Dokter Pendamping
dr. Frans Otto Hasibuan
dr. Tri Endangwati
PORTOFOLIO
Topik: Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK)
Tanggal (Kasus) : 10 September 2016
Presenter : dr. Sindy Zelvia
Tanggal Presentasi :
Pendamping : dr. Frans Otto Hasibuan
dr. Tri Endangwati
Tempat Presentasi :
Objektif Presentasi :
Keilmuan
Keterampilan
Penyegaran
Tinjauan Pustaka
Diagnostik
Manajemen
Masalah
Istimewa
Neonatus
Bayi
Anak
Remaja
Dewasa
Lansia
Bumil
Deskripsi : Laki-laki, 79 tahun dengan keluhan utama sesak napas sejak 1 minggu ini.
Tujuan : mengetahui diagnosis dan penatalaksanaan PPOK.
Bahan Bahasan :
Tinjauan Pustaka
Riset
Kasus
Audit
Cara membahas
Diskusi
Presentasi dan diskusi
Email
Pos
Data
Nama : Tn. B
Umur
: 79 tahun
No. RM :
Alamat : Jln. Azizi
Agama : Islam
Pasien :
03.45.20
Bangsa : Indonesia
Pekerjaan : Bertani
Nama RS: RST TK III Dr. Reksodiwiryo Telp : Terdaftar sejak :
Data utama untuk bahan diskusi:
1. Diagnosis / Gambaran Klinis: sesak napas dalam 1 bulan ini dan memberat sejak
1minggu ini. Batuk (+), dahak (+) berwarna kekuningan. Riwayat merokok sejak >20 tahun
yang lalu hingga saat ini, >12 batang perhari. Riwayat sesak napas berulang (+), riwayat
batuk berulang (+). Riwayat batuk berdarah (-). Riwayat demam (+). BAB (+)N, BAK
(+)N.
2. Riwayat Pengobatan : Tidak jelas.
3. Riwayat Kesehatan / Penyakit : Tidak jelas.
4. Riwayat Keluarga : Tidak ditemukan anggota keluarga lain yang mengalami gejala
ataupun riwayat gejala yang sama dengan pasien.
5. Riwayat Pekerjaan : Bertani.
Daftar Pustaka:
a. Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK), Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di
Indonesia. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2003.
b. Riyanto, B. dan Hisyam, B. Obstruksi Saluran Pernapasan Akut. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta : Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI. 2006; 978
987.
c. PPOK, Pedoman Praktis Diagnosis dan Penatalaksanaan Di Indonesia. Perhimpunan
Dokter Paru Indonesia. 2003.
Hasil Pembelajaran
2
RPO
: tidak jelas
2. Objektif :
Hasil pemeriksaan fisik :
Status Presens
Sensorium
: Compos Mentis
Anemis
: (-)
Ikterik
: (-)
Nadi
: 100 x/ menit
Sianosis
: (-)
Pernafasan
: 34 x/ menit
Dyspnoe
: (+)
Temperatur
: 37,5 C
Oedem
: (-)
Status Lokalisata
Kepala
: Mata
Thoraks
: Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: soepel, peristaltik (+) normal, nyeri tekan (-). H/L: tidak teraba.
Ekstremitas
Pemeriksaan Penunjang
1. Darah Rutin
: Hb
: 15,6 g/dl
3
GDR
: 120 g/dl
WBC : 10.500/mm3
2. Foto Thoraks
3.Assessment :
PPOK adalah penyakit paru kronis yang ditandai oleh hambatan aliran udara di saluran
napas yang bersifat progresif, ireversibel atau reversible parsial. PPOK terdiri dari
bronkitis kronis dan emfisema atau gabungan keduanya. PPOK sering dikaitkan dengan
gejala eksaserbasi akut. Pasien PPOK dikatakan mengalami eksaserbasi akut bila kondisi
pasien mengalami perburukan yang bersifat akut dari kondisi sebelumnya yang stabil dan
dengan variasi gejala harian normal sehingga pasien memerlukan perubahan pengobatan
yang sudah biasa digunakan. Eksaserbasi akut ini biasanya disebabkan oleh infeksi
(bakteri atau virus), bronkospasme, polusi udara, atau obat golongan sedative. Pasien yang
mengalami eksaserbasi akut dapat ditandai dengan gejala yang khas seperti sesak napas
yang semakin bertambah, batuk produktif dengan perubahan volume atau purulensi
sputum atau dapat juga memberikan gejala yang tidak khas, seperti malaise, fatigue, dan
susah tidur.
Pemeriksaan yang diperlukan untuk menilai tingkat keparahan pasien PPOK yang
mengalami eksaserbasi akut adalah:
1. Tes fungsi paru; PEF<100L/menit atau FEV1 <1L mengindikasikan adanya
eksaserbasi yang parah.
2. Pemeriksaan analisis gas darah; PaO2<8,0kPa (60mmHg) dan atau SaO2<90%
dengan atau tanpa PaCO2>6,7kPa (50mmHg), saat bernapas dalam udara
ruangan, mengindikasikan adanya gagal napas. PaO2 <6,7kPa (50mmHg),
PaCO2>9,3kPa (70mmHg) dan pH<7,3, member kesan episode yang
mengancam jiwa dan perlu dilakukan monitor ketat serta penanganan intensif.
4
PPOK ditegakkan.
2. Penggunaan obat-obatan; macam obat dan jenisnya, cara penggunaannya yang benar,
waktu penggunaan yang tepat, dan dosis obat yang tepat dan efek sampingnya.
3. Penggunaan oksigen; kapan oksigen harus digunakan, berapa dosisnya, mengetahui
efek samping kelebihan dosis oksigen.
4. Penilaian dini eksaserbasi akut dan penanganannya, yaitu batuk dan sesak bertambah,
sputum bertambah dan berubah warna.
5. Menyesuaikan kebiasaan hidup dengan keterbatasan aktivitas.