Disusun oleh :
Deswita Putri
170140124
3.1.1 Permasalahan
Permasalahan dalam penyusunan dan penyelesaian tugas prarancangan
pabrik kimia ini adalah hanya pada neraca massa, neraca energi, pembuatan
flowsheet pada kondisi steady state, pemasangan alat kontrol, spesifikasi
peralatan, unit utilitas dan analisa ekonomi.
IV. Tinjauan Pustaka
4.1. Kapasitas Perancangan Pabrik
Untuk menentukan kapasitas produksi pabrik etanolamin yang
direncanakan harus mempertimbangkan hal-hal berikut:.
1. Kebutuhan Etanolamin di Indonesia
Data statistik yang diterbitkan Badan Pusat Statistik (BPS) dalam statistik
perdagangan Indonesia tentang kebutuhan etanolamin di Indonesia dari tahun ke
tahun cenderung stabil seperti terlihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Data Impor Etanolamin di Indonesia (BPS, 2019)
Tahun Kebutuhan Etanolamin
Produk Ton
2018 MEA 16604
DEA 23616
TEA 7499
2019 MEA 11756
DEA 26831
TEA 14566
2020 MEA 13351
DEA 24867
TEA 15046
2021 MEA 12214
DEA 21382
TEA 18300
Berdasarkan data tabel harga ∆Hfo di atas, didapatkan harga ∆Hfo 298
dengan persamaan 2-1 sebagai berikut
a. Sejarah
Ethanolamine pertama kali dibuat pada tahun 1860 oleh Wurtz dari
ethylene chlorohydrin dan larutan amonia. Pada abad ke 19 ditemukan metode
baru untuk memperoleh ethandolamine dengan mereaksikan etilen oksida dengan
amonia. Sebelum tahun tahun 1930 ethanolamine belum tersedia secara komersial,
namun berkembang sebagai produk intermediete yang penting setelah tahun 1945
karena adanya produksi etilen oksida secara besar-besaran. Pada akhir abad ke-19
campuran ethanolamine kemudian dipisahkan menjadi komponen mono-, di-, dan
tri-ethanolaminenya. Pemisahan ethanolamine tersebut dimaksudkan untuk
memenuhi permintaan pasar yang beragam akan jenis ethanolamine. Pemisahan
ethanolamine ke dalam bentuk mono-. di-, dan triethanolamine dilakukan dengan
menggunakan distilasi fraktional (Kirk& Othmer, 1991).
Tri-ethanolamine merupakan jenis ethanolamine yang umum digunakan
dalam industri kosmetik dan tekstil. Jenis ethanolamine yang lain seperti mono-
ethanolamine memiliki kegunaan sebagai campuran dalam industri deterjen,
menghilangkan karbon dioksida dan hidrogen sulfida di dalam industri oil dan gas
dan beberapa industri petrokimia, dan juga sebagai bahan baku pembuatan
ethyleneamines. Sedangkan Di-ethanolamine biasa digunakan sebagai absorbent
pada pembuatan deterjen, dan juga sebagai bahan baku pembuatan surfaktan (kent
and riegel, 2007).
Berkembangnya industri dunia menyebakan kebutuhan ethanolamine
dengan kemurnian tinggi semakin meningkat, pada tahun 2012 Indonesia
mengimpor ethanolamine sebanyak 15.000 ton ethanolamine untuk kebutuhan
industri di Indonesia dan mengalami peningkatan sebanyak 20 % setiap tahunya
(BPS, 2015). Besarnya kebutuhan industri Indonesia akan ethanolamine
menyebabkan dibutuhkannya pabrik Ethanolamine yang bisa menyuplai
kebutuhan ethanolamine baik di dalam negeri maupun dunia.
b. Kegunaan produk
Diethanolamine (N(C2H4OH)2) diproduksi secara bersama – sama dengan
monoethanolamine (N(C2H4OH)) dan triethanolamine (N(C2H4OH)3) komposisi
produk sangat bergantung pada kondisi operasi dari proses tersebut.
1. Diethanolamine
Diethanolamine memiliki beberapa manfaat diantaranya :
a. Agricultural Chemical
Diethanolamine digunakan sebagai building block dalam agrochemical
(Glyphosphate). Diethanolamine mulai digunakan dalam agrochemical
pada tahun 1996, sebagai pembentuk bahan intermediet yang
digunakan dalam proses pembuatan glyposphate yaitu Iminodiacetic
Acid (IDA), dengan melalui proses dehidrogenasi diethanolamine
dengan Copper sebagai katalis.
b. Corrosion inhibitor
Diethanolamine merupakan komponen yang terpenting dalam
pencegahan korosi, selain itu juga sebagai pendingin untuk mesin
mobil, dan sebagai zat adiktif dalam oli.
c. Detergents
Dietahanolamine direaksikan dengan fatty acid menghasilkan surfaktan
non-ionik yang digunakan sebagai bahan foam boosting dan dalam
campuran bahan surfaktan lain, yang berguna sebagai cairan pencuci
piring, pembuatan sampo, detergent.
d. Bahan perekat
DEA dan TEA digunakan pada bahan perekat phenol formaldehyde
untuk memperkuat ikatan, stabilitas dalam penyimpanan.
e. Sweetening gas
Sweet gas yaitu gas alam yang tidak mengandung atau relative kecil
mengandung impurities dan gas-gas kontaminan seperti H2S dan CO2.
Sehingga gas alam harus mengalami treatment sebelum digunakan
untuk menghilangkan kontaminan yang terkandung didalamnya.
Kontaminan itu merupakan karbon dioksida dan asam sulfida, dimana
karbondioksida dalam gas bumi dapat menurunkan nilai panas
campuran gas tersebut, karena karbondioksida tidak memiliki
kandungan energi. Selain itu, dengan adanya air, karbondioksida akan
berubah menjadi asam karbonat yang dapat menimbulkan korosi
peralatan. Pada gas bumi dalam jaringan pipa transmisi dan distribusi,
kandungan CO2 dibatasi sekitar 2%. Gas bumi sering kali mengandung
senyawa sulfur yang dapat berbentuk asam sulfida, merkaptan,
carbonil sufida, dan disulfida. Asam sulfida maupun produk
pembakarannya, SO2 dan SO3, merupakan gas beracun. Fluida yang
mengandung air dan asam sulfida dapat membentuk asam sulfat yang
bersifat korosif. Bisa juga terbentuk besi sulfida yang bersifat katodik
terhadap besi dan dapat menyebabkan tingkat korosi yang berat.
Kandungan asam sulfida sebaiknya tidak melebihi 0,25 grain per 100
ft3 gas. Salah satu pelarut yang digunakan dalam menghilangkan
kontaminan tersebut adalah DEA. DEA bereaksi dengan karbon
dioksida dan hidrogen sulfida pada temperatur kamar.
f. Diethanolamine membentuk morpholine dengan cyclization asam
sulfat.
2. Monoethanolamine
MEA digunakan dalam penyerapan gas karbon dioksida, pembuatan
detergen karena dapat memberikan efek pembalikan alkalinitas,
menetralisir asam lemak, sebagai bahan anti berkarat pada besi atau logam,
serta dipakai dalam industri tekstil.
3. Triethanolamine
TEA digunakan dalam campuran tinta serta pada kemurnian yang tinggi
digunakan dalam tinta monograf standar Amerika, industri kosmetik,
pertanian, perawatan logam.
dengan suhu 30oC dan tekanan 3 atm. Sebelum masuk reaktor bahan
baku etilen oksida dialirkan dengan menggunakan pompa (L-101)
menuju heat exchanger (E-103) yang berbentuk double pipe untuk
pada fase gas-gas pada suhu (52-55)oC dan tekanan 3 atm. Reaksi bersifat
eksotermis dan irreversible maka dari itu digunakan jenis reaktor alir pipa
atau plug flow reactor (PFR). Produk keluar reaktor dengan suhu 55oC
dan tekanan 3 atm dan kondisi overall konversi produk mencapai 99%.
Produk keluar reaktor berupa cairan (campuran monoetanolamin,
dietanolamin, trietanolamin, air) dan uap sisa bahan baku bahan baku
(amoniak dan etilen oksida) sisa reaksi dengan suhu 58oC tekanan 3 atm.
Sebelum masuk ke menara distilasi, campuran tersebut akan dipisahkan
antara bahan baku dengan produknya. Setelah campuran keluar dari
reaktor, campuran akan otomatis mengalir terlebih dahulu menuju
expansion valve (G-102) untuk diturunkan tekanannya dari 3 atm
menjadi 1 atm. Kemudian proses selanjutnya menuju stripper (H-
201) untuk dipisahkan antara produk (monoetanolamin,
dietanolamin,trietanolamin) dan bahan baku (amoniak, etilen oksida) sisa
reaksi dalam reaktor dengan bantuan steam. Kondisi operasi stripper
f. Lokasi Pabrik
Lokasi yang dipilih untuk pendirian pabrik melamin ini adalah daerah
Batuphat, Lhokseumawe. Pemilihan lokasi ini berdasarkan pada beberapa faktor :
1. Penyediaan bahan baku
Bahan baku pembuatan Ethanolamine adalah Ammonia yang
kebutuhannya didapat dari PT. Pupuk Iskandar Muda yang berada di daerah
Batuphat, Lhokseumawe.
2. Penyediaan bahan bakar dan energi
Daerah Lhokseumawe merupakan kawasan Industri sehingga penyediaan
bahan bakar dan energi dapat dipenuhi dengan baik.
3. Penyediaan Air
Kebutuhan air untuk proses produksi dapat diperoleh dari sumber air
Sungai disebelah PT. PIM.
4. Transportasi
Sarana transportasi darat di daerah Lhokseumawe sangat memadai karena
tersedianya jalan raya. Disamping itu dekat dengan pelabuhan laut untuk
keperluan transportasi laut.
5. Tenaga kerja
Kawasan Lhokseumawe dekat dengan lembaga pendidikan formal
sehingga memiliki potensi tenaga ahli maupun non ahli baik dari segi kualitas
maupun kuantitas.
6. Karakterisasi lokasi
Daerah Lhokseumawe merupakan kawasan industri sehingga untuk
pendirian suatu pabrik akan lebih mudah.
g. Sifat Fisis dan Kimia Bahan Baku dan Produk
a. Sifat fisis dan kimia bahan baku
Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan ethanolamine adalah
ammonia dan etilen oksida. Sifat- sifat fisika dan kimia dari bahan baku tersebut
dapat dilihat sebagai berikut :
A. Amonia sebagai reactant
Sifat Kimia :
• Bahaya Utama : Kaustik, korosif, beracun
• Mengalami reaksi amonisasi, misalnya pada senyawa halogen
NH3 + HX → NH, +X
• Amonia mengalami disosiasi mulai pertama kali pada 400-500 °C, pada
tekanan 1 atm
• Oksidasi pada suhu yang tinggi dari NH3 akan menghasilkan
N2 + H2O
B. Etilen Oksida
Sifat Kimia
Etilen oksida adalah senyawa yang reaktif. Biasanya, reaksi dimulai dari
terbakamya struktur cincin dan umumnya bersifat eksothermis.
Suatu ledakan dapat terjadi jika etilen oksida dalam bentuk uap mendapatkan
pemanasan yang berlebihan.
Dapat mengalami reaksi dekomposisi, adisi, isomerisasi., dan resuksi.
C. Triethanolamine (TEA)
h. Flowsheet Etanolamin
i. Kesimpulan dan Saran