Anda di halaman 1dari 16

Petunjuk Teknis Pengawasan Mutu Semen Sapi dan Kerbau

DEPARTEMEN PERTANIAN

DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PETERNAKAN


NOMOR : 121/Kpts/OT.210/F/11.06 TENTANG

PETUNJUK TEKNIS PENGAWASAN MUTU SEMEN BEKU SAPI DAN KERBAU


DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR JENDERAL PETERNAKAN Menimbang : a. bahwa dalam rangka menjamin kualitas mutu semen beku bibit yang beredar telah ditetapkan standar semen beku sapi SNI 01-4869.1-2005 dan semen beku kerbau SNI 014869-2-2005; b. bahwa dalam upaya meningkatkan koordinasi, daya guna dan hasil guna dalam pengawasan mutu semen beku tersebut, sekaligus dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah sesuai Undang-Undang No. 32 tahun 2004 dipandang perlu menetapkan petunjuk teknis pengawasan mutu semen beku sapi dan kerbau dengan Peraturan Direktur Jenderal Peternakan; Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1967 tentang Ketentuanketentuan Pokok Peternakan dan Kesehatan Hewan

Petunjuk Teknis Pengawasan Mutu Semen Sapi dan Kerbau

(Lembaran Negara Tahun 1967 Nomor 10; Tambahan Lembaran Negara Nomor 2824); 2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 1977 tentang Penolakan, Pencegahan, Pemberantasan dan Pengobatan Penyakit Hewan (Lembaran Negara Tahun 1977 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3101); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1977 tentang Usaha Peternakan (Lembaran Negara Tahun 1977 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3102); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 Tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952 ); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 102 Tahun 2000 tentang Standarisasi Nasional (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 299, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4020); 7. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 Tentang Kedudukan Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Kementerian Negara RI sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2005; 8. Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Kementerian Negara RI sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2005;
2

Petunjuk Teknis Pengawasan Mutu Semen Sapi dan Kerbau

9. Keputusan Presiden Nomor 89/M Tahun 2005; 10. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 170/Kpts/OT.210/3/ 2002 tentang Pelaksanaan Standarisasi Nasional dibidang Pertanian; 11. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 299/Kpts/OT.210/07/ 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Pertanian; 12. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 341/Kpts/OT.210/9/ 2005 tentang Kelengkapan Organisasi dan Tata Kerja Departemen Pertanian; 13. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 404/Kpts/OT.210/6/ 2002 tentang Pedoman Perizinan dan Pendaftaran Usaha Peternakan; 14. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 36/Permentan/ OT.140/8/2006 tentang Sistem Perbibitan Ternak Nasional; MEMUTUSKAN Menetapkan KESATU : Memberlakukan Petunjuk Teknis Pengawasan Mutu Semen Beku Sapi dan Kerbau sebagaimana tercantum pada lampiran Peraturan ini. KEDUA : Petunjuk teknis pengawasan Mutu Semen Beku Sapi dan Kerbau sebagaimana di maksud pada diktum KESATU merupakan acuan bagi perusahaan pembibit, peternak budidaya dalam melakukan kegiatan pembibitan dan bagi

Petunjuk Teknis Pengawasan Mutu Semen Sapi dan Kerbau

petugas pengawas mutu dan pihak yang terkait dalam melakukan kegiatan pengawasan mutu semen beku. KETIGA : Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 16 Nopember 2006 DIREKTUR JENDERAL,

MATHUR RIADY NIP. 010 110 372 Salinan Keputusan ini disampaikan kepada Yth : 1. Menteri Pertanian; 2. Sekretaris Jenderal Departemen Pertanian; 3. Gubernur Provinsi di seluruh Indonesia; 4. Bupati/Walikota di seluruh Indonesia; 5. Kepada Dinas yang membidangi fungsi Peternakan Provinsi di seluruh Indonesia; 6 Kepala Dinas yang membidangi fungsi Peternakan Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia; 7 Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari di Jawa Timur; 8 Balai Inseminasi Buatan Lembang di Jawa Barat.

Petunjuk Teknis Pengawasan Mutu Semen Sapi dan Kerbau

LAMPIRAN : NOMOR : TANGGAL :

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PETERNAKAN 121/Kpts/OT.210/F/11.06 16 Nopember 2006

PETUNJUK TEKNIS PENGAWASAN MUTU SEMEN BEKU SAPI DAN KERBAU


I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Keberhasilan Inseminasi Buatan (IB) di lapangan secara teknis dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain mutu semen beku, kondisi reproduksi ternak betina, ketrampilan petugas/inseminator dan pengetahuan peternak dalam mendeteksi birahi serta didukung oleh hasil pencatatan/recording. Sedangkan mutu semen beku dipengaruhi oleh faktor-faktor antara lain kualitas pejantan yang menghasilkan sperma, cara produksi semen beku di BIB dan penanganan semen beku sampai dengan saat pelaksanaan IB di lapangan. Sebagai salah satu upaya pendukung keberhasilan IB telah ditetapkan standar semen beku sapi SNI 01-4869.1-2005 dan semen beku kerbau SNI 01-4869.2-2005. Agar mutu semen beku untuk kegiatan inseminasi buatan terjamin mutunya dan konsumen semen beku dapat terlindungi dari kerugian maka perlu dilakukan pengawasan terhadap semen beku secara kontinyu. Sehubungan dengan hal tersebut di atas dalam upaya meningkatkan koordinasi, daya guna dan hasil guna pengawasan mutu semen beku tersebut sekaligus dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah sesuai Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 maka perlu ditetapkan petunjuk teknis pengawasan semen beku terutama pengawasan semen beku di lapangan.
5

Petunjuk Teknis Pengawasan Mutu Semen Sapi dan Kerbau

2. Maksud dan Tujuan a. Maksud ditetapkannya petunjuk teknis pengawasan semen beku sapi dan kerbau adalah sebagai acuan bagi aparat dalam melakukan pengawasan mutu dilapangan, agar mutu semen yang diproduksi dan diedarkan/diperdagangkan sampai kepada peternak tetap terjamin sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI); b. Tujuan ditetapkannya pentunjuk teknis pengawasan semen beku sapi dan kerbau ini agar mutu semen beku yang diproduksi, diedarkan sampai saat di inseminasikan sesuai dengan persyaratan dan standar yang telah ditetapkan. 3. Ruang Lingkup Ruang Lingkup Pengawasan Mutu Semen Beku meliputi : a. Lokasi dan Obyek; b. Tatacara pemeriksaan mutu semen; c. Tatacara pengawasan; d. Pelaporan; e. Tindak lanjut hasil pengawasan. 4. Pengertian Dalam petunjuk teknis ini yang dimaksud dengan : a. Pengawasan mutu semen beku adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengawasi produksi dan peredaran semen beku dengan tujuan agar semen yang diproduksi dan diedarkan memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan; b. Pengawas mutu semen beku adalah pegawai negeri sipil yang diberi tugas, tanggungjawab, wewenang untuk melakukan kegiatan pengawasan semen beku; c. Semen/mani adalah zat cair (cairan) yang terdiri atas spermatozoa dan plasma seminalis yang berasal dari pejantan yang dapat digunakan untuk proses pembuahan;
6

Petunjuk Teknis Pengawasan Mutu Semen Sapi dan Kerbau

d. Semen Beku Sapi/Kerbau adalah semen yang berasal dari pejantan sapi/kerbau terpilih yang diencerkan sesuai prosedur proses produksi sehingga menjadi semen beku dan disimpan di dalam rendaman nitrogen cair pada suhu -196C pada kontainer. e. Pejantan sapi/kerbau unggul adalah pejantan sapi/kerbau yang sudah diseleksi berdasarkan standar bibit yang berlaku yaitu garis keturunannya (pedigree/silsilah) kemampuan produksi dan reproduksi keturunannya (progeny). f. Pengencer semen adalah bahan organik atau anorganik yang memenuhi persyaratan teknis sebagai pengencer semen yang telah ditetapkan.

g. Gerak sperma adalah derajat motilitas sperma dinyatakan dengan angka nilai 0 (no)l sampai dengan 4 (empat) h Motilitas sperma adalah persentase jumlah pergerakan sperma hidup dan bergerak maju/progresif yang nilainya berkisar antara 0% sampai dengan 100%. Pengawasan Mutu Semen adalah kegiatan yang dilakukan untuk menilai semen terhadap terpenuhinya persyaratan atau standar yang ditetapkan; Pengujian semen beku adalah proses pengujian yang dilakukan oleh laboratorium uji mutu yang telah terakreditasi yang sesuai ISO 17025

i.

j.

II. LOKASI DAN OBYEK PENGAWASAN 1. Lokasi Pengawasan. : Pengawasan mutu terhadap semen beku dilakukan di lokasi sebagai berikut : a. di tingkat produsen adalah di BIB Nasional dan Daerah. b. di bandara atau pelabuhan laut khusus untuk semen beku impor
7

Petunjuk Teknis Pengawasan Mutu Semen Sapi dan Kerbau

c. di lapangan yaitu di Dinas Peternakan Provinsi, Dinas Peternakan Kabupaten/Kota dan Pos IB, Insiminator dan swasta/koperasi. 2. Obyek Pengawasan Obyek pengawasan dan penanganan terhadap semen beku meliputi : a. Semen beku (1) pengawasan dilakukan setelah proses pembekuan sebelum dikirim kepada konsumen dan setelah diterima konsumen paling lambat 2 x 24 jam. (2) sesudah di cairkan kembali (post thawing ) pada suhu 37- 38 C selama 15-30 detik, dilakukan sekurang-kurangnya 5 (lima) lapangan pandang di bawah mikroskop pembesaran 20 x 40 atau 40-45 x 10 dengan menggunakan meja pemanas 37 C . b. Penanganan semen beku Pengawasan penanganan semen beku dilakukan terhadap kualitas semen beku, pengemasan, indentifikasi straw, penyimpanan, kondisi Nitrogen cair sebelum dan saat pengiriman semen beku pada konteiner yang digunakan. III. PETUGAS PENGAWASAN MUTU SEMEN BEKU 1. Persyaratan Pengawas. Untuk dapat ditunjuk sebagai pengawas mutu semen beku, harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. menduduki dalam jabatan fungsional pengawas bibit atau petugas yang ditunjuk sebagai pengawas mutu semen beku oleh pejabat yang berwenang di Pusat, Dinas Provinsi atau Kabupaten/Kota. b. telah mengikuti pelatihan Penanganan Semen Beku yang diselenggarakan oleh Instansi yang berkompeten selama 5 hari atau 50 jam dan dinyatakan lulus bersertifikat.
8

Petunjuk Teknis Pengawasan Mutu Semen Sapi dan Kerbau

2. Pelatihan Tenaga Pengawas Mutu Semen Beku a. pelatihan petugas pengawas mutu semen beku dilakukan oleh Dinas Peternakan atau Dinas yang membidangi fungsi peternakan di Provinsi atau Iembaga yang berkompeten. b. penyelenggaraan pelatihan petugas pengawas mutu semen beku berdasarkan pedoman yang telah ditetapkan oleh Direktur Jenderal Peternakan bersama Kepala Badan Pengembangan SDM. 3. Tugas dan Wewenang a. Pengawas mutu semen beku mempunyai tugas melakukan pemeriksaan mutu semen beku : (1) di tingkat produsen (BIB Nasional dan Daerah) dilaksanakan secara periodik, minimal satu kali setahun. Produksi semen hasil BIB Nasional dan Daerah wajib diperiksa di laboratorium uji yang telah terakreditasi sebelum dikirim/dijual ke konsumen. (2) di Bandara udara dan pelabuhan laut setiap ada kegiatan impor semen. Semen yang berasal dari Luar Negeri (impor) akan diperiksa di laboratorium uji Mutu yang telah akreditasi atau menerapkan Sistem Mutu sesuai ISO-17025. Semen yang diperiksa adalah yang lulus pemeriksaan karantina dan sebelum semen keluar Bandara udara atau Pelabuhan laut. (3) di lapangan, pada stock semen beku yang ada dan semen beku yang diterima : a) Pengawas mutu semen beku daerah hanya diperbolehkan memeriksa mutu semen beku yang beredar didaerahnya. b) Pemeriksaan antar Provinsi atau daerah hanya dapat dilakukan oleh petugas pengawas mutu berdasarkan surat tugas oleh Direktur Jenderal Peternakan. b. Dalam melaksanakan tugas, pengawas mutu semen beku mempunyai wewenang :
9

Petunjuk Teknis Pengawasan Mutu Semen Sapi dan Kerbau

(1) memeriksa mutu semen beku dan kemasan. (2) melaporkan hasil pemeriksaan kepada pejabat pemberi tugas secara lengkap dan melampirkan Berita Acara Pemeriksaan. (3) mengusulkan peninjauan produksi dan peredaran semen beku yang dicurigai menyalahi ketentuan yang berlaku. 4. Pengangkatan dan pemberhentian pengawas mutu semen beku. Pejabat yang berwenang mengangkat dan memberhentikan dalam jabatan fungsional pengawas semen beku adalah : a. ditingkat Provinsi adalah Kepala Dinas Peternakan atau Dinas teknis yang membidangi fungsi Peternakan di Provinsi, atau pejabat yang ditunjuk sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. b. ditingkat Kabupaten adalah Kepala Dinas Peternakan atau Dinas yang membidangi fungsi Peternakan di Kabupaten/Kota atau pejabat yang ditunjuk sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku. c. pengawas mutu semen beku dapat diberhentikan apabila : (1) mutasi/perpindahan tugas; (2) petugas pengawas mutu melakukan pelanggaran; (3) pengunduran diri dan atau; (4) meninggal dunia. IV. TATACARA PENGAWASAN MUTU SEMEN BEKU 1. Rencana Kerja Pengawas a. Setiap pengawas mutu semen beku wajib menyusun rencana kerja tahunan yang dirinci dalam kegiatan bulanan. b. Rencana kerja tersebut diajukan kepada pejabat pemberi tugas. 2. Pelaksananan Pengawasan a. Pengawasan di produsen dilakukan minimal satu kali setahun;
10

Petunjuk Teknis Pengawasan Mutu Semen Sapi dan Kerbau

b. Pengawasan di Bandara udara dan Pelabuhan Laut dilaksanakan setiap ada kegiatan impor semen beku, semen beku diperiksa setelah lulus pemeriksaan karantina dan sebelum semen beku keluar Bandara atau Pelabuhan laut. c. Pengawasan dilapangan dilakukan setiap semen beku diterima di Dinas teknis yang membidangi fungsi Peternakan di Provinsi maupun Kabupaten/Kota. d. Didalam melakukan pengawasan petugas wajib mengunakan kartu identitas tanda pengenal serta dilengkapi dengan surat tugas yang ditandatangani oleh pejabat yang berwenang. 3. Cara Pengambilan dan Pemeriksaan Sampel Semen Beku Langkah-langkah pengambilan dan pemeriksaan sampel semen beku adalah sebagai berikut : a. Sebelum melakukan pengambilan dan pemeriksaan sampel semen beku, perlu mempersiapkan peralatan yang meliputi: (1) Mikroskop; (2) Warm plate Glass ware; (3) Gunting dan (4) Tissue. b. Pengambilan dan pemeriksaan Sampel semen beku dilakukan di produsen dan konsumen adalah sebagai berikut: (1) pengambilan dan pemeriksaan sampel dilakukan oleh petugas pengawas mutu semen beku bersertifikat. (2) pengambilan dan pemeriksaan sampel dilakukan pada setiap kode batch masing-masing minimal 2 dosis di tingkat produsen dan minimal 2 dosis dalam satu container untuk tingkat konsumen. (3) pengambilan dan pemeriksaan sampel secara acak.
11

Petunjuk Teknis Pengawasan Mutu Semen Sapi dan Kerbau

c. Pemeriksaan sampel dilakukan dengan cara sebagai berikut: (1) pemeriksaan dilakukan pada setiap container penyimpanan semen beku; (2) pemeriksaan semen beku dilakukan sesudah dicairkan (post thawing) dengan menggunakan mikroskop; (3) semen beku di cairkan pada air hangat + 37o selama 15 detik atau air biasa selama 30 menit; (4) Keringkan straw dengan kertas tissue/kapas bersih; (5) Gunting salah satu dari kedua ujung dan bagian tengahnya tetapi tidak sampai putus; (6) Teteskan semen pada obyek glass pada 2-3 tempat masingmasing satu tetes; (7) Tutup dengan cover glass; (8) Pemeriksaan dilakukan pada sekurang-kurangnya 5 (lima) lapangan pandang dibawah mikroskop pembesaran 20 x 10 atau 40 45 x 10, dengan menggunakan meja pemanas (warm plate) dengan suhu 37 C. 4. Cara Penilaian Penilaian dinyatakan dalam persentase sel spermatozoa yang gerak maju (motil progresif) terhadap keseluruhan jumlah sel spermatozoa serta gerak individu sperma sebagaimana ditetapkan dalam standar mutu semen beku sapi SNI 01-4869.1-2005 dan semen beku kerbau SNI 01-4869.2-2005 yaitu: a. permatozoa sapi gerak maju minimal 40 % dan gerak individu minimal 3 (tiga); b. spermatozoa kerbau gerak maju 30 % dan gerak individu minimal 2 (dua);
12

Petunjuk Teknis Pengawasan Mutu Semen Sapi dan Kerbau

Cara Penanganan Semen beku Penanganan semen beku dilakukan penyimpanan dan pengiriman semen beku. a. Pengemasan Pengemasan semen beku meliputi ukuran ,warna dan penandaan straw sebagaimana ditetapkan pada standar mutu semen beku sapi SNI 01-4869.1-2005 dan semen beku kerbau SNI 01-4869.2-2005 b. Ukuran Straw. (1) mini straw volume 0,25 ml minimal 25 juta/straw. (2) medium straw volume 0,50 ml minimal 30 juta/straw c. Penandaan straw (1) pada setiap straw harus tercetak kode pejantan, nama pejantan, kode batch, nama produsen (BBIB Singosari/BIB Lembang/BIBD) dan breed/bangsa pejantan; (2) kode pejantan terdiri dari 6 (enam) digit. Dua digit menandakan kode bangsa, dua digit ditengah menandakan tahun kelahiran dan dua digit terakhir menandakan nomor urut pejantan. (3) kode bangsa dan warna straw ditetapkan sebagai berikut : a) Bali. 1 Merah. b) Ongole. 2 Biru Muda. c) FH. 3 Abu-abu. d) Brahman. 4 Biru Tua. e) Herefor.d 5 Coklat Tua f) Simmental. 6 Transparan.. g) Charolais 7 Kuning h) Limousine 8 Merah Muda i) Santa Gertrudis 9 Hijau Pupus. j) Belmon Red 10 Jingga k) Australian MZ. 11 Hitam.
13

terhadap

pengemasan,

Petunjuk Teknis Pengawasan Mutu Semen Sapi dan Kerbau

l) m) n) o) p) q)

Drought Master Kerbau Brangus Taurindicus Madura Angus

12 13 14 15 16 17

Coklat Muda Unggu. Hijau Tua Merah Anggur Hijau Muda. Salmon

d. Penyimpanan Semen beku harus disimpan dan terendam penuh dalam nitrogen cair suhu minus ( - ) 196C pada kontainer kriogenik. Penyimpanan semen beku dalam kontainer tersebut dapat menggunakan goblet dan canister sesuai jenis/tipe kontainer. e. Pengiriman Setiap pengiriman semen beku, container harus disegel dan diberi label yang berisi keterangan tentang jumlah straw, breed/bangsa, kode pejantan, tanggal pemeriksaan mutu semen, serta nama pengirim, sebagaimana ditetapkan pada standar mutu semen beku sapi atau kerbau. VI. PELAPORAN DAN TINDAK LANJUT HASIL PENGAWASAN 1. Pelaporan a. Pengawas mutu semen beku wajib membuat laporan hasil pengawasan secara berkala setiap 3 (tiga) bulan sekali kepada pejabat pemberi tugas. b. Laporan hasil pengawasan tersebut dituangkan dalam bentuk Berita Acara pemeriksaan semen beku yang memuat antara lain : (1) dasar pelaksanaan pemeriksaan semen beku. (2) nama petugas pengawas mutu semen beku. (3) jumlah dan jenis, nama dan kode pejantan serta batcth number semen beku yang diperiksa;
14

Petunjuk Teknis Pengawasan Mutu Semen Sapi dan Kerbau

(4) jumlah dan jenis semen beku yang dinyatakan rusak atau berkualitas rendah dan tidak layak untuk Inseminasi Buatan. c. Laporan hasil pengawasan tersebut disampaikan kepada Kepala Dinas Peternakan atau Dinas yang menangani fungsi peternakan di Provinsi dan atau Kabupaten/Kota. d. Kepala Dinas Peternakan atau Dinas Yang menangani fungsi Peternakan Provinsi dan/atau Kabupaten/Kota mengirim laporan kepada Direktur Jenderal Peternakan untuk produksi semen beku BIB Nasional. e. Kepala Dinas Peternakan atau Dinas yang menangani fungsi peternakan di Provinsi mengirim laporan Kepada Gubenur Dinas untuk produksi BIB daerah dengen tembusan kepada Direktur Jenderal Peternakan. f. Kepala Dinas Peternakan atau Dinas yang menangani fungsi peternakan di Kabupaten/Kota mengirim laporan Kepada Kepala Dinas Peternakan Provinsi untuk produksi BIB daerah dengen tembusan kepada Direktur Jenderal Peternakan.

2. Tindak Lanjut. Tindak lanjut terhadap semen yang rusak atau mutunya dibawah standar dapat berupa penghapusan semen beku dengan urutan sebagai berikut : a. Berdasarkan Berita Acara yang disampaikan oleh petugas pengawas mutu semen beku, Kepala Dinas yang bersangkutan mengusulkan penghapusan semen beku yang rusak dan mutunya. b. Tata cara pengusulan penghapusan semen beku mengacu kepada Peraturan pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang pengelolaan barang milik negara/daerah dan/atau berdasarkan peraturan perundang-undangan dibidang pengelolaan barang milik negara/daerah
15

Petunjuk Teknis Pengawasan Mutu Semen Sapi dan Kerbau

VII. PENUTUP Petunjuk teknis ini bersifat dinamis dan akan disesuaikan kembali apabila terjadi perubahan sesuai dengan perkembangan IPTEK dan kebutuhan masyarakat.

DIREKTUR JENDERAL,

MATHUR RIADY NIP 010110 372

16

Anda mungkin juga menyukai