Chemical Weathering Processes (Proses Pelapukan Kimia), yang terjadi pada batuan
dan mineral, merupakan proses pembentukan komponen mineral tanah melalui
pelapukan dan penghancuran.
1. Peningkatan curah hujan memacu percepatan pelapukan kimia batuan dan mineral,
seperti tampak pada arca dan bangunan peninggalan sejarah. Fakta bahwa, air
merupakan faktor esensial pelapukan kimia.
2. Peningkatan suhu juga mempercepat reaksi kimia yang menyebabkan batuan dan
mineral hancur.
3. Kombinasi air dan suhu, kelembaban merupakan faktor pengondisi terjadinya
percepatan pelapukan batuan dan mineral.
Implikasi lapangan, hal diatas menunjukkan mengapa di daerah tropis terjadi kerusakan
lahan, tanah dan bangunan berlangsung dengan cepat.
Pelarutan dan Karbonasi (Carbonation and Solution): proses tampak bila air hujan
(H20) bersenyawa dengan karbon dioksida (CO2) membentuk asam karbonat (H2CO3). Bila
asam karbonat kembali kontak dengan batuan mengandung kapur, soda, dan potas
(kalium), maka mineral-mineral kalsium, magnesium, dan kalium secara kimia berubah
menjadi karbonat yang larut dalam air. Topografi Karst, berasal dari nama “Krs Plateau” di
Yugoslavia, di mana pertama kali dipelajari, merupakan tipe pelapukan kimia dicirikan
oleh sinkholes, caves, dan caverns.
Hidrolisis (Hydrolysis): proses pelapukan kimia ini terjadi bila air (H20), biasanya
dalam bentuk air hujan, merusak komposisi dan ukuran kimia mineral dan menghasilkan
mineral kurang stabil, sehingga lebih mudah terlapuk.
Oksidasi (Oxidation): proses ini terjadi bila oksigen bereaksi dengan senyawa unsur
dalam batuan membentuk oksida. Bila objek adalah pelapukan kimia bahan lunak dan tampak
“teroksidasi” – “oxidized”. Contoh yang jelas adalah terjadi “karatan” – “rusting”. Besi
sebagai bahan logam dapat mengalami oksidasi. Peningkatan suhu dan prosentase hujan akan
memacu proses oksidasi.
Pelapukan Spheroidal (Spheroidal Weathering): air meresap melalui celah batuan dan
melarutkan semen pengikat partikel dan juga menggerus tepi dan sudut tajam batuan,
menjadikan batuan bergerigi. Proses pelapukan fisik, seperti pembekuan, dapat meretakkan
batuan secara luas.
Asal-muasal tanah, dari dua bahan induk: bahan mineral dan bahan organik.
Proses pembentukan tanah (soil forming process) penting diketahui untuk mengerti
sifat perilaku (fate and properties) reaksi-reaksi kimia dalam tanah. Bahan induk mineral
mengalami proses penghancuran (weathering) dari batuan menjadimineral primer (fraksi
pasir, debu), mineral sekunder (fraksi mineral liat, mineral amorf), dan senyawa anorganik.
Hidrolisis, adalah dekomposisi dan reaksi dengan air yang umum terjadi pada pembentukan
mineral-mineral silikat, misalnya,
Mg2SiO4 + 4H+ + 4OH- → 2Mg2+ + 4OH- + H4SiO4
(mineral Olivin + 4 molekul air terionisasi → ion magnesium dan hidroksil larut + silikat
larut)
Hidrasi, adalah penambahan molekul air ke struktur mineral dan umum tampak padamineral
liat, kadang-kadang menyebabkan terjadi pembengkakan (swelling).
Karbonasi, adalah reaksi dengan asam karbonat, terbentuk dari karbondioksida dari udara dan
air dari hujan:
Asam karbonat bereaksi dengan mineral, khususnya mineral karbonat (kalsit, dolomit) yang
merupakan komponen utama batu kapur, contoh,
(mineral Kalsit larut asam karbonat → ion kalsium + asam karbonat larut)
Oksidasi, pengikatan oksigen, oleh unsur-unsur logam mineral primer (kalium, kalsium,
magnesium dan besi) yang berlimpah pada permukaan air. Contoh umum adalah karat
kekuningan dan kecoklatan pada permukaan batuan mengandung besi. Dalam kasus mineral
olivin, fayalit (Fe2SiO4), besi dilepas secara hidrolisis (a), selanjutnya dioksidasi menjadi
oksida ferik (b):
(a) Fe2SiO4 + 2H2CO3 + 2H2O → 2Fe2+ + 2OH- + H4SiO4 + 2HCO3
(mineral Olivin + asam karbonat + air → ion-ion besi dan hidoksil larut + asam silikat larut +
ion-ion bikarbonat larut)
(ion besi dan bikarbonat + gas oksigen larut dalam air → mineral oksida-ferik + asam
karbonat)