Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK

DENGAN CAMPAK
KELOMPOK 1
Firza Noviatun Nisa 1814301001
Nora Yusnita 1814301002
Ni Made Melinia 1814301003
Raniah Dafira Hasnah 1814301004
Putri Kurnia Sari 1814301005
Wuri Handayani 1814301006
Indah Wulandari Berutu 1814301007
Oktia Hani Pertiwi 1814301008
Gita Metavia Handayani 1814301009
Komang Tiara Koridevani Giri 1814301010
Konsep Penyakit Campak

A. Pengertian
Campak adalah suatu infeksi virus yang sangat menular,
yang ditandai dengan demam, lemas, batuk, konjungtivitis
(peradangan selaput ikat mata/konjungtiva) dan bintik merah di
kulit (ruam kulit).
Campak, measles atau rubeola adalah penyakit virus akut
yang disebabkan oleh virus campak. Penyakit ini sangat infeksius,
menular sejak awal masa prodromal sampai lebih kurang 4 hari
setelah munculnya ruam. Infeksi disebarkan lewat udara
(airborne).
Etiologi
Penyebab penyakit ini adalah sejenis virus yang tergolong dalam
famili paramyxovirus yaitu genus virus morbili. Virus ini sangat
sensitif terhadap panas dan dingin, dan dapat diinaktifkan pada
suhu 30oC dan -20oC, sinar matahari, eter, tripsin, dan beta
propiolakton. Sedang formalin dapat memusnahkan daya
infeksinya tetapi tidak mengganggu aktivitas komplemen.
(Rampengan, 1997 : 90-91)
Patofisiologi
Gejala awal ditunjukkan dengan adanya kemerahan yang mulai
timbul pada bagian belakang telinga, dahi, dan menjalar ke wajah dan
anggota badan. Selain itu, timbul gejala seperti flu disertai mata berair
dan kemerahan (konjungtivis). Setelah 3-4 hari, kemerahan mulai
hilang dan berubah menjadi kehitaman yang akan tampak bertambah
dalam 1-2 minggu dan apabila sembuh, kulit akan tampak seperti
bersisik. (Supartini, 2002 : 179).
Penularannya sangat efektif, dengan sedikit virus yang infeksius
sudah dapat menimbulkan infeksi pada seseorang.
Penularan campak terjadi melalui droplet melalui udara, terjadi
antara 1-2 hari sebelum timbul gejala klinis sampai 4 hari setelah
timbul ruam. Di tempat awal infeksi, penggadaan virus sangat
minimal dan jarang dapat ditemukan virusnya. Virus masuk kedalam
limfatik lokal, bebas maupun berhubungan dengan sel mononuklear
mencapai kelenjar getah bening lokal. Di tempat ini virus
memperbanyak diri dengan sangat perlahan dan dari tempat ini
mulailah penyebaran ke sel jaringan limforetikular seperti limpa.
PATHWAY
Virus morbili

Droplet infection

Eksudat yang serius, droliferasi sel mononukleus, polimorfonukleus

Penyebaran ke berbagai organ melalui hematogen

Reaksi inflamasi: demam, suhu naik, metabolisme naik, RR naik, Hipertermi

Saluran cerna Inflamasi saluran nafas atas; bercak koplik Kulit menonjol di sekitar kelenjar Konjungtiva radang
pada mukosa bukalis meluas ke jari sebasea dan folikel rambut
Bercak koplik berwarna kelabu di Konjungtivitis
trakeobronkial
kelilingi eritema pada mukosa Eritema membentuk macula papula di
bukalis, berhadapan pada molar, Batuk, pilek, RR meningkat, kulit Gangguan persepsi
palatum durum, mole produksi sekret sensori
Rash, ruam pada balik telinga, leher, pipi,
Mulut pahit Obstruksi saluran nafas muka, seluruh tubuh, deskuamasi rasa gatal Keterbatasan informasi
Anorexia mengenai penyakit
Bersihan jalan nafas tidak efektif Kerusakan integritas kulit
Intake nutrisi kurang  

Hygiene tidak dijaga Rasa gatal, tidak nyaman, Kurang informasi


Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
nyeri
 
Deficit perawatan
Gangguan rasa nyaman nyeri
diri
Manifestasi Klinis
Gejala mulai timbul dalam waktu 7-14 hari setelah terinfeksi, yaitu berupa:
1. Nyeri tenggorokan
2. Hidung meler
3. Batuk
4. Nyeri otot
5. Demam
6. Mata merah
7. Fotofobia (rentan terhadap cahaya, silau).
Namun, gejala ini tidak semuanya terjadai pada tiap penderita tergantung dari
stamina masing-masing.
Gejala klinis dibagi menjadi 3 stadium, yaitu :

1. Stadium awal (Prodromal)

2. Stadium timbulnya bercak (Erupsi)

3. Stadium masa penyembuhan (konvalesen)


Penatalaksanaan
a. Pengobatan bersifat suportif, terdiri dari :
 Pemberian cairan yang cukup
 Kalori yang sesuai dan jenis makanan yang disesuaikan dengan tingkat kesadaran dan adanya komplikasi
 Suplemen nutrisi
 Antibiotik diberikan apabila terjadi infeksi sekunder
 Anti konvulsi apabila terjadi kejang
a. Pengobatan bersifat suportif, terdiri dari :
 Pemberian vitamin A.
a. Indikasi rawat inap : hiperpireksia (suhu >39,0 0 C), dehidrasi, kejang, asupan oral sulit, atau adanya komplikasi. Campak tanpa
komplikasi :
 Hindari penularan
 Tirah baring di tempat tidur
 Vitamin A 100.000 IU, apabila disetai malnutrisi dilanjutkan 1500 IU tiap hari
 Diet makanan cukup cairan, kalori yang memadai. Jenis makanan disesuaikan dengan tingkat kesadaran pasien dan ada tidaknya
komplikasi
Pemeriksaan Penunjang

1 Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan yang perlu dilakukan jika


2
disertai komplikasi

3 Pemeriksaan imaging

4 Pemeriksaan Sitologis

5 Pemeriksaan Patologis
.

6 Pemeriksaan Serologi
.
Pencegahan

Vaksin campak merupakan bagian dari imunisasi rutin pada anak-anak. Vaksin
biasanya diberikan dalam bentuk kombinasi/campuran dengan gondongan dan
campak Jerman (vaksin MMR/mumps/gondongan, measles, rubella), disuntikkan
pada otot paha atau lengan atas. Dalam bentuk MMR, dosis pertama diberikan pada
usia 12-15 bulan, dosis kedua diberikan pada usia 4-6 tahun. Jika hanya mengandung
campak, vaksin campak pada bayi diberikan pada waktu usia 9 bulan.
Asuhan Keperawatan Pada Anak Campak
1. Pengkajian
a. Identitas diri

b. Pemeriksaan Fisik:

• Mata : terdapat konjungtivitis, fotophobia

• Kepala : sakit kepala

• Hidung : Banyak terdapat secret, influenza, rhinitis/koriza, perdarahan hidung (pada stad eripsi).

• Mulut & bibir : Mukosa bibir kering, stomatitis, batuk, mulut terasa pahit.

• Kulit : Permukaan kulit (kering), turgor kulit, rasa gatal, ruam makuler pada leher, muka, lengan dan kaki (pada stadium Konvalensi),
evitema, panas (demam).

• Pernafasan : Pola nafas, RR, batuk, sesak nafas, wheezing, renchi, sputum

• Tumbuh Kembang : BB, TB, BB Lahir, Tumbuh kembang R/ imunisasi.

• Pola Defekasi : BAK, BAB, Diare

• Status Nutrisi : intake – output makanan, nafsu makanan

c. Keadaan Umum : Kesadaran, TTV


2. Diagnosa Keperawatan

• Hipertermi berhubungan dengan proses


penyakit; infeksi virus morbili

• Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan


gejala penyakit

• Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan


dengan hipersekresi jalan napas
3. Intervensi

1. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit; infeksi virus morbili


Tujuan Intervensi
1. Menurunnya menggigil Intervensi utama :
2. Membaiknya suhu tubuh 1) Manajemen Hipertermia
3. Membaiknya suhu kulit 2) Regulasi Temperatur
Observasi
- Identifikasi penyebab hipertermia (mis. dehidrasi, terpapar
lingkungan panas, penggunaan, inkubator)
- Monitor suhu tubuh
- Monitor kadar elektrolit
- Monitor haluaran urine
- Monitor komplikasi akibat hipertermia
Terapeutik
- Sediakan lingkungan yang dingin
- Longgarkan atau lepaskan pakaian
- Basahi dan kipasi permukaan tubuh
- Berikan cairan oral
- Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami hiperhidrosis (keringat
berlebih)
- Lakukan pendinginan eksternal (mis. selimut hipotermia atau kompres dingin
pada dahi, lener, dada, abdomen, aksila)
- Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
- Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu
2. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala penyakit

Tujuan Intervensi
1. Menurunnya keluhan Intervensi utama :
tidak nyaman 1) Manajemen nyeri
2. Menurunnya gelisah 2) Pengaturan posisi
3) Terapi relaksasi

Observasi
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
- ldentifikasi skala nyeri
- ldentifikasi respons nyeri non verbal
- Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
- Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
- Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
- Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
- Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
- Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik
- Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hipnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi
pijat, aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing.
- Kompres hangat/dingin, terapi bermain)
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
- Ajarkan teknilk nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
3. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi jalan napas

Tujuan Intervensi
1. Meningkatnya batuk efektif Intervensi utama :
2. Menurunnya produksi sputum 1) Latihan batuk efektif
3. Menurunnya mengi 2) Manajemen jalan napas
4. Menurunnya meconium (pada 3) Pemantauan respirasi
neonates)
Observasi
- ldentifkasi kemampuan batuk
- Monitor adanya retensi sputum
- Monitor tanda dan gejala infeksi saluran napas
- Monitor input dan output cairan (mis. jumlah dan karakteristik)

Terapeutik
- Atur posisi semi-Fowler atau Fowler
- Pasang perlak dan bengkok di pangkuan pasien
- Buang sekret pada tempat sputum
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
- Anjurkan tarik napas dalam melalui hidung selama 4 detik, ditahan
selama 2 detik, kemudian keluarkan dari mulut dengan bibir mencucu
(dibulatkan) selama 8 detik.
- Anjurkan mengulangi tarik napas dalam hingga 3 kali
- Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik napas dalam yang
ke-3

Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian mukolitik atau ekspektoran, jika perlu

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan oleh perawat terhadap


pasien.
5. Evaluasi Keperawatan

1. Tujuan tercapai/masalah teratasi: jika klien menunjukkan


perubahan sesuai dengan standaryang telah ditetapkan.
2. Tujuan tercapai sebagian/masalah teratasi sebagian: jika
klien menunjukkan perubahan sebagian standard dan
kriteria yang telah ditetapkan.
3. Tujuan tidak tercapai/masalah tidak teratasi: jika klien
tidak menunjukkan perubahan dan kemajuan sama sekali
dan bahkan timbul masalah baru.
Penentuan masalah teratasi. Teratasi sebagian atau tidak teratasi adalah dengan cara
membandingkan antara SOAP/SOAPIER dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan.

S
(Subjective) : informasi berupa ungkapan yang didapat dari klien setelah
tindakan dilakukan
O
(Objective) : informasi yang didapat berupa hasil pengamatan, penilaian,
pengukuran yang dilakukan oleh perawat setelah tindakan
A
(Analisis) : membandingkan antara informasi dan objective dengan
tujuan dan kriteria hasil, kemudian diambil kesimpulan bahwa masalah teratasi,
teratasi sebagian atau tidak teratasi
P
(Planning) : rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan
berdasarkan hasil analisis.
KESIMPULAN
Morbili atau campak adalah suatu penyakit yang sangat menular karena
paramyxovirus yang ditandai oleh prodromal infeksi saluran pernafasan atas dan bercak
koplik yang diikuti dengan rash makula popular kehitaman (Catzel dan Robert, 1995).
Penyebabnya adalah virus morbili yang terdapat dalam sekret nasofaring dan darah selama
masa prodormal sampai 24 jam setelah timbul bercak-bercak.

Morbili dapat ditularkan dengan 3 cara,antara lain percikan ludah yang mengandung
virus, kontak langsung dengan penderita, penggunaan peralatan makan & minum
bersama. Manifestasi klinis dari morbili dapa kita lihat dari 3 stadiumnya yang memiliki
tanda dan gejala yang berbeda yaitu pada Stadium kataral (prodormal), Stadium erupsi,
Stadium konvalesensi

Adapun beberapa pencagahan dari morbili sendiri yaitu dengan melakukan vaksin.
Vaksin ini memiliki 2 cara yaitu dengan Imunusasi aktif yaitu hal ini dapat dicapai dengan
menggunakan vaksin campak hidup yang telah dilemahkan. Dan Imunusasi pasif yaitu
Imunusasi pasif dengan serum oarng dewasa yang dikumpulkan

Anda mungkin juga menyukai