PENDAHULUAN
Salah satu bahan kimia yang banyak digunakan adalah amonia. Bahan kimia
ini dapat diproduksi dari gas sintesis sebagai bahan intermediet dalam industri
kimia. Secara langsung amonia digunakan sebagai bahan baku pembuatan pupuk
(urea, ammonium nitrate, ammonium sulphate) dan bahan baku pada proses
pembuatan nitric acid dan lain sebagainya (Pujaatmaka, 1999).
Dengan menggunakan data dari Tabel 1.1 diperoleh kenaikan impor per
tahun adalah 53,13% dan kenaikan ekspor per tahun adalah 10,19%. Serta rata-rata
pertumbuhan per tahunnya adalah 8,43%. Sehingga dapat ditentukan konsumsi
pada tahun 2025 adalah 72.926.071,15 ton dan perkiraan ekspor pada tahun 2025
dengan asumsi kenaikan ekspor per tahun sebesar 5% adalah 142.288,56 ton. Maka
diperoleh konsumsi amonia pada tahun 2025 adalah 72.926.071,15 ton.
Menurut data dari Fertecon diketahui kebutuhan konsumsi amonia dari tahun 2000
hingga 2025 ditunjukkan pada Gambar 1.2.
Dari grafik diatas diketahui bahwa kebutuhan konsumsi amonia dunia pada
tahun 2025 adalah sebesar 275,7 juta ton sedangkan untuk kebutuhan konsumsi
amonia di asia pada tahun 2025 adalah sebesar ±200 juta ton (Fertecon, 2013).
Dalam proses produksi amonia terdapat bahan baku utama yang digunakan,
yaitu metana dan nitrogen untuk menghasilkan produk berupa amonia
menggunakan proses pembuatan dengan teknologi yang terpilih. Untuk mengetahui
spesifikasi bahan baku dan produk, berikut ini merupakan sifat fisik dan kimia dari
bahan baku dan produk dalam proses produksi amonia yang dapat dilihat pada
Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Sifat Fisik dan Kimia Bahan Baku dan Produk
Bahan baku dan produk pada proses produksi amonia ini merupakan bahan-bahan
yang terbaik tidak hanya bahan kimia biasa, namun juga bahan-bahan yang banyak
manfaatnya. Berikut ini merupakan beberapa kegunaan yang terdapat didalam
bahan baku dan produk dalam proses produksi amonia ini dalam kehidupan sehari-
hari yang dapat dilihat pada Tabel 2.2 dibawah ini.
Tabel 2.2 Kegunaan Bahan Baku dan Produk
No. Komponen Kegunaan
1. Sebagai bahan bakar (biogas) untuk memasak
2. Sebagai bahan bakar kendaraan
1. Metana (CH4)3. Bahan pembuatan pupuk.
4. Sebagai pembangkit tenaga listrik.
5. Sebagai bahan pembuatan ban.
1. Sebagian besar nitrogen dipakai untuk membuat amonia (NH3).
2. Digunakan untuk membuat pupuk nitrogen, seperti urea (CO(NH 2)2) dan ZA
(NH4)2SO4).
3. Sebagai selubung gas inert untuk menghilangkan oksigen pada pembuatan alat
2. Nitrogen (N2)
elektronika karena sifat inert yang dimiliki.
4. Digunakan sebagai pendingin untuk menciptakan suhu rendah, misalnya pada
industri pengolahan makanan.
5. Membuat ruang inert untuk penyimpanan zat-zat eksplosif.
1. Membuat pupuk, seperti urea (CO(NH2)2) dan ZA (NH4)2SO4).
2. Membuat senyawa nitrogen yang lain, seperti asam nitrat, amonium klorida, dan
amonium nitrat.
3. Amonia (NH3)3. Sebagai pendingin dalam pabrik es karena amonia cair mudah menguap dan
menyerap banyak panas.
4. Membuat hidrazin (N2H4), bahan bakar roket.
5. Digunakan pada industri kertas, karet, dan farmasi
Proses pembuatan amonia dari gas alam dan gas sintesis dapat dilakukan dengan 4
proses antara lain:
a. Proses Haber-Bosch
Proses pembuatan amonia dari nitrogen dan hidrogen pertama kali ditemukan oleh
Fritz Haber tahun 1908, seorang ahli kimia dari Jerman. Untuk skala industri
pembuatan amonia ditemukan oleh Carl Bosch, seorang ahli kimia juga dari
Jerman.
Dalam proses ini gas hidrogen diperoleh dari reaksi pembakaran bahan batu bara
dengan udara. Gas nitrogen diperoleh dari udara yang digunakan dalam proses
pembakaran batu bara. Hasil pembakaran yang berupa campuran gas sintesis
(hidrogen, nitrogen, karbon dioksida, karbon monoksida) dicampur dengan steam
agar terjadi reaksi dengan karbon monoksida menghasilkan gas hidrogen dan
karbon dioksida. Karbon dioksida dibuang dengan menggunakan water scrubber
sedangkan gas sintesis mengalami penekanan dan pelepasan karbon monoksida
yang belum terkonversi menjadi karbon dioksida dengan menggunakan amoniacal
euprous.
Setelah melalui tahapan tersebut, gas sintesis masuk ke tahap pembuatan amonia.
Proses Haber-Bosh pertama dilangsungkan pada suhu 500 oC dan tekanan 150 –
350 atm menggunakan katalis serbuk besi yang dicampur dengan Al2O3, MgO, CaO
dan K2O.
b. Proses Kellog
Proses ini merupakan proses sintesa amonia menggunkan bahan baku dari gas alam
dengan reaksi utama antara gas hidrogen dan nitrogen menjadi amonia yang
berlangsung pada seksi amonia converter. Kondisi optimal yang digunakan pada
proses ini adalah menjaga reaksi pada tekanan 140 – 150 kg/cm2 dan temperatur
400 – 500 oC. Amonia converter yang digunakan terdiri dari dua jenis, yaitu kellog
horizontal amonia converter dan kellog vertical quench converter.
Gas sintesis murni yang didapat dari proses ini terdiri dari campuran H2 (74,2%),
N2 (24,7%), CH4 (0,8%) dan Ar (0,3%). Semua komposisi gas tersebut kemudian
dipisahkan dengan treatment tertentu sehingga gas sintesis yang dihasilkan hanya
mengandung komponen H2 dan N2. Selanjutnya, proses inti terbentuknya amonia
terjadi di dalam amonia converter yang mereaksikan gas nitrogen dan hidrogen
menghasilkan amonia.
c. Proses Lurgi
Pada proses Lurgi reaksinya berlangsung dalam reactor fixed bed dengan
menggunakan oksigen dan steam pada kisaran tekanan 2000 – 3000 kPa (20 – 30
atm). Oksigen dan steam dimasukkan kedalam gasifier melalui celah ke dalam
rotary grate. Temperatur gasifikasi sekitar 560 – 620 oC dan tergantung dari
karakteristik umpan. Kandungan metan dan karbondioksida masing-masing 10%
dan 28% dalam gasifier. Crude gas dari Lurgi gasifier yang diproses dalam
beberapa langkah yaitu pengolahan limbah panas, shift conversion, penghilangan
tar, phenol dan produk lain. Nitrogen cair melalui proses scrubbing akan
menghasilkan gas sintesis yang murni dilanjutkan proses kompresi dan terakhir
proses pembuatan amonia.
d. Proses Haldor-Topsoe
Dalam proses ini gas hidrogen diperoleh dari proses reforming gas alam dengan uap
air. Reaksi pembentukan amonia bersifat eksotermis. Reaksi pembentukan amonia
ini baik dijalankan pada tekanan yang tinggi. Secara teoritis konversi optimum akan
dicapai pada rasio gas dengan yang hampir sama dengan keadaan stoikiometri yaitu
3:1. Keaktifan katalis akan sangat mempengaruhi konversi yang dihasilkan.
Keaktifan katalis akan semakin turun dengan bertambahnya usia katalis.
Temperatur yang terlalu tinggi dan racun katalis seperti, senyawa sulfur, CO, dan
CO2 dapat merusak katalis.
Tabel 2.3 Kelebihan dan Kekurangan Dari Berbagai Proses Pembuatan Amonia
Proses Haber Bosch Kellog Lurgi Haldor Topsoe Kopper- Totzek
1) Lebih ekonomis1) Penggunaan energi yang 1) Bahan baku1) Bahan baku1) Bahan baku yang
karena oksigen jauh lebih efisien menghasilkan menghasilkan digunakan lebih
lebih murah 2) Bahan baku hidrogen lebih hidrogen lebih banyak ekonomis
menghasilkan hidrogen banyak 2)Kualitas peralatan dan2) Konversi yang
lebih banyak 2) Konversi lumayan ketahanan lebih baik lumayan besar yaitu
3) Menggunakan peralatan besar yaitu sekitar3)Penggunaan energi 88%
dan katalis yang lebih 60% yang lebih efisien
baik 4)Proses menggunakan
Kelebihan 4) Pembentukan produk tekanan rendah (100 -
sampingan dapat 200 atm)
dikurangi 5) Menggunakan katalis
5) Proses menggunakan yang baik
tekanan rendah (100 - 200 6) Konversi tinggi
atm)
6) Konversi tinggi yaitu
99,82%
1) Proses menggunakan 1) Katalis yang digunakan 1) Suhu yang1) Perlu penambahan 1)Proses
tekanan tinggi tidak tahan terhadap digunakan pada steam menggunakan
2) Menggunakan energi sulfur dan klorin proses lumayan2) Katalis yang tekanan dan suhu
yang sangat banyak. 2) Menggunakan investasi tinggi digunakan tidak tahan tinggi
3) Bahan baku (batu desain reaktor yang besar terhadap sulfur dan 2)Menggunakan
bara) hanya
3) Perlu penambahan steam. klorin energi yang sangat
menghasilkan banyak.
Kekurangan
hidrogen sedikit 3) Bahan baku (batu
dibandingkan gas bara) hanya
alam. menghasilkan
4) Konversi rendah hidrogen sedikit
hanya sekitar 20 –
25%
Untuk dapat mengetahui proses yang akan dipilih dalam memproduksi amonia
maka dapat dilihat kondisi operasi pada masing-masing proses seperti pada Tabel
3.1 berikut ini.
Sumber hidrogen Batubara Gas alam Gas alam Batubara Gas alam/nafta
8,3 Gkal/MT 7,2 Gkal/MT 8,9 Gkal/MT 12,3 Gkal/MT 6,9 Gkal/MT
Kebutuhan energi
amonia amonia amonia amonia amonia
Sumber: Appl, Max. 1999.
Berdasarkan Tabel 3.1 maka proses yang dipilih adalah Haldor-Topsoe dengan
pertimbangan sebagai berikut:
a. Dapat menghasilkan amonia dalam kapasitas yang besar
b. Kualitas peralatannya lebih baik dan mempunyai ketahanan lebih baik
c. Penggunaan energi yang lebih efisien
d. Dengan tekanan yang lebih tinggi dapat menghasilkan konversi yang lebih tinggi
e. Proses ini banyak dipakai oleh pabrik yang memproduksi bahan amonia di
Indonesia seperti PT. Petrokimia Gresik dan PT. Pupuk Kaltim.
Proses desulfurisasi adalah proses yang berfungsi untuk mengubah sulfur organik
yang terkandung dalam natural gas menjadi sulfur anorganik serta menyerap sulfur
anorganik. Proses desulfurisasi berguna untuk menghilangkan/mengurangi
senyawa sulfur yang terkandung didalam gas alam yang merupakan racun pada
katalis nikel di seksi reforming. Gas alam pada umumnya mengandung sulfur dalam
bentuk H2S/sulfur anorganik dan sulfur organik seperti merkaptan yang rumus
molekulnya RSH. Untuk mengubah sulfur organik menjadi sulfur anorganik maka
sulfur organik direaksikan dengan gas hidrogen.
H2 + RSH H2S + RH ....................................................................................
(3.1)
b. Unit Reforming
Tujuan dari proses reforming adalah untuk memperoleh gas H2 dan N2 sebagai
bahan baku yang digunakan dalam reaksi sintesa amonia, yang didapat melalui
suatu reaksi katalitik reforming antara hidrokarbon dengan steam. Reaksi reforming
berlangsung dalam dua tahap, yaitu di primary reformer dan di secondary reformer.
Primary reformer tempat terjadinya reaksi reformasi menghasilkan gas H2 dengan
mereaksikan gas alam dengan steam untuk menghasilkan gas sintesa dan secondary
reformer untuk menyediakan N2. Reaksi steam reforming dari hidrokarbon dapat
diuraikan sebagai berikut:
CH4 + H2O CO + H2 ...................................................................................... (3.3)
Disamping reaksi diatas, terjadi juga reaksi kesetimbangan pergeseran air (water
gas shift reaction) antara CO dan uap air:
CO + H2O CO2 + H2 ...................................................................................... (3.4)
Di secondary reformer oksigen yang terkandung didalam udara akan membakar
CO, sisa metana, dan hidrogen. Reaksi yang terjadi didalam secondary reformer
sebagai berikut:
2H2 + O2 2H2O ...............................................................................................
(3.5)
CO + H2O CO2 + H2 ....................................................................................... (3.6)
CH4 + H2O CO + H2 ....................................................................................... (3.7)
e. Unit Metanasi
Unit ini bertugas mengubah gas CO dan CO2 yang masih tersisa pada gas proses
menjadi CH4, sehingga reaksi pembentukan amonia tidak terganggu oleh kehadiran
CO dan CO2. Reaksi yang terjadi di metanasi adalah:
CO + 3H2 CH4 + H2O ...................................................................................
(3.10)
CO2 + 4H2 CH4 + 2H2O ............................................................................... (3.11)
CH4 Udara
Steam
Shift
Desulfurisasi Reforming CO2 Removal
H2 Converter H2
H2
CH4 CH4 Udara CH4
CH4
CO2 Steam CO2
CO2
CO CO
CO
Ar Ar
Ar
N2 N2
N2
Unit Sintesa
Refrigerasi Metanasi
H2 Amonia
H2 Shift
Desulfurisasi N2 Reforming N2
Ar H2 Convert
Ar
T = 400 ◦C NH3 T = 500 - 800 ◦C CH4 T = 270 - 480
P = 30 bar P = 30 bar CO2 P = 33 bar
CO
NH3 CH4
Ar
N2
Sumber : Topsoe, 2007
T = -5 ◦C Unit Sinte
P = 5 - 18 bar
Refrigerasi
H2 Amonia
N2 T = 500 ◦C
Ar P = 150 ba
NH3
NH3
DAFTAR PUSTAKA