Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN PBL SISTEM RESPIRASI

KELOMPOK 1 (C)
Muhajrin Saputra Djibran (841419117)
Aditya Yusuf (841419136)
Indriyani (841419116)
Risdayanti (841419138)
Indah Cahyani Mamu (841419133)
Shania Khansa A. Pomalingo (841419093)
Debby Tri vani Pangulimang (841419124)
Nabila Khairunnisa Badoe (841419095)
Adelina Adam (841419079)
Ade Pratiwi Suma (841419118)
Reski Virginia Mokodompit (841419101)

FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN


JURUSAN KEPERAWATAN
FUNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2020
Modul 1 (Sesak Napas)
Skenario 1
Seorang laki-laki berusia 51 tahun sedang dirawat di ruang interna dengan
keluhan utama sesak napas. Anamnesis: sesak napas disertai dengan nyeri dada
yang dirasakan ketika menarik dan membuang nafas, batuk kering, sesak akan
lebih barah ketika klien mencoba untuk berbaring, Pemeriksaan fisik ditemukan
perkusi terdengar pekak pada ICS 6-8 paru kanan tekanan darah 140/90 mmHg,
nadi 110 kali/menit respirasi 28 kali/menit, suhu 38.8 C, hasil foto toraks efusi
pleura kanan.

1. Klarifikasi istilah penting


a. Sesak napas
Dispnea atau sesak napas adalah perasaan sulit bernapas ditandai dengan
napas yang pendek dan penggunaan otot bantu pernapasan. Dispnea dapat
ditemukan pada penyakit kardiovaskular, emboli paru, penyakit paru interstisial
atau alveolar, gangguan dinding dada, penyakit obstruktif paru (emfisema,
bronkitis, asma), kecemasan (Price dan Wilson, 2006).
b. Nyeri
Nyeri: hasil rangsangan yang belebihan pada receptor. Setiap rangsangan
sensori punya potensi untuk menimbulkan nyeri jika intensitasnya cukup kuat.

Skala nyeri :

1. Skala nyeri 1-3 (nyeri ringan) nyeri yang masih bisa ditahan dan tidak
mengganggu pola aktivitas sipenderita
2. Skala nyeri 4-6 (nyeri sedang) nyeri sedikit kuat sehinga dapat
mengganggu pola aktivitas penderira.
3. Skala nyeri 7-10 (nyeri berat) nyeri yang sangat kuat sehingga
memerlukan therapy medis dan tidak dapat melakukan pola aktivitas
mandiri.
c. Batuk kering

1
Batuk merupakan salah satu gangguan kesehatan yang dianggap ringan
atau suatu refleks pertahanan tubuh untuk mengeluarkan benda asing dari
saluran pernapasan, batuk sendiri dibedakan menjadi dua yaitu batuk berdahak
dan batuk kering.Batuk berdahak lebih sering terjadi karena adanya paparan
debu yang berlebih sedangkan batuk kering yaitu batuk yang terjadii karena
tidak adanya sekresi saluran napas (Djunarko & Hendrawati, 2011).
d. Tekanan darah

Tekakan darah adalah kekuatan laterar pada dinding arteri oleh darah yang
di dorong dengan tekanan dari jantung (Perry & Potter, 2010).Tekanan darah
adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri.Tekanan puncak terjadi
saat ventrikel berkontraksi dan disebut tekanan sistolik.Tekanan diastolik
adalah tekanan terendah yan terjadi saat jantung beristirahat.Tekanan darah
biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan sitolik terhdap diastolik, dengan
nilai dewasa normalnya berkisar dari 100/60 sampai 140/90.Rata-rata tekanan
darah normal biasanya 120/80 (Smeltzer & Bare, 2012).

Usia Tekanan darah mmHg


Bayi baru lahir ( 300gr) 40 (retra)
1 bulan 85/54
1 tahun 95/65
6 tahun 105/65
10-13 tahun 110/65
14-17 tahun 120/75
Dewasa tengah 120/80

e. Nadi

2
Denyut adalah suatu gelombang yang teraba pada arteri bila darah
dipompa keluar jantung.Denyut ini mudah diraba disuatu tempat dimana ada
arteri melintas.Nilai normal nadi manusia rata-rata berdenyut sekitar 60-100
x/menit.Orang yang bisa berolahraga seperti para atlett biasanya memiliki
denyut jantung normal yang lebih rendah yaitu sekiar 40 x/menit.(Herru &
Priatna. 2015)

f. Respirasi
Pernafasan adalah proses ganda yaitu terjadinya pertukaran gas didalam
jaringan pernafasan dalam yang terjadi didalam paru-paru disebut pernafasan
luar. Pada pernafasan melalui paru-paruatau respirasi ekternal oksigen dihisap
melalui batang tenggorokan atau trakea dan pipa bronchial ke alveoli dan erat
hubungan dengan kapiler pulmonalis atau keluar masuknya udara ke dalam dan
keluar paru normalnya 12-24 x/menit dan suara nafas normsl adalah vesikuler.
(Herru & Priatna. 2015)
g. Suhu
Suhu menunjukkan derajat panas benda.Mudahnya, semakin tinggi suhu
suatu benda, semakin panas benda tersebut.Secara mikroskopis suhu
menunjukkan energy yang dimiliki oleh suatu benda. (Jarvien, 2010)
h. Efusi pleura
Efusi pleura merupakan akumulasi cairan pleura yang tidak semestinya
yang disebabkan oleh pembentukan cairan pleura lebih cepat dari proses
absorbsinya. Sebagian besar effusi pleura terjadi karena meningkatnya
pembentukan cairan pleura dan penurunan kecepatan absorpsi cairan pleura
tersebut.Pada pasien dengan daya absorpsi normal, pembentukan cairan pleura
harus meningkat 30 kali lipatsecara terus menerus agar mampu menimbulkan
suatu effusi pleura. Di sisi lain, penurunan daya absorpsi cairan pleura saja tidak
akan menghasilkan penumpukan cairan yang signifikan dalam rongga pleura

3
mengingat tingkat normal pembentukan cairan pleura sangat lambat. (Lee YCG,
2013)
i. Laki-laki
Dari hasil penetrasi di RS Persahabatan (Khairani, DKK, 2012)
ditemukan, dari 119 penderita penderita efusi pleura, sebanyak 66 orang
(55,5%) berjenis kelamin laki-laki, dan 53 orang (44,5%) perempuan. Data ini
menunjukkan bahwa laki-laki lebih banyak menderita penyakit ini dibanding
perempuan. Hal ini karena gaya hidup atau gaya laki-laki lebih banyak
mengonsumsi rokok dibanding perempuan. Namun tidak menutup
kemungkinan ada penyebab lain. Penyakit ini juga sering ditemukan di rentan
usia 40-59 tahun..Namun, ada salah satu diantaranya yang dianggap dapat
menjelaskan hal tersebut, yaitu:
 Merokok, Meski di zaman ini kebiasaan merokok dilakukan oleh pria
dan wanita dari berbagai usia, tetapi populasi pria yang merokok masih
lebih besar daripada wanita.
2. Kata/problem kunci
a. Sesak napas
b. Nyeri dada
c. Batuk kering
d. Suhu 38,8˚C
e. Foto thorax efusi pleura kanan

4
3. Mind map

Sesak napas

Efusi pleura Edema paru pneumatoraks

Definisi : Definisi : Definisi :


Efusi pleura merupakan
Accute Lung Oedema ( ALO ) atau Pneumothorak merupakan suatu
akumulasi cairan pleura yang
Edema Paru adalah akumulai cairan keadaan terdapatnya udara di
tidak semestinya yang
diparu yang terjadi secara mendadak. dalam rongga paru pleura
disebabkan oleh (Muntaqqin, 2008).
( W.Sudoyo,2006 )
pembentukan cairan pleura Etiologi : Etiologi :
lebih cepat dari proses
absorbsinya.(Lee YCG, 1. Ketidak seimbangan starling 1. Pneumotoraks primer: terjadi
2013) forces tanpa disertai penyakit paru
Etiologi : a. peningkatan tekanan kapiler yangmendasarinya
Penyebab efusi pleura antara lain : paru 2. Pneumotoraks sekunder:
1. Virus dan mikoplasma b. penurunan tekanan onkotik merupakan komplikasi dari
2. Bakteri piogenik plasma penyakit paru
3. TB c. peningkatan tekanan negative yangmendahuluinya.
4. Fungi interstitial 3. Pneumotoraks traumatik: terjadi
5. Parasite akibat cedera traumatik pada
2. Perubahan permeabilitas
6. Kelainan intra abdominal
membrane alveolar kapiler dada.Traumanya bisa bersifat
7. Penyakit kalogen
3. Insufiensi limfatik menembus(luka,tusuk,peluru
(Saferi & Mariza, 2013)
Manifestasi klinis : 4. Tidak diketahui jelas atautumpul(benturan pada
1. Sesak napas (Brunner & Suddarth 2014) kecelakaan bermotor).
2. Rasa berat pada dada Manifestasi klinis : Pneumotoraks juga bisa
3. Bising jantung (pada payah 1. Serangan khas yang terjadi pada merupakan komplikasi dari
jantung) malam hari tindakan medis tertentu(misal
4. Batuk yang kadang-kadang 2. Sesak napas mendadak dan rasa torakosentesis).(Alsegaf,2004)
berdarah pada perokok (ca asfiksia Manifestasi klinis :
bronkus) 3. Nadi cepat dan lemah 1. Gejala nyeri
5. Lemas yang progresi 4. Betuk hebat 2. Sesak napas
6. Bb menurun (pada neoplasm 5. Ansietas berkembangmenjadi 3. sianosis
7. Demam subfebril (pada tb mendekati panic (Alsegaf,2004)
8. Demam menggigil (pada 6. Napas menjadi bising dan basah
empiema) (Baughman. C, 2000)5
9. Asitesis (pada sirosi hati
10. Asites dengan tumor pelvis (pada
sindrom meig)
4. Pertanyaan-Pertanyaan Penting

1. Apa yang menyebabkan sesak napas ketika ekspirasi dan inspirasi


berlangsung?

2. Apa yang menyebabkan pengidap Efusi Pleura menngalami demam?

3. Apa yang menyebabkan pengidap efesi pleura batuk kering?

5. Jawaban Pertanyaan Penting


1. Sesak napas terjadi diakibatkan adanya penumpukan cairan di dalam pleura
dan akan bertambah parah ketika pengidap efusi pleura melakukan inspirasi
dan ekspirasi.
2. Pengidap efusi pleura mengalami demam dikarenakan kondisi umum dari
sebab dan akibat yang ditimbulkan tersebut
3. Pengidap efusi pleura akan memiliki riwayat batuk kering.

6. Tujuan Pembelajaran Selanjutnya


1. Dengan adanya kasus terkait penyakit paru-paru yang dibahas saat ini
membuka pengetahuan dan wawasan lebih dalam lagi terkait berbagai gejala
yang diperlihatkan sehingga bisa menjadi pengingat bagi kita untuk lebih berhati-
hati dan lebih memperhatikan kesehatan tubuh kedepannya.
2. Kedepan kami mengharapkan bisa melakukan praktek langsung dengan
melihat mekanisme terjadinya penyakit Efusi Pleura, sehingga akan lebih
menunjang pemahaman terkait kasus ini

6
3. Adanya kasus ini membuat kita perlu melakukan sosialisasi langsung kepada
masyarakat dengan berbagai kondisi yang sangat erat dikehidupan sehari-hari
disekitar kita sehingga bisa meminimalisir pola hidup yang buruk.

7. Informasi Tambahan
1. Dalam jurnal Kedokteran Efusi Pleura sinistra Masif Et Causa TB pada Anak.
Jurnal Fakultas Kedokteran, 7(3): 152 (2018)

6. Klarifikasi Informasi Tambahan


Pleura terletak dibagian terluar dari paru-paru dan mengelilingi paru. Di
antara pleura terdapat ruangan yang disebut spatium pleura, yang mengandung
sejumlah kecil cairan yang melicinkan permukaan dan memungkinkan keduanya
bergeser secara bebas pada saat ventilasi. Cairan tersebut dinamakan cairan pleura.
Efusi pleura adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan adanya penimbunan
cairan berlebihan di dalam rongga pleura. Berdasarkan lokasi cairan yang
terbentuk, efusi pleura dibagi menjadi unilateral dan bilateral. Di Indonesia 80%
kasus efusi pleura disebabkan karena tuberkulosis. Pasien seorang anak perempuan
berusia 15 tahun, datang ke Rumah Sakit Ahmad Yani dengan keluhan sesak
napas yang dirasakan memberat sejak tiga hari semenjak masuk rumah sakit.
Selain sesak napas, pasien juga mengeluhkan batuk yang sudah dirasakan sejak
tiga minggu yang lalu dan disertai demam yang tidak terlalu tinggi. Pada
pemeriksaan fisik maupun penunjang pasien ditemukan hasil yang mengarahkan
adanya efusi pleura sinistra masif yang disebabkan oleh infeksi tuberkulosis. Pada
pasien ini kemudian diberikan pengobatan berupa antibiotik dan pengobatan
simptomatis untuk memperbaiki keadaan umum pasien yang kemudian akan
direncanakan untuk dilakukan thorakosentesis sebagai langkah teurapeutik dan
diagnostik untuk penyakitnya.

7
Ada 2 macam pleura yaitu pleura parietalis dan pleura viseralis. Pleura
parietalis melapisi toraks atau rongga dada sedangkan pleura viseralis melapisi
paru-paru. Kedua pleura ini bersatu pada hilus paru. Di antara pleura terdapat
ruangan yang disebut spatium pleura, yang mengandung sejumlah kecil cairan
yang melicinkan permukaan dan memungkinkan keduanya bergeser secara bebas
pada saat ventilasi. Cairan tersebut dinamakan cairan pleura. Cairan ini terletak
antara paru dan thoraks. Tidak ada ruangan yang sesungguhnya memisahkan
pleura parietalis dengan pleura viseralis sehingga apa yang disebut sebagai Cairan
pleura berfungsi untuk memudahkan kedua permukaan pleura parietalis dan pleura
viseralis bergerak selama pernapasan dan untuk mencegah pemisahan toraks dan
paru yang dapat dianalogkan seperti dua buah kaca objek yang akan saling melekat
jika ada air. Kedua kaca objek tersebut dapat bergeseran satu dengan yang lain
tetapi keduanya sulit dipisahkanrongga pleura atau kavitas pleura hanyalah suatu
ruangan potensial. Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah daripada tekanan
atmosfer sehingga mencegah kolaps paru. Jumlah normal cairan pleura adalah 10-
20 cc pada orang dewasa.

8. Analisa Dan Sintesa

Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terjadi penumpukan cairan melebihi
normal di dalam cavum pleura diantara pleura parietalis dan viseralis dapat berupa
transudat atau cairan eksudat. Efusi pleura merupakanpenyakit sekunder terhadap
penyakit lain, jarang merupakan penyakit primer, secara normal ruang pleura
mengandung sejumlah kecil cairan (5-15ml) berfungsi sebagai pelumas yang
memungkinkan permukaan pleura bergerak tanpa adanya friksi.
Di Amerika Serikat, 1,5 juta kasus efusi pleura terjadi tiap tahunnya.
Sementara pada populasi umum secara internasional, diperkirakan tiap 1 juta
orang, 3000 orang terdiagnosa efusi pleura. Di negara-negara barat, efusi pleura

8
terutama disebabkan oleh gagal jantung kongestif, sirosis hati, keganasan,dan
pneumonia bakteri, sementara di negara-negara yang sedang berkembang, seperti
Indonesia, lazim diakibatkan oleh infeksi tuberkulosis.
Kasus efusi pleura mencapai 2,7% dari penyakit infeksi saluran napas lainnya.
Tingginya angka kejadian efusi pleura disebabkan keterlambatan penderita untuk
memeriksakan kesehatan sejak dini. Faktor resiko terjadinya efusi pleura
diakibatkan karena lingkungan yang tidak bersih,sanitasi yang kurang, lingkungan
yang padat penduduk, kondisi sosial ekonomi yang menurun, serta sarana dan
prasarana kesehatan yang kurang dan kurangnya masyarakat tentangpengetahuan
kesehatan. Gejala yang paling sering timbul adalah sesak. Nyeri bisa timbul akibat
efusi yang banyak berupa nyeri dada pleuritik atau nyeri tumpul. Diagnosis efusi
pleura dapat ditegakkan melalui anamnesis serta pemeriksaan fisik yang teliti,
diagnosis yang pasti melalui pungsi percobaan, biopsi dan analisa cairan pleura.
Efusi menunjukkan tanda dan gejala yaitu sesak nafas, bunyi pekak atau datar
pada saat perkusi di atas area yang berisi cairan,bunyi nafas minimal atau tak
terdengar dan pergeseran trakea menjauhi tempat yang sakit. Efusi ringan sesak
bisa tidak terjadi.
10. Laporan diskusi
(terlampir)

9
BAB I
KONSEP MEDIS
A. Definisi
Efusi pleura merupakan akumulasi cairan pleura yang tidak semestinya yang
disebabkan oleh pembentukan cairan pleura lebih cepat dari proses absorbsinya.
Sebagian besar effusi pleura terjadi karena meningkatnya pembentukan cairan
pleura dan penurunan kecepatan absorpsi cairan pleura tersebut.Pada pasien
dengan daya absorpsi normal, pembentukan cairan pleura harus meningkat 30 kali
lipatsecara terus menerus agar mampu menimbulkan suatu effusi pleura. Di sisi
lain, penurunan daya absorpsi cairan pleura saja tidak akan menghasilkan
penumpukan cairan yang signifikan dalam rongga pleura mengingat tingkat
normal pembentukan cairan pleura sangat lambat. (Lee YCG, 2013)
B. Etiologi
Kelebihan cairan pada rongga pleura sedikitnya disebabkan oleh satu dari 4
mekanisme dasar :
1. Adanya inflamasi atau neoplastik pleura
2. Peningkatan tekanan kapiler subpleural atau limfatik
3. Penurunan tekanan osmotik koloid darah
4. Peningkatan tekanan negativ intrapleural
5. Peningkatan permeabilitas kapiler
6. Kerusakan drainase limfatik ruang pleura
Penyebab effusi pleura:

10
1. Virus dan mikoplasma
Insidennya agak jarang bila terjadi jumlahnya tidak banyak.Contoh : Echo
virus, riketsia, mikoplasma, Chlamydia.
2. Bakteri piogenik
Bakteri berasala dari jaringan parenkim paru dan menjalar secara
hematogen. Contoh aerob : strepkokus pneumonia, S.mileri,S.aureus,
hemopillus,klabssiella. Anaerob: bakteroides seperti peptostreptococcus,
fusobacterium.
3. TB
Terjadi karena komplikasi TB paru melalui fokus subpleura yang robek atau
melalui aliran limfe, atau karena robeknya perkijuan kearah saluran limfe
yang menuju pleura.
4. Fungi
Sangat jarang terjadi, biasanya karena perjalanan infeksi fungi dari
jaringan paru. Contoh: aktinomiksis, koksidiomikosis. Asergilus,
Kriptokokus, Histoplasma.
5. Parasit
Parasit yang dapat menginfeksi ke pleura hanya amoeba.Amoeba masuk
dalam bentuk tropozoid setelah melewati perenkim hati menembus diafragma
terus ke rongga pleura. Effusi terjadi karena amoeba menimbulkan
peradangan .
6. Kelainan intra abdominal
Contoh : pancreatitis, pseudokista pancreas atau eksaserbasi akut,
pancreatitis kronis, abses ginjal.
7. Penyakit kalogen
Contoh : lupus eritematosus sistemik (SLE), arthritis rematoid(RA),
sclerpderma.
8. Gangguan Sirkulasi
Contoh : gangguan CV (payah jantung), emboli pulmonal, hypoalbuminemia.

11
9. Neoplasma
Gejala paling khas adalah jumlah cairan effusi sangat banyak dan selalu
berakumulasi kembali dengan cepat.
10. Sebab-sebab lain. Seperti: trauma (trauma tumpul, laserasi, luka tusuk),
uremia, miksedoma, limfedema, reaksi dipersensitif terhadap obat, effuse
pleura (Saferi Andra, 2013) .
C. Manifestasi Klinis
Menurut Saferi & Mariza (2013) gambarakn klinis effusi pleura tergantung
pada penyakit dasarnya :
1. Sesak napas
2. Rasa berat pada dada
3. Bising jantung (pada payah jantung)
4. Batuk yang kadang-kadang berdarah pada perokok (ca bronkus)
5. Lemas yang progresif
6. Bb menurun (pada neoplasma)
7. Demam subfebril (pada tb)
8. Demam menggigil (pada empiema)
9. Asitesis (pada sirosi hati)
10. Asites dengan tumor pelvis (pada sindrom meig)
D. Patofisiologi
Pleura parietalis dan viseralis letaknya berhadapan satusama lain dan hanya
dipisahkan oleh selaput tipis cairan serosa, lapisan cairan ini memperlihatkan
adanya keseimbangan antara transudasi dari kapiler-kapiler pleura dan reabsorbsi
oleh vena visceral dan parietal, dan saluran getah bening. Karena effusi pleura
adalah penumpukan cairan yang berlebih di dalam rongga pleura yaitu di dalam
rongga pleura viseralis dan parientalis, menyebabkan tekanan pleura meningkat
maka masalah itu akan menyebabkan penurunan ekspansi paru sehingga klien akan
berusaha untuk bernapas dengan cepat (takipnea) agar oksigen yang diperoleh
menjadi maksimal dari penjelasan masalah itu maka dapat disimpulkan bahwa

12
klien dapat terganggu dalam pola bernapasnya, Ketidakefektifan pola napas adalah
suatu kondisi ketika individu mengalami penurunan ventilasi yang aktual atau
potensial yang disebabkan oleh perubahan pola napas, diagnosa ini memiliki
manfaat klinis yang terbatas yaitu pada situasi ketika perawat secara pasti dapat
mengatasi masalah. Umumnya diagnose ini ditegakkan untuk kasus seperti
hiperventilasi. Ketidakefektifan pola napas ditunjukan dengan tanda-tanda dengan
adanya perubahan kedalam pernafasan, dyspnea, takipnea, sianosis, perubahan
pergerakan dinding dada (Somantri, 2011)
E. Klasifikasi
Effusi pleura dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Effusi pleura transudate
Merupakan ultrafiltrat plasma, yang menandakan bahwa membrane pleura
tidak terkena penyakit. Akumulasi cairan disebabkanoleh faktor sistematik
yang mempengaruhi produksi dan absorb cairan pleura seperti (gagal jantung
kongesif, atelektasis, sirosis, sindrom nefrotik dan dialysis peritoneum)
2. Ini terjadi akibat kebocoran cairan melewati pembuluh kapiler yang rusak dan
masuk ke dalam paru yang dilapisi pleura tersebut atau kedalam paru yang
dilapisi pleura tersebut atau ke dalam paru terdekat. Kriteria effuse pleura
eksudat :
a. Rasio cairan pleura dengan protein serum lebih dari 0,5
b. Rasio cairan pleura dengan dehidrogenase (LDH) lebih dari 0,6
c. LDH cairan pleura dua pertiga atas batas normal LDH serum
Penyebab effusi pleura eksudat seperti pneumonia, empiema, penyakit
metastasis (mis, kanker paru, payudara, lambung, atau ovarium) haemotorak,
infark paru, keganasan, repture aneurismaaorta. (Nurarif & Kusuma, 2015)
F. Prognosis
Prognosis pasien dengan efusi pleura sangat erat terkait dengan penyakit yang
mendasarinya, namun secara umum makin parahnya efusi pleura juga telah
diketahui berhubungan dengan prognosis yang buruk.Hal ini ditunjukkan

13
mortalitas efusi pleura bilateral sebesar 26% yang lebih tinggi 4 kali lipat
dibandingkan tingkat mortalitas efusi pleura unilateral sebesar 5.9%.
Pada efusi pleura tidak terkait keganasan, prognosis bervariasi tergantung
penyakit yang mendasarinya. Contoh pada efusi pleura akibat gagal jantung
kongestif, mortalitas 30 hari 22% dan 1 tahun 53% sedangkan pada efusi pleura
akibat gagal ginjal, mortalitas 30 hari 14% dan 1 tahun 57%. (Debiasi EM dkk,
2015)
Di sisi lain, pasien dengan efusi pleura terkait keganasan umumnya memiliki
prognosis buruk :
a. Mortalitas 30 hari 37%, dan 1 tahun 77% (Debiasi EM, dkk, 2015)
b. Median survival 4 bulan dan mean survival <1 tahun (Boka, K, 2018)
c. Kematian dalam 12-24 bulan, terlepas dari etiologi spesifik dari efusi pleura
akibat keganasan tersebut (Krishna, R, 2018)
d. Efusi akibat keganasan yang responsif terhadap kemoterapi, seperti limfoma,
kanker payudara, umumnya memiliki survival lebih baik dibandingkan kanker
paru atau mesothelioma (Boka, K, 2018)
e. Semakin rendah pH cairan pleura, maka semakin parah dan prognosis
semakin buruk (Khaleeq, G, 2008)
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Foto Rontgen
Evaluasi effusi pleura dimulai dari pemeriksaan imejing untuk menilai
jumlah cairan, distribusi dan aksesibilitasnya serta kemungkinan adanya
abnormalitas intratorakal yang berkaitan dengan effusi pleura tersebut.
Pemeriksaan foto toraks posteroanterior (PA) dan lateral sampai saat ini masih
merupakan yang paling diperlukan untuk mengetahui adanya effusi pleura
pada awal diagnose. Pada posisi tegak, akan terlihat akumulasi cairan yang
menyebabkan hematoraks tampak lebih tinggi, kubah diafragma tampak lebih
ke lateral, serta sudut kostofrenikus yang menjadi tumpul. Untuk foto toraks
PA setidaknya butuh 175-250 ml cairan yang terkumpul sebelumnya agar

14
dapat terlihat di foto toraks PA. Sementara foto toraks lateral dekubitus dapat
mendeteksi effusi pleura dalam jumlah yanag lebih kecil yakni 5ml. jika pada
foto lateral decubitus ditemukan ketebalan effusi 1 cm maka jumlah cairan
telah melebihi 200 cc, ini merupakan kondisi yang memungkinkan untuk
dilakukan torakosintesis. Namun oada effusi leculated temuan diatas mungkin
tidak dijumpai.Pada posisi supine, effusi pleura yang sedang hingga masif
dapat memperlihatkan suatu peningkatan densitas yang homogeny yang
menyebar pada bagian bawah paru, selain itu dapat pula terlihat elevasi
hemidiafragma, diposisik kubah diafragma pada daerah lateral.Tomografi
computer (CT-scan) dengan toraks harus dilakukan pada effusi pleura yang
tidak terdiagnosa jika memang sebelumnya belum pernah dilakukan.
2. Blood Gas Analysis (BGA)
Blood Gas Analysis (BGA)merupakan pemeriksaan penting untuk
penderita sakit kritis yang bertujuan untuk mengetahui atau mngevaluasi
pertukaran Oksigen (O2), karbondioksida (CO2) dan status asam-basa dalam
darah arteri. Analisis gas darah (AGD) atau BGA (Blood Gas Analysis)
biasanya dilakukan untuk mengkaji gangguan keseimbangan asam-basa yang
disebabkan oleh gangguan pernafasan dan/atau gangguan metabolic.
Komponen dasar AGD mencakup pH, PaCO2, PaO2, SO2, HCO3 dan BE
(base excesses/kelebihan basa).
3. Pemeriksaan Cairan Pleura
Analisis Cairan pleura merupakan suatu sarana yang sangat memudahkan
untuk mendiagnosa penyebab dari effuse tersebut.Prosedur torakosintesis
sederhana dapat dilakukan secara bedsidesehingga memungkinkan cairan
pleura dapat segera diambil, dilihat secara makroskopik maupun mikroskopik,
serta dianalisa.Indikasi tindakan torakosintesis diagnostic adalah pada kasus
baru effusi pleura atau jika etiologinya tidak jelas dimana cairan yang
terkumpul telah cukup banyak untuk diaspirasi yakni dengan ketebalan 10
mm pada pemeriksaan ultrasonografi toraks atau foto lateral decubitus.

15
H. Penatalaksanaan
Menurut Wijaya & Putri (2013) tujuan umum penatalaksanaan adalah
a. Untuk menemukan penyebab dasar
b. Untuk mencegah penumpukan kembali cairan
c. Menghilangkan ketidaknyamanan serta dyspnea
Pengobatan spesifik ditunjukan untuk penyebab dasar, misalnya : gagal
jantung kongestif (CHF), pneumonia, sirosis hepatis.
Tindakan yang dilakukan yaitu :
1. Torakosintesis
a. Untuk membuang cairan pleura
b. Mendapatkan specimen untuk analisis
c. Menghilangkan dyspnea
2. Pemasangan selang dada atau drainage.
Hal ini dilakukan jika torakosintesis menimbulkan nyeri, penipisan protein
dan elektrolit.
3. Obat-obatan
Antibiotik, jika agen penyebab adalah kuman atau bakteri
4. Penatalaksanaan cairan
5. Pemberian nitrogen mustard atau tetrasiklin melalui selang dada
I. Komplikasi
1. Fibrothotaks
Effusi pleura yang beruba eksudat yang tidak ditangani dengan drainase
yang baik akan terjadi perlekatan fibrosa antara pleura parientalis dan pleura
viseralis akibat effusi pleura tidak ditangani dengan drainase yang baik. Jika
fibrothoraks meluas dapat menimbulkan hambatan yang berat pada jaringan-
jaringan yang berada dibawahnya.Pembedahan pengupasan (dekortikasi) perlu
dilakukan untuk memisahkan membran pleura tersebut.
2. Atelektasis

16
Pengembangan paru yang tidak sempurna yang tidak sempurna yang
disebabkan oleh penekanan akibat effusi pleura disebut juga atelectasis.
3. Fibrosis
Pada fibrosis paru merupakankeadaan patologis dimana terdapat jaringan
ikat paru dalam jumlah yang berlebihan. Fibrosis timbul akibat cara perbaikan
jaringan sebagai lanjutan suatu proses penyakit paru yang menimbulkan
peradangan. Pada effusi pleura, atalektasis yang berkepanjangan dapat
mengakibatkan penggantian jaringan baru yangterserangdenganjaringan
fibrosis (https://www.academia.edu/11697330), diakses tanggal 11 November
2018).
J. Pencegahan
Efusi pleura merupakan efek dari gangguan kesehatan lainnya.Oleh karena
itu, penumpukan cairan kadangkala merupakan kondisi yang sulit dicegah.

17
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN
Skenario 1
Seorang laki-laki berusia 51 tahun sedang dirawat di ruang interna dengan
keluhan utama sesak napas. Anamnesis: sesak napas disertai dengan nyeri dada
yang dirasakan ketika menarik dan membuang nafas, batuk kering, sesak akan
lebih barah ketika klien mencoba untuk berbaring, Pemeriksaan fisik ditemukan
perkusi terdengar pekak pada ICS 6-8 paru kanan tekanan darah 140/90 mmHg,
nadi 110 kali/menit respirasi 28 kali/menit, suhu 38.8 C, hasil foto toraks efusi
pleura kanan.

A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama : Tidak terkaji
Umur : 51 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status : Tidak terkaji
Agama : Tidak terkaji
2. Riwayat kesehatan pasi
a. Keluahan utama
Pasien mengeluh sesak napas
b. Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengatakan sesak napas yang disertai dengan nyeri dada yang
dirasakan ketika menarik dan membuang napas, dan batuk kering
c. Riwayat penyakit dahulu
Tidak terkaji
d. Riwayat penyakit keluarga
Tidak terkaji
3. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : Compus Mentis

18
b. Tanda-tanda vital
1. Tekanan darah: 140/90 mmHg
2. Respirasi : 28 x/menit
3. Nadi : 110 x/menit
4. Suhu : 38,8°C
c. Dada dan thoraks
Perkusi : pekak pada ICS 6-8
4. Pemeriksaan penunjang
Rontgen thorax : efusi pleura kanan
B. Analisa data
No Prblem (P) Etiologi (E) Symptom (S)
1. Ds : Efusi pleura Pola napas tidak
- Pasien efektif
mengeluh Penumpukan cairan pada rongga
sesak napas pleura
Do :
- RR : 28x/menit Ekspansi paru menurun

Frekuensi Paru

Pola napas tidak efektif

2. Ds : Efusi pleura Nyeri Akut


- Pasien
mengeluh Penumpukan cairan pada rongga
sesak napas pleura
disertai nyeri
dada ketika Ekspansi paru menurun
menarik napas

19
Do : Frekuensi paru
- Nadi :
110x/menit Sesak napas
- TD : 140/90
mmHg Nyeri dada
- sesak akan
lebih parah Nyeri Akut
ketika klien
mencoba untuk
berbaring
3. Ds : Efusi pleura Gangguan
- pasien pertukaran gas
mengeluh Penumpukan cairan pada rongga
sesak napas pleura
Do :
- nadi :110x/m Peningkatan O2 &CO2
- respirasi :
28x/m Menurunnya suplai O2

Gangguan pertukaran gas

20
C. Pathway
Adanya kebocoran antara alveoli
dengan rongga pleura

Udara pindar dari alveoli ke


rongga pleura

Paru kolaps (menguncup)

Pneumothoraks (udara terdapat dalam rongga pleura)

Infeksi masuk ke rongga pleura Menghambat drainase limfatik Tekanan osmotok plasma

Peradangan permukaan pleura Tekanan kapiler paru meningkat Transudasi cairan intravaskuler

Permeabilitas vaskuler Tekanan hidrostatik Edema

Transudasi Cavum pleura

Efusi pleura

Penumpukan cairan pada rongga pleura

Ekspansi paru menurun Peningkatan O2 dan CO2

Frekuensi paru Menurunnya suplai O2

Pola napas tidak efektif Sesak napas Ggn. Pertukaran gas

Nyeri dada

21
D. Intervensi

No SDKI SLKI SIKI RASIONAL


1. Pola napas tidak efektif Pola napas Menejemen jalan napas Observasi
(D.0005) (L.01004) (I.01011) 1. memantau pola napas
Definisi : Kriteria hasil : Observasi Terapeutik
Inspirasi dan/atau Setelah di lakukan tindakan 1. monitor pola napas 1. mempertahankan
ekspirasi yang tidak keperawatan selama 3x24 jam Terapeutik kepatenan jalan napas
memberikan ventilasi masalah terhadap pernapasan 1. pertahankan kepatenan dengan head-tilt dan
adekuat. dapat teratasi dengan jalan napas dengan head- chin-lift
Gejela tanda mayor indikator : tilt dan chin-lift 2. memposisikan semi-
Subjektif 1. 1. Dyspnea menurun 2. posisikan semi-Fowler atau Fowler atau Fowler
- Dyspnea 2. 2. Frekuensi napas membaik Fowler 3. memberikan minum
Objektif 3. berikan minum hangat hangat
- Pola napas abnormal 4. lakukan fisioterapi dada 4. melakukan fisioterapi
Gejala tanda minor 5. lakukan penghisapan dada
Subjektif lender kurang dari 15 detik 5. melakukan
- Edukasi penghisapan lender
Objektif 1. anjurkan asupan cairan kurang dari 15 detik
- 2000 ml/hari, jika tidak Edukasi
kontraindikasi 1. menganjurkan asupan

22
2. ajarkan teknik batuk efektif cairan 2000 ml/hari,
Kolaborasi jika tidak
1. kolaborasi pemberian kontraindikasi
bronkodilator, ekspoktoran, 2. mengajarkan teknik
mukolitik batuk efektif
Kolaborasi
kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspoktoran, mukolitik
2 Nyeri akut (D.0077) Tingkat Nyeri(L.08066) Manajemen Nyeri (I.08238) Observasi
Definisi : Setelah dilakukan tindakan Observasi 1. Untuk mengetahui
Pengalaman sensorik atau keperawatan selama 3x24 jam adanya penurunan skala
1. Identifikasi skala nyeri
emosional yang berkaitan masalah terhadap nyeri akut nyeri pada klien
2. Lokasi ,
dengankerusakan jaringan dapat teratasi dengan 2. Untuk mengetahui
karakteristik,durasi,
actual dan fungsional, indicator : adanay perubahan skala
frekuensi, kualitas,
dengan onset mendadak 1. Keluhan nyeri menurun nyeri disetiap factor
intensitas nyeri
atau lambat dan 2. Frekuensi nadi membaik nyeri
3. Identifikasi respon nyeri
berintensitas ringan 3. Tekanan darah membaik 3. Untuk mengetahui
non verbal
hingga berat yang 4. Pola napas membaik peningkatan respon non
4. Identifikasi faktor yang
berlangsung kurang dari 3 verbal

23
bulan memperberat dan 4. Untuk mengetahui factor
Gejala tanda mayor: memperingan nyeri yang dapat memperberat
Subjektif 5. Identifikasi pengetahuan atau memperingan nyeri
- Mengeluh nyeri dan keyakinan tentang 5. Untuk mengetahui
Objektif nyeri berapa banyak
- Frekuensi nadi 6. Identifikasi pengaruh pengetahuan dari kline
meningkat budaya terhadap respon tentang keyakinan nyeri
Gejala tanda minor nyeri 6. Untuk mengetahui
Subjektif 7. Identifikasi pengaruh nyeri seberapa besar pengaruh
- pada kualitas hidup budaya terhadap nyeri
Objektif 8. Monitor keberhasilan terapi 7. Untuk mengetahui
- Tekanan darah komplementer yang sudah berapa besar pengaruh
meningkat diberikan yang dirasakan klien
- Pola napas berubah 9. Monitor efek samping terkait adanya nyeri
penggunaan analgetik 8. Untuk mengetahui hasil
Terapeutik terapi nyeri pada klien
9. Untuk mengetahui
1. Berikan teknik
adanya efek samping
nonfarmakologis untuk
saat pengggunakan
mengurangi rasa nyeri (mis.
analgetik

24
TENS, hypnosis, akupresur,
Terapeutik
terapi musik, biofeedback,
1. Pemebrian teknik
terapi pijat, aroma terapi,
farmakologis guna
teknik imajinasi
untuk mengurangi
terbimbing, kompres
nyeri pada klien
hangat/dingin, terapi
2. Untuk mengurangi
bermain)
factor memperberat
2. Control lingkungan
rasa nyeri
yang memperberat rasa
3. Untuk memberikan
nyeri (mis. Suhu ruangan,
kenyamanan pada klien
pencahayaan, kebisingan)
4. Dengan memberikan
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
strategi yang tepat dan
4. Pertimbangkan jenis dan
membantu
sumber nyeri dalam
meringankan nyeri
pemilihan strategi
pada klien
meredakan nyeri

Edukasi
Edukasi
1.
1. Jelaskan penyebab, periode, dapat mengetahui apa

25
saja penyebab yang
dan pemicu nyeri
dapat memperberat
2. Jelaskan strategi meredakan
nyeri
nyeri
2.
3. Anjurkan memonitor
dapat mengerti tujuan
nyri secara mandiri
strategi penanangan
4. Anjurkan menggunakan
nyeri
analgetik secara tepat
3.
5. Ajarkan teknik
merasakan adanay
nonfarmakologis untuk
penurunan skala nyeri
mengurangi rasa nyeri
yag dirasakan
4.
Kolaborasi
sembarang
1. Kolaborasi
mengkonsumsi aalgetik
pemberian analgetik, jika
secara erlebihan dan
perlu
tidak tepat
5.
melakukan latihan
teknik norfarmakologis
untuk mengurangi rasa

26
nyeri

Kolaborasi
1. untuk mengurangi nyeri
saat tidak dapat ditangani
menggunakan reknik
nonfarmakologis dan
memebrikan respon yang
cepat mengurangi nyeri
pada klien

3. Gangguan pertukaran Pemantauan Respirasi Observasi


Pertukaran gas (L.01003)
gas (D.0003) (I.01014) 1. Untuk mengetahui
Setelah di lakukan tindakan
Definisi : Observasi : adanya gangguan pada
keperawatan selama 3x24 jam
Kelebihan atau 1. Monitor frekuensi, irama, frekuensi,irama dan
masalah terhadap pernapasan
kekurangan oksigenasi kedalaman, dan upaya napas uapaya napas
dapat teratasi dengan
dan/atau eleminasi 2. Monitor kemampuan batuk 2. Untuk mengetahui
indicator :
karbondioksidanpada efektif peningkatan kemampuan
1. Dyspnea menurun
membrane alveolus- 3. Monitor adanya produksi batuk
2. Takikardia membaik
kapiler sputum 3. Untuk mengetahui

27
Gejala tanda mayor 3. Pola napas membaik 4. Monitor adanya sumbatan adanya sputum
Subjektif jalan napas berlebihan
- Dyspnea 5. Palpasi kesimetrisan ekspansi 4. Untk mengetahui
Objektif paru kelancaran jalan napas
- Takikardia 6. Auskultasi bunyi napas 5. Untuk mengetahui
Gejala tanda minor 7. Monitor saturasi oksigen adanya perubahan
Subjektif 8. Monitor nilai AGD bentuk pada ekaspansi
- 9. Monitor hasil X-ray thorax dada
Objektif Terapeutik 6. Untuk mengetahui
- Pola napas abnormal 1. Atur intervensi adanya bunyi tambahan
pemantauan respirasi sesuai padabunyi napas
kondisi pasien 7. Untuk mengetahui
2. Dokumentasi hasil perubahan saturasi
pemantauan oksigen
Edukasi 8. Untuk mengetahui
1. Jelaskan tujuan dan adanay ketidaknormalan
prosedur pemantauan nilai AGD
2. Informasikan hasil 9. Untuk mengetahui
pemantauan, jika perlu adanay gangguan pada
thorax

28
Terapeutik
1. Untuk mendapatkan
hasil perawatan yang
tepat
2. Untuk mengetahui setiap
perkembangan kondisi
klien
Edukasi
1. Agar klien dan keluarga
mengetahui proses
tindakan yang akan
diberikan
2. Untuk mengetahui setiap
perkembangan kondisi
klien

29
KODE DX IMPLEMENTASI EVALUASI
D.0005 Menejemen jalan napas S : klien mengatakan keluhannya telah
teratasi
(I.01011)
O : tanda yang dialami klien telah
Observasi normal
A : masalah telah teratasi
1. memantau pola napas
P : intervensi dihentikan
Terapeutik
1. mempertahankan kepatenan jalan
napas dengan head-tilt dan chin-lift
2. memposisikan semi-Fowler atau
Fowler
3. memberikan minum hangat
4. melakukan fisioterapi dada
5. melakukan penghisapan lender
kurang dari 15 detik
Edukasi
1. menganjurkan asupan cairan 2000
ml/hari, jika tidak kontraindikasi
2. mengajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
1. kolaborasi pemberian

30
bronkodilator, ekspoktoran,
mukolitik
D.0077 Manajemen Nyeri (I.08238) S : klien mengatakan keluhannya telah
teratasi
Observasi
O : tanda yang dialami klien telah
normal
1. mengidentifikasi skala nyeriLokasi A : masalah telah teratasi
P : intervensi dihentikan
, karakteristik,durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas nyeri
2. Mengidentifikasi respon nyeri non
verbal.
3. Mengidentifikasi faktor yang
memperberat dan memperingan
nyeri
4. mengidentifikasi pengetahuan dan
keyakinan tentang nyeri
5. Mengidentifikasi pengaruh budaya
terhadap respon nyeri
6. Mengidentifikasi pengaruh nyeri
pada kualitas hidup
7. Memantau keberhasilan terapi

31
komplementer yang sudah
diberikan
8. Memantau efek samping
penggunaan analgetik

Terapeutik

1. Memberikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
hypnosis, akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat, aroma
terapi, teknik imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin, terapi
bermain)
2. Mengomtrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
3. Memfaasilitasi istirahat dan tidur
4. Mempeertimbangkan jenis dan

32
sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri

Edukasi

1. Menjelaskan penyebab, periode,


dan pemicu nyeri
2. Menjelaskan strategi meredakan
nyeri
3. Menganjurkan memonitor nyri
secara mandiri
4. Menganjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
5. Mengajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi
2. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

33
D.0003 Pemantauan Respirasi (I.01014) S : klien mengatakan keluhannya telah
teratasi
Observasi :
O : tanda yang dialami klien telah
1. Memantau frekuensi, irama, normal
A : masalah telah teratasi
kedalaman, dan upaya napas
P : intervensi dihentikan
2. Memantau kemampuan batuk
efektif
3. Memantau adanya produksi
sputum
4. Memantau adanya sumbatan jalan
napas
5. Memantau saturasi oksigen
6. Memantau nilai AGD
7. Memantau hasil X-ray thorax
Terapeutik
1. Mengattur intervensi pemantauan
respirasi sesuai kondisi pasien
2. Mendokumentasi hasil pemantauan
Edukasi
1. Menjelaskan tujuan dan prosedur

34
pemantauan
2. Menginformasikan hasil
pemantauan, jika perlu

35
Daftar Pustaka

Morton etall.(2013). Keperawatan Kritis. Jakarta: EGC.

Mutaqin, A. (2012). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis Jilid 1 Asuhan


Keperawatan Praktis Berdasarkan Penerapan Diagnosa Nanda, NIC, NOC dalam
Berbagai Kasus. Jogjakarta: Media Action.

Padila.(2012). Keperawatan Medika Bedah. Yogyakarta: Nuha Medika.

Saputra, L. (2013). Buku Saku Harrison Pulmonologi. Tangerang: Karisma


Publishing Group.

Seomantri, I. h. (2012). Asuahan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan


Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.

(https://www.academia.edu/11697330), diakses tanggal 22 Oktober2020).

Harjanto Razannur, Andika.,dkk. 2018. Efusi Pleura sinistra Masif Et Causa TB


pada Anak. 7(3),
https://juke.kedokteran.unila.ac.id
(Diakses 23 Oktober 2020 pukul 20:24 WITA)

Puspita Imelda.,dkk. 2017. Penyebab Efusi Pleura Di kota Metro Pada Tahun 2015.
4(1).
https://juke.kedokteran.unila.ac.id
(Diakses 24 Oktober 2020 pukul 07:44 WITA)

36
37

Anda mungkin juga menyukai