Anda di halaman 1dari 26

“PENENTUAN KAPASITAS DAN GRADING PEMILIHAN PROSES”

PRA-RANCANGAN PABRIK KIMIA AMIL ALKOHOL DARI AMIL


KLORIDA DAN NATRIUM HIDROKSIDA

Disusun Oleh:
1. Genta Huda Fauzan NIM I0520037
2. Tegar Satriyo Pribadi NIM I0520108

PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2023
I. Penentuan Kapasitas
Pabrik amil alkohol ini direncanakan memiliki kapasitas sebesar
40.000 ton/tahun. Dalam menetapkan kapasitas rancangan pabrik, beberapa
aspek harus dipertimbangkan, seperti kebutuhan amil alkohol di Indonesia.
Oleh karena itu, pertimbangkan:
1. Informasi data impor amil alkohol di Indonesia
2. Ketersediaan bahan baku
I.1 Kebutuhan Amil Alkohol di Indonesia
Perkembangan industri, salah satunya industri kimia, merupakan
faktor utama untuk meningkatkan perekonomian Indonesia. Salah satu
industri kimia yang produknya dibutuhkan adalah industri alkohol alifatik.
Alkohol alifatik memiliki penggunaan yang luas seperti bahan bakar,
pelarut, tambahan pada industri farmasi, pangan, cat, dan juga kosmetik.
Amil alkohol merupakan salah satu dari berbagai jenis senyawa alkohol
alifatik. Amil alkohol (C5H11OH) adalah alkohol alifatik jenuh yang
memiliki lima atom karbon dan delapan isomer. Amil alkohol merupakan
cairan tidak berwarna pada tekanan atmosferis dan sedikit bau. Amil alkohol
larut dalam pelarut organik.
Amil alkohol memiliki nilai jual yang cukup kompeten, sekitar
$4.000 – 4.200/ton saat dijual dalam bentuk cair, menurut Alibaba (2023).
Di sisi lain, bahan dasarnya berupa amil klorida yang dapat diperoleh
seharga $1.000 dan sodium hidroksida seharga $0.75/kg (Alibaba, 2023).
Ketika melihat potensi dan nilai jual di industri yang dianggap
menguntungkan, hal tersebut menjadi pertimbangan kunci dalam
mendirikan pabrik amil alkohol.
I.2 Data Impor Amil Alkohol di Indonesia
Konsumsi amil alkohol di Indonesia setiap tahunnya cenderung
stabil, meskipun terdapat beberapa penurunan, terutama tahun 2020, yang
sesuai dengan permintaan pasar lokal dan juga kondisi pandemi.
Peningkatan pemintaan amil alkohol di Indonesia telah menyebabkan
kenaikan nilai impor untuk senyawa tersebut. Pasokan amil alkohol untuk
kebutuhan domestik berasal dari impor karena belum adanya pabrik di
Indonesia. Data jumlah impor amil alkohol di Inonesia selama periode tahun
2016 – 2022 tersedia dalam tabel I.1, berdasarkan data dari BPS.
Tabel I.1 Impor amil alkohol di Indonesia
Tahun Kapasitas (kg) Kenaikan
2016 17,586,153 14.35%
2017 20,109,731 14.35%
2018 19,557,073 -2.75%
2019 23,300,289 19.14%
2020 21,993,670 -5.61%
2021 30,063,640 36.69%
2022 28,070,122 -6.63%
Rata-Rata 9.199%
(Badan Pusat Statistik, 2023)
Tabel I.1 menunjukkan data impor amil alkohol di Indonesia dari
tahun 2016 hingga 2022, dengan rata-rata 9.199%. Apabila rencana
pembangunan pabrik selesai di tahun 2026 dan mulai beroperasi pada tahun
tersebut, kita bisa mengestimasi kebutuhan amil alkohol di Indonesia untuk
tahun 2026 dengan memanfaatkan perhitungan berdasarkan metode
discounted seperti yang ditunjukkan pada persamaan I.1 :
Fa = P(1+i)n (I.1)
Dengan,
Fa : Nilai impor di Indonesia tahun 2026 (ton)
P : Nilai impor di Indonesia tahun 2022 (ton)
i : Pertumbuhan rata-rata per tahun (%)
n : Selisih tahun yang diperhitungkan
Sehingga,
Fa = P(1+i)n
= 28,070,122 (1+0,0919)4
= 39,913,678.13 kg
= 39,913.67 ton
I.3 Ketersediaan Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan dalam produksi amil alkohol ini adalah
amil khlorida yang diimpor langsung dari cina dan juga katalis berupa
natrium oleat. Sementara itu untuk sodium hidroksida dibeli langsung dari
PT Asahimas Subenta Chemical (ASC) dengan kapasitas pabrik sebesar
285.000 ton/tahun.

I.4 Perhitungan Kapasitas Produksi Amil Alkohol


Untuk menentukan kapasitas pabrik amil alkohol yang
direncanakan akan beroperasi pada tahun 2026 digunakan persamaan I.3 :
m1 + m 2 + m 3 = m4 + m 5 (I.3)
Dengan,
m1 : Jumlah impor tahun 2026 (ton)
m2 : Jumlah produksi dalam negeri tahun 2026 (ton)
m3 : Kapasitas yang dibutuhkan tahun 2026 (ton)
m4 : Jumlah ekspor tahun 2026 (ton)
m5 : Jumlah konsumsi dalam negeri tahun 2026 (ton)
Asumsi kebutuhan impor dapat dipenuhi oleh pabrik yang akan
didirikan. Jumlah konsumsi amil alkohol dalam negeri pada tahun 2026
diasumsikan sebagai nilai impor amil alkohol di Indonesia pada tahun
tersebut, Maka:
m5 = Fa
= 39,913.67 ton
Dari data-data di atas dapat dihitung kapasitas pabrik amil alkohol
pada tahun 2026 menggunakan persamaan I.3.
m3 = (m4+m5) – (m1+m2)
m3 = ( 0 + 39,913.67 ton ton) ton – (0 + 0) ton
m3 = 39,913.67 ton
Berdasarkan evaluasi kapasitas pabrik dan memperhitungkan kapasitas
minimal pabrik yang sedang berjalan, diputuskan kapasitas pabrik adalah
40.000 ton/tahun. Dengan kapasitas tersebut, diharapkan pabrik:
1. Bisa memenuhi permintaan amil alkohol domestik, mengurangi
ketergantungan impor,
2. Mendorong pendirian industri lain yang memerlukan amil alkohol
sebagai bahan dasar,
3. Menyediakan peluang pekerjaan baru yang dapat mengurangi angka
pengangguran.
II. Pemilihan Proses
Amil alkohol dapat diproduksi melalui berbagai macam proses,
beberapa proses diantaranya fraksinasi fusel oil, proses hidrogenasi, dan
hidrolisis amil khlorida. Dari ketiga proses tersebut dilakukan seleksi proses
untuk menentukan proses mana yang paling sesuai untuk memproduksi amil
alkohol dengan memperhatikan aspek ekonomi dan aspek teknis.
Tabel II.1 Pemilihan Proses
Jenis Proses Kelebihan Kekurangan
Fraksinasi Fusel Oil 1. Bahan baku berupa 1. Kemurnian sangat
karbohidrat dan rendah
bakteri (murah) dan 2. Sulit menjaga
mudah didapat konsistensi produk
2. Tidak korosif 3. Waktu reaksi lama
3. Proses sederhana (fermentasi)
dan lahan yang
dibutuhkan tidak
begitu besar
Proses Oxo 1. Konversi besar 1. Prosesnya
(90%) menggunakan
2. Biaya proses relatif tekanan ekstrem (340
murah atm)
2. Bahan yang
digunakan korosif
3. Biaya produksi
cukup mahal
Hidrolisis Amil Khlorida 1. Konversi besar Bahan baku amil
(95%) khlorida dan natrium
2. Proses sederhana oleat sampai saat ini
3. Kondisi operasi masih harus import dari
tidak ekstrem (90- china
180°C, 1-10atm)
4. Peralatan yang
digunakan relatif
murah
5. Bahan baku NaOH
dapat disuplai dari
industri kimia
Indonesia

Sehingga, dengan pertimbangan ketiga aspek diatas dipilih proses Hidrolisis


Amil Khlorida. Alasan dipilih proses Hidrolisis Amil Khlorida yaitu dapat
menghasilkan profit, memiliki konversi yang cukup tinggi, dan aman bagi
lingkungan.
PROPOSAL TUGAS AKHIR - PRARANCANGAN PABRIK KIMIA
AMIL ALKOHOL DARI AMIL KLORIDA DAN NATRIUM HIDROKSIDA

Disusun Oleh:

1. Genta Huda Fauzan NIM I 0520037


2. Tegar Satriyo Pribadi NIM I 0520108

PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2023
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................. Error! Bookmark not defined.


DAFTAR ISI ........................................................................................................... 2
DAFTAR TABEL.................................................................................................... 3
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. 4
BAB I PENJELASAN DAN MANFAAT PRODUK ............................................. 5
I.1 Asam Fosfat.................................................................................................... 5
I.2 Manfaat Produk .............................................................................................. 5
BAB II DATA – DATA TERMODINAMIKA ........................................................ 6
II.1 Panas Reaksi (∆Hr) ....................................................................................... 6
II.2 Energi Bebas Gibbs (∆G⁰) ............................................................................ 6
II.3 Konstanta Kesetimbangan Reaksi ................................................................ 7
BAB III KINETIKA DAN MEKANISME REAKSI ........................................... 10
III.1 Tinjauan Kinetika ...................................................................................... 10
III.2 Mekanisme Reaksi..................................................................................... 10
BAB IV SIFAT FISIS BAHAN DAN PRODUK ................................................. 14
IV.1 Bahan Baku Utama .................................................................................... 14
IV.2 Bahan Penunjang ....................................................................................... 16
IV.3 Produk ........................................................................................................ 17
BAB V DIAGRAM ALIR KUALITATIF............................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 19
DAFTAR TABEL
Tabel II.1. Data Harga ∆H°f Masing-Masing Komponen ........................................6
Tabel II.2. Data ∆G⁰f Masing-Masing Komponen ...................................................7
DAFTAR GAMBAR
Gambar III.1. Mekanisme Reaksi Sintesis Zeolit ................................................. 13
BAB I PENJELASAN DAN MANFAAT PRODUK

I.1 Amil Alkohol


Amil alkohol (C5H11OH) merupakan senywa alkohol alifatik jenuh yang
banyak digunakan pada bidang industri sebagai solven, pelarut organik, dan zat
pendispersi serta sebagai bahan baku pembuatan amil asetat. Amil alkohol dapat
diproduksi secara komersial melalui hidrolisis amil khlorida.

I.2 Manfaat Produk


Amil alkohol merupakan suatu bahan kimia yang memiliki banyak
kegunaan di dunia industri. Berikut beberapa macam industri yang membutuhkan
Amil Alkohol dalam proses produksi :
1. Sebagai solvent atau bahan pelarut, seperti printing inks, lacquers, gum
inhibitor, cairan hidrolik, lilin paraffin dan plastik polar.
2. Sebagai bahan aditif untuk proses produksi bahan kosmetik
3. Sebagai bahan baku untuk produksi amil asetat
BAB II DATA – DATA TERMODINAMIKA

II.1 Panas Reaksi (∆Hr)


Panas reaksi (∆Hr) adalah perubahan energi produk dan reaktan pada
volume konstan atau pada tekanan konstan. Panas reaksi (∆Hr) berfungsi untuk
mengetahui jenis reaksi bersifat eksotermis atau endotermis dengan perhitungan

panas pembentukan standar (∆H°f) pada suhu 298,15 K dan tekanan 1 atm. Pada

reaksi pembuatan zeolit berlangsung secara eksotermis berdasarkan tinjauan ∆H


reaksi (298,15 K) di bawah ini :
C5H11Cl + NaOH C5H11OH + NaCl

Data-data harga ∆H°f masing masing komponen pada kondisi 298,15 K dapat

dilihat pada table di bawah ini :

Tabel II.1. Data Harga ∆H°f Masing-Masing Komponen

Komponen ΔHof (kJ/mol) Referensi


C5H11Cl −174.89 (Coulson, 2005)
NaOH −425,60 (Perry, 2007)
C5H11OH −302,380 (Coulson, 2005)
NaCl −411.20 (Coulson, 2005)

∆Hr (298,15 K) :

= Σ∆H°f Produk - Σ∆H°f Reaktan

= (∆H°f C5H11OH + ∆H°f NaCl) - (∆H°f C5H11Cl + 2 x ∆H°f NaCl)


= [(−302,380)+( −411.20)] kJ/mol – [(–174.89) + (–425,60)] kJ/mol
= −113.09 kJ/mol

∆Hr (298,15 K) bernilai positif yang berarti reaksi berlangsung secara eksotermis

II.2 Energi Bebas Gibbs (∆G⁰)


Energi Gibbs (∆G⁰R) digunakan untuk menentukan reaksi bisa berlangsung
atau tidak. Berikut adalah persamaan Energi Gibbs (∆G⁰R) :
∆G⁰R = (∆G⁰f produk - ∆G⁰f reaktan)
Tabel II.2. Data ∆G⁰f Masing-Masing Komponen

Komponen ΔGof (kJ/mol) Referensi


C5H11Cl -37,4 (Perry, 2007)
NaOH −379,07 (Perry, 2007)
C5H11OH −149,75 (Perry, 2007)
NaCl −384,1 (Perry, 2007)

ΔGoR298,15K = ΔGof produk - ΔGof reaktan


= (ΔGof C5H11OH + ΔGof NaCl) – (ΔGof C5H11Cl + ΔGof NaOH)
= [(−149,75)+( −384,1)]kJ/mol – [(−379,07) + (-37,4)] kJ/mol
= -117,38 kJ/mol
Hasil menunjukkan nilai ΔGoR298,15K negatif, dapat diketahui bahwa rekasi
pembuatan amil alkohol dapat berlangsung secara spontan.

II.3 Konstanta Kesetimbangan Reaksi


Konstanta kesetimbangan reaksi digunakan untuk meninjau apakah reaksi
berjalan reversible atau irreversible. Nilai konstanta kesetimbangan reaksi (K)
dapat ditentukan melalui persamaan berikut :
−∆𝐺° 𝑓
𝑙𝑛𝐾298,15𝐾 = [ ] (II.1)
𝑅𝑇

𝐾 ∆𝐻298,15𝐾 1 1
𝑙𝑛 (𝐾 )=− × (𝑇 − 𝑇 ) (II.2)
298,15𝐾 𝑅 𝑟𝑒𝑓

dengan,
K = Konstanta kesetimbangan reaksi
ΔGof = Energi gibbs pembentukan reaksi pada suhu standar (kJ/mol)
ΔHof = Panas pembentukan reaksi pada suhu standar (kcal/mol)
R = Konstanta gas ideal = 8.3144598 x 10-3 kJ/K mol
T = Suhu operasi (K)
Tref = Suhu referensi (K)
(J.M. Smith, H.C. Van Ness, 2005)
Penentuan konstanta kesetimbangan reaksi pembuatan zeolit pada suhu
298,15 K dari persamaan (II.1), sebagai berikut:
−∆𝐺° 𝑓
𝑙𝑛𝐾298,15𝐾 = [ ]
𝑅𝑇
−(−117,38 ) kJ/mol
𝑙𝑛𝐾298,15𝐾 = [(0,00831446 kJ/K mol)(298,15 𝐾)]

𝑙𝑛𝐾298,15𝐾 = 47,35057
𝐾298,15𝐾 = 3,66515 × 1020
Dari persamaan (II.2), pada suhu 180 ℃ atau 453,15 K maka besarnya
konstanta kesetimbangan dapat dihitung sebagai berikut :
𝐾 ∆𝐻298,15𝐾 1 1
𝑙𝑛 (𝐾 453,15 ) = − × (𝑇 − 𝑇 )
298,15𝐾 𝑅 𝑟𝑒𝑓

𝐾453,15 −113.09 kJ/mol 1 1


𝑙𝑛 ( 20
)=− ×( − )
3,66515 × 10 0,00831446 kJ/K mol 453,15 𝐾 298,15 𝐾

𝐾453,15
𝑙𝑛 ( ) = 15,60433
3,66515 × 1020
𝐾453,15
( ) = exp (15,60433)
3,66515 × 1020
K453,15 K = 2,19263 x 1027
Karena harga konstanta kesetimbangan (K) sangat besar (>1), maka reaksi bersifat
searah (irreversible). (Smith et al., 2018)
Maka, dapat menentukan nilai ΔGoR operasi dengan menggunakan persamaan sebagai
berikut:
ΔGoR operasi = -R. Toperasi. ln KT operasi (II.3)
= -(0,00831446 kJ/K mol) (453,15 K) (ln 2,19263 x 1027)
= -237,19502 kJ/mol
ΔGoR operasi bernilai negatif, sehingga reaksi akan berlangsung secara spontan

II.4 Nilai Konversi Kestimbangan


Perhitungan konversi kesetimbangan (Xe) digunakan untuk mengetahui
apakah reaksi tersebut dapat berjalan atau tidak, penentuan nilai Xe menggunakan
persamaan sebagai berikut:
𝐶 𝐶
𝐾 = 𝐶 𝑐 𝐶𝐷 (II.4)
𝐴 𝐵

Dengan
K = konstanta kesetimbangan
CA = konsentrasi Amil Klorida (mol/L)
CB = konsentrasi NaOH (mol/L)
CC = konsentrasi Amil Alkohol (mol/L)
CD = konsentrasi NaCl (mol/L)
C5H11Cl + NaOH → C5H11OH + NaCl
Mula-mula CA0 CB0
Reaksi CA0Xe CA0Xe CA0Xe CA0Xe
Sisa CA0(1-Xe) CB0-CA0Xe CA0Xe CA0Xe

Sehingga, menjadi:
2CA0Xe
𝐾=
(CA0(1 − Xe))(CB0 − CA0Xe)
𝑋𝑒
𝐾=
𝐶𝐵0
(1 − 𝑋𝑒)(𝐶𝐴0 − 2𝑋𝑒)

Diketahui rasio bahan baku seperti berikut


C5H11Cl : NaOH = 1 : 2
Basis perhitungan 1 mol C5H11Cl
Maka, CA0 = 1 mol
𝐶𝐵0 2
= 𝑥 1 𝑚𝑜𝑙 = 2 𝑚𝑜𝑙
𝐶𝐴0 1
Dari perhitungan K388 diperoleh nilai 7,4403.10193 lalu disubstitusikan
𝑋𝑒
2,19263. 1027 =
(1 − 𝑋𝑒)(2 − 𝑋𝑒)
𝑋𝑒
2,19263. 1027 =
𝑋𝑒 2 − 3𝑋𝑒 + 2
2,19263. 1027 𝑋𝑒 2 − 6,57789. 1027 𝑋𝑒 + 4,38526. 1027 = 0
Diperoleh nilai Xe = 1 sehingga reaksi bersifat irreversible kearah kanan.
BAB III KINETIKA, MEKANISME REAKSI DAN PROSES

III.1 Tinjauan Kinetika


NaOH(l) + xAl2O3.ySiO2(s) → Na2SiO3(s) + Na2AlO2(s)
NaOH (aq) + Na2Al(OH)4(aq) + Na2SiO3(aq) →
[Nax(AlO2)y(SiO2)z ×NaOH×H2O] (gel) → Nap[(AlO2)p(SiO2)q]×hH2O
Data kinetika sebagai berikut:
T (C°) x K k
160 1,5 1531 32170
170 2,05 323 14310
180 2,39 865 99380
(Costa et al., 1987)
III.2 Mekanisme Reaksi
Umumnya proses sintesis zeolit melibatkan penambahan bahan yang
bersifat basa pada slurry abu terbang pada temperatur tinggi. Pada proses
hidrotermal, sintesis zeolit dilakukan pada temperatur moderat dan tekanan uap
rendah sesuai dengan tekanan uap larutan. Untuk melarutkan silika dan alumina di
dalam fly ash, larutan NaOH ditambahkan ke dalam campuran dengan pH
campuran diatur pada 11±0,2. Jika sintesis ZSM-5 tidak menggunakan TPABr, rasio
mol SiO2/Al2O3 berkisar 2,8-200. Padahal pada kisaran rasio mol SiO2/Al2O3 20-
200 ZSM-5 dapat disintesis, sehingga pada rasio mol SiO2/Al2O3 2,8 ZSM-5 tidak
dapat disintesis. Dengan demikian pada proses sintesis ZSM-5 dari abu terbang batu
bara diperlukan TPABr. Proses sintesis zeolit ZSM-5 dari abu terbang batu bara
dilakukan dengan metode hidrotermal. Bahan-bahan yang diperlukan yaitu abu
terbang batu bara, larutan HCl 1 N, larutan NaOH 40%, air, dan TPABr
(Chareonpanich et al., 2004).
Tahap persiapan bahan baku, pencucian fly ash batu bara dengan larutan
HCl 1 N untuk menghilangkan zat-zat pengotor seperti CaO, MgO, dan Fe2O3.
Metode asam untuk menyiapkan bahan baku silika-aluminium tinggi telah
berkembang pesat. Namun, penggunaan asam sulfat dapat menyebabkan
terbentuknya lapisan kalsium sulfat pada permukaan partikel abu yang dapat
mencegah interaksi antara ion aluminium dan sulfat, dan penerapan metode fluor
disertai dengan emisi amonia dan fluor yang beracun. Penggunaan HCl memiliki
keunggulan dibandingkan dengan asam lain yaitu memiliki kelarutan rendah pada
SiO2 dan kemungkinan kristalisasi selektif AlCl3.6H2O, sehingga akan diperoleh
rasio mol SiO2/Al2O3 yang tinggi. Disamping itu, industri memiliki teknologi
untuk melakukan proses daur ulang HCl, sehingga lebih ramah lingkungan. Ada
pun dalam sintesis zeolit, HCl sebagai media leaching bahan baku memiliki
kemampuan untuk menghilangkan zat-zat pengotor seperti CaO, MgO, dan Fe2O3
yang ada pada fly ash. Fly ash direaksikan dengan larutan HCl 1 N, ada pun reaksi
yang berlangsung sebagai berikut:
Fe2O3(s) + 6HCL(aq) → 2FeCl3(aq) + 3H2O(l)
Fe3O4(s) + 8HCL(aq) → FeCl2(aq) + 2FeCl3(aq) + 4H2O(l)
3Al2O3.2SiO2(s) + 18HCL(aq) → 6AlCl3(aq) + 2SiO2(s) + 9H2O(l)
(Valeev et al., 2018)
CaO(s) + 2HCL(aq) → CaCl2(aq) + H2O(l)
MgO(s) + 2HCL(aq) → FeCl2(aq) + H2O(l)
(Zhang et al., 2015)
Penggunaan HCl akan mengurangi konsentrasi besi oksida dan oksida-
oksida alkali yang ada dalam fly ash terutama yang terdapat pada bagian luar,
karena besi oksida larut dalam larutan HCl. Selanjutnya akan dilakukan pemisahan
antara larutan HCl yang mengandung zat pengotor dengan fly ash yang bebas zat
pengotor. Pada reaksi (3) dapat dilihat terjadi deluminasi (kadar Al menjadi rendah)
pada fly ash sehingga rasio Si/Al akan meningkat.
Slurry yang terbentuk dari hasil pencuci fly ash dengan larutan HCl 1 N
perlu dipisahkan antara cake dan filtrat. Cake berupa abu terbang batu bara yang
bebas dari pengotor, adapun filtratnya berupa zat pengotor dari abu terbang yang
terlarut dalam larutan HCl. Filtrat tidak digunakan lagi dalam proses sehingga
dialirkan menuju unit pengolahan limbah sebelum dibuang ke lingkungan. Cake
yang berupa fly ash bebas pengotor tidak bisa dilakukan proses ekstraksi, karena
masih mengandung larutan HCl. Oleh karena itu cake tersebut dicuci dengan air
untuk melarutkan larutan HCl. Ketika dilarutkan ke dalam air, asam klorida akan
membentuk ion-ion seperti ion hidronium (H3O + ) dan ion klorida (Cl- ). HCl
dapat terionisasi secara sempurna mengingat senyawa ini merupakan senyawa asam
kuat.Slurry hasil pencuci air kemudian dipisahkan filtrat dengan cake. Filtrat yang
mengandung larutan HCl dialirkan menuju proses pengolahan limbah. Ada pun
cakeberupa fly ashyang bebas HCl dilakukan proses ekstraksi dengan
menggunakan larutan alkali. Larutan alkali yang digunakan larutan NaOH 30%
dapat memberikan hasil optimum, yaitu konversi 80%. Penambahan larutan NaOH
ke dalam larutan berfungsi untuk melarutkan silika dan alumina yang terdapat di
dalam fly ash sehingga pada proses berikutnya silika dan alumina dapat disintesis
menjadi zeolit. Selama penambahan larutan NaOH, pH campuran dijaga pada
11±0,2. (Chareonpanich et al., 2004).
Zeolit ZSM-5 disintesis dengan metode hidrotermal pada kondisi statis
yaitu pada suhu 170±2°C dengan sistem yang memiliki molar rasio 5Na2O-
8,8(TPA)2O-xAl2O3-100SiO2-1250H2O. Reaksi antara cake dengan larutan NaOH
dilakukan pada 170°C dan 1 atm. Dalam sintesis zeolit, keberadaan konsentrasi ion
OH- yang relatif besar dalam sistem larutan menyebabkan spesies Al(OH) 4-
berkurang jumlahnya akibat adanya proses dehidrasi membentuk ion AlO 2- atau
sebagai dimernya, yaitu [(OH)3Al-O-Al(OH)3]2- . Dengan adanya dehidrasi ini akan
mempermudah terbentuknya kerangka silika alumina pada zeolit terutama sodalit
yang memiliki kerangka polimer silika alumina yang cukup stabil. Secara umum,
reaksi pada proses sintesis zelolit sebagai berikut :
NaOH(l) + xAl2O3.ySiO2(s) → Na2SiO3(s) + Na2AlO2(s)
NaOH (aq) + Na2Al(OH)4(aq) + Na2SiO3(aq) →
[Nax(AlO2)y(SiO2)z ×NaOH×H2O] (gel) → Nap[(AlO2)p(SiO2)q]×hH2O
Hasil dari reaksi berupa larutan natrium silikat dan larutan aluminat yang
masih bercampur dengan padatan fly ash. Campuran kemudian difiltrasi untuk
mendapatkan larutannya yang kemudian diumpankan ke dalam reaktor (R-01) dan
dicampur dengan TPABr (Tetrapropylamonium Bromide) yang telah dilarutkan ke
dalam air untuk mengatur rasio Si/Al, sedangkan cake yang rendah silika dan
alumina dialirkan ke proses pengolahan limbah.
Ciri utama mekanisme sintesis ZSM-5 dengan larutan NaOH dan TPABr
yaitu sintesis A terjadi perubahan ion fasa cair dan sintesis B terjadi perubahan
hidrogel fasa padat, dengan sistem utama yang dipelajari Na,TPA - ZSM-5.

Gambar III.1. Mekanisme Reaksi Sintesis Zeolit


Pembentukan gel silika alumina sangat baik pada pH 7 – 11. Maka selain
ditambahkan TPABr, ke dalam reaktor ditambahkan larutan HCl untuk membuat
pH larutan mendekati 11. Karena larutan natrium silikat dan larutan natrium
aluminat memiliki pH 11-13 akibat penambahan larutan NaOH. Hasil keluaran
reaktorberupa larutan zeolit yang kemudian difiltrasi dan masuk tahap pemurnian
produk yaitu proses pengeringan, penghilangan template TPABr, dan proses
pendinginan produk. Sebelum dilakukan proses filtrasi, larutan zeolit dari
reaktordialirkan ke dalam tangki intermediet. Penggunaan tangki intermediet selain
sebagai penampung larutan zeolit yang dihasilkan dari reaktor, juga berfungsi
mengurangi suhu larutan zeolit.
III.3 Diagaram Alir Blok

BAB IV SIFAT FISIS BAHAN DAN PRODUK

IV.1 Bahan Baku Utama


IV.1.1 Coal Fly Ash
a) Sifat fisika ( Ivan Gan & Sutikno, 2015)
- Wujud : Butiran halus berbentuk bola padat
atau berongga

- Densitas : 3,2 g/cm3


- Struktur lewis :
- Fasa : Padat
- Titik Lebur : > 1400°C
- Ukuran : 345 mesh
- Densitas Padatan : 2.250 kg/m3

b) Sifat Kimia ( Ivan Gan & Sutikno, 2015)


Memiliki komposisi sebagai berikut :
Silikon dioksida (SiO2) : 45,74%
Aluminium trioksida (Al2O3) : 25,04%
Ferri oksida (Fe2O3) : 9,32%
Kalsium oksida (CaO) : 7,77%
Magnesium oksida (MgO) : 4,09%
Sulfur dioksida (SO3) : 0,67%
Hilang pijar (LOI) : 2,78%
Titanium Dioksida (TiO2) : 0,92%
Potassium Oksida (K2O) : 1,12%
Sodium Oksida (Na2O) : 1,81%
Mangan Dioksida (MnO2) : 0,14%
Fosfor Pentaoksida (P2O5) : 0,27%

IV.1.2 Natrium Hidroksida (NaOH)


a) Sifat fisika (Perry, 2007)
- Berat molekul : 40 g/mol

- Struktur lewis :
- Densitas : 2,13 g/cm3
- Titik didih : 1390 ℃
- Titik leleh : 318,4 ℃
- Titik beku : -85 ℃
- Berwarna putih
b) Sifat kimia (Perry and Green, 2007)
- Mudah larut dalam air
- Tidak larut dalam aseton
- Higroskopis

IV.2 Bahan Penunjang


IV.2.1 Asam Klorida (HCl)
a) Sifat fisika (Perry, 2007)
- Berat molekul : 36,5 gram/mol

- Struktur lewis :
- Titik leleh : -111 ℃
- Titik didih : -85 ℃
- Densitas : 1,181 gram/mL
b) Sifat kimia (Fessenden, 1997)
- Merupakan oksidator kuat
- Dapat membakar materi organik jika ada kontak
- Mengalami ionisasi sempurna dalam air
- Mempunyai ikatan kovalen polar
IV.2.2 Tetrapropylammonium Bromide
a) Sifat fisika
- Rumus Molekul : (C3H7)4NBr
- Berat molekul : 266,26 kg/kmol
- Fase : Padat
- Kemurnian : 98%
- Densitas : 1194,9 kg/m3
- Warna : putih
- Bentuk : Padatan kristal putih
- Angle of Repose : 45°
- Titik lebur : 266-272 ℃
- Tidak larut dalam air

IV.3 Produk
IV.3.1 Zeolit ZSM-5
b) Sifat fisika
- Rumus Molekul : (0.9±0.2) H·Al2O3 ·(25–50)SiO2 ·2H2O
- Berat molekul : 6070 kg/kmol
- Fase : Padat
- Densitas : 2.120 kg/m3
- Warna : putih atau tidak berwarna
- Bentuk : Padatan berwarna putih, higroskopis
- Angle of Repose : 45°
- Titik leleh : 1600 ℃
- Tidak larut dalam air
BAB V DIAGRAM ALIR KUALITATIF
DAFTAR PUSTAKA

Chareonpanich, M., Namto, T., Kongkachuichay, P., & Limtrakul, J. (2004).


Synthesis of ZSM-5 zeolite from lignite fly ash and rice husk ash. Fuel
Processing Technology, 85(15), 1623–1634.
https://doi.org/10.1016/j.fuproc.2003.10.026
Costa, E., Uguina, M. A., de Lucas, A., & Blanes, J. (1987). Synthesis of ZSM-5
zeolites in the C2H5OHNa2OAl2O3SiO2H2O system. Journal of Catalysis,
107(2), 317–324. https://doi.org/10.1016/0021-9517(87)90298-3
J.M. Smith, H.C. Van Ness, M. M. A. (2005). Introduction To Chemical
Engineering Thermodynamics - 7Th Ed - Book - Smith, Van Ness &
Abbot.Pdf.
Penggunaan, O., Ash, F. L. Y., Bottom, D. A. N., Petra, U. K., & Sutikno, H.
(2018). PLTU SURALAYA DALAM PEMBUATAN PAVING BLOCK.
Perry, R. H. (2007). PERRY’s Chemical Engineering Handbook. Perrys’
Chemical Engineers’ Handbook, 21.
http://books.google.com/books?id=X1wIW9TrqXMC&pgis=1
Smith, J. M. (Joseph M., Van Ness, H. C. (Hendrick C. ., Abbott, M. M., &
Swihart, M. T. (Mark T. (2018). Phase Equilibrium : Introduction. In
Introduction to Chemical Engineering Thermodynamics.
Valeev, D., Mikhailova, A., & Atmadzhidi, A. (2018). Kinetics of iron extraction
from coal fly ash by hydrochloric acid leaching. Metals, 8(7), 1–9.
https://doi.org/10.3390/met8070533
Zhang, W., Rezaee, M., Bhagavatula, A., Li, Y., Groppo, J., & Honaker, R.
(2015). A review of the occurrence and promising recovery methods of rare
earth elements from coal and coal by-products. International Journal of Coal
Preparation and Utilization, 35(6), 295–330.
https://doi.org/10.1080/19392699.2015.1033097

Anda mungkin juga menyukai