Identita
s
Pasien
Anamnesis
Nama
: Tn. H
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Umur
: 54 tahun
Alamat
RT.48/RW.17
Pekerjaan
: Wiraswasta
Status perkawinan
: Menikah
Tanggal Masuk RS
: 20 November 2015
Keluhan
utama
:
Sesak nafas
Riwayat
Penyakit
Sekaran
g
Pasien pernah dirawat di rumah sakit sebanyak 11 kali karena keluhan yang
sama dalam setahun terakhir.
Riwayat batuk lama dan pernah menjalani pengobatan untuk paru selama 6
bulan (+) pada tahun 2008, dan sudah dinyatakan sembuh oleh dokter yang
mengobati.
Riwayat mempunyai tekanan darah tinggi (+) sejak 2 tahun terakhir, dan
pasien tidak rutin kontrol tekanan darah dan minum obat anti-hipertensi.
Riwayat
Penyaki
t
Dahulu
Riwayat
Penyakit
Keluarga
Riwayat
Kebiasaa
n
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Tanda vital
Kesadaran
: Compos
Mentis, E4,M6,V5
Keadaan umum
: Tampak
sesak
Frekuensi Nadi
: 80
x/menit
Frekuensi Napas
:
27x/menit
Tekanan darah
:
170/100 mmHg
Suhu
: 36,6oC
Tinggi badan :160 cm
IMT
: 17,57
Status gizi
:
Underweight
Pemeriksaan per
Kulit
: warna kulit sawo matang, sianosis
organ
(-), pucat (-), spider
nevi (-), lembab (-),
kering (-), ruam (-)
Kepala : bentuk normocephal, simetris,
nyeri tekan (-)
Mata
: konjungtiva anemis (-/-), sklera
ikterik (-)
Telinga
: sekret (-)
Hidung
: sekret (-), deviasi septum
(-)
Mulut : bibir sianosis (-), lidah kotor (-),
tonsil T1/T1, pursed-lip breathing.
Leher : pembesaran limfonodi (-), kaku
kuduk (-), deviasi trakea (-), pembesaran
tiroid (-), jugular venous pressure = 5+2 cm
H2O.
Torak : bentuk dada barrel chest, pink
Pemeriksa
an
per organ
Paru
Inspeksi
:
Statis : simetris pada kedua lapang paru.
Dinamis : simetris saat inspirasi dan ekspirasi, tidak ada ketertinggalan
gerak, retraksi dinding dada (+).
Palpasi : nyeri tekan pada iga (-), fremitus taktil sama pada kiri dan
kanan lapang paru.
Perkusi : hipersonor pada kedua lapang paru.
Auskultasi : suara napas dasar vesikuler (+/+) menurun pada kedua
lapang paru, wheezing (+/+), ronki (+/+).
Jantung
Inspeksi
: iktus cordis tidak tampak.
Palpasi : iktus cordis teraba di SIC V
midklavikula
Perkusi :
Batas kanan jantung : SIC 4 linea parasternal
dextra
Pinggang jantung : SIC 3 linea parasternal
sinistra
Batas kiri jantung : SIC 5, 1 jari medial linea
midklavikula sinistra
Auskultasi
: bunyi jantung I/II :
tunggal, murmur (-), gallop (-).
Abdomen
Inspeksi
: datar, spider nevi (-),
caput medusa (-)
Auskultasi
: bising usus (+), 17
x/menit
Perkusi : timpani
Palpasi : nyeri tekan epigastrium (+)
Ekstremitas : oedema (-/-), sianosis (-/-),
capillary refill time < 2 detik, akral hangat,
nodul subkutis (-), deformitas (-)
Tulang belakang
Bentuk : deformitas (-)
Palpasi : nyeri tekan (-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
Hematologi rutin
Hemoglobin
: 14,7 g/dl
Leukosit
: 17.800/L
Trombosit : 271.000/L
Hematrokit : 43,5%
Eritrosit
: 5 x 106/L
Laju Endap Darah
: 18
mm/jam
Kimia Klinik
SGOT
SGPT
Creatinine
Urea
:
:
:
:
21,6 U/L
29,3 U/L
1,1 mg/dl
27,4 mg/dl
Foto thorax
Hiperlusen/emfisem
a
Cardio Thoraxic
Ratio : < 50%
Kesan:
0Penyakit Paru
Obtruktif
Kronik (PPOK)
Jantung
menggantung
(pendulum)
Diafragma
mendatar
Diagnosis
- Observasi dyspneu e.c. PPOK
- Hipertensi stage II
- Sindroma Dispepsia
Tatalaksana
Medikamentosa
IVFD Ringer Laktat 20 tetes/menit
Injeksi Dexametason 1 ampul/8 jam
Injeksi Cefepime 1 ampul/12 jam
Nebu Farbivent 1 respule (jika sesak)
Oral :
Salbutamol 3 x 4 mg
Amoniphilin 3 x 200 mg
Gliseril guaikolat 3 x 100 mg
Herbesser CD 1 x 100 mg
Candesartan 1 x 8 mg
Paracetamol 500 mg (jika demam)
Ulsafate sirup 3 x 1 sendok makan
Usulan pemeriksaan
lanjutan :
Spirometri
Pemeriksaan sputum S-PS
Prognosis
Ad vitam
: dubia at
bonam
Ad functionam
: dubia
at malam
Ad sanactionam : dubia at
malam
PEMBAHASAN
Longo, et al. Harrison's Principles of Internal Medicine. 18th Edition. 2012. USA : The McGraw-Hill Companies.
McPhee SJ, et al. Current Medical Diagnosis and Theraphy. 2011. 15th edition.
Nicki, et al. Respiratory disease in Davidsons Principles and Practice of Medicine. 2011. 21th edition, p.641-731
Longo, et al. Harrison's Principles of Internal Medicine. 18th Edition. 2012. USA : The McGraw-Hill Companies.
McPhee SJ, et al. Current Medical Diagnosis and Theraphy. 2011. 15th edition.
Nicki, et al. Respiratory disease in Davidsons Principles and Practice of Medicine. 2011. 21th edition, p.641-731
Patofisiologi
Wong, E. Pathophysiology of COPD in New England Journal Medicine. July 26th 2012; 367(4): 340-7
Wong, E. Pathophysiology of COPD in New England Journal Medicine. July 26th 2012; 367(4): 340-7
Pengobatan PPOK:
Oksigen 3 5 liter
Short acting beta agonist +
anticholinergic untuk memperbaiki
VEP 1 dengan dosis inhalasi 3 4
x/ hari
Obat golongan xanthine seperti
aminophillin sebagai penghambat
PDE (phosphodiesterase inhibitor
enzyme) 150 mg 3-4 x/hari
Karena pasien tetap mempunyai
gejala dan atau terbatas dalam
aktivitas harian, pasien diberikan
kortikosteroid oral seperti metil
Longo, et al. Harrison's Principles of Internal Medicine. 18th Edition. 2012. USA : The McGraw-Hill Companies.
prednisolon 30-40VEP
mg/hari
: VolumeSelama
Ekspirasi Paksa
Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD). www.goldcopd.com
International
DISPEPSIA
Panel
of
Clinical
Investigators rasa nyeri atau tidak
nyaman yang terutama dirasakan di
daerah perut bagian atas.
Kriteria
Roma III :
dispepsia
fungsional sindrom yang mencakup
satu atau lebih dari gejala-gejala
berikut : perasaan perut penuh setelah
makan, cepat kenyang, atau rasa
terbakar di ulu hati, yang berlangsung
sedikitnya dalam 3 bulan terakhir,
dengan awal mula gejala sedikitnya
timbul 6 bulan sebelum diagnosis.
Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia. 2014. Konsensus Nasional Penatalaksanaan Dispepsia dan Infeksi Helicobacter pylori. Jakarta.
Abdullah, M., Gunawan, J. 2012. Dispepsia. Cermin Dunia Kedokteran 197 vol. 39 no.9
patofisiologi
Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia. 2014. Konsensus Nasional Penatalaksanaan Dispepsia dan Infeksi Helicobacter pylori. Jakarta.
Abdullah, M., Gunawan, J. 2012. Dispepsia. CDK-197 vol. 39 no.9
Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia. 2014. Konsensus Nasional Penatalaksanaan Dispepsia dan Infeksi Helicobacter pylori. Jakarta.
Abdullah, M., Gunawan, J. 2012. Dispepsia. CDK-197 vol. 39 no.9
EGD :
esophagogastroduodenoscopy
HP : Helycobacter pylori
PPI : proton-pump inhibitor
Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia. 2014. Konsensus Nasional Penatalaksanaan Dispepsia dan Infeksi Helicobacter pylori. Jakarta.
Abdullah, M., Gunawan, J. 2012. Dispepsia. CDK-197 vol. 39 no.9
Gejala
yang
dirasakan
harus
berlangsung
setidaknya selama tiga
bulan
terakhir
dengan
awitan gejala enam bulan
sebelum
diagnosis
ditegakkan.
Kriteria Roma III membagi
dispepsia
fungsional
menjadi 2 subgrup, yakni
epigastric pain syndrome
dan post prandial distress
syndrome. Akan tetapi,
bukti terkini menunjukkan
Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia. 2014. Konsensus Nasional Penatalaksanaan Dispepsia dan Infeksi Helicobacter pylori. Jakarta.
bahwa terdapat tumpang
Abdullah, M., Gunawan, J. 2012. Dispepsia. CDK-197 vol. 39 no.9
Tatalaksana
Terapi empirik selama 1-4
minggu
sebelum
pemeriksaan
H.Pylori.
Obat yang dipergunakan
dapat berupa antasida,
anti
sekresi
asam
lambung (PPI misalnya
omeprazole, rabeprazole
dan lansoprazole dan /
atau
H2-Receptor
Antogonist
[H2RA]),
prokinetik
dan
sitoprotektor
(misalnya
rebamipide) tergantung
dominasi keluhan dan
riwayat
pengobatan
pasien sebelumnya.
Pencegahan membatasi
atau
menghilangkan
kebiasaan-kebiasaan
seperti
makan
tidak
teratur,
merokok,
mengkonsumsi
alkohol,
minuman
bersoda,
makanan berlemak, pedas,
asam dan menimbulkan
gas
di
lambung,
penggunaan antinyeri non
OAINS,
pengontrolan
berat badan, olahraga &
manajemen stres.
Pengobatan
dispepsia:
Ulsafat syrup 3 x
1 sendok makan
sebagai
sitoprotektor
(pelindung)
mukosa lambung
PPI seperti
omeprazol 1 x 1
intravena untuk
PPI : proton-pump inhibitor
OAINS : Obat Anti Inflamsi Non-Steroid
menekan produksi
H2RA : Histamin 2 receptor antagonis
asam
lambung
Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia. 2014. Konsensus Nasional Penatalaksanaan Dispepsia dan Infeksi Helicobacter
pylori. Jakarta.
Abdullah, M., Gunawan, J. 2012. Dispepsia. CDK-197 vol. 39 no.9
Risiko
HIPERTENSI
STAGE II
Tekanan darah : 170/100
mmHg
relatif
hipertensi
tergantung pada jumlah dan
keparahan dari faktor risiko
yang dapat dimodifikasi dan
yang tidak dapat dimodifikasi.
stres,
obesitas
Yogiantoro M. Hipertensi Esensial. Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi ke IV. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta. 2010: 610-14
dan
SBP
mmHg
DBP
mmHg
Lifestyle
Modification
Normal
< 120
and
< 80
Encourage
Prehypretension
120-139
or
Stage 1
hypertension
140-159
or
Stage 2
hypretension
> 160
or
80-89
90-99
> 100
Yes
Yes
Yes
No
antihypretensive
drug indicated
Diuretics and/or
ACE-I, ARB, Betablocker, CCB, or
combination
Diuretic and
other
combination
Penatalaksa
Terapi non farmakologis : Perubahan gaya hidup
naan