Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PROSES INDUSTRI OLEO DAN PETROKIMIA


INDUSTRI METANOL DAN MTBE

Disusun oleh:
Adellia Mustofa 2007134756
Agustina Dumaria 2007134760

Dosen pengampu:
Drs. Irdoni, HS., MS.

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2022
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Metanol merupakan salah satu produk industri petrokimia yang dihasilkan
melalui jalur metana. Senyawa ini memiliki banyak kegunaan dalam berbagai bidang,
terutama dalam bidang energi dan industri. Metanol dapat digunakan sebagai campuran
bensin, sebagai solvent dan dapat digunakan dalam produksi senyawa kimia lain seperti
asam asetat, metil asetat, formaldehid, metilamina, MTBE dan banyak senyawa turunan
lainnya yang memiliki kegunaan masing-masing.
Methyl Tert-Butyl Ether (MTBE) merupakan salah satu hasil produksi dari
metanol. Senyawa ini dapat digunakan sebagai zat adiktif dalam pembuatan bahan bakar
minyak, sebagai antiketuk dan zat aditif. Selain itu, MTBE juga berguna untuk gasoline
blending.
Produksi metanol di dunia selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Menurut Dalena dkk (2018), pada tahun 2016, konsumsi global metanol telah mencapai
92 juta ton per tahun. Adapun di Indonesia, permintaan metanol pada tahun 2021 di
prediksi mencapai 871 ribu ton (Kementerian Perindustrian, 2020). Dikarenakan jumlah
permintaan yang besar dari tahun ke tahun, jumlah impor metanol di Indonesia pada
tahun 2019 mengalami peningkatan hingga 774 ribu ton per tahun (BPS, 2019).
Untuk memenuhi kebutuhan metanol yang semakin meningkat, telah banyak
teknologi yang dikembangkan untuk memproduksi metanol dari berbagai sumber.
Metanol dapat diproduksi dari bahan-bahan yang mengandung karbon, seperti gas alam,
batu-bara dan biomassa, sehingga proses produksinya pun bervariasi tergantung bahan
yang digunakan. Pemahaman terhadap sifat-sifat metanol dan metode sintesis metanol
merupakan hal yang menjadi dasar dalam perkembangan industri metanol.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah:
1. Bagaimana sifat fisika dan kimia metanol
2. Mengetahui kebutuhan metanol di Indonesia
3. Bagaimana metode sintesis metanol
4. Bagaimana proses produksi metanol dalam industri
5. Bagaimana sifat fisika dan kimia MTBE
6. Mengetahui kebutuhan MTBE di Indonesia
7. Bagaimana metode sintesis MTBE
8. Bagaimana proses produksi MTBE dalam industri

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Mengetahui sifat fisik dan kimia metanol
2. Mengetahui kebutuhan metanol di Indonesia
3. Mengetahui metode sintesis metanol
4. Mengetahui proses produksi metanol dalam industri
5. Mengetahui sifat fisik dan kimia MTBE
6. Mengetahui kebutuhan MTBE di Indonesia
7. Mengetahui metode sintesis MTBE
8. Mengetahui proses produksi MTBE dalam industri
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Metanol
2.1.1 Sifat fisik dan kimia metanol
Metanol atau metil alkohol merupakan senyawa alkohol paling sederhana
dengan rumus kimia CH 3 OH . Molekulnya memiliki struktur tetrahedral pada gugus
metil dan struktur bengkok pada gugus hidroksilnya. Senyawa ini memiliki berat molekul
32,043 g/mol dan berwujud cair pada temperatur ruang dan tekanan atmosferis. Metanol
memiliki titik didih 64,7C, bersifat ringan, mudah menguap dan mudah terbakar.
Sebagai senyawa alkohol, metanol bereaksi melalui pemutusan ikatan C-O atau O-H yang
dikarakterisasi dengan penggantian gugus -H atau -OH.

Gambar 2. 1 Struktur kimia Metanol


Metanol sangat larut dalam air, senyawa alkohol lain, ester, keton, eter dan
sebagian besar pelarut organik lainnya. Karena merupakan senyawa polar, metanol dapat
membentuk azeotrop dengan banyak senyawa. Senyawa ini memiliki afinitas yang baik
untuk senyawa karbon dioksida dan hidrogen sulfida. Menurut Othmer (1998), sifat-sifat
fisik metanol adalah sebagai berikut.
Titik beku : -97,8C
Titik didih (pada 760 mmHg) : 64,7C
Densitas (pada 760 mmHg) : 0,782 g/ml
Indeks bias (pada 20C) : 1,3287
Viskositas (pada 30C) : 0,5142 cP
Temperatur kritis : 240C
Tekanan kritis : 78,5 atm
Panas spesifik cairan (pada 25-30C) : 0,605-0,609 kal/g
Panas spesifik uap (pada 100-200C) : 12,2-14,04 kal/g
Panas penguapan (pada 64,7C) : 8430 kal/mol
Kelarutan dalam air : miscible

Reaksi kimia senyawa metanol adalah sebagai berikut.


1. Reaksi dehidrogenasi dengan katalis Mo atau Ag menghasilkan formaldehid.
CH 3 OH⃗
Mo , Ag CH 2 O+ H 2 2. 3
2. Reaksi karbonilasi metanol dengan katalis homogen Rh atau Co menghasilkan
asam asetat.
CH 3 OH +CO ⟶ CH 3 COOH
2. 3
3. Produksi Metil Tertiary Butil Eter (MTBE) dari reaksi metanol dengan
isobutilena pada fasa cair dengan katalis asam.
CH 3 OH +CH 2 =C ( CH 3 )2 → CH 3 OC ( CH 3 )3 2. 3
4. Dehidrasi metanol dengan katalis asam menghasilkan dimetil eter dan air.
CH 3 OH⃗
H 2 SO 4 CH 3 H SO 4 + H 2 O 2. 3
CH 3 OH +CH 3 HSO 4 → CH 3 OCH 3 + H 2 SO 4
2. 3
Metanol memiliki berbagai aplikasi dalam industri. Kegunaan utama metanol
adalah dalam pembuatan formaldehid dengan konsumsi 40% dari total metanol di seluruh
dunia. Peningkatan kebutuhan bensin juga meningkatkan penggunaan metanol sebagai
bahan pembuatan MTBE. Selain itu, metanol banyak digunakan dalam produksi asam
asetat dan produksi solvent (Othmer, 1998).

2.1.2 Kebutuhan metanol di Indonesia


Pada saat ini, metanol di Indonesia baru diproduksi oleh satu produsen metanol
yang berlokasi di Kalimantan Timur, yaitu PT. Kaltim Metanol Industri dengan kapasitas
produksi sebesar 330.000 ton per tahun, sementara berdasarkan siaran pers Kemenperin
Indonesia (2018), kebutuhan metanol di Indonesia pada tahun 2021 diprediksi mencapai
871.000 ton. Oleh karena itu, Indonesia masih mengimpor pasokan metanol dari negara
lain
Tabel 2. 1 Kebutuhan metanol di Indonesia
Tahun Kebutuhan Impor Metanol (ton/tahun)
2013 341.455,237
2014 557.361,725
2015 219.413,820
2016 436.987,818
2017 350.026,050
(Sumber: Biro Pusat Statistik, 2018)
Berdasarkan hal tersebut, maka diperlukan usaha untuk meningkatkan produksi
metanol di Indonesia, sehingga kebutuhan akan metanol terpenuhi dan jumlah import
metanol dapat berkurang. Ini dilakukan dengan membuat terobosan-terobosan baru dalam
mengembangkan metode produksi metanol yang lebih efektif dan efisien. Untuk
merancang suatu proses produksi metanol, diperlukan pemahaman mendasar mengenai
teori sintesis senyawa metanol itu sendiri.

2.1.3 Metode sintesis metanol


Sebelum berkembang dalam era industri modern, metanol dikenal dengan
sebutan ‘wood spirit’, karena dibuat dengan cara memanaskan kayu pada kondisi aerobik.
Kayu yang telah dipanaskan menghasilkan ekstrak yang mengandung metanol dan
banyak pengotor lainnya. Proses sintesis metanol kemudian berkembang pada tahun 1660
oleh seorang ilmuan Bernama Sir Robert Boyle yang melakukan pemurnian pada ekstrak
campuran metanol dengan mereaksikan hasil ekstraksi dengan suspensi cair senyawa
CaOH (Elvers, 1991).
Pada tahun 1800-an molekul metanol mulai dikenal dalam ilmu kimia. Sejak
saat itu, metode sintesis metanol terus berkembang. Metode baru sintesis metanol
ditemukan oleh ilmuan bernama Paul Sabatier yang menemukan bahwa metanol dapat
disintesis dengan reaksi hidrogenasi gas karbon monoksida (CO) dengan katalis berbasis
nikel. Pada tahun 1923, metode baru ditemukan oleh sebuah perusahaan jerman. Metode
tersebut adalah hidrogenasi gas CO dengan katalis metal pada tekanan tinggi atau dikenal
dengan BASF Process. Metode ini kemudian digunakan terus menerus hingga lebih dari
45 tahun sejak saat itu (Dalena dkk, 2018).
Beberapa tahun kemudian, mulai dikembangkan teknologi untuk mengurangi
level tekanan dan temperatur dalam proses sintesis metanol. Hal ini bertujuan untuk
meningkatkan nilai ekonomis. Pada tahun 1966, ditemukanlah metode baru sintesis
metanol dengan steam methane reforming, yaitu dengan mereaksikan gas metana dengan
uap air sehingga dihasilkan campuran syngas ( H 2 ,CO dan CO2) yang kemudian
dikonversi menjadi metanol oleh gas H 2. Metode ini berhasil mengurangi temperatur dan
tekanan hingga 300C dan 100 bar. Kemajuan sintesis metanol ini dikembangkan oleh
Imperial Chemical Industries (ICI) sehingga dikenal dengan ICI proses (Bozzano dan
Maneti, 2016).
Dapat disimpulkan bahwa berdasarkan bahan dasarnya, metanol dapat disintesis
dengan dua cara, yaitu via syngas dan via non-syngas. Perbedaan antara kedua proses
tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2. 2 Metode sintesis metanol
Bahan Reaksi Katalis
Reaksi satu tahap
CO+ 2 H 2 ⇌ CH 3 OH CU/ZnO
CO+ 3 H 2 ↦⇌ CH 3 OH + H 2 O
Syngas
Reaksi dua tahap
CH 3 OH +CO ⇌ HCOOCH 3 Potasium metoksida/Cu
HCOOCH 3 +2 H 2 ⇌2 CH 3 OH
Oksidasi langsung
1 Metal oksida
Metana CH 4 + O2 ⇌CH 3 OH
2
Bioproses Enzim

2.1.4 Proses produksi methanol dalam industri


 Flow chart
Dalam industri, produksi metanol dilakukan dengan menggunakan syngas.
Metode ini banyak digunakan karena lebih ekonomis dan ramah lingkungan. Pada proses
ini, umpan yang digunakan berupa gas alam dimasukkan ke dalam steam reformer
sehingga dihasilkan syngas yang kemudian dikonversi menjadi metanol (Alarifi dkk,
2015).

Gambar 2. 2 Flow chart produksi metanol via syngas (Alarifi dkk, 2015)
 Deskripsi Proses
Proses produksi metanol diawali dengan desulfurisasi gas alam. Gas alam yang
telah dihilangkan sulfurnya kemudian diumpankan ke dalam steam reformer untuk
menghasilkan syngas. Di dalam steam reformer, terjadi dua reaksi secara bersamaan,
yaitu reaksi pembentukan syngas (2.6) dan reaksi water gas shifting (2.7) sebagai berikut.
CH 4 + H 2 O→ CO+3 H 2 2. 3
CO+ H 2 O →CO 2+ H 2 2. 3
Syngas yang dihasilkan dari reformer kemudian dikompres hingga tekanan 50-100 atm
dan dipanaskan melalui heat exchanger hingga temperatur 200-250C untuk menyiapkan
syngas dalam reaksi sintesis metanol.
Reaksi sintesis metanol dilakukan dengan ICI process dengan menggunakan
sistem reaktor quench pada tekanan rendah. Menurut Alarifi dkk (2015), reaksi dilakukan
dengan menggunakan katalis teraktivasi (Cu−ZnO / Al 2 O3 ) dan beroperasi pada tekanan
10 Mpa dan temperatur 200-300C. Reaksi yang terjadi di dalam reactor quench adalah
sebagai berikut.
CO+ 2 H 2 ⇌ CH 3 OH
CO 2+3 H 2 ⇌CH 3 OH + H 2 O
CO 2+ H 2 ⇌ CO + H 2 O
Efluen dari reaktor didinginkan dengan pertukaran panas dengan aliran fresh syngas,
kemudian pemisahan antara syngas yang tidak bereaksi dengan metanol dilakukan di
dalam vessel bertekanan. Syngas yang tidak bereaksi kemudian diumpankan kembali ke
dalam steam reformer melalui kompresor. Produk pemisahan berupa metanol dan air
kemudian dimasukkan ke dalam tangki penyimpanan.
Crude metanol yang dari reaktor kemudian dimurnikan dengan kolom destilasi.
Untuk mendapatkan metanol kelas A (kemurnian 99,85%), diperlukan dua kolom
destilasi. Kolom pertama beroperasi pada tekanan tinggi dan berfungsi untuk
menghilangkan pengotor berupa syngas dan senyawa hidrokarbon dari campuran metanol
dan air. Syngas yang telah dipisahkan kemudian diumpankan kembali ke dalam steam
reformer melalui kompresor. Campuran metanol dan air yang telah dipisahkan kemudian
diumpankan ke dalam kolom kedua yang berfungsi untuk memisahkan metanol dari air
pada tekanan atmosfer.

2.2 MTBE
2.2.1 Sifat fisik dan kimia MTBE
Metil tersier butil eter (MTBE) merupakan senyawa volatil sintesa yang telah
digunakan sejak tahun 1980 sebagai komponen bahan bakar bensin. MTBE merupakan
senyawa eter yang terdiri dari gugus metil dan butil tersier dengan rumus molekul
C 5 H 12 O . MTBE digunakan sebagai peningkat bilangan oktan karena angka oktan yang
dimiliki oleh MTBE cukup tinggi yaitu 116-118 Research Octane Number (RON)
(Taniguchi & Johnson, 1979), MTBE dalam komposisi RON 115-135 (Hamid &
Ali,1995). Penggunaan MTBE membuat produksi bahan bakar menjadi lebih efektif
dengan menghasilkan keluaran bahan bakar menjadi 2,6-4% tanpa meningkatkan volume
minyak mentah yang diproses (Norieko, 1980). Senyawa aromatik dan kadar olefin
rendah dapat mengurangi nilai campuran bilangan oktan dari MTBE (Unzelman,1989).

Gambar 2. 3 Struktur kimia MTBE


MTBE memiliki berat jenis sebesar 0,7405 setara dengan bensin yang berkisar
pada 0,72-0,76 (Dartnell & K, 1978). Tekanan uap reid dari MTBE berkisar antara 4,7
hingga 4,8 psi (Hamid & Ali, 1995) sangat cocok untuk bensin di Indonesia yang berkisar
antara 7-9 psi. berarti konsentrasi tertentu dari MTBE diperlukan guna meningkatkan
bilangan oktan campuran bahan bakar yang mana tergantung dari properti atau sifat dari
MTBE. Berikut adalah sifat-sifat MTBE.
Berat molekul : 88,15
Rasio C terhadap H :5
Densitas pada 25C ( gram/cm 3) : 0,7352
Tekanan uap Reid pada 25C (psi) : 4,7
Titik didih pada 1 atm (C) : 55
Titik beku pada 1 atm (C) : -108,6
Kelarutan MTBE dalam air pada 25C (%massa) :5
Viskositas pada 25C (cP) : 0,34
Panas spesifik (Kj/mol) : 0,188
Panas laten dari penguapan (Kj/mol) : 30,271
Panas pembentukan pada 25C (Kj/mol) : 21
Kapasitas panas pada 25C (Kj/mol) : 0,224

2.2.2 Kebutuhan MTBE di Indonesia


Kebutuhan MTBE di Indonesia masih banyak yang diimpor dari negara seperti
Amerika, Cina, Korea dan Jerman. Untuk menambah pendapatan negara perlu didirikan
pabrik MTBE, karena selain mengurangi jumlah impor, juga dapat memungkinkan
peluang untuk ekspor ke negara lain.
Prospek dari Metil Tertiary Butil Eter (MTBE) didasarkan pada data dari
Mordor Intelligence (2019), Indonesia masuk ke dalam salah satu golongan negara
dengan pertumbuhan pasar MTBE yang tinggi. Hal ini juga didukung dengan data
statistik yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik untuk Indonesia saja hingga 2019 telah
tercatat kebutuhan MTBE yang telah diimpor sebesar 18.498.176 kg/tahun. Untuk
mencukupi kebutuhan akan MTBE tersebut selama ini Indonesia selalu mengimpor bahan
tersebut dari negara lain seperti China. Disamping itu menurut Mordor Intelligence
(2019) berdasarkan analisis statistiknya pertumbuhan MTBE dunia akan terus meningkat
hingga 6% pada tahun 2024.
Permintaan yang cukup besar dan terus meningkat ini, tidak seiring dengan
jumlah perusahaan MTBE yang telah berdiri serta kapasitas dari setiap pabrik tersebut
untuk mencukupi kebutuhan MTBE dari seluruh dunia. Hal ini akan membuka peluang
besar bahwa MTBE yang dihasilkan oleh perusahaan ini dapat ikut berkontribusi sebagai
produsen guna untuk menyuplai kebutuhan MTBE di Indonesia serta di pasar dunia.
Tabel 2. 3 Data MTBE yang dikonsumsi dari tahun 2018-2022
Volume MTBE yang
Tahun ditambahkan (10%) Massa MTBE (ton)
(jutaliter)
2018 1.263 929.047
2019 1.274 936.679
2020 1.284 944.540
2021 1.295 952.287
2022 1.305 960.344
(sumber: Biro Pusat Statistik, 2018)
Jika pembuatan pabrik direncanakan pada tahun 2018 dan akan selesai pada
tahun 2022, maka tabel diatas didapatkan data konsumsi MTBE pada tahun 2022 adalah
960.344 ton. Rencana pendirian pabrik MTBE ini akan menutupi 30% kebutuhan
konsumsi di Indonesia yaitu berkisar 300.000 ton. Jadi kapasitas yang digunakan untuk
pendirian pabrik MTBE adalah 300.000 ton per tahun.

2.2.3 Metode sintesis MTBE


MTBE disintesis dengan mereaksikan isobutilena dengan metanol dengan
tahapan sebagai berikut:
1. Isomerasi butana
2. Dehidrogenasi butana

3. Pembentukan MTBE

2.2.4 Proses produksi MTBE dalam industri


 Flow chart

Gambar 2. 4 Flow chart produksi MTBE

 Deskripsi Proses
Aliran umpan dan aliran sisa
 Stream 1: metanol – disimpan dalam cairan dalam tekanan reaksi yang
diinginkan
 Stream 2: aliran butana campuran – 23%isobutana, 20%1-butana, 57%2-butana
 Stream 8: produk MTBE – harus 95 wt% murni
 Stream 11: air – lihat daftar utilitas untuk informasi lebih lanjut
 Stream 12: butana sisa – kembali ke refinery – mengandung 1-butana dan 2-
butana dengan impurities kurang dari 1%
 Stream 16: air buangan – harus disimpan – harus mengandung 99 wt% air

 Feed methanol dan campuran butilena dipompakan dan dipanaskan


 Reactor beroperasi pada tekanan 30 bar untuk memastikan reaksi terjadi dalam
fasa liquid
 Temperature reactor biasanya dijaga agar tetap 90C untuk memperoleh kondisi
setimbang yang diinginkan
 Efluen reactor di destilasi dengan MTBE sebagai bottom produk
 Methanol di recovery dari campuran butilena dalam scruber
 Methanol dari scruber dipisahkan dari air dengan destilasi
 Butena yang tidak bereaksi kemudian dikirimkan Kembali ke refinery untuk di
proses lebih lanjut
 Dari proses ini dihasilkan 94 mol% MTBE
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Metanol atau metil alkohol merupakan senyawa alkohol paling sederhana yang
berwujud cairan tidak berwarna dengan berat molekul 32,04 dan titik didih
64,7C. Senyawa ini bersifat ringan, mudah menguap, mudah terbakar dan
sangat larut dalam air. Metanol dapat bereaksi menghasilkan senyawa yang
lebih kompleks, seperti formaldehid, asam asetat, MTBE, dimetil eter dan
senyawa lainnya yang memiliki kegunaan masing-masing.
2. Kebutuhan metanol di Indonesia terus mengalami peningkatan, sementara saat
ini baru ada satu produsen metanol di Indonesia, yaitu PT. Kaltim Metanol
Industri dengan kapasitas produksi sebesar 330.00 ton per tahun. Oleh karena
itu, diperlukan usaha untuk meningkatkan produksi metanol di Indonesia
dengan cara membuat terobosan-terobosan baru dalam mengembangkan metode
produksi metanol yang lebih efektif dan efisien.
3. Metode sintesis metanol terbagi menjadi dua cara, yaitu metode syngas dan
metode non-syngas. Metode syngas merupakan metode yang banyak digunakan
dalam industri karena lebih ekonomis dan ramah lingkungan.
4. Proses produksi metanol via syngas dilakukan dengan empat tahapan utama,
yaitu desulfurisasi syngas, steam reforming, sintesis metanol dan destilasi
metanol.

3.2 Saran
Masih banyak metode-metode lain yang dapat digunakan dalam produksi
metanol dan MTBE. Oleh karena itu, diharapkan pembaca mencari tahu lebih dalam lagi
mengenai metode-metode lain yang dapat digunakan untuk sintesis metanol dan MTBE
sehingga dapat membandingkan antara satu metode dengan yang lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Alarifi, A., Alsobhi, S., Elkamel, A., & Croiset, E. 2015. Multiobjective optimization of
methanol synthesis loop from synthesis gas via a multibed adiabatic reactor with
additional interstage CO 2 Quenching. Energy and Fuels, 29(2), 530-537.
Bozzano,G., & Maneti, F. 2016. Efficient Methanol Synthesis Perspectives, Techonolgies
and Optimization Strategies. Prog. Energy Combust. Sci., 56, 71-105.
BPS. 2013. Kebutuhan Metanol di Indonesia. 1-11.
Dalena, F., Senatore, A., Marino, A., Gordano, A., Basile, M., & Basile, A. 2018.
Methanol Production and Applications: An Overview. In Methanol: Science and
Engineering. Elsevier B. V.
Elvers, B. 1991. Ullmann’s encyclopedia of industrial chemistry. Verlag Chemie.
Kementrian Perindustrian. 2014. Profil Industri Petrokimia Hulu. 25.
Othmer, K. 1998. Encyclopedia of Chemical Technology. New York: John Wiley & Sons.

Anda mungkin juga menyukai