Anda di halaman 1dari 4

1.

PH Kritis dalam Flotasi

pH kritis merupakan pH larutan yang mempengaruhi konsentrasi kolektor yang


digunakan dalam pengapungan mineral. Mineral yang digunakan adalah pyrite,
galena dan chalcophyrite. Konsentrasi kolektor tersebut dapat mengapungkan
chalcophyrite dari galena pada pH 7 – 9, galena dari pyrite pada pH 4 – 6 dan
chalcophyrite dari pyrite pada pH 4 – 9.
Nilai kritis pH untuk menghasilkan pemisahan yang optimal bergantung pada
sifat alam dari mineral, jenis kolektor dan dosis yang digunakan, serta temperatur
proses. Contoh, penggunaan 50 mg/l sodium aerofloat dengan nilai pH pulp 8
akan menyebabkan mineral kalkopirit akan terapung dan terpisah dari galena dan
pirit.
Faktor- faktor yang mempengaruhi flotation adalah ukuran partikel, pH larutan
, surfaktan, dan bahan kimia yang lain, misalnya koagulan. Ukuran partikel yang
besar membuat partikel tersebut cenderung untuk mengendap sehingga susah
untuk terflotasi. Sedangkan pH yang tinggi partkel cenderung mengendap. Fungsi
surfaktan adalah kolektor yang merupakan reagen yang memiliki gugus polar dan
gugus non polar sekaligus. Kolektor akan mengubah sifat partikel dari hidrofil
menjadi hidrofob. Sedangkan penambahan koagulan dapat mengakibatkan ukuran
partikel-partikel menjadi lebih besar. Factor lain yang mempengaruhi flotasi
adalah laju udara yang berfungsi sebagai pengikat partikel yang memiliki sifat
permukaan hidrofobik, persen padatan, untuk flotasi pada partikel kasar dapat
dilakukan dengan persen padatan yang besar demikian sebaliknya, besar laju
pengumpanan yang berpengaruh terhadap kapasitas dan waktu tinggal. Laju udara
pembilasan yang berfungsi untuk mengalirkan konsentrrat ke dalam lounder.
Ketebalan lapisan buih dan ukuran gelembung udara juga mempengaruhi flotasi.

2. Sudut Kontak dalam Flotasi

Sudut kontak yang baik sekitar 60o – 90o, berarti usaha adhesinya besar
sehingga udara dapat menempel pada permukaan mineral yang mengakibatkan
mineral dapat mengapung. Sudut kontak merupakan sudut yan dibentuk antara
gelembung udara dengan mineral pada suatu titik singgung. Sudut kontak
mempengaruhi daya kontak antara bijih dengan gelembung udara. Untuk
melepaskan gelembung dan mineral dibutuhkan usaha adhesi (Wum).
3. Gambar Alat Flotasi

Mekanisme dan Prinsip Dasar Flotasi

Flotasi adalah proses konsentrasi mineral berharga berdasarkan perbedaan


tegangan permukaan dari mineral didalam air (aqua) dengan cara mengapungkan
mineral ke permukaan.
Beberapa jenis partikel yang tercampur dapat dipisahkan salah satu jenisnya
dari campurannya atau bila memungkinkan dan dapat terpisah keseluruhan jenis
sehingga dapat terkonsentrasi dari tiap – tiap jenis. Pemisahan dari partikel –
partikel dalam flotasi ini ditunjukkan oleh penentuan kontak antara tiga fasa, yaitu
fasa partikel padat yang akan diapungkan, larutan aqua elektrolit, dan gas (
biasanya dipakai udara ) hampir semua zat anorganik dapat dibasahi oleh fasa
aqua. Oleh karena iu langkah pertama dalam flotasi adalah menggantikan
sebagian dari antar fasa padat-cair menjadi antara fasa padat-gas. Sebagian
hasilnya didapat bahwa permukaan partikel akan menjadi pobi air (hidropobik).
Flotasi dari mineral – mineral umumnya dibagi atas dua bagian yaitu :

1. flotasi mineral – mineral logam (metallic minerals) umumnya mineral


– mineral sulfida.
2. fotasi mineral – mineral bukan logam ( non metallic minerals ),
meliputi logam – logam oksida, silikat, sulfat, karbona, halit dan fosfat , juga
felsfar, garnet, muskovit, batu semen, fluosfar dan lain-lain.

Mekanisme flotasi didasarkan pada adanya pertikel mineral yang dibasahi


(hidropilik) dengan partikel mineral yang tidak dibasahi (hidropobik). Partikel –
partikel yang basah tidak mengapung dan cenderung tetap berada dalam fasa air.
Di lain pihak partikel – perikel hidropobik (tidak dibasahi) menempel pada
gelembung , naik ke permukaan, membentuk buih yang membentuk partikel dan
dipisahkan.
Secara garis besarnya pemisahan dengan cara flotasi dilakukan dengan
menggunakan 2 tahap : yaitu tahap conditioning dan tahap pengapungan mineral
(flotasi). Pada tahap conditioning bertujuan untuk membuat suatu mineral tertentu
bersifat hidropobik dan menpertahankan mineral lainnya bersifat hidropilik. Pada
tahap conditioning ini ini kedalam pulp dimasukkan beberapa reagen flotasi.
Sedangakan pada tahap flotasi atau aerasi adalah tahap pengaliran udara kedalam
pulp secara mekanis baik agitasi maupun injeksi udara.
4. Jenis Sel Flotasi dan Jelaskan

Sel flotasi merupakan suatu tangki dimana proses flotasi tengah berlangsung, memiliki
fasilitas untuk menampung overflow, tempat masuknya umpan,dan ada alat yang
menciptakan gelembung udara. Sel flotasi berfungsi untuk menerima pulp dan
dilakukan proses flotasi. Jenis sel mendasarkan atas pemasukan udara, adalah :

1. Agitation Cell
Alat ini jarang digunakan, sebab adanya perkembangan dengan
diketemukannya sub aeration cell. Udara masuk ke dalam cell flotasi karena
putaran pengaduk.

2. Sub Aeration Cell


udara masuk akibat hisapan putaran pengaduk. Alat ini paling praktis sehingga
banyak digunakan.

3. Pneumatic Cell
Alat ini jarang sekali yang menggunakan, udara langsung dihembuskan ke
dalam cell

4. Vacum and Pressure Cell


Udara masuk karena tangki dibuat vakum oleh pompa penghisap dan udara
dimasukkan oleh pompa injeksi.

5. Cascade Cell
Udara masuk karena jatuhnya mineral.

Syarat cell adalah :


a. Pulp tidak mengandap (dilengkapi dengan alat agitasi)
b. Ada pengatur tinggi pulp
c. Ada daerah yang relatif tenang sehingga butiran yang menempel gelembung
udara mudah naik ke permukaan
d. Konstruksi dibuat sehingga tidak terjadi short circuit
e. Mempunyai resirkulasi dan pengeluaran middling
f. Harus mempunyai penerimaan pulp dan pengeluaran busa yang menumpuk
g. Mempunyai permukaan bebas untuk gelembung-gelembng yang sudah
mengandung mineral, sehingga tidak mempengaruhi agitasi
h. Harus dilengkapi dengan pengeluaran froth.

Anda mungkin juga menyukai