Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena berkat
rahmat dan karunia-Nya penulis diberikan ilmu dan kesehatan sehingga penulis
dapat menyelesaikan proposal tugas akhir ini dan dapat berkesempatan untuk
bisa mini di PT. Aikona Bima Amarta.
Dalam proposal tugas akhir ini penulis mengajukan judul elakukan tugas
akhir yang berjudul Efektifitas Pengolahan Bijih Emas Placer Antara Sistem
Flotasi dan Amalgamasi di PT. Aikona Bima Amarta.
Proposal ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan tugas akhir di
Program Studi Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik, Universitas Islam
Bandung. Saya selaku penulis menyadari bahwa proposal ini masih sangat jauh
dari kata sempurna dikarenakan pengetahuan dan kemampuan yang masih
minim. Dengan segala kerendahan hati izinkan saya untuk menyampaikan terima
kasih kepada banyaknya pihak yang telah membantu dalam mengerjakan
proposal ini dan mempermudah segala kegiatan yang dilakukan.
Akhir kata semoga Allah SWT selalu memberikan rahmat dan hidayah-
Nya kepada semua pihak dan semoga proposal ini dapat diterima serta pemohon
sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak.
Wasalamualaikum Wr. Wb

Bandung, Februari 2017

Aria Rahman

PROPOSAL
TUGAS AKHIR (TTA - 400)

I. Latar Belakang
Indonesia memiliki jumlah sumberdaya mineral yang cukup besar dan
terdiri dari berbagai macam jenis. Bijih Emas merupakan bagian dari
sumberdaya mineral yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Beberapa
provinsi di Indonesia memiliki cadangan emas yang cukup besar sehingga
banyak perusahaan besar tertarik dan bersaing untuk melakukan investasi di
dunia pertambangan. PT. Aikona Bima Amarta merupakan salah satu
perusahaan terdepan dikawasan Indonesia yang terus berpacu meningkatkan
kualitas diri agar mampu bertahan dalam persaingan ini.
Pengolahan Bijih emas yang berlangsung di PT. Aikona Bima Amarta
menggunakan teknologi yang tinggi dan tenaga terampil dengan
mengembangkan berbagai macam inovasi teknologi demi pencapaian target
produksi secara aman dan optimal.
Dengan melihat pentingnya pengolahan bijih emas dengan
pengapungan (flotasi) dan amalgamasi, sehingga inilah yang melatar belakangi
penulis untuk memilih judul ini, agar dapat memberikan pemahaman yang
tepat dan secara langsung melihat proses pemisahan mineral yang dilakukan
pada PT. Aikona Bima Amarta sehingga dapat menghasilkan ide, gagasan dan
pengetahuan yang bersifat profesional.
Pengambilan Tugas Akhir (TA) merupakan persyaratan untuk mengakhiri
studi akhir pada Fakultas Teknik Program Studi Teknik Pertambangan Universitas
Islam Bandung, yang pada hakikatnya bermanfaat bagi mahasiswa, karena
dengan program ini mahasiswa berkesempatan untuk mengamati, mempelajari
dan mengaplikasikan secara langsung teori yang didapat saat kuliah, misalnya
teknologi yang digunakan dalam kegiatan pengolahan pada proses
pemisahan bijih emas. Dalam kegiatan penelitian ini tentunya diharapkan
mendapat bimbingan dari pembimbing di lapangan. Selain itu juga diharapkan
Pengambilan Tugas Akhir ini juga dapat menjadi bekal dan pengalaman
bagi mahasiswa untuk menciptakan atau menghasilkan sarjana yang handal
dan mampu bersaing di dunia kerja sesuai dengan disiplin ilmu yang telah
didapat di Fakultas Teknik/Program Studi Teknik Pertambangan.

II. TUJUAN PENELITIAN


Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui proses pengolahan emas placer;
2. Menentukan metode konsentrasi pengolahan emas placer;
3. Peningkatan nilai kadar dari emas placer;
4. Memperbandingkan metode flotasi dan amalgamasi.

III. Ruang Lingkup Masalah


Ruang lingkup masalah dalam penelitian ini meliputi proses pengolahan
emas placer dari mulai kominusi, hingga ditentukanya metode konsentrasi yang
efektif dan secara tepat guna, hingga mengetahui parameter-parameter yang
behubungan dengan proses pengolahan emas placer untuk memperoleh hasil
bijih emas dengan nilai kadar yang diharapkan naik setelah dilakukan prosesn
konsentrasi.

IV. METODELOGI PENELITIAN


Metodelogi penelitian yang akan diterapkan dalam penelitian ini,
diantaranya sebagai berikut:

1. Studi Literatur: Laporan penelitian yang sudah ada


sebelumnya dan referensi buku yang berkaitan dengan penelitian;
2. Data Sekunder: Peta daerah penelitian, peta
geologi dan data-data pada proses pengolahan emas placer;
3. Data Primer: Analisa alat-alat yang digunakan,
kapasitas dan kebutuhan alat penunjang serta recovery dari hasil
pengolahan emas placer.

V. TEORI DASAR
5.1 Pengertian Proses Pengolahan
Pengolahan bijih adalah proses dimana bijih diolah sedemikan rupa
dengan mempergunakan sifat fisik dan kimia sehingga menghasilkan produk
yang dapat dijual (konsentrat) dan produk yang tidak berharga (tailing)
dengan tidak mengubah sifat fisika atau sifat kimia mineral yang diolah.
Konsentrasi/ pemisahan adalah suatu proses untuk memisahkan mineral
berharga dan tidak berharga. Konsentrasi merupakan tahap lanjutan setelah
dilakukan preparasi terhadap bijih. Produk yang dihasilkan dari suatu proses
konsentrasi bijih dinamakan konsentrat, sedangkan tailing tidak mengandung
mineral berharga di dalam proses konsentrasi istilah middling dipergunakan
untuk buangan yang masih mengandung mineral berharga, sehingga terhadap
middling ini masih dapat dilakukan kembali proses konsentrasi. Beberapa
proses konsentrasi antara lain konsentrasi gravitasi, flotasi, pemisahan
elektrostatik dan pemisahan magnetik.

5.2 Konsentrasi Flotasi


Flotation (flotasi) berasal dari kata float yang berarti mengapung atau
mengambang. Flotasi dapat diartikan sebagai suatu pemisahan suatu zat
dari zat lainnya pada suatu cairan/larutan berdasarkan perbedaan sifat
permukaan dari zat yang akan dipisahkan, dimana zat yang bersifat hidrofilik
tetap berada fasa air sedangkan zat yang bersifat hidrofobik akan terikat pada
gelembung udara dan akan terbawa ke permukaan larutan dan membentuk buih
yang kemudian dapat dipisahkan dari cairan tersebut. Secara umum flotation
melibatkan 3 fase yaitu cair (sebagai media), padat (partikel yang terkandung
dalam cairan) dan gas (gelembung udara).
Flotasi merupakan suatu cara konsentrasi kimia fisika untuk memisahkan
mineral berharga dari yang tidak berharga, dengan mendasarkan atas sifat
permukaan mineral yaitu senang tidaknya terhadap udara. Flotasi dilakukan
dalam media air sehingga terdapat tiga fase, yaitu :
1. Fase padat;
2. Fase cair;
3. Fase udara.
Flotability adalah sifat kimia dari mineral yaitu kekuatan mengapung
mineral yang tergantung pada senang tidaknya terhadap udara. Terdapat dua
macam jenis mineral, yaitu :
1. Polar, senang pada air (hydrofillic/aerophobic);
2. Non polar, senang pada udara (hydrophobic/aerofillic).
Dengan mendasarkan sifat mineral tersebut maka mineral yang satu
dengan lainnya dapat dipisahkan dengan gelembung udara. Persyaratan yang
harus dipenuhi dalam flotasi adalah :
1. Diameter partikel harus disesuaikan dengan butiran mineral;
2. Persen solid yang baik 25% - 45% (pryor), 15% - 30% (gaudin);
3. Sudut kontak yang baik sekitar 60 90 , berarti usaha adhesinya
besar sehingga udara dapat menempel pada permukaan mineral yang
mengakibatkan mineral dapat mengapung. Sudut kontak merupakan
sudut yan dibentuk antara gelembung udara dengan mineral pada
suatu titik singgung. Sudut kontak mempengaruhi daya kontak antara bijih
dengan gelembung udara. Untuk melepaskan gelembung dan
mineral dibutuhkan usaha adhesi;
4. PH Kritis
PH kritis merupakan pH larutan yang mempengaruhi konsentrasi
kolektor yang digunakan dalam pengapungan mineral.

5.2.1 Faktor- faktor Yang Mempengaruhi Flotasi


Agar operasi flotasi dapat berlangsung dengan baik artinya
penempelan partikel ke gelembung udara berlangsung sampai ke tepi atas
sel flotasi (bibiratas) maka perlu di perhatikan:
1. Ukuran Partikel
Jika ukuran partikel terlalu besar maka partikel sulit untuk tertempel dan
terbawa ke atas oleh gelembung udara sehingga susah untuk terflotasi,
sedangkan kalau partikel terlalu halus maka sifat permukaan
memberikan efek atau pengaruh yang hampir sama antara partikel
yang akan diapungkan dan partikel yang tidak diapungkan. Dengan
demikian jika ukuran partikel mineral terlalu besar atau terlalu kecil maka
recovery (perolehan) akan lebih kecil. Ukuran partikel harus cukup kecil
biasanya lebih dari 65 # (205 m), kecuali untuk flotasi batubara ukuran
terkecilnya.
2. Kekentalan Lumpur (Persen Padatan)
Kekentalan lumpur dalam flotasi biasanya berkisar antara 25 % sampai
45 % padatan. Kekentalan yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan
gelembung sulit untuk terangkat keatas, tetapi kekentalan yang terlalu
kecil akan memperkecil kapasitas.
3. Gelumbung Udara
Gelembung udara harus cukup besardan stabil sehingga mampu
mengangkat partikel sampai ke bibir atas sel. Kestabilan gelembung,
artinya tidak mudah pecah sangat tergantung pada jenis dan jumlah
frother yang dipakai.
4. Permukaan Partikel
Permukaan Partikel yang diapungkan harus bersifat hidrofobi sedangkan
yang tidak akan diapungkan harus bersifat hidrofil. Sifat ini dapat
dicapai dengan menambah reagen yang tepat.
5. pH pulp Dan Karakteristik Air
Secara umum nilai pH pulp dan jumlah garam terlarut dalam air yang
digunakan pada proses flotasi merupakan faktor yang penting. Sifat
permukaan mineral bisa berbeda pada harga pH yang berbeda sehingga
sangat mempengaruhi perolehan dari proses flotasi. Adanya lempung
atau slimes dalam air dapat mencegah pengapungan mineral. Hal ini
dapat dikendalikan dengan penggunaan reagen kimia yang cocok
sehingga slime tersebut dapat digumpalkan kemudian dikeluarkan, atau
dengan penggunaan air bersih dalam sirkit flotasi.
6. Reagen flotasi
Reagen flotasi baik jenis maupun jumlah (dosisnya) seperti telah
dijelaskan
sebelumnya akan sangat mempengaruhi keberhasilan proses flotasi.
Jenis maupun jumlah reagen flotasi baik itu kolektor, frother, maupun
modifier harus betul-betul sesuai penggunaannya untuk mendapatkan
hasil yang optimal.
7. Kecepatan putaran pengaduk dan laju pengaliran udara
Kecepatan putaran pengaduk dan laju pengaliran udara pada proses
flotasi akan optimal pada harga-harga tertentu.

5.2.2 Reagen Kimia


Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa syarat utama
berlangsungnya flotasi dengan baik adalah adanya partikel yang bersifat
hidrofobik (suka udara) dan partikel lainnya bersifat hidrofilik (suka air).
Mineral-mineral yang bersifat suka udara (tidak dibasahi) terdapat di alam
dalam jumlah yang sangat terbatas, misalnya S (sulfur) dan batubara. Hampir
semua mineral di alam ini dapat dibasahi sehingga untuk memperoleh mineral
yang tidak dapat dibasahi maka perlu ditambahkan reagen kimia.
Reagen kimia digunakan dalam proses flotasi untuk menciptakan suatu
kondisi agar proses flotasi berlangsung dengan baik. Setiap reagen kimia yang
ditambahkan mempunyai fungsi yang spesifik. Ada tiga kelompok utama reagen
kimia yang biasa digunakan dalam proses flotasi yaitu kolektor, frother
(pembuih), dan modifier.

5.2.2.1 Kolektor
Kolektor merupakan reagen kimia yang dapat mengubah permukaan
mineral yang semula hidrofilik (dapat dibasahi) menjadi hidrofobik (tidak dapat
dibasahi). Banyaknya pemakaian (dosis) kolektor yang dipakai tergantung pada
faktor-faktor berikut :
1. Total luas permukaan partikel yang akan diselimuti (merupakan fungsi
dari kadar dan ukuran partikel). Semakin besar kadar maka
pemakaian akan semakin banyak dan semakin halus ukuran partikel
maka pemakaian juga semakin banyak;
2. Ion-ion yang ada dalam pulp yang berinteraksi dengan kolektor. Ion-
ion ini mengganggu sehingga perlu dihilangkan terlebih dulu sebelum
penambahan kolektor. Ion-ion ini disebut ion-ion pengganggu;
3. Tingkat oksidasi permukaan mineral. Jika seluruh permukaan mineral
teroksidasi maka kolektor tidak lagi bekerja dengan baik (tidak berfungsi).
Jadi bijih sulfida yang masih segar harus disimpan dengan baik agar tidak
teroksidasi.

5.2.2.2 Frother (Pembuih)


Frother merupakan reagen kimia yang digunakan dalam proses flotasi
yang berfungsi menurunkan tegangan permukaan air sehingga mudah
membentuk gelembung yang relative stabil.
Selama masa pengapungan, gelembung yang terbentuk harus stabil/
tidak pecah dan setelah keluar dari sel flotasi gelembung tersebut pecah
sehingga partikel-partikel yang menempel pada gelembung tersebut bisa
ditampung. Jika setelah keluar dari sel flotasi gelembung masih tetap stabil
atau gelembung belum pecah maka akan menyulitkan dalam penanganan
material yang diapungkan maupun penanganan untuk proses berikutnya seperti
drying (pengeringan), filtering, dan lain-lain. Disamping dapat menstabilkan
gelembung, frother yang baik harus dapat larut dalam air (mempunyai daya larut
yang tinggi).

5.2.2.3 Modifier
Modifier atau regulator merupakan reagen kimia lain (selain kolektor
dan frother) yang ditambahkan dalam proses flotasi yang berfungsi mengatur
lingkungan yang sesuai dengan lingkungan flotasi sehingga selektifitas kolektor
menjadi bertambah baik dan dengan demikian dapat memperbaiki recovery
(perolehan) proses flotasi. Modifier terdiri dari macam-macam reagen, yaitu:
pH regulator, depresant, activator, dan dispersant.
1. pH Regulator
pH Regulaor yaitu reagen kimia yang berfungsi untuk mengatur pH
lingkungan flotasi. pH regulator perlu ditambahkan dalam proses
flotasi karena mineral mengapung dengan baik pada pH tertentu, reagen
lebih stabil pada pH tertentu, dan kolektor juga bekerja dengan baik
pada pH tertentu. pH dimana mineral-mineral dapat mengapung
dengan baik disebut pH kritis. pH kritis dari suatu mineral tergantung
pada macam kolektor yang dipakai dan konsentrasi (jumlah pemakaian)
dari kolektor. Ada dua jenis pH regulator, yaitu:
a. pH regulator asam, yaitu pH regulator dalam lingkungan asam.
Contoh: H SO4;
b. pH regulator basa, yaitu pH regulator dalam lingkungan basa.
Contoh: lime (CaO), soda abu (Na CO ), NaOH.
2. Depresant
Depresant yaitu reagen kimia yang berfungsi untuk mencegah
interaksi kolektor terhadap mineral tertentu sehingga mineral tersebut
tetap bersifat hidrofilik agar tidak terapungkan. Beberapa contoh
depresant adalah:
a. ZnSO4 untuk mendepress sphalerit (ZnS) pada pH cukup tinggi
(sekitar pH = 9-11);
b. NaCN untuk mendepress sphalerit, pirit, Au, Ag.
3. Activator
Activator yaitu reagen yang berfungsi membantu kolektor agar
interaksi kolektor dengan mineral tersebut bekerja dengan baik. Contoh
activator adalah:
a. CuSO4 ion-ion diadsorpsi (diserap) oleh permukaan mineral yang
sebelumnya bekerja kurang baik dengan kolektor. Dengan diserapnya
ion-ion Cu++ pada permukaan mineral akhirnya mineral tersebut
menjadi hidrofobik (suka udara;
b. Na2S9 H2Oion-ion S2 diadsorp oleh permukaan mineral sulfida
yang berubah menjadi oksida sehingga permukaan mineral menjadi
sulfida lagi.
4. Dispersant
Dispersatn yaitu reagen kimia yang berfungsi untuk melepas
penempelan partikel- partikel halus (slimes coating) pada permukaan
mineral yang akan diapungkan. Contoh sodium silikat (mNa2O.nSiO2)
penambahan sodium silikat tidak boleh berlebihan karena mempunyai
efek terhadap gelembung udara (gelembung udara cepat pecah).

5.2.3 Jenis-jenis Proses Flotasi


Adapun proses flotasi terdiri dari beberapa jenis diantanya adalah:
1. Flotasi ruah (bulk flotation)
Flotasi ruah merupakan proses flotasi yang mengapungkan
sekelompok mineral. Produkta berupa konsentrat dan tailing. Sebagai
contoh adalah bijih kompleks Pb-Cu-Zn. Jika pada bijih kompleks ini
dilakukan flotasi ruah maka akan didapatkan konsentrat dan tailing.
Konsentrat tetap mengandung Pb-Cu-Zn tetapi dengan kadar yang lebih
tinggi.
2. Differential flotation
Pada differential flotation, dilakukan proses flotasi secara bertahap
terhadap konsentrat dari flotasi ruah. Flotasi tahap pertama akan
dihasilkan apungan berupa misalnya konsentrat Pb dan endapan yang
masih banyak mengandung Cu dan Zn. Pada tahap kedua, endapan
diolah (dilakukan proses flotasi) untuk menghasilkan apungan berupa
konsentrat Cu dan endapan yang masih banyak mengandung Zn. Pada
tahap ketiga dilakukan proses flotasi pada endapan yang masih
banyakmengandung Zn, dihasilkan apungan berupa konsentrat Zn dan
endapan yang merupakan tailing akhir.
3. Selective flotation
Pada selective flotation, dilakukan proses flotasi seperti pada proses
differential
flotation tetapi tanpa dilakukan proses flotasi ruah terlebih dahulu.
Berbeda dengan differential flotation, pada selective flotation pada setiap
tahapnya dilakukan dalam jumlah yang besar sehingga peralatan yang
dipakai juga lebih banyak.

5.2.4 Proses Flotasi


Untuk mengoptimalkan tingkat perolehan dan kadar mineral berharga,
maka proses flotasi terdiri dari tiga (3) tahap yaitu:
1. Tahap rougher bertujuan untuk mengambil sebanyak mungkin
mineral berharga, artinya perolehan harus setinggi mungkin dan kadar
mineral harganya tidak perlu terlalu tinggi.
2. Tahap cleaner bertujuan untuk meningkatkan kadar mineral berharga,
artinya
perolehan dapat dibuat menjadi rendah, tetapi kadar mineral
berharga harus diusahakan tinggi. Pada tahap ini dapat dilakuan
beberapa kali sehingga bias disebut Cleaner I, Cleaner II, dan seterunya.
3. Tahap Svavenger bertujuan untuk memperoleh kembali mineral
berharga yang
terbawa bersma tailing.

5.2.5 Mekanisme Proses Flotasi


Mekanisme Proses Flotasi secara umum adalah sebagai berikut:
1. Penghancuran dan pelembutan bijih (wet griding) > maximum 35-48
mesh, rata-rata 100-150 mesh, minimal < 200 mesh, tergantung pada
sifat bijih.
2. Pulp preparation > pulp density optimum 15-35 % solid :
a. Sifat alami bijih
b. Tipe mesin flotasi
c. Faktor pengalaman
3. Penambahan reagen kimia pada pulp:
a. Conditiong agent/ Conditioner/ Modifer
Zat organic yang segera larut dalam air, berfungsi untuk mengubah
keadaan permukaan mineral dalam air daripada pulp. Waktu
conditioning tergantung pada reagent dan sifat mineral Activator
berfungsi membantu bekerjanya collector Depressant berfungsi
menghalangi bekerjanya collector
b. Penambahan collector
Zat-zat organik, dan dalam beberapa hal hanya sebagian yang larut
dalam air, mengubaha permukaan mineral dalam pulp yang
mengakibatkan permukaan mineral idak dapat di temple dengan air
sedangkan bagian lainnya dapat.
4. Aeration
Menghantarkan udara tekanan rendah faktor penting dalam pemisahan
5. Pemisahan busa-busa bermuatan mineral dari Pulp Concentrate.

5.2.6 Prisip Flotasi


Flotasi gelembung udara menggunakan perbedaan sifat kimia dan
fisika permukan mineral. Setelah mengalami pengolahan dengan sejumlah
reagent, maka ada kecenderungan sifat fisik permukaan antara pulp flotasi
dengn mineral, dimana pada keadaan ini floatsi akan terbentuk, gelembung
udara harus mampu mengikat partikel dan mengangkatnya ke permukaan.

5.2.7 Gaya-Gaya Yang Bekerja Pada Permukaan Mineral


Adapun gaya-gaya yang bekerja pada permukaaan mineral adalah
sebagai berikut:
1. Keatipan permukaan mineral dengan adanya flotation reagen dalam
air tergantung dari gaya yang bekerja pada permukaan mineral
tersebut. Kecenderungan gaya tersebut untuk memisahkan sebuah
partikel dengan gelembung udara.
2. Gaya tensile akan sangat berperan dalam hubungan terbentuknya
sudat antara permukaan mieral dan permukaan gelembung.

5.2.7 Termodimamika Flotasi


Termodinamika flotasi yang sering juga disebut termodinamika
pembasahan adalah kontak antra gelembung udara, air dan permukaan partikel
padat merupakan faktor penting dalam mengendalikan proses flotasi.

5.2.8 Kinetik Fotasi


Kinetik Flotasi berhubungan erat dengan kecepatan reaksi yang terjadi.
Ada dua hal yang menentukkan kecepatan reaksi yaitu transfer massa dan
adsorpsi. Selama reaksi reduksi dan oksidasi untuk pada elektro kimia proses
terjadi pad antarmuka elektrodda larutan, moekull yag terlarut akan tertarik ke
elektroda agarproses elektrokimia terjadi. Sehingga perpindahan molekul dari
larutan ke permukaan elektroda adalah aspek elektokimia. Pergerakan dari
material dalam sel elektrokimia disebut perpindahan masa. Tiga model
perpindahan material adalah hidrodinamik, migras dan adsorpsi.

5.2.9 Rumus Perhitungan Flotasi


Untuk melihat keberhasilan dari proses flotasi yang telah dilakukan dapat
dilihat dari kadar dan perolehan mieral tertinggi. Rumus-rumus perhitungan
yang digunakan pada percobaaan flotasi adalah:
a. Material Balance
F=C+T(1)
Keterangan :
F = Feed
C = Berat konsentrat (gram)
T = Berat tailing (gram)
b. Metallurgical Balance
F.f=C.c+T.t.(2)
Keterangan :
F = Feed
f = Kadar feed (gram)
C = Berat konsentrat (gram)
c = Kadar konsentrat (%)
T = Berat tailing (gram)
t = Kadar Tailing (%)
c. Perhitungan Persen Perolehan (Recovery)
C .c
R= x 100 ..
F .f
(3)
Keterangan:
C = Berat Konsentrat (gram)
c = Kadar konsentrat (%)
R = Recovery (%)
F = Berat Feed (gram)
f = Kadar Feed (%)
T = Berat tailing (gram)
t = Kadar Tailing (%)

5.3 Konsentrasi Amalgamasi


Amalgamasi merupakan proses ekstraksi emas dengan cara
mencampurkan bijih emas dengan merkuri (Hg). Dalam proses ini akan terbantuk
ikatan senyawa antara emas, perak, dan merkuri itu sendiri yang biasa dikenal
sebagai amalgam (Au Hg). Merkuri akan membentuk amalgam dengan logam
lain selain besi dan platina.
Proses ini biasanya dilakukan pada penambangan emas skala kecil atau
tambang rakyat. Teknik penambangan ini memanfaatkan putaran yang diberikan
oleh drum. Sehingga, batuan maupun akan hancur dan merkuri akan mengikat
senyawa emas yang terkandung dalam batuan tersebut. Proses amalgamasi
biasanya digunakan untuk pengekstraksi emas dalam butiran kasar.
Dalam penambangan ini tentunya didukung oleh penggunaan alat-alat.
Pada proses penambangan dibutuhkan peralatan sederhana seperti cangkul
cangkul, sekop, pahat, linggis, palu, genset, ember, timba (goelan) dan tali
tambang, pompa air, blower, kayu penyangga, sepatu tambang, helm tambang,
dan perlengkapan lainnya. Namun, dalam pengolahan bijih emas primer
dibutuhkan beberapa peralatan penting, yaitu :
1. Tabung amalgamasi (gelundung), sebagai tempat menggerus batuan
sekaligus berfungsi sebagai tempat amalgamasi;
2. Kincir air atau 2. genset yang berfungsi sebagai penggerak tabung
amalgamasi;
3. Batang besi baja/media giling/3. rod sebagai alat penggerus batuan;
4. Air merkuri yang berfungsi untuk mengikat 4. Emas;
5. Kapur yang berfungsi untuk mengatur pH agar 5. kondisi luluhan
mempunyai pH 9-10;
6. Air untuk mendapatkan persentasi padatan yang 6. berkisar antara
30-60%;
7. Dulang atau sejenisnya, sebagai tempat untuk 7. memisahkan air
merkuri yang telah mengikat emas perak (amalgam) dengan sisa hasil
pengolahan (tailing);
8. Emposan yaitu alat untuk membakar amalgam untuk mendapatkan
paduan (alloy) emas perak (bullion).
Dengan bahan dan tersebut, proses amalgamasi untuk memproses atau
mengekstraksi emas dapat dilakukan. Dalam proses ini dilakukan beberapa
tahap untuk mendapatkan paduan antara emas dan perak (bullion). Tahapan-
tahapan pengolahan tersebut adalah :
1. Sebelum dilakukan amalgamasi hendaknya dilakukan proses
kominusi dan konsentrasi gravitasi, agar mencapai derajat liberasi
yang baik sehingga permukaan emas tersingkap;
2. Pada hasil konsentrat akhir yang diperoleh ditambah merkuri
( amalgamasi ) dilakukan selama + 1 jam;
3. Hasil dari proses ini berupa amalgam basah ( pasta ) dan tailing.
Amalgam basah kemudian ditampung di dalam suatu tempat yang
selanjutnya didulang untuk pemisahan merkuri dengan amalgamasi;
4. Terhadap amalgam yang diperoleh dari kegiatan pendulangan
kemudian dilakukan kegiatan pemerasan (squeezing) dengan
menggunakan kain parasut untuk memisahkan merkuri dari amalgam
(filtrasi). Merkuri yang diperoleh dapat dipakai untuk proses
amalgamasi selanjutnya. Jumlah merkuri yang tersisa dalam amalgan
tergantung pada seberapa kuat pemerasan yang dilakukan. Amalgam
dengan pemerasan manual akan mengandung 60 70 % emas, dan
amalgam yang disaring dengan alat sentrifugal dapat mengandung
emas sampai lebih dari 80 %;
5. Retorting yaitu pembakaran amalgam untuk menguapkan merkuri,
sehingga yang tertinggal berupa alloy emas.
Namun, proses yang dilakukan di atas memiliki resiko yang sangat besar.
Limbah yang dihasilkan sangat berbahaya baik untuk pekarja, maupun untuk
alam kita. Maka dalam penambangan ini harus di perhatikan beberapa unsur.
Unsur tersebut antara lain :
1. Lokasi ekstraksi bijih harus terpisah dari lokasi kegiatan
penambangan;
2. Dilakukan pada lokasi khusus baik untuk amalgamasi untuk
meminimalkan penyebab pencemar bahan berbahaya akibat
peresapan kedalam tanah, terbawa aliran air permukaan maupun gas
yang terbawa oleh angina;
3. Dilengkapi dengan kolam pengendap yang berfungsi baik untuk
mengolah seluruh tailing hasil pengolahan sebelum dialirkan ke
perairan bebas;
4. Lokasi pengolahan bijih dan kolam pengendap diusahakan tidak
berada pada daerah banjir;
5. Hindari pengolahan dan pembuangan tailing langsung ke sungai.
Dengan memperhatikan aspek-aspek di atas, bencana atau dampak
negatif dari proses pengolahan emas dengan cara amalgamasi ini dapat
berkurang. Sehingga, alam tetap bisa memulihkan diri kembali karena kerusakan
yang ditimbulkan tidak terlalu parah.
Selain itu, setelah proses penambangan selesai harus dilakukan tahapan
reklamasi. Proses ini merupakan proses pengembalian hutan atau alam yang
rusak kembali seperti semula. Proses ini biasanya dilakukan dengan cara
penanaman hutan kembali dengan memanfaatkan tanah humus atau tanah
subur yang diangkat untuk mendapatkan cadangan yang di tambang.
Proses reklamasi diharapkan bisa membuat bekas tambang menjadi
kembali subur. Hal ini dikarenakan pada proses penambangan pasti akan
merusak alam sekitar tambang tersebut.

5.3.1 Dampak Negatif Merkuri


Merkuri (air raksa, Hg) adalah salah satu jenis logam yang banyak
ditemukan di alam dan tersebar dalam batu - batuan, biji tambang, tanah, air dan
udara sebagai senyawa anorganik dan organik. Merkuri merupakan logam yang
dalam keadaan normal berbentuk cairan berwarna abu-abu, tidak berbau dengan
berat molekul 200,59. Tidak larut dalam air, alkohol, eter, asam hidroklorida,
hidrogen bromida dan hidrogen iodide; Larut dalam asam nitrat, asam sulfurik
panas dan lipid. Tidak tercampurkan dengan oksidator, halogen, bahan-bahan
yang mudah terbakar, logam, asam, logam carbide dan amine.
Merkuri dalam kadar rendah umumnya telah beracun bagi hewan,
tumbuhan dan manusia. Merkuri sangat berguna bagi pertumbuhan kebutuhan
biologis. Namun dalam kadar berlebihan akan bersifat racun. Sehingga pada
saat ini alat-alat kedokteran seperti termometer tidak menggunakan merkuri lagi.
Merkuri sangat berbahaya karena sifat mengikatnya. Bila merkuri tercampur
dengan perairan laut, maka merkuri tersebut akan mengikat klor dan membentuk
HgCl. Selanjutnya HgCl dengan mudah akan masuk kedalam tubuh plankton dan
akan berpindah kebiota laut lain. Merkuri anorganik (HgCl) akan berubah menjadi
merkuri organik (metil merkuri) oleh peran mikroorganisme yang terjadi pada
sedimen dasar perairan. Merkuri dapat pula bersenyawa dengan karbon
membentuk senyawa organo-merkuri. Senyawa organo-merkuri yang paling
umum adalah metil merkuri yang dihasilkan oleh mikroorganisme dalam air dan
tanah. Mikroorganisme kemudian termakan oleh ikan sehingga konsentrasi
merkuri dalam ikan meningkat. Tingkat konsumsi masyarakat terhadap ikan
sangatlah tinggi. Sehingga merkuri yang terkandung dalam ikan tersebut akan
mudah berpindah ke tubuh manusia dan juga akan merusak pada manusia.
Oleh karena itu limbah merkuri yang dihasilkan pada penambangan emas
rakyat tidak boleh langsung dibuang ke sungai. Limbah harus di endapkan
terdahulu di kolam pengendapan sehingga kadar Hg yang tinggi bisa berkurang.
Selain itu kadar Hg dalam air sungai akan merusak biota hidup air di sungai.
Merkuri akan meracuni air yang dimasukinya, sehingga akan membunuh
makhluk hidup yang ada di dalamnya. Merkuri juga merubah kelas air yang ada
di alam ini. Contohnya saja air kelas satu yang biasanya digunakan untuk air
minum masyarakat. Bila disekitar air tersebut terdapat penambangan emas
rakyat, maka secara otomatis air yang ada disana akan tercemar. Air kelas satu
yang memiliki kualitas bagus akan dengan mudah berubah menjadi air kelas tiga
bahkan empat yang tidak akan bisa kembali ke setuasi awalnya.
Sangat banyak kerugian yang diakibatkan merkuri tersebut. Tidak hanya
pada alam saja, tetapi juga berdampak kepada manusia. Banyak sekali penyakit
pada manusia yang disebabkan oleh merkuri tersebut. Diantaranya adalah :
1. Toksisitas yaitu penyakit gangguan sistem pencernaan dan sistem syaraf
yang disebabkan kontak langsung dengan merkuri. Biasanya penderita
akan erasa tidak nyaman, kesakitan, bahkan kematian;
2. Akumulasi Hg dalam tubuh dapat menyebabkan tremor, parkinson,
gangguan lensa mata berwarna abu-abu, serta anemia ringan, dilanjutkan
dengan gangguan susunan syaraf yang sangat peka terhadap Hg dengan
gejala pertama adalah parestesia, ataksia, disartria, ketulian, dan
akhirnya kematian;
3. Wanita hamil yang terpapar alkil merkuri bisa menyebabkan kerusakan
pada otak janin sehingga mengakibatkan kecacatan pada bayi yang
dilahirkan;
4. Garam merkuri anorganik bisa mengakibatkan presipitasi protein,
merusak mukosa saluran pencernaan, merusak membran ginjal maupun
membran filter glomerulus;
5. Merkuri juga menyebabkan penyakit kulit seperti gatal-gatal bahkan
kanker kulit. Kanker kulit sangat sering teradi saat ini. Hal ini di sebabkan
karena beberapa merk kosmetik memakai merkuri sebagai bahan baku
pembuatan kosmetik tersebut. Biasanya, kosmetik yang memakai bahan
baku merkuri adalah pada pembuatan kosmetik pemutih kulit. Proses
pemutihan kulit dengan menggunakan merkuri memang relatif cepat.
Namun, jika pemakaian dihentikan atau pemakaian dalam jangka penjang
akan menyababkan kanker kulit;
Sangat banyak dampak negatif yang diakibatkan merkuri tersebut.
Penggunaan merkuri pada penambangan emas tidak hanya merugikan kepada
pekerja tambang tersebut, namun juga berdampak kepada alam dan masyarakat
sekitar penambanggan.

5.3.2 Mekanisme Amalgamasi


Air aksa atau merkuri (Hg), pad temperature (suhu) kamar, adalah zat
cair. Bila terjadi kontak antara merkuri (zat cair) deengan logam (zat padat),
maka ai raks membasahi dan menenbus logam untuk membentuk larutan
padat merkuri-logam yang disebut amalgam. Proses yang terjadi disebut
amalgamasi. Logam-logam yang dapat membentuk amalgam adalah emas,
perak, tembaga, timah, cadmium, seng, alkali dan alkali tanah. Paduan
merkuri-emas disebut amalgam emas, yang mempunyai rumus kimia dari
kombinasi 2 atau bahkan 3 dari 4 rumus kimia berikut ini yaitu AuHg2, Au
Hg, Au Hg atau AuHg. Kelarutan emas dalam air raksa 2 3 bertambah
dengan naiknya temperature. Pada temperature kamar kandungan emas
dalam amlgam kira-kira 0,14% Au, sedangkan pada temperatu 100 C
sebesar 0,65% Au. Produk amalgasi bijih emas selanjutnya disebut
amalgam, karena tidak hanya mengandung emas melainkan juga logam lain
terutama perak dan tembaga.
5.3.3 Ukuran Butiran
5.3.4 Pengikatan Emas oleh Merkuri

Anda mungkin juga menyukai