Anda di halaman 1dari 4

1.

KARANGKA TEKTONOSTRATIGRAFI
Batuan di pulau timor dapat dikelompokkan menjadi 3 runtunan
tektonostratigrafi yang berbeda.

a. Satuan Paraotokton
Yang terdiri atas batuan berasal dari tepian barat daya Benua Australia, dan
sering disebut fesies Australia, yang mengalami pensesaran naik sewaktu
tumbukan dengan busur banda. Umur fesies Australian Relatif lebih tua
dibanding umur kedua fesies lainnya yaitu untuk batuan alasnya (kompleks
lolotoi) berumur praperem, sedangkan batuan sedimen penutupnya berumur
perem sampai kapur. Meskipun fesies Australia telah bergerak ke arah utara,
tetapi posisinya terhadap batuan alasnya masih relative insitu dan batuan
alasnya juga ikut bergerak, maka disebut satuan paraotokton. Batuan
paraotokton di pulau Timor mempunyai kisaran umur perem awal sampai
miosen, sedangkan umur batuan alasnya masih belum diketahui sepenuhnya.
Kompleks Lolotoi di bagian timur Pulau Timor sebelumnya telah ditafsirkan
sebagai batuan alas batuan paraotokton (Bachri, 1994), namun belum
didukung bukti-bukti yang meyakinkan. Oleh karena itu masih dibutuhkan
penelitian lanjutan mengenai hal tersebut, terutama dengan menggunakan
meetode geokimia serta pentakhiran umur mutlak.
Paraotokton bertindak sebagai batuan dasar dari Timor yang terdiri dari unit
paparan benua Australia yang dicirikan oleh Klastik Bisane yang berumur
perm, batu gamping dan Klastik Aitutu berumur Trias, Klastik Wailuli
berumur jura, serta Kalsilutit dan rijang Nakfunu yang berumur kapur.
b. Satuan Alokton
Terdiri atas batuan berasal dari busur luar banda pra-tumbukan yang telah
tersesar-sungkupkan di atas runtunan yang pertama selama terjadinya
tumbukan busur-benua pada neogen. Runtunan batuan ini sering disebut fesies
Asia. Batuan fesies Asia yang alasnya tersingkap di pulau timor bagian barat
yang dinamakan kompleks mutis berumur kapur awal. Batuan asal ini secara
tidak selaras ditutupi oleh batuan sedimen kapur akhir sampai pliosen. Batuan
yang berasal dari Asia (busur banda) telah terpisah dari batuan alasnya
sehingga disebut runtunan alokton.
Berdasarkan posisi stratigrafi, batu gamping cablaci yang berumur miosen
awal ditafsirkan sebagai batuan Alokton karena mempunyai hubungan sesar
sungkup terhadap batuan Paraotokton. Sebelumnya Audley-Charles (1986)
menyebut satuan tersebut Batugamping Cablac, namun Bachri dan
Situmorang (1993) menamakan kembali Batugamping Cablaci atas dasar

1
keterangan penduduk dan aparat setempat yang menyatakan bahwa nama
gunung sebagai lokasi tipe satuan tersebut adalah Gunung Cablaci.
Di Pulau Timor bagian barat stratigrafi satuan Alokton telah diketahui lebih
baik. Kompleks mutis yang berumur awal kapur telah ditafsirkan sebagai
batuan alas yang ditutupi oleh runtunan alokton. Batuan alokton bagian barat
ini umurnya berkisar antara kapur sampai pliosen. Sebagaimana dikemukakan
oleh Sawyer drr, 1993), runtunan Alokton yang dialasi oleh kompleks mutis
terdiri atas kelompok palelo yang berumur kapur akhir hingga Akitanian, yang
secara tidak selaras ditindih oleh Formasi Manamas yang berumur Miosen
Akhir hingga pliosen Awal.
Alokton terdiri dari beberapa satuan yaitu:
o Satuan atapupu yang terdiri atas peridotit dan milonit.
o Satuan Oecusi yang terdiri atas basalt berstruktur bantal.
o Satuan Aileu-Maubise yang terdiri atas batu gampingdan batuan
vulkanik berumur perm serta batuan metamorf Aileu.
o Satuan Mutis yang terdiri dari batuan metamorf dan peridotit, batuan
volkanik berumur Eosen, serta Rijang Palelo dan klastik batugamping
berumur jura atas paleosen. Satuan mutis ditindih secara tidak selaras
oleh tiga satuan yaitu klastik Noeltoko dan batu Gamping Cablac
(Oligosen-Miosen), Batu Lempung bersisik Bobonaro (Miosen
Tengah-Pliosen), batugamping batuputih (Pliosen).
o Satuan Kolbano terdiri dari radiolarite Ofu kalsilutit Batuputih
berumur Kapur Akhir-Pliosen.

c. Satuan Otokton
Disebut fesies Timor. Satuan ini terbentuk pasca-tumbukan dan menumpang
tak selaras di atas kedua satuan tektonostratigrafi lainnya. Satuan yang ketiga
ini relative belum mengalami perpindahan posisi pada terhadap batuan
alasnya. Fesies timor yang terbentuk pasca tumbukan, berumur dari miosen
akhir sampai kuarter.
Kompleks bobonaro yang merupakan batuan campur aduk, diduga secara
dominan terdiri atas endapan Olistostrom yang terjadi pasca tumbukan yang
mengakibatkan Pulau Timor terangkat dan membentuk lereng yang relative
tajam sehingga dimasukkan kedalam satuan otokton. Tidak seluruh kompleks
bobonaro kompleks Bobonaro merupakan Olistostrom yang terbentuk secara
tumbukan. Sebagian dari kompleks bobonaro telah terbentuk sebelum
tumbukan sebagai bancuh (Melange) maupun sebagai hasil kegiatan diaper
serpih (Bachri, 2004). Menurut Hamilton (1979), terdapat dua pendapat yang
berbeda mengenai genesis batuan campur aduk di Timor. Sebagian

2
menafsirkan sebagai tektonik berdasarkan cirri-ciri adanya imbrikasi dan
kontak gerus (Hamilton, 1979). Audley-Charles, (1968) berpendapat bahwa
batuan campur aduk di Timor adalah Olistostrom dan baji-baji endapan
gravitasi yang diakibatkan oleh adanya pengangkatan pada miosen.
Otokton terdiri dari sedimen klastik Noele berumur Plio-Pleistosen yang
ditindih secara tidak selaras oleh endapan alluvialdan batugamping terumbu
koral yang berumur kuarter.

Selain ketiga satuan batuan yang menyusun Pulau Timor Tjokrosapoetro (1993),
menambahkan Melange sebagai satuan batuan keempat yang menyusun Pulau Timor,
terdiri dari tectonic mélange dan sedimentary mélange. Tectonic Melange terbentuk
karena proses subduksi yaitu mulai dari Eosen sampai Pliosen, sedangkan
Sedimentary Melange merupakan produk tambahan dari tectonic mélange yang
terbentuk Karena longsoran dan sedimentasi sewaktu proses subduksi berlangsung.
Tectonic mélange terdiri dari masa dasar dan bongkah. Masa dasar terdiri dair
lempung berbagai warna, mengkilat atau scaly karena gesekan. Bongkah terdiri dari
berbagai macam batuan berumur dari pra perem sampai pliosen, berbentuk lensa,
berukuran centimeter sampai kilometer. Sedangkan sedimentary mélange merupakan
masa dasar yang hampir sama dengan masa dasar tectonic mélange, tetapi bongkah
biasanya tidak berbentuk lensa.

2. OLISTOSTROM

Olistostrom adalah kelompok batuan yang terbentuk karena adanya


pengendapan material-material sedimen pada cekungan-cekungan yang terbentuk
oleh sesar-sesar naik akibat deformasi batuan (pada zona melange).

Olistostrom diajukan oleh flores (1959) adalah kompleks batuan bancuh yang
masih bersifat sedimenter dan tak mengalami gejala tektonik yang signifikan.
Kenampakannya seperti mélange, ada fragmen (olistolit) ada matriks yang
mengepungnya, tetapi tak tertektonikkan. Sebagian orang menyebut mélange
sedimen.

Olistostrom adalah batuan sedimen yang terdiri atas material-material yang


bercampur aduk akibat longsoran di bawah permukaan laut. Komponen penyusun
olistostrome berupa blok-blok batuan sedimen dan lumpur. Olistostrome tidak
memiliki perlapisan yang jelas, tetapi ada semacam perulangan susunan batuan pada
skala yang lebih besar (tebal). Proses terbentuknya berada pada cekungan-cekungan
hasil proses deformasipada batuan mélange.kelompok batuan melange akan berada di
bawah kelompok batuan olistostrome.

3
Kompleks bobonaro diduga secara dominan terdiri atas endapan olistostrom
yang terjadi setelah tumbukan yang mengakibatkan timor terangkat dan membentuk
lereng yang relative tajam. Satuan bobonaro dapat dimasukkan kedalam satuan
autokton, khususnya yang bergenetik sebagai endapan olistostrom yang berumur
miosen akhir sampai Plio-Plistosen. Sebagian bobonaro merupakan olistostrom yang
terbentuk pasca tumbukan. Karakteristik kompleks salas mirip dengan kompleks
bobonaro yang diendapkan sebagai olistostromdi laut dalam pada pliosen tengah
(bachri dan partoyo, 1995). Kemiripannya mengindikasikan bahwa kemungkinan
besar kompleks salas juga merupakan endapan olistostrom yang dihasilkan oleh
longsoran bawah laut sewaktu terjadinya tumbukan pada neogen antara busur
kepulauan dengan lempeng benua Australia.

Anda mungkin juga menyukai