang tidak diinginkan dalam padang penggembalaan. Gulma akan
menjadi pesaing rumput utama dalam plot dalam konsumsi nutrien tanah sehingga tanaman
padang penggembalaan terhambat dalam pemenuhan nutrien. Pertumbuhan gulma yang tak
terkandali dapat menyebabkan perubahan komposisi rumput utama dalam padang
penggembalaan. Perbaikan yang dapat dilakukan, yaitu dalam suatu padang penggembalaan
seharusnya dilakukan perhitungan kapasitas produksi sehingga tidak terjadi overgrazing.
Overgrazing dapat merusak rumput dalam padang penggembalaan karena jumlah ternaknya
yang terlalu banyak. Perbaikan pastura akibat gulma diawali dengan mengevaluasi keadaan
padang pastura. Tindakan perbaikan tergantung kepada komposisi gulma dalam lahan.
Perhitungan komposisi lahan dilakukan dengan menghitung persentase rumput dan gulma
dalam lahan. Penyiangan gulma dilakukan apabila komposisi gulma sebesar 10 sampai 20%.
Renovasi lahan dilakukan apabila komposisi gulma sebesar 60 sampai 80%. Renovasi lahan
dilakukan dengan menentukan plot atau paddock yang akan di renovasi. Selanjutnya
membersihkan gulma atau rumput lain digantikan dengan rumput utama (Brachiaria
decumbens), lalu dilakukan pembajakan dan penggaruan dengan bantuan traktor dan alat garu.
Setelah itu dilakukan pemupukan dasar dengan pupuk kandang dan dilakukan penggaruan
lanjutan dengan bantuan traktor dan alat garu, lalu plot atau paddock siap untuk dilakukan
penanaman hijauan pakan ternak.
Balai Pembibitan Ternak Unggul Hijauan Pakan Ternak Padang Mengatas hendaknya
juga memperhatikan pertumbuhan gulma dan cara oembasmiannya. Pembasmian yang
dilakukan petugas hijauan pakan ternak adalah secara mekanik menggunakan peralatan
pertanian dan kimia menggunakan herbisida. Pembasmian mekanik secara menggunakan
tenaga manual sehingga memiliki kekurangan, yaitu keterbatasan jumlah tenaga kerja dan
lahan yang luas. Pembasmian gulma hendaknya dilakukan sebelum gulma berbunga. Hal ini
bertujuan agar tidak terbentuk biji atau tunas terlebih dahulu. Apabila pembasmian dilakukan
pada saat gulma berbunga maka biji atau tunas akan kembali ke tanah dan mengalami
pertumbuhan kembali. Itulah kendala yang dialami oleh petugas lapangan di BPTU-HPT
Padang Mengatas. Pembasmian dengan herbisida jarang digunakan di padang penggembalaan
karena dikhawatirkan dapat meracuni ternak. Pembasmian gulma dapat dilakukan secara
biologis yakni dengan menghadirkan predator yang dapat menekan pertumbuhan gulma.
Metode yang biasa digunakan adalah improve pasture dengan menyebar benih tanaman legum
menjalar yang berfungsi sebagai cover ground seperti calopogonium, sentrosema,
macroptilium, dan stylo. Chee (1981) cit. Fanindi dan Prawiradiputra (2005) melaporkan
bahwa ketika tidak dilakukan grazing, calopogonium merupakan tanaman yang dominan pada
perkebunan karet yang masih muda pada tahun pertama. Chen et al. (1992) cit. Fanindi dan
Prawiradiputra (2005) melaporkan bahwa calopogonium juga dapat digunakan sebagai pupuk
hijau untuk memperbaiki tanah, merupakan pionner dalam melindungi permukaan tanah,
mengurangi temperatur tanah dan dapat meningkatkan kesuburan tanah, serta dijadikan
tanaman untuk menekan gulma atau rumput sepert Imperata cylindrist L (alang-alang).
Pengendalian mekanis merupakan cara yang paling tua dan masih ilakukan hingga sekarang
dan dianggap cara yang terbaik karena bisa
ulang interval waktu 2 sampai 3 minggu, 2) perakaran tanaman sering mengalami kerusakan
terutama apabila dilakukan secara ceroboh (borongan), dan 3) sekali penyiangan memerlukan
waktu lama sekitar 40 sampai 50 hari orang kerja (HOK) (Tjokrowardojo dan Endjo, 2011)
Ketersediaan air yang berkelanjutan merupakan salan satu indikator kunci keberhasilan
manajemen pastura. Apabila terjadi kekurangan air di musim kemarau maka air dapat diperoleh
dari sumber air. Namun, pemanfaatan dan pengelolaan sumber air di BPTU-HPT Padang
Mengatas masih kurang baik. Hal ini dapat terjadi ketika musim kemarau tiba, apalagi jika
musim kemarau berlangsung lama, karena ketersediaan air masih tergantung dari air hujan dan
air yang mengalir dari Kurangnya ketersediaan air mengakibatkan lambatnya gunung.
pertumbuhan rumput potorng dan Brachiaria decumberns di padang penggembalaan saat
musim kemarau. Kurangnya pemanfaatan dan pengelolaan air disebabakan kurangnya fasilitas
untuk memompa air dan mendistribusikannya, serta membutuhkan tenaga kerja yang banyak.
Pendistribusian air dapat dilakukan menggunakan traktor. Traktor tersebut dapat memompa
dan menyiramkan air ke padang penggembalaan sehingga distribusi air dapat dilakukan secara
cepat dan tidak memerlukan tenaga kerja yang banyak. Menurut Departemen Pertanian (2009)
bahwa suplai air diperlukan untuk pertumbuhan tanaman terutama bagi daerah-daerah yang
mengalami kemarau panjang. Sumber air dapat berasal dari sumber air alami atau Sumber air
buatan. Pengolahan tanah bertujuan mempersiapkan media
dilakukan dengan cermat dan bersih. Disamping itu menggemburkan tanah di sekitar tanaman
budidaya. Keuntungan dengan cara mekanis antara lain gulma yang masih muda dapat
terbenam dan gulma tua mengalami penghancuran dan terbenam ke dalam tanah.
Kelemahannya antara lain: 1) diperlukan penyiangan ulang interval waktu 2 sampai 3 minggu,
2) perakaran tanaman sering mengalami kerusakan terutama apabila dilakukan secara ceroboh
(borongan), dan 3) sekali penyiangan memerlukan waktu lama sekitar 40 sampai 50 hari orang
kerja (HOK) (Tjokrowardojo dan Endjo, 2011). Pengelolaan Sumber Air Ketersediaan air yang
berkelanjutan merupakan salah satu indikator kunci keberhasilan manajemen pastura. Apabila
terjadi kekurangan air di musim kemarau maka air dapat diperoleh dari sumber air. Namun,
pemanfaatan dan pengelolaan sumber air di BPTU-HPT Padang Mengatas masih kurang baik.
Hal ini dapat terjadi ketika musim kemarau tiba, apalagi jika musim kemarau berlangsung
lama, karena ketersediaan air masih tergantung dari air hujan dan air yang mengalir dari
Kurangnya ketersediaan air mengakibatkan lambatnya gunung. pertumbuhan rumput potong
dan Brachiaria decumbens di padang penggembalaan saat musim kemarau. Kurangnya
pemanfaatan dan pengelolaan air disebabakan kurangnya fasilitas untuk memompa air dan
mendistribusikannya, serta membutuhkan tenaga kerja yang banyak. Pendistribusian air dapat
dilakukan menggunakan traktor. Traktor tersebut dapat memompa dan menyiramkan air ke
padang penggembalaan sehingga distribusi air dapat dilakukan secara cepat dan tidak
memerlukan tenaga kerja yang banyak Menurut Departemen Pertanian (2009) bahwa suplai air
diperlukan untuk pertumbuhan tanaman terutama bagi daerah-daerah yang mengalami
kemarau panjang. Sumber air dapat berasal dari sumber air alami atau sumber air buatan.
Pengolahan tanah bertujuan mempersiapkan media