Kelompok 9 RA :
2021
BAB I
PENDAHULUAN
Dimetil eter (DME) atau dikenal juga sebagai methyl ether atau wood ether
mempunyai rumus molekul CH₃OCH₃ dan berat molekul 46,07 g/mol (Perry’s,
1984). DME merupakan senyawa ether yang paling sederhana, berbentuk gas
yang tidak berwarna dan larut dalam air maupun minyak, tidak bersifat
karsinogenik dan tidak beracun.
Dimetil eter dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar sektor rumah tangga dan
industri, bahan bakar pembangkit listrik, bahan baku untuk produk kimia serta
bahan bakar transportasi karena memiliki angka cetan yang tinggi (Japan DME
Association). Oleh karena DME merupakan senyawa yang tidak beracun maka
dapat juga digunakan sebagai aerosol propellant oleh industri kosmetik dan
kesehatan.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Indonesia dari tahun 2012 hingga 2016
kebutuhan impor mengalami peningkatan sebesar 0,069%. Sehingga Indonesia
masih mengimpor dimetil eter dari negara lain seperti Jepang, China, dan
sebagian negara di Eropa untuk memenuhi kebutuhan industri dalam negeri.
1.2 Tujuan
Tujuan dari simulasi proses prarancangan pabrik dimetil eter dari methanol
murni ini adalah untuk mendapathan hasil produk hasil dengan kapasitas 50.000
ton/tahun, dan juga untuk mendapatkan hasil air sebagai produk samping dari
prarancangan pabrik dimetil eter, mendapatkan kemurnian DME 99,99% dengan
fasa liquid dengan temperature 20⁰ C, dan methanol yang terkonversi sebesar
97,4 %.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Metanol
DME adalah bahan bakar multi-source (dapat diproduksi dari banyak sumber),
diantaranya dari gas alam, fuel oil, batubara, dan biomassa. Secara tradisional,
produksi DME melalui dua tahapan proses yaitu sintesis methanol (bisa diperoleh
dari konversi biomass atau reaksi gas karbon monoksida dengan hidrogen),
kemudian dua molekul metanol mengalami proses penarikan molekul air
(dehidrasi) menghasilkan satu molekul DME.
Dimethyl ether secara struktur kimiawi merupakan senyawa ether yang paling
sederhana. Pada mulanya dimethyl ether ini merupakan produk samping dari
sintesis metanol pada tekanan tinggi yaitu sekitar 40 bar. Akan tetapi, dengan
adanya pengembangan proses sintesis metanol dari tekanan tinggi yang beralih ke
tekanan rendah, maka dimulailah penelitian-penelitian untuk memproduksi
dimethyl ether ini. Salah satu kelebihan yang dimiliki dimethyl ether adalah
kemampuannnya untuk dapat diperbarui karena gas sintesis yang memiliki
penyusun karbon monoksida (CO) sebagai salah satu senyawa penyusun gas
sintesis dapat diproduksi dari senyawa biomassa, selain dari gas alam. Selain itu,
gas karbon monoksida dapat juga diproduksi dari proses gasifikasi batu bara
dengan karbon dioksida. Konversi metana dalam gas alam menjadi gas sintesis
(synthesis gas = syngas) sudah lazim dilaksanakan di industri.
saat ini DME dapat diproduksi dengan dengan dua macam proses, yaitu
methanol dehydration process dan direct synthesis process. Methanol dehydration
process atau proses dehidrasi metanol merupakan proses pembuatan DME yang
paling umum dan banyak dipakai oleh metanol saat ini. Pembuatan DME dengan
proses dehidrasi metanol sendiri terbagi menjadi dua macam, yaitu dehidrasi
metanol dengan katalis asam sulfat dan proses dehidrasi metanol dengan katalis
silica alumina.
Direct synthesis process atau yang dikenal sebagai proses langsung
merupakan proses pembentukan dimethyl ether (DME) langsung dari gas alam
tanpa melalui proses dehidrasi methanol. Gas alam diubah menjadi syn-gas
bersama O2 dan produk samping CO2 di dalam reaktor ATR (Auto Thermal
Reforming). Kemudian syn-gas dikompresi sebelum diumpankan ke dalam reaktor
DME. Sintesis metanol dari syngas dan dehidrasi metanol pada direct synthesis
process berlangsung di dalam reaktor yang sama.
DME dan hasil produk samping kemudian dipisahkan dari gas-gas sisa yang
tidak bereaksi. DME dan produk samping kemudian dipisahkan lebih lanjut
melalui unit distilasi. CO2 hasil pemisahan kemudian direcycle ke dalam ATR
reactor untuk selanjutnya diubah menjadi syn-gas. Proses direct synthesis
merupakan proses yang ekonomis dan pengembang proses ini adalah JFE Direct
DME Synthesis.
Pada mulanya dimetil eter ini merupakan produk samping dari sintesis
metanol yang bertekanan tinggi. Akan tetapi, dengan adanya pengembangan
proses sintesis metanol maka dimulailah penelitian-penelitian untuk memproduksi
dimetil eter ini. Terdapat 2 proses sintesa DME yaitu:
- Direct process
Sintesa DME dengan direct process disebut juga metode Senderens karena
ditemukan oleh Senderens pada tahun 1998.
Konversi yang diperoleh dari reaksi ini sebesar 80%. Pada reaksi ini tidak ada
reaksi samping dan reaksi yang terjadi adalah reversible.
Keuntungan :
- Prosesnya sangat sederhana, peralatan yang dipergunakan sedikit.
Kerugian :
- Suhu operasi reaktor tinggi
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
Proses pembuatan DME secara umum terbagi menjadi dua, yaitu Methanol
Dehydration Process dan Direct Synthesis Process. Dalam perancangan pabrik
DME ini proses yang dipilih adalah metode dehidrasi metanol dengan katalis
silika alumina. Alasan utama memilih metode ini karena merupakan proses
pembuatan DME yang ekonomis dengan bahan baku yang melimpah dan
memiliki konversi yang besar serta tidak memerlukan proses yang panjang.
CH3OH CO2 + H2
+H2SO4
4 Jenis reaktor Fixed- CSTR Slurry-phase
bed reactor, Fixed-
reactor bed reactor
5 Konversi 80 % 45 % 90 %
CH3OH
6 Kondisi 250-370 oC 125-140 oC ; 2 260 oC ; 30-50
operasi ; 11-15 atm atm atm
7 Produk Air H2SO4 CO2
samping
Alat-alat proses pada pabrik DME ini dipasang sistem kontrol untuk
mengendalikan kondisi operasi agar sesuai dengan yang ditetapkan. Sistem
kontrol yang digunakan dalam alat-alat proses pabrik DME ini dapat dilihat pada
Tabel 2.4 sebagai berikut.
Tabel 3.2 Sistem kontrol yang digunakan dalam alat-alat proses pabrik DME.
dari flowsheet dapat kita lihat bahwa dari T-01 dialirkan methanol murni dengan
tekanan 1 atm dan temperatur 30ºC kemudian di alirkan ke mixer menggunakan
pompa dengan tekanan 2 atm dan temperatur tetap 30ºC, kemudian keluaran dari
mixer terjadi kenaikan temperatur menjadi 43ºC dan tekanan tetap 2 atm. setelah
dari mixer dialirkan menuju V-01 untuk di uapkan, kemudian keluaran dari V-01
dihasilkan temperatur menjadi 100 ºC dengan tekanan sama 2 atm. Setelah
diuapkan keudian dialirkan menuju kompresor untuk menaikkan tekanan menjadi
13 atm, dan dalam proses ini terjadi juga kenaikan suhu karena prinsip gas ideal,
dimana semakin tinggi tekanan maka temperatur juga akan semakin tinggi
(berbanding lurus). Dihasilkan suhu keluaran kompresor sebesar 267 ºC. Stelah
dari kompresor metanol murni dengan fasa gas dimasukkan ke rplug reaktor, hasil
dari rplug reaktor dihasilkan temperatur sebesar 350 ºC dengan tekanan tetap 13
atm. Keluaran hasil reaktor dialurkan menuju valve untuk enurunkan tekanan
menjadi 3 atm setelah itu dialirkan langsung ke kondensor untuk mengubah fasa
uap dari metanol menjadi fasa liquid yang kemudian akan di masukkan kedalam
menara destilasi 1. Hasil keluaran dari kondensor diperoleh emperatur sebesar
80 ºC dan kemudian dialirkan ke menara destilasi, dimana pada menara desilasi
dihasilkan produk atas berupa dimetil eter sebagai produk utama, kemudian
produk bawah dihasilkan air dengan metanol yang kemudian dialirkan ke menara
destilasi 2. Di menara destilasi 2 dihasilkan produk atas berupa air sebagai produk
samping dan produk bawah dihasilkan metanol yang di recycle kembali menuju
mixer.
BAB IV
Pada gambar 4.1 dapat kita lihat bahwa produk utama yang kita gunakan
pada prarancangan pabrik ini adalah metanol murni dengan besar bahan baku
(metanol) yang masuk sebesar 8785,48 kg/hr. metanol yang masuk pada
prarancangan pabrik ini merupkan metanol murni, maka dari itu bahan baku yang
digunakan langsung dialirkan ke mixer tanpa harus dialirkan terlebih dahulu ke
sepatator, separator tidak dibutukan pada prarancangan pabrik ini karena tidak ada
yang ingin dipisahkan dari bahan baku.
Pada gambar 4.3 dapat kita lihat hasil result pada menara destilasi 2 (MD-
02), untuk menara destilasi 2 dapat kita lihat pada gambar dihasilkan 3 produk.
Untuk produk atas dihasilkan metanol sebesar 2,3088 kg//hr dan dimetil eter
(dimet-01) sebesar 1,06444e-06. Pada produk bawah dihasilkan air sebesar
2469,11 kg/jam. Air yang dihasilkan pada produk bawan merupakan prosuk hasil
samping dari prarancangan pabrik ini dan hasil produk atas menara destilasi 2
berupa meanol dan sedikit dimetil eter akan direcycle kembali ke mixer untuk
diproses kembali untuk menghasilkan produk utama berupa dimetil eter.
Gambar 4.4 Ukuran reaktor.
KESIMPULAN
1. Produk utama (dimetil eter) yang dihasilkan dalam simulasi proses ini
mencapai target 50.000 ton/tahun dengan hasil 6314,06 kg/hr.
2. Didapatkan air sebagai produk samping sebesar 2469,11 kg/hr
3. Didapatkan hasil metanol yang di rcycle sebesar 2,3088 kg/hr
4. Terdapat produk utama (dimetil eter) yang di recyle kembali ke mixer
sebesar 1,06444e-06
5. Ukuran ractor mempengaruhi hasil dari produk utama
6. Kemurnian dimetil eter yang diperoleh sebesar 99,99%
7. Metanol yang terkonversi sebesar 97,4%
DAFTAR PUSTAKA
Ogawa, Takashi. Et al, “Direct Dimethyl Ether Synthesis”, Journal of Natural Gas
Chemistry, Science Press, 2003