PENDAHULUAN
Metanolmempunyai berat molekul 32,043 g/mol dan berwujud cair pada suhu
lingkungandan tekanan atmosferis. Titik didih metanol sebesar 64,7°C dan titik
industriantara lain: industri asam asetat, formaldehid, Methyl Tertier Buthyl Eter
masa depan karenamemiliki bilangan oktan yang tinggi dengan pembakaran yang
lebih sempurnasehingga gas karbon monoksida sebagai hasil samping reaksi utama
1
Pendirian pabrik methanol merupakan hal yang sangat menjanjikan
denganalasan:
2. Harga produk yang menarik (harga metanol sebesar 2.150 USD per ton).
Natural Gas merupakan langkah yang strategis dan menarik untuk dikaji lebih lanjut.
Saat ini Indonesia baru memiliki satu pabrik metanol yakni PTKaltim
Methanol Industri (PT KMI) dengankapasitas terpasang sebesar 660.000 MTPY dan
Pure Methanol grade AA(purity min 99,85%). Dalam prosesnya pabrik methanol ini
menggunakangas alam dari Badak Gas Field Center sebagai bahan baku. Produksi
SojitzCorporation sebesar 70% (480.000 MT) dan sisanya 30% (180.000 MT)untuk
wilayah Indonesia oleh PT. Humpuss. Berikut data impor methanol di Indonesia dari
2
Dari tabel 1.1 kemudian dilakukan regresi linier untuk mendapatkan tren
600000
500000
400000
f(x) = − 10323.23 x + 21182351.33
300000
200000
100000
0
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Gambar 1.1 Perkembangan Impor Methanol di Indonesia
Methanol yaitu :
3
Berdasarkan data statistik perdagangan luar negeri Indonesia,kebutuhan
lainnya, maka tujuan didirikan methanol plant ini adalah untukmemenuhi kebutuhan
akan methanol di Indonesia serta menekan laju imporakan methanol tersebut. Berikut
4
Sumber : www.detik.com/2016
beroperasi pada tahun 2024 yang berlokasi di Samarinda, Kalimantan Timur, dengan
kapasitas sebesar 55.000 TPY. Pemilihan lokasi ini harus memperhatikan berbagai
aspek, yaitu ketersediaan bahan baku, air dan energi, kondisi geografis, transportasi,
pemasaran serta sosial. Dan kapasitas desain yang diharapkan mampu untuk
Sesuai dengan latar belakang penulisan skripsi ini, natural gas perlu
dilakukan suatu angkaian proses untuk menghasilkan methanol agar bisa sedikit
supaya penulisan skripsi menjadi terarah. Rumusan masalah tersebut akan dijabarkan
dibawah ini.
yang sesuai?
methanolplant?
5
1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan
Tujuan dan maanfaat yang diperoleh dari prarancangan Methanol Plant adalah
plant.
Methanol plant.
2. Analisa keekonomian.
Metode yang dilakukan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
rancangan pabrik
6
Analisa ekonomi yang terkait dengan kelayakan
Untuk tujuan agar penulisan dan pembahasan proposal skripsi ini berurutan,
mudah dimengerti pembaca, dan tidak terjadi kerancuan atau pembahasan masalah
BAB I PENDAHULUAN
Dalam tinjauan pustaka memuat tentang basis perancangan yang meliputi tujuan
proses, spesifikasi umpan dan produk, prinsip dasar proses serta kondisi operasi.
dimulai dari basis perancangan, prinsip dasar proses, penentuan kondisi operasi,
process flow diagram, perhitungan dimensi peralatan, dan estimasi harga peralatan.
7
Dalam tinjauan ekonomi berisi tentang tinjauan keekonomian dari rencana
digunakan adalah Pay Out Time (POT), Rate of Return (ROR), Break Event Point
(BEP), Net Present Value (NPV), dan Internal Rate of Return (IRR).
BAB V PENUTUP
Dalam penutup berisi tentang simpulan dan saran atas perancangan Methanol
8
II. TINJAUAN PUSTAKA
operasional dan ketersediaan umpan serta penentuan lokasi sebagai tempat akan
merancang suatu pabrik. Kapasitas methanol plantyang akan didesain sebesar 55.000
Umpan yang akan diolah di methanol plant merupakan natural gas dari sumur
baru yaitu BG-21 dan BG-22 terletak di Selat Makasar yang memproduksi gas
sebesar 12 MMSCFD. Natural gas yang akan di ambil memiliki spesfikasi sebagai
berikut:
9
Tabel 2.1 Spesifikasi Feed Natural Gas
Komposisi Natural Gas
Methane mol% 81,1
Ethane mol% 4,068
Propane mol% 3,661
Butane mol% 0,829
Pentane mol% 0,901
Water mol% 0,531
Nitrogen mol% 0,245
Carbon Dioxide mol% 7,589
Hidrogen Sulphide mol% 1,076
TOTAL 100,000
Dari komponen yang terkandung pada umpan, dapat dipilih produk yang
diproyeksikan untuk dihasilkan methanol plant. Produk yang akan dihasilkan adalah
methanol, steam, dan fuel gas. Berikut adalah spesifikasi produk di Pra-rancangan
10
Tabel 2.2 Spesifikasi Produk Methanol
Requirement
Charasteristic Test Method
Grade A
Acettone % weight, max 0,003 4.2.1.1
Acidity, % weight, max 0,003 ASTM E 346
Appearance Free of 4.2.1.1
Carbonizable impurities, color,
platinum cobalt, max No. 30 ASTM E 346
Color, Pt-Co, max No. 5 ASTM E 346
Destilation range at 760, mm max 1.0 C ASTM E 346
Ethanol, % weight, max - ASTM E 346
Non-volatile matter, mg/100ml, max 10 ASTM E D 1353
Charasteristic non
Odor residual ASTM D 1296
No discharge of
Permagnate time color in 30 minutes ASTM E 346
SG at 2/2 C, max 0,7928 ASTM E 346
Water, % weight, max 0,15 ASTM E 346
Purity, % weight, min 98,5
Sumber : USA, 1990
pengiriman produk, dekat dengan sumur feed (BG-21 dan BG-22). Disamping itu,
11
Gambar 2.1 Penentuan Lokasi Pra-rancangan Methanol Plant
Samarinda, Kalimantan Timur.
Sumber air yang diperlukan di methanol plant diperoleh dari air sungai yang
12
2.1.8 Masyarakat
jarak antara rumah penduduk dengan lokasi pabrik berada pada radius yang aman.
Hal ini dilakukan guna mengurangi potensi bahaya langsung terhadap lingkungan
sekitar seperti kebisingan dan bau yang diakibatkan dari bahan kimia.
dapat dihasilkan dari proses reforming gas alam maupun dari gasifikasi batubara,
sementara gas CO2 dapat dihasilkan dari reaksi water-gas shift. Proses produksi
methanol dari syngas dilakukan dalam 4 tahap, yaitu Treating, Reforming, Methanol
Gas treating merupakan suatu proses untuk mendapatkan gas metana yang
murni dari gas alam (natural gas) dengan cara menghilangkan kotoran-kotoran
(impurities) yang terdapat di dalam gas alam tersebut. Salah satu senyawa impurities
yang sering ditemui adalah sulfur. Proses desulfurasi merupakan proses untuk
menghilangkan senyawa sulfur dari feed gas karena sulfur merupakan racun bagi
katalis di reaktor dan dapat menyebakan korosi pada peralatan. Jenis proses
desulfurisasi bergantung pada feed stock dan jenis senyawa sulfur yang ada di
dalamnya. Hidrogen sulfida dan sulfur aktif dapat dihilangkan atau dikurangi dengan
adsorpsi menggunakan karbon aktif jika kandungan sulfurnya rendah atau adsorpsi
dengan zinc oxide (ZnO) yang panas jika kandungan sulfurnya tinggi.(10:69) Katalis
13
ZnO sangat efektif untuk penghilangan senyawa sulfur pada feed gas. Tipikal reaksi
2.2.2 Reforming
Gas proses yang telah diolah di gas treating, selanjutnya akan di proses di
reforming. Di reforming, gas alam yang sudah bersih dicampur dengan steam,
dipanaskan, kemudian direaksikan di primary reformer, hasil yang berupa gas – gas
hydrogen dan CO2 dikirim ke secondary reformer dan direaksikan dengan udara
a) Primary Reformer
sejumlah steam. Tahapan ini bertujuan untuk membentuk H 2, CO, CO2 dari gas alam.
(5:158)
Katalisator yang biasanya digunakan nickel pada alumina base yang ditempatkan
di dalam tube – tubereformer. Berikut adalah reaksi yang terjadi pada proses primary
reforming :
Apabila reaksi berlangsung sempurna maka total reaksi yang terjadi adalah:
b) Secondary Reformer
14
Gas yang telah mengalami reaksi di primary reformer masuk ke secondary
CO2, dan H2). Reaksi secondary reformer berlangsung pada temperatur yang lebih
bahan baku reaksi. Proses ini berisi sebuah adiabatic bed yang menyangga katalis
nikel oksida (NiO) sehingga reaksi pembentukan hidrogen dan karbon monoksida
Dengan temperatur tinggi (1.200oC), reaksi yang terjadi pada lapisan katalis sama
sintesis methanol pada fase gas dengan katalis berbasis Cu adalah sebagai berikut:
jumlah mol atau volume sehingga agar tercapai konversi kesetimbangan yang tinggi,
secara termodinamika, diinginkan proses yang memiliki tekanan tinggi dan suhu yang
15
rendah. Selain kedua reaksi diatas, terdapat reaksi lain yang dapat terjadi, yaitu reaksi
dikembangkan pada tahun 1920 – an, tetapi penggunaan katalis tersebut belum
digunakan dalam proses syntesys methanol pada saat itu. Hal tersebut dikarenakan
katalis berbasis Cu dapat teracuni jika terdapat senyawa sulfur pada umpan reactor
sehingga proses synthesys metanol tekanan rendah dengan katalis berbasis Cu dapat
karbon dioksida, hidrogen, dan metana. Untuk mengatur rasio CO/H 2 digunakan
pada suhu operasi 270oC. Quench converter berupa single bed yang mengandung
16
Hasil reaksi berupa crude methanol yang mengandung air, dimetil eter, ester, besi
karbonil, dan alkohol lain. Hasil reaksi tersebut kemudian didinginkan dan crude
dianggap kurang menguntungkan, ICI mengganti jenis reaktor yang digunakan dari
quench reactor menjadi tube berpendingin yang pada prinsipnya sama dengan yang
Pada proses synthesys metanol dengan teknologi Lurgi, digunakan reaktor yang
beroperasi pada kisaran suhu 220–260oC dan kisaran tekanan 40 – 100 bar. Desain
reaktor berbeda dari pendahulunya, teknologi ICI. Pada teknologi Lurgi digunakan
reaktor quasi isothermal shell and tube, reaksi methanol terjadi di tube side yang
berisi katalis dan pada shell side dialirkan pendingin. Selain itu, pada teknologi ini,
masih menggunakan katalis berbasis tembaga (Cu) dengan kondisi operasi reaktor
pada kisaran suhu 200–280oC dan kisaran tekanan 50 – 150 atm. Pada awalnya
dikembangkan untuk tekanan kurang dari 100 atm. Proses MGC menggunakan
reaktor dengan double-walled tubes dimana pada bagian anulus diisi dengan katalis.
Syngas mengalir melalui pipa bagian dalam sedangkan pipa bagian luar dialiri oleh
air pendingin.
17
Proses MGC menggunakan hidrokarbon sebagai umpan. Umpan dihilangkan
kandungan sulfurnya sebelum masuk ke steam reformer yang beroperasi pada 500oC.
Arus keluar dari steam reformer bersuhu 800–850oC dan mengandung karbon
Kellog Co. memperkenalkan reaksi sintesis yang sangat berbeda, tetapi pada
berisi tumpukan katalis. Gas sintesis mengalir melalui beberapa bed reaktor yang
tersusun aksial berseri. Kebalikan dari proses ICI, panas reaksi yang dihasilkan
dikontrol dengan intermediate coolers. Proses ini menggunakan katalis tembaga dan
Skema reaktor dari proses Nissui Topsoe dari Denmark didesain oleh Nihin Suiso
Kogyo of Japan. Reaktor yang digunakan bertipe adiabatis dengan aliran radial
berjumlah tiga yang masing-masing memiliki satu tumpukan katalis dan penukar
panas internal. Sintesis gas mengalir secara radial melalui katalis bed. Tekanan
operasi dari proses ini diatas 150 bar dan suhu operasi 200-310 oC. Produk pertama
perlu didinginkan sebelum reaktor kedua,. Hasil pendinginan berupa uap (steam)
bertekanan rendah. Katalis yang digunakan berupa Cu-Zn-Cr yang aktif pada 230-
18
2.2.4 Purifikasi Methanol
Setelah selesai melalui methanol sythesis yang terjadi dalam reaktor methanol
mentah akan dimasukan pada tahap purifikasi untuk mengurangi sisa gas yang tidak
bereaksi dan air pada produk methanol sebelum produk siap di pasarkan. Dalam
destilasi, reaktor, heat exchanger, boiler, cooler, tangki, dan pompa serta perpipaan.
Sama dengan desain tangki sebelumnya, desain tangki spherical juga memiliki cara
yang sama namun dengan volume tangki berbentuk bola. Standard yang digunakan dalam
19
Gambar 2.2 Flowchart Perhitungan Tangki
Mengetahui fluida yang akan masuk ke tangki agar dapat menjaga volume fluida
yang terdapat di dalam tangki, flow rate dapat di hitung dengan rumus :
F ×t
Vol feed =
ρ .............................................................................................(2.002)
Vfeed
V tangki=
Asum si jum lah tangki ........................................................................(2.003)
1 /3
3. V Tangki
D= ............................................................................................(2.004)
4. π
20
2.3.1.4 Menentukan Pressure Tangki
Tekanan dalam tangki sama dengan tekanan pada refluks drum. Tekanan dianggap
sama karena friksi pada pipa dianggap kecil dan suhu operasi tangki sama dengan refluks
drum sehingga tidak ada perubahan neraca massa pada tangki. Tekanan tangki dapat di
hitung menggunakan(14:197) :
h− 1
P hidrostatis= ρ
144 ....................................................................................(2.006)
Tebal plat pada tangki sangat menentukan untuk kinerja penyimpanan pada tangki.
Terlebih lagi tangki berjenis spherical. Karena tangki jenis ini mempunyai tekanan yang
PD
t= + C .............................................................................................(2.008)
2 SE − 0 , 2 P
Keterangan :
21
D : diameter rata-rata bejana, mm
E : efisiensi sambungan
CA :corrosion allowance, mm
Dalam pemilihan jenis kompresor yang sesuai dapat didasarkan pada hasil perhitungan
kompresor. Langkah- langkah yang akan digunakan pada perhitungan kompresor antara lain
22
2.3.2.1 Kapasitas Kompresor
kompresor yang akan dibutuhkan. Kapasitas kompresor merupakan sejumlah volume udara/
gas yang masuk setiap waktu. Kapasitas kompresor dapat dinyatakan dalam berbagai satuan
seperti(16:304) :
molekul, specific gravity, critical condition (critical Temperature dan critical pressure) serta
Untuk mencari nilai compressibility factor (Z) dapat dicari dengan menghitung nilai
reduced Temperature (Tr) dan reduced pressure (Pr) dengan rumus sebagai berikut :
T1
Tr =
Tc m ix ....................................................................................................(2.009)
P1
Pr=
Pc m ix ....................................................................................................(2.010)
Selanjutnya nilai Z dapat ditentukan dengan memplotkan nilai Pr dan Tr pada Grafik
b. Specific gravity(SG)
23
SG feed yang masuk kompresor dapat dihitung menggunakan data berat molekul
campuran dari feed dan berat molekul udara. Berikut ini rumus untuk menghitung SG feed
BM cam puran
SG =
BM udara ..........................................................................................(2.011)
Dari nilai Mcp suction yang didapat, maka nilai k suction (k1) dapat dihitung dengan rumus
dibawah ini.
Mcp
k=
Mcp − 1 , 906 .................................................................................................(2.012)
pipa kompresor. Berikut ini rumus yang digunakan untuk menghitung nilai kapasitas
T std P 1
Q SC FM = Q IC FM . .
P std T 1 ...............................................................................(2.013)
Head adalah besarnya kerja yang dilakukan per berat massa dan dinyatakan
dalam satuan lbf ft/lbm. Pada perhitungan head kompresor terdapat 2 (dua) proses
- Proses isentropic (adiabatic reversible) : biasanya proses ini digunakan untuk pra-
rancang kompresor.
24
- Proses polytropic : biasanya proses ini digunakan untuk kegiatan evaluasi unjuk
kerja kompresor.
Dalam menentukan nilai k dipengaruhi oleh faktor kalor jenis (Cp) (16:181) masing-
masing komponen yang dapat dilihat pada Lampiran 21 Tabel Panas Jenis Senyawa
Cp Mcp Mcp
k=
Cv Mcv Mcp − 1 , 986 .............................................................................
= =
(2.014)
sebenarnya (ICFM). Selanjutnya nilai kapasitas tersebut diplotkan dalam grafik pada
Nilai Temperature rise factor dapat di hitung menggunakan data-data nilai rata- rata
faktor adiabatic (k) inlet dan outlet kompresor dan pressure rasio, inlet outlet kompresor.
Selanjutnya data-data tersebut di plotkan dalam grafik Efficiency Conversion Chart and
25
Nilai efisiensi isentropic dapat di hitung menggunakan data-data nilai approximate
efficiency Polytropic dan nilai Temperature rise factor. Selanjutnya data- data tersebut di
plotkan dalam grafik pada Efficiency Conversion Chart and Temperature Rise Factor (x).
Nilai T2 approx dapat di hitung menggunakan data-data nilai Temperature rise factor (x),
Temperature inlet dan nilai asumsi efisiensi isentropic. Selanjutnya data- data tersebut
x.T 1
T 2≈ .= + T 1 ...........................................................(2.014)
E fisiensi Isentropic
mendapatkan nilai efisiensi isentropic yang sebenarnya. Nilai efisiensi isentropic dapat di
hitung menggunakan data-data nilai Temperature inlet, pressure rasio, faktor adiabatic dan
P 2 KK−1
Eff . Isentropic = ( P 2 . P 1− 1 k −1 )
T1 (P1
−1 )
.........................................(2.015)
T ≈−T 1
Nilai head aktual dapat dihitung menggunakan data head isentropic dan efisiensi
26
H ead isen
H eadact =
H ead actual ...................................................................................(2.016)
k avg−1
53 , 35 ZAV k avg P2 k avg
Hact= . . . T 1 . {( ) −1 } ......................................(2.017)
SG ηisen k avg−1 P1
Daya kompresor adalah kerja kompresor setiap satuan waktu. Beberapa daya yang
Daya penggerak (DHP) adalah daya penggerak yang diberikan pada kompresor.
kompresor :
m x H act
GHP =
550 ..............................................................................................(2.018)
GHP
CHP =
ηm ....................................................................................................(2.019)
27
2.3.3 Perancangan Kolom Adsorber
tahapan. Selain itu digunakan beberapa asumsi sebagai data perhitungan, seperti
waktu operasi dan regenerasi sesuai dengan data tipikal pada saat praktik lapangan.
28
Tabel 2.3 Sifat Fisik Adsorbent(1:373)
Molecular Activated
Property Silica Gel
Sieve Alumina
kolom adsorber, karena kolom adsorber membutuhkan jumlah adsorbent yang tepat
menggunakan rumus :
Massa feed
Jum lah adsorbent= . Watktu operasi ................................(2.020)
Berat adsorbent
panjang kolom Adsorber. Perhitungan ini menggunakan trial and error kecepatan alir
fluida (vs) sehingga syarat pressure drop bed untuk proses adsorpsi terpenuhi.
29
a. Volumetric Flow
b. Luas Penampang
c. Diameter Adsorber
d. Panjang Bed
Volum e adsorber
Panjang bed adsorber =
Luas penam pang adsorber ........................................(2.024)
30
2 2
μ .Vs 1− ε vs 1− ε
∆ Pb =150
( )(
( Dp ) 2
.
ε 3 )
+1 ,75. ρ .
Dp (
.
ε3 )( )
.......................................(2.026)
Keterangan:
persamaan.
PR
Tshell= + CA ..................................................................................(2.027)
SE − 0 ,6 P
Keterangan :
E : efisiensi sambungan
CA :corrosion allowance, mm
31
R : jari – jari dalam, mm
a. Hemispherikal
Perbedaan dari jenis tutup bejana ini sangat dipengaruhi oleh ketebalan dan
ketinggian dari dinding bejana, dimana untuk bejana silinder dengan tebal minimum
dan tegangan yang sama, maka tutup bejana hemispherikal hanya membutuhkan
ketebalan setengah dari ketebalan dinding bejana. Penentuan ketebalan tutup bejana
persamaan
P × Di
t m= +CA ............................................................................................
2 SE −0 , 2 P
(2.028)
API-ASME
P × Dm
t m= +CA ...............................................................................................(2.029)
4 SE
D1 + ( D1 +2 t mt )
Dm = ...........................................................................................
2
(2.030)
32
P × Di
t mt = +CA ..............................................................................................
2 SE − P
(2.031)
b. Ellipsoidal
Tutup bejana hemispherikal biasanya digunakan untuk bejana dengan berat dan
ketebalan serta ukuran yang rendah, akan tetapi bila berat, ketebalan dan ukuran bejana
yang dirancang besar, tutup berbentuk hemispherikal kurang efisien karena membutuhkan
volume yang lebih besar. Akibatnya biaya pembuatan menjadi lebih besar sebanding
dengan kenaikan diameter tutup bejana, sehingga agar lebih efisien digunakan tutup bejana
ellipsoidal.
yaitu untuk bejana dengan perbandingan antara jari – jari mayor dan minordari poros
bejana adalah 2 : 1. Untuk ketebalan dan ketinggian bejana yang sama, ketebalan dari tutup
berbentuk ellipsoidal adalah dua kali dari ketebalan tutup hemispherikal dengan
P × Di
t m= +CA ............................................................................................
2 SE −0 , 2 P
(2.032)
API-ASME
P × Dm
t m= +CA ...............................................................................................(2.031)
2 SE
33
D1 + ( D1 +2 t mt )
Dm = ...........................................................................................
2
(2.033)
P × Di
t mt = +CA ..............................................................................................
2 SE − P
(2.034)
c. Torispherikal
bejana yang dibutuhkan sangat besar dan luas. Tutup bejana jenis ini memerlukan bentuk
lebih sederhana dari pada ellipsoidal sehingga dapat mengurangi jumlah material yang
digunakan dan biaya yang dibutuhkan. Penentuan ketebalan tutup bejana berbentuk
0 , 885 × P × R c
t m= +CA .......................................................................................
SE−0 , 1 P
(2.035)
0 , 885 × P × R c
t m= +CA .......................................................................................
SE
(2.036)
Keterangan :
34
Tmt : tebal mimimum tutup bejana, in
E : efisiensi sambungan
Head kolom adsorber dengan jenis ellipsoidal dipilih pada perhitungan ini.
ekonomis, yaitu untuk bejana dengan perbandingan antara jari – jari mayor dan minor
dari poros bejana adalah 2 : 1. Berdasarkan ketebalan dan ketinggian bejana yang
sama, ketebalan dari head tipe ellipsoidal adalah dua kali dari ketebalan tutup
hemispherikal dengan perbandingan jari – jari (mayor dan minor axes) yang sama.
persamaan :
P× D
Thead ¿ 2 SE− 0 ,2 P + CA ....................................................................................(2.037)
Keterangan:
35
S :allowable Stress material, psi
E : efisiensi sambungan
CA :corrosion allowance, mm
ukuran tebal pelat yang tersedia di pasaran. Tebal pelat pasaran disajikan pada Tabel
2.4 berikut.
0875; 0,9375; 1
Pada penulisan ini merancang dua jenis reaktor yaitu reaktor Pre-Reforming dan
a. Variabel Proses(3:349)
TemperatureInlet Reaktor
36
Temperaturee mempunyai pengaruh yang besar untuk reaktor. Temperature inlet
reaktor minimum yang disarankan 220°C-270°C. Ada 2 faktor yang menjadi pertimbangan
sangat lambat.
- Temperature harus ditahan cukup tinggi, temperature desain raktor normal untuk
diminimasi tetapi tetap menjaga kualitas produk yang diinginkan. Seiring berjalannya waktu
operasi unit, kebutuhan panas untuk menghasilkan produk yang diinginkan meningkat
Tekanan Reaktor
umur katalis dan kualitas produk. Umpan berupa naphta memiliki tekanan operasi 50-60
bar. Tekanan reaktor yang tinggi akan meningkatkan efektivitas, umur dari katalis dan
perbandingan feed dengan hidrogen yang mana akan menentukan tekanan parsial hidrogen
dalam reaktor. Pada hydrotreating variasi tekanan operasi dan jumlah hidrogen tidak akan
terlalu berpengaruh terhadap perubahan kualitas produk, namun hal ini tidak berlaku untuk
reaksi denitrogenasi dimana reaksi ini lebih tergantung terhadap tekanan operasi.
37
Space velocity adalah ukuran jumlah syngas yang diproses terhadap jumlah katalis
yang diberikan dalam rentang waktu tertentu. Apabila laju volumetricsyngas perjam dan
volume katalis sebagai variabel, istilah yang digunakan adalah Liquid Hourly Space Velocity
(LHSV). Apabila weight (berat) menjadi variabel, istilahnya menjadi Weight HourlySpace
Velocity (WHSV). LHSV lebih umum digunakan oleh UOP karena kebanyakan plant
mendefinisi kecepatan umpan dalam basis volume, dan laju perjam akan memberikan
ukuran jumlah yang tepat. Jumlah kebutuhan katalis akan tergantung pada kualitas umpan,
kondisi operasi, dan spesifikasi dari produk yang dibutuhkan. Liquid hourly space velocity
b. Jenis Katalis(13:192)
bagian yaitu komponen metal aktif. Bagian katalis terdiri dari material dengan
porositas yang tinggi dan relatif tahan terhadap Temperature, tekanan, dan
NiO yang berbentuk seperti balok kecil. Komponen metal aktif terdispersi pada
c. Tipe Reaktor(3.204)
dapat beroperasi seoptimal dan seekonomis mungkin. Ada beberapa jenis reaktor
yang umum digunakan di industri migas. Setiap lisensor memiliki desain masing-
masing untuk jenis reaktor yang digunakan. Terdapat beberapa jenis reaktor yang
38
Pra rancang dari reaktor meliputi perhitungan neraca massa dan panas, dan sizing
mengetahui berat kapasitas katalis yang akan di pakai dengan feed yang telah ter-reaksi.
Massa feed
Kebutuhan katalis total=
Berat kapasitas katalis ...........................................(2.038)
2.3.4.2 LHSV
39
Kebutuhan katalis yang merupakan fungsi dari volume reaktor dapat dihitung
dengan sederhana berdasarkan LHSV desain. LHSV desain ditentukan berdasarkan kondisi
dari reaksi yang dibutuhkan oleh unit. Volume umpan cair didapatkan dari kapasitas desain
yang telah ditentukan sebelumnya. Kebutuhan katalis kemudian dapat dihitung dengan
persamaan berikut(3:4) :
Mass flux adalah laju alir masssa per area luasan. Berdasarkan buku
hydroprocessing for clean energy: Design, Operation, and Optimization sebesar 3500 – 4500
lajualirm assa
M assflux =
Luasarea .............................................................................(2.040)
Mengetahui volumetric flow pada reaktor sangat penting, volumetric flow ini di
gunakan untuk mengetahui flow yang akan masuk pada reaktor. Untuk mengetahui
40
Perancangan reaktor fixed bed, reynold number menggambarkan kontak yang
seragam dari fluida dalam reaktor. Reynold number dijaga lebih besar dari 100 untuk
WDp
ℜ= ...................................................................................................(2.042)
μ (1−ε )
Keterangan :
Re : Reynold number
3 DL
DP =
2 L + D ...................................................................................................(2.043)
Keterangan :
41
2.3.4.6 Penurunan Tekanan Aliran
pada sistem perpipaan, pompa, dan kompresor. Persamaan berikut digunakan untuk
3 2
ΔP 1−ε μ
( )=KRe(150+1 ,75 ℜ)( )( )...................................................(2.044)
L ε ρDP 3
Keterangan :
Re : Reynold number
42
Dimensi reaktor membutuhkan batasan untuk ukuran diameter minimum.
Luasalas (m 2)
Volume reaktor ( m)= ..........................................................(2.043)
Tinggi(m)
4 LuasArea
Diameter Reaktor (m )=
√ π
........................................................(2.044)
Volume ( m 3 )
Tinggi bed katalis (m)= ......................................................(2.045)
Luasalas ( m 2)
Tinggi reaktor tersebut adalah tinggi silinder reaktor tanpa tutup reaktor.
43
PR
Tshell= + C ......................................................................................(2.047)
SE− 0 ,6 P
Keterangan :
T : Tebal, inchi
Ketebalan head reaktor dihitung dengan persamaan ASME – VIII Division 1 UG-27
PR
Thead = +C ....................................................................................(2.048)
2 SE −0 , 2 P
Keterangan :
T : Tebal, inci
44
S : Nilai Tegangan Material, psi
sejumlah steam. Tahapan ini bertujuan untuk membentuk H 2, CO, CO2 dari gas alam.
Katalisator yang biasanya digunakan nickel pada alumina base yang ditempatkan di
45
Gambar 2.6 Flowchart Perhitungan Reforming
46
2.3.5.1 Kebutuhan Katalis
berat kapasitas katalis yang akan di pakai dengan feed yang telah ter-reaksi. Kebutuhan
Massa feed
Kebutuhan katalis total=
Berat kapasitas katalis ................................................(2.049)
2.3.5.2 LHSV
Space velocity adalah ukuran jumlah gas yang diproses terhadap jumlah
katalis yang diberikan dalam rentang waktu tertentu. Apabila laju volumetrik gas
perjam dan volume katalis sebagai variabel, istilah yang digunakan adalah Liquid
Hourly Space Velocity (LHSV). Apabila weight (berat) menjadi variabel, istilahnya
menjadi Weight Hourly Space Velocity (WHSV). LHSV lebih umum digunakan oleh
UOP karena kebanyakan plant mendefinisi kecepatan umpan dalam basis volume, dan
Space velocity adalah variabel proses yang penting dalam proses reforming,
dan dengan variabel ini dapat mengukur waktu kontak antara reaktan dan katalis.
Dalam proses komersial modern reforming biasanya dioperasikan pada range LHSV
didalam proses reforming serta pertimbangan dari segi proses. LHSV dihitung
dengan rumus:
Volum e feed
LHSV =
Volum e katalis ....................................................................................(2.050)
47
2.3.5.3 Mass Flux
Mass flux adalah laju alir masssa per area luasan. Berdasarkan buku
hydroprocessing for clean energy: Design, Operation, and Optimization sebesar 3500 – 4500
lajualirm assa
M assflux =
Luasarea ..............................................................................(2.051)
ini di gunakan untuk mengetahui flow yang akan masuk pada reforming. Untuk
mengetahui volumetric flow dan laju alir flow dapat digunakan rumus :
Reynold number merupaskan salah satu bilangan tak berdimensi yang penting
dalam mekanika fluida dan di gunakan seperti halnya dengan bilangan tak berdimensi
lain(2:152). Untuk memberikan kriteria untuk dynamic similitude. Jika dua pola aliran
yang mirip secara geometris, mungkin pada fluida yang berbeda dan laju alir yang
berbeda pula, memiliki nilai bilangan tak berdimensi yang relevan. Reynold number
W . Dp
ℜ= ....................................................................................................(2.053)
μ (1−ε )
Keterangan :
48
W : Mass flux, kg/s.m2
Dp : Diameter partikel, m
μ : Viscositas, pa.s
dalam tube terjadinya reaksi utama yang akan menghasilkan syngas. Perhitngan tube
a. Diameter Tube
PD
D tube =
2 , 4 S .................................................................................................(2.054)
Keterangan :
D : Diameter dalam, in
b. Jumlah Tube
Mt
N tube =
W t ...................................................................................................(2.055)
49
Dimana untuk mendapatkan nilai Wt di perlukan persamaan sebagai berikut :
π
Wt=¿ ID 2 ................................................................................................(2.056)
4
ReN × μG
¿=
Dp ..................................................................................................(2.057)
Keterangan :
Shell di hitung dengan benar, karena shell merupakan komponen yang penting
untuk menunjang umur dari reforming. Dalam menghitung shell dilakukan beberapa
ID sh ell = D b + C .........................................................................................(2.058)
Ntube n11
Db=( ) ...............................................................................................(2.059)
K1
Keterangan :
C : Clearence, mm
Db : Bundle diameter,m
50
OD : Diameter luar, m
K1 : 0,919
n1 : 3,412
b. Tinggi Shell
Keterangan :
c. Tebal Shell
persamaan.:
P . IDshell
Tshell + C ......................................................................................(2.062)
2( SE −0 , 6 P )
Keterangan :
E : efisiensi sambungan
51
CA :corrosion allowance, m
ODshell=IDshell+(2.Tshell) ...................................................................(2.063)
Keterangan :
e. Volume Shell
π
Volshell= ID shell . Tshell ........................................................................ (2.064)
4
Keterangan :
f. Luas Shell
Pada tahap ini luas shell sangat di perlukan, untuk menghitung luas lokasi
52
L u as sh e ll dalam = π . ID sh ell . Tsh e ll .........................................................(2.065)
Keterangan :
Jumlah baffle sangat menentukan terhadap hasil reaksi, baffle menjadi jalan
untuk feed dalam reforming, oleh karna itu jumlah baffle yang di butuhkan harus
Panjang pipa
Jumlah Baffle =
Jarak Baffle .........................................................................(2.067)
persamaan.
a. Tebal Head
P . IDshell
Thead +C ......................................................................................
2( SE−0 ,2 P)
(2.068)
53
P : tekanan desain, psi
E : efisiensi sambungan
CA :corrosion allowance, m
b. Tinggi Head
T h ead = b + sf + th .....................................................................................(2.069)
Untuk menghitung Tinggi head di perlukan komponen b, berikut adalah rumus untuk
menghitung b :
b = a . ID shell .................................................................................................(2.070)
a = 0 , 5 × ID shell ..........................................................................................(2.071)
Keterangan
Sf : Nilai sf standart, m
th : Ketentuan, 0,0984
c. Volume Head
π
Volhead = ID shell 3 ..................................................................................(2.072)
24
Keterangan :
54
Volhead : Volume head, m3
d. Luas Head
Pada tahap ini luas head sangat di perlukan, untuk menghitung luas lokasi yang akan
π
Luas dalam head = π ( 2. a ) sf + (2. a)2 ...................................................(2.073)
4
π
Luas luar head = π ( 2. a + 2. th ) sf + (2. a + 2. th )2 ..............................(2.074)
4
Reforming merupakan alat yang sangat penting untuk methanol plant, karena
di sinilah terjadinya reaksi pembentukan syngas. Oleh sebab itu dimensi reforming
sangatlah penting dimensi reforming ada 2 tahap yaitu ; Volume Reforming dan Luas
Reforming.
a. VolumeReforming
Keterangan :
b. Luas Reforming
55
L uas lua r reform ing = L out sh ell + 2. L out head ....................................(2.077)
Keterangan :
Dalam pemilihan jenis reboiler yang sesuaidapat didasarkan pada hasil perhitungan reboiler.
Head duty merupakan kondisi temperatur disekitar alat dan besarnya beban panas.
Q = W.Cp.∆T (2.078)
Diman:
56
W = Laju massa fluida panas, lb/jam
Dimana:
Dimana:
G = Spesifik gravity
T = Temperatur fuida, ºF
57
2.3.6.2 Menghitung LMTD dan CMTD
berikut ini:
Dimana:
Setelah didapatkan LMTD, tahapan selanjutnya adalah mengkoreksi LMTD tersebut dengan
cara mengkali dengan faktor koreksi. Faktor koreksi didapat ketika sudah menetapkan tipe
dari reboiler yaitu banyaknya pass pada shell dan banyaknya pass pada tube. Harga FT
(LMTD faktor koreksi), ditentukan oleh nilai R dan S pada grafik faktor koreksi LMTD. Nilai R
T 1− T 2
R = t 1− t 2
(2.082)
t 2 −t 1
S = T 1−t 1
(2.083)
Dimana:
58
Δt : CMTD = Corection mean temperature difference, °F
Tc = T2 + Fc (T1-T2) (2.085)
Tc = t1 + Fc (t2-t1) (2.086)
Dimana:
Untuk mencari heat exchanger dan reboiler kondisi optimum berdasarkan kondisi operasi
yang diminta dan harga yang minimum, harus dilakukan trial and error dalam
perancangannya. Dalam proses trial and error ini maka langkah pertama yang dilakukan
59
mengasumsikan suatu harga UD (overall heat transfer coefficient). Jika UD sudah ditentukan
Q = Ud.A.∆t (2.087)
Dimana:
Sehingga diperoleh A (luas transfer), maka akan dapat diperoleh jumlah tube asumsi (Nt):
A'
Nt = a ' L (2.088)
Dimana:
Dengan hasil nilai asumsi jumlah tube ini, kemudian dapat ditentukan jumlah tube
menggunakan table tube side layouts (tube counts)7:841). Maka jumlah tube dari tabel
tersebut dapat diperoleh yang nilainya paling mendekati jumlah tube asumsi, sehingga A
60
dapat dikoreksi yang berakibat UD akan mengalami koreksi juga dengan menggunakan
persamaan Fourier.
Dalam pemilihan tube side dapat menggunakan standard TEMA (Turbular Exchanger
Manufacturers Association) dan tabel heat exchanger. Dari dimensi dan jumlah tube yang
telah ditentukan kemudian hitung kembali luas transfer panas (A) yang sesungguhnya
Luas aliran pada tube side dapat dihitung dengan persamaan berikut
Nt x a ' t
𝑎𝑡 = 144 x n (2.089)
Dimana :
61
2. Menghitung Mass Velocity (𝐺𝑡)
Wt
Gt = at (2.090)
Dimana:
3. Bilangan Reynold
Bilangan reynold dicari, untuk mengetahui aliran yang terjadi laminer atau turbulen.
¿
Ret = di c > µ t ¿ (2.091)
Dimana:
𝑑𝑖 : Inside diameter, in
62
𝜇𝑡 : Viskositas steam dalam tube, lb/ft.jam
'
ID shell x c x B
As = (2.092)
144 x Pt
Dimana:
𝑎𝑠 : Flow area
C’ : Buffle cuts
B : Buffle spacing
W
Gs = as (2.092)
Dimana :
GS : Mass velocity
63
W : Flow rate feed pada shell
𝑎𝑆 : Flow area
Viscositas dapat dicari dengan menggunakan fig. 14, dan De dicari dengan
Bilangan reynold dicari, untuk mengetahui aliran yang terjadi laminer atau
turbulen. Syarat untuk laminer Re < 4000 sedangkan turbulen Re > 4000
di c G s
Res = µ (2.093)
Dimana:
𝑑𝑒 : Inside diameter, in
5. Mencari Harga JH
Berdasarkan nilai bilangan reynold aliran fluida dalam tube, harga JH (faktor dimensi untuk
64
6. Mencari Harga (Cp 𝜇𝑘 ⁄ )1/3
Pada temperatur tertentu dengan menggunakan fig. 4 Spesific Heats of Hydrocarbon Liquid.
Dimana:
μ : Viscositas fluida
μw : viscositas fluida
7. Menghitung ϕs
k Cp x µ
Ho = JH x Dc k( ⅓ ) (2.094)
Dimana:
Cp : Spesific heat
De : Diameter equivalent
k : Thermal conductivity
65
μ : Viscositas fluida
hi x ho
Uc = hi +ho (2.095)
Dimana:
Q
Ud = A x ∆ t (2.096)
Faktor pengotoran (Rd) adalah hambatan panas akibat adanya endapan atau pengotoran
pada dinding perpindahan panas, harga dari Rd hitung > Rd tabel berarti Reboiler memenuhi
Uc−Ud
Rd = Uc x Ud (2.097)
66
Dimana:
Presure drop pada tube (ΔPT) terjadi karena 2 penyebab yaitu presure drop
1
x f x g t2 x L x n
∆Pt = 2 psi (2.098)
5 ,22 x 1010 x D x Sg x ɸ t
Dimana:
L : Panjang tube, ft
67
Sg : Specific gravity
Dari data Ret maka f dicari dari grafik tube side friction factor (7:836), dan SG
f x G s 2 x L( N +1)
Psi (2.099)
5 ,22 x 1010 x D x Sg x ɸ s
Dimana:
L : Panjang shell , ft
De : Diameter equivalent, ft
Sg : Specific gravity
L : Panjang tube
B : Jarak buffle
68
2.3.6.9 Menghitung Tebal Shell
PR
t= +C (2.100)
SE − 0 , 6 P
Dimana:
E = Efisiensi sambungan = 85 %
pemilihan jenis cooler yang sesuaidapat didasarkan pada hasil perhitungan cooler. Langkah-
69
Head duty merupakan kondisi temperatur disekitar alat dan besarnya beban panas.
Q = W.Cp.∆T (2.101)
Diman:
Dimana:
70
HL = Kandungan enthalpy cairan, Btu/lb
Dimana:
G = Spesifik gravity
T = Temperatur fuida, ºF
berikut ini:
Dimana:
Setelah didapatkan LMTD, tahapan selanjutnya adalah mengkoreksi LMTD tersebut dengan
cara mengkali dengan faktor koreksi. Faktor koreksi didapat ketika sudah menetapkan tipe
71
dari reboiler yaitu banyaknya pass pada shell dan banyaknya pass pada tube. Harga FT
(LMTD faktor koreksi), ditentukan oleh nilai R dan S pada grafik faktor koreksi LMTD. Nilai R
T 1− T 2
R = t 1− t 2
(2.105)
t 2 −t 1
S = T 1−t 1
(2.106)
Dimana:
Tc = T2 + Fc (T1-T2) (2.108)
72
Tc = t1 + Fc (t2-t1) (2.109)
Dimana:
Untuk mencari heat exchanger dan reboiler kondisi optimum berdasarkan kondisi operasi
yang diminta dan harga yang minimum, harus dilakukan trial and error dalam
perancangannya. Dalam proses trial and error ini maka langkah pertama yang dilakukan
mengasumsikan suatu harga UD (overall heat transfer coefficient). Jika UD sudah ditentukan
Q = Ud.A.∆t (2.110)
Dimana:
Sehingga diperoleh A (luas transfer), maka akan dapat diperoleh jumlah tube asumsi (Nt):
73
A'
Nt = a ' L (2.111)
Dimana:
Dengan hasil nilai asumsi jumlah tube ini, kemudian dapat ditentukan jumlah tube
menggunakan table tube side layouts (tube counts)7:841). Maka jumlah tube dari tabel
tersebut dapat diperoleh yang nilainya paling mendekati jumlah tube asumsi, sehingga A
dapat dikoreksi yang berakibat UD akan mengalami koreksi juga dengan menggunakan
persamaan Fourier.
Dalam pemilihan tube side dapat menggunakan standard TEMA (Turbular Exchanger
Manufacturers Association) dan tabel heat exchanger. Dari dimensi dan jumlah tube yang
telah ditentukan kemudian hitung kembali luas transfer panas (A) yang sesungguhnya
Luas aliran pada tube side dapat dihitung dengan persamaan berikut
Nt x a ' t
𝑎𝑡 = 144 x n (2.112)
74
Dimana :
Wt
Gt = at (2.113)
Dimana:
6. Bilangan Reynold
Bilangan reynold dicari, untuk mengetahui aliran yang terjadi laminer atau turbulen.
¿
Ret = di c > µ t ¿ (2.114)
75
Dimana:
𝑑𝑖 : Inside diameter, in
'
ID shell x c x B
As = (2.115)
144 x Pt
Dimana:
𝑎𝑠 : Flow area
C’ : Buffle cuts
B : Buffle spacing
76
W
Gs = as (2.116)
Dimana :
GS : Mass velocity
𝑎𝑆 : Flow area
Viscositas dapat dicari dengan menggunakan fig. 14, dan De dicari dengan
Bilangan reynold dicari, untuk mengetahui aliran yang terjadi laminer atau
turbulen. Syarat untuk laminer Re < 4000 sedangkan turbulen Re > 4000
di c G s
Res = µ (2.117)
Dimana:
𝑑𝑒 : Inside diameter, in
77
μ : Viskositas steam dalam tube, lb/ft.jam
5. Mencari Harga JH
Berdasarkan nilai bilangan reynold aliran fluida dalam tube, harga JH (faktor dimensi untuk
Pada temperatur tertentu dengan menggunakan fig. 4 Spesific Heats of Hydrocarbon Liquid.
Dimana:
μ : Viscositas fluida
μw : viscositas fluida
7. Menghitung ϕs
k Cp x µ
Ho = JH x Dc k( ⅓ ) (2.118)
Dimana:
78
JH : Faktor dimensi untuk heat transfer pada shell
Cp : Spesific heat
De : Diameter equivalent
k : Thermal conductivity
μ : Viscositas fluida
hi x ho
Uc = hi +ho (2.119)
Dimana:
Q
Ud = A x ∆ t (2.120)
79
Faktor pengotoran (Rd) adalah hambatan panas akibat adanya endapan atau pengotoran
pada dinding perpindahan panas, harga dari Rd hitung > Rd tabel berarti Reboiler memenuhi
Uc−Ud
Rd = Uc x Ud (2.121)
Dimana:
Presure drop pada tube (ΔPT) terjadi karena 2 penyebab yaitu presure drop
1
x f x g t2 x L x n
∆Pt = 2 psi (2.122)
10
5 ,22 x 10 x D x Sg x ɸ t
Dimana:
80
Gt : kecepatan aliran massa pada tube, lb/jam. ft2
L : Panjang tube, ft
Sg : Specific gravity
Dari data Ret maka f dicari dari grafik tube side friction factor (7:836), dan SG
f x G s 2 x L( N +1)
Psi (2.123)
5 ,22 x 1010 x D x Sg x ɸ s
Dimana:
L : Panjang shell , ft
De : Diameter equivalent, ft
81
Sg : Specific gravity
L : Panjang tube
B : Jarak buffle
PR
t= +C (2.124)
SE − 0 , 6 P
Dimana:
E = Efisiensi sambungan = 85 %
Dalam pemilihan jenis kompresor yang sesuai dapat didasarkan pada hasil perhitungan
82
kompresor. Langkah- langkah yang akan digunakan pada perhitungan kompresor antara lain
kompresor yang akan dibutuhkan. Kapasitas kompresor merupakan sejumlah volume udara/
gas yang masuk setiap waktu. Kapasitas kompresor dapat dinyatakan dalam berbagai satuan
seperti(16:304) :
83
- Standard volume flow (SCFM) - Massa flow rate (Lbm/menit)
molekul, specific gravity, critical condition (critical Temperature dan critical pressure) serta
Untuk mencari nilai compressibility factor (Z) dapat dicari dengan menghitung nilai
reduced Temperature (Tr) dan reduced pressure (Pr) dengan rumus sebagai berikut :
T1
Tr =
Tc m ix ....................................................................................................(2.125)
P1
Pr=
Pc m ix ....................................................................................................(2.126)
Selanjutnya nilai Z dapat ditentukan dengan memplotkan nilai Pr dan Tr pada Grafik
e. Specific gravity(SG)
SG feed yang masuk kompresor dapat dihitung menggunakan data berat molekul
campuran dari feed dan berat molekul udara. Berikut ini rumus untuk menghitung SG feed
84
BM cam puran
SG =
BM udara ..........................................................................................(2.127)
Dari nilai Mcp suction yang didapat, maka nilai k suction (k1) dapat dihitung dengan rumus
dibawah ini.
Mcp
k=
Mcp − 1 , 906 .................................................................................................(2.128)
pipa kompresor. Berikut ini rumus yang digunakan untuk menghitung nilai kapasitas
T std P 1
Q SC FM = Q IC FM . .
P std T 1 ...............................................................................(2.129)
Head adalah besarnya kerja yang dilakukan per berat massa dan dinyatakan
dalam satuan lbf ft/lbm. Pada perhitungan head kompresor terdapat 2 (dua) proses
- Proses isentropic (adiabatic reversible) : biasanya proses ini digunakan untuk pra-
rancang kompresor.
- Proses polytropic : biasanya proses ini digunakan untuk kegiatan evaluasi unjuk
kerja kompresor.
85
Dalam menentukan nilai k dipengaruhi oleh faktor kalor jenis (Cp) (16:181) masing-
masing komponen yang dapat dilihat pada Lampiran 21 Tabel Panas Jenis Senyawa
Cp Mcp Mcp
k=
Cv Mcv Mcp − 1 , 986 .............................................................................
= =
(2.230)
sebenarnya (ICFM). Selanjutnya nilai kapasitas tersebut diplotkan dalam grafik pada
Nilai Temperature rise factor dapat di hitung menggunakan data-data nilai rata- rata
faktor adiabatic (k) inlet dan outlet kompresor dan pressure rasio, inlet outlet kompresor.
Selanjutnya data-data tersebut di plotkan dalam grafik Efficiency Conversion Chart and
efficiency Polytropic dan nilai Temperature rise factor. Selanjutnya data- data tersebut di
plotkan dalam grafik pada Efficiency Conversion Chart and Temperature Rise Factor (x).
86
Nilai Temperature Discharge Approximate (T2 approx)
Nilai T2 approx dapat di hitung menggunakan data-data nilai Temperature rise factor (x),
Temperature inlet dan nilai asumsi efisiensi isentropic. Selanjutnya data- data tersebut
x.T 1
T 2≈ .= + T 1 ...........................................................(2.231)
E fisiensi Isentropic
mendapatkan nilai efisiensi isentropic yang sebenarnya. Nilai efisiensi isentropic dapat di
hitung menggunakan data-data nilai Temperature inlet, pressure rasio, faktor adiabatic dan
P 2 KK−1
Eff . Isentropic = ( P 2 . P 1− 1 k −1 )
T1 (P1
−1 )
.........................................(2.232)
T ≈−T 1
Nilai head aktual dapat dihitung menggunakan data head isentropic dan efisiensi
H ead isen
H eadact =
H ead actual ...................................................................................(2.233)
87
k avg−1
53 , 35 ZAV k avg P2 k avg
Hact= . . . T 1 . {( ) −1 } ......................................(2.234)
SG ηisen k avg−1 P1
Daya kompresor adalah kerja kompresor setiap satuan waktu. Beberapa daya yang
Daya penggerak (DHP) adalah daya penggerak yang diberikan pada kompresor.
kompresor :
m x H act
GHP =
550 ..............................................................................................(2.235)
GHP
CHP =
ηm ....................................................................................................(2.236)
88
2.3.9 Perancangan HE
pemilihan jenis HE yang sesuaidapat didasarkan pada hasil perhitungan HE. Langkah-langkah
Head duty merupakan kondisi temperatur disekitar alat dan besarnya beban panas.
Q = W.Cp.∆T (2.237)
Diman:
89
Heat duty berdasar kandungan panas (enthalpy fluida)
Dimana:
Dimana:
G = Spesifik gravity
T = Temperatur fuida, ºF
berikut ini:
Dimana:
90
Δt1 = Perbedaan temperatur pada terminal temperatur rendah, ºF
Setelah didapatkan LMTD, tahapan selanjutnya adalah mengkoreksi LMTD tersebut dengan
cara mengkali dengan faktor koreksi. Faktor koreksi didapat ketika sudah menetapkan tipe
dari reboiler yaitu banyaknya pass pada shell dan banyaknya pass pada tube. Harga FT
(LMTD faktor koreksi), ditentukan oleh nilai R dan S pada grafik faktor koreksi LMTD. Nilai R
T 1− T 2
R = t 1− t 2
(2.241)
t 2 −t 1
S = T 1−t 1
(2.242)
Dimana:
91
Menghitung temperature caloric membutuhkan data Fc (caloric temperature
Tc = T2 + Fc (T1-T2) (2.244)
Tc = t1 + Fc (t2-t1) (2.245)
Dimana:
Untuk mencari heat exchanger dan reboiler kondisi optimum berdasarkan kondisi operasi
yang diminta dan harga yang minimum, harus dilakukan trial and error dalam
perancangannya. Dalam proses trial and error ini maka langkah pertama yang dilakukan
mengasumsikan suatu harga UD (overall heat transfer coefficient). Jika UD sudah ditentukan
Q = Ud.A.∆t (2.246)
92
Dimana:
Sehingga diperoleh A (luas transfer), maka akan dapat diperoleh jumlah tube asumsi (Nt):
A'
Nt = a ' L (2.247)
Dimana:
Dengan hasil nilai asumsi jumlah tube ini, kemudian dapat ditentukan jumlah tube
menggunakan table tube side layouts (tube counts)7:841). Maka jumlah tube dari tabel
tersebut dapat diperoleh yang nilainya paling mendekati jumlah tube asumsi, sehingga A
dapat dikoreksi yang berakibat UD akan mengalami koreksi juga dengan menggunakan
persamaan Fourier.
93
Dalam pemilihan tube side dapat menggunakan standard TEMA (Turbular Exchanger
Manufacturers Association) dan tabel heat exchanger. Dari dimensi dan jumlah tube yang
telah ditentukan kemudian hitung kembali luas transfer panas (A) yang sesungguhnya
Luas aliran pada tube side dapat dihitung dengan persamaan berikut
Nt x a ' t
𝑎𝑡 = 144 x n (2.248)
Dimana :
Wt
Gt = at (2.249)
Dimana:
94
𝑊𝑡 : Aliran massa dalam tube, lb/jam
9. Bilangan Reynold
Bilangan reynold dicari, untuk mengetahui aliran yang terjadi laminer atau turbulen.
¿
Ret = di c > µ t ¿ (2.250)
Dimana:
𝑑𝑖 : Inside diameter, in
95
'
ID shell x c x B
As = (2.251)
144 x Pt
Dimana:
𝑎𝑠 : Flow area
C’ : Buffle cuts
B : Buffle spacing
W
Gs = as (2.252)
Dimana :
GS : Mass velocity
𝑎𝑆 : Flow area
Viscositas dapat dicari dengan menggunakan fig. 14, dan De dicari dengan
96
4. Menghitung bilangan Reynold pada shell
Bilangan reynold dicari, untuk mengetahui aliran yang terjadi laminer atau
turbulen. Syarat untuk laminer Re < 4000 sedangkan turbulen Re > 4000
di c G s
Res = µ (2.253)
Dimana:
𝑑𝑒 : Inside diameter, in
5. Mencari Harga JH
Berdasarkan nilai bilangan reynold aliran fluida dalam tube, harga JH (faktor dimensi untuk
Pada temperatur tertentu dengan menggunakan fig. 4 Spesific Heats of Hydrocarbon Liquid.
Dimana:
μ : Viscositas fluida
97
μw : viscositas fluida
7. Menghitung ϕs
k Cp x µ
Ho = JH x Dc k( ⅓ ) (2.254)
Dimana:
Cp : Spesific heat
De : Diameter equivalent
k : Thermal conductivity
μ : Viscositas fluida
hi x ho
Uc = hi +ho (2.255)
Dimana:
98
UV : Perpindahan panas bersih keseluhuruhan
Q
Ud = A x ∆ t (2.256)
Faktor pengotoran (Rd) adalah hambatan panas akibat adanya endapan atau pengotoran
pada dinding perpindahan panas, harga dari Rd hitung > Rd tabel berarti Reboiler memenuhi
Uc−Ud
Rd = Uc x Ud (2.257)
Dimana:
Presure drop pada tube (ΔPT) terjadi karena 2 penyebab yaitu presure drop
99
karena panjang tube (∆Pt) dan return presure drop (∆Pr)
1
x f x g t2 x L x n
∆Pt = 2 psi (2.258)
10
5 ,22 x 10 x D x Sg x ɸ t
Dimana:
L : Panjang tube, ft
Sg : Specific gravity
Dari data Ret maka f dicari dari grafik tube side friction factor (7:836), dan SG
100
Presure drop pada shell (ΔPS) dapat dihitung dengan persamaan:
f x G s 2 x L( N +1)
10
Psi (2.259)
5 ,22 x 10 x D x Sg x ɸ s
Dimana:
L : Panjang shell , ft
De : Diameter equivalent, ft
Sg : Specific gravity
L : Panjang tube
B : Jarak buffle
PR
t= +C (2.260)
SE − 0 , 6 P
101
Dimana:
E = Efisiensi sambungan = 85 %
Pada penulisan ini merancang dua jenis reaktor yaitu reaktor Pre-Reforming dan
a. Variabel Proses(3:349)
TemperatureInlet Reaktor
reaktor minimum yang disarankan 220°C-270°C. Ada 2 faktor yang menjadi pertimbangan
sangat lambat.
102
- Temperature harus ditahan cukup tinggi, temperature desain raktor normal untuk
diminimasi tetapi tetap menjaga kualitas produk yang diinginkan. Seiring berjalannya waktu
operasi unit, kebutuhan panas untuk menghasilkan produk yang diinginkan meningkat
Tekanan Reaktor
umur katalis dan kualitas produk. Umpan berupa naphta memiliki tekanan operasi 50-60
bar. Tekanan reaktor yang tinggi akan meningkatkan efektivitas, umur dari katalis dan
perbandingan feed dengan hidrogen yang mana akan menentukan tekanan parsial hidrogen
dalam reaktor. Pada hydrotreating variasi tekanan operasi dan jumlah hidrogen tidak akan
terlalu berpengaruh terhadap perubahan kualitas produk, namun hal ini tidak berlaku untuk
reaksi denitrogenasi dimana reaksi ini lebih tergantung terhadap tekanan operasi.
Space velocity adalah ukuran jumlah syngas yang diproses terhadap jumlah katalis
yang diberikan dalam rentang waktu tertentu. Apabila laju volumetricsyngas perjam dan
volume katalis sebagai variabel, istilah yang digunakan adalah Liquid Hourly Space Velocity
(LHSV). Apabila weight (berat) menjadi variabel, istilahnya menjadi Weight HourlySpace
Velocity (WHSV). LHSV lebih umum digunakan oleh UOP karena kebanyakan plant
mendefinisi kecepatan umpan dalam basis volume, dan laju perjam akan memberikan
103
ukuran jumlah yang tepat. Jumlah kebutuhan katalis akan tergantung pada kualitas umpan,
kondisi operasi, dan spesifikasi dari produk yang dibutuhkan. Liquid hourly space velocity
b. Jenis Katalis(13:192)
bagian yaitu komponen metal aktif. Bagian katalis terdiri dari material dengan
porositas yang tinggi dan relatif tahan terhadap Temperature, tekanan, dan
NiO yang berbentuk seperti balok kecil. Komponen metal aktif terdispersi pada
c. Tipe Reaktor(3.204)
dapat beroperasi seoptimal dan seekonomis mungkin. Ada beberapa jenis reaktor
yang umum digunakan di industri migas. Setiap lisensor memiliki desain masing-
masing untuk jenis reaktor yang digunakan. Terdapat beberapa jenis reaktor yang
Pra rancang dari reaktor meliputi perhitungan neraca massa dan panas, dan sizing
104
Gambar 2.8 Flowchart Perancangan Reaktor
mengetahui berat kapasitas katalis yang akan di pakai dengan feed yang telah ter-reaksi.
Massa feed
Kebutuhan katalis total=
Berat kapasitas katalis ...........................................(2.261)
2.3.10.2 LHSV
Kebutuhan katalis yang merupakan fungsi dari volume reaktor dapat dihitung
dengan sederhana berdasarkan LHSV desain. LHSV desain ditentukan berdasarkan kondisi
dari reaksi yang dibutuhkan oleh unit. Volume umpan cair didapatkan dari kapasitas desain
105
yang telah ditentukan sebelumnya. Kebutuhan katalis kemudian dapat dihitung dengan
persamaan berikut(3:4) :
Mass flux adalah laju alir masssa per area luasan. Berdasarkan buku
hydroprocessing for clean energy: Design, Operation, and Optimization sebesar 3500 – 4500
lajualirm assa
M assflux =
Luasarea .............................................................................(2.265)
Mengetahui volumetric flow pada reaktor sangat penting, volumetric flow ini di
gunakan untuk mengetahui flow yang akan masuk pada reaktor. Untuk mengetahui
seragam dari fluida dalam reaktor. Reynold number dijaga lebih besar dari 100 untuk
106
WDp
ℜ= ...................................................................................................(2.267)
μ (1−ε )
Keterangan :
Re : Reynold number
3 DL
DP =
2 L + D ...................................................................................................(2.268)
Keterangan :
107
pada sistem perpipaan, pompa, dan kompresor. Persamaan berikut digunakan untuk
3 2
ΔP 1−ε μ
( )=KRe(150+1 ,75 ℜ)( )( 3
)...................................................(2.269)
L ε ρDP
Keterangan :
Re : Reynold number
108
Luasalas (m 2)
Volume reaktor ( m)= ..........................................................(2.270)
Tinggi(m)
4 LuasArea
Diameter Reaktor (m )=
√ π
........................................................(2.271)
Volume ( m 3 )
Tinggi bed katalis (m)= ......................................................(2.272)
Luasalas ( m 2)
Tinggi reaktor tersebut adalah tinggi silinder reaktor tanpa tutup reaktor.
PR
Tshell= + C ......................................................................................(2.274)
SE− 0 ,6 P
Keterangan :
109
T : Tebal, inchi
Ketebalan head reaktor dihitung dengan persamaan ASME – VIII Division 1 UG-27
PR
Thead = +C ....................................................................................(2.275)
2 SE −0 , 2 P
Keterangan :
T : Tebal, inci
110
S :allowable Stress material, psi
E : efisiensi sambungan
CA :corrosion allowance, m
memisahkan uap dan cairan yang terbentuk dari suatu proses. Untuk Mengetahui
tahap-tahap Perancangan Separator maka, kita dapat melihat pada gambar 2.1
M
e
n
g M
h e
it n
M
u g
e
n h
n
g i
e T
L D t
n e
A u
t ui
b
sa m
n
u a
us eg
k l
mA n
a S
sr Ts
n he
ie hi
el
D a
Mulai
N e(
el
M
i C r
e sl
ai em
r da
m n ki
a ai
111 ed n
c n
ta L
a
a
en /l
C
rD D
V
M a
i e)
a p
m o
s
e c
a
t i
e t
r y
m
i
Gambar 2.9 Flowchart Separator n
Penentuan neraca massa bahan dari umpan yang akan digunakan merupakan
F=L+G (2.275)
atau vapour. Persamaan flash calculation pada dew point danflash point adalah
sebagai berikut
fi
∑ xi= =1
L+V ( Ki)
(2.277)
Ki∗fi
∑ yi= =1
L+V ( Ki)
(2.278)
112
Konversi flowrate standard menjadi flowrate aktual dimaksudkan untuk
14 , 7 T
Q aktual= Q standar x x (2.279)
p 520
Keterangan:
Q ( ACFH )
A=
Vmaks
(2.280)
yang dipengaruhi beberapa faktor salah satunya adalah gaya gesek. Untuk
113
√ 4. g . DP .( Pl− Pg )
3. pg . C '
(2.281)
3. Trial dimensi
diameter. Setelah memasukkan nilai asumsi awal diameter, maka panjang separator
4 x QA
π x Vt x D (2.282)
Dimensi separator setelah dilakukan trial dengan diameter, maka dapat dipilih
vertikal, nilai L/D : 2 – 4 , sedangkan untuk separator horizontal, nilai L/D : 2,5 – 5.
Selain itu, kita juga dapat memperkiran waktu tinggal gas dan liquid dalam separator
Px R
tm = +C (2.283)
SE− 0 ,6 P
Tangki merupakan salah satu peralatan penting dalam kilang Yang fungsinya
sebagai media penyimpanan. Berikut ini disajikan gambar 2.2 tahapan perancangan
tanki:
114
Mulai Menentukan
Keliling Tangki
Menentukan
Tinggi Tangki
Menghitung
Tebal Plat
Menghitung
Volume Tangki
Selesai
Menghitung
Diameter
Tangki
Gambar 2.10 Flowchart Tangki
yang akan kita gunakan. Ketika kita sudah menentukan tangki yang akan kita
115
2.3.12.2 Perhitungan Tinggi Tangki
Keterangan:
Tangki
π 2
Volumr Tangki = 4 x D tangk i x H (2.286)
Keterangan:
Dtangki = diametertangki, m
H= tinggi tangki, m
Panjang dan lebar pelat yang tersedia di pasar adalah (6 x 20) ft dan (8 x 20)ft.
akan digunakan sebagai basisperancangan dengan syarat volume tangki tidak lebih
K eliling Tangki
Jum lah Pelat K eliling = (2.288)
20 ft / lem bar
116
Keliling Terkoreksi = Jumlah Pelat Keliling x 20 ft
π '
Volume Tangki Koreksi = 4 x D 2 x H
Keterangan:
D’ = diameter koreksi, m
Tangki
2, 6 x D ' x ( H ' −1 ) x G
Td = +CA (2.290)
Sd
2, 6 x D ' x ( H ' −1 )
Tt = (2.291)
St
Keterangan:
H’ =banyakcourse
117
Perhitungan tata letak yang mencakup jarak tangki dengan tangki maupun dengan
fasilitas di sekitarnya.
Keterangan:
π 2
Volume Total Pondasi = (( 4 x D iam eter Ppondasi x Tinggi Pondasi ¿ – (Luas segitiga
K apasitas Tanggul
Luas Area Tangguil = Tinggi Tanggul (2.298)
Tanggul).........................................................................................................(2.299)
118
2.3.13 Perancangan Pompa
Pompa Merupakan Suatu alat yang sangat Penting Dalam Plant yaitu berfungsi
Untuk Memindahkan Suatu cairan dari suatu Tempat ke tempat lain. Berukut adalah
Menghitung Head
Menghitung Daya Menghitung Head
Loss fiting dan
Cairan efisiensi Total Pompa
Valve
Overal,daya pompa,
dan daya penggerak
Menghitung Kurva
Selesai
Karakteristik pipa
119
2.3.13.1 Menentukan Kapasitas Pompa
Kapasitas adalah jumlah volume aliran kontinyu persatuan waktu. Dalam pra rancang
sistem perpipaan pertama kali yag dilakukan adalah menentukan kapasitas pompa
yang digunakan sebagai dasar perhitungan pada sistem perpipaan pompa dan daya
pompa yang dibutuhkan oleh pompa. Kapasitas ini ditentukan berdasarkan kebutuhan
proses dengan pertimbangan operasi jangka panjang. Pada basis desain pra rancang,
kapasitas pompa ditentukan oleh perhitungan neraca massa dari setiap peralatan.
dengan kebutuhan head pada pompa. Untuk mendapatkan pompa yang sesuai dengan
kebutuhan head pada pompa maka perlu dilakukan perhitungan head pada sistem
direncanakan
Penentuan nilai diameter ekonomis pipa dipengaruhi oleh kapasitas (Q) pompa,
specificgravity (SG) cairan yang dipompa, dan viskositas (µ) cairan yang dipompa.
Untuk menghitung diameter ekonomis pada fluida minyak fase cair menggunakan
rumusan :
Keterangan:
Q = Kapasitas, ft3/s
120
SG = Specific grafity cairan, lb/ft3
Persamaan diatas digunakan dengan tidak membedakan besar diameter pipa sisi hisap
atau suction dengan diameter sisi tekan atau discharge. Untuk diameter sisi hisap dan
4 xQ 4 xQ
ds =
√ π x Vs
dan dd =
√ π x Vd
(2.302)
Keterangan :
Q = Kapasitas perpompaan
Tebal didnding suatu perpipaan seperti yang dipersyaratkan pada standard code
refineryand oil transformation system ASME B 31-3. Untuk sistem perpipaan akan
digunakan seamless pipe dengan nila E (joint efficiency factor) adalah satu.
Sedangkan untuk nilai Y dapat dilihat pada lampiran. Setelah didapatkan tebal
minimum dinding pipa kemudian disesuaikan dengan schedule number yang ada
121
diperbolehkan). Angka nominal yang banyak digunakan untuk corrotion value adalah
0,125 inch untuk carbon steel danalloy steel piping. Sedangkanpada material yang
memungkinkan terjadi tingkat korosi yang parah atau erosi dari fluida itu sendiri
pipa dengan ketebalan 12,5% lebih besar dari desain, sehingga dapat dirumuskan
sebagai berikut :
Keterangan :
Sistem (H)
Head total sistem adalah selisih antara head sisi tekan dengan head sisi hisap. Rumus
𝐻 = 𝐻𝑑–𝐻𝑠 (2.304)
Keterangan :
H = Head total, ft
122
2.3.13.6 Menghitung Kerugian
Head
Keterangan :
L = Panjang pipa, ft
Rumus menghitung kerugian head pada fitting dan valve (hlf) adalah sebagai
berikut :
2
V
hlf = n x k x (2.306)
2g
Keterangan :
123
G = Kecepatan gravitasi, ft/s2
Faktor gesekan pipa sebagai fungsi dari angka reynold (Rn) dan kekasaran relatif
⍴x D X V
Rn = µ (2.307)
Keterangan :
Rn = Reynold number
b. Bahan pipa
124
Faktor gesekan pipa ditentukan dengan grafik pada lampiran .
a. Angka reynold
b. Kekasaran relative
Rumus untuk menghitung head untuk suction dinamsi adalah sebgai berikut:
2
ps pc 1 Vs
Hs -= ( y ¿ = ( + Zsd−hls − ¿ (2.308)
y 2g
Keterangan :
Hs = Head suction, ft
Keterangan :
125
Hd = Head discharge, ft
dimiliki oleh zat cair pada suction pompa (ekuivalen dengan tekanan mutlak pada
suction pompa), dikurangi dengan tekanan uap jenuh zat cair ditempat tersebut.
Keterangan :
126
v = Kecepatan cairan, ft/s
Daya cairan merupakan daya yang diterima oleh cairan atau daya yang diberikan
oleh impeller pompa pada fluida proses. Perhitungan daya cairan adalah sebagai
berikut:
Qx HxY
Nh= (2.311)
75
Pompa
Daya pompa merupakan daya dari poros pompa atau daya yang diberikan pada
Nh
Np= (2.312)
B ff Pompa
Sebelum menentukan daya pompa, maka ditentukan terlebih dahulu mencari nilai
pompa.
Qxn
Np =
√ 1000
(2.313)
Nilai n merupakan rotasi dari impeller pompa. Penentuan rotasi pompa digunakan
menggunakan rotasi yang terdapat di pasaran. Pada pra rancang sistem perpipaan
127
Daya penggerak pada pompa dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
Np
Nd = (2.314)
B ff Penggerak
NPSHr atau NPSH yang diperlukan adalah head tekanan yang besarnya sama dengan
penurunan tekanan. Besarnya NPSH yang diperlukan berbeda untuk setiap pompa.
Harga NPSHr diperoleh dari pabrik pompa yang bersangkutan dan pada umumnya
tertera di name plate atau data spesifikasi pompa. NPSHa (yang tersedia) > NPSHr
(yang diperlukan).
n x √Q
NPSHr = 10 x ( ¿ (2.315)
s
Keterangan :
128
2.3.14 Perancangan Kolom
Star
Material
Menghitung 2,6 ft/s < Menentukan alat
balance,heat
Tinggi kolom Supervicial kontak dan
balance,serta
dan Tebal Velocity kolom Menghitung
menghitung
Kolom < 3,3 ft/s diameter kolom
kebutuhan
refluks
Menentukan Stop
harga kolom 129
Gambar 2.12 FlowChart Prarancangan Kolom
Segala informasi mengenai umpan dapat di peroleh melalui crude assay. Crude assay
merupakan data informasi dari crude oil yang didapatkan melalui serangkaian uji
laboratorium. Pada umunya, crude assay memberikan informasi penting seperti, data
distilasi TBP (True Boiling Point), SG (Specific Gravity), API, dan data lainnya.
Fungsi dari distilasi TBP adalah untuk perhitungan material balance. Secara teori,
distilasi TBP mampu memberikan data yang mendekati kondisi nyata proses
berdasarkan titik didih masing-masing dengan kuantitas yang terdapat di crude oil
tersebut. TBP yang tersedia di crude assay bisa disajikan dalam bentuk grafik
maupun data distilasi. Data ini digunakan untuk menentukan cuting point atau titik
potong suatu fraksi di dalam umpan untuk menentukan kuantitas produk yang akan
pertama yang dilakukan adalah menyajikan data TBP ke dalam bentuk grafik.
Operasi Kolom
130
Penentuan kondisi operasi kolom dilakukan melalui analisa data distilasi EFV
percobaan yang dilakukan dengan sedemikian rupa sehingga mirip dengan kondisi
lapangan. Selain itu, data distilasi EFV juga dapat diperoleh melalui konversi data
2.3.14.3 Menentukan
Temperatur top kolom harus cukup untuk menguapkan produk atas. Temperatur yang
terlalu rendah akan mengkondensasi sebagan produk atas dan mengkontaminasi side-
draw product pertama. Sedangkan temperatur yang terlalu tinggi akan menyebabkan
terikutnya material yang memiliki titik didih tinggi yang tidak diinginkan di produk
atas. Temperatur top kolom merupakan IBP dari fraksi paling ringan yang terdapat
pada umpan.
2.3.14.4 Menentukan
grafik distilasi EFV dari produk masing-masing. Nilai temperatur Side-Draw Off
2.3.14.5 Menentukan
131
Temperatur Side-Draw Off produk side stream ditentukan dengan menggunakan
grafik distilasi EFV dari produk masing-masing. Nilai temperatur Side-Draw Off
Drop Kolom
Pressure drop kolom sangat bergantung dari alat kontak yang digunakan.
Perhitungan alat kontak berupa tray dapat dilakukan dengan menggunkan persamaan
berikut:
QL
∆𝑃 = 0,48 𝐹𝑊( IW ¿ (2.316)
2.3.14.7 Perhitungan
ini dapat diperoleh data-data penting yang diperlukan seperti Molecular weight,
Kuop, viskositas, dan normal boilling point. Hal ini sangat erat hubungannya dengan
desain dan perhitungan proses di pengolahan atau operasi kilang, terutama dalam
perhitungan desain kolom distilasi. Berikut adalah hal yang perlu dilakukan:
Berat Molekul suatu campuran minyak bumi dan produk-produknya dapat diperoleh
dengan mencari slope dari data distilasi ASTM. Sehingga, dibutuhkan konversi
terlebih dahulu dari TBP yang terdapat di crude assay menjadi data distiasi ASTM
132
TBP (50)
¿( )
𝐴𝑆𝑇𝑀𝐷86 (50) = exp 0 ,8718 (2.317)
( )
1.0258
Yi = AXiB (2.318)
. Setelah data distilasi ASTM didapatkan, maka nilai slope data distilasi
T 90 % −T 10 %
Slope = 80
(2.319)
T 10 % + T 30 % + T 50 % + T 70 % + T 90 %
VABP =
5
(2.320)
133
WABP (Weight Average Boilling Point), MABP (Molal Average Boilling Point),
MeABP (Mean Average Boilling Point), dan CABP (Cubic Average Boilling Point)
dapat dicari.
Nilai molecular weight merupakan peoperties data umpan yang sangat penting. Nilai
𝑇𝑏𝑆))𝑇𝑏1,26007𝑆4,98308
Nilai KUOP merupakan peoperties data umpan yang sangat penting. Nilai KUOP
( MeABP )1 / 2
K = Sp gr 60 F / 60 F (2.321)
balance:
Banyaknya produk berdasarkan hasil dari cutting point pada grafik distilasi TBP
dalam menentukan kuantitas serta banyaknya produk yang diinginkan. Untuk mass
circulation pada reflux tidak masuk ke dalam sistem mass balance, karena sirkulasi
134
2.3.14.12 Perhitungan Heat Balance Kolom
fraksi, temperatur top kolom, serta temperatur bottom kolom untuk menjaga kualitas
Secara umum, perhitungan heat balance dapat diperoleh melalui persamaan umum
berikut:
Qin = Qout
(𝑚𝑟𝑒𝑓𝑙𝑢𝑥𝑥𝐶𝑙𝑎𝑡𝑒𝑛𝑡)
Terdapat tiga jenis reflux yang digunakan untuk melakukan pengontrolan temperatur
kolom, yaitu:
1. Cold Reflux
Cold reflux didefinisikan sebagai reflux yang disuplai pada kondisi temperatur
di bawah temperatur top kolom. Cold reflux dapat mengambil sejumlah panas yang
setara dengan jumlah panas sensible dan panas laten reflux tersebut untuk menaikkan
2. Hot Reflux
135
Hot Reflux merupakan reflux yang memiliki temperatur sama dengan
temperature pada top kolom. Overflow yang terjadi dari tray ke tray bisa dikatakan
sebagai hot reflux. Overflow juga bisa dikatakan sebagai internal reflux. Reflux
tersebut hanya mampu menyerap panas laten, karena tidak ada perbedaan pada
3.Circulating Reflux
Circulating Reflux berbeda dari jenis reflux yang sebelumnya karena reflux
ini tidak menguap. Reflux ini hanya mampu menyerap panas sensibel yang
ditunjukkan dengan perubahan temperatur saat reflux tersebut bersirkulasi. Reflux ini
diambil dari kolom dalam fasa liquid pada temperature tinggi dan dikembalikan ke
dalam tower setelah didinginkan. Reflux tipe ini digunakan untuk menyerap panas
4.Reflux Ratio
jumlah top produk. Karena internal atau hot reflux ditentukan hanya dengan
Setelah semua data umpan dan karakteristiknya serta mass balance dan heat balance
136
Pemilihan alat kontak yang terletak di dalam kolom yang nantinya berfungsi
operasi kolom yang ditentukan. Pemilihan tipe alat kontak akan menentukan nilai K
yang merupakan konstanta alat kontak. Nilai K alat kontak nantinya akan ditentukan
velocity. Supervicial tower velocity pada kolom menunjukkan kecepatan uap yang
melewati kolo dalam proses kontak dengan liquid. Nilai supervicial tower
W
𝑆𝑢𝑝𝑒𝑟𝑣𝑖𝑐𝑖𝑎𝑙𝑣𝑒𝑙𝑜𝑐𝑖𝑡𝑦 = A = K √ ρv ( ρl− ρv ) (2.322)
Untuk menghitung nilai density uap, diperlukan nilai volume uap. Sehingga,
untuk menghitung nilai volume uap yang terbentuk dapat menggunakan persamaan:
(T +460)∨ ¿ ¿
Volume = n x 379 ft3 x 760 mmHg
( 60+ 460 )∨¿ x ¿
P
(2.323)
Dengan demikian, nilai density uap dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
dasar hubungan antara density, massa, dan volume. Berikut adalah persamannya:
Mv
𝜌𝑣 = V (2.324)
Setelah nilai Supervicial tower velocity telah memenuhi syarat, maka diameter kolom
137
kapasitas, dan kecepatan atau Supervicial tower velocity. Berikut adalah
persamaannya:
Q
A= V
(2.325)
Kemudian, nilai dimensi diameter kolom dapat dihitung dengan persamaan dimensi
berikut:
πD 2
A= 4 (2.326)
Tray
Penentuan jumlah tray menggunakan metode yang telah dijelaskan pada subbab
pemilihan alat kontak. Jarak antar tray dapat ditentukan denganmenggunakan grafik
Selain peralatan kontak seperti tray dan packing, peralatan supperot lainnya juga
perlu diperhitungkan seperti mist eliminator (1 ft), liquid distributor (0,5 ft), bed
limiter (3 inch), support plate (4,5 inch), serta liquid collector (2 inch). Ukuran-
138
Flash zone merupakan ruang teruapkannya crude oil ketika pertama kali memasuki
Manholes
Tinggi level bottom bergantung pada waktu tinggal cairan di bottom kolom. Waktu
tinggal yang digunakan dalam operasi biasanya adalah 5 sampai7 menit agar cukup
waktu untuk pelepasan uap dan safety factor terhadap operasi proses.
Tinggi Tambahan
Pada top kolom ditambahkan ruang kosong 1 meter untuk pelepasan uap dan 2 meter
Tinggi Kolom
kolom.
Perhitungan tebal shell kolom dapat dilakukan dengan mengacu pada standard
139
Langkah 1 : asumsi nilai t, kemudian hitung nilai L/Do dan Do/t
berikut:
4B
Pa = Da (2.327)
3( )
t
besar dari P operasi. Jika lebih kecil, maka atur ulang asumsi nilai t hingga
syarat terpenuhi.
- Langkah 6 : tebal total adalah nilai t ditambah dengan corrosion allowance dengan
Perhitungan tebal head kolom dapat dilakukan dengan mengacu pada standard ASME
Section VII pada bagian Formed Heads, Pressure On Convex Side. Berikut adalah
berikut:
0 , 125
A=
Ro (2.328)
t
140
Langkah 2 : setelah nilai A, didapat, kemudia lakukan perhitungan hingga
dengan Langkah 6
diperlukan untuk mendirikan proyek hingga proyek dapat menghasilkan produk yang
(purchase equipment delivered). Harga ini tergantung dari jenis dan ukuran
alat yang akan dibangun. Penentuan harga dapat dilakukan dengan ekstrapolasi dari
harga tahun lalu berdasarkan indeks yang dipakai, umumnya Nelson Farrar Refinery
cost (untuk pendirian proyek), indirect cost dan working capital. Besarnya persentasi
141
No Direct Plant Cost % PEC
1 Purchase Equipment Delivered Cost (PEC) 100 % PEC
2 Equipment Instalation 25 - 55 % PEC
3 Instrument and Control Instalation 8 - 50 % PEC
No Direct Plant Cost % PEC
4 Piping Instalation 10 -80 % PEC
5 Electrical System 10 - 40 % PEC
6 Buildings 10 - 70 % PEC
7 Services Facilities 40 - 100 % PEC
8 Land 4 - 8 % PEC
Total Derect Plant Cost 65 - 85 % PEC
Sumber : Max S. Peters, Klause D Timmerhous & Ronald E. West “Plant Design & Economics for
Chemical Engineering”, 2003
Manufacturing cost terdiri dari direct production cost, fixed charge dan plant
142
overhead cost. Perkiraan komponen pada production cost bisa dilakukan berdasarkan
persen terhadap fixed capital investment serta total capital investment. Komponen-
komponen production cost meliputi seperti pada Tabel 2.8 di bawah ini.
Fixed charge yang merupakan 10-20% dari total production cost, terdiri dari
143
Untuk General Expense yang merupakan 15-25% total product cost sebagai
mana Tabel 2.9, manufacturing cost estimation Tabel 2.10 dan total production cost
Tabel 2.11.
Untuk labour cost, sebagai dasar perhitungan adalah gaji pekerja termasuk
tunjangan perumahan dan kesehatan yang selama ini bekerja sebagai field operator,
144
2.4.4 Keuntungan
akan didapatkan nilai tambah dari sebuah investasi sekaligus untuk pengembangan
investasi itu sendiri. Keuntungan sendiri dibedakan menjadi keuntungan kotor dan
parameter, yaitu: % Rate of Return (ROR), Pay Out Time (POT), Break Even Point
(BEP) dan Shut Down Point (SDP), Interest Rate of Return (IRR), Net Present Value
(NPV).
Fixed Capital Investment (investasi modal tetap) dalam periode umur tertentu dari
mengembalikan modal investasi setiap tahunnya. Semakin besar nilai ROR, maka
investasi proyek (dalam hitungan tahun). Untuk petroleum industry berkisar antara 5
sampai 10 tahun. Diharapkan harga POT sekecil mungkin, karena makin kecil makin
145
c. Interest Rate of Return (IRR)
investasi dengan membandingkan bunga bank. Nilai yang diperoleh dari IRR adalah
dilakukan dengan cara trial and error sampai diperoleh harga NPV = 0. Nilai ini harus
Biasanya MARR mengacu pada besarnya bunga bank saat proyek dibangun,
atau dapat diperoleh pada table Suggested values for risk and minimum acceptable
investasi, karena bunga bank tidak akan selalu sama pada setiap tahunnya bahkan
berubah setiap hari. Semakin tinggi perbedaan IRR dengan bunga bank proyek
semakin bagus, sehingga dapat mengantisipasi kenaikan bunga bank. IRR minimum
Net Present Value adalah suatu cara untuk mengukur keuntungan proyek
dikembalikan semua proyeksi keuntungan per tahun selama umur proyek, menjadi
nilai uang tahun saat proyek dibangun. Pendeknya NPV adalah nilai sekarang dari
dilihat dari harga present value. Makin besar harga NPV, proyek lebih
146
Permintaan pasar, jumlah produksi dan waktu operasi sangat erat
hubungannya. Apabila unit sudah dijalankan, hal ini akan menjadi faktor yang juga
menentukan biaya, untuk itu dalam melakukan design sebuah pabrik, penentuan
kapasitas, penentuan kemudahan maintenace dan permintaan pasar akan produk kita
Gambar 2.11 memperlihatkan efek dari biaya dan keuntungan dengan dasar
aliran produksi. Seperti yang dapat terlihat dari gambar tersebut, Fixed Cost akan
selalu konstan sedangkan total biaya produksi akan terus meningkat apabila produksi
di tingkatkan. Titik dimana total produksi sebanding dengan total pendapatan dapat
dikatakan sebagai break even point (BEP). Dengan memperhatikan penjualan dan
permintaan yang sesuai dengan kapasitas dan karakteristik dari peralatan, engineer
dapat memberikan rekomendasi design kapasitas yang akan diolah sehingga dapat
memberikan biaya yang optimal (20 : 231). BEP didefinisikan sebagai kapasitas
minimum, saat biaya produksi total sama dengan pendapatan dari hasil penjualan
produk. BEP merupakan titik impas yang menunjukkan bahwa dengan kapasitas
produksi tertentu (pada BEP), keuntungan yang diperoleh sama dengan nol. Semakin
kecil nilai BEP, semakin baik. BEP yang menjadi pertimbangan dilaksanakannya
147
Gambar 2.13 Grafik Break Even Point untuk Pabrik Proses Bahan Kimia(11:445)
III. PEMBAHASAN
Umpan yang akan diolah di Methanol Plant dengan kapasitas 55.000 tpy merupakan
natural gas dari sumur BG-21 dan BG-22 yang terletak pada selat makasar. Methanol Plant
Kandungan umpan yang akan diolah, dimana pada natural gas terdapat kandungan sulfur
dari H2S sebesar 1,58 ton/hari akan di bersihkan terlebih dahulu. Sehingga unit yang perlu
dibangun untuk perancangan Methanol Plant adalah Gas Treating Unit, Reforming Unit,
terdapat pada unit tersebut, diharapkan dapat menghasilkan produk yang diinginkan yaitu
148
methanol sebagai produk utama, serta fuel gas dan steam sebagai produk samping. Sebagai
ilustrasi blok diagram Methanol Plant dapat dilihat pada gambar 3.1 sebagai berikut.
dilihat pada proses flow diagram yang terdapat pada gambar 3.2 sebagai berikut.
Tangki
Kompresor feed
Kolom Adsorber
Reaktor
Reformer
Reboiler
Cooler
Kompresor Produk
149
HE
Reaktor
Separator
Tangki Produk
Pompa
kolom
Sama dengan desain tangki sebelumnya, desain tangki spherical juga memiliki cara
yang sama namun dengan volume tangki berbentuk bola. Standard yang digunakan dalam
Parameter
Pressure 25 bar
Temperature 30 C
Laju Alir 6944,45 kg/jam
Waktu Operasi 7 Hari
Mengetahui fluida yang akan masuk ke tangki agar dapat menjaga volume fluida
yang terdapat di dalam tangki, flow rate dapat di hitung menggunakan rumus :
150
F low ra te = 166 , 6817 ton / h a ri
6944 , 46 kg / jam
Volum e feed =
12 ,144 kg / m 3
m3 20
Vtangki=
571 ,847 +
jam 100( .571 , 847 )
2
1 /3
3 . 343 ,105 m 3
D=
4 . 3 ,14
151
D tan gki= 27 , 31 m
Tekanan dalam tangki sama dengan tekanan pada refluks drum. Tekanan dianggap
sama karena friksi pada pipa dianggap kecil dan suhu operasi tangki sama dengan refluks
drum sehingga tidak ada perubahan neraca massa pada tangki. Tekanan tangki dapat di
hitung menggunakan :
20− 1
P hidros= 12 ,144 kg / m 3
144
P hidros= 1 , 602 p si
P des = 1 , 1 x 328 , 19 p si
P des = 361 , 01 p si
Tebal plat pada tangki sangat menentukan untuk kinerja penyimpanan pada tangki.
Terlebih lagi tangki berjenis spherical. Karena tangki jenis ini mempunyai tekanan yang
152
Tplat=326 , 59 psi . 1075 ∈ ¿ +0 , 125∈¿ ¿
2 . 4000 . 0 ,85 −0 , 2 .326 , 59 psi
T plat = 5 , 29 ∈ ¿
Dalam pemilihan jenis kompresor yang sesuai dapat didasarkan pada hasil perhitungan
kompresor. Langkah- langkah yang akan digunakan pada perhitungan kompresor antara lain
kompresor yang akan dibutuhkan. Kapasitas kompresor merupakan sejumlah volume udara/
153
gas yang masuk setiap waktu. Kapasitas kompresor dapat dinyatakan dalam berbagai satuan
seperti :
molekul, specific gravity, critical condition (critical Temperature dan critical pressure) serta
Parameter
Pressure in 25 bar
Temperature in 30 C
Laju Alir 6944,45 kg/jam
Untuk mencari nilai compressibility factor (Z) dapat dicari dengan menghitung nilai
reduced Temperature (Tr) dan reduced pressure (Pr) dengan rumus sebagai berikut:
53 C
Tr=
40 , 85 C
Tr = 1 , 2 97
¯¿
Pr=68 ¿
45, 58 ¯¿ ¿
P r ¿ 1 , 491
154
Selanjutnya nilai Z dapat ditentukan dengan memplotkan nilai Pr dan Tr pada Grafik
h. Specific gravity(SG)
155
SG feed yang masuk kompresor dapat dihitung menggunakan data berat molekul
campuran dari feed dan berat molekul udara. Berikut ini rumus untuk menghitung SG feed
21 , 109 gr mol
SG =
28 , 96 gr /mol
SG = 0 , 7288
156
9 4
0,0090 0,32787 0,0029541
C5H12 1 36,39 274,41 4 44
0,0053 0,12621
H2O 1 23,77 368,55 9 1,9570005
0,0024 - 0,08327 0,0002040
N2 5 33,99 147,15 6 25
0,0758 2,87243
CO2 9 37,85 30,85 7 2,3412065
0,0107 0,96969 0,0104338
H2S 6 90,12 100,85 1 77
397,2 1146,7 45,5833
Total 1 3 5 1 40,854252
faktor adiabatik (k). Faktor adiabatik dapat dihitung dengan menggunakan nilai panas jenis
campuran gas alam (Mcp). Nilai Mcp di pengaruhi oleh temperature yang didapatkan pada
Tabel Mcp (GPSA:315)(2:571). Nilai Mcp pada suhu suction dihitung dengan menginterpolasi
nilai Mcp pada suhu yang sudah ada. Perhitungan nilai Mcp suction dapat dilihat pada tabel
di bawah. Dari nilai Mcp suction yang didapat, maka nilai k suction (k1) dapat dihitung
131 , 154 C
K 1=
131 , 154 C − 1 , 906
K 1= 1 , 01537
157
Tabel 3.6 Perhitungan Mcp Suction
Mcp
Mcp (saat 140 F)
Komposi Suction
Yi
si BTU
100 140 150
lbmol.R
CH4 0,811 8,65 8,89 8,95 7,20979
0,0406 0,5538175
C2H6 8 12,95 13,614 13,78 2
0,0366
C3H8 1 18,17 19,25 19,52 0,7047425
0,0082 0,2110965
C4H10 9 24,08 25,464 25,81 6
0,0090
C5H12 1 29,71 31,43 31,86 0,2831843
0,0053 0,0428092
H2O 1 8,03 8,062 8,07 2
0,0024
N2 5 6,96 6,96 6,96 0,017052
0,0758 0,7006164
CO2 9 9 9,232 9,29 8
0,0107 0,0887915
H2S 6 8,18 8,252 8,27 2
125,7 132,5
Total 1 3 131,154 1 9,8119001
kompresor:
158
Dalam Pra-Rancang kompresor maka harus dihitung nilai temperature yang
keluar dari kompresor (T2 aktual). Namun, T2 aktual tidak mungkin bisa ditentukan,
sehingga bisa dihitung adalah nilai pendekatan temperature keluar (T2 approximate).
Temperature discharge isentropic (T2’) dapat dihitung menggunakan rumus dibawah ini :
¯¿
T 2=53C 75 1 ,015−1
¿¿
1 , 015
68 ¯¿
57 , 55 C
aktual (Q) kompresor yaitu 21117,43 ICFM (21,11743 Thousand ICFM). Selanjutnya
Dengan data k suction (k1) dan pressure rasio, selanjutnya nilai-nilai tersebut
diplotkan kedalam Lampiran 45 Grafik Efficiency Conversion and Temperature Rise Factor (x)
Untuk menghitung nilai T approx, maka harus menentukan nilai ηad awal
159
tersebut diplotkan kedalam Grafik Efficiency Conversion and Temperature Rise
Factor (x) sehingga mendapatkan nilai asumsi efisiensi isentropic awal (ηisen awal)
sebesar 69 %.
0 ,09 . 53 C
T 2≈ ¿ + 53 C
69
T 2≈ ¿ 53 , 069 C
untuk menyesuaikan dengan nilai T2 Approx yang telah didapatkan dengan rumus
E ff isentropic = 53 C ¿ ¿
E ff isentropic = 65 , 6 %
harus dikoreksi untuk menyesuaikan dengan nilai T2 Approx yang telah didapatkan
E ff polytropic = ln ¿ ¿
E ff p olytropic = 63 , 6 %
Dari perhitungan koreksi antara koreksi efisiensi isentropic (ηisen kor) dan
efisiensi isentropic awal (ηisen awal) didapatkan selisih sebesar 8,19%. Sedangkan
antara koreksi efisiensi Polytropic (ηpol kor) dan efisiensi Polytropic awal (ηpol
160
awal) didapatkan selisih sebesar 7,7%. Karena selisih antara kondisi yang sudah
dikoreksi dengan kondisi awal tidak melebihi 10%, maka T2 approx dapat dipakai
menggunakan tahap yang sama pada Faktor Kompresibilitas Suction (Z1). Yang
membedakannya adalah pada nilai Tr dan Pr. Tr dan Pr didapatkan dari nilai critical
Temperature (Tc mix) dan critical pressure (Pc mix) gas CH4. Dari data Tc mix dan
Pc mix yang diperoleh, data Tr dan Pr dapat dihitung dengan rumus dibawah ini.
53 C
Tr=
30 , 29 C
Tr = 1 , 749
¯¿
Pr=68 ¿
37,35 ¯¿ ¿
Pr ¿ 1 , 820
Perhitungan nilai Tr, Pr dan nilai Z pada kondisi discharge dapat dilihat di bawah.
161
Untuk menghitung nilai faktor adiabtaik discharge (k2) dapat dihitung
menggunakan tahapan yang ada pada Faktor Adiabatik Suction (k1). Faktor adiabatik
dapat dihitung dengan menggunakan nilai panas jenis campuran gas CH4 (Mcp).
Nilai Mcp di pengaruhi oleh Temperature yang didapatkan pada Tabel Mcp(6:315).
138 , 666 C
K 2=
138 , 666 C −1 , 906
K 2 = 1 , 0145
Mcp
Mcp (saat 160 F)
Komposi Discharge
Yi
si BTU
150 195 200
lbmol.R
CH4 0,811 8,95 9,247 9,28 7,499317
0,0406
C2H6 8 13,78 14,545 14,63 0,5916906
0,0366
C3H8 1 19,52 20,753 20,89 0,75976733
0,0082
C4H10 9 25,81 27,376 27,55 0,22694704
0,0090
C5H12 1 31,86 33,777 33,99 0,30433077
0,0053
H2O 1 8,07 8,115 8,12 0,04309065
0,0024
N2 5 6,96 6,969 6,97 0,01707405
0,0758
CO2 9 9,29 9,533 9,56 0,72345937
0,0107
H2S 6 8,27 8,351 8,36 0,08985676
132,5 138,66 139,3 10,2555335
Total 1 1 6 5 7
162
3.3.2.5 Kapasitas Kompresor Standar (QSCFM)
pipa kompresor. Berikut ini rumus yang digunakan untuk menghitung nilai kapasitas
55 C
Q SCFM =21117 , 43.
¯
55 ¯¿ .68 ¿ ¿ ¿
53C
natural gas, maka dapat ditentukan dengan Grafik Compressor Coverage Chart
Coverage Chart. Dari grafik tersebut didapatkan bahwa kompresor yang harus
multistages.
163
Jenis penggerak kompresor (Driver) yang digunakan untuk menggerakan
pada Lampiran 49. Dari grafik tersebut, dengan kapasitas 27094,06 ICFM dan
Jumlah stages kompresor (Ns) dapat dihitung berdasarkan pressure ratio (rt).
Berikut ini merupakan rumus yang digunakan untuk menghitung jumlah stages
2
Nstage=
1, 4
N stag e = 2 S tag e
164
3.3.2.7 Head Aktual
Head aktual (Hact) dapat dihitung menggunakan data head isentropic dan
efisiensi isentropic. Head aktual dapat dihitung menggunakan rumus dibawah ini.
1 ,014−1
53 , 35 0 , 896 1 , 014 78
Headact = . .
0 , 7288 60 , 81 1 , 014−1
. 578
15 {( ) 1 ,014
−1
}
H ea d a ct = 10 41 , 3 9 lb f ft /lb m
Daya kompresor adalah kerja kompresor setiap satuan waktu. Beberapa daya yang
kg
63011 , 54 .1041 , 39lbf ft / lbm
jam
GHP=
550
G H P = 11 93 0 8 , 9 kW h
119308 , 9 kWh
CHP =
112 , 82
C H P = 1 05 7 , 50 3 kW h
119308 , 9 kWh
ηm= 0 ,4
119308 , 9 kWh . 119308 , 9 kWh
165
ηm = 11 2 , 82
166
T 53 49 C -
Npol Awal 71 % -
Npol Koreksi 64 % -
Temp Rise Factor (x) 0,09 -
Nisen awal 59 % -
Nisen Koreksi 53 % -
T2 Approx 53 C -
BM Campuran 21,109 -
SG 0,728 0,8
Pc 397 bar -
Tc 1146 C -
Pr 1,49 1,82 -
Tr 1,29 1,74 -
Z 0,845 0,947 -
Z standart 0,896 -
K 1,015 1,014 -
Q 26108,82 IFCM 14000 IFCM
Daya Kompresor 1057,503 kWh 600 kWh
adsorbent jenis ZnO karena dapat menyerap senyawa S dengan efektif dengan
tahapan. Selain itu digunakan beberapa asumsi sebagai data perhitungan, seperti
waktu operasi dan regenerasi sesuai dengan data tipikal pada saat praktik lapangan.
167
Diameter ZnO 11 mm
1578,0 kg/har
Jumlah Sulfur
7 i
0,3 kg ZnO mampu menyerap 1 kg sulfur (13:819) dengan waktu operasi 55 hari jadi
1578 , 07 kg
Jum lah adsorbent= . 55 hari
0 ,3 kg
Ju m lah a d so rb en t = 5 26 0 , 2 3 kg
panjang kolom Adsorber. Perhitungan ini menggunakan trial and error kecepatan alir
fluida (vs) sehingga syarat pressure drop bed untuk proses adsorpsi terpenuhi.
f. Volumetric Flow
168
Menghitung volumetric flow menggunakan rumus :
166660 kg / hari
Volum etric flow =
12 ,144 kg / m 3
Vo lu m etric flo w = 13 7 2 3 , 64 m 3 / h a ri
g. Luas Penampang
13723 , 64 m 3 / hari
Luas penam pang =
548 , 941 l /m nt
h. Diameter Adsorber
(4 .25 , 00027 m 2)
Diameter adsorber =
√ 3 ,14
D ia m eter a d so rb er = 5 , 64 3 m
i. Panjang Bed
280 , 88 m 3
Panjang bed adsorbent =
25 , 00027 m
P a n jan g ko lom a d so rb er = 11 , 2 3 m + 3 ft
P a n jan g kolom a d so rb er = 1 2 , 14 m
169
3.3.3.4 Perhitungan Pressure Drop Bed
m3
∆ Pb =150 ( 88 , 07 Pas . 13723 , 64
( 0 , 0001 m )2
hari
)(
.
1−0 , 05
0 , 05
2
3 ) (
+1 , 75. 171 ,5 kg .
13723 ,64
0 , 0001m
2
.
1−0 , 05
)(
0 , 05
3 )
∆ P b = 7 , 261 4 p si / ft
berdasarkan persamaan.
Tsh ell= 5 , 98 ∈ ¿
Head kolom adsorber dengan jenis ellipsoidal dipilih pada perhitungan ini.
ekonomis, yaitu untuk bejana dengan perbandingan antara jari – jari mayor dan minor
dari poros bejana adalah 2 : 1. Berdasarkan ketebalan dan ketinggian bejana yang
sama, ketebalan dari head tipe ellipsoidal adalah dua kali dari ketebalan tutup
hemispherikal dengan perbandingan jari – jari (mayor dan minor axes) yang sama.
170
Perhitungan ketebalan head tipe ellipsoidal kolom adsorberadalah berdasarkan
persamaan :
T head = 5 , 832 ∈ ¿
Hasil perhitungan tebal pada shell dan head selanjutnya disesuaikan dengan
171
Dimensi Alat
Volume Adsorber 303,74 m3 170 m3
Luas Penampang 25,0003 m2 -
Diameter 5,64336 m 3 m
Panjang bed 11,2353 m 6 m
Tinggi 12,1497 m 7 m
6 in 6,3 in
Tebal Shell
SA-516 G65 -
5,9 in 6,1 in
Tebal Head
SA-516 G65 -
Pada penulisan ini akan merancang pre-reforming yang ber-basic reaktor fixed bed,
Parameter
Pressure in 50 bar
Temperature in 300 C
6879,3 kg/ja
Laju Alir
3 m
Katalis NiO
Bulk Density NiO 0,7 kg/L
Diameter Katalis 11 mm
% Reaksi
5 %
Terjadi
172
Menghitung kebutuhan katalis pada pre-reforming dapat di hitung dengan
mengetahui 0,09 kg NiO berkerja efektif pada 1 kg feed (13:819) (output secondary reforming)
dan kebutuhan katalis pada pre-reforming di asumsikan 5% dari total katalis, dapat di hitung
dengan :
71377 , 36 kg / hari
Kebutuhan katalis total=
0 ,009 kg
K eb u tuh a n ka ta lis to ta l = 7 93 08 1 , 7 7 kg
5
Kebutuhan katalis pre reform ing = 793081 , 77 kg .
100
Spesifikasi NiO
Bulk Density 0,8 kg/L
Temp Optimum 30 - 250 C
Kapasitas H2S > 10% berat pada Temp 250 C
Bentuk 4-5 mm sphere
Surface Area > 78 m2/g
Porositas 0,4 - 0,45 ml/g
pH 7 - 7,5
Crush Sterngth > 8,2 lbs
Pore Diameter 220 Angstrom
173
3.3.4.2 LHSV
LHSV desain ditentukan berdasarkan kondisi dari reaksi yang dibutuhkan oleh unit.
Volume umpan cair didapatkan dari kapasitas desain yang telah ditentukan sebelumnya.
LH SV = 10 , 09 4 / jam
Mass flux adalah laju alir masssa per area luasan. Berdasarkan buku
hydroprocessing for clean energy: Design, Operation, and Optimization sebesar 3500 – 4500
158 , 83 kg / jam
Mass flux =
9 , 927 m 2
kg
Mass flux = 16 .m 2
jam
Volumeric flow adalah suatu parameter untuk mengukur aliran flow yang akan
melalui sebuah alat, untuk menghitung volumetric flow dapat menggunakan rumus :
71377 , 36 kg / hari
Volum etric flow =
12 , 144 kg / m 3
174
Vo lu m etric flo w = 5 87 7 , 58 m 3 / h a ri
dari fluida dalam reaktor. Reynold number dijaga lebih besar dari 100 untuk menjaga kondisi
kg
57600 . m 2 .0 ,011 m
s
ℜ=
75 , 73(1− 0 , 05)
ℜ = 880 , 6
pada sistem perpipaan, pompa, dan kompresor. Persamaan ergun berikut digunakan untuk
175
4 . 9 , 92 m 2
Diameter pre reforming =
√ 3 , 14
56 , 64 m 3
Tinggi bed katalis=
9 , 92 m 2
UG – 27 (thickness of shell under internal pressure) dengan persamaan: (dari ASME – VIII
Division 1).
176
Tshell=797 ,708 psi. 70 , 003∈ ¿ + 0 ,125∈¿ ¿
18300 . 0 , 85−0 , 6 . 797 , 708 psi
Tsh ell= 3 , 82 ∈ ¿
Pra rancang ketebalan head pre-reforming dihitung dengan persamaan ASME – VIII
T head = 3 , 73 ∈ ¿
177
3,82 in 4 in
Tebal Shell
SA-516 G55 -
3,73 in 4 in
Tebal Head
SA-516 G55 -
3.3.5 Reforming
steam. Tahapan ini bertujuan untuk membentuk H2, CO, CO2 dari gas alam.
Katalisator yang biasanya digunakan nickel pada alumina base yang ditempatkan di
178
Menghitung kebutuhan katalis pada reforming dapat di hitung dengan mengetahui
0,09 kg NiO berkerja efektif pada 1 kg feed(13:819) (output secondary reforming) dan
kebutuhan katalis pada reforming di asumsikan 80% dari total katalis, dapat di hitung
dengan :
71377 , 36 kg / hari
Kebutuhan katalis total=
0 ,009 kg
K eb u tuh a n ka ta lis to ta l = 7 93 08 1 , 7 7 kg
80
K ebutuhan katalis reform ing = 793081 , 77 kg .
100
3.3.5.2 LHSV
Space velocity adalah variabel proses yang penting dalam proses reforming,
dan dengan variabel ini dapat mengukur waktu kontak antara reaktan dan katalis.
Dalam proses komersial modern reforming biasanya dioperasikan pada range LHSV
didalam proses reforming serta pertimbangan dari segi proses. LHSV dihitung dengan
rumus:
244 , 89 m 3 / jam
LHSV =
793 , 08 m 3
LH SV = 0 , 308 / jam
179
Mass flux adalah laju alir masssa per area luasan. Berdasarkan buku
hydroprocessing for clean energy: Design, Operation, and Optimization sebesar 3500 – 4500
22294 , 28 kg / hari
Mass flux =
2 , 064 m 2
kg
Mass flux =10800 .m 2
jam
ini di gunakan untuk mengetahui flow yang akan masuk pada sebuah alat. Untuk
244899 kg / hari
Volum etric flow =
12 , 44 kg / m 3
Vo lu m etric flo w = 1 96 86 , 4 4 m 3 / h a ri
fluida dalam reforming. Reynold number dijaga lebih besar dari 100 untuk menjaga kondisi
kg
10800 m 2 . 0 ,11 m
jam
ℜ=
88 , 07 Pas(1−0 , 05)
ℜ = 5 111 , 72
180
Tube merupakan komponen yang sangat penting pada reforming, karena
dalam tube terjadinya reaksi utama yang akan menghasilkan syngas(5:129). Perhitngan
c. Diameter Tube
d. Jumlah Tube
68 , 027 kg / s
Ntube=
kg
0 ,21 .m 2
s
N tu be = 324 buah
kg 3 , 14
W t = 35 , 19 .s 0 , 0873 2
m2 4
W t = 0 , 2 1 kg / s
kg
5111 ,72 × 0 ,0007573 .m2
s
¿=
0 ,11
¿ = 35 , 19 kg / m 2. s
181
3.3.5.7 Menghitung Shell Reforming
Shell di hitung dengan benar, karena shell merupakan komponen yang penting
untuk menunjang umur dari reforming. Dalam menghitung shell dilakukan beberapa
ID shell = 6 , 51082 m
D b = 6 , 692 m
h. Tinggi Shell
i. Tebal Shell
182
Tsh ell= 5 , 4766 ∈ ¿
O D shell= 7 , 0 11 m
k. Volume Shell
3 , 14
Volshell= 6 , 69 2 m .5 , 47 ∈ ¿
4
l. Luas Shell
Pada tahap ini luas shell sangat di perlukan, untuk menghitung luas lokasi yang akan
L u as sh e ll lu a r = 3 , 516 m 2
Jumlah baffle sangat menentukan terhadap hasil reaksi, baffle menjadi jalan
untuk feed dalam reforming, oleh karna itu jumlah baffle yang di butuhkan harus
17 ,6 m
Jum lah B affle =
3 ,248 m
183
Ju m lah b a ffle = 6 bu ah
e. Tebal Head
f. Tinggi Head
T head = 0 , 83 6 m + 0 , 1 52 m + 0 , 0098 m
T head = 39 , 303 m
b = 0 , 5 . 0 , 5 . 6 , 69 m
b = 0 , 813 m
g. Volume Head
3 , 14
Volhead = ¿
24
Volh ea d = 39 , 2 17 m 3
h. Luas Head
184
Pada tahap ini luas head sangat di perlukan, untuk menghitung luas lokasi
3 , 14
L ∈ head = 3 , 14 ( 2 .3 , 346 ) 0 , 152+ (2 .3 ,346 )2
4
L ∈ head = 38 , 35 m 2
3 ,14
L out head = 3 ,14 ( 2.3 , 346 + 2.0 , 00984 ) 0 , 152 + ( 2 .3 , 346 + 2.0 , 00984 )2
4
L o u t hea d = 5 6 , 3 8 m 2
Reforming merupakan alat yang sangat penting untuk methanol plant, karena
di sinilah terjadinya reaksi pembentukan syngas. Oleh sebab itu dimensi reforming
c. Volume Reforming
Vo lu m e reform ing = 84 , 0 49 m 3
d. Luas Reforming
L u a s da la m refo rm ing = 8 9 , 06 m 2
185
Tabel 3.17 Hasil Akhir Perhitungan Reforming
Dimensi Reforming Pasaran Kebutuhan Alat
Data Nilai Satuan Nilai Satuan
Jumlah Reforming
1 -
Stady
7,2264 m3/ja
Laju Alir -
3 m
Tekanan Max 43 bar - 1 Reforming
Temp Max 900 C -
0,3087
LHSV /jam -
9
Massa Katalis 634465 kg -
186
19686, m3/har
Volumetric flow -
4 i
Dimensi Alat
Diameter Tube 0,23 in 0,3 In
Jumlah Tube 324 -
Diameter Dalam Shell 6,69 m 6,9 m
Diameter Luar Shell 7,01 m 7,2 m
Tinggi Shell 17,98 m 19 m
5,47 in 5,8 in
Tebal Shell
SA-301 GB -
Volume Shell 5,61 m3 5,7 m3
Luas Dalam Shell 3,35 m2 -
Luas Luar Shell 3,51 m2 -
Jumlah Baffle 6 -
5,07 in 5,2 in
Tebal Head
SA-301 GB -
Tinggi Head 0,99 m 1,1 m
Volume Head 39,21 m3 40 m3
Luas Dalam Head 38,35 m2 -
Luas Luar Head 56,32 m2 -
Volume Reforming 84,04 m3 90 m3
Luas Dalam Reforming 80,06 m2 -
Luas Luar Reforming 116,82 m2 -
187
3.3.6 Perancangan Secondary Reforming
Pada penulisan ini akan merancang secondary reforming yang ber-basic reaktor fix
bed, sebagai berikut beberapa langkah untuk menghitung reaktor fix bed :
Parameter
Pressure in 32 bar
Temperature in 775 C
7226,6 kg/ja
Laju Alir
6 m
Katalis NiO
Bulk Density NiO 0,7 kg/L
Diameter Katalis 11 mm
% Reaksi
15 %
Terjadi
mengetahui 0,09 kg NiO berkerja efektif pada 1 kg feed (13:819) (output secondary reforming)
dan kebutuhan katalis pada secondaryreforming di asumsikan 15% dari total katalis, dapat di
hitung dengan :
71377 , 36 kg / hari
Kebutuhan katalis total=
0 ,009 kg
K eb u tuh a n ka ta lis to ta l = 7 93 08 1 , 7 7 kg
15
Kebutuhan katalis secondary reform ing = 793081 , 77 kg .
100
188
K ebutuhan ka talis seco ndary reform ing = 118962 , 3 kg
3.3.6.2 LHSV
LHSV desain ditentukan berdasarkan kondisi dari reaksi yang dibutuhkan oleh unit.
Volume umpan cair didapatkan dari kapasitas desain yang telah ditentukan sebelumnya.
820 , 26 m 3 / jam
LH SV =
118962 , 3 m 3
LH SV = 0 , 0 068 / jam
Mass flux adalah laju alir masssa per area luasan. Berdasarkan buku
hydroprocessing for clean energy: Design, Operation, and Optimization sebesar 3500 – 4500
227 , 85 kg / jam
Mass flux =
18 , 98 m 2
kg
Mass flux = 43200 .m2
jam
189
3.3.6.4 Volumetric Flow
Volumeric flow adalah suatu parameter untuk mengukur aliran flow yang akan
melalui sebuah alat, untuk menghitung volumetric flow dapat menggunakan rumus :
820268 kg / hari
Volum etric flow =
12 , 44 kg / m 3
seragam dari fluida dalam reaktor. Reynold number dijaga lebih besar dari 100 untuk
kg
155520000 . m 2 .0 , 011 m
s
ℜ=
75 , 73(1− 0 , 05)
ℜ = 2 17 78 , 6 5
190
pada sistem perpipaan, pompa, dan kompresor. Persamaan ergun berikut digunakan untuk
4 . 18 , 98 m 2
Diameter sec reforming =
√ 3 , 14
148 ,7 m 3 / hari
Tinggi bed katalis=
18 , 98 m 2
Tin g g i b ed ka ta lis = 7 , 83 m
Tinggi secondary reforming tersebut adalah tinggi silinder reaktor tanpa tutup reaktor.
191
P a njan g pre refo rm in g = 7 , 8 3 m + 3 ft
Pra rancang ketebalan head di hitung berdasarkan persamaan ASME – VIII Division
T head = 3 , 74 ∈ ¿
Kebutuhan
Dimensi Secondary Reforming Pasaran
Alat
Data Nilai Satuan Nilai Satuan
Type Reaktor Fixed Bed -
Laju Alir 7,43514 m3 - 3 Reaktor
Jumlah Reaktor Stady 2 -
192
Tekanan Max 35 bar 38 C
Temp Max 1100 C 1200 C
LHSV 0,0069 /jam -
Massa Katalis 118962 kg/jam -
Volumetric flow 65938 m3/hari -
Dimensi Alat
Volume Reaktor 166,1 m3 90 m3
Panjang Bed 7,9 m 4 m
Diameter 5 m 2,7 m
Tinggi 8,7 m 4,5 m
3,81 in 4 in
Tebal Shell
SA-516 G55 -
3,74 in 4 in
Tebal Head
SA-516 G55 -
Q steam = m x Cp x ∆T
3.3.7.2 LMTD
193
( T 1−t 2 )−(T 2−t 1) ( 482−302 ) −(302− 86 )
LMTD = T 1−t 2 = 482−158
ln ln
T 2− t 1 302 −86
LMTD = 287.88015 °F
kedalam grafik
T 1− T 2
R = t 2− t 1
482− 302
= 158 − 86
= 2.5
t 2 −t 1
S = T 1−t 1
158− 86
= 482− 86
= 0.1818
194
Data-data yang digunakan untuk menghitung Tc dan tc adalah
∆ tc
∆ th = 0,667
Kc = 1,12
Fc = 0,576
Sehingga diperoleh
Tc = T2 + Fc x (T1-T2)
= 405,68
3.3.7.4 Trial HE
Langkah pertama dalam trial HE adalah asumsi Ud, Batasan Ud diperoleh dari
Asumsi Ud sebesar 110 dari asumsi tersebut diperoleh Ao, dengan persamaan
dibawah ini :
Qk
Ao = Ud x ∆ T
67200 , 28726
Ao 110 x 336 , 819
195
Ao = 1,813764 ft²
Trial 1
OD = 1 in
BWG = 16 ft
Dari trial tersebut diperoleh jumlah pass (Nt) dengan persamaan berikut
Ao
Nt = Lxd ¿
1 , 813764
Nt = 16 x 1
Nt = 1.133
Shell id = 29 in
Pass = 4 pass
Nt = 150
196
Dari spesifikasi tube diatas diperoleh luas permukaan koreksi untuk
Ao = Nt x L x d”
Ao = 0,113 x 16 x 1
Ao = 1,812 ft²
Sehingga diperoleh,
Qk
Ud = Ao x ∆ T
6720028 , 726
Ud = 1 , 812 x 336 , 819
Data Tube :
OD = 1 in
ID = 0,87
197
Nt = 150
N = 4 pass
Sehingga diperoleh,
Nt x a ' t
At = 144 x n
150 x 0 , 594
At = 144 x 4
At = 0,154 ft²
W
Gt = at
67200 , 28726
Gt = 0 , 154
Gt = 434,42 lb/hr.ft²
Bilangan Reynold digunakan untuk menentukan faktor friksi (f) yang akan
digunakan untuk menghitung pressure drop. Data yang digunakan untuk menghitung
bilangan reynold adalah viskositas dan diameter. Persamaan yang digunakan adalah
198
0 , 725 x 434 , 43
Re = 0 , 04403
= 715,32
Dari hasil perhitungan bilangan reynold dan viskositas diperoleh nilai JH = 350 dan k
⅓
k Cμ
Hi =
D k ( ) ɸt
100 x 0 , 125
Hi = 0 , 675
Hi = 18,518
Maka diperoleh
ID
Hio = hi x OD
0 , 675
Hio = 18,518 x 0 , 0633
Hio = 197,47
199
Data yang digunakan untuk menghitung flow area bagian shell adalah baffle (B) =
23,2 diameter shell 29 in, C = 0,25 dan pitch = 1,25 in square. Persamaan yang
'
ID x C B
As =
144 pt
29 x 25 x 23 , 2
As = 144 x 1 , 25
As = 0,9344 ft²
w
Gs = as
779 ,675978
Gs = 0 , 9344
Gs = 834,373 lb/hr.ft²
Persamaan yang digunakan dalam menghitung bilangan reynold bagian shell adalah
0 , 06 x 834 , 373
Re = 2 , 904
200
= 172,39
Dari hasil perhitungan bilangan reynold dan viskositas diperoleh nilai JH = 300 dan k
(c𝜇/k)1/3 = 0,13 dengan menggunakan grafik pada lampiran. Nilai JH dan k (c𝜇/k)1/3
persamaan berikut
⅓
k cμ
Ho =Jh
De k( ) ɸt
0 ,13
Ho = 300 x 0 , 0825
Ho = 472,727
Data data yang digunakan untuk mencari pressure drop bagian tube adalah
F = 0,00014
S =1
adalah
2
f xGt x L x n
∆P = 10
5 ,22 x 10 x D x S x ɸt
201
2
0 , 00014 x 434 , 426 x 16 x 4
∆P = 10
5 ,22 x 10 x 0 , 0725 x 1
∆P = 0,4468 psi
4n V ²
∆PR = s 2 g'
4x4
∆PR = 1 x 0 , 11
= 1,76 psi
∆ Pr ∆Ps + ∆PR
∆ Pr 0,4468 + 1,76
= 2,206 psi
2
f x G s x L xn
∆P = 10
5 ,22 x 10 x D x S x ɸt
2
0 , 0016 x 834 , 373 x 16 x 4
= 10
5 ,22 x 10 x 0 , 0825 x 0 , 68
= 2,434 psi
202
3.3.7.9 Menghitung Clean Overall Koefisien
hio x ho
Uc = hio +ho
= 139,287
Uc−Ud
Rd = Uc +Ud
= 0,9014
yang terdapat di sinsesis unit ini berfungsi untuk menurunkan temperatur umpan
syngas yang keluar dari reboiler (sebelum masuk kompressor), agar dikompres
203
Berikut adalah data-data perhitungan pra-rancang water cooler yang
diperlukan pada tube side (umpan natural gas dari top MP separator) dan shell side
Tube Side
Diketahui:
SG 60/60 = 0,0033
Cp = 0,43847 BTU/lb.oF
Viskositas = 0,01315 cP
Shell Side
Diketahui:
SG 60/60 = 1,007
Cp = 1,03111 BTU/lb.oF
Viskositas = 0,8904 cP
204
Gambar 3. 2 Skema Aliran Tube Side dan Shell Side
Berdasarkan pada tabel 3.2.1, data awal yang diketahui adalah data inlet (T1)
yang merupakan temperatur Syngas dari boiler. Lalu, dengan menargetkan nilai T2
sebesar 35 °C atau 95 °C, maka dapat diketahui nilai Q1 menggunakan rumus pada
kembali nilai t1 sebesar 25 °C yang merupakan pendingin (water). Agar tidak terjadi
temperature cross, maka keluaran temperatur pada shell side (t2) juga diasumsi
sebesar 35 °C. Dengan ini, maka dapat diketahui besarnya flow rate water melalui
persamaan yaitu sebesar 16933807,09 lb/hr. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat
Qsyngas = W.Cp.dT
= 970034,3 Btu/hr
Qsyngas = Qwater
205
Qsyngas = w.Cp.dt
Btu
W = 970034 hr / 1.03111 Btu/lb.° F x ( 95−77 ) ° F
W = 16933807,09 lb/hr
∆ t 2−∆ t 1
=( T 1−t 2 )−¿ ¿
LMTD = ln ∆ t 2
∆t1
30−18
LMTD = ln 30
18
LMTD = 23,7454 °F
T 1 −T 2
R=
t 2 −t 1 = 30,6/18 = 1,7
t 2−t 1
S=
T 1 −t 1 =18/48,6 = 0,37
Maka dapat diketahui nilai FT sebesar 0,805 yang didapatkan melalui grafik LMTD
Correction Factor yang tertera di lampiran 17 (1 shell pass dan 2 tube pass). Sehingga
206
CMTD = Ft . LMTD
berdasarkan nilai SG yang telah diketahui (1,007). Dengan nilai °API tersebut dan
range temperatur (t2 - t1), maka dapat diketahui harga Kc = 1. Setelah itu dari harga
Kc, dapat diketahui harga Fc = 0,3975 berdasarkan data ΔTh/Δtc (0,588). Hasil Kc
dan Fc tersebut didapatkan melalui grafik caloric or true average fluid temperature
yang tertera pada lampiran 18. Dengan ini maka dapat diketahui caloric temperature
pada fluida Syngas (Tc) dan fluida water (tc) melalui persamaan sebagai berikut
Tc = T2 + Fc(T1-T2)
= 107,1635 °F
Tc = t1 + Fc(t2-t1)
= 84,155 °F
dingin yang mengalir di shell side adalah water. Approximate Overall Design
Coefficient dapat diketahui Overall Ud dari jenis fluidanya. Fluida syngas mempunyai
viskositas 0,01315 cP sehingga masuk jenis fluida light organics, yang dimana
mempunyai syarat “less than 0,5 centipoise”. Maka dapat diketahui overall Ud
dengan rentang nilai 75 – 150 Btu/jam/ft2.°F. Setelah dilakukan trial beberapa kali,
207
didapatkan UD asumsi = 100 Btu/jam/ft2.°F. Dengan ini maka dapat dicari nilai A
sebagai berikut:
Q
A = UD . CMTD
970034 ,3
A = 100 x 19 ,115
A = 507,4728 ft²
lampiran 21, diambil data tube dengan ukuran 1 inch OD on 1,25 inch (triangular
pitch) dan BWG 16. Setelah itu dapat dicari jumlah tube minimal dari persamaan.
Nilai tersebut dihitung berdasarkan nilai panjang tube yang diasumsikan sebesar
A
Nt = a . L asums i ¿
507 , 4728
Nt = 0 ,2618 x 11 , 26288
Nt = 172,1051
Jumlah tube minimal yang telah didapatkan tersebut, didekatkan pada jumlah
tube yang tertera pada tabel Tube Sheet Layouts Tube Counts Triangulat Pitch
(lampiran 20) melalui data jumlah pass tube yang telah ditentukan sebelumnya (2
tube pass). Maka dari tabel tersebut, diketahui ukuran ID Shell sebesar 23,25 inch.
208
Kemudian dari data jumlah tube minimal, surface per lin ft, dan panjang tube asumsi,
Aₒ = Nt x L x a”
Aₒ = 507,4728
Setelah diketahui Ao, maka UD dapat dihitung kembali (UD koreksi) dengan
Q
UD = A .CMTD
970034 , 3
UD = 507 , 4728 . 19 , 115
UD = 99,9998
Dapat dirangkum dari hasil data-data diatas dan berdasarkan tabel yang tertera pada
lampiran 20 dan 21, data dimensi water cooler yang dirancang adalah sebagai berikut:
Panjang = 11,26288 ft
Shell pass = 1
209
Tube passes = 2
Alasan pemilihan carbon steel sebagai bahan material adalah karena material ini
mampu beroperasi pada suhu °C – 400 °C. Harga pun lebih murah dibangkan bahan
material lainnya. Selain itu material carbon steel cocok digunakan untuk fluida yang
Trambouze).
Dari persamaan (2.49) dapat dicari terlebih dulu total luas aliran fluida atau flow area
tube (at) berdasarkan data jumlah tube minimal, 2 pass tube, dan flow area per tube
(at’):
Nt x at '
at = 144 n
172 x 0 , 594 ∈ ²
at = 144 x 2
at = 0,354967 ft²
W
Gt = at
210
159389 ,6
Gt = 0 ,354967 lb/hr.ft²
Kemudian dicari bilangan reynold dari persamaan (2.51) berdasarkan data viskositas
fluida natural gas (0,01315 cP), ID tube, dan mass velocity. Nilai viskositas tersebut
dikalikan dengan konversi 2,4192 menjadi 0,0318125 lb/ft.hr. Maka hasil hitung
¿
Re = D x> µ ¿
0 , 0725 . 449026 , 9
Re = 0 , 031813
Re = 1023,307
Dengan ini maka dapat diketahui heat transfer film coefficient factor sesuai
persamaan (2.55). Harga JH diketahui melalui grafik yang tertera pada lampiran
berdasarkan data viskositas natural gas. Maka hasil perhitungannya sebagai berikut:
⅓
hi k cµ
ɸt
= jH
D k ( )
Btu F
1 . ft ( )
hr ft
¿ 1100 x
0 ,0725 ft
¿ 15172 , 41
hio hi ID t
=
ɸt ɸ t ODt
211
btu 0 , 87
¿ 15172 , 4138 . ft ² . ° f x ( inch)
hr 1
btu
¿ 13200 . ft ² . ° f
hr
Langkah perhitungan heat transfer film coefficient factor di shell side (ho), kurang-
lebih sama seperti pada perhitungan diatas (tube side), namun data perhitungan yang
dibutuhkan sebagian berbeda. Flow area pada bagian shell dapat dihitung dengan
As ¿ 0 , 504 ft
W
Gs as
169338 ,07
Gs 0 , 504
Gs ¿ 335988 , 2 lb/hr.ft²
Setelah itu dicari bilangan reynold sesuai persamaan (2.54) berdasarkan data
viskositas fluida water (0,8904 cP), De shell, dan mass velocity. Nilai viskositas
tersebut dikalikan dengan konversi 2,4192 menjadi 2,154 lb/ft.hr. Nilai De shell
(equivalent diameter shell) sebesar 0,72 inch = 0,06 ft yang didapatkan dari lampiran
22 terhadap data tube (1” OD, 1,25”) triangular pitch. Maka hasil perhitungan
212
De x Gs
Re = µ
0 , 06 x 335988 , 2
Re = 2 , 154
Re = 9359,004
didapatkan dari grafik yang tertera pada lampiran 22, begitu pun harga k(c.μ/k)1/3
didapatkan dari grafik pada lampiran 23. Maka hasil perhitungan heat transfer film
⅓
k Cµ
ho ¿ jh
De k( )
45 x 0 , 17
ho ¿
0 , 06
ho ¿ 127,5 btu/hr.ft².F°
3.3.8.7 Perhitungan Resistant Dirt
Untuk mengetahui nilai Resistand Dirt (Rd), perlu diketahui terlebih dahulu Clean
Overall Coefficient yang dapat dihitung sesuai rumus pada persamaan (2.56):
hio x ho
Uc ¿
hio +ho
¿ 126 , 28
Uc−Ud
Rd = Uc x Ud
213
126 , 28− 99 , 9998
= 126 , 28 X 99 , 9998
= 0,116139
tertera pada tabel (lampiran 25). Sehingga dari tabel tersebut didapatkan Rd natural
gas = 0,0005; Rd water treated make-up = 0,001 dan kemudian dijumlahkan (Rd total
= 0,0015). Maka dapat diambil kesimpulan bahwa Rd hitung lebih besaar dari Rd
total diizinkan, yang berarti perancangan alat water cooler ini memenuhi syarat.
Tube Side
Perhitungan pressure drop di tube side dapat diketahui dengan menggunakan rumus
pada persamaan (2.58). Untuk nilai f, didapatkan melalui grafik pada lampiran 26
0 ,5 x f x> x L x n
∆ Pt= 10
5 ,22 x 10 x D x S ɸ t
¿ 1 , 01702 psi
Kemudian perlu diketahui return pressure drop pada tube side ini dengan
menggunakan rumus yang ada pada lampiran 27. Maka dari grafik di lampiran 27
tersebut nilai v2 / 2g’ juga dapat diketahui sebesar 0,008 psi. Berikut adalah
perhitungannya:
214
4n V ²
∆ PR = x
SG 2 g '
4 x2
∆ PR =
0 , 0118 x 0 , 01011
∆ P R = 6 , 85 423 7 p si
Shell Side
Untuk perhitungan pressure drop di shell side (∆PS) dapat diketahui dengan
menggunakan rumus pada persamaan (2.59). Untuk nilai f, didapatkan melalui grafik
pada lampiran 26 berdasarkan nilai Re di shell side. Sedangkan nilai N + 1 yang telah
dihitung sebesar 162,1855 didapatkan dari data 1 shell, panjang tube (11,26288 ft)
0 ,5 x f x> x L x n
∆ Ps= 10
5 , 22 x 10 x D x S ɸ t
∆ P s = 4 , 644072 psi
Melalui rumus yang tertera pada (2.60), maka dapat diketahui tebal shell sebagai
berikut.
Diketahui:
215
Faktor safety = 20 %
= 261 psi
S = 18300 psi
E = 0,8
C = 0,125 inch
Maka:
PR
t= +C
SE − 0 , 6 P
Heat exchanger E-101 berfungsi sebagai sistem pemanas umpan syngas pertama,
temperatur Crude Oil dengan massa fluida di shell dan tube yang sudah
diketahui.
2. Data – data fluida; kapasitas panas (Cp) dan Spesific Gravity (SG60/60)
216
3. Nilai maksimal pressure drop pada tube dan shell yang diizinkan adalah 10 psi
diperoleh hasil yang optimal (dimensi terkecil dan pressure drop tidak
Tabel 3.22
Keterangan Satuan Shell side Tube side
Steam Syngas
Fluida
Masuk Keluar masuk keluar
C 100 428 920 600
Suhu
F 212 509 1688 1112
Kg/jam 2975.833 7435
Flow rate
Lb/jam 6560.589 16391.73
Untuk menghitung beban panas heat exchanger digunakan perubahan
entalphy umpan masuk antara inlet dan outlet bagian tube side dan shell side.
QShell = QTube
M x Cp x ∆T = M x Cp x ∆T
t2 = 509,8484
217
3.3.9.2 Menghitung LMTD
= 1033,229
T 1− T 2
R = t 1− t 2 = 1 , 939
t 2−t 1
S = T 1−t 1 = 0.201
berdasarkan nilai R dan S, sehingga didapat nilai Ft sebesar 0,99 (1 Shell Pass dan
CMTD = Ft x LMTD
= 898,910
menggunakan grafik korelasi hubungan °API 55,377 sebesar 1,74 dan untuk
∆ tc T 2−t 1
∆ th = T 1−t 2 = 0 , 763
218
Berdasarkan hasil korelasi Kc dan (Δtc/ΔTh) diperoleh nilai Fc = 0,946
TC = T2 + FC (T1-T2)
= 1656,896
tc = t1 + Fc (t2-t1)
= 492,962
219
Adapun nilai heat duty (Q) adalah sama pada shell maupun pada tube,
sehingga pada perhitungan ini Q yang dihitung adalah besar Q pada tube. Luas
Q
A = Ud x ∆ t
16 , 39173
= 52 , 63 x 898 , 910
= 3,464,7 ft²
satu buah tipe 1-2 dengan ukuran tube adalah 1 inch OD, 13 inch BWG,
surface per linear feet (a’’) = 0,2618 ft2/ft, dan 1 1/4 inch triqngle pitch.
A
Nt Minimal = a x L¿
3464 , 7 ft ²
= 0 , 2618 x 16
= 827,1
Nt koreksi = 835
jumlah tube yang sesuai dengan standar konfigurasi dimensi shell dengan HE
220
tipe 1-2. Diperoleh jumlah tube adalah 898 dengan diameter shell (ID) sebesar
terkoreksi :
A’ = Nt . a” . L
= 835 . 0,2618 . 16
= 3,497,6 ft²
Q
Ud = Ax∆t
163 , 917
= 3497 ,6 x 898 , 910
= 52,13 btu/hr.°F.ft²
Diketahui untuk tube berdimensi 1 Inch, flow area-nya adalah 0,515 inch2.
Flow area :
Nt x a ' t
at = 144 x n
835 x 0 , 515
at = 144 x 2
at = 1,493 ft²
221
Mass velocity :
w
Gt = at
163 ,9173
Gt = 1.493
Gt = 109,7906 lb/hr.ft²
Reynold number
Diketahui untuk tube berdimensi 1 inch, ukuran internal diameter dari tube
adalah 0,81 inch atau 0,04675 ft. Adapun melalui korelasi nilai tc dengan nilai
X,Y fluida (Steam) sesuai grafik diperoleh nilai viskositas 0,919 lb/(ft.jam).
¿
Ret = Dt .> µ ¿
= 80,64053
Sesuai grafik korelasi bilangan reynold dan perbandingan panjang dan diameter
internal tube diperoleh nilai JH senilai 30. Adapun sesuai grafik korelasi bilangan
cxµ
Reynold dan °API dari fluida light naphta, diperoleh nilai 𝐾 [ µ ] 1/3adalah
222
sebesar 0,125 Btu/(jam.(ft2).(°F/ft)). Nilai ɸ diasumsikan satu karenakoreksi
viskositas diabaikan.
30 x 0 , 125
= 0 , 0675
= 111,11 btu/hr.ft².°F
0.0675
= 111,11 . 0 , 0833
= 90 btu/hr.ft².°F
Nilai konstanta C ditentukan sebesar 0,25 inch. Adapun Jarak baffle (B) ditentukan
a. Flow area
223
ID x C x B
as = 144 x pt
25 x 0 , 25 x 20
as = 144 x 1
as = 0,6945 ft²
b. Mass velocity
W
Gt = as
6560 ,589
Gt = 0 ,6945
Gt = 944,647 lb/hr.ft²
c. Reynold number
Diketahui dari grafik data internal diameter shell serta tipe ukuran pitch,
maka diperoleh dimeter ekuivalen adalah 0,72 inch atau 0,06 ft. Adapun
melalui korelasi nilai tC dengan nilai X,Y fluida (Crude Oil) sesuai grafik
De . Gs
Res = µ
0 , 06 x 944 , 647
= 1 , 935
= 29,29138
224
d. Sesuai grafik korelasi bilangan reynold dan perbandingan panjang dan
diameter internal tube diperoleh nilai JH senilai 80. Adapun sesuai grafik
korelasi bilangan Reynold dan °API dari syngas, diperoleh nilai K[(c x
80 x 0 , 18
= 0 , 06
= 240 btu/hr.ft².°F
hio x ho
Uc = hio +ho
90 x 240
= 90 + 240
= 65,45 btu/jam.ft².°F
Setelah dilakukan perhitungan nilai UC lebih besar dari nilai UD, oleh sebab
225
Ud terkoreksi = 52,13 Btu/jam.ft².°F
Uc−Ud
Rd = Uc x Ud
65 , 45− 52 , 13
= 65 , 45 + 52 , 13
Sebelum dilakukan perhitungan diperlukan data nilai tube side friction factor (ft).
Nilai ft diperoleh dari grafik korelasi bilangan reynold. Diketahui nilai ft adalah
0,00032 (ft2/in2)
= 1,595 psi
Selanjutnya terdapat juga pressure drop pada setiap lekukan dari Pass tube atau
226
4x4
∆Pr = 0 , 807 x 0,0042
= 0,021
Setelah dilakukan perhitungan pressure drop sisi tube dan return pressure drop,
maka keduanya dijumlah untuk mendapatkan pressure drop total pada tube
= 1, 595 + 0,021
= 1,616 psi
Hasil perhitungan menunjukan syarat pressure drop pada tube terpenuhi karena
Perhitungan pressure drop pada shell memerlukan data nilai N+1 yang diperoleh
menggunakan persamaan :
ncross shell x 12 x L
N+1 = B
2 x 12 x 16
= 20
=9
227
Sebelum dilakukan perhitungan diperlukan data nilai shell side friction factor (fs).
Nilai fs diperoleh dari grafik korelasi bilangan reynold sehingga didapatkan nilai fs
∆PT =
0 , 00018 x 109 ,7906 x ( 3112 ) x 6
10
5 , 22 x 10 x 0 ,06 x 0 , 807 x 1
= 1,21 psi
Hasil perhitungan menunjukan syarat pressure drop pada shell terpenuhi karena
nilainya kurang dari 10 psi
Pada skripsi ini akan dirancang compressor yang digunakan untuk mengkompresi
syngas yang merupakan side product dari proses yang terjadi akan terjadi didalam
reaktor untuk digunakan dalam proses reaksi dan pemenuhan kondisi operasi rasio
H2/HC. Pada unit sintesis methanol yang akan dirancang 2 compressor dimana satu
kompresor pertama (utama) digunakan untuk operasi dan kompresor kedua akan
228
3.3.10.1 Kondisi Operasi Compressor
Untuk nilai P2 dan T2 terlebih dahulu diasumsi, untuk digunakan dalam perhitungan
SG syngas dapat dicari dengan membagi berat molekul campuran dan berat
229
Dari da1ta komposisi tersebut didapatkan nilai berat molekul campuran (BM
Bm cam puran
SG
B M udara
18 , 02
SG
28 , 97
SG = 0,622
Nilai faktor kompresibilitas (Z) didapatkan dari grafik dengan data Reduced
Temperature (Tr) dan Reduced pressure (Pr). Sedangkan Tr dan Pr didapatkan dari
nilai critical Temperature (Tc mix) dan critical pressure (Pc mix).
Tabel 3.25 Perhitungan kondisi kritis (data Tc mix dan Pc mix ) recycle gas
230
critical critical
bar °c psia Rankin
H2 0.55 12.8 190 7.04 104.5
CO2 0.18 73.8 70 13.284 12.6
CO 0.27 73.8 71 19.926 19.17
Total 1 160.4 331 40.25 136.27
Dari data Tc mix dan Pc mix yang diperoleh, maka data Tr dan Pr dapat dihitung
T1 265
Tr Tr = 1,944
Tc m ix 136 , 27
60 P1
Pr Pr
40 , 25 Pc m ix =1,490
Dengan data Tr dan Pr yang didapatkan, maka nilai faktor kompresibilitas suction
lebih jelasnya dapat dilihat pada Grafik Generilized Compresibility Factor. Nilai Tr,
Pr dan nilai Z pada kondisi suction dapat dilihat pada tabel berikut.
231
3.3.10.4 Faktor Adiabatik Suction (k1)
faktor adiabatik (k). Faktor adiabatik dapat dihitung dengan menggunakan nilai panas
jenis campuran gas (Mcp). Nilai Mcp di pengaruhi oleh Temperature yang didapatkan
pada Tabel Mcp(GPSA:315). Nilai Mcp pada suhu suction dihitung dengan
menginterpolasi nilai Mcp pada suhu yang sudah ada. Data yang diperlukan dalam
menentukan nilai Mcp suction yaitu Temperature pada suction (T1) yaitu 104oF.
Mcp 16 ,18
K= = 1 , 1399
Mcp − 1 , 986 16 ,18 − 1 , 986
232
M . 53 , 35 . T 1. Z
Q ICFM =
144 . P 1 . SG
Q IC F M = ¿ 18044.22374 ft/jam
keluar dari kompresor (T2 aktual). Namun, T2 aktual tidak mungkin bisa ditentukan,
sehingga bisa dihitung adalah nilai pendekatan Temperature keluar (T2 approximate).
ini :
k −1
T 2=T 1 P 2
( )
P1
k
T2 = 1271.575773
233
3) Temperature Rise Factor (x)
Untuk menentukan nilai Temperature Rise factor (x), maka dapat ditentukan
Tabel 3.27
Dengan data k suction (k1) dan pressure rasio, selanjutnya nilai-nilai tersebut
Factor (x) sehingga mendapatkan nilai Temperature Rise factor (x) sebesar 0,09.
(𝜼𝒊𝒔𝒆𝒏𝒂𝒘𝒂𝒍)
Untuk menghitung nilai T approx., maka harus menentukan nilai ηad awal atau
ηisen awal dengan mengasumsinya terlebih dahulu. Data-data yang diperlukan dalam
234
Tabel 3.28
and Temperature Rise Factor (x) sehingga mendapatkan nilai asumsi efisiensi
x .T 1
T 2≈ ¿ +T 1
E fisiensi isentropic
235
untuk menyesuaikan dengan nilai T2 Approx yang telah didapatkan dengan
rumus
Perhitungan untuk mencari nilai koreksi efisiensi isentropic (ηisen kor) dapat
dilihat di bawah.
Eff = 62,73
dikoreksi untuk menyesuaikan dengan nilai T2 Approx yang telah didapatkan dengan
236
Tabel 3.30
Dari perhitungan koreksi antara koreksi efisiensi isentropic (ηisen kor) dan
efisiensi isentropic awal (ηisen awal) didapatkan selisih sebesar 5,30%. Sedangkan
antara koreksi efisiensi Polytropic (ηpol kor) dan efisiensi Polytropic awal (ηpol
awal) didapatkan selisih sebesar 5,97%. Sehingga karena selisih antara kondisi yang
sudah dikoreksi dengan kondisi awal tidak melebihi 10%, maka T2 approx dapat
menggunakan tahap yang sama pada Faktor Kompresibilitas Suction (Z1). Yang
membedakannya adalah pada nilai Tr dan Pr. Tr dan Pr didapatkan dari nilai critical
Temperature (Tc mix) dan critical pressure (Pc mix) syngas. Dari data Tc mix dan Pc
mix yang diperoleh, data Tr dan Pr dapat dihitung dengan rumus dibawah ini.
Tr =1.944668672
237
Pr = 1.49068
Z = 0.95157346
Untuk menghitung nilai faktor adiabtaik discharge (k2) dapat dihitung menggunakan
tahapan yang ada pada Faktor Adiabatik Suction (k1). Faktor adiabatik dapat dihitung
dengan menggunakan nilai panas jenis campuran gas (Mcp). Nilai Mcp di pengaruhi
oleh Temperature yang didapatkan pada Tabel Mcp(54:315). Nilai Mcp pada suhu
discharge dihitung dengan menginterpolasi nilai Mcp pada suhu yang sudah ada.
Diameter ekonomis untuk perpipaan pada bagian suction dan discharge syngas
238
- Konversi Kapasitas Aktual (ICFM) Menjadi Kapasitas Standart (SCFM)
Dengan rumus diatas maka perhitungan konversi kapasitas aktual (ICFM) menjadi
Tabel 3.32 Konversi kapasitas aktual (ICFM) menjadi kapasitas standart (SCFM)
239
3.3.10.12 Pemilihan Jenis Kompresor
Untuk menentukan jenis kompresor yang digunakan untuk syngas, maka dapat
Jumlah stages kompresor (Ns) dapat dihitung berdasarkan pressure rasio (rt).
Berikut ini merupakan rumus yang digunakan untuk menghitung jumlah stages
240
Head aktual (Hact) dapat dihitung menggunakan data head isentropic dan
efisiensi isentropic. Head aktual dapat dihitung menggunakan rumus dibawah ini.
Tabel 3.34
Daya yang dimiliki oleh kompresor terdiri dari 3 (tiga) daya yaitu : Daya Gas
(GHP), Daya kompresor (CHP) dan Daya Penggerak (DHP). Masing-masing daya
241
Untuk menghitung nilai compressor hourse power (CHP), maka dibutuhkan nilai
dibawah ini.
Sedangkan nilai efisiensi transmisi atau gearbox memiliki nilai sekitar 96% - 98%.
merancang proses.
242
3.3.11.2 Meghitung Kebutuhan Katalis
kebutuhan katalis pada sintesis methnol diasumsi 5% dari total katalis, dapat
dihitung dengan
7940 , 84 kg / hari
Kebutuhan katalis total = 0 , 6 kg
3.3.11.3 LHSV
oleh unit. Volume umpan cair didapatkan dari kapasitas desain yang telah
persamaan berikut :
LHSV = 9,586
Mass flux adalah laju alir massa per area luasan. Berdasarkan buku
3500-4500 lb/ft2jam. Nilai mass flux dapat dihitung dengan persamaan berikut :
243
Mass flux = kg/jam.m2
Volumetric flow adalah suatu parameter untuk mengukur aliran flow yang
akan melalui sebuah alat, untuk menghitung volumetric flow dapat menggunakan
rumus :
79408 , 4 kg / jam
Volumetric flow = 17 , 44 m 3
yang seragam dari fluida dalam reaktor. Reynold number dijaga lebih besar dari
100 untuk menjaga kondisi tersebut. Persamaan Reynold number ditulis sebagai
berikut :
kg
57600 . m 2 . 0 ,009 m
Re = s
38 ,73 (1−0 , 05)
Re = 1408,94
244
ergun berikut digunakan untuk menentukan penurunan tekanan dari aliran per
suatu tinggi :
ΔP 0 , 05
3
( 38 ,73 ) 2
( )
L
=8 .1408 , 9 150+1 , 75. 1408 , 9 . 1−
( ) (0 , 05
. ) (
10 ,17. ( 0 , 009 )2 )
( ΔLP )=¿ 3,68 Kpa/mnt
3.3.11.8 Menghitung Diameter Reaktor
Diameter reaktor dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut :
4.5 , 09 m 2
Diameter Reaktor =
√ 3 , 14
16 ,54
Tinggi bed katalis = 5 , 089
Panjang reaktor = 6, 25
245
3.3.11.11 Menghitung Volume Reaktor
(thickness of shell under internal pressure) dengan persamaan : (dari ASME – VIII
Division 1).
¿
Tshell = 580 , 151. 50 ,1149 ∈ 18300.0 , 85− 0 ,6.580 , 151 + 0 ,125 ¿
Tshell = 2,037 in
¿
Thead = 580 , 151 . 50 ,1149 ∈ 2.18300 .0 , 85−0 ,2.580 , 151 +0 , 125 ¿
Thead = 1,063 in
massa untuk mengetahui massa produk yang menjadi vapor dan liquid dan diakhiri
Dengan metode ini maka didapatkan V/L yang akan terbentuk di dalam separator
246
berdasarkan kondisi operasi yang telah ditentukan.Berikut ini adalah table
Pada produk separator dipilih separator dengan jenis horizontal karena menangani
tiga jenis fluida, yaitu vapor, minyak, dan air dari injeksi wash water.Berikut adalah
P( MW )
ρ g=
RTZ
928 , 31 x 69 , 54 3 3
= 10 , 73 x 680 = 8,838 lb/ft = 141,69 kg/m
ρ liquid − ρ vapor
U vapor max = Kh.
√ ρ vapor
Kh = 0,79
247
43 , 915−8 , 838
U vapor max = Kh.
√ 8 ,838
= 1,573 ft/s
1 , 3714
Qv = 8 , 838 = 0,155 ft3/s
0 , 155
AV min = 1 , 573 = 0,09 ft2
4 x 0 , 493
D min = .
√ 3 , 14
= 0,792 ft = 0,241 m
1192 , 67 x 4
Panjang = 2 = 23,911 ft = 7,28 m ≈ 7,3 m
3 ,14 x 7 , 97
248
Perhitungan panjang separator didasarkan pada L/D = 2.5-5 diambil 2.64. Panjang
4 x Volume
D=
√ π x Panjang
4 x 1192 , 4
D=
√ π x 25
= 23,91 ft
- Tebal Dinding
Material dinding dan head yang akan digunakan adalah plate baja Carbon
S = 17100 Psi
E=1
P = 1,7 x 19,63
= 33,371 Psi
C = 0,125 in
R = 56,75
249
PxR
Tebal = SE − 0 , 6 P +C
33 , 371 x 56 , 75
=
( 17100 ) x (0 , 6 x 33 , 371 )
+ 0,125
Perhitungan tebal plate tutup bejana (ellipsoidal) dihitung berdasarkan ASME seksi
VIII divisi 1:
Px D
Tebal head = 2 SE− 0 ,2 P +C
S = 17100 Psi
E=1
P = 1,7 x 19,63
= 33,371 Psi
C = 0,125 in
R = 56,75
33 , 371 x 112 , 86
Tebal Head = ( 2 x 17100 x 1 )−( 0 ,2 x 33 , 371) + 0,125
250
Tabel 3.36 Perhitungan Separator
Separator
Sizing Produk Separator
141,6 kg/m
Density 9 3
Kecepatan Vapour Mak 1,573 ft/s
min vapour Flow Area 0,493 ft2
Diameter Minimal 0,241 m
Diameter Separator 23,91 ft
Tebal Plat
Tebal Dinding 0,24 inch
Tebal Head 0,24 inch
3.3.13Perhitungan Tangki
Desain sebuah tangki didasarkan pada kapasitas olah pabrik jumlah tangki
yang akan di desain sebanyak 2 buahtangki Kapasitas desain tangki adalah 7 hari
operasi kilang, hal ini didasakan pada kegiatan operasi kilang dan penyaluran produk
kilang. Standar desain yang digunakan dalam perancangan ini adalah API 650, jenis
plat yang digunakan adalah SA 516 Grade 55 CarbonSteel. Berikut adalah tahapan
desain tanki:
251
pondasi dan makin labil oleh pengaruh kekuatan angin. Ketinggian tangki
= 43,08 ft
= 128,728 ft
= 3,14 x 128,728 ft
= 404,206 ft
Dapat Menghitung:
252
404 , 206
Jumlah pelat keliling = 20 = 20,21 ft
20 ,21
Keliling Terkoreksi = 20 = 404,206 ft
K =πxD
404 ft = 3,14 x D
D = 128,728 ft
Volume = π/4 x D2 x H
= 560.391,083 ft3
Methode dari API Standard 650. Ketebalan minimum dari dinding (diambil 1
253
Material pelat yang digunakan adalah ASTM A 516 grade 55
SG = 0,6731
St = 24.000
Sd = 21.300 Psi
CA = 0,298
Perhitungan :
= 0,7951 inch
= 0,65544 inch
254
32 0,6259 0,4323
24 0,5413 0,3207
16 0,4566 0,2092
8 0,3720 0,0976
Berdasarkan API Standard 650 section-3 item 3.4.1 . Ketebalan minimum untuk
Bottom Plate adalah ¼ inch (6,35 mm). Maka diambil tebal pelat dasar 3/8 inch =
Berdasarkan API Standard 650 section-3, item 3.10.2.2. Ketebalan minimum untuk
Roof Plate adalah 3/16 inch (4,76 mm). Oleh karena itu maka diambil tebal atap ¼
Untuk tangki timbun jenis Fixed Cone Roof, jarak antara tangki berdasarkan
= 1/6 x ( D1+D2 )
= 42,91 ft
Jarak antara tangki dengan tanggul : ( Tabel 2-7 : NFPA 30 Tank Sorage )
=½ x D
= ½ x 128,728
= 64,36 ft
255
= 19,05 m
= 1/6 x 128,728 ft
= 21,45 ft
Volume pondasi tangki = π/4 x Diameter Pondasi x Tinggi Pondasi x jml Pondasi
= π/4 x D2 x H x 2
= 640.965 ft3
640.965
= 165.741
= 3,86 ft2
tanggul ke tangki)
= 429,0932 ft
256
Lebar tanggul = Luas area bund wall / panjang bund wall
= 3 ft / 429,0932 ft
= 143,2 ft
Tangki
Tinggi
Tangki 48 ft
T.ullage 1,64 ft
T.Deadstock 3,28 ft
Diameter 128,728 ft
404,205
Keliling 8 ft
Jenis ASTM A516
SG 0,6731
Sd 24000 Psi
St 21300 Psi
inc
CA 0,298 h
Dalam Unit Distilasi terdapat pompa sebanyak dua (2) buah pompa sentrifugal yaitu
Dalam perhitungan kali ini digunakan pompa hot oil system, sebagai contoh
Dalam perhitungan pra rancang pompa pertama kali yang harus ditentukan adalah
kapasitas pompa. Kapasitas pompa hot oil system merupakan mass flow dari
penampungan tangki hot oil system. Berikut kapasitas pompa yang digunakan dalam
pra rancang :
257
Kapasitas pompa = 28 Barrel/day = 184,8 m3/jam = 0,05111 m3/s = 810,13Gpm
Perhitungan dimensi pipa bertujuan untuk mendapatkan pompa yang sesuai dengan
kebutuhan dari area proses. Perhitungan dimensi untuk perpipaan pada pompa
= 30 inch
Dengan menggunakan jenis pipa carbon steel dengan standard ASTM 106
258
inc
Outside Diameter (OD) 16 h 8,6 inch
Schedule Number (NPS) 40 40
inc
Tebal Dinding (t) 0,5 h 7,98 inch
inc
Inside Diameter (ID) 176,6 h 50,01 inch
16.00
Allowable Stress (S) 0 Psi 16.000 Psi
sebesar 0,125 inch. Untuk sistem perpipaan digunakan pipa seamless dengan nilai E
(joint efficiency factor) adalah 1, kemudian untuk nilai koefisien Y digunakan yaitu
Perpipaan Suction:
30 Psia x 16
𝑡min = 2 x ( 16000 x 1 )+(16 x 0 , 4) + 0 ,125
= 0,139 inch
Perpipaan discharge:
263 , 9 Psia x 8 , 62
𝑡min = 2 x ( 16000 x 1 )+(263 , 9 x 0 , 4 ) +0 , 125
= 0,195 inch
Kemudian tebal minimum perhitungan dibandingkan dengan tebal pipa yang telah
dipilih. Dari hasil perbandingan maka tebal pipa yang dipilih masih memenuhi
persyaratan dikarenakan nilai tebal pipa lebih besar dari tebal minimum.
259
3. Menghitung Kecepatan Aliran
Perhitungan kecepatan aliran pada pipa dipengaruhi oleh kapasitas dan diameter dari
pipa itu sendiri. Kecepatan aliran dalam pipa dapat dihitung menggunakan persamaan
sebagai berikut :
Perpipaan suction :
4 x 0 , 0460 m 3 / s
Vs = 2
π x 381
Perpipaan discharge :
950 ,5 x 0 , 40 x 0 , 381
Rn = 0 , 00030 = 4,81 x 105
Perpipaan discharge :
950 ,5 x 1 , 42 x 0 ,202
Rn = 0 ,00030 = 9,03 x 105
Faktor friksi pipa pada bagian suction dan discharge dapat dicari menggunakan
grafik friction.
260
Perpipaan suction :
Perpipaan discharge :
Berikut ditampilkan pada tabel 3.54 ditampilkan data pipa dan fitting Yang
Perpipaan Suction
261
b) Suction strainer 16” = 0,046 ft
Tabel 3.41 Hasil Perhitungan Equivalent Length Fitting and Valve Suction
Jumla
No Jenis Fitting h equivalent length (ft) total equivalent length (ft)
1 Gate valve fully open 6 9,1 54,6
2 Suction strainer 1 0,046 0,046
3 Long sweep elbow 90 10 27,5 275
4 Reducer 16" to 8" 1 15,4 15,4
TELV 345,046
= 42 ft + 345,046 ft
= 387 ft
2
387 ft 1 ,34
= 0,021x x
1, 25 ft 2 x 32 , 17
= 0,18 ft
Perpipaan Discharge
262
c) Globe valve 8” = 510 ft
f) Enlargement 4” to 8” = 11,1 ft
Tabel 3.42 Hasil Perhitungan Equivalent Length Fitting and Valve Discharge
N
o Jenis Fitting Jumlah equivalent length (ft) total equivalent length (ft)
1 gate valve fully open 8" 5 12 60
Long sweep elbow
2 "90"8" 16 34,5 552
3 global valve 8" 2 510 1020
4 check valve 8" 1 120 120
5 std tee 4 31,4 125,6
6 enlargent 4"to 8" 1 11,1 11,1
Total TELV 1888,7
= 60ft + 1888,7 ft
=1948,7 ft
2
1948 ,7 ft 4 ,67
= 0,019 x 0 ,66 ft x
2 x 32, 17
= 19,02 ft
263
∆𝑃𝑓 = ∆𝑃𝑠 + ∆ = 19,2 ft
SG
√
𝐶𝑣 = ❑ Q x
∆P
Cv = 600 (asumsi)
∆𝑃 = 1,136 𝑝𝑠𝑖
= 2,75 𝑓𝑡
dc 0 , 23 ft
d = 0 , 66 ft
= 0,35 ft
∆Z merupakan pressure drop atau head loss yang diakibatkan oleh adanya beda
ketinggian dari inlet pipa furnace dengan level cairan terendah di tangki. Berikut
264
4 Tinggi suction pompa tangki = 1 m = 3,28 ft
yang tersambung oleh pompa yaitu pada pipa suction adalah peralatan tangki
drop yang terjadi atau head loss yang telah kita hitung. Perhitungan head loss total
265
= 19,2 ft + 2,75 ft + 0,35 ft + 131,34 ft + 0,35 ft + 0,0715
= 157,03 ft
=108,2 m
Kolom Merupakan Salah Satu peralatan Utama dalam Proses Distilasi Unit.
Kolom ini digunakan Untuk Memurnikan Methanol Dari Fraksi Berat. Dibawah Ini
266
3.3.15.1 Menentukan Kondisi Operasi Umpan:
Umpan yang masuk dalam kolom tersebut berupa methanol, air, dan Fuel
267
n
1582,2 20667,5 27,554489
CH3OH 8,08097 7 239,7 4,315289533 8 5 0,03026 0,833785943
1810,9 7565,20 10,086107
H20 8,14019 4 244,485 3,878820761 6 6 0,00534 0,053858981
1342,2 87,3810 0,1164983
CH4 4,98706 2 260,22 1,941417071 1 9 0,964401 0,112351107
0,999996031
268
3.3.15.3 Perhitungan Fraksi Mol
1. Slope
= (T 90 % – T 10% ) / 80
= (297,388oF-145,788)/80
269
= 1,895
2. VABP
= 217,568 F
3. A
= -2,88
4. E
= 1,0038
5. CABP
= A + (VABP X E)
= 214,754
6. F
= -13,68
270
7. H
= 1,008
8. MeABP
F +CABP+(VABP x H )
=
2
= 601,34 F
10. SG
= 141/(131,5 + 10,1)
= 0,9999293
271
- menghitung Fraksi Mol Bottom Kolom
272
massa bottom kolom
Density Uap Bottom = Volum e uap Bottom kolom = 0,426 lb/ft3
maka diasumsi memiliki tray spacing 22,5 in sehingga memiliki nilai K sebesar 1000.
38188 , 47 lb / jam
A=
1000 x √ 0 ,00105 lb / ft 3 ¿ ¿ ¿
A = 36,956 ft2
A x4
D = ( π ) ^0,5
= 6,86 ft = 2,092 m
273
348 , 91lb / jam
A =
1000 x √ 0 ,00105 lb / ft 3 ¿ ¿ ¿
A = 1,57
A x4
D = ( π ) ^0,5
= 1,413 ft = 0,43 m
Dengan asumsi waktu tinggal di kolom sebesar 10 menit yang didasari dengan
alasan safety, sehingga jika terjadi trouble pada pompa maka waktu yang dibutuhkan
untuk perbaikan adalah 10 menit, level bottom kolom harus aman, tidak boleh kosong
dalam waktu 10 menit. Maka ketinggian level bottom kolom minimal adalah:
= 4,91 m = 193,386 in
274
3.3.15.15 Jarak Tray Terbawah Dengan Level Bottom
3
189 ,308 f t
=
π 38 , 12 ft
= 217,775 in = 18,08 ft
= 22,5 x 18
= 405 in
3.3.15.18 Tray bawah dengan level cairan = level bottom (in) + jarak tray bawah
= 193,386 in + 22,5 in
=217,775 in
275
3.3.15.19 Total Tingi Kolom
= 679,025 in = 17,24 m
S = 23300 psi
276
P Bottom = 20,91psia
D top = 2,096 m
E = 0,8
C = 0,125 in
R top = 17,82 in
R bot = 65,28 in
menggunakan 50 psia.
O x R (¿)
Tm body top = ( S x E )− ( 0 ,6 x P ) + C(in)
O x R ( ¿)
Tm Head top = ( 2 x S x E )− ( 0 , 2 x P ) + C(in)
O x R (¿)
Tm body Bottom = ( S x E )− ( 0 ,6 x P ) + C(in)
277
O x R ( ¿)
Tm Head Bottom = ( 2 x S x E )− ( 0 , 2 x P ) + C(in)
278
Diameter
Diameter Top 2,092 m
Diameter
Bottom 0,43 m
Tinggi
Kolom
Tray Spacing 22,5 in
Jarak Flash
Zone 33,75 in
Total Tinggi
Kolom 17,24 m
Tebal Kolom
Tm body Top 0,14 in
Tm Head Top 0,133 in
Tm body
Bottom 0,198 in
Tm Head
Bottom 0,162 in
279