I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
Infrastruktur memiliki posisi yang amat penting bagi keberlangsungan
kegiatan penduduk suatu wilayah. Kegiatan penduduk dapat ditampung dalam
ruang-ruang sarana sosial dan ekonomi, tetapi tidak akan berjalan dengan baik
tanpa didukung oleh pelayanan infrastruktur yang memadai. Sebagai contoh,
kegiatan perekonomian penduduk suatu wilayah mungkin dapat ditampung pada
ruang-ruang yang berupa sarana perekonomian, seperti kawasan, perdagangan,
jasa, dan industry yang dimiliki oleh wilayah tersebut, tetapi tanpa dukungan
penyediaan jaringan infrastruktur yang baik, sebagai contoh seperti jaringan jalan,
air bersih, pembuangan sampah, drainase, dan sanitasi, kegiatan tersebut tidak
dapat berjalan dengan optimal. Infrastruktur juga memegang peranan penting
sebagai salah satu roda penggerak pertumbuhan ekonomi dan kegiatan sosial. Ini
dikarenakan kemajuan dan pertumbuhan ekonomi daerah tidak dapat dipisahkan
dengan ketersediaan infrastruktur. Oleh karena itu, pembangunan sektor ini menjadi
dasar yang kuat dalam pembangunan ekonomi selanjutnya.
Kabupaten Belu sebagai beranda Negara Kesatuan Republik Indonesia
berupaya memberikan gambaran laju pembangunan melalui Visi Kabupaten Belu
“MASYARAKAT BELU YANG SEHAT, BERKARAKTER DAN KOMPETITIF” yang
diaktualisasikan melalui Misi “Pembangunan Infrastruktur Wilayah dan Kawasan
Perbatasan yang Berbasis Tata Ruang dan Lingkungan Hidup”. Visi dan Misi yang
bernafaskan Nawacita ini berorientasi pada pemenuhan kebutuhan air minum,
pembangunan jalan sebagai akses bagi masyarakat, penyediaan rumah layak huni
bagi masyarakat serta pembangunan infrastruktur pendukung lainnya seperti
penanganan daerah genangan air, pembangunan bronjong pengaman tebing dan
pembangunan embung konservasi.
Untuk menjamin terwujudnya misi tersebut di atas, Pemerintah Kabupaten
Belu memiliki kebijakan dan strategi yang tertuang dalam Rencana Strategis Dinas
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Belu sebagai bagian integral dari
RPJMD Kabupaten Belu Tahun 2021-2026 dan dijabarkan ke dalam rencana kerja
tahunan. Namun dalam merumuskan perencanaan pembangunan infrastruktur,
pendanaan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh dan menjadi prasyarat
mutlak untuk dipertimbangkan. Pemerintah Kabupaten Belu memiliki
ketersediaan/kemampuan keuangan daerah yang rendah saat ini dalam
merealisasikan strategi-strategi untuk pembangunan infrastruktur bagi masyarakat.
B. Perumusan Masalah
Ketersediaan infrastruktur yang handal merupakan hal yang sangat penting
untuk mendukung kegiatan ekonomi maupun pertumbuhan dunia usaha di daerah.
Karena itu Pemerintah Kabupaten Belu berkomitmen untuk terus meningkatkan
pembangunan infrastruktur dikarenakan kondisi infrastruktur di Kabupaten Belu
saat ini masih memiliki banyak permasalahan yang perlu menjadi perhatian dan
segera untuk ditangani, yaitu:
1. Pemenuhan kebutuhan air minum
Persentase rumah tangga yang memiliki akses terhadap sumber air minum layak di
Kabupaten Belu sampai dengan tahun 2022 adalah sebesar 87,06 % atau sebanyak
52.065 KK. Masih terdapat 12,94% atau sebanyak 7.739 KK yang tidak memiliki akses
terhadap air minum layak. Dari data rumah tangga yang memiliki akses terhadap
sumber air minum layak, masih sebanyak 18.514 KK yang memiliki akses perpipaan.
2. Pembangunan jalan
Dari total panjang jalan Kabupaten Belu sebesar 353,02 km, kondisi jalan dalam
keadaan baik sebesar 57,75% atau 203,86 km. Sisa dari panjang ruas jalan kabupaten
tersebut memiliki kondisi sedang sepanjang 34,45 km (9,76%) , kondisi rusak ringan
sepanjang 4,41 km (1,25%) dan kondisi rusak berat sebesar 73,25 km (20,75%).
3. Penyediaan rumah layak huni
Urusan perumahan sangat berhubungan erat dengan tingkat kesejahteraan
masyarakat. Kondisi perumahan menjadi salah satu instrumen yang sering
digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan seseorang. Urusan perumahan
wajib dilaksanakan oleh pemerintah daerah untuk memperhatikan kebutuhan rakyat
akan rumah layak huni. Total rumah di Kabupaten Belu sampai dengan tahun 2022
adalah sebanyak 35.305 unit. Dari total jumlah rumah tersebut, sebanyak 22.847 unit
rumah masuk kategori rumah layak huni, sedangkan sebanyak 12.458 unit rumah
masih masuk kategori rumah tidak layak huni. Urusan penyediaan rumah juga
memperhatikan backlog (kk numpang) di Kabupaten Belu yang jumlahnya sangat
banyak yaitu mencapai 8756 kk serta masyarakat yang terdampak bencana alam.
4. Pembangunan infrastruktur pendukung lainnya
a. penanganan genangan air
Sistem Drainase yang dibangun secara komperhensif sangat berpengaruh
terhadap kesehatan lingkungan Kota dan akan berdampak baik bagi kehidupan
sosial masyarakat Kawasan Perkotaan Atambua. Masih terdapat 42 daerah
genangan di Kawasan Perkotaan Atambua yang belum dapat ditangani. (Rencana
Induk Drainase Kota Atambua, Tahun 2020)
b. pembangunan bronjong pengaman tebing
Sebagai daerah yang memiliki wilayah sungai yang banyak, Kabupaten Belu
mengalami masalah terkait tebing disepanjang sungai yang rawan bahaya tanah
longsor dan erosi. Oleh karena itu sangat dibutuhkan kegiatan pembangunan
bronjong kawat yang menjadi salah satu cara penanggulangan tanah
longsor/tanah erosi.
c. pembangunan embung konservasi
Beberapa daerah di Kabupaten Belu masih terdapat masyarakat yang masih
kesulitan memperoleh air bersih. Realitas seperti ini menjadi perhatian
Pemerintah agar selalu berupaya menyediakan infrastruktur salah satunya
melalui pembangunan embung. Selain untuk pemenuhan akan air bersih dan air
baku, embung yang memiliki fungsi konservasi dapat bangun dengan tujuan
melindungi vegetasi mata air.
Gambar 2
Administrasi Kabupaten Belu
Sumber: Dokumen RTRW Kabupaten Belu Tahun 2020-2040
Tabel 1.
Luas Wilayah Kabupaten Belu
Luas
N Jumlah Prosentase
Kecamatan Wilayah
o Desa/Kelurahan (%)
(Km2)
1 Raimanuk 9 129,924 11,55
2 Tasifeto Barat 8 223,914 19,50
3 Kakuluk Mesak 6 129,320 11,49
4 Nanaet Duabesi 4 67,818 6,03
5 Kota Atambua 4 16,301 1,45
6 Atambua Barat 4 10,994 0,98
7 Atambua Selatan 4 11,198 1,00
8 Tasifeto Timur 12 209,477 18,62
9 Raihat 6 75,528 6,71
10 Lasiolat 7 61,492 5,47
Luas
N Jumlah Prosentase
Kecamatan Wilayah
o Desa/Kelurahan (%)
(Km2)
11 Lamaknen 9 92,500 8,22
12 Lamaknen Selatan 8 96,674 8,59
Total 81 1.125,14 100.00
Sumber : RPJMD Kabupaten Belu 2021-2026
Tabel 2.
Jumlah Desa Perbatasan di Kabupaten Belu
No Kecamatan Desa Jumlah
1 Tasifeto Barat Desa Lookeu 1
2 Nanaet Duabesi Desa Nanaenoe, Nanaet dan Fohoeka 3
Desa Dafala, Takirin, Tulakadi,
3 Tasifeto Timur 6
Silawan, Sadi, dan Sarabau
Desa Maneikun, Lasiolat, Baudaok, dan
4 Lasiolat 4
Fatulotu
5 Raihat Desa Asumanu, Tohe, dan Maumutin 3
Desa Lamaksanulu, Makir, Mahuitas,
6 Lamaknen 5
Kewar, dan Maudemu
Desa Henes, Lakmaras, Loonuna,
7 Lamaknen Selatan 6
Lutarato, Sisi Fatuberal, dan Debululik
Sumber: RPJMD Kabupaten Belu Tahun 2021-2026
Tabel 3
Panjang dan Kondisi Jalan Berdasarkan Status Jalan
di Kabupaten Belu Tahun 2016 – 2022
N
Status Jalan 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022
o
1 Jalan Nasional (Km)
1) Kondisi Baik 63,805 63,88 66,08 67,23 67,23 67,23 67,23
2) Kondisi Sedang 3,525 3,45 1,25 0,10 0,10 0,10 0,10
3) Kondisi Rusak Ringan 0 0 0 0 0 0 0
4) Kondisi Rusak Berat 0 0 0 0 0 0 0
Total Panjang 67,33 67,33 67,33 67,33 67,33 67,33 67,33
2 Jalan Provinsi (Km)
1) Kondisi Baik 55.11 56.33 56.52 54.72 54.72 54.72 54.72
2) Kondisi Sedang 6,58 6,28 5.90 7.70 7.70 7.70 7.70
3) Kondisi Rusak Ringan 0,94 0,83 0,60 0,60 0,60 0,60 0,60
4) Kondisi Rusak Berat 1.54 0,74 0,40 0,40 0,40 0,40 0,40
Total Panjang 63,42 63,42 63,42 63,42 63,42 63,42 63,42
3 Jalan Kabupaten (Km)
1) Kondisi Baik 136,72 162,77 105,65 138,95 213,82 182,065 203,86
2) Kondisi Sedang 43,89 29,39 63,30 64,37 36,90 64,05 34,45
3) Kondisi Rusak Ringan 45,32 44,52 45,42 0 13,60 20,75 4,41
4) Kondisi Rusak Berat 127,09 116,34 138,65 149,70 88,70 86,15 73,25
Total Panjang 353,02 353,02 353,02 353,02 353,02 353,02 353,02
N
Status Jalan 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022
o
4 Jalan Desa Strategis (Km)
1) Kondisi Baik - - - 6,16 12,51 16,31 20,71
2) Kondisi Sedang - - - - - -
3) Kondisi Rusak Ringan - - - - - -
4) Kondisi Rusak Berat - - - 79,44 73,09 69,29 64,89
Total Panjang - - - 85,60 85,60 85,60 85,60
5 Jalan Desa (Km)
1) Kondisi Baik 12,96 20,71 20,96 26,29 29,68 29,68 29,68
2) Kondisi Sedang 0,90 0,9 4,42 6,99 6,99 6,99 6,99
3) Kondisi Rusak Ringan 207,43 208,32 208,32 202,44 202,44 202,44 202,44
4) Kondisi Rusak Berat 106,15 97,51 93,74 6,12 2,73 2,73 2,73
Total Panjang 327,44 327,44 327,44 241,84 241,84 241,84 241,84
6 Jalan Lingkungan (Km) 49,354 49,354 49,354 50,354
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, 2022
Kondisi jalan kabupaten dalam kondisi baik yang merupakan indikator RPJMD
Periode 2021-2026, pada tahun 2022 memiliki persentase sebesar 54,75%. Secara
keseluruhan jalan kabupaten lebih besar mengalami kerusakan jika dibandingkan
dengan jalan nasional maupun jalan provinsi. Hal ini dikarenakan bahwa pada
ruas jalan kabupaten lebih banyak lalulintas pelayanan transportasi untuk
mengangkut arus barang dan orang. Kondisi panjang bentangan jembatan di
Kabupaten Belu ditahun 2022 adalah 1.060,8 m sedangkan untuk jembatan pada
jalan desa mengalami sebesar 103,9 m. Rinciannya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4
Panjang Bentangan Jembatan Terbangun
Berdasarkan Status Jalan Kabupaten dan Jalan Desa
di Kabupaten Belu Tahun 2016-2022
N Panjang Bentangan Jembatan Terbangun
Status Jalan
o 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022
1 Jalan Kabupaten (m) 1.038 1.038 1.044 1.054 1.060,8 1.060,8 1.060,8
2 Jalan Desa (m) 73 73 73 88 103,9 103,9 103,9
Jumlah 1.111 1.111 1.117 1.142 1.164,7 1.164,7 1.164,7
Sumber: SIPD, Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Tahun 2022
Pada masa yang akan datang, tantangan yang dihadapi dalam pengembangan
prasarana dan sarana di wilayah Kabupaten Belu adalah mengembangkan dan
memperbaiki kualitas pelayanan jalan dan jembatan dengan tetap melakukan
pemeliharaan jaringan jalan dan jembatan termasuk peningkatan jalan lingkungan.
2. Pembangunan Irigasi
Upaya pemerintah Kabupaten Belu dalam menjamin pasokan kebutuhan air untuk
usaha pertanian tanaman pangan dan hortikultura melalui kegiatan
Pengembangan dan Pengelolaan Sistem Irigasi Primer dan Sekunder belum dapat
terlayani secara optimal. Kegiatan Pengembangan dan Pengelolaan Sistem Irigasi
Primer dan Sekunder ini tersebar dalam 24 Daerah Irigasi (DI) yang menjadi
kewenangan Kabupaten Belu dengan luas fungsional daerah irigasi sebesar 886,95
Ha dari total Luas Baku Daerah Irigasi Kabupaten Belu sebesar 1.243,18 Ha.
Sedangkan Daerah irigasi di Kabupaten Belu yang menjadi kewenangan
Pemerintah Provinsi NTT sebesar 4.815 Ha yang tersebar pada daerah irigasi
Fatubesi = 1.650 Ha; Obor = 1.815 Ha dan Maubusa = 1.350 Ha serta daerah irigasi
yang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat terdapat di Haekesak sebesar 4.400
Ha.
Tabel 5
Luas Daerah Irigasi (DI) di Kabupaten Belu Sampai Dengan
Tahun 2022
LUAS LAHAN
Lokasi Bangunan Utama
Nama ( Ha )
Jenis
No Daerah
Irigasi (ha)
Irigasi Kecamatan Desa Baku Fungsional
Lamaknen
24 Ekin permukaan Ekin 41.43 3.01
Selatan
Tabel 6
Panjang dan Kondisi Saluran Irigasi
di Kabupaten Belu Tahun 2022
N Jenis Saluran dan Kondisi Satua Volume
o n 2021 2022
1 Panjang Saluran Non Teknis
Kondisi Baik Meter 3,022.52 2,770.72
Kondisi Sedang Meter 6,193.88 3,801.32
Kondisi Rusak Ringan Meter 5,034.41 7,678.77
Kondisi Rusak Berat Meter 3,771.56 3,771.56
Total Panjang Meter 18,022.37 18,022.37
2 Panjang Saluran Teknis
Kondisi Baik Meter 2,758.93 2,758.93
Kondisi Sedang Meter 5,788.89 5,509.89
Kondisi Rusak Ringan Meter 4,467.13 4,467.13
Kondisi Rusak Berat Meter 841.72 337.72
Total Panjang Meter 13,856.67 13,856.67
Total Panjang Saluran Irigasi Meter 31,879.04 31,879.04
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat , 2022
3. Pembangunan Drainase
Berdasarkan dokumen Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten Tahun 2016, luas
daerah genangan air di Kabupaten Belu sebesar 9,58 Ha. Hingga tahun 2022
daerah genangan air yang sudah ditangani sebesar 4,78 Ha sedangkan yang belum
ditangani sebesar 4,8 Ha. Adapun daerah genangan air di wilayah kabupaten Belu
dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 7
Luas Daerah Genangan Air Kabupaten Belu 2016-2022
Luas genangan
Titik Genangan di Area
No Eksisting di Area Penanganan
Permukiman
Permukiman (Ha)
1 Jl. Pemudi (Belakang PLTD 1,58 Sudah ditangani 1,58 Ha
Atambua - RS Sito Husada) pada tahun 2017
Kelurahan Tulamalae
2 Simpang Jl Mente - Jembatan 1,60 Sudah ditangani 1,6 Ha
Mota Buik (SDK Mota Buik) pada Tahun 2020
Kelurahan Fatukbot
3 Jl. TN Bakel (Hutan Jati 1,70 Belum ditangani
Wemata - SDI Nukfuak)
Kelurahan Fatukbot
4 RT 3 (Simpang Jl. Hot Gol- 1,50 Belum ditangani
Jl. Liku Baunleo Walu)
Kelurahan Fatubenao
5 Cabang Haliwen-Ursulin 1,60 Belum ditangani
(Jalan St. Angela)Kelurahan
Manumutin (Jln. Sutami – St.
Angela)
6 Jl. Laksda adisucipto (depan 1,60 Sudah ditangani 1,6 Ha
kantor bencana s/d pada Tahun 2021
SDLB)Kelurahan Manumutin
Total 9,58 Sudah ditangani: 49,90%
Belum ditangani : 50,10%
Sumber: SIPD, Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat , 2022
Tabel 9
Cakupan Layanan Air Minum di Kabupaten Belu Tahun 2016-2022
Cakupan Layanan Air Minum Per Tahun
N
Uraian (Jumlah Rumah Tangga)
o
2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022
1 PDAM 4,510 4,790 5,061 5,496 6,036 4,212 4,572
2 Non PDAM (PAMSIMAS) 1,120 2,045 3,636 4,386 5,224 6,567 6,567
3 Non PDAM (di Pedesaan) 1,567 2,078 3,152 4,741 6,355 7,005 7,005
Non PDAM (di Perkotaan) 0 0 0 0 0 0 370
4 Total Rumah Tangga Terlayani 7,197 8,913 11,849 14,623 17,615 17,784 18,514
5 Total Rumah Tangga di Kabupaten Belu 48,061 47,364 54,831 56,387 58,330 58,221 59,804
6 Persentase Layanan Air Bersih (%) 14.97 18.82 21.61 25.93 30.20 30.55 30.96
5. Pembangunan Perumahan
Urusan perumahan sangat berhubungan erat dengan tingkat kesejahteraan
masyarakat. Kondisi perumahan menjadi salah satu instrumen yang sering
digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan seseorang. Urusan
perumahan wajib dilaksanakan oleh pemerintah daerah untuk memperhatikan
kebutuhan rakyat akan rumah layak huni.
Kemiskinan yang ada di Kabupaten Belu merupakan salah satu penyebab
timbulnya kawasan pemukiman kumuh di kawasan perkotaan dan banyaknya
rumah yang tidak layak huni di pedesaan. Pada dasarnya kemiskinan dapat
ditanggulangi dengan adanya peningkatan pelayanan dasar bagi kelompok
miskin melalui rehabilitasi rumah yang tidak layak huni, peningkatan air bersih,
sanitasi, serta usaha perbaikan dan lingkungan pemukiman pada umumnya.
Pembangunan Rumah layak huni di Kabupaten Belu pada periode 2016-2022
sebanyak 5.859 Unit. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 10
Pembangunan Rumah Layak Huni di Kabupaten Belu
Tahun 2016-2022
N Uraian 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 Jumlah
o (Unit) (Unit) (Unit) (Unit) (Unit) (Unit) (Unit) Unit
1 Rumah Khusus 285 - - - 213 1 100 599
2 Pembangunan Baru - - - - - 29 29
(PB)
3 Peningkatan Kualitas - 1137 1001 1336 1114 157 481 5226
(PK)
4 Rumah Kopel untuk - - - - - 0 - 0
Perbatasan
5 Rumah Susun 4 - - 1 - 0 - 5
Jumlah 289 1137 1001 1.337 1.327 158 610 5.859
Sumber :BidangPerumahan dan Kawasan Permukiman, Dinas PUPR, 2022
Tabel 11
Lokasi Kawasan Kumuh yang Tertangani
di Kabupaten Belu pada Tahun 2022
N Penanganan
Lokasi Kecamatan Luas
o Tahun %
Raimaten Fohomea(RT031-
1 Kota Atambua 4,31 - -
RW009)
2 Fatubenao(RT015-RW005) Kota Atambua 3,98 - -
3 Fatubenao(RT021-RW007) Kota Atambua 5,54 - -
4 Fatubenao(RT024-RW004) Kota Atambua 1,86 - -
5 Fatubenao(RT026-RW004) Kota Atambua 5,71 - -
6 Fatubenao(RT034-RW003) Kota Atambua 4,05 - -
N Penanganan
Lokasi Kecamatan Luas
o Tahun %
Total Persentase
TOTAL 25.45 penanganan: penanganan:
0 Ha 0%
Sumber: SK Bupati Belu Nomor 205/HK/2020 tentang Penetapan Lokasi Perumahan Kumuh dan
Permukiman Kumuh Perkotaan Kabupaten Belu Tahun 2021
IV. PENUTUP
Demikian usulan proposal Pembangunan Infrastruktur Daerah di Kabupaten Belu.
Atas kerjasama dan bantuannya diucapkan terima kasih.