Anda di halaman 1dari 13

TUGAS ESSAI

MATA KULIAH
MITIGASI DAN BENCANA GEOLOGI

KAJIAN RISIKO BENCANA KOTA PALU

Q FATHAN
D062222003

PROGRAM STUDI MAGISTER GEOLOGI


DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN

GOWA
2023
KAJIAN RISIKO BENCANA (KRB) KOTA PALU

QFathan1, Ilham Alimuddin 2


Mahasiswa Magister Geologi Universitas Hasanuddin1
Dosen Geologi Universitas Hasanuddin2
E-mail : qfathan@gmail.com

ABSTRAK

Tulisan ini Bertujuan untuk Mempelajari risiko bencana alam gempa bumi yang
terjadi di Kota Palu, indeks kajian risiko bencana, peta risiko bencana, dan kajian risiko
bencana yang terjadi di Kota Palu. Kajian risiko bencana yang dilakukan di Kota Palu
tidak terlepas dari adanya bencana-bencana yangpernah terjadi ataupun bencana-bencana
yang belum pernah terjadi namun berpotensi di Kota Palu. tercatat 6 (enam) jenis bencana
yang pernah melanda kota ini, yaitu bencana banjir, banjir bandang, gelombang ekstrim
dan abrasi, gempabumi, epidemi dan wabah penyakit, dan tanah longsor.
Setiap bencana memiliki tingkat risiko yang berbeda-beda tergantung dari
seberapa besar tingkat bahaya, tingkat kerentanan, dan tingkat kapasitasnya.. Perlu
diketahui, bahwa kajian risiko bencana merupakan mekanisme terpadu untuk
memberikan gambaran menyeluruh terhadap risiko bencana suatu daerah dengan
menganalisis tingkat bahaya, tingkat kerentanan dan kapasitas daerah. Berdasarkan hasil
analisa kajian risiko bencana diperoleh tingkat risiko bencana di Kota Palu yaitu sedang
dan tinggi. Tingkat risiko sedang berpotensi terhadap bencana kebakaran hutan dan lahan,
dan kekeringan. Tingkat risiko tinggi berpotensi tehadap bencana banjir, banjir bandang,
cuaca ekstrim, gelombang ekstrim dan abrasi, gempabumi, tanah longsor, dan tsunami.
Maka dari itu, kami membuat essai tentang kajian risiko bencana terkhusus bencana
gempabumi di Kota Palu perlu dilakukan, sebagai upaya dalam pembelajaran untuk
mengkaji risiko bencana di Kota Palu

Kata Kunci : Indeks Kajian, Peta Risiko, Kajian Risiko


Essai Kajian Risiko Bencana Kota Palu

Kajian Risiko Bencana adalah mekanisme terpadu untuk memberikan gambaran


menyeluruh terhadap risiko bencana suatu daerah dengan menganalisis tingkat bahaya,
tingkat kerentanan dan kapasitas daerah.
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yangang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor
alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan
dampak psikologis (UU Nomor 24 Tahun 2007).
Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi akibat
pelepasan energi dari bawah permukaan secara tiba-tiba yang menciptakan gelombang
seismik. Gempa bumi biasa disebabkan oleh pergerakan kerak bumi atau lempeng bumi.
Selain itu gempa bumi juga bisa disebabkan oleh letusan gunung api. (BPBD Aceh,
2018).

Sedangkan menurut BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) Gempa


bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi yang disebabkan
oleh tumbukan antar lempeng bumi, patahan aktif, akitivitas gunung api atau runtuhan
batuan.

Kota Palu merupakan ibukota dari Provinsi Sulawesi Tengah. Kota Palu merupakan
kota lima dimensi yang terdiri atas lembah, lautan, sungai, pegunungan, dan teluk, serta
merupakan kota yang dilalui oleh garis khatulistiwa. Sedikit kondisi wilayah ini dapat
menggambarkan bahwa Kota Palu merupakan daerah yang rawan akan terjadinya
bencana, terutama banjir. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi fisik Kota Palu yang termasuk
dataran rendah serta daerah sungai. Kawasan rawan banjir ini berada pada wilayah daerah
aliran sungai, seperti Sungai Palu, Sungai Lariang, Sungai Watulela, Sungai Pasangkayu,
Sungai Mesangka, Sungai Surumba, Sungai Sibayu, dan Sungai Tambu.

Kota Palu secara geografis berada di tengah wilayah Kabupaten Donggala, tepatnya
di bibir Teluk Palu yang memanjang dari arah timur ke barat, terletak pada posisi
geografis 119045’–121001’ Bujur Timur dan 0036’– 0056’ Lintang Selatan.
Gambar 1. Peta Administrasi Kota Palu

Pengkajian risiko bencana merupakan sebuah pendekatan untuk memperlihatkan


potensi dampak negative yang mungkin timbul akibat suatu potensi bencana yang
melanda. Potensi dampak negatif yang timbul dihitung berdasarkan tingkat kerentanan
dan kapasitas kawasan tersebut. Potensi dampak negatif ini dilihat dari potensi luas
paparan bahaya, jumlah jiwa yang terpapar, kerugian harta benda, dan kerusakan
lingkungan.
Pengkajian risiko bencana dilaksanakan dengan menggunakan metode pada gambar
berikut :

Sumber: Perka BNPB Nomor 2 Tahun 2012


Gambar 2. Metode Pangkajian Risiko Bencana
Indeks Pengkajian Risiko Bencana

Bahaya

Pengkajian indeks bahaya disusun berdasarkan data dan catatan sejarah kejadian yang
pernah terjadi di Kota Palu. Indeks bahaya merupakan komponen penyusun peta bahaya suatu
daerah. Analisis indeks bahaya didapatkan berdasarkan jenis potensi bencana yang terjadi. Dari
potensi bencana yang ada maka dapat diperkirakan potensi besaran luas bahaya terdampak
bencana. Skala indeks bahaya dibagi dalam 3 (tiga) kategori yaitu

0-0,333 = rendah,
>0,333-0,666 = sedang
>0,666–1 = tinggi.

Pengkajian bahaya yang dilakukan untuk seluruh potensi bencana di Kota Palu
berpedoman pada metodologi bahaya yang tercantum dalam Peraturan Kepala Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (Perka BNPB) Nomor 2 Tahun 2012 dan referensi pedoman lainnya
di kementerian/lembaga di tingkat nasional. Pengkajian berdasarkan metodologi bahaya
tersebut, diperoleh indeks bahaya dan peta bahaya untuk seluruh potensi bencana di Kota Palu.
Untuk penentuan luas wilayah yang terdampak bencana, data luas wilayah menggunakan data
dari Kementerian Dalam Negeri Tahun 2015, sesuai dengan yang dianjurkan oleh BNPB untuk
kesamaan proses analisis kajian risiko bencana seluruh wilayah. Adapun hasil kajian bahaya
untuk seluruh potensi bencana di Kota Palu dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1. Potensi Luas Wilayah Terpapar Bencana Kota Palu

BAHAYA
LUAS (Ha) KELAS
Tabel di atas memperlihatkan bahwa bahaya seluruh potensi bencana di Kota Palu
berada pada kelas sedang dan tinggi. Penentuan kelas bahaya Kota Palu diperoleh kelas bahaya
maksimal setiap jenis bencana perkecamatan. Hasil kajian pada tabel di atas diperoleh dari
rekapitulasi hasil kajian tingkat kecamatan.
Gempabumi adalah peristiwa pelepasan energi yang menyebabkan dislokasi
(pergeseran) pada bagian dalam bumi secara tiba-tiba. Gempabumi dapat terjadi karena
proses tektonik akibat pergerakan kulit/lempeng bumi, aktivitas sesar di permukaan bumi,
atau pergerakan geomorfologi secara lokal. Skala yang digunakan untuk menentukan
besarnya gempabumi biasanya dengan skala richter (SR). Intensitas atau getarannya
diukur dengan skala MMI. Parameter yang digunakan dalam menentukan indeks bahaya
gempabumi, yaitu kelas topografi, intensitas guncangan di batuan dasar, dan intensitas
guncangan di permukaan.
Berdasarkan parameter bahaya gempabumi tersebut, maka dapat ditentukan kelas
bahaya dan luasan daerah terdampak bencana gempabumi di Kota Palu. Adapun
rekapitulasi pengkajian bahaya gempabumi di masing-masing kecamatan adalah sebagai
berikut.
Tabel 2. Luas Wilayah Terpapar Bencana Gempa Bumi Kota Palu

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa total luas bahaya untuk bencana
gempabumi di Kota Palu yaitu 38.786 Ha, dengan kelas tinggi. Kecamatan Mantikulore
merupakan wilayah terluas terdampak bencana gempabumi di Kota Palu yaitu 18.981 Ha.

Kerentanan

Pengkajian kerentanan berhubungan dengan kemampuan perorangan atau


komunitas untuk menghadapi sebuah ancaman bencana. Penilaian terhadap kerentanan
berupa proses pengukuran tingkat kerentanan baik individual maupun kelompok.
Pengkajian kerentanan dapat dilakukan berdasarkan aspek sosial budaya, fisik,ekonomi,
dan lingkungan.
Pengkajian kerentanan bencana dikelompokkan menjadi 2 (dua) kategori indeks
pendukung dalam penentuan kerentanan, yaitu indeks penduduk terpapar dan indeks
kerugian.
1. Indeks Penduduk Terpapar
Indeks penduduk terpapar didapatkan berdasarkan komponen sosial budaya.
Parameter yang digunakan dalam penentuan indeks ini yaitu kepadatan penduduk dan
penduduk kelompok rentan. Kelompok masyarakat rentan yang dimaksud adalah
kelompok umur rentan (umur 0–4 tahun dan >65 tahun), rasio jenis kelamin, penduduk
miskin, dan penduduk cacat. Parameter ukur indeks penduduk terpapar tersebut berlaku
sama untuk seluruh potensi bencana, Kecuali untuk bencana kebakaran hutan dan lahan.
Bencana tersebut karena tidak berpengaruh pada timbulnya korban jiwa/penduduk
terpapar bencana
2. Indeks Kerugian
Indeks kerugian dihitung berdasarkan komponen ekonomi, fisik dan lingkungan.
Indeks ini dikelompokkan menjadi 2 (dua) yaitu indeks kerugian rupiah (ekonomi dan
fisik) dan indeks kerusakan lingkungan (lingkungan). Komponen ekonomi dihitung
berdasarkan parameter lahan produktif dan PDRB, parameter komponen ekonomi sama
untuk seluruh jenis bencana. Komponen fisik dihitung berdasarkan parameter rumah,
fasilitas umum, dan fasilitas kritis. Parameter fisik berlaku sama untuk seluruh potensi
bencana kecuali untuk bencana kebakaran hutan dan lahan, dan kekeringan, bencana
tersebut tidak merusak infrastruktur maupun bangunan yang ada.
Tabel 3. Potensi Penduduk Terpapar Bencana Gempabumi Per Kecamatan di Kota Palu

Tabel 4. Potensi Kerugian Bencana Gempabumi Per Kecamatan di Kota Palu

Kapasitas

Pengkajian kapasitas untuk tingkat Kota Palu, kedetailan kajian dilakukan hingga
tingkat kelurahan. Penentuan kapasitas tersebut dilihat berdasarkan komponen ketahanan
daerah dan komponen kesiapsiagaan kelurahan. Komponen ketahanan daerah berfungsi
untuk mengukur kapasitas pemerintah dalam penanggulangan bencana. Potret ketahanan
daerah diperoleh berdasarkan Peraturan Kepala BNPB Nomor 3 Tahun 2012 tentang
Panduan Penilaian Kapasitas Daerah dalam Penanggulangan Bencana. Sedangkan
komponen kesiapsiagaan kelurahan berfungsi untuk mengukur kapasitas masyarakat di
setiap kelurahan dalam menghadapi bencana. Gambaran kesiapsiagaan kelurahan
diperoleh dari analisa survey kesiapsiagaan untuk tiap kelurahan di Kota Palu.
Berdasarkan pengkajian kapasitas Kota Palu dalam menghadapi bencana
gempabumi, maka diperoleh indeks kapasitas dalam menghadapi bencana gempabumi.
Hasil analisis kapasitas Kota Palu dihasilkan berdasarkan kuesioner ketahanan daerah dan
kuesioner kesiapsiagaan kelurahan. Gabungan perumusan dari kedua analisis kapasitas
tersebut menghasilkan indeks kapasitas bencana gempabumi. Adapun hasil analisis
kapasitas untuk bencana gempabumi di Kota Palu dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5. Kapasitas Kota Palu dalam menghadapi Bencana Gempabumi

Peta Risiko Bencana Gempa Bumi

Pemetaan risiko bencana digunakan sebagai petunjuk zonasi tingkat risiko satu
jenis ancaman bencana pada suatu daerah pada waktu tertentu. Pemetaan ini dilakukan
dengan melakukan overlay peta bahaya, peta kerentanan dan peta kapasitas. Dari hasil
kajian peta risiko, dapat ditentukan tingkat risiko untuk setiap bencana yang berpotensi
terjadi di daerah.
Gambar 3. Peta Risiko Bencana Gempa Bumi
Kajian Risiko Bencana
Pengkajian risiko adalah suatu metodologi untuk menentukan sifat dan besarnya
risiko dengan menganalisa bahaya potensial dan mengevaluasi kondisi kerentanan yang
ada. Dimana risiko tersebut dapat menyebabkan ancaman atau membahayakan jiwa, harta
benda, mata pencarian, dan lingkungan tempat mereka bergantung. Oleh karena itu,
kajian ini penting dilakukan dalam rangka penyusunan rencana penanggulangan bencana,
serta untuk mengetahui kerusakan bila terjadi bencana, dalam rangka penyusunan rencana
tindak tanggap darurat, rehabilitasi dan rekonstruksi.
Kajian risiko bencana dilakukan untuk mengidentifikasi bahaya dan kerentanan
dari suatu daerah yang kemudian menganalisa dan mengestimasi kemungkinan timbulnya
potensi bahaya. Selain itu, juga untuk mempelajari kelemahan dan celah dalam
mekanisme perlindungan dan strategi adaptasi yang ada terhadap bencana, serta untuk
memformulasikan rekomendasi realistis langkah-langkah mengatasi kelemahan dan
mengurangi resiko bencana yang telah diidentifikasi. Proses kajian harus dilaksanakan
untuk seluruh potensi bahaya sampai kepada tingkat kelurahan.

• Penentuan Tingkat Bahaya


Tingkat bahaya untuk setiap potensi bencana di Kota Palu diperoleh dari nilai indeks
bahaya maksimal dari setiap kecamatan terdampak. Untuk melihat tingkatan bahaya setiap jenis
potensi bencana dapat lebih jelas terlihat pada peta bahaya Kota Palu.

Tabel 6. Tingkat Bahaya Kota Palu


Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jenis bancana gempabumi masuk dalam
kategori tingkat bahaya yang tinggi

• Penentuan Tingkat Kerentanan


Tingkatan kerentanan untuk seluruh potensi bencana di Kota Palu diperoleh dari
penggabungan indeks penduduk terpapar dengan indeks kerugian. Untuk lebih jelasnya
tingkat kerentanan setiap jenis bencana yang berpotensi terjadi dapat dilihat pada peta
kerentanan Kota Palu. Adapun rekapitulasi tingkat kerentanan untuk setiap jenis bencana
yang berpotensi terjadi di Kota Palu dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 7. Tingkat Kerentanan Bencana Kota Palu

Berdasarkan data di atas tingkat kerentanan benacana gempabumi yang tejadi di


Kota Palu di kategorikan dengan tingkat kerentanan yang tinggi

• Penentuan Tingkat Kapasitas


Tingkat kapasitas untuk setiap potensi bencana di Kota Palu diperoleh dari
penggabungan indeks kapasitas daerah dan indeks kesiapsiagaan kelurahan. Untuk
melihat tingkat kapasitas setiap jenis potensi bencana dapat lebih jelas terlihat pada peta
kapasitas Kota Palu. Adapun rekapitulasi tingkat kapasitas seluruh potensi bencana di
Kota Palu dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 7. Tingkat Kerentanan Bencana Kota Palu

Dari data di atas maka kapasitas bencana gempabumi di Kota Palu di Kategorikan dengan
Kapasitas Tingkat Rendah.

Referensi :
Badan Nasional Penanggulangan Bencana. Definisi dan Jenis Bencana.
https://www.bnpb.go.id/definisi-bencana. Diakses pada tanggal 31 Agustus
2022.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana. 2018. Buku Pedoman Latihan Kesiapsiagaan


Bencana. Bogor : Deputi Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan.

BNPB. 2015. Kajian Risiko Bencana Kota Palu Sulawesi Tengah 2016-2020. Deputi
Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BNPB.
UU Nomor 24 Tahun 2007 tentang “Penanggulangan Bencana”

Anda mungkin juga menyukai