Anda di halaman 1dari 17

TUGAS KELOMPOK

KEPERAWATAN BENCANA
(MODEL PENILAIAN BENCANA)

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 2
1. Damiana Welerubun 8. Jenny W. Sosale
(12114201190049) (12114201190123)
2. Erna M. Telehala 9. Julivia M. Metekohy
(12114201190064) (12114201190129)
3. Geraldy S. Adriaansz 10. Knil W. Muskita
(12114201190092) (12114201190134)
4. Hanna J. Metekohy 11. Lenda C. Tuhumury
(12114201190099) (12114201190140)
5. Henynisa Sipahelut 12. Livi Yanti Souripet
(12114201190103) (12114201190150)
6. Ireine Talahaturuson 13. 13. Lussy J. Balriyanan
(12114201190109) (12114201190151)
7. Jamita Souissa
(12114201190117)

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU


FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
AMBON,2021
KATA PENGANTAR

Terimaksih kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas kehendak-Nya
kami bisa menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya.
Semua itu hanya karena berkat serta tuntunan Tuhan dalam kehidupan kami. Dalam makalah
yang kami susun ini berisi tentang Model Penilaian Bencana.
Besar harapan kami bahwa makalah ini dapat bernilai baik. Kami menyadari bahwa
makalah yang kami susun ini belumlah sempurna baik dari segi penyusunan bahasa  maupun
penulisan, oleh karena itu kami kelompok sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun guna menjadi acuan agar kami kelompok bisa menjadi lebih baik lagi untuk
kedepannya. Semoga makalah ini bisa menambah wawasan pembaca dan bisa bermanfaat dalam
perkembangan dan peningkatan ilmu keperawatan.
 

AMBON, 28 FEBRUARI 2022

KELOMPOK 2
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL………………………………………………….………….….i

KATA PENGANTAR……………………………..……………………….…….……ii

DAFTAR ISI…………………………………………………………………..…….…iii

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang…………………………………..………..……………………4

2. Tujuan…………………………………………………..….…………………...4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA …………………………………………………….5-15

BAB III PENUTUP

1. Kesimpulan…………………………………………………………….……….16
2. Saran…………………………………………………………………..………..16

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………...…17
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Bencana (disaster) merupakan fenomena sosial akibat kolektif atas sistem penyesuaian
dalam merespon ancaman. Renspon itu bersifat jangka pendek yang disebut mekanisme
penyesuaian (coping mechanism) atau yang lebih jangka panjang yang dikenal sebagai
mekanisme adaptasi (adaptatif mechanism). Mekanisme dalam menghadapi perubahan
dalam jangka pendek terutama bertujuan untuk mengakses kebutuhan hidup dasar:
keamanan, sandang, pangan, sedangkan jangka panjang bertujuan untuk memperkuat
sumber-sumber kehidupannya.
Banyak masalah yang berkaitan dengan bencana. Kehilangan dan kerusakan termasuk
yang paling sering harus dialami bersama datangnya bencana itu. Harta benda dan
manusia terpaksa harus direlakan, dan itu semua bukan masalah yang mudah. Dalam arti
mudah difahami dan mudah diterima oleh mereka yang mengalami. Bayangkan saja harta
yang dikumpulkan sedikit demi sedikit, dipelihara bertahun-tahun lenyap seketika.

2. Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini,yaitu untuk mengetahui model penilaian
bencana.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian

Pengkajian atau penilaian risiko bencana dilaksanakan dengan mengkaji dan memetakan tingkat
bahaya, tingkat kerentanan dan tingkat kapasitas berdasarkan indeks bahaya, indeks penduduk
terpapar, indeks kerugian dan indeks kapasitas ( Ruswandi, 2014 ).

Pengkajian atau penilaian resiko bencana merupakan sebuah pendekatan untuk memperlihatkan
potensi dampak negatif yang mungkin timbul akibat suatu potensi bencana yang melanda titik
potensi dampak negatif yang timbul dihitung berdasarkan tingkat kerentanan dan kapasitas
kawasan tersebut. Potensi dampak negatif ini dilihat dari potensi jumlah jiwa yang terpapar,
kerugian harta benda dan kerusakan lingkungan. ( BNPB, 2012 ).

Penting untuk dicatat bahwa pendekatan ini tidak dapat disamakan dengan rumus matematika
titik pendekatan ini digunakan untuk memperlihatkan hubungan antara ancaman kerentanan dan
kapasitas yang membangun perspektif tingkat resiko bencana suatu kawasan.

Berdasarkan pendekatan tersebut terlihat bahwa tingkat resiko bencana amat bergantung pada :

1. Tingkat ancaman kawasan


2. Tingkat keren tanam kawasan yang terancam
3. Tingkat kapasitas kawasan yang terancam
Upaya pengkajian resiko bencana pada dasarnya adalah menentukan besaran 3 komponen
resiko tersebut dan menyajikan nya dalam bentuk spesial maupun non spesial agar mudah
dimengerti titik pengkajian resiko bencana digunakan sebagai landasan penyelenggaraan
penanggulangan bencana di suatu kawasan, penyelenggaraan ini dimaksudkan untuk
mengurangi resiko bencana.
Upaya pengurangan risiko bencana berupa :
1. Memperkecil ancaman kawasan
2. Mengurangi kerentanan kawasan yang terancam
3. Meningkatkan kapasitas kawasan yang terancam

B. Prinsip/pengkajian Resiko Bencana


Pengkajian atau penilaian resiko bencana memiliki ciri khas yang menjadi prinsip
pengkajian. oleh karenanya pengkajian dilaksanakan berdasarkan :
1. Data dan segala bentuk rekaman kejadian yang ada
2. Integrasi analisis probabilitas kejadian ancaman dari parah ahli dengan kearifan lokal
masyarakat
3. Kemampuan untuk menghitung potensi jumlah jiwa terpapar, kerugian harta benda
dan kerusakan lingkungan
4. Kemampuan untuk diterjemahkan menjadi kebijakan pengurangan resiko bencana

C. Fungsi Pengkajian Risiko Bencana


Pada tatanan pemerintah, hasil dari pengkajian resiko bencana digunakan sebagai dasar
untuk menyusun kebijakan penanggulangan bencana. Kebijakan ini nantinya merupakan
dasar bagi penyusunan rencana penanggulangan bencana yang merupakan mekanisme
untuk Memgharusutamakan penanggulangan bencana dalam rencana pembangunan. Pada
tatanan mitra pemerintah hasil dari pengkajian resiko bencana digunakan sebagai dasar
untuk melakukan aksi pendampingan maupun intervensi teknis langsung ke komunitas
terpapar untuk mengurangi risiko bencana. Pendampingan dan intervensi paramitra harus
dilaksanakan dengan koordinasi dan sinkronisasi terlebih dahulu dengan program
pemerintah dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana. Pada tatanan masyarakat
umum, hasil dari pengkajian resiko bencana digunakan sebagai salah satu dasar untuk
menyusun aksi praktis dalam rangka kesiapsiagaan, seperti menyusun rencana dan jalur
evakuasi pengambilan keputusan daerah tempat tinggal dan sebagainya.

D. Pengkajian Resiko Bencana


Pengkajian resiko bencana dapat dilaksanakan oleh lembaga manapun baik akademis,
dunia usaha maupun LSM ataupun organisasi lainnya asal tetap dibawah tanggung jawab
pemerintah dan pemerintah daerah dengan menggunakan metode yang telah ditetapkan
oleh BNPB.
Komponen pengkajian resiko bencana terdiri dari ancaman, kerentanan dan kapasitas.
Komponen ini digunakan untuk memperoleh tingkat risiko bencana suatu kawasan dengan
menghitung potensi jiwa terpapar, kerugian harta benda dan kerusakan lingkungan. Selain
tingkat risiko, kajian diharapkan mampu menghasilkan peta risiko untuk setiap bencana
yang ada pada suatu kawasan kajian dan peta risiko bencana ini harus mampu menjadi
dasar yang memadai bagi daerah untuk menyusun kebijakan penanggulangan bencana titik
di tingkat masyarakat hasil pengkajian diharapkan dapat dijadikan dasar yang kuat dalam
perencanaan upaya pengurangan risiko bencana.
1) Prasyarat umum
1. Memenuhi aturan tingkat kedetailan analisis ( kedalaman analisis di tingkat
nasional minimal hingga kabupaten/ kota, kedalaman analisis di tingkat provinsi
minimal hingga kecamatan, kedalaman analisis di tingkat kabupaten /kota minimal
hingga tingkat kelurahan/desa/kampung/ negeri).
2. Skala peta minimal adalah 1:25.000 untuk kabupaten/kota di pulau Jawa dan Nusa
tenggara
3. Mampu menghitung jumlah jiwa terpapar bencana (dalam jiwa )
4. Mampu menghitung nilai kerugian harta benda dan kerusakan lingkungan ( dalam
rupiah )
5. Menggunakan 3 kelas interval tingkat resiko, yaitu tingkat resiko tinggi, sedang dan
rendah.
6. Menggunakan GIS dengan Grid ( 1 ha ) dalam pemetaan risiko bencana

2) Metode umum
Pengkajian resiko bencana dilaksanakan dengan menggunakan metode pada gambar 1

Sumber : peraturan kepala badan Nasional penanggulangan bencana nomor 02 tahun


2012
Gambar 1. Metode pengkajian risiko bencana

Pengkajian resiko bencana pada gambar 1 akan menghasilkan indeks risiko bencana yang
disusun berdasarkan komponen bahaya, kerugian dan kapasitas. Komponen bahaya
disusun berdasarkan parameter intensitas dan probabilitas kejadian. Komponen kerugian
disusun berdasarkan parameter sosial budaya ekonomi fisik dan lingkungan. Komponen
kapasitas disusun berdasarkan parameter kapasitas regulasi, kelembagaan, sistem
peringatan dini, pendidikan, pelatihan, keterampilan, mitigasi, dan sistem kesiapsiagaan
titik hasil pengkajian risiko bencana terdiri dari dua bagian yaitu peta risiko bencana dan
dokumen kajian risiko bencana.
Mekanisme penyusunan peta risiko bencana saling terkait dengan mekanisme
penyusunan dokumen kajian risiko bencana titik peta risiko bencana menghasilkan
landasan penentuan tingkat risiko bencana yang merupakan salah satu komponen capaian
dokumen kajian risiko bencana. Selain itu dokumen kajian bencana juga harus
menyajikan kebijakan minimum penanggulangan bencana daerah yang ditunjukkan untuk
mengurangi jumlah jiwa terpapar, kerugian harta benda dan kerusakan lingkungan.

3) Metode penyusunan peta risiko bencana


Metode pemetaan risiko bencana dapat dilihat pada gambar 2
Pada gambar 2 terlihat bahwa peta risiko bencana merupakan overlay atau penggabungan
dari peta ancaman peta kerentanan dan kapasitas.
Peta-peta tersebut diperoleh dari berbagai indeks yang dihitung dari data-data dan metode
perhitungan tersendiri titik penting untuk dicatat bahwa peta risiko bencana dibuat untuk
setiap jenis ancaman bencana yang ada pada suatu kawasan. Metode perhitungan dan
data yang dibutuhkan untuk menghitung berbagai indeks akan berbeda untuk setiap jenis
ancaman.

4) Metode penyusunan dokumen kajian risiko bencana


Metode penyusunan dokumen kajian risiko bencana dapat dilihat pada gambar 3

Gambar 3 memperlihatkan bahwa kajian risiko bencana diperoleh dari indeks dan data
yang sama dengan penyusunan peta risiko bencana titik perbedaan yang terjadi hanya
pada urutan penggunaan masing-masing indeks titik urutan ini berubah disebabkan jiwa
manusia tidak dapat dinilai dengan rupiah titik oleh karena itu tingkat ancaman yang
telah memperhitungkan indeks ancaman di dalamnya menjadi dasar bagi perhitungan
tingkat kerugian dan tingkat kapasitas. Gabungan tingkat kerugian dan tingkat kapasitas
merupakan tingkat resiko bencana.

5) Korelasi penyusunan peta dan dokumen kajian


Seperti yang terlihat pada gambar 2 dan gambar 3, korelasi antara metode penyusunan
peta risiko bencana dan dokumen kajian risiko bencana terletak pada seluruh indeks
penyusunannya. Indeks indeks tersebut bila diperhatikan kembali disusun berdasarkan
komponen-komponen yang telah dipaparkan pada gambar 1 titik korelasi penyusunan
peta dan dokumen kajian risiko bencana merupakan metode umum pengkajian resiko
bencana Indonesia dapat dilihat pada gambar 4.

E. Metode Perhitungan Indeks


Pengkajian resiko bencana disusun berdasarkan indeks indeks yang telah ditentukan
indeks tersebut terdiri dari indeks ancaman, indeks penduduk terpapar, indeks kerugian
dan indeks kapasitas. Kecuali indeks kapasitas indeks indeks yang lain amat bergantung
pada jenis ancaman bencana titik dibedakan berdasarkan kawasan administrasi.
Pengkhususan ini disebabkan indeks kapasitas difokuskan kepada institusi pemerintah di
kawasan kajian.
Indonesia secara garis besar memiliki 13 ancaman bencana titik ancaman tersebut
adalah : gempa bumi, tsunami, banjir tanah longsor letusan gunung api, gelombang ekstrim
dan abrasi, cuaca ekstrem, kekeringan, kebakaran hutan dan lahan, kebakaran gedung dan
pemukiman epidemi dan wabah penyakit, gagal teknologi dan konflik sosial.
1. Analisis tingkat risiko bencana kabupaten/kota
a) Klasifikasi data data yang digunakan merupakan data hasil kajian risiko yang
terdiri dari data : bahaya per jenis bencana, jiwa terpapar per jenis bencana,
kerugian jenis bencana, kerusakan lingkungan jenis bencana dan kapasitas
pemerintah daerah per kabupaten/kota
b) Pembobotan

Penentuan bobot jenis bahaya ( parameter 1 ) ditentukan berdasarkan


hubungan antara frekuensi kejadian dengan ada tidaknya peringatan. Dari tabel 1
di bawah ini terlihat bobot jenis bahaya dan nilai tingkat bahaya 1 untuk renda, 2
untuk sedang dan 3 untuk tinggi. bobot kerentanan ( Parameter 2 ) berbeda untuk
masing-masing jenis bahaya yang dihitung berdasarkan indeks penduduk terpapar
dalam jiwa, Kerugian dalam rupiah dan kerusakan lingkungan dalam ha seperti
ditunjukkan pada tabel 1 di bawah. Komponen kapasitas ( parameter 3 ) disusun
untuk semua jenis bencana berdasarkan parameter kapasitas regulasi,
kelembagaan sistem peringatan dini, pendidikan pelatihan keterampilan mitigasi
dan sistem kesiapsiagaan. Masing-masing parameter kemudian dikelompokkan
menjadi tiga kelas yang kemudian digunakan untuk menghitung indeks risiko
bencana dengan menggunakan rumus risiko di bawah ini :
R = H*V/C
Penentuan interval kelas masing-masing indeks jenis bencana dilakukan
menggunakan nilai indeks dari kelas 1 untuk kelas 2 untuk sedang dan kelas 3
untuk tinggi titik penentuan skor untuk masing-masing parameter dilakukan
dengan metode pink kalian antara kelas 1 2 dan 3 dengan bobot yang telah
ditentukan titik masing-masing parameter kemudian dijumlahkan secara
keseluruhan untuk memperoleh skor total bencana di wilayah kabupaten titik tabel
berikut menjelaskan yang digunakan dalam metode ini.

Tabel 1.2 penentuan bobot bahaya, kerentanan dan kapasitas per jenis bahaya.
2. Analisis tingkat resiko bencana provinsi
Data yang digunakan pada analisis tingkat risiko provinsi adalah data klasifikasi
tingkat risiko bencana kabupaten/kota pada provinsi yang akan dianalisis. Data
lainnya adalah jumlah kabupaten dan kota di provinsi tersebut dengan menggunakan
scoring maksimal ( S maks ) dan scoring minimal ( S min ), klasifikasi tingkat resiko
bencana tingkat provinsi adalah sebagai berikut :

Di mana :
Tingkat resiko rendah, nilai : 1
Tingkat resiko sedang, nilai : 2
Tingkat resiko tinggi, nilai : 3
N = jumlah kabupaten/kota dalam provinsi tersebut
Smin = N x 1
SMaks = N x 3
X = ( SMaks - Smin )/3
Penggunaan metodologi ini dapat berubah pada waktu mendatang sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi titik pembaruan data akan terus
dilakukan dan bekerjasama dengan instansi terkait dan pemerintah daerah.
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Penilaian risiko adalah suatu proses untuk menentukan sifat dan tingkat risiko tersebut,
dengan menganalisis bahaya dan mengevaluasi kondisi kerentanan yang ada yang secara
bersama-sama berpotensi membahayakan orang, properti layanan mata pencaharian dan
lingkungan tempat mereka bergantung. Penilaian tidak hanya mengevaluasi besarnya dan
kemungkinan kerugian potensial tetapi juga memberikan pemahaman penuh tentang sebab
dan akibat dari kerugian tersebut. Penilaian risiko oleh karena itu merupakan bagian
integral dari proses pengambilan keputusan dan pembuatan kebijakan dan memerlukan
kolaborasi antara berbagai bagian masyarakat.

Selain perkiraan potensi kerugian dan dampaknya penilaian risiko memungkinkan


penetapan tingkat risiko yang dapat diterima, yang didefinisikan sebagai tingkat kerugian
yang dapat diterima tanpa menghancurkan kehidupan ekonomi nasional atau keuangan
pribadi. Bila tingkat resiko saat ini dan yang dapat diterima ditentukan rencana dan strategi
pengurangan risiko bencana dapat direvisi atau dikembangkan sehingga mereka memiliki
tujuan terukur untuk mengurangi resiko saat ini ke tingkat yang dapat diterima.

Untuk melawan risiko bencana yang ada secara sistematis, misalnya dengan merumuskan
kebijakan pengurangan risiko bencana yang komprehensif mengembangkan rencana
penggunaan lahan atau menerapkan mekanisme asuransi untuk mentransfer risiko yang
tidak dapat direduksi pengetahuan dan pemahaman yang diberikan oleh penilaian risiko
komprehensip sangat penting. Selanjutnya ketika rencana tersebut diterapkan, evaluasi
risiko secara berkala memberikan indikasi eksplisit mengenai kemajuan dalam
pengurangan risiko bencana dan membuat koreksi yang diperlukan terhadap rencana dan
strategis.

2. Saran

Diharapkan makalah ini dapat menambah keluasan ilmu pengetahuan dalam bidang
Keperawatan Bencana.
DAFTAR PUSTAKA

BNPB (2012). Peraturan kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 02 tahun 2012
Tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana

Ruswandi, D (2014). Indeks Risiko Bencana Indonesia Tahun 2013. Direktorat Pengurangan
Risiko Bencana Deputi Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan RI UNDP (2010). Disaster Risk
Assessment. www.undp.org

Anda mungkin juga menyukai