Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Metanol adalah produk penting dari industri petrokimia dengan berbagai
aplikasi. Pada tahun 1830, proses komersial pertama untuk produksi metanol
dibuat dengan metode distilasi destruktif pada kayu. Pada tahun 1905, ahli kimia
Prancis Paul Sabatier menyarankan bahan sintetis metanol yang dikomersialkan
pada tahun 1923. Pada tahun 1940-an, produksi metanol menggunakan gas sintetis
dari gas alam diperkenalkan. Proses pembuatan metanol tekanan rendah
diperkenalkan oleh Imperial Chemical Industries (ICI) pada tahun 1966. Sejak
saat itu, perbaikan sistem produksi metanol dikembangkan. Salah satu perubahan
terpenting yang dipertimbangkan untuk memproduksi metanol yang
menggunakan bahan baku yang ramah lingkungan seperti biomassa (Kung, 1994).
Sebagian besar metanol, diproduksi dari bahan bakar fosil dan lebih dari
85% dari produksi metanol global didasarkan pada reformasi gas alam dan
gasifikasi batubara. Proses utama dalam metode ini adalah gas sintetis (CO dan
H2) dan reaksi berlangsung menggunakan katalis tembaga (Cu) atau seng oksida
(ZnO) (Rivarolo et al, 2016).
Metanol merupakan bentuk alkohol yang paling sederhana. Metanol sering
disebut sebagai metil alkohol, wood alcohol atau spiritus yang termasuk senyawa
kimia dengan rumus kimia CH3OH. Ketika dalam keadaan atmosfer metanol
berbentuk cairan yang ringan, tidak berwarna, mudah menguap, mudah terbakar,
dan beracun dengan bau yang khusus atau biasanya berbau lebih ringan
dibandingkan etanol. Metanol biasa digunakan untuk pelarut, bahan pendingin
anti beku, bahan bakar dan sebagai bahan aditif bagi etanol dalam kebutuhan
industri (Wynn, 2014).
Setelah krisis lingkungan dan masalah diidentifikasi, upaya menggunakan
sumber lain selain bahan bakar fosil meningkat. Produksi metanol dengan
menggunakan batubara sudah banyak menimbulkan kerugian. Biomassa adalah
sumber bahan baku ramah lingkungan untuk proses gasifikasi. Karbon dioksida
(CO2) adalah pilihan terbaik untuk produksi metanol. Hal ini disebabkan
selektivitas metanol yang tinggi (lebih dari 99,8%) dan efisiensi energi yang baik
(sekitar 75%) (Ghasemzadeh et al, 2018).
Pentingnya produksi bahan bakar terbarukan telah menjadi kebutuhan
dalam hal memasok pembawa energi untuk sektor transportasi dan pembangkit
listrik yang terputus-putus. Akibatnya, produksi metanol dari biogas dapat
dikembangkan. Biomassa adalah bahan biologis yang berasal dari makhluk hidup,
atau organisme. Dalam konteks biomassa untuk energi, ini sering digunakan
sebagai bahan nabati, tetapi biomassa dapat secara berlaku untuk bahan turunan
hewani dan nabati (Mphoswa, 2015).
1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari perancangan ini adalah sebagai berikut:

1. Merancang suatu konsep pabrik metanol dari biomassa
2. Memanfaatkan biomassa menjadi energi terbarukan
3. Mengetahui faktor­faktor yang mempengaruhi proses pembuatan metanol

dari biomassa 
4. Menentukan   aspek­aspek  yang   akan   digunakan   dalam   perancangan   dan

produksi pabrik
1.3 Ruang Lingkup

Ruang lingkup perancangan ini meliputi pembuatan metanol dari biomassa

yaitu menggunakan bahan baku cangkang sawit dengan proses Lurgi pada kondisi

tekanan rendah.
1.4 Analisa Pasar
Kebutuhan metanol meningkat seiring dengan banyaknya jumlah
permintaan produk jadi yang menggunakan metanol sebagai bahan baku. Metanol
terutama digunakan untuk bahan baku industri pembuatan formaldehid, bahan
baku pembuatan Mhetyl Tertier Butyl Ether (MTBE), bahan pembuat asam asetat
dan bahan baku Methyl methacrylate. Metanol masuk dalam rencana
pengembangan Industri Petrokimia Hulu sesuai RIPIN (Rencana Induk
Pengembangan Industri Nasional) 2015-2035 selain etilena, propilena, butadiena,
benzena, toluena, p-xylena, o-Xylena, ammonia, dan asam formiat (Kemenperin,
2015).
Kebutuhan metanol dalam negeri masih dicukupi melalui impor.
Perancangan pabrik metanol ini berorientasi pada pemenuhan kebutuhan metanol
dalam negeri sehingga dapat mengurangi nilai impor.
1.4.1. Produksi Metanol
Berikut ini merupakan data produksi metanol di Indonesia dari tahun
2010-2014 yang disajikan pada Tabel 3.1.
Tabel 1.1 Produksi Metanol di Indonesia
Tahun Produksi Metanol (kg)
2009 684.623
2010 496.222
2011 509.709
2012 456.856
(Sumber: BPS, 2019)
Dari data Tabel 1.1. dapat digunakan untuk mencari data produksi
Metanol di Indonesia dari tahun 2009-2012. Data tersebut dapat dicari dengan
cara berikut ini dan dapat disajikan dalam Gambar 1.1 berikut ini.

Gambar 1.1 Grafik Produksi Methanol Pertahun


Dari Gambar 1.1 diperoleh hubungan antara jumlah produksi metanol dan
tahun produksi metanol yang dapat dirumuskan dalam persamaan sebagai berikut:
Y = a + bX (1)
Keterangan:
Y = jumlah produksi margarin
X = tahun produksi metanol
Nilai a, b dan R2 dari persamaan (1) didapatkan dengan cara regresi linear,
sehingga diperoleh: Nilai a untuk jumlah produksi metanol = -135202957, nilai b
untuk jumlah produksi metanol = -66981,4 dan nilai R2 untuk jumlah produksi
metanol = 0,73. Berikut ini merupakan perkiraan produksi methanol pada tahun
2024= 367.396 kg.
1.4.2 Impor Metanol
Berikut ini merupakan data impor metanol di Indonesia dari tahun 2009-
2012 yang disajikan pada Tabel 1.2
Tabel 1.2 . Produksi Metanol di Indonesia
Tahun Impor Metanol (kg)
2009 76.974
2010 192.224
2011 275.947
2012 261.866
(Sumber: BPS, 2019)
Dari data Tabel 1.2. dapat digunakan untuk mencari data impor Metanol di
Indonesia dari tahun 2009-2012. Data tersebut dapat dicari dengan cara berikut ini
dan dapat disajikan dalam Gambar 1.2 berikut ini.

Gambar 1.2 Grafik Impor Metanol Pertahun


Dari Gambar 3.2 diperoleh hubungan antara jumlah produksi metanol dan
tahun produksi metanol yang dapat dirumuskan dalam persamaan (1) sebagai
berikut:
Nilai a, b dan R2 dari persamaan (1) didapatkan dengan cara regresi linear,
sehingga diperoleh: Nilai a untuk jumlah produksi metanol = 128148366,2, nilai b
untuk jumlah produksi metanol = 63839,9 dan nilai R2 untuk jumlah produksi
metanol = 0,82. Berikut ini merupakan perkiraan ekspor methanol di tahun 2024
1.063.591,4 kg.
1.4.3 Ekspor Metanol
Berikut ini merupakan data ekspor metanol di Indonesia dari tahun 2009-
2012 yang disajikan pada Tabel 1.3
Tabel 1.3 . Ekspor Metanol di Indonesia
Tahun Impor Metanol (kg)
2009 495.100
2010 430.788
2011 476.837
2012 438.742
Dari data Tabel 1.3. dapat digunakan untuk mencari data produksi Metanol
di Indonesia dari tahun 2009-2012. Data tersebut dapat dicari dengan cara berikut
ini dan dapat disajikan dalam Gambar 1.3 berikut ini.

Gambar 1.3 Grafik Ekspor Metanol Pertahun


Dari Gambar 1.3 diperoleh hubungan antara jumlah ekspor metanol dan
tahun produksi metanol yang dapat dirumuskan dalam persamaan (1) sebagai
berikut:
Nilai a, b dan R2 dari persamaan (1) didapatkan dengan cara regresi linear,
sehingga diperoleh: Nilai a untuk jumlah produksi metanol = 12.302,50, nilai b
untuk jumlah produksi metanol = 25.194.543,00 dan nilai R2 untuk jumlah
produksi metanol = 0,27. Berikut ini merupakan perkiraan ekspor methanol di
tahun 2024 = 294.283 kg.
Berdasarkan data statistik perdagangan luar negeri Indonesia, kebutuhan
metanol di Indonesia cukup banyak. Dengan kapasitas produksi yang ada masih
belum bisa memenuhi seluruh kebutuhan metanol dalam negeri, menyebabkan
adanya ketergantungan impor dari luar negeri. Ketergantungan impor metanol
menyebabkan devisa negara berkurang, sehingga diperlukan suatu usaha
penanggulangan.
Salah satu upayanya adalah pendirian pabrik metanol untuk pemenuhan
kebutuhan dalam negeri. Pendirian pabrik diharapkan dapat membuka lapangan
kerja baru, menghemat devisa negara dan membuka peluang berdirinya pabrik
lain yang menggunakan bahan baku metanol dari pabrik tersebut. Dengan
pertimbangan kegunaan dan konsumsi metanol maka dapat dikatakan bahwa
industri ini mempunyai prospek bagus di masa depan.
1.5 Analisa Ekonomi

Tahap awal pra rancangan pabrik perlu dilakukan studi kelayakan. Studi
tersebut yaitu analisa Gross Profit Margin (GPM). Untuk analisis GPM pabrik
metanol ini dapat diliat pada Tabel 1.4 dan Tabel 1.5

CO + 2H2 → CH3OH
CO2 + 3H2 → CH3OH + H2O

Tabel 1.4 Perhitungan GPM Reaksi 1


CO 2H2 CH3OH
Mol 1 2 1
Berat Molekul 28 2 32
Kg 28 1 32
kg/kg metanol 0,875 0,03125 1
IDR/kg 0 0 4169,25

Gpm = harga produk – harga bahan baku


= 4169,25 (1) – 0 (0,875) – 0 (0,03125)
= Rp 4169,25/kg

Tabel 1.4 Perhitungan GPM Reaksi 2


CO2 3H2 CH3OH H2O
Mol 1 3 1 1
Berat Molekul 44 2 32 18
Kg 44 0,667 32 18
kg/kg metanol 1,375 0,021 1 0,5625
IDR/kg 0 0 4169,25 0

Gpm = harga produk – harga bahan baku


= 4169,25 (1) + 0 (0,5625) – 0 (0,875) – 0 (0,03125)
= Rp 4169,25/kg

BAB II
DESKRIPSI PROSES

2.1 Proses Pembuatan Metanol


Methanol dapat dihasilkan dalam skala industri secara besar besaran,
melalui konversi katalitik dari gas sintesis. Pada saat ini proses pembuatan
methanol pada tekanan sedang dan tekanan rendah saja yang digunakan. Tetapi
sejalan dengan adanya konservasi energi maka proses pada tekanan rendah
memberikan alternatif yang paling baik dibandingkan dengan tekanan sedang.
Proses pruduksi methanol dalam industri adalah produksi gas methanol dan
sintesis gas.
Produksi methanol secara komersial dapat dilakukan melalui berbagai
macam proses, diantaranya adalah:
2.1.1 Proses Sintesis Metanol Tekanan Rendah – ICI
Proses ini mulai dikembangkan pada tahun 1960-an oleh perusahaan
pengembangan proses Imperial Industries, Ltd. Proses sintesis ini menggunakan
tekanan rendah dengan katalis berbasis Cu. Penggunaan katalis Cu sudah
dikembangkan pada tahun 1920-an, tetapi penggunaan katalis tersebut belum
digunakan dalam proses sintesis metanol pada saat itu. Hal tersebut dikarenakan
katalis berbasis Cu dapat teracuni jika terdapat senyawa sulfur pada umpan
reaktor sehingga proses sintesis metanol tekanan rendah dengan katalis berbasis
Cu dapat dikembangkan saat tersedia teknologi pemisahan sulfur dari syngas.
Proses ini menggunakan umpan syngas yang mengandung karbon
monoksida, karbon dioksida, hidrogen dan metana. Untuk mengatur rasio CO/H 2
digunakan shift-converter. Umpan kemudian dinaikkan tekanannya hingga 50 atm
pada kompresor jenis sentrifugal, kemudian diumpankan ke dalam reaktor jenis
quench pada suhu operasi 270 oC. Quench converter berupa single bed yang
mengandung katalis pendukung yang bersifat inert. Hasil reaksi berupa crude
methanol yang mengandung air, dimetil eter, ester, besi karbonil dan alkohol lain.
Hasil reaksi tersebut kemudian didinginkan dan crude methanol dipurifikasi
dengan cara distilasi. Dalam pengembangannya, karena dianggap kurang
menguntungkan, ICI mengganti jenis reaktor yang digunakan dari quench reactor
menjadi tube berpendingin yang pada prinsipnya sama dengan yang digunakan
oleh Lurgi (Lee, 1990).

2.1.2 Proses Sintesis Metanol Tekanan Rendah – Lurgi


Pada proses sintesis metanol dengan teknologi Lurgi, digunakan reaktor
yang beroperasi pada kisaran suhu 220–260 oC dan kisaran tekanan 40–100 bar.
Desain reaktor berbeda dari pendahulunya, teknologi ICI. Pada teknologi Lurgi
digunakan reaktor quasi isothermal shell and tube, reaksi metanol terjadi di tube
side yang berisi katalis dan pada shell side dialirkan air pendingin. Selain itu, pada
teknologi ini, peranan reaktor juga sebagai pembangkit steam bertekanan 40-50
bar (Lee, 1990).

2.1.3 Proses Sintesis Metanol Tekanan Rendah dan Sedang – Mitsubishi


Gas Chemical (MGC)
Pada proses sintesis metanol dengan teknologi MGC, sintesis metanol
masih menggunakan katalis berbasis tembaga (Cu) dengan kondisi operasi reaktor
pada kisaran suhu 200–280 oC dan kisaran tekanan 50–150 atm. Pada awalnya
perusahaan Jepang ini menggunakan tekanan 150 atm, namun kemudian
dikembangkan untuk tekanan kurang dari 100 atm. Proses MGC menggunakan
reaktor dengan double-walled tubes dimana pada bagian anulus diisi dengan
katalis. Syngas mengalir melalui pipa bagian dalam sedangkan pipa bagian luar
dialiri oleh air pendingin (Ullmann, 2005). Proses MGC menggunakan
hidrokarbon sebagai umpan. Umpan dihilangkan kandungan sulfurnya sebelum
masuk ke steam reformer yang beroperasi pada 500 oC. Arus keluar dari steam
reformer bersuhu 800-850 oC dan mengandung karbon monoksida, karbon
dioksida dan hidrogen. Selanjutnya syngas yang dihasilkan dinaikkan tekanannya
dengan kompresor sentrifugal dan dicampur dengan arus recycle sebelum
diumpankan ke dalam reaktor (Lee, 1990).

2.1.4 Proses Sintesis Metanol Tekanan Sedang – Kellog


M.W. Kellog Co. memperkenalkan reaksi sintesis yang sangat berbeda,
tetapi pada dasarnya merupakan reaktor tipe adiabatik. Reaktor berbentuk bulat
dan didalamnya berisi tumpukan katalis. Gas sintesis mengalir melalui beberapa
bed reactor yang tersusun aksial berseri. Kebalikan dari proses ICI, panas reaksi
yang dihasilkan dikontrol dengan intermediate coolers. Proses ini menggunakan
katalis tembaga dan beroperasi pada rentang suhu 200-280 oC serta tekanan 100-
150 atm (Ullmann, 2005).

2.1.5 Proses Sintesis Metanol Tekanan Sedang – Nissui Topsoe


Skema reaktor dari proses Nissui Topsoe dari Denmark didesain oleh
Nihin Suiso Kogyo of Japan. Reaktor yang digunakan bertipe adiabatis dengan
aliran radial berjumlah tiga yang masing-masing memiliki satu tumpukan katalis
dan penukar panas internal. Sintesis gas mengalir secara radial melalui katalis bed.
Tekanan operasi dari proses ini diatas 150 bar dan suhu operasi 200-310 oC.
Produk pertama perlu didinginkan sebelum reaktor kedua,. Hasil pendinginan
berupa uap (steam) bertekanan rendah. Katalis yang digunakan berupa Cu-Zn-Cr
yang aktif pada 230-280 oC dan 100-200 atm (Lee, 1990).
2.1.6 Jenis Umpan dan Katalis untuk Pembuatan Metanol
Beberapa jenis umpan dan katalis dapat digunakan sebagai bahan baku
dalam pembuatan metanol. Contoh bahan baku, proses dan katalis dapat dilihat
pada Tabel 2.1
Tabel 2.1 Beberapa Bahan Baku, Proses, dan Katalis Pembuatan Metanol
Bahan Baku Proses dan Reaksi Utama Katalis
Pembentukan Syngas
Gas Alam Steam Reforming:
Ni on Al2O3
CH4 + H2O  CO + 3H2
Gas Alam Autothermal Reforming:
CH4 + 2O2  CO2 + 2H2O
Ni on refractory support
CH4 + H2O  CO + 3H2
CO2 + H2  CO + H2O
Gas Alam Oksidasi Parsial: Non-catalytic or
lanthanide/Ru
CH4 + ½ O2  CO + 2H2
Supported by Ru, Ni, Pd
Batu Bara Gastrifikasi (in the presence of
-
H2O/O2)
Biomassa Gastrifikasi -
Others (liquefied Steam Reforming (light
Alkalized Ni on Al2O3 or
petroleum, gas, naptha, hydrocarbons)
on Ca/ Al2O3
heavy fuel oil)
Pembentukan Metanol
Syngas CO + 2H2  CH3OH Cu/ZnO/Al2O3
CO2 + 3H2  CH3OH + H2O Cu/ZnO/Cr2O3/ZnCr
Syngas Two-step methanol synthesis Potasium metoksisda dan
Cu kromit
CH3OH + CO  HCOOCH3,
HCOOCH3 + 2H2  2CH3OH
Metana Direct oxidation:
Metal oksida
CH4 + ½ O2 (N2O)  CH3OH
Metana Bioproses Enzim (sitokrom P4so,
metanotrop)
(Sumber: Arthur, 2010)
2.2 Analisa Pemilihan Proses
Dari berbagai proses di atas, dipilih proses sintesis metanol menggunakan
reaktor Lurgi (reaktor fixed bed multitube) dengan pertimbangan sebagai berikut :
1. Perpindahan Panas Baik Dengan reaktor multitube, adanya tube akan
memperluas bidang kontak antara reaktan dan media pendinginnya. Semakin
luas bidang perpindahan panas, semakin cepat kecepatan perpindahan
panasnya. Reaksi sintesis metanol merupakan reaksi eksotermis. Sehingga.
perpindahan panas yang cepat diperlukan untuk mengontrol suhu reaksi
sintesis metanol dengan baik.
2. Selektivitas Produk Tinggi Pada proses ini digunakan katalis berbasis
tembaga dengan pendukung berupa senyawa aluminium dan seng
(Cu/Al2O3/ZnO). Penggunaan katalis berbasis tembaga telah terbukti
memiliki selektivitas tinggi terhadap produk metanol, sehingga mayoritas
pabrik metanol saat ini menggunakan katalis tersebut.
3. Fabrikasi Reaktor Relatif Sederhana Reaktor yang digunakan ini mirip
dengan heat exchanger (HE) jenis multitube, yang merupakan alat yang
umum digunakan di pabrik kimia. Dengan perkembangan teknologi
pembuatan HE yang semakin maju, pembuatan reaktor dengan jenis ini relatif
mudah dilakukan.
4. Kondisi Operasi Termasuk Kategori Medium Penggunaan jenis reaktor dan
katalis pada proses Lurgi ini, kondisi operasi yang diperlukan tidak terlalu
ekstrim (P < 100 atm, T < 300 oC). Sebagai pembanding, proses sintesis
metanol skala industri yang pertama kali didirikan (Proses BASF), memiliki
tekanan operasi 300 atm dan dengan suhu yang ekstrim. Dengan kondisi
operasi proses Lurgi, tebal alat yang dipakai cukup wajar, sehingga harga
material reaktor relatif murah. Selain itu, kondisi operasi yang semakin
rendah, berdampak pada hazard bawaan dari proses yang akan semakin
rendah.
Tabel 2.2 Perbandingan Proses Sintesis Metanol Berbagai Lisensor
No Spesifikasi ICI Lurgi MGC Kellog Nissui
Topsoe
1 Kondisi operasi:

-Tekanan (bar) 50-100 40-100 50-150 100-150 100-200

-Suhu (ºC) 220-280 220-260 200-280 200-280 200-310

2 Reaktor: Adiabatis Adiabatis


(aksial) (radial)
-Karakteristik Quench Shell&tub Annular
e 3-4 3-4
-Jumlah reactor 1 1
1 Intermediate Intermediate
-Pendinginan Cold quench Air coolers
Air pendingin Coolers
pendingin (outertube)
(on shell)

3 Kelebihan Sudah Efisiensi Profit suhu Kecepatan Kecepatan


terbukti dan termal dan ideal, dan dan kapsitas
paling sellektivita katalis kapasitas produksi
banyak s tinggi, yang produksi tinggi
digunakan suhu lebih dibutuhkan tinggi
stabil sedikit

4 Kekurangan Efisiensi Kapasitas Rumit, Tingginya Tingginya


termal produksi biaya kondisi kondisi
rendah, tidak reactor operasi, operasi,
keruskan terlalu mahal menurunkan menurunkan
katalis besar selektivitas selektivitas

1.2 Uraian Teknologi yang Dipilih


Berdasarkan uraian proses yang telah dipilih dalam mensintesis metanol
dari bahan baku biomassa yaitu cangka sawit yang berasal dari provinsi Riau.
Berikut ini dijelaskan mengenai proses-proses yang terjadi pada sintesis metanol
dari biomassa dengan proses gasifikasi biomassa untuk menghasilkan gas sintesis
dan proses lanjutannya menggunakan metode Lurgi pada synthesis metanolnya.

1. Proses Gasifikasi Biomassa


Metode yang efisien untuk memproduksi gas sintesis kasar dari biomassa
yaitu proses gasifikasi. Proses gasifikasi dilakukan dengan fluidized bed
gasification. Dalam proses gasifikasi biomassa suhu efektif yaitu 5000 C-7500 C
dan tekanan 1,5 atm-10 atm. Biomassa diumpankan ke fluidized bed gasification
bersamaan dengan gasification agent yaitu steam dan O2. Berikut produk yang
dihasilkan dalam proses gasifikasi pada fluidized bed gasification :
Biomassa → Arang karbon  tar  gases (CO2; CO; H2O; H2; CH4 dan
CnHm)
Setelah proses gasifikasi biomassa, selanjutnya dilakukan proses
pembersihan gas sintetik kasar dari solid residue dan tar yang masih terdapat
dalam gas sintetis tersebut. Proses tersebut dilakukan dengan mengumpankan gas
sintesis kasar kedalam cyclone. Proses cyclone dilakukan pada suhu 6500C
dengan prinsip gaya sentrifugasi, dimana partikel yang berukuran 10 microne
keluar pada bagian bawah cyclone dan gas sintesis yang telah dipisahkan dari
solid particle keluar pada bagian atas menuju proses konversi gas sintesis
mengguanakan autothermal removal unit (ATR).

2. Reaksi Autotermik
ATR beroperasi pada uap rendah hingga mencapai rasio karbon dan
pengembangan desain burner yang baru memastikan operasi yang aman dan
faktor-faktor aliran yang tinggi. Pengukuran alternatif untuk mencapai rasio H 2 /
CO yang lebih rendah adalah dengan cara penambahan oksigen. Autothermic
reforming adalah reforming hidrokarbon ringan dalam campuran uap dan oksigen
dengan adanya katalis. Reaksi oksidasi digunakan untuk menyesuaikan rasio
sintetis. Reaksi yang terjadi dalam reaktor ATR ditunjukkan pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3 Reaksi yang Terjadi pada Reaktor ATR


Reaksi ∆H ∆G ∆S Tcarnot (K)
(kJ/mol) (kJ/mol) (J/Kmol)
CH4 + 3/2 O2  CO + 2H2O -519.60 -543.80 81.23 -6396.65
CH4 + H2O  CO + 3H2 205.88 141.97 214.47 959.95
CO + H2O  H2 + CO2 -41.14 -28.61 -42.05 978.36

3. Proses Pemisahan dari Senyawa Inert.


Proses selanjutnya dalam produksi gas sintesis yaitu penghilangan
senyawa inert berupa unsur sulfure, clorine dan senyawa lainnya yang terkandung
dalam tar. Digunakan unit scrubbing dengan jenis venturi scrubber pada kondisi
3500C dan tekanan 2 atm. Umpan gas sintesis masuk kedalam scruber dengan air
alkaline (PH> 7) sebagai agen dalam proses scrubing. Sehingga terpisah tar dalam
bagian bawah unit scruber dan bagian atas scruber berupa gas yang lebih bersih.
4. Sintesis Metanol
Synthesis gas yang dibuat dari recycle pada suhu 250ºC dan tekanan 40
bar mengandung sebagian besar hidrogen, karbon monoksida dan karbon
dioksida. Reaksi utama untuk pembentukan metanol adalah hidrogenasi CO,
hidrogenasi CO2 dan kemudian digabungkan dengan reaksi pergeseran gas air
berbalik. Metanol secara termodinamka kurang stabil dan oleh karena itu katalis
yang digunakan harus sangat selektif. Ketiga reaksi tersebut disajikan pada Tabel
3.4.

Tabel 3.4. Reaksi pada Sintesis Metanol


Reaksi ∆H (kJ/mol) ∆G (kJ/mol) ∆S (J/Kmol) Tcarnot (K)
CO + 2H2  CH3OH -90.45 -25.15 -219.13 412.77
CO2 + 3H2  CH3OH + H2O -49.43 3.46 -177.09 279.12
CO2 + H2  H2O + CO 41.14 28.61 42.05 978.36
Keluaran reaktor didinginkan hingga 35°C sebelum dikirim ke pemisah
uap-cair. Pemisahan gas/cairan dilakukan dalam bejana bertekanan. Gas di recycle
setelah dibersihkan sebagian kecil untuk menjaga tingkat inerts masih dalam
batasnya. Metanol mentah kemudian dikirim ke bagian pemurnian. Spesifikasi
desain dan katalis untuk reaktor industri metanol diberikan dalam Tabel 3.5.

Tabel 3.5. Data Katalis dan Reaktor


Parameter Nilai
Jumlah Tube 5500
Densitas (kgm-3) 1775
Diameter Partikel 5.47x10-3
Kapasitas Panas (kJ kg-1 K-1) 5
Panjang Reaktor (m) 7.022
Bed Void Fraction 0.39
Densitas dari Catalyst Bed (kgm-3) 1140
Diameter Dalam Tube (m) 0.038
Diameter Luar Tube (m) 00.42
Sumber: Sumartono (2000)

5. Pemurnian
Campuran antara air dan metanol didistilasi untuk menghasilkan
spesifikasi akhir. Hal ini penting untuk membuat metanol menjadi stabil untuk
menghilangkan komponen yang mudah menguap seperti CO2. Crude methanol
dipisahkan didalam separator. Residual gas dipisahkan dari campuran air dan
metanol, yang mana H2, CO2 dan CO diumpankan kembali kedalam reaktor
sinstesis metanol. Crude methanol yang meninggalkan reaktor mengandung air
dan impurities lainnya. Impurities dalam crude methanol secara umum dipisahkan
B melalui dua tahap. Pertama, semua komponen yang memiliki titik didih lebih
rendah daripada metanol dihilangkan dalam kolom purge gas . Metanol murni
kemudian didistilasi dalam satu atau lebih kolom distilasi. Selanjutnya raw
metanol akan disimpan ke dalam storage tank. (Arthur, 2010).
Pabrik Metanol dari Biomassa
XX

BAB III
DASAR PERANCANGAN

Laporan 1
38
Dibuat oleh Diperiksa oleh Disetujui oleh
Indra Abidayu Sagala
Ira Ramadhani
Mhd. Refsi Oktafian
Pabrik Metanol dari Biomassa
XX
3.1 Kapasitas Pabrik
Laju produksi pabrik ditentukan dengan melihat kebutuhan pasar domestik
dan internasional. Setelah mengetahui kebutuhan pasar terhadap Metanol, maka
dapat ditentukan kapasitas produksi pabrik yang akan didirikan. Menurut data dari
www.datacon.com saat ini di Indonesia perusahaan yang memproduksi Metanol
yaitu PT. Kaltim Metanol Industri berkapasitas 330.000 MT per tahun.
Kebutuhan metanol di Indonesia dapat dilihat dari besarnya impor metanol
yang diterima Indonesia. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik tahun 2019,
yang ditunjukkan pada tabel 1.2 dapat dilihat bahwa impor metanol semakin
meningkat setiap tahunnya. Dari tada tersebut dapat dilihat kebutuhan yang
mendatang di tahun 2024 adalah 401.912 ton. Dari kebutuhan ini dapat
menentukan kapasitas pabrik yang akan dirancanag yaitu sebesar 400.000 ton.
3.2 Spesifikasi Bahan Baku
Biomassa adalah bahan organik yang dihasilkan melalui proses
fotosintetik, baik berupa produk maupun buangan. Contoh biomassa antara lain
adalah tanaman, pepohonan, rumput, ubi, limbah pertanian, limbah hutan, tinja
dan kotoran ternak. Selain digunakan untuk tujuan primer serat, bahan pangan,
pakan ternak, minyak nabati, bahan bangunan dan sebagainya, biomassa juga
digunakan sebagai sumber energi (bahan bakar). Pada umumnya yang digunakan
sebagai bahan bakar adalah biomassa yang nilai ekonomisnya rendah atau
merupakan limbah setelah diambil produk primernya (Maherjeono, 2005).
Tabel 3.1 Klasifikasi Biomassa yang dapat Digasifikasi
Jenis Biomassa Jumlah Nilai Sifat Proses Fixed
Kalor Bed Gasifier
(kj/kg)
Sekam padi 0,25x gabah 12.800 Sulit digasifikasi
Bonggol jagung 6-8x jagung 14.800 Mudah digasifikasi
Batang singkong 6x singkong 16.350 Agak sulit digasifikasi
Batok kelapa 0,1x buah kelapa Mudah digasifikasi
Sabut kelapa 0,35x buah kelapa Dapat digasifikasi
Tandan sawit 1x produk CPO 15.500 Sulit digasifikasi
Cangkang sawit 0,5x CPO 15.200 Dapat digasifikasi
Limbah kebun Penjarangan, 22.500 Mudah digasifikasi

Laporan 1
39
Dibuat oleh Diperiksa oleh Disetujui oleh
Indra Abidayu Sagala
Ira Ramadhani
Mhd. Refsi Oktafian
Pabrik Metanol dari Biomassa
XX
karet peremajaan
Serbuk gergaji Sisa penebangan 22.500 Mudah digasifikasi
Kayu pinus penebangan 16.980 Mudah digasifikasi
Lamtoro-gung penebangan Pohon energy

Dari Tabel 3.1 bahan baku yang dipilih untuk perancangan ini adalah
cangkang kelapa sawit. Hal ini dikarenakan cangkang sawit dapat digasifikasi dan
Riau penghasil kelapa sawit terbesar di Indonesia sehingga bahan baku yang
tersedia cukup banyak (Kementrian Pertanian, 2019).
Berikut disajikan data analisis cangkang kelapa sawit:
Tabel 3.2 Analisis Cangkang Kelapa Sawit
Parameter Perentase Berat Kering (%)
Moisture 4,52
Volatile Metter (VM) 82,86
Fixed Carbon (FC) 11,02
Ash 1,61
Fuel Ratio 0,13
(Sumber: Raharjo, 2012)
3.3 Spesifikasi Produk
Metanol merupakan senyawa alkohol dengan rumus kimia CH 3OH.
Metanol merupakan bentuk alkohol paling sederhana. Pada keadaan atmosfer
berbentuk cairan yang mudah menguap, tidak berwarna, mudah terbakar, dan
beracun dengan bau yang khas (berbau lebih ringan dari pada etanol). Metanol
digunakan sebagai bahan pendingin anti beku, pelarut, bahan bakar dan sebagai
bahan additif bagi industri etanol. Metanol awalnya digunakan sebagai pelarut dan
sebagai bahan baku untuk sejumlah besar senyawa kimia organik terutama
formaldehid (Othmer, 1995).

Tabel 3.2 Sifat Fisika dan Kimia Metanol


Tampilan Bersih Keadaan fisika Caiaran
Bau-bauan Bau alcohol Warna Tidak berwarna
Ambang bau 4.2-5960 ppm Kadar Ph Tidak berkenaan
Titik lebur -97.8 ºC Titik didih 64.7 %
Kisaran titik didih Tidak tersedia Titik beku -97.6 ºC
Tingkat penguapan 4.1 (butil asetat=1) Flamabilitas Tidak berkenaan

Laporan 1
40
Dibuat oleh Diperiksa oleh Disetujui oleh
Indra Abidayu Sagala
Ira Ramadhani
Mhd. Refsi Oktafian
Pabrik Metanol dari Biomassa
XX
(padatan, gas)
Temperature autosulutan 464 ºC Titik nyala 11 ºC
Batas batas ledakan 5.5 % Suhu dekomposisi Tidak tersedia
bawah
Batas ledakan atas 36.5 % Tekanan uap 12.8 kPa (@20 ºC
Rapatan uap (udara=1) 1.1 (@ 20 ºC) Gravitasi spesifik 792 kg/m3
(air=1)
Kelarutan air Tidak tersedia Koefisien partisi: n- -0.77 (nilai log)
oktanol/air
Viskositas 0.8 Cp (20 ºC, dinamis) Viskositas, Tidak tersedia
kinematik
Solubilitas (lainnya) Tidak tersedia Kepadatan 0.791- 0.793 at

(Sumber: Methanex.com, 2017)


3.4 Lokasi Pabrik
Pemilihan lokasi pabrik sangat penting dalam menentukan kelangsungan
suatu pabrik. Pada dasarnya ada 2 faktor yang menentukan dalam pemilihan
lokasi pabrik yaitu:
1. Faktor Primer
a. Letak pabrik terhadap bahan baku dan daerah pemasaran.
b. Tersedianya tenaga kerja
c. Tersedianya utilitas (sumber air dan tenaga listrik)
2. Faktor Sekunder
a. Harga tanah dan gedung
b. Kemungkinan perluasan pabrik
c. Iklim
d. Komunikasi
Dengan memperhatikan faktor-faktor tersebut di atas maka lokasi pabrik akan
didirikan di Kawasan industri Duri, kecamatan Sungai Sembilan dengan
pertimbangan sebagai berikut:
1. Bahan baku
Lokasi berdirinya pabrik cukup dekat dengan daerah pabrik kelapa sawit. Ini
memudahkan pengadaan cangakang kelapa sawit sebagai bahan baku utama
pembuatan methanol.

Laporan 1
41
Dibuat oleh Diperiksa oleh Disetujui oleh
Indra Abidayu Sagala
Ira Ramadhani
Mhd. Refsi Oktafian
Pabrik Metanol dari Biomassa
XX
2. Transportasi
Lokasi dekat dengan jalan antar provinsi sehingga memudahkan dalam
transportasi bahan baku maupun pemasaran produk.
3. Daerah pemasaran
Dengan pesatnya pembangunan industri di tempat tersebut maka pasar untuk
penjualan produk cukup baik.
4. Fasilitas utilitas
Wilayah ini cukup dekat dengan sungai besar dan mempunyai sumber air yang
cukup baik. Juga adanya sumber bahan bakar dan energi yang mencukupi bagi
unit utilitas pabrik.
5. Karakteristik lokasi
Daerah itu aman dari banjir dan juga mempunyai struktur tanah yang cukup kuat
bagi pondasi pabrik.
6. Kebijakan pemerintah
Pemberlakuan otonomi daerah memberi iklim yang cukup kondusif bagi investor
untuk menanamkan modalnya bagi peningkatan pemasukan bagi daerah tersebut.

Gambar. 3.1 Peta Lokasi Perancangan Pabrik


3.5 Aspek Keselamatan dan Keamanan Pabrik

Laporan 1
42
Dibuat oleh Diperiksa oleh Disetujui oleh
Indra Abidayu Sagala
Ira Ramadhani
Mhd. Refsi Oktafian
Pabrik Metanol dari Biomassa
XX
Kesadaran mengenai pentingnya K3 harus selalu di gugah, diingatkan,
serta di budidayakan di kalangan para pekerja. Pemahaman dan pelaksanaan K3 di
perusahaan sangat diperlukan, terutam dalam syarat - sayarat kerja. Hal ini
berkaitan dengan masalah perlindugan tenaga kerja terhadap kecelakan kerja,
guna meminimalisir kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja, perlu
disosialisasikan pemahaman dan pelaksanaan K3 secara baik dan benar (Sofyan,
2017).

Menurut Suma'mur (1996) adapun indikator - indikator keselamatan kerja


meliputi:
A. Tempat kerja merupakan lokasi dimana para karyawan melaksanakan
aktifitas kerjanya.
B. Mesin dan Peralatan adalah bagian dari kegiatan operasional dalam proses
produksi yang biasanya berupa alat - alat berat dan ringan.
Dari definisi diatas kita bisa simpulkan bahwa kelancaran dalam suatu aktifitas
produksi sangatlah di pengaruhi dengan seberapa aman dan nyamannya
lingkungan produksi serta harus ditunjang oleh teknologi dan kondisi mesin yang
selalu dalam kondisi yang normal dan terawat, dan yang terakhir harus didukung
pula dengan peralatan yang sesuai dengan keperluan kerja dan dalam kondisi yang
baik dan layak pakai.
3.6 Bahaya yang Ditimbulkan Oleh Bahan Kimia
Bahan-bahan kimia yang digunakan pada pabrik metanol dari biomassa
yang dapat menimbulkan bahaya:
1. Cairan dan uap amat mudah menyala.
2. Toksik jika tertelan.
3. Toksik jika kontak dengan kulit.
4. Toksik jika terhirup.
5. Menyebabkan iritasi serius pada mata.
6. Dapat merusak kesuburan atau janin.
7. Menyebabkan kerusakan pada organ.
8. Dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernafasan.
9. Dapat menyebabkan mengantuk dan pusing.
Laporan 1
43
Dibuat oleh Diperiksa oleh Disetujui oleh
Indra Abidayu Sagala
Ira Ramadhani
Mhd. Refsi Oktafian
Pabrik Metanol dari Biomassa
XX
Adapun aspek keselataman dan keamaan menggunakan metanol adalah
sebagai berikut:
Tabel 3.3 Keamanan dan Keselamatan Metanol
Keamanan Keselamatan
1. Dapatkan instruksi spesial sebelum 13. Pada kasus kebakaran: Gunakan
menggunakannya. media yang sesuai untuk
2. Jangan menanganinya sampai
memadamkan.
seluruh peringatan keamanan 14. Jika terpapar atau dikuatirkan:
dibaca dan dipahami. Jaga wadah Hubungi PUSAT PENANGANAN
tertutup kedap. KERACUNAN atau dokter/tenaga
3. Jauhkan dari panas/percikan/api
medis.
terbuka/permukaan panas – 15. Jika terpapar atau dikuatirkan:
Dilarang merokok. Bumikan Dapatkan nasehat/perhatian
wadah dan alat penerima. pengobatan.
4. Gunakan peralatan elektrik tahan 16. JIKA TERHIRUP: Pindahkan
ledakan/ventilasi/pencahayaan. persona ke tempat berudara segar
5. Lakukan dengan hati-hati tindakan
dan jaga tetap relaks untuk
melawan lucutan statis.
bernafas.
6. Gunakan hanya alat yang tidak
17. JIKA TERKENA MATA: Bilas
memicu percikan api.
secara hati-hati dengan air selama
7. Gunakan hanya di luar ruangan
beberapa menit. Lepaskan lensa
atau di area yang berventilasi baik.
8. Guna peralatan pelindung diri yang kontak, jika mengenakan dan
diperlukan. mudah dilakukan. Lanjutkan
9. Pakai sarung tangan
membilas.
pelindung/pakaian 18. JIKA TERKENA KULIT (atau
pelindung/pelindung rambut): Lepaskan segera seluruh
mata/pelindung wajah. pakaian yang terkontaminasi. Bilas
10. Jangan menghirup
kulit dengan air/pancuran.
debu/asap/gas/kabut/uap/semprotan
11. Cuci seksama sesudah
menanganinya.
12. Jangan makan, minum atau
merokok ketika menggunakan
produk ini.

Laporan 1
44
Dibuat oleh Diperiksa oleh Disetujui oleh
Indra Abidayu Sagala
Ira Ramadhani
Mhd. Refsi Oktafian
Pabrik Metanol dari Biomassa
XX

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2019. BPS Indonesia. www.BPS.com: Jakarta


Ghasemzadeh, Kamran et al. 2018. Economic Assement Of Methanol Production.
Urmia University Of Technology. Elseiver, B.V
Kemenperin. 2015. Rencana Induk Pembangunan Industry Nasional 2015-2035.
Pusat Komunikasi Public Kemetrian Perindustrian: Jakarta
Kung, H.H., 1994. Methanol Production And Use Chemical Industries.
Northwestern University, IL
Lee, S. 1990. Methanol Synthesis Technology. Boca Raton, Florida: CRC Press
Maharjoeno,E.2005. Energi Alternatif Penggenti BBM: Potensi Limbah Biomassa
Sawit Sebagai Sebagai Sumber Energi Terbarukan. Lembaga Riset
Perkebunan Indonesia. Jakarta.
Mphoswa, R. 2015. Methanol Production From Biomass. University Of South
Africa.
Rivarolo, M., et al., 2016. Feasibility Study If Methanol Production From
Different Renewable Sources And Thermoeconomic Analysis, int. J.
Hydrog Energy 41 (4), 2015-2016

Laporan 1
45
Dibuat oleh Diperiksa oleh Disetujui oleh
Indra Abidayu Sagala
Ira Ramadhani
Mhd. Refsi Oktafian
Pabrik Metanol dari Biomassa
XX
Sofyan, A, 2017, “Pengaruh Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3) Terhadap
Kinerja Karyawan PT. Bekaert Indonesia Plant Karawang”, Jurnal
Manajemen & Bisnis Kreatif, 23
Suma'mur, P. K, 1996, Hygene Perusahaan dan Keselematan Kerja, cetakan
Kedua. CV. Haji Mas Agung, Jakarta.
Ullman, F., 2015. Encylopedia Of Industrial Chemistry. Jhon willey & Sons. New
York
Wynn, Nicholas et al. 2014. Process For Production Of Methanol Including Two
Membrans Separation Steps. United States Patent. 8.633.926.B2

Laporan 1
46
Dibuat oleh Diperiksa oleh Disetujui oleh
Indra Abidayu Sagala
Ira Ramadhani
Mhd. Refsi Oktafian

Anda mungkin juga menyukai