Anda di halaman 1dari 14

Padang pengembalaan

BPTUHPT Padang Mengatas memiliki luas padang penggembalaan 218 ha dan Sistem
pemiliharaan ternak di BPTUHPT Padang Mengatas dilaksanakan dengan sistem Pastura
Grazing, artinya ternak sapi dipelihara di padang pengembalaan sepanjang waktu
penggembalaan (Gambar 4) dengan melakukan rotational grazing, yaitu pengaturan jadwal
pengembalaan sapi pada masing-masing plot atau paddok. Padang pengembalaan terdiri dari
36 plot digunakan untuk 4 plot kebun rumput dan 32 padang penggembalaan dengan ukuran
yang berbeda-beda setiap plotnya, komposisi rumput padang penggembalaan yang tidak jauh
berbeda di antaranya. Rumput utama terdiri dari rumput Brachiaria decumbens (BD) dan star
grass (Cynodon dactylon). Kedua rumput tersebut dipilih sebagai rumput padang
penggembalaan karena mempunyai sifat tahan injakan dan renggutan oleh ternak. Tanaman
lain seperti legum terdiri darin Desmodium, Stylosanthes, Siratro, Calopogonium, putri malu
(Mimosa invisa), dan berbagai gulma yang mengganggu pertumbuhan rumput utama dan
legum. Sapi dimasukan ke plot pada umur 50-55 hari. Menurut

Rata-rata Produksi Sampel Produksi per Panen


Plot Luas (Ha)
(Kg/M2) (Ton)
VIII 5,09 1,19 60,571
XVI 10,5 2,02 212,1
IX 5,6 1,94 108,64
XV Barat 6,09 1,84 112,056
XIV Barat 6,09 1,68 102,312
XVIII Timur 10,62 0,93 98,766
XVII Barat 5,43 0,57 30,951
VIII 5,09 2,72 138,448
Tabel 1 perhitunggan produksi plot

BPTUHPT memiliki Kondisi padang penggembalaan sudah cukup baik karena


pengolahan dan perawatan yang sudah baik pula, setiap plot diberikan pembatas atau pagar
dengan menggunakan kawat berduri. Pemberian pembatas pada setiap plot berfungsi agar
ternak yang ada di padang pengembalaan dapat dibedakan dan tidak tercampur dengan
kelompok ternak lainnya. Ternak yang berada di padang pengembalaan di bagi menjadi
beberapa kelompok ternak yaitu, sapi kosong, sapi bunting muda, sapi induk beranak, sapi dara,
sapi calon pejantan, sapi pejantan dan sapi pesisir. Pada pagi hari ternak yang ada di padang
pengembalaan diberikan pakan konsentrat oleh para pegawai yang bertugas mendistribusikan
pakan dengan menggunakan traktor, setelah itu sapi yang berada pada padang pengembalaan
digiring ke kandang restorasi untuk dilakukannya pengendalian ektoparasit dengan cara
spraying sesuai jadwal kelompok sapi yang akan dispraying, pemberian dan pendeteksian sapi
birahi serta monitoring kesehatan ternak Apabila pada saat dilakukannya monitoring kesehatan
ternak terdapat sapi yang sakit maka akan di obati oleh pegawai yang bertugas. Pada saat
dilakukannya pengobatan ternak tersebut membutuhkan penanganan lebih lanjut maka ternak
akan dipisahkan ke kandang klinik.

D.T 12.A
D.B
12.B 11

E C 13 10

B 14 9

A 15 8
F.A
19.A 16.T 7.T
6
17.T
19.B 16b
F.B 18.T 18.B

20.A
21
Keterangan: 20.B
Rumah Karyawan
Kandang Sapi
2
Kandang Ayam 3
Bengkel
23
22
Gudang Pakan
Security I

Jalan Aspal
Jalan Tanah
Pagar Beton

Pagar yang Hilang


Restorasi
Plot Pengembalaan

Lapangan Olah Raga


No. Nama Plot Luas Plot (Ha) Keterangan
1. I 5,23 baik
2. II Barat 3,89 baik
3. V 0,9 baik
4. VI 2,5 baik
5. VII Timur 4,66 baik
6. VII barat 2,41 baik
7. VIII 5,09 baik
8. IX 5,6 baik
9. X 5,65 baik
10. XII A 6,7 baik
11. XIIB 8,9 baik
12. XIII Timur 5,2 baik
13. XIII Barat 6,09 baik
14. XIV Timur 6,7 baik
15. XIV barat 6,09 baik
16. XIV timur 8,91 baik
17. XV barat 6,09 baik
18. XIV 10,5 baik
19. XVII Timur 5,73 baik
20. XVII barat 5,43 baik
21. XVIII timur 10,62 baik
22. XVIII barat 7,1 baik
23. XIX A 6 baik
24. XIX B 7 baik
25. XX 5,45 Kurang baik
26. XXI 3,1 baik
27. XXII 6 baik
28. XXIII A 3,35 baik
29. XXIII B 1,17 Kurang baik
30. A 2,9 Kurang baik
31. B 5,6 Kurang baik
32. C 4 Kurang baik
33. D timur 15 Kurang baik
34. D barat 13,41 Kurang baik
35. E 3,6 Kurang baik
36. F1 3,6 Kurang baik
37. F2 25 Kurang baik
38. F3 3,6 Kurang baik
39. F4 3,6 Kurang baik
Produksi rumput

Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel memegang peranan penting dalam
menggambarkan hasil yang ingin diperoleh dalam melakukan analisis. Metode pengukuran
produksi rumput pada padang penggembalaan sama dengan metode pengukuran produksi yang
dilakukan di kebun rumput potong. Kegiatan sampling produksi biomassa rumput padang
penggembalaan dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar . Kegiatan sampling produksi biomassa rumput padang penggembalaan

Rumput padang penggembalaan didominasi oleh rumput Brachiaria decumbens dan


star grass. Sapi dimasukkan ke plot atau paddock pada umur rumput 50 sampai 55 hari.
Produksi rumput dalam m sebanyak 1.61 kg/m2 Secara sampai penggembalaan sebesar 80.56
ton/ha/tahun. Perhitungan produksi produksi rumput di umum padang rumput di padang
penggembalaan dan rumput potong lebih lanjut dapat dilihat pada tabel 1. Produksi rumput
mengalami penurunan pada musim kemarau. Pengurangan suplai air menyebabkan
pertumbuhan rumput padang penggembalaan terganggu sehingga menyebabkan penurunan
produksi.

Pemanenan biomassa padang penggembalaan secara langsung oleh senggutan ternak.


Pergiliran pemasukan ternak ke dalam paddock menggunakan rotational grazing system.
Kelompok sapi dibagi menjadi enam kelompok, yaitu kelompok sapi kosong, kelompok sapi
bunting, kelompok sapi induk dan anak, kelompok sapi lepas sapih, kelompok sapi pejantan, ,
serta kelompok sapi pesisir. Rotasi penggembalaan disesuaikan dengan jumlah kelompok sapi
dan plot atau paddock yang siap digembalakan, sedangkan lama penggembalaan disesuaikan
dengan musim, jumlah sapi dalam setiap kelompok, dan luas plot atau paddock.
Manajemen pengolahan dan perawatan

Slashing

Slashing dilakukan 1 sampai 2 hari setelah grazing. Slashing dilakukan menggunakan


traktor yang dilengkapi dengan perangkat alat slashing di belakang traktor. Tinggi rumput
diratakan dan disamakan pada saat slashing. Paddock yang mengalami slashing harus selesai
dikerjakan dalam satu kali pengerjaan. Slashing bertujuan untuk menyamakan tinggi rumput
pasca senggutan penggembalaan ternak sehingga rumput dapat memiliki umur panen yang
sama sehingga nilai gizinya merata pada setiap bagian plot atau paddock. Selain itu, slashing
secara langsung juga meratakan feses dari sapi yang telah dikeluarkan dari plot atau paddock.

Gambar . Slashing padang penggembalaan

Penyiangan

Penyiangan dilakukan untuk membersihkan gulma- gulma pengganggu di padang


penggembalaan dan disekitar pagar. Keberadaan gulma dapat mengganggu komposisi hijauan
pakan ternak gulma juga tidak disukai ternak, terdapat gulma beracun, serta gulma dapat
mengganggu penyerapan pupuk tanaman hijauan. Penyiangan dilakukan dengan cara
menentukan plot paddock yang akan disiangi kemudian peralatan untuk penyiangan disiapkan
dengan memasang rotari pada mesin hand tractor. Perawatan dilakukan dengan mengevaluasi
keadaan padang pastura, jika komposisi gulma sebesar 10 sampai 20% maka akan dilakukan
penyiangan gulma secara manual dengan menggunakan sabit dan jika komposisi gulma 60
sampai 80% maka akan dilakukan renovasi lahan dengan bantuan traktor. Penyiangan secara
kimia dilakukan menggunakan zat-zat kimia atau herbisida seperti roundup. Roundup adalah
herbisida dalam bentuk larutan yang mudah larut dalam air. Roundup dapat mengendalikan
gulma berdaun sempit, berdaun lebar, dan sejenis rumput teki. Roundup mengandung bahan
aktif berupa ipa glifosat 486 g/L (42 % w/w ipa glifosat, setara dengan glifosat 360 g/L).
Metode ini memiliki keuntungan, yaitu dapat membunuh gulma secara langsung dalam waktu
yang cepat. Namun metode ini memiliki kelemahan, yaitu harganya yang mahal dan
membutuhkan pengawasan yang ketat dalam menggunakan zat kimia tersebut karena bersifar
toksik.

Pengairan.

Pengairan yang dilakukan di padang penggembalaan BPTU-HPT Padang Mengatas


sama dengan pengairan di kebun rumput potong, yaitu menggunakan air hujan dan aliran
sumber mata air dari gunung. Ketika musim hujan air tersedia melimpah, sedangkan ketika
musim kemarau maka air untuk pengairan hijauan akan kesulitan, sehingga diperlukan tempat
penampung air yang bisa langsung disalurkan ke masing-masing plot untuk pengairan hijauan.
Air untuk minum ternak dialirkan melalui pipa-pipa ke tempat minum yang tersedia di masing-
masing plot.

Pemupukan.

Pemupukan merupakan upaya pengolahan tanah untuk mengembalikan unsur hara pada
tanah. Pemupukan dilakukan untuk menjaga kebutuhan nutrien rumput pada padang
penggembalaan tetap terjaga. Pupuk yang digunakan berupa pupuk kimia, yaitu urea, SP- 36,
dan KCI. Total perbandingan pemberian pupuk 4:2:1 pada setiap hektar. Pupuk diberikan 2
minggu setelah slasher dengan tinggi rumput 10 cm sekitar Total pemberian campuran pupuk
yaitu 121,7 kg/ha/pemupukan. Pemupukan lebih baik dilakukan setelah turun hujan agar
butiran pupuk mudah larut dan meresap ke tanah. Tahap pemupukan meliputi pupuk
dimasukkan ke dalam tong alat pemupuk sesuai dengan perbandingan, lalu pupuk dicampur
hingga merata. Pemupukan dilakukan dengan traktor dengan perangkat alat pemupukan.
Traktor berjalan secara horizontal dari ujung hingga ujung sisi paddock lalu berpindah hingga
seluruh luasan paddock dilewati butiran atau serbuk pupuk ditebar merata di padang
penggembalaan. Proses pemupukan harus memperhatikan beberapa hal seperti kondisi cuaca,
keadaan dan umur rumput, jenis pupuk yang diberikan dan dosis pemberian pupuk.
Gambar . alat Pemupukan padang penggembalaan ( padat dan cair )

Perawatan, penggembalaan dan peremajaan.

Perawatan dilakukan secara rutin untuk mengontrol kondisi rumput di padang


penggembalaan. Penggembalaan pertama dapat dilakukan dengan setelah rumput tumbuh
menutup semua lahan dan tanaman sudah kuat untuk injakan dan rengggutan ternak, biasanya
umur rumput setelah 7 bulan atau umur tiga kali panen. Selama masa ini perlu dilakukan
pembersihan gulma, sehingga rumput menjadi homogen. Peremajaan padang penggembalaan
dapat dilakukan setiap 10 sampai 15 tahun, tergantung kesuburan tanah dan kondisi hijauan
pakan ternak

Gambar . Ternak yang digembalakan


Gambar . Pohon naungan di digembalakan padang penggembalaan

Rotational grazing system

Grazing system adalah sistem yang diterapkan dalam suatu area yang dibagi menjadi
beberapa plot atau paddock dan digunakan bergantian, serta setelah digunakan masing-masing
paddock diistirahatkan. Siklus rotational grazing merupakan total panjang waktu grazing
ditambah waktu istirahat. Grazing system lebih efektif dan efisien karena membutuhkan biaya
yang rendah (hemat) dan tenaga kerja yang sedikit Pelaksanaan grazing system dapat dilakukan
dengan pemeriksaan terlebih dahulu kondisi pagar, bak air, bak pakan pada plot yang akan
ditempati. Kelompok sapi yang akan digiring diarahkan untuk menempati plot yang telah
disediakan. Pengawasan ketersediaan hijauan, air minum dan konsentrat dilakukan oleh
petugas lapangan secara rutin setiap hari. Setelah rumput dalam plot habis, maka selanjutnya
sapi akan dilakukan rotasi sesuai dengan rotational grazing system.

Grazing system yang diterapkan di BPTU-HPT Padang Mengatas yaitu dibagi menjadi
44 plot yang terdiri dari 5 plot rumput potong dan 39 plot padang penggembalaan. Hal ini
dilakukan supaya terdapat kemudahan dalam manajemen pengelolaan lahan pastura dan
rotational grazing system. Setiap kelompok sapi minimal menempati 4 sampai 5 plot Setiap
kelompok sapi berada di dalam satu plot (stay) selama 1 sampai 2 minggu, lalu kelompok sapi
tersebut baru dapat dirotasi ke plot atau paddock berikutnya. Plot atau paddock yang telah
digunakan untuk penggembalaan selanjutnya dilakukan pengolahan dan perawatan rumput
kembali agar dapat ditempati oleh ternak sapi pada rotasi selanjutnya sesuai dengan waktunya.

Stay ternak di paddock yang tanaman pakannya sudah siap disenggut sangat penting
dilakukan karena pada saat itu tanaman pakan dalam kondisi nutrien yang baik. Pengaturan
urutan rotational grazing di BPTU-HPT Padang Mengatas belum rapi dan teratur. Hal ini
disebabkan karena umur tanaman pakan di paddock selanjutnya yang belum siap disenggut
dalam kondisi rumput yang masih rendah, sehingga ternak dimasukkan ke paddock yang
kandungan nutrien rumputnya masih rendah. Selain permasalahan tersebut, BPTU-HPT
Padang Mengatas sering mendapat kunjungan dari beberapa instansi luar untuk percontohan
peternakan dengan model penggembalaan di Indonesia sehingga ternak- ternak ditempatkan di
paddock yang berada di dekat jalan utama supaya bisa diperlihatkan ke pengunjung yang
datang, hal ini akhirnya juga dapat mempengaruhi urutan dan keteraturan rotasi paddock. Hal-
hal yang mempengaruhi grazing system, yaitu musim, jumlah dan kebutuhan sapi, serta luas
plot atau paddock. Musim kemarau dapat mengganggu produksi rumput di padang
penggembalaan. Pada waktu musim kemarau sapi digembalakan dengan berat di padang
penggembalaan, sedangkan pada musim penghujan sapi digembalakan secara ringan di padang
penggembalaan.

Pemagaran paddock.

Pagar yang digunakan untuk membatasi lahan penggembalaan adalah pagar baja, pagar
kawat berduri, dan pagar electric fence. Pagar dipasang mengelilingi setiap plot. Setiap plot
dibuat pintu dengan pagar baja dan kawat juga. Plot yang dibatasi dengan pagar electric fence
bertujuan untuk menghemat pemakaian plot atau untuk mengatur pola makan sapi sehingga
dapat membatasi pergerakan sapi dan tidak semua rumput terinjak (meningkatkan efisiensi
penggunaan padang penggembalaan sebagai sumber pakan hijauan). Pagar electric fence
tersebut memanfaatkan tenaga surya sehingga lebih hemat, pada saat ada sinar matahari, pagar
electric fence dapat secara maksimal menyerap tenaga sehingga tetap bisa dimanfaatkan ketika
malam hari ataupun pada saat mendung.
Kerusakan dan Perbaikan Pastura

Padang penggembalaan di BPTU-HPT Padang Mengatas tidak selalu dalam kondisi


yang baik. Hijauan pakan ternak di dalam padang penggembalaan dapat mengalami perubahan
maupun penurunan kandungan nutrien. Perubahan maupun penurunan kandungan nutrien
tanaman tersebut dapat disebabkan oleh umur tanaman dari masa penanaman yang sudah
semakin tua, atau karena unsur hara tanah yang sudah mulai berkurang sehingga membutuhkan
pupuk yang dapat mengembalikan kondisi unsur hara tanah, pembalikan tanah juga perlu
dilakukan untuk menetralkan pH tanah dan memberikan oksigen tanah. Kerusakan yang terjadi
di padang penggembalaan dapat disebabkan oleh mekanik, kimia, dan biologi. Kerusakan
mekanik dapat disebabkan akibat overgrazing Overgrazing dapat terjadi apabila

kapasitas produksi rumput dalam lahan dalam waktu tertentu tidak sebanding dengan
jumlah kebutuhan kelompok sapi. Selain itu, kerusakan mekanik yang biasa terjadi, seperti plot
yang berada pada daerah curam lebih mudah mengalami longsor dan angin kencang yang dapat
merobohkan pohon yang berada di dalam plot maupun di luar plot. Kerusakan kimia dapat
disebabkan karena penggunaan herbisida (seperti roundup) yang berlebihan. Kelebihan
penggunaan herbisida pada waktu disemprotkan dapat menyebabkan pertumbuhan rumput
dalam lahan terganggu, karena selain membunuh qulma yang berada disekitar rumput tanaman
pakan, juga dapat membunuh membahayakan bagi ternak yang memakan rumput yang masin
dan rumput utama mengandung herbisida bahkan dapat menyebabkan kematian. Kerusakan
secara biologi dapat disebabkan oleh pertumbuhan gulma di padang penggembalaan. Gulma
merupakan tanaman yang tidak diinginkan dalam padang penggembalaan. Gulma akan
menjadi pesaing rumput utama dalam plot dalam konsumsi nutrien tanah sehingga tanaman
padang penggembalaan terhambat dalam pemenuhan nutrien. Pertumbuhan gulma yang tak
terkandali dapat menyebabkan perubahan komposisi rumput utama dalam padang
penggembalaan. Perbaikan yang dapat dilakukan, yaitu dalam suatu padang penggembalaan
seharusnya dilakukan perhitungan kapasitas produksi sehingga tidak terjadi overgrazing.
Overgrazing dapat merusak rumput dalam padang penggembalaan karena jumlah ternaknya
yang terlalu banyak. Perbaikan pastura akibat gulma diawali dengan mengevaluasi keadaan
padang pastura. Tindakan perbaikan tergantung kepada komposisi gulma dalam lahan.
Perhitungan komposisi lahan dilakukan dengan menghitung persentase rumput dan gulma
dalam lahan. Penyiangan gulma dilakukan apabila komposisi gulma sebesar 10 sampai 20%.
Renovasi lahan dilakukan apabila komposisi gulma sebesar 60 sampai 80%. Renovasi lahan
dilakukan dengan menentukan plot atau paddock yang akan di renovasi. Selanjutnya
membersihkan gulma atau rumput lain digantikan dengan rumput utama (Brachiaria
decumbens), lalu dilakukan pembajakan dan penggaruan dengan bantuan traktor dan alat garu.
Setelah itu dilakukan pemupukan dasar dengan pupuk kandang dan dilakukan penggaruan
lanjutan dengan bantuan traktor dan alat garu, lalu plot atau paddock siap untuk dilakukan
penanaman hijauan pakan ternak.

Kurangnya Pengelolaan Padang Penggembalaan Pengelolaan

padang penggembalaan adalah hal penting setelah pembuatan padang penggembalaan.


Apabila terjadi kesalahan pada pengelolaan padang penggembalaan berarti harus
mengembalikan kondisi padang penggembalaan seperti semula. Hal ini terjadi pada paddock
XVI yang mengalami hambatan pertumbuhan pada rumput Brachiaria decumbens sebagai
rumput utama. Paddock XVI menjadi tempat sementara bagi sapi yang telah selesai dilakukan
IB maupun spraying. Paddock ini seharusnya mempunyai produksi rumput yang tinggi, namun
karena sebelum panen sudah direnggut oleh sapi maka produksi rumput di paddock XVI tidak
dapat optimal, sehingga terjadi penurunan produksi rumput utama. Selain itu, paddock XVI
karena kurang terawat oleh petugas banyak tumbuh gulma-gulma yang dapat serta menjadi
tempat mengganggu tumbuhnya tanaman utama, sementara tumbuhnya caplak yang
merupakan parasit utama pada sapi di BPTU-HPT Padang Mengatas. Penyiangan menjadi
solusi yang tepat untuk mendapatkan kembali padang penggembalaan yang baik dengan cara
memotong gulma dan membakarnya. Setelah itu, dilakukan pembalikan tanah dan disertai
dengan pemupukan untuk memperoleh tanah yang gambur dan efisiensi penggunaan pupuk.
Penanaman kembali pols dapat dilakukan untuk mengganti rumput yang pertumbuhannya
terhambat dan tidak sempurna sembari dilakukan penyiangan secara rutin agar jumlah caplak
yang hidup di padang penggembalaan berkurang bahkan habis. Proses reproduksi pada tungau
dan caplak bervariasi. Siklus hidup yang dijalaninya berupa telur, larva, nimpha, tungau atau
caplak dewasa. Larva tungau dan caplak hanya memiliki 3 pasang kaki. Larva caplak setelah
makan darah induk semang, akan tumbuh menjadi nimpha yang memiliki 4 pasang kaki.
Nimpha makan darah dan akan tumbuh menjadi caplak dewasa. Setelah makan satu kali sampai
kenyang, caplak dewasa betina akan bertelur kemudian akan mati. Caplak betina setelah
kenyang menghisap darah dapat membengkak 20 sampai 30 kali ukuran semula. Caplak
memerlukan 1 tahun untuk menyelesaikan satu siklus hidup di daerah tropis dan lebih dari satu
tahun di daerah lebih dingin. Caplak dapat bertahan hidup selama berbulan-bulan tanpa makan
jika belum mendapatkan induk semangnya. Caplak dapat hidup pada 1 sampai 3 induk semang
berbeda selama fase pertumbuhannya sehingga dikenal dengan sebutan caplak berinduk
semang satu, berinduk semang dua, dan berinduk semang tiga (Vredevoe, 1997). Selain
memperhatikan pemilihan spesies rumput dan legum, hal yang perlu diperhatikan adalah
memperhatikan siklus nutrien dan kapasitas tampung. Apabila tekanan penggembalaan
melebihi dari kapasitas tampung maka akan terjadi overgrazing yang ditandai dengan rusaknya
rumput, munculnya gulma dan terjadi erosi tanah. Menurut Emrich et al. (2000) bahwa
penggembalaan yang berlebihan (overgrazing) untuk dapat mengurangi kemampuan padang
penggembalaan bergenerasi dan kesuburan tanah dalam jangka waktu yang lama. Oleh karena
itu, dengan adanya tata laksana pengelolaan pastura yang baik dan benar serta diatur secara
kontinyu, diharapkan dapat menjadi solusi dari kurangnya pengelolaan padang
penggembalaan.

Kurangnya Penanganan Gulma

Balai Pembibitan Ternak Unggul Hijauan Pakan Ternak Padang Mengatas hendaknya
juga memperhatikan pertumbuhan gulma dan cara oembasmiannya. Pembasmian yang
dilakukan petugas hijauan pakan ternak adalah secara mekanik menggunakan peralatan
pertanian dan kimia menggunakan herbisida. Pembasmian mekanik secara menggunakan
tenaga manual sehingga memiliki kekurangan, yaitu keterbatasan jumlah tenaga kerja dan
lahan yang luas. Pembasmian gulma hendaknya dilakukan sebelum gulma berbunga. Hal ini
bertujuan agar tidak terbentuk biji atau tunas terlebih dahulu. Apabila pembasmian dilakukan
pada saat gulma berbunga maka biji atau tunas akan kembali ke tanah dan mengalami
pertumbuhan kembali. Itulah kendala yang dialami oleh petugas lapangan di BPTU-HPT
Padang Mengatas. Pembasmian dengan herbisida jarang digunakan di padang penggembalaan
karena dikhawatirkan dapat meracuni ternak. Pembasmian gulma dapat dilakukan secara
biologis yakni dengan menghadirkan predator yang dapat menekan pertumbuhan gulma.
Metode yang biasa digunakan adalah improve pasture dengan menyebar benih tanaman legum
menjalar yang berfungsi sebagai cover ground seperti calopogonium, sentrosema,
macroptilium, dan stylo. Chee (1981) cit. Fanindi dan Prawiradiputra (2005) melaporkan
bahwa ketika tidak dilakukan grazing, calopogonium merupakan tanaman yang dominan pada
perkebunan karet yang masih muda pada tahun pertama. Chen et al. (1992) cit. Fanindi dan
Prawiradiputra (2005) melaporkan bahwa calopogonium juga dapat digunakan sebagai pupuk
hijau untuk memperbaiki tanah, merupakan pionner dalam melindungi permukaan tanah,
mengurangi temperatur tanah dan dapat meningkatkan kesuburan tanah, serta dijadikan
tanaman untuk menekan gulma atau rumput sepert Imperata cylindrist L (alang-alang).
Pengendalian mekanis merupakan cara yang paling tua dan masih ilakukan hingga sekarang
dan dianggap cara yang terbaik karena bisa

ulang interval waktu 2 sampai 3 minggu, 2) perakaran tanaman sering mengalami kerusakan
terutama apabila dilakukan secara ceroboh (borongan), dan 3) sekali penyiangan memerlukan
waktu lama sekitar 40 sampai 50 hari orang kerja (HOK) (Tjokrowardojo dan Endjo, 2011)

Pengelolaan Sumber Air

Ketersediaan air yang berkelanjutan merupakan salan satu indikator kunci keberhasilan
manajemen pastura. Apabila terjadi kekurangan air di musim kemarau maka air dapat diperoleh
dari sumber air. Namun, pemanfaatan dan pengelolaan sumber air di BPTU-HPT Padang
Mengatas masih kurang baik. Hal ini dapat terjadi ketika musim kemarau tiba, apalagi jika
musim kemarau berlangsung lama, karena ketersediaan air masih tergantung dari air hujan dan
air yang mengalir dari Kurangnya ketersediaan air mengakibatkan lambatnya gunung.
pertumbuhan rumput potorng dan Brachiaria decumberns di padang penggembalaan saat
musim kemarau. Kurangnya pemanfaatan dan pengelolaan air disebabakan kurangnya fasilitas
untuk memompa air dan mendistribusikannya, serta membutuhkan tenaga kerja yang banyak.
Pendistribusian air dapat dilakukan menggunakan traktor. Traktor tersebut dapat memompa
dan menyiramkan air ke padang penggembalaan sehingga distribusi air dapat dilakukan secara
cepat dan tidak memerlukan tenaga kerja yang banyak. Menurut Departemen Pertanian (2009)
bahwa suplai air diperlukan untuk pertumbuhan tanaman terutama bagi daerah-daerah yang
mengalami kemarau panjang. Sumber air dapat berasal dari sumber air alami atau Sumber air
buatan. Pengolahan tanah bertujuan mempersiapkan media

dilakukan dengan cermat dan bersih. Disamping itu menggemburkan tanah di sekitar tanaman
budidaya. Keuntungan dengan cara mekanis antara lain gulma yang masih muda dapat
terbenam dan gulma tua mengalami penghancuran dan terbenam ke dalam tanah.
Kelemahannya antara lain: 1) diperlukan penyiangan ulang interval waktu 2 sampai 3 minggu,
2) perakaran tanaman sering mengalami kerusakan terutama apabila dilakukan secara ceroboh
(borongan), dan 3) sekali penyiangan memerlukan waktu lama sekitar 40 sampai 50 hari orang
kerja (HOK) (Tjokrowardojo dan Endjo, 2011). Pengelolaan Sumber Air Ketersediaan air yang
berkelanjutan merupakan salah satu indikator kunci keberhasilan manajemen pastura. Apabila
terjadi kekurangan air di musim kemarau maka air dapat diperoleh dari sumber air. Namun,
pemanfaatan dan pengelolaan sumber air di BPTU-HPT Padang Mengatas masih kurang baik.
Hal ini dapat terjadi ketika musim kemarau tiba, apalagi jika musim kemarau berlangsung
lama, karena ketersediaan air masih tergantung dari air hujan dan air yang mengalir dari
Kurangnya ketersediaan air mengakibatkan lambatnya gunung. pertumbuhan rumput potong
dan Brachiaria decumbens di padang penggembalaan saat musim kemarau. Kurangnya
pemanfaatan dan pengelolaan air disebabakan kurangnya fasilitas untuk memompa air dan
mendistribusikannya, serta membutuhkan tenaga kerja yang banyak. Pendistribusian air dapat
dilakukan menggunakan traktor. Traktor tersebut dapat memompa dan menyiramkan air ke
padang penggembalaan sehingga distribusi air dapat dilakukan secara cepat dan tidak
memerlukan tenaga kerja yang banyak Menurut Departemen Pertanian (2009) bahwa suplai air
diperlukan untuk pertumbuhan tanaman terutama bagi daerah-daerah yang mengalami
kemarau panjang. Sumber air dapat berasal dari sumber air alami atau sumber air buatan.
Pengolahan tanah bertujuan mempersiapkan media

Anda mungkin juga menyukai